INJEKSI LANSOPRAZOLE
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
apt. Dr. Gressy Novita, M.Farm.
Puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia yang
telah diberikan seningga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat
serta salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas kelompok Farmasi
Industri dengan judul “Injeksi Lansoprazole” dan juga agar mahasiswa dapat
hingga registrasi. Penulis berterima kasih kepada ibu apt. Dr. Gressy Novita M.Fam.
selaku dosen pengampu mata kuliah Farmasi industri ini yang telah membimbing
kami dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih
Untuk menyempurnakan makalah ini kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat kami harapkan. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan semoga
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II ISI.....................................................................................................................3
2.1. Preformulasi....................................................................................................3
2.1.1. Lansoprazole............................................................................................3
2.1.2. Natrium klorida........................................................................................7
2.2. Formula...........................................................................................................9
2.3. Persyaratan Ruangan.......................................................................................9
2.3.1. Persyaratan ruangan pada penyimpanan bahan baku..............................9
2.3.2. Persyaratan ruangan proses produksi....................................................10
2.3.3. Persyaratan ruangan penyimpanan akhir...............................................12
2.4. Teknik Pembuatan........................................................................................13
2.4.1. Metode pembuatan injeksi lansoprazole................................................13
2.4.2. Cara pembuatan injeksi lansoprazole....................................................13
2.4.3. Pengemasan injeksi lansoprazole..........................................................14
2.5. Evaluasi.........................................................................................................14
2.5.1. Evaluasi fisika........................................................................................14
2.5.2. Evaluasi Biologi....................................................................................17
2.6. Cara Rekonstitusi Injeksi Lansoprazole........................................................18
2.7. Pengemasan...................................................................................................20
2.8. Rancangan Uji Stabilitas...............................................................................24
2.9. Registrasi.......................................................................................................24
2.9.1 Penomoran registrasi.............................................................................24
2.9.2 Nomor batch..........................................................................................26
ii
BAB III PENUTUP...................................................................................................27
3.1. Kesimpulan...................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
kesehatan masyarakat yaitu dengan memproduksi obat yang bermutu dan berkualitas.
Badan Pengawas Obat dan Makanan telah berupaya memberikan suatu Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang mutlak harus diterapkan oleh semua
Jaminan mutu suatu produk obat jadi tidak hanya sekedar lulus dari
serangkaian pengujian akan tetapi mutu harus dibentuk dan dibangun pada seluruh
proses tahapan produksi dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, pelaksanaan CPOB
terkini harus diterapkan pada seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
Pengawasan dan pengendalian mutu dilakukan mulai dari pengadaan bahan awal,
proses pembuatan dan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu seperti
Pelaksanaan CPOB terkini merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat
Alur vena di pakai khususnya untuk tujuan agar obat yang diberikan dapat
bereaksidengan cepat misalnya pada situasi gawat darurat, obat di masukkan ke vena
sehingga obat langsung masuk sistem sirkulasi menyebabkan obat dapat beraksi lebih
cepat di banding dengan cara enternal atau parental yang lain yang memerlukan
1
waktu absorbsi. Pemberian obat intravena dilakukan dengan berbagai cara. Pada
lansoprazole?
