DISUSUN OLEH :
1. Suci Nursita 18330001
2. Zahra Ifany Vasya18330002
3. Fitrihani Prihatini 18330005
4. Sri Ningrum Sari 18330006
5. Syifa Nadila Putri 18330007
6. Amma Makhdoroh 18330008
Puji syukur Kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Dukungan dari
berbagai pihak yang telah memberikan kami dorongan serta pengetahuan yang sangat berguna
bagi kami.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun agar
bisa lebih baik lagi di masa mendatang, semoga makalah ini bermanfaat unuk para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
4.2. Pembahasan ................................................................................................................... 27
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 31
5.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 31
5.2. Saran .............................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 32
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 33
Lampiran Kemasan ................................................................................................................. 34
Dus ..................................................................................................................................... 34
Label .................................................................................................................................. 34
Brosur ................................................................................................................................. 35
Botol injeksi ....................................................................................................................... 36
Lampiran Jurnal ...................................................................................................................... 37
Perumusan karakter sediaan ............................................................................................... 38
Data praformulasi bahan aktif ............................................................................................ 40
Data praformulasi bahan tambahan .................................................................................... 42
Formulir pemecahan masalah ............................................................................................ 46
Komponen umum sediaan .................................................................................................. 49
Pengawasan mutu sediaan .................................................................................................. 51
Prosedur tetap pembuatan sediaan ..................................................................................... 52
Instruksi kerja ..................................................................................................................... 54
Formulir sterilisasi alat ....................................................................................................... 83
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
penyemprotan larutan atau suspense ke dalam tubuh yang bertujuan untuk diagnostic atau
terapeutik. Injeksi dapat dilakukan langsung ke dalam aliran darah, jaringan atau organ. Sediaan
parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran
mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan
beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima
Sehubungan dengan latar belakang yang telah dijabarkan, kami melakukan praktikum
teknologi steril dalam hal ini membuat sediaan injeksi Thiamin HCl dengan harapan semoga
dalam kegiatan praktikum ini, kami dapat menambah wawasan, melaksanakan desain dan
rancangan serta pembuatan sediaan steril untuk dalam upaya meningkatkan pengetahuan ilmu
farmasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
3. Injeksi intramuskulus. Larutan atau suspensi dalam air atau dalam minyak, volume
sedapat mungkin tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan dengan
perlahan – lahan untuk mencegah rasa sakit.
4. Injeksi intravenus. Umunya larutan, dapat mengandung cairan noniritan yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Injeksi intravenus yang diberikan
dalam volume besar, umumnya lebih dari 10 ml, disebut infusi. Emulsi minyak air
dapat diberikan intravenus jika dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap ukuran
butiran minyak. Sedemikian berupa emulsi air – minyak, tidak boleh disuntikan
dengan cara ini. Jika volume dosis tunggal lebih dari 15 ml, intravenus tidak boleh
mengandung bakterisida dan jika dari 10 ml, harus bebas pirogen.
5. Injeksi Intrarterium umunya larutan, dapat mengandung cairan noniritan yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml, digunakan jika efek obat
diperlukan segera dalam periferi. Tidak boleh mengandung bakterisida.
6. Injeksi intrakor. Larutan hanya digunakan untuk keadaan gawat, disuntikan ke dalam
otot jantung atau ventrikulus. Tidak boleh mengandung bakterisida.
7. Injeksi intrateka atau Injeksi subaraknoid, injeksi intrasisterna dan injeksi peridura.
Larutan, umunya tidak boleh lebih dari 20 ml. tidak boleh mengandung bakterisida
dan diracik dalam wadah dosis tunggal.
8. Injeksi intratikulus. Larutan atau suspensi dalam air, disuntikan ke dalam cairan sendi
dalam rongga sendi.
9. Injeksi intratikulus. Larutan atau suspensi dalam air, disuntikan ke dalam cairan sendi
dalam rongga sendi.
10. Injeksi intrabursa. Larutan atau suspensi dalam air, disuntikan ke dalam bursa
subacromilis atau bursa olecranon.
11. Injeksi subkonjungtiva. Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lendir
mata bawah, umunya tidak lebih dari 1 ml.
4
2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
3. Bioavabiltas sempurna atau hampir sempurna
4. Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinalis dapat dihindarkan .
5. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sedang sakit keras ataupun koma.
Kelemahan :
1. Rasa nyeri saat disuntikkan.
2. Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut disuntik.
3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin diperbaiki, terutama
setelah pemberian secara intra vena.
4. Obat hanya dapat diberikan kepada penderita di rumah sakit atau di tempat praktik
dokter oleh tenaga medis yang kompeten
5
5.Suspensi steril dengan pembawa minyak, contohnya injeksi Bismuthsubsalisilat
6.Emulsi steril, contohnya Infus Ivelip 20%
7.Serbuk kering dilarutkan dengan air, contohnya Injeksi Solumedrol
6
a. Zat pembawa berair
Umumnya air untuk injeksi digunakan sebagai zat pembawa untuk injeksi berair.
Injeksi Natrium Klorida, Injeksi Natrium Klorida majemuk, injeksi Glukosa, campuran
gliserol dan etanol atau zat pembawa berair lainnya dapat juga digunakan. Zat pembawa
berair harus memenuhi syarat Uji Pirogenitas.
Air untuk injeksi, Aqua Pro Injection, dibuat dengan menyuling kembali air
suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang cocok yang diperlengkapi
dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang, sulingan selanjutnya ditampung
dalam wadah yang cocok dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk
untuk injeksi, harus disterilkan dengan Cara Sterilisasi A atau C, segera setelah
diwadahkan.
Air untuk Injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan Air untuk Injeksi segar
selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan dengan udara sesempurna
mungkin, didinginkan, dan segera digunakan. Jika dimaksudkan pelarut serbuk untuk
injeksi, harus disterilkan dengan Cara Sterilisasi A. Segera setelah diwadahkan.
b. Zat pembawa tidak berair.
