PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
MIFTAHURRACHMAH
NIM. I1021151060
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SIKLOFOSFAMID PADA PASIEN
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
MIFTAHURRACHMAH
NIM. I1021151060
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
RSUD Dokter Soedarso Pontianak” ini dapat terselesaikan. Proposal skripsi ini
sebagai salah satu tahapan untuk mendapatkan gelar sarjana farmasi (S.Farm) di
pihak yang terlibat. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
4. Ibu Rise Desnita, M.Si.,Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
5. Ibu Dr. Nurmainah, M.M., Apt selaku Pembimbing Utama dan Ibu Ressi
6. Bapak M. Akib Yuswar, M.Sc.,Apt selaku Penguji Utama dan Ibu Eka
iii
7. Ibu Nera Umilia Purwanti, M.Sc., Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik
Penulis menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun demi
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
II.1.3 Epidemiologi.............................................................................7
II.1.4 Etiologi......................................................................................8
II.1.5.1 Proteinuria..................................................................10
v
II.1.5.2 Hipoalbuminemia.......................................................11
II.1.5.3 Edema.........................................................................11
II.1.5.4 Hiperlipidemia...........................................................13
II.1.8 Siklofosfamid............................................................................18
II.4 Hipotesis..................................................................................................22
III.2.1 Alat..........................................................................................23
III.2.2 Bahan.......................................................................................23
III.3.1 Lokasi......................................................................................23
III.4.1 Populasi...................................................................................24
III.4.2 Sampel.....................................................................................24
vi
III.6 Definisi Operasional...............................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................31
vii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
2. Kategori Umur..................................................................................................20
3. Jadwal Penelitian..............................................................................................24
4. Definisi Operasional.........................................................................................26
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2. Anatomi Ginjal.................................................................................................4
3. Fisiologi Ginjal.................................................................................................5
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan tersebut menyebabkan protein dapat keluar bersama urin.(1,2) Lebih dari
dengan usia kurang dari 14 tahun.(4) Sindrom nefrotik terbagi menjadi tiga, yaitu
sindrom nefrotik bawaan, sekunder, dan idiopatik.(5) Dari ketiga sindrom tersebut,
sindrom nefrotik idiopatik merupakan sindrom nefrotik yang paling sering terjadi
1
2
dikarenakan harganya yang murah, mudah didapat, dan kepatuhan pasien yang
intravena memiliki dosis dan efek samping yang lebih kecil dibandingkan oral.
itu, tujuan dari terapi sindrom nefrotik adalah untuk mencapai remisi, mencegah
relaps, dan menghindari efek samping. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
dan intravena dengan melihat luaran klinis kadar proteinuria. Parameter ini
Penelitian ini akan dilakukan pada pasien anak dengan sindrom nefrotik idiopatik
oral dan intravena pada pasien anak dengan sindrom nefrotik idiopatik?
3
oral dan intravena dengan melihat kejadian relaps pada pasien anak dengan
(CPA) secara oral dan intravena pada pasien anak dengan sindrom nefrotik
idiopatik.
secara oral dan intravena dengan melihat kejadian relaps pada pasien anak
(CPA) secara oral dan intravena pada pasien anak dengan sindrom nefrotik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen disebalah kanan dan kiri
tulang belakang yang dibungkus lapisan lemak yang tebal. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari kiri, dikarenakan hati menduduki banyak ruang di sebelah
kanan. Ginjal memiliki panjang 6 - 7,5 cm, tebal 1,5 - 2,5 cm. Pada orang dewasa
berat gijal kira - kira 140 gram, ginjal memiliki bentuk seperti biji kacang.(15–18)
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut dengan kapsula
renalis yang terdiri dari jaringan fibrus. Garis - garis yang terlihat pada pyramid
disebut tubulus nefron, merupakan bagian terkecil ginjal yang terdiri dari
glomerulus, tubulus proksimal, ansa henle, tubulus distal, dan tubulus urinarius.