1.3. Tujuan
lansoprazole
lansoprazole
2
BAB II
ISI
2.1. Preformulasi
2.1.1. Lansoprazole
Nama Obat : Lansoprazole
Metil]sulfinil]benzimidazol [103577-45-3]
Struktur Molekul :
3
dapat menekan produksi asam lambung lebih baik AH2 pada
4
dalam 200 ml metanol P. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 10-ml,
encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah Senyawa Sejenis A Lansoprazol
BPFI dalam metanol P, encerkan secara kuantitatif dan bila perlu bertahap dalam
methanol P hingga kadar lebih kurang 0,025 mg per ml. Pipet 1 ml larutan ini ke
dalam labu tentukur 10-ml, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan baku [Catatan Lakukan penyuntikan dalam waktu 10 menit setelah
larutan disiapkan]. Timbang saksama sejumlah Lansoprazol BPFI dan larutkan
dalam metanol P, encerkan secara kuantitatif dan bila perlu bertahap dalam metanol
P hingga kadar lebih kurang 25µg per ml. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam labu
tentukur 10 ml, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan Uji [Catatan Lakukan penyuntikan dalam waktu 10 menit setelah
larutan disiapkan]. Timbang saksama lebih kurang 125 mg zat, masukkan ke dalam
labu tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 1
ml larutan ini ke dalam labu tentukur 10-ml dan encerkan dengan Pengencer sampai
tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kromatografi. Kromatograf
cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 285 nm dan kolom 4,6 mm x 15 cm,
berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 0,8 ml
per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara lansoprazol dan
senyawa sejenis A lansoprazol tidak kurang dari 6. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
yang tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 3%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 40
µl) Larutan blangko, Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, perhatikan puncak lansoprazol dan cemaran. Ukur respons puncak
utama, tidak termasuk puncak yang diperoleh dari Larutan blangko.
5
Identifikasi :
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan didispersikan
dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama dengan Lansoprazol BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 100.000) dalam metanol P
menunjukkan serapan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang
sama dengan Lansoprazol BPFI.
Kromatografi.:
Larutan pengencer, buat campuran air-asetonitril Ptrietilamina P (60:40:1),
dan atur pH hingga 10,0 dengan penambahan asam fosfat P.
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-trietilamin P (60:40:1), saring dan
udarakan. Atur pH hingga 7,0 dengan penambahan asam fosfat P. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi.
Larutan resolusi Larutkan sejumlah Lansoprazol BPFI dan Senyawa Sejenis
A Lansoprazol BPFI dalam Larutan pengencer hingga kadar masing-masing lebih
kurang 0,1 mg per ml.
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah 4 etoksi asetofenon dan
larutkan dalam Larutan pengencer hingga kadar lebih kurang 2,5 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lansoprazol BPFI dan larutkan
dalam Larutan baku internal hingga kadar lebih kurang 5,0 mg per ml. Pipet 1,0 ml
larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, masukkan ke dalam
labu tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan dengan Larutan baku internal sampai
tanda, dan campur. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50ml dan encerkan
dengan Pengencer sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kromatografi. Kromatograf
cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 285 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm
berisi bahan pengisi L1 dengan diameter partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan
6
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara lansoprazol dan
Senyawa Sejenis A Lansoprazol tidak kurang dari 5;lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam krotogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,5%.
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µl)
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg lansoprazol, C16H14F3N3O2S dalam
zat yang digunakan.
7
Barium : Larutkan 4,0 g dalam 20 ml air, jika perlu saring, bagi
larutan menjadi 2 bagian. Pada bagian pertama tambahkan 2
ml asam sulfat 2 N dan pada bagian lainnya tambahkan 2 ml
air: kedua larutan menunjukkan kejernihan yang sama setelah
didiamkan selama 2 jam.
Iodida atau bromida : Ekstraksi 2,0 g serbuk halus dengan 25 ml etanol P hangat
selama 3 jam. Dinginkan campuran, pisahkan garam yang
tidak larut dengan penyaringan. Uapkan filtrat sampai kering,
larutkan residu dalam 5 ml air, tambahkan 1 ml kloroform P.
Tambahkan secara hati-hati 5 tetes klorin LP (1 dalam 3),
sambil terus dikocok: kloroform tidak menunjukkan warna
ungu, kuning atau jingga.
Kalsium dan magnesium :
Tidak lebih dari 50 bpj kalsium dan magnesium (sebagai Ca). Larutkan 20 g
dalam 200 ml air dan tambahkan 0,1 ml asam klorida P, 5 ml dapar amonia-
amonium klorida LP dan 5 tetes hitam eriokrom LP. Titrasi dengan dinatrium
etilendiamin tetraasetat 0,005 M LV sampai titik akhir berwarna biru yang jelas.
Besi : Tidak lebih dari 2 bpj; lakukan penetapan degan melarutkan 5,0 g
dalam 45 air dan 2 ml asam klorida P.
