Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FARMAKOLOGI MOLEKULER
RESEPTOR GPCR DOPAMIN & ANGIOTENSIN

OLEH :
NAMA : Atanasius
NIM : 23018004
KELAS : Transfer 23

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS ALMARISA MADANI
MAKASSAR
2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakologi Molekuler adalah pengaturan gen dan ekspresi

protein pada kondisi fisiologis maupun patologis, mekanisme aksi

obat pada Tingkat seluler, genome dan protein, serta

pengembangan dan penemuan obat. Buku ini merupakan

pengantar menuju wawasan farmakologi molekuler dengan kajian

yang lebih difokuskan pada aksi obat pada berbagai targetnya di

tingkat seluler atau molekuler. (Ikawati. Z, 2018)

Reseptor adalah makromolekul protein yang bersifat spesifik

dalam berikatan langsung dengan ligan (hormon, neurotransmiter

dan obat). Khususnya dalam terapi molekuler, reseptor sering

digunakan sebagai target aksi obat dengan hasil efikasi yang tepat.

(Fransiska A.N, dkk, 2022).

Dopamin adalah salah satu jenis GPCR yang dapat

menstimulasi dan menghambat adelinat siklase. Diketahui bahwa

reseptor dopamin memegang peran dalam kinerja kontrol

pergerakan, fungsi kognitif dan fungsi peredaran darah. Oleh

karena itu, reseptor dopamin menjadi salah satu target aksi obat

khususnya dalam terapi penyakit seperti skizofernia dan parkinson

(Fransiska A.N, dkk, 2022).


Reseptor angiotensin merupakan keluarga GPCR, suatu

reseptor yang terikat pada protein Gq yang mengaktivasi sistem

fosfolipase. (Ikawati. Z, 2018)

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian reseptor dopamin dan reseptor GPCR

angiotensin

2. Apa macam-macam reseptor dopamin dan reseptor GPCR

angiotensin

3. Obat apa saja yang bekerja pada reseptor dopamin dan GPCR

angiotensin

C. Tujuan

1. Agar dapat mengetahui pengertian dari reseptor dopamin dan

GPCR angiotensin

2. Agar dapat mengetahui macam-macam reseptor dopamin dan

GPCR angiotensin

3. Agar dapat mengetahui obat apa saja yang bekerja pada

reseptor dopamin dan reseptor angiotensin


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Reseptor Dopamin

Dopamin adalah Neurotransmiter yang mengakibatkan RDS

(Reward Depletion Syndrome) serta menyusun sintesis dalam

asam amino tirosin terminal sinaptik yang kemudian akan

dikeluarkan dicelah adaptor. Dopamin merupakan neurotransmitter

endokrin milik kelas katekolamin. Dopamin memiliki peranan yang

sangat penting untuk mengkrontrol motorik, motivasi, gairah,

kognisi dan Kepuasan, dan sifat tingkat rendah misalnya menyusui

dan pornografi. Dopamin terlibat dalam banyak proses fisiologis

dan perilaku, termasuk kognitif, gerakan, suasana Hati, Motivasi

dan Penghargaan abnormalitas sistem dopaminergik sentral

menimbulkan berbagai penyakit neuropsikiatri, termasuk penyakit

Parkinson, gangguan perhatian hiperaktif (ADHD), Skizofrenia,

gangguan bipolar, gangguan makan, dan kecanduan. (Fransiska

A.N, dkk, 2022).

B. Macam – macam Reseptor Dopamin

Terdapat beberapa subtipe reseptor dopamin, yaitu dibagi ke

dalam dua kelompok. kelompok yang pertama termasuk

merangsang D1 dan D5 Pembentukan cAMP dengan aktivasi

merangsang protein G. Grup Kedua Mengandung reseptor D2, D3

dan D. Reseptor D2 menghambat pembentukan cAMP


mengaktifkan G-arrestin. Pasien skizofrenia meningkatkan produksi

dopamin. Kemudian dari hasil penelitian tersebut, gen dianggap

terkait dengan skizofrenia diidentifikasi sebagai reseptor dopamin

(gen DRD2) (gen DRD3), transporter dopamin dan serotonin.

