Anda di halaman 1dari 53

LITERATURE REVIEW : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEJADIAN STUNTING DI NEGARA BERKEMBANG

SKRIPSI

GRACE BEFRINA SEPTYANTI SITOMPUL


P01031217065

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI SARJA
TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2021
LITERATURE REVIEW: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN STUNTING DI NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika di Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Medan

GRACE BEFRINA SEPTYANTI SITOMPUL


P01031217065

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI SARJA
TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul :Literature Review Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kejadian Stunting Di Negara
Maju Dan Negara Berkembang
Nama Mahasiswa : Grace Befrina Septyanti Sitompul
Nomor Induk Mahasiswa : P010131217065
Program Studi : Sarjana Terapa Gizi dan Dietetika

Menyetujui

Lusyana Gloria Doloksaribu, SKM, M.Kes


Pembimbing Utama
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahnya
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Literature Review Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting di Negara Berkembang”.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. Oslida Martony, S.KM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi
Poltekkes RI Medan
2. Dr. Tetty Herta Doloksaribu, STP, M.KM selaku Ketua Program
Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Jurusan Gizi Poltekkes
RI Medan
3. Lusyana Gloria Doloksaribu, SKM ,M.Kes, selaku dosen
Pembimbing saya, yang telah banyak meluangkan waktu dan
selalu memberi bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Novriani Tarigan, DCN, M.Kes, selaku dosen penguji saya, yang
telah banyak meluangkan waktu dan selalu memberi bimbingan
dalam penyusunan skripsi ini
5. Abdul Hairuddin Angkat, SKM, M.Kes selaku dosen penguji
saya,yang telah banyak meluangkan waktu dan selalu memberi
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
6. Kedua orang tua saya Ir.Berlin Sitompul dan Friska
Napitupulu.beserta kakak dan abang saya Nefi Sitompul dan
Robby Sitompul, yang selalu mendoakan, memberikan motivasi
dan pengorbanannya baik dari segi moril, materi kepada penulis.
7. Rekan-rekan satu bimbingan Emi Rosa dan Retno atas
kerjasamanya
8. Sahabat-sahabat saya Hanna, Ribka, Elda, Ida, Margaret,
Oktrina, Ricky, Try, yang selalu mendukung dan mendoakan
saya serta memberi motivasi bagi saya.
9. Teman-teman seperkuliahan saya Eka, Hafilda, Azizi, Nurul
Izzah, Yuli, Siti Aisyah, Vidi dan yang lain yang tak dapat saya
sebutkan Namanya satu persatu terimakasih atas kerja sama
nya dan motivasi dan dukungan nya.
10. Diri saya yang sudah mampu bertahan,berjuang, berusaha
sekuat yang saya bisa, tidak menyerah walau banyak godaan
yang datang untuk berhenti Terimakasih karena sudah mau
untuk tetap kuat.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan para pembaca dapat memberi
saran dan masukan untuk menyempurnakan. Atas perhatiannya, penulis
ucapkan terimakasih.

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN…………………………………………….iii
KATA PENGANTAR................................................................................iv

DAFTAR ISI..............................................................................................vi

DAFTAR TABEL.......................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR...................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Perumusan Masalah..........................................................................4

C. Tujuan Penelitian...............................................................................4

a. Tujuan Umum...............................................................................

b. Tujuan Khusus..............................................................................

D. Manfaat Penelitian.............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................5

A. Studi Literatur (Literature Riview)......................................................5

B. Stunting..............................................................................................8

D. Faktor-Faktor Kejadian Stunting di Negara Maju............................11

E. Faktor-Faktor Kejadian Stunting di Negara Berkembang...............12

F. Hasil –Hasil Penelitian Terkait.........................................................13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................17

A. Strategi Penentuan Judul Penelitian...............................................17

B. Strategi Pencarian Literature...........................................................20

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi.............................................................21

vi
D. Seleksi Artikel dan penilaian Kualitas..............................................22

E. Hasil Penilaian Kualitas Artikel...................................................24

F. Analisis Data....................................................................................26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................34

DAFTAR PUSTAKA................................................................................36

LAMPIRAN..............................................................................................40

vii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan PB/U atau TB/U…………....9
2. Daftar Artikel Hasil Pencarian Sesuai dengan Topik………........18
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi menurut PICOS…………………......21
4. Kualitas Artikel Menggunakan Appraisal Checklist……………….24
5. Hasil Penilaian Kualitas Artikel ……………………………………. 25
6. Karakteristik Artikel………………………………………………….. 27
7. Karakteristik sampel………………………………………………… 29
8. Prevalensi Stunting…………………………………………………..30
9. Hubungan Asupan ASI Eksklusif………………………………….. 31
10. Hubungan Asupan Protein…………………………………………..31
11. Hubungan Status Ekonomi…………………………………………. 32
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Tabel PRISMA……………………………………………………… 29

ix
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Screan shoot pencarian artikel………………………………….. 41
2. Table ringkasan artikel ……………………………………………43
3. Pernyataan Penelitian……………………………………………..45
4. Bukti Bimbingan Skripsi,,, ………………………………………...46
5. Jadwal Penulisan Skripsi ………………………………………….49

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di
bawah lima tahun) Kondisi stunting terlihat setelah anak balita berusia 2
tahun sampai dengan 5 tahun dimana hasil revensi Kementrian
Kesehatan (Kemenkes) balita pendek dan sangat pendek yaitu balita
dengan panjang badan (PB/U) kurang dari nilai Z-Score yang telah
ditentukan yakni <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/stunted) dan <-3
SD (sangat pendek/severely stunted) (TNP2K, 2017).

Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang


disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama,
hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni
mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif
yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih
rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018)

Stunting yang terjadi pada balita dapat memberikan dampak jangka


panjang yaitu dampak yang secara langsung dapat dilihat adalah menjadi
dewasa yang stunting selain itu juga akan berdampak pada
perkembangan kognitif, prestasi sekolah, produktivitas saat dewasa, dan
berpengaruh pada keturunannya. Balita stunting terjadi karena
kekurangan energi dan protein yang berlangsung lama dapat
mengakibatkan keterlambatan perkembangan kognitif sehingga memiliki
perhatian, dan daya ingat yang kurang dari balita yang mendapatkan
asupan gizi dengan baik, terlambatnya perkembangan kognitif pada balita
stunting terjadi akibat adanya keterlambatan kematangan struktur dan
fungsi dari bagian-bagian yang berperan dalam pembentukan otak
(Dewey and Begum, 2011).
Global Nutrition Report 2016 mencatat bahwa prevalensi stunting di
Indonesia berada pada peringkat 108 dari 132 negara. Pada tahun 2017
22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Namun

1
angka ini sudah mengalami penurunan. jika dibandingkan dengan angka
stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Dalam laporan sebelumnya,
Indonesia tercatat sebagai salah satu dari 17 negara yang mengalami
beban ganda gizi, baik kelebihan maupun kekurangan gizi. Di kawasan
Asia Tenggara, prevalensi stunting di Indonesia merupakan tertinggi
kedua, setelah Cambodia. (Stranas, 2018).

Prevalensi stunting Persentase dari dunia berkembang total India


sebesar (31.2%), China (6.5%), Nigeria (5.2%), Pakistan (5.1%), dan
Indonesia (3.9%) serta prevalensi stunting di Indonesia sebesar 37% dan
Jumlah anak-anak yang kerdil sebesar 7.688 anak. (Kemenkes, 2019).
Word Health Organization sudah menentukan bahwa terjadinya masalah
gizi suatu negara sebaiknya kurang dari 20%. Stunting memiliki risiko
gangguan pertumbuhan, perkembangan dan penyakit degeneratif pada
usia dewasa nanti.(Rakernas 2020)

Kondisi gizi balita pendek, menjadi penyebab 2,2 juta dari seluruh
penyebab kematian balita di seluruh dunia.  Faktor pendidikan ibu rendah
memiliki pengaruh interaksi kejadian kejadian stunting pada anak dan
memiliki risiko mengalami stunting sebanyak 1.67 kali. Faktor pendapatan
rumah tangga yang dikenal sebagai prediktor signifikan untuk stunting
pada balita sebesar 2,1 kali. Faktor sanitasi yang tidak baik memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kejadian stunting pada balita dan
memiliki risiko mengalami stunting hingga 5,0 kali.( Apriluana, G., &
Fikawati, S. 2018.)