Sulfat : Tidak lebih dari 0,015%; sejumlah 1,0 g zat menunjukkan adanya
sulfat, tidak lebih dari 0,15 ml asam sulfat 0,020 N.
Natrium besi(II) sianida
Larutkan 25 g dalam 80 ml air dalam gelas ukur bersumbat kaca 100 ml.
Tambahkan 2
ml besi(II) sulfat LP dan 1 ml asam sulfat 2 N, encerkan dengan air hingga 100 ml,
campur. Sebagai control masukkan 80 ml air ke dalam gelas ukur bersumbat kaca 100
ml lain, tambahkan 2 ml besi(II) sulfat LP dan 1 ml asam sulfat 2 N, encerkan dengan
air hingga 100 ml, campur. Masukkan masing-masing 50 ml larutan-larutan tersebut
ke dalam tabung pembanding warna. Larutan uji berwarna tidak lebih biru dari
larutan pembanding, hal ini menunjukkan tidak adanya natrium besi(II) sianida.
8
Aluminium : (Jika tercantum pada etiket untuk penggunaan hemodialisis) Tidak
lebih dari 0,2 bpj.
Pengencer asam nitrat dan Larutan baku Lakukan seperti pada uji Aluminium
yang tertera pada Natrium Bikarbonat.
Larutan uji Masukkan 10,0 g natrium klorida ke dalam labu tentukur plastik
100-ml, tambahkan 50 ml air dan sonikasikan selama 30 menit. Tambahkan 4 ml
asam nitrat P, encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Lakukan seperti Prosedur yang tertera pada uji Aluminium dalam
Natrium Bikarbonat. Hitung jumlah aluminium dalam µg per ml Larutan uji.
Logam berat : Metode I Tidak lebih dari 5 bpj.
Cemaran senyawa organik mudah menguap : Metode IV Memenuhi syarat.
Penetapan kadar
Timbang saksama lebih kurang 250 mg, masukkan ke dalam wadah porselen,
tambahkan 140 ml air dan 1 ml diklorofluoresein LP, campur. Titrasi dengan perak
nitrat0,1 N LV, sampai perak klorida menggumpal dan campuran berwarna merah
muda lemah.
Wadah dan penyimpanan ; Dalam wadah tertutup baik.
Penandaan : Cantumkan pada etiket, jika dimaksudkan untuk penggunaan
hemodialisis.
2.2. Formula
Tiap 5 mL mengandung lansoprazole 30 mg.
a. Bahan dan produk hendaklah diletakkan tidak langsung dilantai dan dengan jarak
yang cukup terhadap sekelilingnya
9
b. Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan kondisi lingkungan yang sesuai.
Penyimpanan yang memerlukan kondisi khusus hendaklah disediakan.
c. Data pemantauan suhu hendaklah tersedia untuk dievaluasi. Alat yang dipakai
untuk pemantauan hendaklah diperiksa pada selang waktu yang telah ditentukan
dan hasil pemeriksaan hendaklah dicatat dan disimpan. Semua catatan
pemantauan hendaklah disimpan untuk jangka waktu paling tidak sama dengan
umur bahan atau produk yang bersangkutan ditambah 1 tahun, atau sesuai dengan
peraturan pemerintah. Pemetaan suhu hendaklah dapat menunjukkan suhu sesuai
batas spesifikasi di semua area fasilitas penyimpanan. Disarankan agar alat
pemantau suhu diletakkan di area yang paling sering menunjukkan fluktuasi suhu
d. Kegiatan pergudangan hendaklah terpisah dari kegiatan lain
e. Lantai ruangan rapat terhadap air, permukaan halus dan rata, tahan terhadap
garam, asam/basa atau bahan kimia, mudah dibersihkan
f. Atap ruangan terbuat dari bahan tahan lama, tahan terhadap air dan tidak bocor,
langit-langit ruangan dibuat dari bahan yang tidak mudah mengelupas, tahan lama
dan mudah dibersihkan, berwarna terang/putih dan tidak berlubang dan tidak
rusak
Suhu Umiditas
Kelas Sebutan Keterangan
(0C) (%)
Pengelolaan dan pengisian aseptis
Under
A 16-25 45-55 pengisian salep mata, bubuk dan
LAF
suspense steril
Lingkungan latar belakang kelas A dan
B Steril 16-25 45-55 untuk pengelolahan dan pengisian
aseptis
Pembuatan larutan bila ada resiko
C Steril 16-25 45-55
Pengisian produk non aseptis
Pembuatan obat steril dengan sterilisasi
D Bersih 20-27 40-60 akhir
10
System Tata Udara (AHU) Untuk Kelas Kebersihan
Ventilasi
Bagian dari
Kelemb
bangunan sesuai
Kelas Suhu apan Pertukaran
kelompok kegiatan o keterangan
( C) nisbi udara per/jam
dan tingkat
(%)
kebersihan
Pengelolaan dan
LAF dengan
pengisian aseptis.