(Fransiska A.N, dkk, 2022).

Aktivasi reseptor D2 merupakan mediator yang sangat

penting sebagai perantara perbaikan klinis maupun beberapa efek

Dsamping (misalnya halusinasi). Reseptor D2 merupakan subtipe

yang dominan dalam otak dan terlibat sebagain fungsi dopamin

yang diketahui. Reseptor D1 terlibat dalam menyebabkan gejala

diskinesia.

Reseptor DA1 terutama berada pada otot polos jantung, otak

dan ginjal. Aktivasi menimbulkan vasodilatasi, memperkuat

kontraktilitas jantung, menderaskan penyaluran ekskresi Na dan

dieresis. Reseptor DA2 terdapat disaraf dan ganglia simpatis juga

dalam jantung dan kulit . aktivasi mengakibatkan penghambatan

pelepasan adrenalin. Begitu pula dikulit anak ginjal, yang pada

stimulasi mengurangi pelepasan aldosteron.

C. Obat yang bekerja pada Reseptor Dopamin

Apomorfin merupakan agonis keluarga reseptor D1 yang

telah lama dikenal. Senyawa ini memperlihatkan afinitas dan

selektivitas yang moderat terhadap reseptor D1. Agonis keluarga

reseptor D1 yang lebih selektif di antaranya dihidreksidin dan SKF


81297. Senyawa golongan tioxantin (contoh: flupentixol) dan

golongan fenotiazin (contoh: flupenazin) merupa- kan contoh

antagonis yang menunjukkan afinitas yang tinggi terhadap keluarga

D1. Akan tetapi, kedua senyawa ini tidak memperlihatkan selekti-

vitas yang tinggi pada keluarga D1. SKF 8366 merupakan salah

satu antago- nis keluarga D1 yang menunjukkan afinitas dan

selektivitas yang tinggi. Reseptor D5 memiliki afinitas yang lebih

tinggi terhadap dopamin daripada reseptor D1 (Ikawati. Z, 2018).

Beberapa obat dapat berikatan dengan semua tipe reseptor

dopamin, tetapi dengan kekuatan yang berbeda-beda. Obat-obat

golongan antipsikotik, seperti haloperidol, klorpromazin, dan

klozapin berikatan lebih kuat dengan reseptor D2 yang memang

terlibat dalam penyakit skizofrenia. Perlu diketahui bahwa

skizofrenia adalah penyakit gangguan kejiwaan yang di- tandai

dengan gejala halusinasi, delusi, dan pikiran-pikiran yang tidak ter-

organisasi yang sebagian disebabkan oleh hiperaktivitas dopamin

pada jalur mesolimbik di otak.

Sebaliknya, pada pengobatan penyakit Parkinson,

diperlukan obat agonis reseptor dopamin seperti bromokriptin. Obat

lebih baru untuk ago- nis reseptor dopamin adalah pergolid,

pramipreksol, dan ropinirol. Pe- nyakit Parkinson merupakan

penyakit yang ditandai dengan tremor, bradi- kinesia, dan

ketidakseimbangan tubuh yang disebabkan oleh terjadinya


degenerasi saraf dopaminergik. Karena itu, salah satu pendekatan

pengo- batannya adalah dengan mengaktivasi reseptor dopamin

dengan agonisnya. (Ikawati. Z, 2018)

D. Pengertian Reseptor GPCR Angiotensin

Angiotensin adalah hormon peptida yang berasal dari protein

angiotensinoge diubah menjadi angiotensin I dengan katalisis

rennin. Selanjutnya angiotensin I akan diubah menjadi angitensin II

dengan katalisis oleh enzim ACE. Angiotensin II akan bekerja pada

reseptornya memicu berbagai proses fisiologis yang menyebabkan

kenaikan tekanan darah arteri dan fungsi renal, sehingga terlibat

dalam patofisologinya berbagi penyakit seperti hipertensu, hiperrofi

jantung, gagal jantung dan penyakit netropatik diabetik.

Reseptor tergandeng protein g., disebut juga reseptor

metabotropic , merupakan family terbesar dari reseptor memberane

sel. Reseptor ini menjadi mediator dari respons seluler berbagai

molekul, seperti hormon, neurotransmiter, mediator lokal dan

lainnya. Reseptor tergandeng ptotein g merupakan satu rantai

peptida tunggal yang keluar masuk menembus membrane sel

sampai 7 kali sehingga dikatakan memiliki 7 transmembran.

Jalur transduksi signal pada GPCR ada dua yaitu jalur

adenilat siklase dan jalur fosfolipase. Adenilat siklase adalah enzim

yang meng katalisis perubahan ATP menjadi bentuk siklisnya, yaitu


siklis AMP (camp) sedangkan fosfolipase adalah enzim yang

menguraikan senyawa fosfolipid.

E. Macam – macam reseptor golongan GPCR

1. Reseptor Adrenergik

Reseptor adrenergik merupakan reseptor yang

memperantarai berbagai aksi saraf simpatik meliputi pelepasan

energi dan glukosa, denyut jantung, dilatasi saluran pernapasan

dan pengaturan sirkulasi perifer selama kondisi normal.

Reseptor adrenergik berperan dalam fungsi berbagai sistem

dalam tubuh. Reseptor ini merupakan reseptor bagi

neurontrasmiter golongan katekolamin yaitu adrenalin/epinefrin .

2. Reseptor Asetilkolin Muskarinik

Reseptor ini pertama kali dikenal karena kemampuanya

mengikat muskarinik. Reseptor ini terdistribusi luas diseluruh

bagian tubuh dan mendukung berbagai fungsi vital, baik di otak

maupun sistem saraf otonom utamnya saraf parasimpatis.

Reseptor ini terdiri dari 5 subtipe yang semuanya tergandeng

dengan protein G yaitu, reseptor M1, M2, M3, M4 dan M5

tergandeng dengan protein Gq sedangkan M2 dan M4 dengan

protein GI dan dengan suatu kanal ion.


F. Contoh Obat dan Mekanisme Kerja

1. Epinefrin

Mekanisme kerja epinefrin

a. Gpcr berikatan dengan epinefrin akan mengalami

confirmational change yang menyebabkan pertukaran GDP

pada sub unit menjadi GTP

b. Sub unit a akan terdisosiasi dan akan meregulasi protein

adenil siklase

c. Adenilil siklasi akan mengubah ATP menjadi siklik AMP

(cAMP)

d. Siklik AMP akan menajdi second messenger yang akan

memberi tahu tubuh untuk meningkatkan denyut nadi.

2. Propanolol

Propanolol merupakan salah satu obat golongan beta bloker

non selektif. Mekanisme kerjanya yaitu dengan cara mengblok

baik reseptor beta 1 dan beta 2

3. Atropin

Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan

sebagai antikolinergik atau parasimpatolitik. Mekanisme kerja

atropin memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik

secara reversible (tergantung jumlahnya yaitu, hambatan oleh

atrophine dalam dosis kecil dapat diatasi oleh asetilkolin atau

agonis muskarinik yang secatara dalam dosis besar.


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas makan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Dopamine adalah senyawa ketokelamin yang penting pada
mamalia dimana dapat mengontrol berbagai fungsi seperti
aktivitas lokomotor, kognisi, emosi dan reinforocement
2. Angeotensin adalah hormon yang peptida yang berasal dari
protein angiotensinoge diubah menjadi angiotensin I dengan
katalisis rennin.
B. Saran
Pembuatan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
pendapat dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk
menyempurnakan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Cantika, H. 2016. Kimia Farmasi. Jakarta : Kemenkes RI.
Ikawati Z. 2008, pengantar Farmakologi Molekuler. Gadja Mada
Universitas Press Jogyakarta
Nugroho, A.E. 2012. Farmakologi obat-obatan penting dalam
pembelajaran Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan.
Yogyakarta : pustaka pelajar, 195;197
Rahargjo R. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi, EGC, Jakarta
Sukandar E.Y. dkk 2013, Iso Farmakoterapi I. PT. ISFI penerbit.
Jakarta
Tjay T.H dan Kirana R. 2013 , Obat-obat Penting. Pt Alex Media
Komputindo , Jakarta

Anda mungkin juga menyukai