Hasil kajian peneliti Harvard T.H. Chan School of Public Health


menunjukkan bahwa faktor resiko penyebab stunting di Negara yang
sedang berkembang yakni: pertumbuhan janin yang kurang dan lahir
kurang bulan; Faktor lingkungan, termasuk air, sanitasi, dan penggunaan
bahan bakar biomassa dalam ruangan; status gizi ibu dan infeksi; status
gizi anak; ibu remaja dan jarak kelahiran yang pendek (Siti Helmyati,2019)

2
Di negara berkembang seperti ASEAN, faktor-faktor yang
berhubungan dengan stunting adalah: kemiskinan, makanan tradisional
yang kandungan gizinya kurang, praktik pemberian makanan pada bayi
yang tidak baik, sanitasi dan air bersih yang tidak memadai, dan jenis
tanaman pertanian yang terbatas. Menurut penelitian Cruz dan Danael
bahwa stunting merupakan permasalahan dengen penyebab yang
kompleks. Bukan hanya disebabkan oleh permasalahan gizi balita,
melainkan faktor-faktor pendukung lain,seperti kecukupan gizi orang
tua,status sosial ekonomi ,kondisi kebersihan dan sanitasi
lingkungan,serta penyakit yang dialami.(Siti Helmyati,2019)

Dari hasil identifikasi yang sudah di telaah dari beberapa artikel dapat
disimpulkan bahwa faktor risiko terjadinya stunting di negara berkembang
secara konsisten adalah status social ekonomi keluarga (pendapatan
keluarga), pendidikan ibu, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), kelahiran
prematur, pemberian ASI yang tidak eksklusif, panjang lahir, defisiensi
makronutrient dan mikronutrient. Mengingat kompleknya faktor risiko
terjadinya stunting, dan kehidupan sosial di masyarakat sehingga
intervensi yang dilakukan dapat berkesimbungan. (Budiastutik,indah
2019)

Hasil sintesis ini secara konsisten yang menjadi faktor risiko


terjadinya stunting pada anak di negara berkembang adalah tidak
diberikan ASI eksklusif, sosial ekonomi, berat bayi lahir rendah, panjang
lahir, pendidikan ibu rendah, penyakit infeksi. (Eliza Fitriani, 2019)

Kejadian stunting ini bisa saja terus meningkat jika faktor-faktor


resiko yang sudah dijelaskan sebelumnya tidak diperhatikan. Berdasarkan
hasil studi yang sudah di teliti faktor dari kejadian stunting ialah faktor
ekonomi dan pengetahuan dari orang tua terutama terjadinya di Negara
berkembang. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting di
negara maju dan berkembang secara literatur riview.

3
B. Perumusan Masalah
Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting di
negara berkembang secara literature riview ?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting di
negara berkembang secara literature riview

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui prevalensi kejadian stunting di negara berkembang
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
stunting di negara berkembang secara literature riview

D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan wawasan
masyarakat mengenai faktor-faktor kejadian stunting di Negara
Berkembang.
2. Diharapkan dapat digunakan sebagai literatur bacaan
faktor-faktor kejadian stunting di Negara Berkembang

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Studi Literatur (Literature Riview)


Literature review merupakan suatu kajian ilmiah yang berpokus
pada satu topik tertentu. Memungkinkan peneliti untuk melakukan
identifikasi, mengembangkan suatu teori atau metode, mengidentifikasi
kesenjangan yang terjadi antara suatu teori dengan relevansi dilapangan
terhadap suatu hasil penelitian (Rowley & Slack, 2004: Bettany-Saltikov,
2012).
Meskipun merupakan sebuah penelitian, penelitian dengan studi
literatur tidak harus turun ke lapangan dan bertemu dengan responden.
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat diperoleh dari sumber
pustaka atau dokumen. Menurut (Zed, 2014), pada riset pustaka (library
research), penelusuran pustaka tidak hanya untuk langkah awal
menyiapkan kerangka penelitian (research design) akan tetapi sekaligus
memanfaatkan sumber-sumber perpustakaan untuk memperoleh data
penelitian.
Selain data, beberapa hal yang harus ada dalam sebuah penelitian
supaya dapat dikatakan ilmiah, juga memerlukan hal lain seperti
rumusan masalah, landasan teori, analisis data, dan pengambilan
kesimpulan. penelitian dengan studi literatur adalah penelitian yang
persiapannya sama dengan penelitian lainnya akan tetapi sumber dan
metode pengumpulan data dengan mengambil data di pustaka,
membaca, mencatat, dan mengolah bahan penelitian. Meskipun terlihat
mudah, studi literatur membutuhkan ketekunan yang tinggi agar data dan
analisis data serta kesimpulan yang dihasilkan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Untuk itu dibutuhkan persiapan dan pelaksanaan yang
optimal. Penelitian studi literatur membutuhkan analisis yang matang dan
mendalam agar mendapatkan hasil. Dengan demikian penelitian
dengan studi literature juga sebuah penelitian dan dapat dikategorikan
sebagai sebuah karya ilmiah karena pengumpulan data dilakukan

1
dengan sebuah strategi dalam bentuk metodologi penelitian. Variabel
pada penelitian studi literatur bersifat tidak baku. Data yang diperoleh
dianalisis secara mendalam oleh penulis. Data-data yang diperoleh
dituangkan ke dalam sub bab-sub bab sehingga menjawab rumusan
masalah penelitian.
Tahapan pelaksanaan literatur review :
1. Planning
Pada fase ini identifikasi terhadap apa yang dibutuhkan dalam
melakukan studi literatur harus sudah jelas. Berbeda dengan membaca
novel yang kita sendiri tidak tahu isinya dan butuh “surprise” ketika
membacanya. Membaca artikel ilmiah kita harus tahu terlebih
dahulu isinya sebelum membaca, mengetahui di sini adalah gambaran
umumnya saja dulu. Yang kedua pada fase ini adalah menentukan
pertanyaan penelitian (research question) yang menjadi dasar dalam
melakukan studi literatur.
2.Conducting
Fase ini adalah proses pencarian terhadap sumber-sumber
literatur. Terdiri dari: identifikasi penelitian, memilih riset-riset yang
utama, meng- asses kualitas suatu literatur, mengekstrak data-
data dan terus memonitor, dan mensintesis data. Biasanya LSR
menggunakan media “searching” yang sudah tersedia di beberapa
pengindeks (Scopus, SAGE, IEEE Explore, Wiley Online, Science Direct,
dan lain-lain. Biasanya penggunaan String sangat membantu (dengan
logika OR dan AND), misal: ((“technology-organization-environment”
OR “TOE” ) AND (“framework” OR “conceptual framework” OR
“structure”)).
3.Reporting
Fase ini menghasilkan bahan-bahan literatur yang sudah
tersistematis dengan baik. Biasanya dari ratusan artikel diolah menjadi
puluhan dan akhirnya belasan yang siap dibaca dan dianalisa. Biasanya
ada tiga tahapan yaitu Database Search dari pengindeks-
pengindeks yang tersedia di internet (baik gratis/berbayar) yang

2
memperoleh data sebanyak ratusan. Berikutnya Abstract, Title, and
Keyword review yang mensortirnya menjadi puluhan saja. Terakhir
adalah Full Review sebanyak kira-kira belasan. Tentu saja jumlah tidak
harus seperti contoh di atas.
Jenis dan metode yang digunakan para peneliti untuk
melakukan literature review atau tinjauan pustaka dan kemudian
merangkumkannya ke dalam suatu paper, secara umum terbagi menjadi
empat:

1. Traditional Review
Traditional review adalah metode tinjauan pustaka yang selama ini
umum dilakukan oleh para peneliti, dan hasilnya banyak kita temukan
pada survey paper yang ada. Paper ilmiah yang direview dipilih sendiri
oleh para peneliti pada
satu topik penelitian, dan dipilih berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki oleh seorang peneliti. Kelemahan dari
traditional review adalah tergantung kepada pengetahuan dan
pengalaman peneliti, sehingga memungkinkan terjadinya bias pada
saat memilih paper- paper yang direview, yang akhirnya berpengaruh
pada kualitas survey paper yang dihasilkan.
2. Systematic Mapping Study (Scoping Study)
Systematic mapping study adalah metode literatre review yang
sistematis dengan menggunakan tahapan-tahapan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pemilihan paper juga tidak dilakukan secara
subyektif oleh peneliti, akan tetapi menggunakan protokol dan filter yang
telah ditetapkan di depan. Systematic mapping study biasanya
dilakukan untuk topik penelitian yang lebih luas dari pada traditional
review. Biasanya hasilnya berupa klaster dan klasifikasi dari temuan-
temuan yang didapatkan pada suatu topik penelitian. Kadang dilakukan
untuk mengidentifikasikan tren penelitian ke depan suatu topik penelitian
3. Systematic Literature Review atau Systematic Review
Systematic literature review atau sering disingkat SLR atau
dalam bahasa Indonesia disebut tinjauan pustaka sistematis adalah

3
metode literatre review yang mengidentifikasi, menilai dan
menginterpretasi seluruh temuan-temuan pada suatu topik
penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian (research
question) yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Tertiary Study
Tertiary Study adalah SLR dari SLR.Menggunakan metode yang
sama dengan SLR, perbedaannya adalah apabila SLR membahas satu
topik penelitian, tertiary study lebih luas, karena membahas satu bidang
penelitian.