kecepatan
A Under LAF 16-25 45-55 Pengisian salep
udara 0,336-
mata, bubuk dan
0,34 m/det
suspense steril
Aliran udara Lingkungan latar
turbulen belakang zona
B Steril 16-25 45-55 dengan kelas A untuk
pertukaran pengelolahan dan
udara min 20x pengisian aseptis
Pembuatan larutan
jika ada resiko.
C Steril 16-25 45-55 Min 20x
Pengisian produk
non aseptis
Pembuatan obat
D Steril 20-27 40-60 Min 20x steril dengan
sterilisasi akhir
11
sampel udara secara volumetris dan pengambilan sampel permukaan (dengan metode
swab test atau dengan metode cawan kontak) batas mikroba yang disarankan untuk
pemantauan area bersih selama kegiatan berlangsung.
c. Lantai ruangan rapat terhadap air, permukaan halus dan rata, tahan terhadap
garam, asam/basa atau bahan kimia, mudah dibersihkan
d. Atap ruangan terbuat dari bahan tahan lama, tahan terhadap air dan tidak
bocor, langit-langit ruangan dibuat dari bahan yang tidak mudah mengelupas,
tahan lama dan mudah dibersihkan, berwarna terang/putih dan tidak berlubang
dan tidak rusak
12
2.4. Teknik Pembuatan
Metode pembuatan injeksi lansoprazole dengan cara aseptis yaitu bahan baku
harus steril, semua peralatan yang digunakan dan sumber daya manusia nya harus
Alasan mengapa dilakukan pembuatan dengan metode aseptis yaitu karena zat
aktif lansoprazole tidak tahan pemanasan dan tidak menggunakan filter dikarenakan
sediaan injeksi lansoprazole ini berupa serbuk yang dikhawatirkan akan tertinggal
dipeenyaringan.
13
IPC yang ada pada proses pembuatan injeksi lansoprazole yaitu:
2.5. Evaluasi
Berikut untuk pengujian evaluasi sediaan injeksi lansoprazole, yaitu :
14
harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang
peka, elektrode kaca, dan electrode pembanding yang sesuai.
Hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yang ditargetkan.
15
c. Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral, 191-192)
Tujuan : Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume
serta kestabilan sediaan.
Prinsip : Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal yang
masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan ke dalam larutan
metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen
biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar dan di
dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna
biru. Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi terbalik,
wadah takaran tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau kapas.
Jika terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas akan basah.
Hasil : Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi
biru (prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah (prosedur b)
16
2.5.2. Evaluasi Biologi
a. Uji Sterilitas (suplemen FI IV, 1512-1519)
Tujuan : menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat
berkenaan dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing
monografi.
Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya
pertumbuhan mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara
inokulasi langsung atau filtrasi secara aseptik. Media yang digunakan
adalah Tioglikonat cair dan Soybean Casein Digest
Hasil : memenuhi syarat jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba setelah
inkubasi selama 14 hari. Jika dapat dipertimbangkan tidak absah maka
dapat dilakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang sama dengan uji
aslinya.
c. Uji Pirogen untuk volume sekali penyuntikan > 10 mL (FI IV, 908-909)
Tujuan : Untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat
diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
17
Prinsip : Pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji
secara IV dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan
uji kelinci dengan dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 mL/kg bb
dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 menit.