Nefron berfungsi menyaring darah dan mengontrol komposisi darah, setiap ginjal
diperkirakan terdapat 1.000.000 nefron yang berasal dari berkas kapiler . (15–18)
air, garam, asam amino, glukosa, dan urea yang menghasilkan urin primer.
tidak berguna atau berlebihan ke dalam urin sekunder. Bagian ini akan
merupakan sindrom nefrotik yang idiopatik dan sisanya (10%) sindrom nefrotik
nefrotik resisten steroid adalah yang tidak mengalami remisi dengan pengobatan
selama 4 minggu.(23–25)
3. Relaps jarang: relaps kurang dari 2x dalam 6 bulan pertama setelah respons
6. Resisten steroid: tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis penuh
7. Sensitif steroid: remisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh selama
4 minggu.
II.1.3 Epidemiologi
Lebih dari 10 tahun, insiden sindrom nefrotik semakin meningkat dari 1,99
sindrom nefrotik didiagnosis pada 188 anak, 93% diantaranya sensitif terhadap
steroid, dimana insiden tahunan adalah 3,35 / 100.000 anak.(27) Kejadian tahunan
diperkirakan 6 kasus per 100.000 anak dengan usia kurang dari 14 tahun.(4)
pada anak-anak.(21) Sekitar 80% terjadi perubahan minimal secara histologis dan
lebih dari 90% dapat menanggapi pengobatan dengan kortikosteroid dan memiliki
8
prognosis jangka panjang yang baik.(30) Lebih dari 70% pasien mengalami
kekambuhan dan lebih dari 50% berkembang menjadi sindrom nefrotik dependen
sisanya disebabkan oleh gangguan sistemik. (29) Mayoritas pasien adalah rensponsif
steroid, namun sekitar 70% pada anak – anak mengalami kekambuhan dan
II.1.4 Etiologi
kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab lain.(4) Penyebab
sindrom nefrotik utama pada anak adalah glomerulonefritis lesi minimal. Berikut
lesi minimal adalah adanya effacement difus dari foot process (FP) sel
mikroskop cahaya.
basal glomerulus.
tuberkulosis, lepra)
dinding glomerulus.(34,35)
II.1.5.1Proteinuria
protein yang keluar terdiri dari molekul kecil seperti albumin, sedangkan non
filtasi pada glomerulus terdiri dari 3 lapisan, yaitu sel endotel, membran basal
glomerulus dan lapisan sel epitel (podosit). Dalam keadaan normal, membran
protein, pada pasien sindrom nefroti peranannya terganggu. Pada podosit terjadi
empat mekanisme utama yaitu perubahan komponen dari slit diaphragm atau
Apabila podosit rusak, akan memicu terjadinya apoptosis dan terlepasnya podosit
II.1.5.2 Hipoalbuminemia
dapat terjadi akibat peningkatan reabsorbsi dan katabolisme albumin oleh tubulus
II.1.5.3 Edema
natrium adalah defek utama renal, akibatnya terjadi peningkatan volume darah,
hipertensi. Hal ini dapat memicu transudasi cairan ke ruang ekstraselular dan
edema.(33)
Underfill
Proteinuria
Hipoalbuminemia
Tekanan onkoptik
koloid plasma
Volume plasma
berkurang
Overfill
Volume plasma
normal/meningkat
Retensi
natrium
II.1.5.4 Hiperlipidemia
nefrotik berhubugan dengan peningkatan sintesis lipid dan lipoprotein hati, dan
menurunnya katabolisme.(33)
kreatin pada urin sewaktu >2 mg/mg atau dipstik ≥ 2+), hipoalbuminemia (<2,5
g/dL), edema, dan hiperkolesterolemia >200 mg/dL. (1) Gejala klinis yang
seringkali ditandainya dengan adanya edema yang timbul pertama kali pada
14
daerah sekitar mata dan ekstremitas bagian bawah. Edema semakin meluas dan
ditandai dengan asites efusi pleura, dan edema pada daerah genital. Selain itu,
dijumpai dengan gejala anoreksia, nyeri perut, dan diare.(39,40) Edema timbul
1. Terapi inisial
Jika menunjukkan hasil negatif pada pretoinuria dan edema maka, dosis
2. Pengobatan SN relaps
minggu
Jika menunjukkan hasil negatif pada pretoinuria dan edema maka, dosis
diberikan.