B. Stunting
a. Pengertian Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi
mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia
dua tahun. Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
BB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi
anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-
2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/stunted) dan <-3 SD (sangat
pendek/severely stunted) (Trihono dkk, 2015).

Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan PB/U atau TB/U


Indikator Kategori Status Gizi Z-Score
Panjang Badan atau Sangat pendek <-3 SD
Tinggi Badan Pendek -3SD sd<-2SD
Menurut Umur Normal -2SD sd +3SD
(PB/U atau TB/U)
tinggi >+3SD
Anak usia 0-60 bulan
Sumber:PMK NO 2 TAHUN 2020

Stunting yang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak


terpaparnya periode 1000 hari pertama kehidupan mendapat perhatian
khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan,
dan produktivitas seseorang di masa depan. Stunting dapat pula

4
disebabkan tidak melewati periode emas yang dimulai 1000 hari pertama
kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh kembang anak pada
1000 hari pertama Kehidupan. Pada masa tersebut nutrisi yang diterima
bayi saat didalam kandungan dan menerima ASI memiliki dampak
jangka panjang terhadap kehidupan saat dewasa. Hal ini dapat
terlampau maka akan terhindar dari terjadinya stunting pada anak-anak
dan status gizi yang kurang (Depkes, 2015).
Prevalensi stunting mulai meningkat pada usia 3 bulan, kemudian
proses stunting melambat pada saat anak berusia sekitar 3 tahun.
Terdapat perbedaan interpretasi kejadian stunting diantara kedua
kelompok usia anak. Pada anak yang berusia di bawah 2-3 tahun,
menggambarkan proses gagal bertumbuh atau stunting yang masih
sedang berlangsung/terjadi. Sementara pada anak yang berusia lebih
dari 3 tahun, menggambarkan keadaan dimana anak tersebut telah
mengalami kegagalan pertumbuhan atau telah menjadi stunted (Sandra
Fikawati dkk, 2017).
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia
Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal
ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan
fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu
perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi
kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-
usia produktif. (Depkes, 2015).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Stunting
Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunting dapat
digambarkan sebagai berikut :
1.)Pemberian ASI Eksklusif
Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi delayed
initiation, tidak menerapkan ASI eksklusif, dan penghentian dini konsumsi
ASI. Sebuah penelitian membuktikan bahwa menunda inisiasi menyusu
(Delayed initiation) akan meningkatkan kematian bayi. ASI eksklusif
didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi makanan
maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu selain ASI.

5
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama untuk mencapai tumbuh kembang
optimal. Setelah enam bulan, bayi mendapat makanan pendamping yang
adekuat sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan. Menyusui yang
berkelanjutan selama dua tahun memberikan kontribusi signifikan
terhadap asupan nutrisi penting pada bayi(Sandra Fikawati dkk, 2017).
2.) Asupan makanan
Kualitas makanan yang buruk meliputi kualitas makro dan
mikronutrient yang buruk, kurangnya keragaman dan asupan pangan
yang bersumber dari pangan hewani, kandungan tidak bergizi, dan
rendahnya kandungan energi pada complementary foods. Praktik
pemberian makanan yang tidak memadai, meliputi pemberian makan
yang jarang, pemberian makan yang tidak adekuat selama dan setelah
sakit, konsistensi pangan yang terlalu ringan, kuantitas pangan yang tidak
mencukupi, pemberian makan yang tidak berespon. Bukti menunjukkan
keragaman diet yang lebih bervariasi dan konsumsi makanan dari sumber
hewani terkait dengan perbaikan pertumbuhan linear. Analisis terbaru
menunjukkan bahwa rumah tangga yang menerapkan diet yang beragam,
termasuk diet yang diperkaya nutrisi pelengkap, akan meningkatkan
asupan gizi dan mengurangi risiko stunting (Sandra Fikawati dkk, 2017).
3.) Asupan Zink
Seng diperlukan oleh manusia dan hewan untuk melakukan fungsi
fisiologis, seperti pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan reproduksi.
Defisiensi seng menyebabkan anoreksia, gangguan pertumbuhan,
dermatitis, gangguan pengecapan, dan hipogonadisme. Diperkirakan seng
meningkatkan nafsu makan melalui rangsangan pada saraf vagus yang
kemudian mempengaruhi pusat nafsu makan di hipotalamus. Prevalensi
defisiensi seng pada balita di Indonesia belum diketahui dengan pasti,
namun diperkirakan cukup tinggi mengingat pola makan balita di
Indonesia yang belum sesuai dengan anjuran pedoman gizi seimbang.
Hasil penelitian pada tahun 2015 menyatakan bahwa asupan seng pada
balita di kota Semarang 95% termasuk dalam kategori kurang. Banyak
hasil penelitian menyatakan bahwa defisiensi seng berhubungan dengan

6
kejadian stunting. Salah satunya sebuah meta analisis yang menyatakan
bahwa kekurangan seng, menyebabkan penurunan pertumbuhan linear
0,19 cm (95% CI 0,08-0,30). Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa
Suplementasi seng selama 6 bulan meningkatkan skor Z berat badan per
umur. Sedangkan untuk, skor Z tinggi badan per umur pada kelompok
suplementasi seng lebih tinggi dibandingkan dengan plasebo, dan kadar
serum seng meningkat pada kelompok stunting ringan.
4.) Faktor sosial ekonomi
Status ekonomi yang rendah dianggap memiliki dampak yang
signifikan terhadap kemungkinan anak menjadi kurus dan pendek
(UNICEF, 2013). Menurut Bishwakarma dalam Khoirun dkk (2015), status
ekonomi keluarga yang rendah akan mempengaruhi pemilihan makanan
yang dikonsumsinya sehingga biasanya menjadi kurang bervariasi dan
sedikit jumlahnya terutama pada bahan pangan yang berfungsi untuk
pertumbuhan anak seperti sumber protein, vitamin, dan mineral, sehingga
meningkatkan risiko kurang gizi.

C. Dampak Stunting
Stunting yang terjadi pada balita dapat memberikan dampak jangka
panjang yaitu dampak yang secara langsung dapat dilihat adalah menjadi
dewasa yang stunting selain itu juga akan berdampak pada
perkembangan kognitif, prestasi sekolah, produktivitas saat dewasa, dan
berpengaruh pada keturunannya. Balita stunting terjadi karena
kekurangan energi dan protein yang berlangsung lama dapat
mengakibatkan keterlambatan perkembangan kognitif sehingga memiliki
perhatian, dan daya ingat yang kurang dari balita yang mendapatkan
asupan gizi dengan baik, terlambatnya perkembangan kognitif pada balita
stunting terjadi akibat adanya keterlambatan kematangan struktur dan
fungsi dari bagian-bagian yang berperan dalam pembentukan otak
(Dewey and Begum, 2011).

