Anda di halaman 1dari 23

Laporan

FARMASI FISIKA
“BOBOT JENIS”

OLEH :
ALI ABD AZIS ALAMRI
821418015
KELOMPOK II (DUA)
KELAS A S1 FARMASI 2018

ASISTEN :
ZULFA AMALIA ASTUTI

LABORATORIUM TAKHNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
Lembar Pengesahan

LAPORAN PRAKTIKUM
FARMASI FISIKA
“BOBOT JENIS”

OLEH :

NAMA : ALI ABD AZIS ALAMRI

NIM : 821418097

KELAS : A-S1 FARMASI 2018

KELOMPOK : IV (EMPAT)

Gorontalo, Oktober2019
Mengetahui NILAI
Asisten

ZULFA AMALIA ASTUTI


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarkatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Farmasi Fisika Percobaan
Bobot Jenis ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Ucapan terimakasih kepada dosen penanggung jawab Ibu Nur Ain
Thomas, S.Si. M.Si. Apt., kepada asisten penanggung jawab percobaan bobot
jenis Kak Zulfa Amalia Astuti serta kepada seluruh asisten Praktikum Farmasi
Fisika 2019 yang telah membimbing kami sehingga laporan ini dapat selesai
dengan baik dan tepat waktu.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya
memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari kakak asisten, agar
laporan ini dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, September 2019

Ali Abd Azis Alamri

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................ 2
1.2.1 Maksud ............................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3 Manfaat Percobaan ............................................................................. 2
1.4 Prinsip Percobaan ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
2.1 Dasar Teori ......................................................................................... 4
2.1.1 Bobot Jenis ......................................................................................... 4
2.1.2 Rapat Jenis ......................................................................................... 4
2.1.3 Metode Penentuan Bobot Jenis .......................................................... 7
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bobot Jenis ............................... 8
2.2 Uraian Bahan ...................................................................................... 9
2.2.1 Air Suling ........................................................................................... 9
2.2.2 Alkohol............................................................................................... 9
2.2.3 Minyak Zaitun .................................................................................. 10
BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................... 11
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan ......................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 11
3.2.1 Alat ................................................................................................... 11
3.2.2 Bahan ............................................................................................... 11
3.3 Cara Kerja ........................................................................................ 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 12
4.1 Hasil Pengamatan ............................................................................. 12
4.2 Perhitungan ...................................................................................... 12
4.3 Pembahasan ...................................................................................... 13

ii
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 17
5.2 Saran ................................................................................................. 17
5.2.1 Saran Untuk Jurusan ........................................................................ 17
5.2.2 Saran Untuk Asisten......................................................................... 17
5.2.3 Saran Untuk Praktikan ..................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat fisikokimia
molekul obat, kinetika dan orde reaksi, kelarutan dan faktor yang
mempengaruhinya, difusi dan disolusi, stabilitas, sistem dispersi (koloid, emulsi,
dispersi padat), mikrometik, viskositas dan rheologi, emulsifikasi, bobot jenis
serta fenomena antar permukaan dan penentuan tegangan permukaan yang banyak
dijumpai dalam bidang kefarmasian. Salah satu sifat fisika obat yang
mempengaruhi bioavabilitas dari sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat
jenis (Martin, 1990).
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak benda di sekeliling kita,
yang masing-masing memiliki massa jenis yang berbeda, yang dalam dunia fisika
disebut sebagai bobot jenis dan di bidang farmasi sendiri yang paling berpengaruh
pada sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat jenisnya, dimana bobot jenis
suatu obat berbeda dengan obat lain, yang tergantung pada massa zat tersebut
yang dibandingkan terhadap volumenya pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam
farmasi, bobot jenis adalah faktor yang memungkinkan pengubahan jumlah zat
dalam formula farmasetik dari bobot menjadi volume dan sebaliknya. Bobot jenis
juga digunakan untuk mengubah pernyataan kekuatan dalam konsentrasi persen.
Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal dari
berat suatu zat terhadap berat dari standard volume yang sama pada temperature
yang sama.
Sedangkan rapat jenis atau kerapatan merupakan rasio massa suatu
senyawa dengan volumenya. Bila kerapatan suatu senyawa lebih besar daripada
kerapatan air, maka senyawa tersebut akan tenggelam dalam air. Namun, apabila
kerapatannya lebih kecil maka senyawa tersebut akan mengapung di atas air.
Perbedaan kerapatan suatu zat terkadang dapat pula dilihat dari kemampuannya
untuk bercampur.