15
Ababila terjadi relaps pada dosis 0,1 - 0,5 mg/kgbb, maka relaps
Apabila terjadi relaps pada dosis > 0,5 mg/kgbb dan jika pada < 1,0
Jika terjadi relaps pada dosis > 1 mg/kgbb atau < 1 mg/kgbb
disertai efek samping steroid yang berat dan relaps dengan gejala
16
2) Levamisol
3) Sitostatika
a. Relaps sering
4 minggu)
selama 8 minggu
b. SN dependen steroid
4 minggu)
selama 1 bulan
4) Siklosporin
5) Mikofenolat mofetil
seperti tekanan darah tinggi, peningkatan ureum dan atau kreatinin, infeksi
1) Siklofosfamid (CPA)
pemberian siklofosfamid
1 bulan
2) Siklosporin (CyA)
II.1.8 Siklofosfamid
digunakan untuk melemahkan respon imun terhadap beberapa penyakit. Obat ini
dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit ginjal pada anak - anak jika
pengobatan Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS).(43) 25% dari anak yang
Siklofosfamid oral diberikan dengan dosis 2-3 mg/kgbb/hari dalam dosis tunggal
mg/ m2LPB yang dilarutkan dalam 250 mL laruan NaCl 0,9% selama 2 jam
dengan interval 1 bulan (total durasi adalah 6 bulan). Efek toksisitas CPA terjadi
Efek samping dari CPA adalah mual, muntah, depresi sumsum tulang,
bulan mempunyai dosis total 180 mg/kgbb, dan dosis ini aman bagi anak.(10)
Untuk meminimalkan efek samping, CPA diberikan secara oral dengan dosis
Massa Tahun
Balita 0-5
Kanak – kanak 5-11
Remaja awal 12-16
Remaja akhir 17-25
Dewasa awal 26-35
Dewasa akhir 36-45
Lansia awal 46-55
Lansia akhir 56-65
Manula ≥ 65
II.2 Landasan Teori
oleh sindrom nefrotik kelainan minimal. Sekitar 80 – 90% mengalami remisi total
akan menjadi relaps sering dan dependen steroid. (46,47) Relaps sering adalah relaps
≥ 2x dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau ≥ 4x dalam periode 1 tahun.
(1)
Pemberian siklofosfamid (CPA) pada pasien sindrom nefrotik relaps sering atau
bahwa dengan CPA tingkat kekambuhan (relaps) lebih rendah dan periode bebas
dari beberapa penggunaan obat tersebut dilihat dari kejadian relaps pada pasein. (51)
relaps.(14)
proteinuria bebas per harinya daripada rute oral.(52) Namun, pada penelitian lain
remisi berkelanjutan pada CPA oral maupun intravena. Namun, dengan adanya
kepatuhan pasien.(14) Jika dilihat dari efek samping, maka CPA intravena
memiliki efek samping yang jauh lebih kecil dari pada CPA oral.(53)
dari kejadian relaps, dengan hasil follow up dalam 1 tahun terjadinya relaps 40%
(oral) dan 39,9% (intravena). Kemudian, dengan hasil follow up dalam 5 tahun
terjadinya relaps 76,4% (oral) dan 73,6% (intravena). Selain itu, dengan
pasien.(14)
Regimen
pengobatan (oral
dan intravena)
Kadar proteinuria
II.4 Hipotesis
idiopatik.