7
D. Faktor-Faktor Kejadian Stunting di Negara Berkembang
Negara berkembang adalah suatu negara yang mana sumber-
sumber ekonomi, penduduk, teknologi, dan lain sebagainya dapat
berubah. Meski begitu pendapatan per kapita nya dalam setahun masih
dalam kondisi stabil.(Harvey leibestein).
Seperti yang diketahui bahwa ada indikator yang digunakan untuk
menentukan sebuah negara masuk dalam kategori negara berkembang
Berikut beberapa indikator negara berkembang antara lain: angka
kematian ibu dan anak cukup tinggi di karenakan pemerintah di negara
berkembang umum nya tidak mampu membeli makanan yang bergizi
dan pelayanan kesehatan yang mencukupi. Hal tersebut terjadi karena
rakyatnya mendapatkan pendapatan yang rendah setiap bulannya Hasil
kajian peneliti Harvard T.H.Chan School Of Public Health menunjukkan
bahwa faktor resiko penyebab stunting di Negara yang sedang
berkembang adalah; pertumbuhan janin yang kurang dan lahir kurang
bulan, faktor lingkungan,termasuk air,sanitasi,dan penggunaan bahan
bakar biomasa dalam ruangan,status gizi dalam ruanagan, status gizi ibu
dan infeksi,ibu remaja dan jarak kelahiran yang pendek (Siti
Helmyati,2019).
Temuan pada tingkat regional adalah sebagai berikut: di wilayah
asia selatan, subsahara afrika,asia timur dan pasifik, penyebab utama
adalah faktor lingkungan,seperti air,sanitasi,dan penggunaan energy
biomasa dalam lingkungan; wilayah asia tengah,amerika latin, dan
karibia, penyebab utama kedua adalah gizi pada anak-anak yang tidak
mencukupi dam adamya penyakit infeksi; di Negara Somalia,prevalensi
stunting terbesar berkaitan dengan tidak dilanjutkan nya pemberian ASI
sebelum anak 6-24 bulan.
Di Negara ASEAN,faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
stunting adalah: kemiskinan;makanan tradisional yang kandungan gizi
nya kurang;praktik pemberian makanan pada bayi yang tidak
baik;sanitasi air bersih yang tidak memadai; dan jenis tanaman pertanian
yang terbatas (Siti Helmyati,2019)

8
Masalah stunting (stunting) yang terjadi di Negara Berkembang
seperti Indonesia masih tinggi yaitu 30,8% masih di atas dunia yaitu
22,2%. Stunting di sub sahara Afrika 34,5%, di Ethiopia 52,4%,
prevalensi stunting di Congo 40%. Word Health Organization sudah
menentukan bahwa terjadinya masalah gizi suatu negara sebaiknya
kurang dari 20%. Stunting memiliki risiko gangguan pertumbuhan,
perkembangan dan penyakit degeneratif pada usia dewasa nanti
(Kemenkes, 2019).

E. Hasil –Hasil Penelitian Terkait


a. Literature Review
1. Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian Stunting pada
Balita (0-59 Bulan) di Negara Berkembang dan Asia Tenggara
Jurnal :Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Penulis :Gladys Apriluana* dan SandraFikawati
Tahun :2018
Stunting adalah gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan
oleh kurang gizi yang berlangsung kronis. Kondisi gizi balita pendek
menjadi penyebab 2,2 juta dari seluruh penyebab kematian balita di
seluruh dunia. Tujuan dari tinjauan literatur ini adalah menganalisis efek
dari faktor-faktor risiko yang menentukan kejadian stunting pada
balita. Desain penelitian ini adalah tinjauan pustaka. Artikel-artikel yang
dipilih dengan search engine adalah artikel penelitian korelasi yang
menggunakan studi cross-sectional dengan respondennya adalah anak
dengan stunting usia 0-59 bulan. Kriteria inklusi artikel yang dipilih adalah
anak dengan stunting, berusia 0-59 bulan, wilayah negara berkembang
(termasuk wilayah Asia Tenggara), dengan KMS, masih memiliki orang
tua lengkap. Proses pencarian hingga pengeksklusian artikel-artikel yang
digunakan untuk review literatur ini menggunakan metode PRISMA. Hasil
penelitian menunjukkan status gizi dengan berat badan lahir <2.500 gram
memiliki pengaruh yang berhubungan dengan kejadian stunting pada
anak dan memiliki risiko mengalami stunting sebesar 3,82 kali. Faktor

9
pendidikan ibu rendah memiliki pengaruh interaksi kejadian kejadian
stunting pada anak dan memiliki risiko mengalami stunting sebanyak 1.67
kali. Faktor pendapatan rumah tangga yang dikenal sebagai prediktor
signifikan untuk stunting pada balita sebesar 2,1 kali. Faktor sanitasi yang
tidak baik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian stunting
pada balita dan memiliki risiko mengalami stunting hingga 5,0 kali.
2. DETERMINAN KEJADIAN STUNTING DI INDONESIA: A
LITERATURE REVIEW
Jurnal :Keperawatan
Penulis : Elfiza Fitriami, Titih Huriah
Tahun :2019
Stunting masih menjadi masalah di Indonesia. Prevalensi tertinggi
stunting pada tahun 2013 adalah di Nusa Tenggara Timur (51,7%),
Sulawesi Barat (48,0%) dan Nusa Tenggara Barat (45,3%). Masalah
stunting menggambarkan masalah gizi kronis, yang dipengaruhi oleh
kondisi ibu atau ibu hamil, masa janin, dan bayi atau balita, termasuk
penyakit yang diderita selama masa kanak-kanak. Seperti masalah gizi
lainnya, tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga dipengaruhi oleh
kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan.
Tujuannya adalah untuk meninjau literatur yang terkait dengan peristiwa
penentu stunting di Indonesia dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
berdampak pada kejadian stunting pada anak-anak. Database
terkemuka dicari secara elektronik antara tahun 2013 dan 2017. Data
base kesehatan yang relevan termasuk EBSCO, PubMed, Biomed
Central, ProQuest, DOAJ, dan sarjana dalam pencarian dengan
menggunakan kombinasi istilah pencarian: penentu pengerdilan,
malnutrisi, faktor risiko pengerdilan, Indonesia, Asia Tenggara. Dua belas
artikel, diidentifikasi dari 815 artikel dimasukkan dalam ulasan. Beberapa
faktor untuk terjadinya stunting di Indonesia, termasuk: faktor anak,
faktor keluarga, sanitasi, dan penyakit menular. Tinjauan literatur ini
menemukan bahwa faktor yang paling dominan yang menyebabkan
stunting pada anak-anak di Indonesia adalah anak-anak dengan BBLR,

10
anak laki-laki, tidak disusui secara eksklusif selama 6 bulan, orang tua
yang berpendidikan rendah, ekonomi sosial yang rendah, orang tua
dengan kekurangan gizi, dan sanitasi yang buruk di rumah.

3. Risk Factors of Child Stunting in Developing Countries


Jurnal :Unair
Penulis` : Indah Budiastutik, Muhammad Zen Rahfiludin
Tahun :2019
Masalah stunting (stunting) yang terjadi di Negara Berkembang
seperti Indonesia masih tinggi yaitu 30,8% masih di atas dunia yaitu
22,2%. Stunting di sub sahara Afrika 34,5%, di Ethiopia 52,4%,
prevalensi stunting di Congo 40%. Word Health Organization sudah
menentukan bahwa terjadinya masalah gizi suatu negara sebaiknya
kurang dari 20%. Stunting memiliki risiko gangguan pertumbuhan,
perkembangan dan penyakit degeneratif pada usia dewasa nanti.
Review ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risikos apa saja
yang dapat menentukan terjadinya stunting anak di Negara berkembang.
Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa salah
satu penyebab stunting pada anak adalah karena tidak terpenuhinya gizi
yang baik pada kurun waktu yang panjang dan sering kali tidak disadari
oleh orang tuanya sehingga setelah anak usia di atas 2 tahun baru
terlihat bahwa anaknya mengalami stunting. Berdasarkan hasil literatur
review menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya stunting adalah
panjang lahir berisiko 16,43 kali, pendidikan ibu yang rendah berisiko
3,27 kali, serta anak yang tinggal di desa berisiko 2,45 kali, BBLR
berisiko 4,5 kali, tidak ANC berisiko 3,4 kali, tidak imunisasi berisiko 6,38
kali, dan tidak ASI Eksklusif berisiko 4,0 kali adalah merupakan faktor
risiko stunting anak di negara berkembang.
Hasil sintesis ini secara konsisten yang menjadi faktor risikos
terjadinya stunting pada anak di negara berkembang adalah tidak

11
diberikan ASI eksklusif, sosial ekonomi, berat bayi lahir rendah, panjang
lahir, pendidikan ibu rendah, penyakit infeksi.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Strategi Penentuan Judul Penelitian
Penentuan judul penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Menentukan Topik
Penentuan topik dilakukan dengan prinsip ada kebaharuan
(novelty), tidak replikasi penelitian sebelumnya, asli (originality) dan
sedang trend dan sesuai dengan bidang ilmu yang sedang ditekuni
peneliti. Peneliti menekuni bidang gizi masyarakat dan setelah diskusi
dengan dosen pembimbing, peneliti menentukan topik penelitian
adalah “Stunting”.
b. Defenisi Topik
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
c. Membaca Artikel Sesuai Topik
Untuk mendapatkan ide tentang judul penelitian, peneliti
menganalisa lima artikel sesuai dengan topik penelitian, dimana minimal
satu diantaranya dalam bentuk Literature Review. (Daftar artikel
ringkasan hasil penelitian seperti tabel 2). Peneliti merangkum isi artikel
dan memberi kesimpulan. Ringkasan hasil penelitin sebagai berikut :