Umumnya digunakan Minyak untuk Injeksi. Minyak untuk Injeksi/ Olea pro
Injection, meliputi minyak lemak, ester asam lemak tinggi baik alam maupun sintesis.
Minyak untuk Injeksi harus memenuhi syarat Olea pinguia dan memenuhi syarat berikut:
1. Harus jernih pada suhu 10°.
2. Tidak berbau asing atau tengik.
3. Bilangan asam 0,2 sampai 0,9.
4. Bilangan iodium 79 sampai 128.
5. Bilangan penyabunan 185 samapai 200.
6. Harus bebas minyak mineral.
3. Zat tambahan
Ditambahkan pada pembuatan injeksi dengan maksud:
a. Bahan penambah kelarutan obat. Untuk menaikkan kelarutan obat digunakan :
- Pelarut organik yang dapat campur dengan air seperti etanol, propilenglikol,
gliserin.
7
- Surface active agent (s.a.a) terutama yang nonionik.
- Etilendiamin untuk menambah kelarutan teofilin.
- Dietilamin untuk menambah kelarbarbital.
- Niasinamid dan Salisilas Natricus menambah kelarutan vit B2.
- Kreatinin, niasinamid dan lecitine digunakan untuk menambah kelarutan steroid.
b. Buffer / pendapar
Pengaturan pH dilakukan dengan penambahan asam, basa, dan dapar. Penambahan
larutan dapar hanya dilakukan untuk larutan obat suntik dengan pH 5,5-9. Pada pH >
9, jaringan mengalami nekrosis, pada pH< 3, jaringan akan mengalami rasa sakit,
phlebitis, dan dapat menghancurkan jaringan. Pada pH < 3 atau pH > 11 sebaiknya
tidak didapar karena sulit dinetralisasikan, terutama ditujukan untuk injeksi i.m. dan
s.c.
Fungsi larutan dapar dalam obat suntik adalah :
- Meningkatkan stabilitas obat, misalnya injeksi vitamin C dan injeksi luminal.
- Mengurangi rasa nyeri dan iritasi.
- Meningkatkan aktivitas fisiologis obat.
- Umumnya digunakan larutan dapar fosfat, laritan dapar boraks, dan larutan dapar
lain yang berkapasitas dapar rendah.
c. Untuk mendapatkan larutan yang isotonis.
Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah NaCl, glukosa, sukrosa, KNO3, dan NaNO3.
d. Antioksidan
- Asam ascorbic 0,1%
- BHA 0,02%
- BHT 0,02%
- Natrium Bisulfit 0,15%
- Natrium Metabisulfit 0,2%
- Tokoferol 0,5%
- Zat pengkhelat seperti Na-EDTA 0,01-0,075% yang akan membentuk kompleks
dengan logam berat yang merupakan katalisator oksidasi.
e. Bahan Pengawet (preservatives)
- Benzalkonium chloride 0,05%-0,1%
8
- Benzyl alkohol 2%
- Chlorobutanol 0,5%
- Chlorocresol 0,1-0,3%
- Fenil merkutik nitrat dan asetat 0,002%
- Fenol 0,5%
f. Gas inert seperti nitrogen dan karbondioksida sering digunakan untuk meningkatkan
kestabilan produk dengan mencegah reaksi kimia antara oksigen dalam udara dengan
obat
9
2.8. Prosedur Pembuatan Sediaan Steril
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi, harus dilakukan dengan hati–hati
untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara pembuatan obat yang baik
(CPOB) juga mempersyaratkan tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu persatu secara
fisik dan tiap wadah yang menunjukan pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual
harus ditolak.
Secara umum ada 2 prosedur pembuatan sediaan steril yaitu :
1. Cara sterilisasi akhir
Cara ini merupakan cara sterilisasi umum dan paling banyak digunakan dalam
pembuataan sediaan steril.Zat aktif harus stabil dengan adanya molekul air dan suhu.
Sterilisasi.Dengan cara ini sediaan disterilkan pada tahap terakhir pembuatan sediaan.Semua
alat setelah lubang – lubangnya ditutup dengan kertas perkamen, dapat langsung digunakan
tanpa perlu disterilkan terlebih dahulu.
2. Cara Aseptis
Cara ini terbatas penggunaannya pada sediaan yang mengandung zat aktif peka suhu
tinggi dan dapat mengakibatkan pengraian dan penurunan kerja farmakologinya.antibiotik
dan beberapa hormon tertentu merupakan zat aktif yang sebaiknya diracik secara
aseptis.Cara aseptis bukanlah suatu cara sterilisasi melainkan suatu cara untuk memperoleh
sediaan steril dengan mencegah kontaminasi jasad renik dalam sediaan.
10
Setelah dicuci dengan air suling masukkan ke dalam kaleng bersih mulut lebar dan
biarkansedikitterbukakemudiandisterilkandalamovensuhu250 oCselama 30’. Tutup karet
disterilkan seperti tutup vial.
4. Tube
Setelah dicuci diletakkan terbaring dalam kaleng bersih bermulut lebar tidak tertutup
rapat dan disterilkan dalam oven selama 30’. Tutup tube direndam dalam alcohol 70%
selama 30’ dan dikeringkan dalam oven
11
AssuranveLevel (SAL)=10-6 atau 12 logreduction (over killsterilization). Bila proses
pembuatan menggunakan aseptic,maka SAL=10-4.
5. Pirogenitas
Pengujian dilakukan dengan tes kelinci (FI) dan tes limulus.
6. Keseragaman volume
Pengujian dilakukan dengan alat ukur volume. Larutan tiap wadah harussedikit lebih
dari volume yang tertera pada etiket.
7. Keseragaman bobot
Hilangkan etiket 10 wadah; cuci bagian luar wadah dengan air; keringkan pada suhu
1050C; timbang satu persatu dalam keadaan terbuka; keluarkan isi wadah; cuci
wadah dengan air, kemudian dengan eatnol 95%; keringkan lagi pada suhu 105oC
sampai bobot tetap; dinginkan dan kemudian timbang satu per satu. Bobot isi wadah
tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang tertera, kecuali satu wadah yang boleh
menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera.
8. pH
Pengujian dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus atau kertas universal
(secara konvensional) atau dengan alat pH meter
2.12. Penandaan
Pada etiket tertera nama sediaan untuk sediaan cair yang tertera persentase atau jumlah
zat yang aktif, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal kadaluarsa; nama
pabrik pembuat dan pengimpor serta nomor lot atau bets yang menunjukan identitas.
Nomor lot dan nomor bets dapat memberikan informasi tentang riwaayat pembuatan
12
lengkap meliputi seluruh proses pengolahan, sterilisasi, pengisian, pengemasan dan
penandaan. Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa sehingga sebagian wadah
tidak tertutup oleh etiket, untuk mempermudah pemeriksaan isi secara visual.
13
Tidak stabil pada suhu tinggi,sebaiknya suhu penyimpanan dibawah 40C sekitar
15C-20C (AHFS 97,p.2818) Tidak stabil pada suhu tinggi, melebur pada suhu ±
248C disertai peruraian (FI IV,p.764)
Terhadap pH :
pH stabil thiamin HCl injeksi 2,5 – 4,5 (AHFS (97,p.2818), pH stabil ± 4, pada
pH 4 kehilangan aktivitasnya, sangat lambat (MD 34,p.1455)
Terhadap oksigen :
Tidak stabil terhadap udara, mudah terdegradasi (MD34,p.1455)
3. OTT (Inkompatibilitas) (MD 28th, p 1634)
Dengan zat atau substansi pengoksidasi dan pereduksi, HgCl₂, iodida karbonat,
asetat dan ferri sulfat, asam ionat, ferri ammonium sitrat, OTT dengan Na-
ohenobarbitane. Thiamin HCl dapat dirusak oleh ion logam. OTT dengan
riboflavin dalam larutan benzyl penisilin, dekstro injeksi dan zat tambahan
dengan kandungan metabisulfat.
4. Cara Penggunaan
Parenteral injeksi : 100-200 mg/ml (AHFS 97,p.2805)
Dosis terapetik : 10-100 mg/hari peroral dan jika perlu i.m dalam defisiensi
diberikan hingga 600 mg/hari (MD 28,p.1639)
Dosis profilaksis (oral,im) 5-10 mg/hari : Dosis terapi (oral,im,iv) 10-100 mg/hari
(FI III,p.991)
14
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah. Jika bentuk
anhidrat terpapar udara dengan cepat menyerap air lebih kurang
4%. Melebur pada suhu lebih kurang 248° disertai peruraian
2 Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam gliserin, sukar larut dalam
aetanol; tidak larut dalam eter dan dalam benzene
3 pH Antara 2,7 dan 3,4
4 OTT Dengan zat pengoksidasi dan perduksi, HgCl2, iodide karbonat,
asetat dan ferri sulfat, asam ionat, ferri ammonium sitrat, OTT
dengan Na-phenobarbitane. Thiamine HCL dapat dirusak oleh
ion logam. OTT dengan riboflavin dalam larutan benzyl
penisilin, dekstro riboflavin dalam larutan benzyl penisilin,
dekstro injeksi dan zat tambahan dengan kandungan
metabisulfat.
5 Cara sterilisasi Disterilisasi dengan cara A atau C
6 Indikasi Pencegahan dan pengobatan berbagai jenis neuritis yang
disebabkan defisiensi thiamine / antineuritium
7 Dosis lazim 10mg-100mg
8 Cara pemakaian Secara oral, parenteral melalui intravena
9 Sediaan lazim dan Ampul 50 mg/ml;100 mg/ml
Kadar
10 Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Penyimpanan
15
3.2 Monografi Zat Tambahan
16
2. Kelarutan Kurang larut dlaam pelarut polar
3. pH -
4. OTT Terhadap besi alkali, kalsium oksida,
magnesium oksida
5. Stabilitas Stabil dalam semua keadaan baik minyak,
dingin, ataupun panas
6. Cara sterilisasi Sterilisasi basah dengan autoklaf
7. Indikasi Pembawa dan pelarut
8. Dosis lazim -
9. Cara pemakaian Secara parenteral
10. Sediaan lazim dan kadar -
12. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kedap. Jika
disimpan dalam wadah kapas berlemak
harus digunakan dalam waktu 3 hari
setelah pembuatan
17
7. Fungsi Buffer
8. Dosis lazim -
9. Cara pemakaian -
10. Sediaan lazim dan kadar 0.5%
12. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
18
2. Aqua pro injeksi Aqua dest cair Uji kejernihan
Bagaimana dipanaskan Aqua pro injeksi
menentukan sampai karena dapat
bahan pembawa mendidih, tutup melarutkan zat
yang baik untuk dengan kapas aktif dan cocok
thiamine HCl steril yang untuk pelarut
dilapisi kasa injeksi karena
steril, biarkan 30 tidak
menit mengandung
mikroba/jasad
renik
3. Sediian harus Pengawet Sterilisasi akhir Uji Sterilitas .Metode sterilisasi
steril, dilakukan dengan
- Autoklaf
menentukan cara aseptis
- Oven
metode/cara karena thiamine
-
sterilisasi bahan HCl tidak tahan
Filtrasi (aseptis)
aktif? terhadap proses
Non aseptis pemanasan akan
(kalor basah) terurai oleh
pemanasan
tersebut. Dibuat
dengan cara kerja
4. Sediaan harus Arang aktif Penyaringan Uji Pirogenitas Mengunakan
bebas pirogen dengan filter 0,8 penyaringan
mikron dengan filter 0,8
mikron
5. Tonisitas Bahan pengisotonis Pencampuran Uji isotonis NaCl, karena
sediaan bahan aktif tidak
- Nacl
isotonis
- Dextrose
6. Sediaan pH 2,7- Bahan buffer, Pencampuran Uji pH Menggunakan
3,3 seperti asam asetat, asam asetat dan
asam nitrat, atau natrium asetat
asam sitrat sebagai buffer
untuk
mempertahankan
pH
7. Thiamine HCl EDTA Aliri uap N2 Uji Sterilisasi Dialiri uap N2
teroksidasi oleh alasanya untuk
Senyawa sitrat
O2 mengeluarkan O2
diganti menjadi
nitrogen agar zat
aktif tidak
teroksidasi
8. Thiamine HCl - Wadah gelap Pengisian dalam Uji wadah Dikemas dalam
tidak stabil - Dosis tunggal wadah wadah coklat
19
terhadap cahaya (ampul coklat)
terdegradasi
dengan berubah
warna
9. Bagaimana - Keras Penulisan pada Keras karena
menentukan - Bebas kemasan etiket karena sediaan /
penandaan atau - Bebas terbatas dan brosur larutan dibuat
pengolongan dalam bentuk
sediaan injeksi injeksi merupakan
thiamine HCl obat keras yang
harus digunakan
atau diperoleh
dengan
menggunakan
resep dokter
3.4 Formulasi
20
3.5 Perhitungan Formula
Perhitungan formulasi injeksi thiamine HCl
Perhitungan Tonisitas
21
NaCl 0,9% ∆Tf 1% = 0.58°
Aqua pro injeksi ad 35 ml
Supaya isotonis:
1𝑔 𝑥𝑔 0.215
= 0.215 xg= x 1 = 0.37 g
0.58 0.58
35
0.37 g x 100 = 0.1295 g = 129,5 mg
22
5. Setelah ditimbang masukan bahan kedalam masing masing wadah yang sudah diberi
label
Pelarutan
Tujuan
memperoleh bahan baku yang larut
Prosedur:
1. Masukan Thiamin HCl kedalam beaker glass (kelarutan dalam air 1:1
2. Tambahkan aqua pro injeksi sebanyak ±10ml, Kemudian aduk ad larut dalam beaker
glass 50 ml
3. Masukan NaCl kedalam beaker glass (kelarutan NaCl 1:3)
4. Masukkan buffer asetat
5. Tambahkan aqua pro injeksi ±10ml untuk melarutkan, aduk ad larut
23
1. Ukur kembali dari penyaringan I
2. Bilas Erlenmeyer yang digunakan pada pengukuran I dengan Aqua Pro Injeksi
3. Celupkan volume injeksi yang dibuat dengan Aqua Pro Injeksi ad 35 ml
Penyaringan
Tujuan :
Agar sediaan yang diperoleh bebas dari pirogen
Prosedur :.
1. Siapkan corong + kertas saring yang telah disterilkan
2. Saring hasil pengukuran volume 1I
Pengisian
Tujuan :
Agar sediaan terisi pada Ampul
Prosedur :.
1. Tuang larutan kedalam spuit ijeksi, masukan kedalam tiap ampul 2, 15 ml sebanyak 10
ampul
Penyemprotan dengan Uap Air
Tujuan :
Untuk mencegah terjadinya pengarangan dengan gas N2
Prosedur :.
1. Alirkan uap air keampul berisi larutan obat suntik Thiamine HCl untuk menghilangkan
kemungkinan sisa tetesan obat suntik pada leher ampul dan juga untuk mencegah
terjadinya pengarangan dengan gas N2
Penyemprotan dengan Gas N2
Tujuan :
Untuk menghilangkan O2
Prosedur :.
24
1. Alirkan gas N2 untuk menghilangkan O2
Penutupan Ampul
Tujuan :
Untuk menghindari cemaran mikroba
Prosedur :.
1. Tutup ampul dengancara membakar bagian atas ampul dengan api
2. Kemudian Tarik ujungnya dengan pinset
Pengemasan
Tujuan :
Untuk menlindungi sediaan
Prosedur :.
1. Masukan ampul yang telah disterilkan akhir kedalam kotak beri etiket dan brosur
3.7 Evaluasi
1. Uji Organoleptik
Tujuan:
Memastikan bahwa Tetes mata yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia.
Prosedur:
1. Ambil sampel, Lakukan Uji Organoleptik
2. Masukkan 1g salep yang dibuat pada kaca arloji. uji dengan panca indra
Keterangan Yang diinginkan Hasil
Bentuk Cair
Warna Bening
(Tidak
Berwarna)
Bau Tidak Berbau
2. Uji PH
Tujuan:
25
Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan pH derajat
keasaman yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
Prosedur:
1. Ambil sampel 1 ml, celupkan pH universal pada sampel tersebut, kemudiaan lihat pH
untuk larutan tersebut
2. Persyaratan pH untuk injeksi Thiamin HCl 2,5-4,5 maka persyaratan yang didapat
3. Uji kejernihan
Tujuan:
Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan uji
kejernihan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
Prosedur:
1. Ambpul dikocok, lalu cepat dibalik, diamati depan papan/ kertas ber;atar belakang
hitam-putih dengan lampu neon
2. Untuk memperjelas gunakan kaca pembesar
3. Catat hasil pengamatan
4. Uji sterilitas
Tujuan:
Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan uji
sterilisitas yang ditetapkan dalam farmakope indonesia
Prosedur:
1. Pindahkan cairan dari wadah menggunakan pipet atau jarum suntik yang steril secara
aseptik.
2. Inokulasikan sejumlah tertentu bahan dan tiap wadah uji kedalam tabung media.
Campur cairan dan media tanpa durasi berlebihan. Inokulasikan pada media tertentu
seperti yang tertera pada prosedur umum selama tidak kurang dari 14 hari.
3. Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin
5. Uji Keseragaman volume
Tujuan : Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan
pH/ derajat keasman yang ditetapkan dalam farmakope indonesia
Prosedur:
26
1. Ampul diletakan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman
volume secara visual
6. Uji kebocoran
Tujuan:
Agar ampul yang digunakan tidak menyebabkan masuknya mikroorganisme atau
kontaminan lain yang berbahaya dan isinya tidak bocor
Prosedur:
1. Ambil beaker glass, letakan kapas dibawah beaker glass
2. Tutup beaker glass dengan perkamen lalu ikat dengan benang
3. Beri lubang kecil pada perkamen dan masukan 10 ampul dalam lubang tersebut dalam
posisi terbalik
4. Lalu amati ampul tersebut
BAB IV
27
Berdasarkan uji kejernihan yang dilakukan terhadap sediaan injeksi Thiamin HCl yaitu
pengamatan terhadap adanya partikel atau tidak diperoleh hasil bahwa sediaan injeksi
Thiamin HCl yang telah dibuat tidak mengandung partikel
4. Uji kebocoran
Berdasakan uji kebocoran yang dilakukan terhadap sediaan ampul yang kami buat
diperoleh bahwa tidak satu pun ampul mengalami kebocoran.
5. Uji Keseragaman Volume
Berdasarkan uji keseragaman volume secara visual yang dilakukan terhadap sediaan
injeksi yang kami buat diperoleh bahwa volume masing – masing sediaan dalam ampul
tidak seragam.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan steril injeksi Thiamin
HCl.Sediaan injeksi dibagi menjadi 2 bagian yaitu sediaan injeksi vial dan sediaan injeksi
ampul yang telah kami buat adalah sediaan injeksi ampul. Dalam praktikum pembuatan
injeksi Thiamin HCl kami tidak mengalami kendala berarti karena injeksi ini merupakan
larutan sejati selain itu pengerjaannya pun cukup mudah.
Hal pertama yang dilakukan sebelum proses pembuatan sediaan adalah sterilisasi
alat. Dimana kami melakukan sterilisasi alat pada autoklaf pada suhu 121 oC selama 30
menit dan di dalam oven pada suhu 150oC selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan persiapan
bahan – bahan yang akan digunakan. Proses sterilisasi alat ini bertujuan agar alat yang
digunakan bebas dari kontaminasi mikroba sehingga terjamin kesterilan sediaan injeksi
yang akan kami buat.
Selanjutnya melakukan penimbangan bahan–bahan yang dibutuhkan.
Penimbangan dilakukan untuk memperoleh bahan baku sesuai dengan jenis dan jumlah
yang diinginkan. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah membuat API yang digunakan
sebagai pembawa pada sediaan injeksi yang akan kami buat. Pembuatan aqua pro injeksi
dilakukan dengan memasak aquadest dengan menggunakan Erlenmeyer yang mana mulut
erlenmeyernya ditutup dengan kapas dan aluminium foil, lalu dimasukkan ke dalam
autoclave salama 15 menit, hal ini dilakukan agar diperoleh API yang steril dan bebas
pirogen.
28
. Kemudian dilakukan pelarutan bahan-bahan seperti Thiamin HCl, dan NaCl
yang telah ditimbang ke dalam pembawanya yaitu API yang telah dingin, hal ini
dilakukan agar bahan terlarut sempurna dan aman digunakan secara parenteral.
Langkah selanjutnya yang kami lakukan adalah pengukuran volume pertama, hal
ini dilakukan agar diperoleh volume sesuai yang diinginkan. Selanjutnya penyaringan
agar sediaan yang kami buat bebas dari pirogen. Lalu pengukuran volume kedua agar
diperoleh volume selanjutnya, pada tahap ini pembuatannya dilebihkan (sudah
diperhitungan).
Kemudian dilakukan pengisian sediaan ke dalam ampul melalui buret yang telah
disambungkan dengan pipa kecil agar muat masuk ke dalam ampul. Akan tetapi pada
praktikum ini tidak menggunakan buret melainkan menggunakan pipet tetes dikarenakan
buret yang seharusnya digunakan tidak tersedia. Volume yang diisikan adalan 2,15 ml
sesuai dengan ketentuan yang tertera di FI di mana sediaan dengan volume 2,0 ml bisa
dilebihkan volumenya sebanyak 0,15 ml. Setelah ampul terisi dengan sediaan maka
selanjutnya yaitu menyemprotkannya dengan uap air dan mengalirkannya dengan gas N 2.
Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pengarangan dan menghilangkan O 2 akan
tetapi tahap ini tidak dilakukan dikarenakan ada kendala pada alat yang akan kami
gunakan. Langkah selanjutnya yaitu melakukan penutupan ampul agar bebas dari
cemaran mikroba dan sediaan tidak tumpah saat didistribusikan. Penutupan dilakukan
dengan memanaskan bagian ampul yang terbuka lalu menutupnya menggunakan pinset.
Setelah sediaan selesai, maka tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi
sediaan. Evaluasi sediaan dilakukan untuk memastikan bahwa sediaan yang kami buat
sesuai dengan yang diharapkan. Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi uji
organoleptic (bentuk, warna, bau, dna rasa), uji pH, uji kejernihan, dan uji kebocoran.
Evaluasi pertama yang dilakukan adalah uji organoleptis yaitu uji dengan
menggunakan panca indera yaitu meliputi pengamatan Bentuk, warna, bau terhadap
Injeksi Thiamin Hcl. Pada pengujian organoleptic diperoleh hasil sebagai berikut:
Keterangan Hasil
Bentuk Cair
Warna Bening
Bau Tidak berbau
29
Hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan sediaan yang akan dibuat.
Evaluasi kedua yang kami lakukan adalah uji pH. Pengujian pH dilakukan dengan
mencelupkan kertas pH universal ke dalam sediaan yang sebelumnya telah ditempatkan
ke dalam beaker glass. Nilai pH yang diperoleh yaitu 5, nilai tersebut memenuhi syarat
nilai pH di farmakope untuk sediaan injeksi yaitu 5-7.
Evaluasi selanjutnya adalah melakukan uji kejernihan. Uji kejernihan dilakukan
untuk memastikan bahwa sediaan steril yang kami hasilkan telah memenuhi syarat yang
ditetapkan di dalam farmakope Indonesia. Uji kejernihan dilakukan dengan mengocok
sediaan lalu diperhatikan menggunakan latar kertas putih dan hitam. Latar putih
digunakan untuk melihat bila dalam sediaan terdapat partikel hitam atau berwarna.
Sedangkan latar hitam digunakan untuk melihat bila terdapat partikel putih. Dari evaluasi
yang telah kami lakukan semua sediaan ampul yang kami buat bebas dari partikel.
Evaluasi terakhir yang kami lakukan adalah uji kebocoran. Uji ini dilakukan agar
ampul yang telah digunakan tidak menyebabkan masuknya mikroorganisme atau
kontaminan lainnya yang berbahaya serta isinya tidak bocor. Uji kebocoran dilakukan
dengan cara meletakkan ampul secara terbalik di dalam beaker glass yang telah dilapisi
kapas yang telah ditetesi metilen blue sebelumnya. Lalu dilihat isi ampul, apakah ada
pengurangan atau tidak dengan melihat warna kapas apakah berubah menjadi biru atau
tidak. Dari evaluasi yang dilakukan, tidak satupun ampul mengalami kebocoran.
Setelah proses evaluasi selasai langkah terakhir yang dilakukan adalah mengemas
sediaan.
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput
lendir.
2. proses pengerjaannya menggunakan metode aseptis dan tidak memerlukan proses
sterilisasi akhir karena injeksi Thiamin ini tidak tahan terhadap pemanasan.
3. Semua alat pada pembuatan sediaan injeksi harus bebas dari mikroorganisme, dengan
cara disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
4. Hasil evaluasi yang dilakukan diperoleh memiliki kejernihan yang cukup baik, tidak
berwarna (bening), dan tidak berbau, nilai pH =5 tidak terjadi kebocoran, dan tidak
mengandung partikel.
31
5.2 Saran
1. Praktikkan diharapkan dapat melaksanakan praktikum dengan sebaik mungkin.
2. Laboratotium seharusnya bisa menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana demi
kelancaran praktikum
3. Dari hasil yang telah diperoleh seharusnya dilakukan uji lanjut untuk sediaan injeksi
Thiamin yang telah kami buat seperti uji kadar Thiamin dalam sediaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anief, Prof.Drs. Moh.Apt. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM press.
2. Ansel, C Howard. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Jakarta: UI-press.
3. Bagian farmakologi FKUI. 1994. Farmakologi dan terapi ed. Keempat. Jakarta: Bag.
Farmakologi FKUI.
4. Harkness, Richard. 1984. Interaksi Obat. Bandung: penerbit ITB.
5. Hartanto, Huriawati( alih bahasa).2000. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
6. Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta: UI – Press.
7. Martindale. 1972. The Extra Pharmacopeia, 28th Ed. London: The Pharmaceutical
Press.
8. Mutschler, Ernest. 1985. Dinamika Obat. Bandung: penerbit ITB.
9. Tja y, Tan Hoan Drs, dan Drs Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat penting. Jakarta:
Gramedia.
32
10. Wade, Ainley and Paul J Weller.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient second ed.
London: The Pharmaceutical Press.
11. Watimena, M.Sc. Dra J. R dan Drs Tan Siang Gwan. 1968. Dasar-dasar pembuatan dan
Resep–resep obat suntik. Bandung : Tarate
33
LAMPIRAN
34
LAMPIRAN KEMASAN
a. Dus
b. Label
35
c. Brosur
36
d. Botol injeksi
37
LAMPIRAN JURNAL
38
39
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
1. NAMA MAHASISWA :
1. Suci Nursita 18330001
2. Zahra Ifany Vasya 18330002
3. Fitrihani Prihatini 18330005
4.Sri Ningrum Sari 18330006
5. Syifa Nadila Putri 18330007
6. Amma Makhdoroh 18330008
2. NO. KELOMPOK :1 (satu)
3. NAMA PRODUK : Thiacin ampul
4. JENIS SEDIAAN : Injeksi
40
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
di etiket
7. pH 3 2,5-4,5
8. Cara sterilisasi Sterilisasi C dengan aseptis Disterilkan dengan cara
(penyaringan bakteri steril) sterilisasi A atau C dan segera
di dinginkan
8. Warna Tidak berwarna Tidak berwarna
9. Bau Bau khas lemah Bau khas lemah
10. Wadah Dalam wadah dosis tunggal atau Dalam wadah dosis tunggal
dosis ganda, sebaiknya dari kaca atau dosis ganda, sebaiknya
tipe 1, terlindungi cahaya dari kaca tipe 1, terlindungi
cahaya
11. Label Obat keras Obat keras
41
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah. Jika bentuk anhidrat terpapar udara
dengan cepat menyerap air lebih kurang 4%. Melebur pada suhu lebih kurang 248° disertai
peruraian.
2. Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam gliserin, sukar larut dalam aetanol; tidak larut dalam
eter dan dalam benzene
3. Ph Antara 2,7 dan 3,4
4. OTT Dengan zat pengoksidasi dan perduksi, HgCl2, iodide karbonat, asetat dan ferri sulfat,
asam ionat, ferri ammonium sitrat, OTT dengan Na-phenobarbitane. Thiamine HCL dapat
dirusak oleh ion logam. OTT dengan riboflavin dalam larutan benzyl penisilin, dekstro
riboflavin dalam larutan benzyl penisilin, dekstro injeksi dan zat tambahan dengan
42
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
kandungan metabisulfat.
5. Stabilitas Thiamine HCl untuk injeksi harus dilindungi oleh cahaya dan disimpan pada suhu kurang
dari 40°C dan lebih disukai antara 15-30°C untuk menghindari pembekuan
6. Cara sterilisasi Disterilisasi dengan cara A atau C
7. Indikasi Pencegahan dan pengobatan berbagai jenis neuritis yang disebabkan defisiensi thiamine /
antineuritium
8. Dosis lazim 10mg-100mg
9. Cara pemakaian Secara oral, parenteral melalui intravena
10. Sediaan lazim dan kadar Ampul 50 mg/ml;100 mg/ml
12. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
43
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
44
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Keasaman-kebasaan; Amonium; Besi; Tembaga; Timbal; Kalsium; Klorida; Nitrat; Sulfat;
Zat teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada aqua destilata
2. Kelarutan Kurang larut dlaam pelarut polar
3. pH -
4. OTT Terhadap besi alkali, kalsium oksida, magnesium oksida
5. Stabilitas Stabil dalam semua keadaan baik minyak, dingin, ataupun panas
6. Cara sterilisasi Sterilisasi basah dengan autoklaf
7. Indikasi Pembawa dan pelarut
8. Dosis lazim -
9. Cara pemakaian Secara parenteral
10. Sediaan lazim dan kadar -
12. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan dalam wadah kapas berlemak harus digunakan
dalam waktu 3 hari setelah pembuatan
45
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Kristal atau bubuk granul tidak berwarna dengan sedikit bau asam asetat
2. Kelarutan Mudah larut dalam air dan larut dalam etanol
3. pH 7.5-9.0
4. OTT Bereaksi dengan komponen asam dan basa, bereaksi dengan flor, kalsium nitrat, dan
diketene
5. Stabilitas Natrium asetat anhidrat bersifat higroskopis
6. Cara sterilisasi Sterilisasi basah dengan autoklaf
7. Fungsi Buffer
8. Dosis lazim -
9. Cara pemakaian -
10. Sediaan lazim dan kadar 0.5%
12. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
46
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Cairan jernih tidak berwana; bau khas, menusuk; rasa asam yang tajam.
2. Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan etanol dan dengan gliserol
3. pH 2.9 (konsentrasi 0,1 M)
4. OTT Bereaksi dengan bahan bersifat basa
5. Stabilitas -
6. Cara sterilisasi Sterilisasi basah dengan autoklaf
7. Fungsi Buffer
8. Dosis lazim -
9. Cara pemakaian -
10. Sediaan lazim dan kadar 0.5 %
12. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
47
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
48
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
49
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
50
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
51
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Perhitungan Tonisitas
52
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
53
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal :
54
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
55
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
56
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
INSTRUKSI KERJA
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
57
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
STERILISASI
Tujuan:
- Agar terhindar dari mikroba
Bahan:
- Thiamine HCl
- NaCl
- Asam asetat
- Natrium asetat
- Aquapro injeksi
Alat:
- Kaca arloji
- Beaker gelas
- Erlenmeyer
- Batang pengaduk
- Pinset
- Sendok porselen/logam
- Ampul
- Corong dan Kertas saring
- Pipet tetes
- Gelas ukur
Prosedur:
1. Oven : Kaca arloji, erlenmeyer, ampul, beaker glass, batang
58
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
59
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
PENIMBANGAN
Tujuan:
Memperoleh bahan baku sesuai dengan jenis dan jumlah yang
diinginkan
Bahan:
- Thiamine HCl
- NaCl
- Asam asetat
- Natrium asetat
- Aquapro injeksi
Alat:
- Timbangan
- Kaca arloji
- Sendok porselen/logam
- Pipet tetes
Prosedur:
1. Beri label wadah yang akan dipakai
2. Timbang masing-masing bahan
Nama bahan Seharusnya Penimbangan
Thiamine HCl 0, 35 g
60
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
NaCl 0,1295 g
Asam asetat 0,175 g
Natrium asetat 0,175 g
Aqua pro in Ad 35 ml
61
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
PELARUTAN
Tujuan:
- Memproleh bahan baku yang larut
Bahan:
- Thiamine HCl
- NaCl
- Asam asetat
- Natirum asetat
- Aqua pro injeksi bebas O2 dan CO2
Alat:
- Beaker glass
- Wadah
- Gelas ukur
Prosedur:
1. Masukan Thiamin HCl kedalam beaker glass (kelarutan
dalam air 1:1)
2. Tambahkan aqua pro injeksi sebanyak ±10ml, Kemudian
62
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
63
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
64
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
PENYARINGAN
Tujuan:
- Agar sediaan yang diperoleh bebas dari pirogen
Bahan:
- Sediaan
Alat:
- Corong
- Kertas saring
- Gelas ukur atau beaker glass
Prosedur:
1. Siapkan corong + kertas saring yang telah disterilkan
2. Saring hasil pengukuran volume 1
65
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
PENGUKURAN VOLUME II (Aqua Pro Injeksi)
Tujuan:
- Memproleh sediaan dengan jumlah yang sesuai
Bahan:
- Sediaan
Alat:
- Wadah
- Gelas ukur atau beaker glass
Prosedur:
1. Ukur kembali dari penyaringan I
2. Bilas Erlenmeyer yang digunakan pada pengukuran I
dengan Aqua Pro Injeksi
3. Celupkan volume injeksi yang dibuat dengan Aqua Pro
Injeksi ad 35 ml
66
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
67
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
PENYARINGAN
Tujuan:
- Agar sediaan yang diperoleh bebas dari pirogen
Bahan:
- Sediaan
Alat:
- Corong
- Kertas saring
- Gelas ukur atau beaker glass
Prosedur:
1. Siapkan corong + kertas saring yang telah disterilkan
2. Saring hasil pengukuran volume ke II
68
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
PENGISIAN
Tujuan:
- Agar sediaan terisi pada ampul
Bahan:
- Sediaan
Alat:
- Ampul
- Spuit injeksi
Prosedur:
1. Tuang larutan kedalam spuit ijeksi, masukan kedalam tiap
ampul 2, 15 ml sebanyak 10 ampul
69
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
PENYEMPROTAN DENGAN UAP AIR
Tujuan:
- Untuk mencegah terjadinya pengarangan dengan gas N2
Bahan:
- Sediaan
Alat:
- Ampul
- Spuit injeksi
Prosedur:
1. Alirkan uap air keampul berisi larutan obat suntik Thiamine
HCl untuk menghilangkan kemungkinan sisa tetesan obat
suntik pada leher ampul dan juga untuk mencegah
terjadinya pengarangan dengan gas N2
70
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
71
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
72
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
PENUTUPAN AMPUL
Tujuan:
- Untuk menghindari cemaran mikroba
Bahan:
- Sediaan
Alat:
- Pinset
Prosedur:
1. Tutup ampul dengancara membakar bagian atas ampul
dengan api
2. Kemudian Tarik ujungnya dengan pinset
73
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
PENGEMASAN
Tujuan:
- Untuk melindung sediaan
Bahan:
- Sediaan
Alat:
- Ampul
- Dus, etiket, brosur
Prosedur:
1. Masukan ampul yang telah disterilkan akhir kedalam kotak
beri etiket dan brosur
74
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
75
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
EVALUASI SEDIAAN
Tujuan:
- Agar sediaan steril yang dibuat memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam farmakope Indonesia
Bahan:
- Injeksi Thiamin HCl
Alat:
- Kaca arloji
- pH indicator
- Beaker glass
Prosedur:
1. Ambil sampel lakukan uji organoleptis
2. Ambil sampel lakukan uji pH
3. Ambil sampel lakukan uji kejernihan
4. Ambil sampel lakukan uji sterilisitas
5. Ambil sampel lakukan uji keseragaman volume
6. Ambil sampel lakukan uji kebocoran
76
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
UJI ORGANOLEPTIS
Tujuan:
- Memastikan bahan sediaan yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
Bahan:
- Injeksi Thiamin HCl
Alat:
- Kaca arloji
- Spatel
Prosedur:
1. Ambil sampel lakukan uji organoleptis
2. Masukan 1 ml larutan yang dibuat pada kaca arloji, uji
dengan panca indra
Keterangan Yang diinginkan Hasil
Bentuk
77
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Warna
Bau
Rasa
78
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
UJI Ph
Tujuan:
- Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah
memenuhi persyaratan pH derajat keasaman yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
Bahan:
- Injeksi Thiamin HCl
Alat:
- Kaca arloji
- pH universal
Prosedur:
1. Ambil sampel 1 ml, celupkan pH universal pada sampel
tersebut, kemudiaan lihat pH untuk larutan tersebut
2. Persyaratan pH untuk injeksi Thiamin HCl 2,5-4,5 maka
persyaratan yang didapat?
79
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
UJI KEJERNIHAN
Tujuan:
- Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah
memenuhi persyaratan uji kejernihan yang ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia
Bahan:
- Injeksi Thiamin HCl
Alat:
- Latar belakang putih
Prosedur:
1. Ambpul dikocok, lalu cepat dibalik, diamati depan papan/
kertas ber;atar belakang hitam-putih dengan lampu neon
2. Untuk memperjelas gunakan kaca pembesar
3. Catat hasil pengamatan
80
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
81
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
UJI STERILITAS
Tujuan:
- Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah
memenuhi persyaratan uji sterilisitas yang ditetapkan dalam
farmakope indonesia
Bahan:
- Injeksi Thiamin HCl
Alat:
- Jarum suntik steril
Prosedur:
1. Pindahkan cairan dari wadah menggunakan pipet atau jarum
suntik yang steril secara aseptik.
2. Inokulasikan sejumlah tertentu bahan dan tiap wadah uji
kedalam tabung media. Campur cairan dan media tanpa
durasi berlebihan. Inokulasikan pada media tertentu seperti
yang tertera pada prosedur umum selama tidak kurang dari
14 hari.
3. Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering
mungkin.
82
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
UJI KESERAGAMAN VOLUME
Tujuan:
- Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah
memenuhi persyaratan pH/ derajat keasman yang ditetapkan
dalam farmakope indonesia
Bahan:
- Injeksi Thiamin HCl
Alat:
- Ampul
Prosedur:
1. Ampul diletakan pada permukaan yang rata secara sejajar
lalu dilihat keseragaman volume secara visual
83
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tanggal:
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
84
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
UJI KEBOCORAN
Tujuan:
- Agar ampul yang digunakan tidak menyebabkan masuknya
mikroorganisme atau kontaminan lain yang berbahaya dan
isinya tidak bocor
Bahan:
- Injeksi Thiamin HCl
Alat:
- Beaker glass
- Kapas
- Benang
Prosedur:
1. Ambil beaker glass, letakan kapas dibawah beaker glass
2. Tutup beaker glass dengan perkamen lalu ikat dengan
benang
3. Beri lubang kecil pada perkamen dan masukan 10 ampul
dalam lubang tersebut dalam posisi terbalik
4. Lalu amati ampul tersebut
85
Praktikum Teknologi Sediaan Steril
Program Studi Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional
86