1
Pengetahuan tentang bobot jenis dalam bidang farmasi sangat penting
mengingat bahwa pengetahuan tentang bobot jenis akan selalu kita butuhkan dan
selalu kita gunakan dalam praktikum atau dalam pengaplikasiannya dalam
penelitian. Untuk menentukan bobot jenis suatu benda dapat dilakukan dengan
menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik
atau yang lainnya. Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh
seorang farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis, kita dapat mengetahui
kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan. Air digunakan
untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas.
Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis dalam
bidang farmasi, maka sudah sewajarnya jika mahasiswa farmasi memahami
mengenai bobot jenis ini, termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran bobot
jenis, maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Maksud danTujuan
1.2.1 Maksud
Mengetahui dan memahami cara penetapan bobot jenis dan rapat jenis
pada suatu sampel.
1.2.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu bobot jenis dan rapat
jenis
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan bobot jenis dari sampel
dengan menggunakan metode piknometer
1.3 Manfaat Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu bobot jenis dan
rapat jenis
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan bobot jenis dari sampel
dengan menggunakan piknometer
1.4 Prinsip Percobaan
Penentuan bobot jenis dengan menggunakan metode piknometer. Prinsip
metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang di

2
tempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang
dinamakan piknometer.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bobot Jenis
2.1.1 Definisi
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding
dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25oC). Rapat jenis (specific
gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu
(biasanya dinyatakan sebagai 25o /25o, 25o/4o, 4o,4o). Untuk bidang farmasi
biasanya 25/25o C (Pratama, 2008).
Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali
dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu
25o terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. bila suhu ditetapkan
dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat diudara oada suhu
yang di tetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila
suhu 25oC zat terbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telahh tertera
pada masing-masing monografi dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 25oC.
2.1.2 Macam-macam Bobot Jenis
Menurut Lachman (1994), pengujian bobot jenis dilakukan untuk
menentukan 3 macam bobot jenis, yaitu:
1. Bobot janis sejati (benar), yakni perbandingan antara massa dan volume
zat padat tanpa pori dan tanpa ruang rongga. Penentuan bobot jenis sejati
bahan berbentuk butir dan serbuk menuntut bahan tersebut berada dalam
bentuk sehalus mungkin, dilakukan dengan menggunakan metode
piknometer cairan atau metode manometer.
2. Bobot jenis nyata, yaitu volume yang membesar akibat adanya pori-pori
yang menyebabkan besarnya volume.
3. Bobot jenis efektif, yaitu massa parikel dibagi volume partikel termasuk
pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks
bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat.
Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan
kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi.
2.2 Rapat Jenis

4
2.2.1 Definisi
Rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat
suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air
digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat
dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena
mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel, 1989).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis merupakan bilangan murni atau
tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus
yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan
sebagai perbandinga yang massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume
air pada suhu 4oC atau temperatur lain yang telah ditentukan (Martin, 1993).
Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya
adalah kilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per
sentimeter kubik, atau gram per milliliter. Kerapatan berubah dengan perubahan
temperatur (dalam banyak kasus, kerapatan menurun dengan kenaikan
temperatur, karena hampir semua substansi mengembang ketika dipanaskan).
Konsekuensinya temperatur harus dicatat dengan nilai kerapatannya, tekanan
gas harus spesifik. Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada
temperatur dan tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling
sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive,
dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat.
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot
molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik pemadatan (Packing Characteristic). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/ml (untuk cairan) atau gram/cm2 (Stoker, 1993).
Menurut Annief (2001), kerapatan partikel bisa keras dan lembut dalam
satu hal dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan
kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan
sebagai berat per satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk

5
menentukan volume dan partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis
pori-pori dalam ruang kapiler. Penentuan bobot jenis berlangsung dengan
piknometer, Areometer, timbangan hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan
cara manometris. Metode Piknometer, pinsip metode ini didasarkan atas
penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang
piknometer dilakukan dengan menimbang air.
Pengujian kerapatan dilakukan untuk menentukan 3 macam kerapatan
jenis yaitu (Lachman, 1994) :
a. Kerapatan sejati, yaitu massa partikel dibagi volume partikel tidak
termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
b. Kerapatan nyata, yaitu massa partikel dibagi volume partikel tidak
termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
c. Kerapatan efektif, yaitu massa parikel dibagi volume partikel termausk
pori yang tebuka dan tertutup
Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah
ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian metode
piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml.
Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Martin, 1993).
Kerapatan adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat
suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik ( g /cm3 = g /ml )
dan dalam satuan SI kilogram per meter kubik ( kg /m3 )

massa zat
ρ=
Volume zat

Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara
untuk gas.Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan, zat
padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.