17
Tabel 2. Daftar Artikel Hasil Pencarian Sesuai dengan Topik
NO Penulis/Judul METODE Hasil Kesimpulan
1 BanchaBatiro et al, Case Control sumber air minum tidak aman (7,06), Faktor risiko stunting adalah penyakit infeksi
2017, Ethiopia/Determinants of stunting ISPA 2 minggu 6terakhir (3,04), IMD seperti diare, ISPA, keterlambatan pemberia
among children aged 6-59 months at terlambat (5,16),Imunisasi tidak ASI, tidak imunisasi, defisiensi makanan
Kindo Didaye woreda, Wolaita Zone, lengkap (6,38). hewani, sumber air yang tidak aman
2. SouthernRemonja
Chitale Ethiopia: Unmatched
Rabaoarisoa et al, A Case- Dari hasil penelitian di moramanga Kegiatan intervensi untuk meningkatkan
2017, Madagascar/The importance of Control diperoleh infeksi Trichuris trichura pertumbuhan anak adalah mengurangi
public health, poverty reduction Study berisiko 2,4 kali dan keluarga miskin kemiskinan, pemberdayaan perempuan,
programs and women's empowerment berisiko 2,3 kali mengalami stunting. program kesehatan masyarakat yang berfokus
in the reduction of child stunting in rural Sedangkan di Moramanga diperoleh ibu pada WASH dan peningkatan penerimaan,
areas of Moramanga and Morondava, bekerja diluar rumah berisiko 1,2 dan dan peningkatan cakupan kualitas layanan
3. Aridiyah,
MadagascarF. O., Rohmawati, N., & cross- Hasil lahir
bayi analisis
kecil menunjukkan
berisiko 1,6bahwa
kali Tingkat kecukupan
kesehatan protein dan kalsium di
ibu dan anak.
Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang sectional faktor yang mempengaruhi terjadinya wilayah pedesaan menunjukkan hubungan
Mempengaruhi Kejadian Stunting pada stunting pada anak balita yang berada yang signifikan sedangkan di wilayah
Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan di wilayah pedesaan dan perkotaan perkotaan tidak menunjukkan adanya
Perkotaan (The Factors Affecting adalah pendidikan ibu, pendapatan hubungan. Faktor yang paling
Stunting on Toddlers in Rural and keluarga, pengetahuan ibu mengenai mempengaruhi terjadinya stunting pada anak
Urban Areas). Pustaka gizi, pemberian ASI eksklusif, umur balita di wilayah pedesaan maupun perkotaan
Kesehatan, 3(1), 163-170. pemberian MP-ASI, tingkat yaitu tingkat kecukupan zink
kecukupan zink dan zat besi, riwayat

18
4 Ariati, L. I. P. (2019). Faktor-Faktor cross Hasil penelitian menunjukkan Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Resiko Penyebab Terjadinya Stunting sectional prevalensi stunting sebesar 32,5 dan menganalisis hubungan faktor-faktor
Pada Balita Usia 23-59 % dan balita Normal 67,5%. resiko penyebab terjadinya stunting pada
Bulan. Oksitosin: Jurnal Ilmiah Analisis uji statistik balita usia 23-59 bulan di desa Panduman
Kebidanan, 6(1), 28-37. menunjukkan adanya hubungan
bermakna antara faktor prenatal
(usia ibu saat hamil, status gizi
ibu saat hamil), faktor
pascanatal (ASI Eksklusif,
riwayat imunisasi, penyakit
infeksi), Karakteristik keluarga
5 fatsena, r. a., & rokhanawati, d. (2020). A Case- faktor resiko kejadian untuk meninjau secara sistematis faktor
faktor resiko yang mempengaruhi Control stunting, resiko yang mempengaruhi kejadian stunting
kejadian stunting pada anak pra- Study antara lain: faktor sosial ekonomi, pada anak-anak pra-sekolah di negara-negara
sekolah di negara-negara karakteristik ibu, karakteristik berkembang.
berkembang. jurnal keperawatan anak dan lingkungan
jiwa, 8(2), 185-192.

19
Dari hasil rangkuman, kelima artikel umumnya membahas tentang
Faktor kejadian stunting di Negara berkembang,di perdesaan maupun di
perkotaan . Setelah mengkaji lima artikel, peneliti akan menuliskan
tentang Studi Literatur Faktor-faktor yg mempengaruhi kejadian stunting
di berkembang,

d. Menentukan Judul dan Rumusan Masalah

1. Menentukan Judul
Setelah merangkum hasil studi dari kelima artikel, peneliti
menentukan judul penelitian yaitu: ”literature riview faktor-faktor yg
mempengaruhi kejadian stunting di negara berkembang”.

2. Rumusan masalah
Rumusan Masalah : Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting di negara maju dan berkembang

B. Strategi Pencarian Literature

a. Protokol Pencarian Literature


Rangkuman menyeluruh dari Liretature Review adalah tentang
faktor-faktor kejadian stunting di negara berkembang. literature review
menggunakan table PRISMA checklist untuk menseleksi studi yang telah
ditentukan dan disesuaikan dengan tujuan literature review. Checklist
diawali dengan melakukan identifikasi dan skrining berdasarkan
duplikasi, judul dan membaca abstrak. Waktu pencarian Literature
dilakukan bulan Juli 2020.

b. Database Pencarian Literature


Pencarian literature dilakukan pada bulan Juli 2020. Mesin
pencarian Literature yang digunakan adalah Google Scholer,
SINTA,GARUDA, dan Pubmed. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian terdahulu.
Sumber data diperoleh dari jurnal bereputasi baik nasional maupun
internasional yang dipublikasikan dari 2015-2020.

20
c. Kata Kunci
Kata kunci yang digunakan mengikuti topic penelitian. Untuk
artikel bahasa Indonesia menggunakan kata kunci : faktor-faktor and
“kejadian stunting” and “negara berkembang” dan untuk bahasa inggris :
factors and ‘stunting events in developing countries”.

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria pencarian pustaka diawali dengan duplikasi
kemudian judul dan kesesuaian abstrak. Pada tahap duplikasi,
artikel yang dicari dengan Pubmed dilakukan dengan bantuan
bibliography Mendeley, sedangkan seleksi judul dilakukan dengan cara
membeca secara cepat. Judul- judul artikel yang relevan akan
disisikan untuk dibaca bagian abstraknya.
Kriteria inklusi dan ekskuisi menggunakan table PICOS
(population/problem, intervention, comparator, autcome dan study
design). Apabila jumlah artikel masih terlalu banyak, maka peneliti
menambahkan kriteria ekslusi seperti kelengkapan full text, tingkat
kesulitan analisis dan indeks jurnal, tahun terbit dan Bahasa

TABEL 3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi menurut PICOS

21
Kriteria Inklusi Eksklusi
Populasi/ Balita 0 - 59 bulan Bayi 0 - 24 Bulan
Problem
Intervensi Tidak Ada Intervensi Ada Intervensi

Comparasi Tidak/Ada pembanding -


Full Text Lengkap sesuai IMRAD Tidak lengkap
Indeks Jurnal Bereputasi Internasional seperti: Tidak bereputasi
Scimago ,dan Nasional : SINTA 1-4 dan
Bahasa Indonesia
GARUDA dan Ingris Selain Indonesia
dan Inggris
Tahun Terbit Mulai tahun 2015-2020 Sebelum 2015
D. Seleksi Artikel dan penilaian Kualitas

a. Hasil Seleksi Artikel


 Pencarian menggunakan tiga database: Google Scholar,
SINTA ,GARUDA,dan Pubmed
 Pada tahap identifikasi, total jumlah artikel yang muncul sesuai
kata kunci yang sudah ditetapkan sebanyak 315 dengan rincian sebagai
berikut:
o Google Scholar Kata Kunci : Faktor-faktor AND “ mempengaruhi
kejadian stunting” AND Negara maju dan Negara Berkembang = 295
artikel
o Portal DOAJ Kata Kunci : Faktor-faktor mempengaruhi kejadian
stunting AND Negara maju dan Negara Berkembang = 0 artikel
o Portal GARUDA Kata Kunci : Faktor-faktor mempengaruhi kejadian
stunting”AND Negara maju dan Negara Berkembang = 4 artikel
o PubMed Kata Kunci : the factors of stunting AND in developed and
developing countries = 16 artikel
Kemudian setelak dilakukan identifikasi berdasarkan kriteria
duplikasi, judul tidak relevan dengan topic dan abstrak, jumlah
artikel yang layak untuk diproses selanjutnya 315 artikel, dimana 106
artikel tidak dapat diteruskan karena tidak layak. Seterusnya 50 diseleksi
berdasarkan format PICOS dan beberapa kriteria ekskuisi lainya seperti
tahun terbit, indeks jurnal dan bahasa, jumlah artikel yang dikeluarkan