3.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
data dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien sindrom
III.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan laptop
dengan aplikasi microsoft excel dan aplikasi SPSS (Statistical Package for the
Social Science).
III.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekam medis
pasien.
III.3.1 Lokasi
23
24
Bulan
Sept November Desember Januari Februari
Kegiatan Okto
emb 2018 2018 2019 2019
ber
er
2018
2018 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Pengumpulan
Data
Pengelolahan
Data
Penyusunan
Laporan
Pelaporan
Hasil
III.4 Populasi dan Sampel
III.4.1 Populasi
III.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien anak sindrom nefrotik idiopatik
dengan usia kurang dari 14 tahun di RSUD dr. Soedarso Pontianak. Pasien yang
Kriteria inklusi:
kortikosteroid.
bulan.
selama 6 bulan.
Kriteria eksklusi:
penyakit sistemik
N1 = N2 =
(P1 – P2)²
Keterangan:
Q2: 1- P2
Q1: 1- P1
Q: 1-P
dihentikan.
nefrotik.
Relaps Kadar proteinuria Sesuai tertulis dalam rekam Nominal
>40mg/m2LPB/jam)
3 hari berturut –
turut dalam 1
minggu.
Regimen CPA diberikan Sesuai tertulis dalam rekam Interval
n dosis 2-3
mg/kgbb/hari dalam
dosis tunggal
selama 3 bulan
CPA intravena
diberikan dengan
m2LPB yang
dilarutkan dalam
250 mL laruan
2 jam dengan
interval 1 bulan
6 bulan)
III.7 Jalannya Penelitian
Permohonan izin dari RSUD dr. Soedarso Pontianak untuk mengetahu jumlah
pasien anak dengan diagnosis sindrom nefrotik tahun 2017
Proses pengambilan data dilakukan dengan melihat data rekam medik pasien
anak dengan sindrom nefrotik di RSUD dr.Soedarso Pontianak
Pembahasan
(CPA) secara oral dan intravena pada pasien anak dengan sindrom nefrotik
idiopatik.
DAFTAR PUSTAKA
sindrom nefrotik idiopatik pada anak. 2nd ed. Unit Kerja Koordinasi
7. Betz, Cecily L, Sowden, Linda L. Pediatrik. 5th ed. Jakarta: EGC; 2009.
Protocols in Pediatric Nephrology. 1st ed. New Dehli: CBS Publishers &
Fail. 2015;37(8).
Nephrol. 2001;271–82.
Nephrol. 2003;18(7):661–744.
2008;147(1).
1996;10(5).
http://link.springer.com/10.1007/s00467-006-0236-x
15. Guyton, Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. II. Jakarta: EGC; 2007.
16. Pearce, Efelin. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT.
17. Syaifuddin. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat. Jakarta: EGC; 1997.
EGC; 2006.
33
19. Gibson, John. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. 2nd ed.
Lancet. 2018;392(10141).
syndrome. 2001.
Nephrol. 2001;16(12).
2003;362(9384).
Lancet. 1974;7(2).
37. Lee JS. Albumin for end-stage liver disease. Korean J Intem Med.
2012;27(1).
38. Lin J. Chronic kidney disease. 6th ed. Los Angeles: Henry Ford Health
sindrom nefrotik idiopatik pada anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008.
40. Wirya I. Sindrom nefrotik. Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.
381-426 p.
41. Novina, Gurnida DA, Sekarwana N. Korelasi kadar albumin serum dengan
MKB. 2014;47(1).
https://hellosehat.com/obat/cyclophosphamide/
http://eutils.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?
dbfrom=pubmed&id=19179716&retmode=ref&cmd=prlinks
%5Cnpapers2://publication/uuid/452B384A-C97A-4A88-B311-
A1EA9A491B7D
51. Gulati S, Pokhariyal S, Sharma RK, Elhence R, Kher V, Pandey CM, et al.
2017;5(2).