6
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni atau tanpa
dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok.
ρzat
d=
ρair

Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai


perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu
40C atau temperatur lain yang telah ditentukan.
2.3 Metode Penentuan Bobot Jenis
Menurut Voight (1994) dalam penentuan bobot jenis ada beberapametode
yang digunakan untuk penentuan bobot jenis pada cairan, yakni :
a. Metode Piknometer(Roth, Herman J, 1994).
Prinsip metode ini didasarkann atas ketentuan massa cairan
danpenentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan
wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode
piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu
dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada
sekitar isi ruang 30 ml.
Prinsip Metode Piknometer ini didasarkan atas penentuan massa cairan
dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer
dilakukan dengan menimbang air.Menurut peraturan apotek, harus
digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan
suhu tetentu (20°C). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai
suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer,
yaitu tipe botol dengan tipe pipet.
b. Metode Neraca Hidrostatik
Metode ini berdasarkan hukum Achimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan hilang massa sebesar barat volume cairan
yang terdesak.

7
c. Metode Mohr-westphal
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada blok timbangan yang
ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot lawan.
Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca mohr-westphal adalah
penggunaan waktu yang singkat dan mudah dilakukan.
d. Metode Areometer
Penentuan kerapatan dengan aerometer berskala (timbangan benam,
sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas
tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan
pelelehan.
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bobot Jenis
Menurut Sinko (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi bobot
jenis suatu zat, yakni :
a. Temperatur,
Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula
halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa
membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
b. Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.
c. Volume zat
Jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung
pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot
molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot
jenisnya.
d. Kekentalan/viskositas
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam
menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan

8
kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat
pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
2.5 Uraian Bahan
2.5.1 Air Suling (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Aqua destilata
Nama Lain : Air suling, aquades
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak bewarna,tidak berbau, tidak


mempunyai rasa
Kegunaan :Sebagai pembersih
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
2.5.2 Alkohol(Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995; Sweetman, 2009)
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain : Etanol, Etil alkohol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46.07 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan


mudah bergerak, bau khas dan rasa panas. Mudah
terbakar dan memberikannyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P

9
Kegunaan : Untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran oleh jasad renik
Khasiat : Antiseptik dan desinfektan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.5.3 Minyak zaitun (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi :Oleum ricinii
Nama lain : Minyak Jarak
Rumus Molekul : C57O9H110
Berat Molekul : 939,50 g/mol
Pemerian : Cairan kental, transparan kuning pucat atau hampir
tidak berwarna, bau lemah, bebas dari bau asing
dan tengik serta rasa khas.
Kelarutan : Larut dalam etanol, dapat bercampur dengan
etanol, dengan asam asetat glasial,dengan
kloroform dan eter.
Kegunaan : Sebagai pelembut
Khasiat : Laksativum (I9ritasi kulit)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh.

10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Dilaksanakannya praktikum farmasi fisika dengan percobaaan bobot jenis
pada Jumat11 Oktober.Pukul 07.00 WITA yang bertempat di Laboratorium
Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum yaitu corong, gelas ukur,
kalkulator, neraca analitik, oven, penjepit tabung reaksi, piknometer, termometer,
wadah.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu alkohol 70%,
aquadest, es batu, minyak jarak (Oleum ricini), tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan, dan dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
2. Dibersihkan piknomerter dengan air suling kemian dibilas dengan alkohol
70%
3. Dipanaskan piknometer pada suhu 100o selama 15 menit
4. Dikeluarkan piknometer dari oven kemudian ditimbang massa piknometer
kosong pada neraca analitik sebanyak tiga kali
5. Dimasukkan minyak jarak kedalam piknometer 25o mL
6. Diasukkan piknometer yang sudah berisi minyak jarak ke dalam wadah
yang berisi es batu
7. Diukur suhu minyak dengan termometer sampai mencapai 25o
8. Diangkat piknometer dan dibersihkan bagian luar menggunakan tissu
9. Ditimbang kembali piknometer pada neraca analitik sebanyak tiga kali
10. Dihitung bobot jenis dan rapat jenis minyak jarak

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

Piknometer + Minyak zaitun


Piknometer Kosong (b1)
(b2)
1 31,51 g 56,01 g
2 31,50 g 56,01 g
3 31,51 g 56,01 g
∑ 31,51 g 56,01 g

4.2 Perhitungan
Dik : b1 = 31,51 g
b2 = 76,12 g
V = 25 mL
ρair = 1 g/mL
Dit : a. Bobot jenis ?
b. Rapat jenis ?
Peny :
a. Bobot Jenis
m
𝜌=
v
𝑏2−𝑏1
=
𝑣
56,01 g - 31,51 g
=
25 mL
24,5 g
=
25 mL
= 0,98g/mL
b. RapatJenis
𝜌𝑧𝑎𝑡
d=
𝜌𝑎𝑖𝑟
0,98 g/mL
=
1 g/mL

12
= 0,98
Jadi, bobot jenis minyak jarak yang dihasilkan dari percobaan ini adalah
0,98 g/mL dan rapat jenisnya adalah 0,98.