22
sebanyak 30 artikel dan sisanya 20 artikel. Pada penilaian terakhir (final
assessment), dilakukan seleksi dengan menilai kualitas artikel
menggunakan 12 kritrria critical appraisal. Penulis membaca 13
artikel full text dan memberikan tanda koreksi pada setiap lembar
artikel. Akhirnya diperoleh 10 artikel yang relevan untuk dijadikan objek
studi.Tahapan seleksi artikel mengunakan Tabel Prisma seperti pada
gambar

b.
Pubmed DOAJ GARUDA Google Scholar
c.
N=1
d. N=0 N=4 N=295
Katae.kunci: Kata kunci: Kata kunci: Kata kunci: Faktor-
the factors
f. of Faktor-faktor Faktor-faktor faktor
Stunting
g.
AND mempengaruhi mempengaruhi mempengaruhi
in developed kejadian stunting kejadian stunting kejadian stunting
h.
and developing AND Negara AND Negara AND Negara maju
countries maju dan Negara maju dan Negara dan Negara
Berkembang Berkembang Berkembang

N=315 artikel

artikel di saring atas indentifikasi

Artikel disaring berdasarkan


Hasil 195 artikel:
kriteria artikel
G.S= 189
G.S =114
Garuda=4
Garuda=4
Pubmed = 2
PubMed=0

i.
Artikel yang digunakan 10 Artikel disaring berdasarkan
artikel j. PISCOS
G.S=7 k. G.S=183
GARUDA=2 GARUDA=2
l.
PubMed=1 PubMed=0

23
Artikel
m. yang sangat layak
untuk dikaji adalah 10 artikel

Gambar 1 Tabel PRISMA

E. Hasil Penilaian Kualitas Artikel


Penilaian kualitas artikel dilakukan menggunakan appraisal
checklist yang terdiri dari 10 kriteria, dimana 10 artikel dinilai kualitasnya
masing-masing criteria diberi nilai Ya atau Tidak. Artikel yang mendapat
nilai ≥70% masuk dalam criteria inkuisi atau memenuhi kualitas dan
dibawah ≤70% tidak berkualitas dan harus dibuang karena akan
memberikan bias atau validasi rendah.
Pada lembaran lampiran Tabel 5, terlihat hasil penilaian 10 artikel, dan
memberikan hasil 8 artikel yang akan di analisis lebih lanjut .

Tabel 4 Kualitas Artikel Menggunakan Appraisal Checklist


NO KRITERIA APPRAISAL CHECKLIST

1. Apakah teori yang digunakan masih sesuai atau sudah kadaluarsa ?

2. Apakah teori yang digunakan mempunyai kredibilitas yang tinggi ?

3. Apakah desain penelitian sesuai dengan tujuan penelitian ?

4. Apakah populasi sesuai dengan tujuan penelitian ?

5. Apakah sampel/responden sesuai tujuan penelitian ?

6. Apakah perhitungan jumlah sampel sesuai kaidah perhitungan ?

7. Apakah variable yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penelitian?

8. Untuk studi epidemiologi/experiment, Apakah ada kontrol untuk variable

24
perancu (confounder)?

9. Apakah instrument yang digunakan memiliki sensitivitas dan spesifisitas?

10. Apakah analisis data sesuai kaidah analisis dan tujuan penelitian ?

25
Tabel 5. Hasil Penilaian Kualitas Artikel Menggunakan Appraisal Checklist

N Penulis Kriteria Hasil KET


O (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Ariati, L. I. P. (2019). Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya 75% Memenuhi

2. Torlesse, H., et all(2016).. Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya 75% Memenuhi


3. Rangki, L., et all(2020). Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 83% Memenuhi
4. Atmaja, B. et all(2020) Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya - Ya Ya 75% Memenuhi
5. Wellina, W. F. et all (2016). Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 83% Memenuhi
6. García Cruz, LM, et allLoro Ferrer, Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya 75% Memenuhi
JF, & Serra-Majem,L. (2017). 
7. Sastria, A., Hasnah, H., & Fadli, F. Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 91,6% Memenuhi
(2019).
8. Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. R. Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 91,6% Memenuhi
(2015).

26
F. Analisis Data
Analisa data dilakukan secara kualitatif, dimana dari 10 artikel terpilih
akan dikaji sesuai karakteristik studi, karakteristik responden dan
karakteristik temuan kemudian dilakukan pembahasan.

27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Hasil penilaian berdasarkan kriteria PISCOS dihasilkan 10 artikel
yang sesuai dengan topik dan masalah yang dibahas. Artikel yang
memenuhi syarat merupakan artikel yang diterbitkan pada tahun 2015
sampai pada tahun 2020 dari berbagai lokasi yang berbeda baik dari
dalam negri maupun luar negri.
1. Karakteristik Artikel
karakteristik artikel berdasarkan penulis,tahun terbit,judul,nama
jurnal dan indeks jurnal yang terdapat pada sepuluh artikel disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 6. Karakterisik Artikel yang telah ditelaah berdasarkan Penulis,Tahun Terbit, ,
Indeks Jurnal,judul artikel,Desain Studi
NO. Penulis, Tahun Judul Artikel Index Desain Studi
Terbit Jurnal
1. Ariati, L. I. P. Faktor-Faktor Penyebab SINTA 4 Cross
(2019). Trjadinya Stunting Pada Sectional
Balita Usia 23-59
2. Torlesse, H. et all Determinants Of Stunting In Scimago Cross
(2016).. Indonesian Q1 Sectional
Childern:Evidence From
Across-Sectional Survey
Indicate A Prominent Role
For The Water,Sanitation
And Hygiene Sector In
Stunting Reduction
3. Rangki, L. et all Risk Factors Of Stunting In Sinta 3 Case Control
(2020). Childern Age 24-59 Mounts
Old
4. Zogara, A. U., &  Faktor-Faktor Yang Sinta 3 Cross
Pantaleon, M. G. Berhubungan Dengan Sectional
(2020). Kejadian Stunting Pada
Balita
5. Wellina, W. F.et all Faktor Resiko Stunting Sinta 2 Case-control
(2016). Pada Anak12-59 Bulan
6. García Cruz, LM, et Factors Associated With SCOPUS Case control
all(2017).  Stunting Among Childern Q1
Agded O-59 Mounts The
Central Region Of
Mozambique
7. Sastria, A., Faktor Kejadian Stunting Sinta 4 Cross
Hasnah, H., & Pada Anak Dan Balita sectional
Fadli, F. (2019).
8. Ni’mah, K., & Faktor Yang Berhubungan Sinta 2 Chi-Square
Nadhiroh, S. R. Dengan Kejadian Stunting
(2015). Pada Balita

28
Tabel 6 menunjukan bahwa terdapat 8 artikel ilmiah yang memenuhi
kriteria insklusi. 10 artikel yang ditelaah berasal dari 5 jurnal nasional yang
sudah terindeks oleh sinta 1-4 beserta indeks Garuda dan 3 jurnal
internasional terindeks scimago.

2. Karakteristik artikel menurut Sampel


Karakteristik sampel berdasarkan penulis,tahun terbit,jumlah
sampel,dan Teknik pengambilan sampel yang berdasarkan pada 8 artikel
disajikan pada tabel berikut:

Tabel 7. Karakteristik sampel artikel yang telah ditelaah berdasarkan penulis,tahun


terbit,sampel,dan Teknik pengambilan sampel.

NO. Penulis, Tahun Terbit Sampel Lokasi Teknik pengambilan


sampel sampel
1. Ariati, L. I. P. (2019). 111 balita Simple Random
Sampling
2. Torlesse, H. et all (2016).. 1366 balita Multiple Logistic
Regression
3. Rangki, L. et all (2020). Kasus = 35 balita Teknik purposive
Control= 72 balita sampling

4. Zogara, A. U., & 176 balita Simple Random


Pantaleon, M. G. (2020). Sampling
5. Wellina, W. F.et all (2016). Control=77 balita Multi Stage Sampling
Kasus= 77 balita
6. García Cruz, LM, et all Kasus=102 balita consecutive sampling
(2017).  Control=180
balita
7. Sastria, A., Hasnah, H., & 52 balita consecutive sampling
Fadli, F. (2019).
8. Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. 34 balita Simple random
R. (2015). sampling

Tabel 7. Menunjukan 8 artikel memiliki sampel sebanyak 2282 balita.


Teknik pengambilan sampel yang digunakan masing-masing peniliti
diantaranya menggunakan Simple random sampling, consecutive
sampling, Multiple Logistic Regression.

3. Prevalensi Balita Stunting dan Tidak Stunting


Kejadian stunting pada balita berdasarkan 8 artikel diajukan pada
tabel berikut:

29
Tabel 8. Prevalensi Balita Stunting dan Tidak Stunting

No. Artikel Stunting Tidak Stunting


n % n %
1. Ariati, L. I. P. (2019). 36 32.5 74.9 67.5
2. Torlesse, H. et all (2016).. 388 38.4 92 6.7
3. Rangki, L. et all (2020). 35 32.4 72 66.6
4. Zogara, A. U., & Pantaleon, 119 67,6 76 43,1
M. G. (2020).
5. Wellina, W. F.et all (2016). 77 50 77 50
6. García Cruz, LM, et 102 37% 180 48%
all(2017). 
7. Sastria, A., Hasnah, H., & 32 61.5 20 38.5
Fadli, F. (2019).
8. Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. R. 34 50 34 50
(2015).

Tabel 8 menunjukan bahwa dari 8 artikel yang di telaah


menunjukkan bahwa angka stunting sebesar

4. Asi Eksklusif
Tabel 10. Faktor Riwayat Asi Eksklusif dengan Kejadian Stunting

no Penulis, Riwayat Asi Eksklisif p-value


tahun terbit Stunting Tidak Stunting
ASI % Tidak % ASI % Tidak %
Eks ASI Eks Eks ASI Eks
1. 11 13.8 25 80.6 69 86.3 6 19.4 0.000
Ariati, L. I. P.
(2019).
2. Rangki, L., 19 52.8 17 47.2 56 77.8 16 22.2 0.269
Haryati, H.,
Rahmawati,
R., Sukurni,
S., & Salma,
W. O. (2020).
3. Sastria, A., 1 1.9 15 28.8 30 57.7 6 11.5 0.001
Hasnah, H., &
Fadli, F.
(2019).
4. Ni’mah, K., & 4 11.8 30 88.2 13 38.2 21 61.8 0,025
Nadhiroh, S.
R. (2015).

Pada tabel 10 Membahas dimana faktor Riwayat Asi Eksklusif


dengan kejadian stunting dimana prevalensi kejadian stunting lebih tinggi
dengan Riwayat Tidak Asi Eksklusif (Linda,2019)

30
5. Asupan Protein
Tabel 11. Asupan Protein dengan kejadian Stunting

no Penulis, tahun Asupan Protein


Stunting Tidak Stunting p-value
terbit baik % kurang % baik % kurang %

1. 21 26,4 15 46,9 58 73,4 17 53,1 0,039


Ariati, L. I. P.
(2019).
2. Zogara, A. U., 32 43,2 42 56,8 68 66,7 34 33,3 0,002
& Pantaleon,
M. G. (2020).
3. Wellina, W. 15 19,6 62 80,5 50 65 27 35 0,001
F.,
Kartasurya,
M. I., &
Rahfiludin, M.
Z. (2016).

Pada tabel 10 menjelaskan factor Asupan Protein dengan kejadian


stunting. Pada artikel ini menyatakan adanya hubungan factor asupan
protein dengan kejadian stunting pada balita.
6. Faktor Sosial ekonomi
Tabel 11. Faktor sosial ekonomi dengan kejadian Stunting

no Penulis, Faktor Sosial Ekonomi p-value


tahun terbit Stunting Tidak Stunting
Rendah % menengah % Rendah % menengah %
1. 24 70.6 12 15.6 10 29,4 65 84.4 0.000
Ariati, L. I.
P. (2019).
2. 26 76,5 8 23,5 17 50 17 50 0,044
Ni’mah, K.,
& Nadhiroh,
S. R.
(2015).

Pada tabel 10 menjelaskan factor sosial ekonomi dengan kejadian


stunting. Pada artikel ini menyatakan adanya hubungan factor sosial
ekonomi dengan kejadian stunting pada balita.
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Artikel,Studi,dan Sampel

31
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada 8 artikel, dimana
artikel penelitian dilakukan di berbagai wilayah negara maju dan negara
berkembang.
Pada penelitian ini, dari 8 artikel yang dikaji sampel berjumlah 2282
balita dengan sampel terkecil sebanyak 34 balita dan sampel terbesar
sebanyak 1366 balita. Dengan rentang usia 0-59 bulan,

2. Kejadian Stunting pada Balita


Berdasarkan 8 artikel yang telah di kaji, hasil studi literatur ini yang
terdiri dari beberapa kajian dari berbagai wilayah di negara maju dan
negar berkembang terutama di negara berkembang masih lebih tinggi jika
dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2018 yaitu 30,8%.
Pada penelitian ini, selain riwayat ASI eksklusif, status ekonomi,
dan asupan protein. Ada beberapa faktor risiko kejadian stunting pada
balita diantaranya asupan energi, jenis kelamin balita, pola asuh, faktor
prenatal (usia ibu saat hamil, status gizi ibu saat hamil), faktor pascanatal
(riwayat imunisasi, penyakit infeksi), ketahanan pangan keluarga,
frekuensi datang ke posyandu, pola makan, usia anak saat disapih, tinggi
badan ibu dan asupan vitamin C serta iron.

3. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting


Berdasarkan hasil dari 8 artikel yang dikaji ada 4 artikel yang
membahas tentang ASI Eksklusif. stunting pada balita yaitu penelitian La
Ode (2020), Linda (2019), Andi (2019), dan Ni’mah (2015)
Pada penelitian La Ode (2020) menyatakan ada hubungan riwayat
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita dengan
nilai OR 3,1 (1,327-7,389) artinya ibu yang memiliki riwayat pemberian
ASI tidak eksklusif berisiko sebesar 3,1 kali memiliki balita stunting
dbandingkan ibu yang memberikan ASI eksklusif. Penelitian Linda (2019)
menyatakan riwayat pemberian ASI eksklusif sebgaian besar telah
mendapatkan ASI eksklusif, hanya 19,6% yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif, namun dari balita dengan riwayat ASI tidak eksklusif sebagian
besar jatuh dalam kondisi stunting dengan nilai p=0,000. Ke-3. Pada
penelitian Nimah (2015) menunujukkan bahwa balita yang tidak

32
mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama lebih tinggi pada
kelompok balita stunting (82,6%) dibandingkan dengan kelompok balita
normal(61,8%) dengan OR sebesar 4,643. Pada penelitian Andi (2019)
berdasarkan uji chi square pada continuity correction diperoleh hasil
p=0,001 (OR=30,06) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara
factor pemberian Asi eksklusif terhadap kejadian stunting pada balita
dikarenakan ASI merupakan nutrisi utama yang dibutuhkan oleh bayi
karena merupakan asupan protein yang berkualitas dan mengandung
zat-zat yang berguna untuk imunitas tubuh (Roesli,2007)

4. Hubungan Asupan Protein Dengan Kejadian Stunting


Berdasarkan hasil dari 8 artikel yang dikaji ada 3 artikel yang
membahas tentang hubungan asupan protein dengan kejadian stunting
pada balita yaitu Asweros (2020), Wiwien (2016), Linda (2019). Menurut
Wiwien (2016) menunujukkan bahwa factor terjadinya stunting adalah
kurangnya asupan protein dengan kecukupan asupan energi baik
memungkinkan 7,71 kali kejadian stunting. Berdasarkan Asweros (2020)
potensi genetic dari pencapaian peak bone mass. Asupan protein rendah
terbukti merusak akuisisi mineral massa tulang dengan merusak produksi
dan efek IGF-I. IGF-I mempengaruhi pertumbuhan tulang dengan
merangsang proliferasi dan diferensiasi kondrosit di lempeng epifis
pertumbuhan dan langsung mempengaruhi osteoblast.

Pola konsumsi protein hewani yang tinggi merupakan penciri pola


konsumsi pangan bangsa-bangsa negara maju. Pola konsumsi protein
jarang mendapatkan perhatian secara serius. Dimensi kelaparan
sebagaimana yang digambarkan oleh IKG, bagi negara-negara
berkembang dapat dipastikan sebagai akibat dari kekurangan konsumsi
protein hewani (de bois,2006)

Asupan protein sangat penting pada masa pertumbuhan,


kekurangan asupan protein akan menyebabkan terjadinya masalah gagal
tumbuh anak dengan berbagai dampak jangka Panjang. Protein penting

33
untuk fungsi normal dari semua sel dan proses metabolism(Stephenson.
K. et al. 2010)

5. Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Stunting


Hasil dari artikel yang dikaji, sebanyak 2 artikel membahas hubungan
status ekonomi keluarga dengan kejadian dimana artikel menyatakan ada
hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan kejadian
stunting dengan nilai p<0,004 diantaranya penelitian Linda,dkk (2019),
Ni’mah,dkk (2015).
Status ekonomi yang rendah dianggap memiliki dampak yang
signifikan terhadap kemungkinan anak menjadi kurus dan pendek
(UNCIEF,2013). Keluarga dengan status ekonomi baik akan dapat
memeroleh pelayanan umum yang lebih baik seperti Pendidikan,
pelayanan keksehatan, askes jalan, dan lainnya sehingga dapat
memengaruhi status gizi anak.
Keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah mempunyai
keterbatasan daya beli dan pemilihan makanan yang berkualitas
sehingga anak-anak berisiko mengalami malnutrisi lebih tinggi. Status
ekonomi yang cukup memberikan kesempatan orang tua memiliki
permukiman dengan lingkungan yang bersih dan sehat. Kemiskinan
membatasi kesempatan orang dalam memilih Pendidikan formal yang
memadai dan juga terbatas (Monteiro,dkk. 2010)

34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Prevalensi kejadian stunting di negara berkembang rata-rata
sebesar 47,5%
2. menurut artikel yang di telaah factor yang mempengaruhi kejadian
stunting di negara berkembang adalah hubungan tingkat asupan
asi eksklusif,tingkat kecukupan protein, serta status ekonomi.

B. Saran
1. Perlu dilakukan pendidikan mengenai gizi dalam pencegahan
stunting kepada ibu balita
2. Penelitian Literature Review ini masih banyak memiliki kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Sehingga bagi peneliti selanjutnya
agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan langsung mengetahui
hubungan faktor-faktor risiko tersebut terhadap kejadian stunting
pada balita di negara maju dan negara berkembang

35
DAFTAR PUSTAKA

Abaoarisoa, c. R., rakotoarison, r., rakotonirainy, n. H., mangahasimbola,


r. T., randrianarisoa, a. B., jambou, r., ... & randremanana, r. V.
(2017). The importance of public health, poverty reduction
programs and women’s empowerment in the reduction of child
stunting in rural areas of moramanga and morondava,
madagascar. Plos one, 12(10), e0186493.

Almatsier, soetardjo, dan soekarti. 2016. Gizi seimbang dalam daur


kehidupan. Pt gramedia pustaka utama. Jakarta.
Almatsier, sunita. 2010. Prinsif dasar ilmu gizi. Jakarta: gramedia
Apriluana, G., & Fikawati, S. (2018). Analisis Faktor-Faktor Risiko
terhadap Kejadian Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di Negara
Berkembang dan Asia Tenggara. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 28(4), 247-256.
Ariati, l. I. P. (2019). Faktor-faktor resiko penyebab terjadinya stunting
pada balita usia 23-59 bulan. Oksitosin: jurnal ilmiah
kebidanan, 6(1), 28-37.

Aridiyah, f. Okky dkk. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi


kejadian stunting pada anak balita di wilayah pedesaan dan
perkotaan. Jember: universitas jember.
Aridiyah, f. O., rohmawati, n., & ririanty, m. (2015). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita di wilayah
pedesaan dan perkotaan (the factors affecting stunting on toddlers
in rural and urban areas). Pustaka kesehatan, 3(1), 163-170.

Batiro, B., Demissie, T., Halala, Y., & Anjulo, Aa (2017). Determinan


stunting pada anak usia 6-59 bulan di kindo didaye woreda, zona
wolaita, ethiopia selatan: studi kasus kontrol yang tidak
tertandingi. Plos satu , 12 (12), e0189106.

36
Beal, T., Tumilowicz, A., Sutrisna, A., Izwardy, D., & Neufeld, Lm
(2018). Review determinan stunting pada anak di indonesia. Nutrisi
ibu & anak , 14 (4), e12617.

Beluska-turkan, K., Korczak, R., Hartell, B., Moskal, K., Maukonen, J.,
Alexander, D. E., ... & Zhang, K. (2019). Nutritional gaps and
supplementation in the first 1000 days. Nutrients, 11(12), 2891.

Budiastutik, i., & Rahfiludin, m. Z. (2019). Faktor risiko stunting pada


anak di negara berkembang. Amerta nutrition, 3(3), 122-129.

Departemen Kesehatan RI. 2015. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta:


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI.
Duc, n. H. C. (2016). Developmental risk factors in vietnamese
preschool‐age children: cross‐sectional survey. Pediatrics
international, 58(1), 14-21.

Fatsena, r. A., & Rokhanawati, d. (2020). Faktor resiko yang


mempengaruhi kejadian stunting pada anak pra-sekolah di negara-
negara berkembang. Jurnal keperawatan jiwa, 8(2), 185-192.

Fikawat, Sandra dkk. Gizi anak dan Remaja. Depok: Rajawali Pers;
2017.
G . Danael, dkk. 2016. “Risk Factors for Childhood Stunting in 137
Devoloping Countries: A Comparative Risk Assesment Analysist at
Global,Regional , and Country Levels”. PLos Medicine. 1:1-18.
Doi:10.1371/Journal.Pmed.1002164
Illahi, r. K. (2017). Hubungan pendapatan keluarga, berat lahir, dan
panjang lahir dengan kejadian stunting balita 24-59 bulan di
bangkalan. Jurnal manajemen kesehatan yayasan rs. Dr.
Soetomo, 3(1), 1-7.
Kementerian Kesehatan R.I. Keputusan Menteri Kesehatan Tahun 2019
tentang kebijakan dan strategi penanggulangan stunting di

37
indonesia. Jakarta: Derektorat Bina Gizi. Kemenerian Kesehatan R.I;
2019
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA.
KEMENKES RI; 2010. Jakarta.
L.M.G Cruz, dkk. 2017. “Factors Associated with Stunting Among
Childern Aged 0 to 59 Mounts from Then central Region of
Mozambique”. Nutrients. 9(491):1-16
Ni’mah, k., & Nadhiroh, s. R. (2015). Faktor yang berhubungan dengan
kejadian stunting pada balita. Media gizi indonesia, 10(1), 13-19

Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. R. (2015). Faktor yang berhubungan dengan


kejadian stunting pada balita. Media Gizi Indonesia, 10(1), 13-19.

Septiani, r. (2015). Faktor maternal pada kejadian berat badan lahir


rendah (bblr) di indonesia (analisis data riskesdas 2013 (bachelor's
thesis, uin syarif hidayatullah jakarta: fakultas kedokteran dan ilmu
kesehatan, 2015).

Setiadi, h., km, s., & Fifi Dwijayanti, s. K. M. (2020, april). Pentingnya
kesehatan masyarakat, edukasi dan pemberdayaan perempuan
untuk mengurangi stunting di negara berkembang. In jurnal seminar
nasional (vol. 2, no. 01, pp. 16-25).
Strategi Nasional (Stranas). 2018. Percepatan Pencegahan Anak Kerdil
(Stunting), Jakarta: 2018.
Strategi nasional, tahun 2019 tentang percepatan pencegahan anak
kerdil (stunting). Jakarta: starnas,
derektoratbinagizi.kemeneriankesehatan ri; 2019
Strategi Nasional, Tahun 2019 tentang Percepatan Pencegahan anak
kerdil (stunting). Jakarta: Starnas, Derektorat Bina Gizi. Kemenerian
Kesehatan RI; 2019
Supariasa et al, 2013. Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi), Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tim Nasional Pencegahan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). 2017.
100 kabupaten/kota prioritas untuk Intervensi anak kerdil (stunting),

38
Jakarta: 2017.
UNICEF. Improving child nutrition, the achieble imperative for global
progress. New York: United Nations Children’s Fund; 2013.
Wellina, w. F., kartasurya, m. I., & rahfiludin, m. Z. (2016). Faktor risiko
stunting pada anak umur 12-24 bulan. Jurnal gizi indonesia (the
indonesian journal of nutrition), 5(1), 55-61.

Zogara, A. U., & Pantaleon, M. G. (2020). Faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 9(02), 85-92.

39
LAMPIRAN
Lampiran 1 : screan shoot pencarian artikel
 Google Scholar

 PubMed

40
 Garuda

41
42
43

Anda mungkin juga menyukai