Hasil : Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat bila
tak seekor kelinci pun dari 3 kelinci menunjukkan kenaikan suhu 0,5°
atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau
lebih lanjutkan pengujian dengan menggunakan 5 ekor kelinci. Jika
tidak lebih dari 3 ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukkan
kenaikan suhu 0,5° atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimum 8
ekor kelinci tidak lebih dari 3,3° sediaan dinyatakan memenuhi syarat
bebas pirogen.
18
diencerkan lebih lanjut sebelum pemberian & diberikan selama 30 menit. Setelah
pengenceran, simpan serbuk tidak pada suhu 25oC dan diberikan pada periode waktu
kurang 24 jam (jika diencerkan dengan NaCl 0,9%, pH sekitar 10,2) injeksi RL (pH
sekitar 10) dan dalam 12 jam jika dicampurkan Dex 5% (pH sekitar 9,5) (Delmar’s
Nurse’s Drug Handbook, 2009).
Menggunakan larutan NaCl 0,9% untuk rekonstitusi injeksi lansoprazole
Parenteral :
19
2.7. Pengemasan
Pengemasan primer dilakukan di white area kelas A latar belakang B.
20
1.
2.
3.
4.
5.
KOMPOSISI :
Indikasi : 6. Setiap vial mengandung
Untuk mengatasi gangguan
pada lambung, seperti7. tukak Lansoprazole……………
30mg
lambung, GERD 8. (gastro
esophageal refluk disease),
dan sindrom 9.
Zollinger-
Ellison
10.
11. TRHEE®
Efek samping :
Diare, sakit perut,12. mual, LANSOPRAZOLE Keterangan Lebih
kembung, sembelit, sakit
kepala, pusing 13. SERBUK INJEKSI Lengkap Lihat Brosur TRHEE®
14. LIOFILISASI LANSOPRAZOLE
Cara pemakaian :
Lansoprazole injeksi15.akan SERBUK INJEKSI
diberikan oleh dokter16.atau
tenaga medis lainnya dan
SIMPAN PADA
SUHU TIDAK
LIOFILISASI
dibawah pengawasan 17.
dokter. MELEBIHI 250C
Gunakan selama 24 jam TERLINDUNG
dalam larutan 18.
isotonik DARI CAHAYA
natrium klorida 0.9 % setelah
rekonstitusi.
19.
Diproduksi Oleh :
20.
21.
22. HARUS DENGAN Diproduksi
Riau – Indonesia RESEP DOKTER Oleh :
No.Reg : DKL 2033312344 A1
No.Batch : 0211021
Mfg.Date : 21 Oktober 2020
Exp.Date : 21 Oktober 2020
Riau – Indonesia
21
Gambar 6. Pengemasan Tersier
1. Etiket
Riau, Indonesia
22
2. Brosur
TRHEE®
LANSOPRAZOLE
SERBUK INJEKSI
LIOFILISASI
Komposisi :
Setiap vial mengandung
Lansoprazole ………..……………………………………. 30 mg
Khasiat :
Untuk mengatasi gangguan pada lambung, seperti tukak lambung, GERD (gastro esophageal
refluk disease), dan sindrom Zollinger- Ellison. Cara kerjanya adalah dengan menurunkan
produksi asam lambung.
Cara pakai :
Lansoprazole injeksi akan diberikan oleh dokter atau tenaga medis lainnya dan dibawah
pengawasan dokter.
Gunakan selama 24 jam dalam larutan isotonik natrium klorida 0.9% setelah rekonstitusi.
Efek samping :
Diare, sakit perut, mual, kembung, sembelit, sakit kepala, pusing segera lakukan pemeriksaan
ke dokter jika anda mengalami gejala efek samping yang disebutkan di atas atau mengalami
reaksi alergi obat, seperti ruam, gatal pada kulit, pembengkakan bibir dan mata, atau kesulitan
bernafas.