4.3 Pembahasan
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan untuk menghitung bobot
jenis dan rapat jenis. Menurut Dirjen POM, (1995) bobot jenis suatu zat adalah
perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu,
sedangkan menurut Ansel, (1989) rapat jenis adalah perbandingan antara bobot
jenis suatu zat pada suhu tertentu.
Kerapatan dan bobot jenis suatu zat atau cairan dalam bidang farmasi
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula untuk mengetahui tingkat kelarutan
suatu zat, dan juga dapat mempermudah dalam pembuatan formulasi obat karena
dengan mengetahui bobot jenis suatu zat dapat digunakan untuk mengetahui
apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lain (Ansel, 2006).
Pada percobaan ini kita menggunakan metode piknometer untuk
menghitung bobot jenis zat. Menurut Martin, (1990), Piknometer merupakan alat
yang terbuat dari kaca dengan berbentuk erlenmeyer kecil dengan volume hingga
80 mL. Menurut Roth (1988), prinsip metode piknometer ini didasarkan atas
penentuan massa cairan dan penentuan ruang yang ditempati cairan ini. Untuk itu
dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian
metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu
dengan bertambahnya volume piknometer.
Dalam percobaan ini alat dan bahan yang akan digunakan terdiri dari
corong, gelas ukur, kalkulator, neraca analitik, oven, penjepit tabung reaksi,
piknometer, termometer, wadah, dan bahan yang terdiri dari alkohol 70%,

13
aquadest, es batu, minyak jarak (Oleum Ricini), tisu. Sebelum memulai percobaan,
terlebih dahulu piknometer dibersihkan dengan menggunakan air suling,
kemudian dibilas dengan alkohol 70% untuk mempercepat pengeringan
piknometer kosong tadi. Selain itu karena sifat alkohol yang mudah menguap, dan
dapat melarutkan lemak yang masih tertinggal pada dinding piknometer.
Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari pembersihan, karena
biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan,
sehingga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang
akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel.
Piknometer yang telah dibersihkan, dipanaskan menggunakan oven pada
suhu 100⁰C selama 15 menit. Menurut Suharno (2011), pemanasan ini bertujuan
untuk memperoleh bobot kosong dari piknometer dan mengembalikan piknometer
pada keadaan murni, jika masih terdapat titik air didalamnya dapat mempengaruhi
hasil yang diperoleh. Adapun menurut Roth (1988), yaitu untuk membebaskan
lemak dan mempercepat proses pengeringan pada sisa-sisa air yang terdapat pada
piknometer.
Piknometer dikeluarkan dari oven dengan bantuan penjepit dan dilanjutkan
dengan penimbangan piknometer kosong pada neraca analitik yang dilakukan
sebanyak tiga kali, untuk mendapatkan hasil bobot jenis piknometer maupun
minyak jarak yang benar-benar akurat. Karena menurut Sutresna (2007)
penimbangan berulang bertujuan untuk meningkatkan ketetapan dan ketelitian
terhadap hasil percobaan.
Piknometer kosong yang telah ditimbang diisikan dengan minyak jarak
hingga bagian leher piknometer. Pengisian sampel ke dalam piknometer harus
dilakukan dengan hati-hati karena pemasukannya melalui mulut piknometer yang
kecil. Pengisiannya pun harus dilakukan perlahan, yakni diisikan dengan bantuan
corong, dan diisikan melalui bagian dinding dalam dari piknometer. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya gelembung udara di dalam piknometer yang
ditimbulkan dari pengisian sampel ke dalam piknometer yang salah prosedurnya.
Karena menurut Voight (1994), gelembung udara di dalam piknometer, dapat
mempengaruhi penimbangan massa jenis sampel.