Interaksi obat :
Lansoprazole berinteraksi dengan obat ampicillin, atazanavir, digoxin, ketoconazole,
theophylline dan warfarin
Cara Rekonstitusi:
Gunakan selama 24 jam dalam larutan isotonik Natrium Klorida 0.9 % setelah rekonstitusi.
Riau, Indonesia
23
2.8. Rancangan Uji Stabilitas
Uji stabilitas diperpanjang, dengan kondisi penyimpanan suhunya 25ºC ± 2ºC
dan kelembaban 60% ± 5%. Interval pengambilan sampel bulan ke 3, 6, 9, 12, 18, 24,
36. Alasan dilakukan uji stabilitas diperpanjang injeksi lansoprazole dikarenakan
kondisi penyimpanan suhunya 25ºC dan juga masa kadaluarsa dari injeksi
lansoprazole yang diproduksi selama 3 tahun.
Rekonstitusi larutan 6 mg/mL yaitu 25 ºC sampai 1 jam sebelum pengenceran.
2.9. Registrasi
2.9.1 Penomoran registrasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
D K L 2 0 3 3 3 1 2 3 4 4 A 1
1. Digit ke-1
Digit ke-1 menunjukkan jenis atau kategori obat, yaitu:
D berarti Obat dengan merek dagang
2. Digit ke-2
Digit ke-2 menunjukkan golongan obat, yaitu:
K berarti golongan obat keras
3. Digit ke-3
Digit ke-3 menunjukkan lokasi obat tersebut diproduksi atau tujuan
diproduksinya obat tersebut, yaitu:
L berarti obat tersebut diproduksi di dalam negeri atau yang diproduksi dengan
lisensi.
24
4. Digit ke-4 dan 5
Digit ke-4 dan 5 menunjukkan tahun persetujuan obat tersebut oleh BPOM.
Tahun persetujuan 2020
5. Digit ke-6, 7, dan 8
Digit ke-6, 7, dan 8 menunjukkan nomor urut pabrik, dengan persyaratan nomor
urut pabrik harus lebih besar dari 100 dan lebih kecil dari 1000.
Nomor urut pabrik 333
6. Digit ke-9, 10, dan 11
Digit ke-9, 10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat yang disetujui untuk
masing-masing pabrik, dengan persyaratan nomor urut obat harus lebih besar dari
100 dan lebih kecil dari 1000.
Nomor urut obat 123
7. Digit ke-12 dan 13
Digit ke-12 dan 13 menunjukkan bentuk sediaan obat. Beberapa contoh sediaan
obat antara lain:
44 = Injeksi suspensi kering
8. Digit ke-14
Digit ke-14 menunjukkan kekuatan sediaan obat
A menunjukkan kekuatan obat jadi yang pertama di setujui
Digit ke-15
Digit ke-15 menunjukkan kemasan berbeda untuk tiap nama, kekuatan, dan bentuk
sediaan obat (untuk satu nama, kekuatan, dan bentuk sediaan obat diperkirakan tidak
lebih dari 10 kemasan):
1 menunjukkan kemasan utama
25
2.9.2 Nomor batch
Digit ke- Digit ke- Digit ke- Digit ke- Digit ke- Digit ke- Digit ke-
1 2 3 4 5 6 7
0 2 1 1 0 2 1
26
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Injeksi intravena adalah memasukkan obat langsung ke dalam pembuluh
darah vena pembuluh darah yang balik ke jantung. Pemberian obat melalui intravena
sangat berguna untuk orang yang tidak sadarkan diri, mengalami gangguan oral, dll.
Pemberian obat intravena tidak boleh diberikan kepada penderita yang memili
ki permukaan kulit yang ada luka maupun pembengkaan karena akan menimbulkan
luka baru. Pemberian obat melalui intravena dapat dilakukan dengan cara langsung
dan tidak langsung. Cara langsung yaitu spuit langsung ditusukkan pada vena. Secara
tidak langsung yaitu dimana spuit ditusukkan pada infus melalui wadah intravena,
wadah kantong infus dan melalui selang intravena pada selang infus yang terbuatdari
karet.
27
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM. 2017. Kriteria dan Tata Laksana Regirtrasi Obat. Jakarta: BPOM.
28
1