14
Piknometer yang telah berisi minyak jarak dimasukkan ke dalam wadah
yang berisi es batu hingga mencapai suhu 250C. Karena menurut Voight (1994),
bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan
volume zat tersebut pada suhu tertentu (biasanya 250C), dan rapat jenis adalah
perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan air pada suhu tertentu (biasanya
dinyatakan sebagai (250/250, 250/40, 40/40), dan dalam bidang farmasi biasanya
digunakan 250/250. Namun sebelumnya dilakukan kalibrasi termometer terlebih
dahulu untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan terpercaya. Karena
menurut persayaratan ISO 386 termometer yang digunakan harus memiliki
sensitivitas dan akurasi yang memenuhi, yaitu memiliki skala ketelitian minimal
0,50C.
Pada percobaan yang dilakukan suhu yang dicapai adalah 220C.
Sedangkan, menurut Dirjen POM (1995) suhu yang harus dicapai adalah 25oC
dimana biasanya pada suhu ini senyawa stabil. Piknometer diangkat lalu
dibersihkan sisa air yang menempel pada dinding piknometer menggunakan
tissue. Karena menurut Arianti (2014), sisa air yang menempel pada piknometer
setelah di dinginkan dalam es batu akan mempengaruhi dalam pengukuran. Pada
proses pemindahan piknometer, diusahakan pula piknometer tidak bersentuhan
dengan tangan untuk menghindari menempelnya lemak yang mungkin terdapat di
tangan yang nantinya akan mengganggu hasil penimbangan. Jadi, piknometer
dipegang dengan bantuan tissue atau penjepit tabung reaksi.
Piknometer yang telah berisi minyak jarak ditimbang sebanyak tiga kali
lagi untuk mendapatkan hasil yang akurat. Dari hasil penimbangan ini dapat dicari
bobot jenis sampelnya, yakni dengan memperkurangkannya dengan berat
piknometer kosong tadi dan dibagi dengan volume minyak jarak yang digunakan.
Data yang diperoleh dari praktikum ini menunjukkan bobot jenis minyak jarak
adalah 0,98 gr/ml, sedangkan menurut Dirjen POM (1979), bobot jenis minyak
jarak adalah 0,961 gr/ml.
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi adalah saat pengeringan
dalam oven, suhu oven tidak mencapai 1000C dan waktu pengeringan hanya 10
menit sehingga saat piknometer dikeluarkan dari oven masih mungkin terdapat air

15
didalam piknometer yang tentunya akan berpengaruh pada penimbangan. Selain
itu, saat praktikum kami mengganti sampel dari minyak jagung menjadi minyak
zaitun, dan setelah mengeluarkan minyak jagung, piknometer dibersihkan
menggunakan air dan alkohol, kemudian langsung diisi kembali dengan minyak
zaitun tanpa mengeringkan kembali piknometer dalam oven, sehingga bisa
dipastikan terdapat air dan alkohol dalam piknometer yang membuat massa jenis
minyak zaitun bertambah saat ditimbang sehingga bobot jenis minyak zaitun yang
diperoleh tidak sesuai dengan literatur.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan massa suatu zat terhadap
massa air dengan volume yang sama pada suhu 4° C atau pada suhu lain yang
ditetapkan. Rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan
bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25°/25°, 25°/4°,
4°/4°.
Penentuan bobot jenis suatu sampel dapat dilakukan dengan menggunakan
metode piknometer, dimana ditimbang berat piknometer kosong dan piknometer
berisi zat, yang kemudian nilai yang didapat akan dihitung dengan rumus bobot
jenis.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan agar alat dan bahan penunjang praktikum farmasi fisika dapat
dilengkapi sehingga mahasiswa farmasi dapat mengikuti perkembangan teknologi
di bidang farmasi.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar asisten praktikum farmasi fisika dapat memberikan
suasana yang nyaman dalam membimbing praktikan sehingga terjalin hubungan
yang harmonis antara praktikaan dan asisten.
5.2.3 Saran Untuk Praktikan
Diharapkan untuk para praktikan agar dapat disiplin pada saat pelaksanaan
praktikum serta berhati-hati dalam menggunakan alat dan bahan yang terdapat di
dalam laboratorium agar praktikum dapat berjalan lancar dan aman.

17
DAFTAR PUSTAKA

Annief, M. 2001. Manajemen Farmasi, Ceatakan III, 3-4, 45-46, 117-118, Gadjah
Mada University Press, Jogjakarta.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Effendi, M. I. 2003. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar : UNHAS

Lachman, L. & Lieberman. H.A. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi
Kedua, Universitas Indonesia Press, jakarta

Martin, Alfred. 1990. Farmasi FisikaI : Penerbit Universitas Indonesia

Martin, Alfred., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Roth, Herman J dan Gottfried B. 1994. Analisis Farmasi. Yogyakarta Universitas


Gadjah Mada.

Sinko, P. J., 2011, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5,
diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, 706, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Stoker, H.S. 1993. Introduction to chemical Principle. New York : Macmillan


Publishing company.

Sutresna, Nana, 2007, Cerdas Belajar Kimia Untuk Kelas XI¸ Bandung; Penerbit
Grafindo.

Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth
Edition, Pharmaceutical Press, New York

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : University


Gadjah Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai