Anda di halaman 1dari 14

PEMBELAJARAN IPA TERPADU

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang


memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik
(Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori
pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan
struktur intelektual anak.Pendidikan IPA Terpadu merupakan produk Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang tidak lain melaksanakan amanat Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan hanya
dikhususkan untuk siswa jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Pendidikan IPA Terpadu (integrated science) sebagaimana telah diterapkan di
negara-negara Barat, mencoba menggabungkan, memadukan dan mengintegrasikan
pembelajaran IPA dalam satu kesatuan yang utuh. Dengan pengimplementasian
pembelajaran IPA Terpadu ini, diharapkan materi-materi IPA yang terpisah-pisah dalam
beberapa bidang studi, yakni Fisika, Kimia, dan Biologi dapat diajarkan secara terpadu
dan menyeluruh dalam satu bidang studi, IPA Terpadu.

1. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Konsep Dasar Kurikulum Integrasi


… integration is a ‘systematic organization of curriculum content and parts into a
meaningful pattern.’
A related term, unified studies curriculum, was registered as a keyword in 1980 and
is defined as ’Curriculum designed to integrate an educational program by
eliminating the traditional boundaries between fields of study and presenting them
as one unified subject’.

Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh


beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :

a. Bajah (1983) defines Integrated Science as an proach to the teaching of science in


which concepts and principles are presented so as to express the fundamental
unity of scientific thought and avoid premature or undue stress on the
distinctions between the various scientific fields.
b. Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi
pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan
dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated
curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated
learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai
materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi
tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan
kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau
mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu,

Noer.doc 12 1
pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan
secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran
tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);
c. Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran
dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua
pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari
pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu
dan IPA terpadu. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar
seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna
kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran
terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-
konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
d. Prawiradilaga (Sutrisno, 2009), Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan
dalam kegiatan pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada anak. Pengalaman bermakna merupakan pengalaman langsung yang
menghubungkan pengalaman yang telah mereka miliki dengan pengalaman
yang akan dipelajari, dan memiliki nilai guna dalam kehidupan mereka pada
saat ini maupun mendatang. Fogarty (dalam Depdiknas, 2006:8), dalam arti luas
pembelajaran terpadu meliputi pembelajaran yang terpadu dalam satu disiplin
ilmu, terpadu antar mata pelajaran, serta terpadu dalam dan lintas peserta didik.
Pembelajaran terpadu akan memberikan pengalaman yang bermakna bagi
peserta didik, karena dalam pembelajaran terpadu peserta didik akan
memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang sudah dipahami yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
e. Tymamyu (2009) menyatakan bahwa Pembelajaran terpadu merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa
aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan
adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan
secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.bermakna
disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat
memahami konsep-konsep yang mereka pelajaran melalui pengalaman langsung
dan nyata yang menhgubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran
maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dalam konsep konvensional,
maka pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam
belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk
pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan
kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh
melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di
sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan

Noer.doc 12 2
untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih
luas dibanding hanya sekedar keterampilan.

Pembelajaran IPA Terpadu di SMP, yaitu pembelajaran yang menghubungkan


pelajaran fisika, kimia, dan biologi, menjadi suatu bentuk pembelajaran yang tidak
berdiri sendiri-sendiri, melainkan menjadi suatu kesatuan yang diajarkan secara
simultan (karakteristik nomor 3). Kesimpulan ini sejalan dengan pernyataan yang
disampaikan oleh ketua BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) Bambang
Suhendro dalam Harian Suara Pembaharuan, Senin 9/1/06: “...untuk mata pelajaran
IPS terpadu di tingkat SMP, seringkali kompetensi akademik guru kurang memadai.
Guru yang mempunyai latar belakang sejarah lebih banyak mengajarkan sejarah.
Padahal kompetensi IPS terpadu tidak hanya sejarah, tetapi ada sosiologi,
antropologi dan geografi. Begitu juga dengan mata pelajaran IPA terpadu yang
mencakup pelajaran fisika, kimia dan biologi”. Pernyataan ketua BSNP tersebut
menyiratkan bahwa seorang guru mata pelajaran IPA di SMP dituntut untuk dapat
mengajarkan semua subjek dalam pelajaran IPA, yaitu fisika, kimia, dan biologi,
terlepas dari latar belakang pendidikannya.

2. Landasan IPA Terpadu

Ada beberapa teori dan filsafat yang melandasi pembelajaran terpadu. Adapun
landasan-landasan tersebut sebagai berikut:

a. Teori Konstruktivis
Menurut (Trianto, 2007:21) pembelajaran terpadu dikembangkan menurut
paham kontruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri
oleh individu dan pengalaman kunci utama dari belajar bermakna. Dalam hal ini
peserta didik diharapkan mampu menyusun pengetahuannya dari
pengalamannya. (Nurhadi, 2004:33) mengemukakan bahwa manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti
pada pengetahuan yang sesuai pengalamannya. Hal menunjukkan bahwa
pembelajaran bermakna tidak akan terwujud jika hanya dengan ceramah atau
membaca buku tentang pengalaman orang lain.
b. Teori Perkembangan Kognitif

Piaget (dalam Ipotes.WordPress.com).mengemukakan perkembangan


kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya setiap anak
mengalami perkembangan kognitif yang berbeda-beda tergantug pada umur dan
lingkungannya. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan kognitif
anak. Menurut Piaget (dalam Arini, 1999:25) perkembangan kognitif terjadi
dalam empat tahap yakni sensori motor, praoperasional, operasional kongkret,
dan operasional formal.

Noer.doc 12 3
Berdasarkan teori perkembangan kognitif, pembelajaran diarahkan pada
pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa (Arini,
1999:26). Siswa SMP/MTs berada pada taraf transisi dan fase kongkrit ke fase
operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk mampu berpikir
abstrak, sehingga segala permasalahan dalam pembelajaran bisa dilakukan
dengan kegiatan eksperimen.

c. Teori Vygotsky

Vygotsky mengemukakan bahwa untuk membantu mengembangkan


pengetahuan yang sungguh bermakna, dengan cara memadukan antara konsep-
konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktek (Budiningsih, 2005:104).
Dalam hal ini siswa memperoleh pengalaman secara langsung dengan
mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru, dan juga pada saat
melakukan praktikum. Menurut (Ipotes.WordPress.com) teori belajar Vygotsky
adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi
interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa
dengan guru dalam usaha menemukan konsep - konsep dan pemecahan
masalah. Dalam pembelajaran terpadu dapat dilakukan dengan metode
pembelajaran kooperatif (kelompok).

d. Filsafat Progresivisme
Landasan filosofis pembelajaran IPA terpadu ialah filsafat pendidikan
Progresivisme yang dikembangkan oleh para ahli pendidikan seperti John
Dewey, William Kilpatrick, George Count, dan Harold Rugg diawal abad 20 .
Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi
penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar "naturalistik", hasil
belajar "dunia nyata" dan juga pengalaman teman sebaya (Sismanto, 2007). Anak
memperoleh kesempatan melakukan aktivitas belajar secara alami dan
mengalami secara langsung, sehingga seluruh aktivitas belajar lebih bermakna.
Hasil belajarnya akan dapat bertahan lama.

3. SEJARAH ILMU TERPADU DI DUNIA


a. Pengembangan Kurikulum Ilmu Spesifik (1870 - 1900)
Tiga puluh tahun (tiga dekade) mengikuti 1.870 memperlihatkan
peningkatan permintaan pendidikan sains di sekolah dasar. Peningkatan ini
bersamaan dengan tumbuhnya permintaan dari berbagai faktor pembangunan
ekonomi dan sosial yang terjadi selama abad 18 dan 19 termasuk:
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa dan
Amerika serta aplikasinya di dunia industri dan kehidupan sehari-hari. pesatnya
metode laboratorium dalam teknologi. Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja
laki-laki yang terampil untuk industri Pengaruh filsafat baru pendidikan yang
menekankan aktivitas siswa 'sebagai ekspresi alami dari perkembangan biologis.

Noer.doc 12 4
b. Studi Alam Gerakan (1890 - 1920)
Selama periode ini banyak pendidik ilmu di Eropa, Amerika dan bagian
Afrika menunjukkan antusiasme yang besar untuk pengenalan studi alam ke
sekolah. Tujuan utama dari gerakan ini adalah untuk meningkatkan pertanian
dan untuk mengatasi keinginan anak petani untuk meninggalkan pertanian
untuk pergi ke kota. Tren baru-baru ini (1910)
Dalam dekade terakhir empat setengah, telah terjadi perubahan dalam sifat
ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah. Misalnya, ilmu pengetahuan telah
menjadi lebih terintegrasi dan penekanan telah di produk (konsep yaitu, hukum
dan teori-teori) dan proses ilmu pengetahuan, dimana siswa yang baik untuk
memahami dan sering melakukan. Dekade 1960-an ditandai dengan inisiasi dan
pengembangan sejumlah besar sekolah kurikulum ilmu proyek yang dirancang
untuk meningkatkan program ilmu pengetahuan.

4. Empat Unsur Utama IPA


IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur,
berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil eksperimen dan
observasi.
a. Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan
melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
b. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,
evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
c. Produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
d. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Ada tiga kemampuan IPA yang harus dimiliki siswa, yaitu : (1) kemampuan
untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa
yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil
eksperimen, serta (3) dikembangkannya sikap ilmiah.

5. Dasar Berpikir Ilmiah


a. Kemanusiaan dan peradaban berkembang karena kuriositi terhadap alam.
b. Ingat pertanyaan “mengapa?” yang kerap dikemukakan anak 3 tahunan.
c. Sains “hanyalah” kegiatan mengeksplorasi alam.
d. Seorang saintis hanyalah seorang pengeksplorasi.

6. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu


Tujuan pembelajaran IPA terpadu sebagai berikut (BSNP, 2008: 6-7)
a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta
didik masih dalam lingkup bidang kajian energi dan perubahannya, materi dan

Noer.doc 12 5
sifatnya, dan makhluk hidup dan proses kehidupan. Banyak ahli yang
menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap
terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam
transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Selain itu,
peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu,
pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial.
Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam energi dan
perubahannya, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, dan
bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan,
sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan
bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat
dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif. Keterpaduan bidang
kajian dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena
adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi
yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan
kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi
maupun metodologi.
b. Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan
situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai
dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta
didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi
pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang
disampaikan. Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi
peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan
atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat
dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai
dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan
mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang
disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur,
utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi
dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan
bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.
c. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana,
serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan
sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-
langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan
penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah
pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
Menurut Tymamya (2008) Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk
mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga
dapat :

Noer.doc 12 6
d. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.
e. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan
informasi.
f. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang
diperlukan dalam kehidupan.
g. Menumbuhkembangkan keterampilan social seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
h. Meningkatkan minat dalam belajar,
i. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Karakteristik pembelajaran terpadu


Karakteristik pembelajaran terpadu Menurut Sutrisno (2009) meliputi,
a. Pembelajaran yang berawal dari adanya pusat minat (centre of interest) yang
digunakan untuk memahami gejala-gejala konsep lain, baik yang berasal dari
bidang ilmu yang sama maupun yang berbeda.
b. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak secara simultan.
c. Menghubungkan berbagai bidang studi atau berbagai konsep dalam satu bidang
studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan anak.
d. Menggabungkan sejumlah konsep kepada beberapa bidang studi yang berbeda,
dengan harapan anak dapat belajar lebih baik dan bermakna.

6. Karakteristik Pembelajaran IPA Terpadu

pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik


atau ciri-ciri yaitu: Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses berpusat pada anak
(student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman
langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu
pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu
proses pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga
memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Karakteristik Pembelajaran IPA terpadu Menurut Depdikbud 1996 (Trianto, 2008:13) :

a. Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat dalam pembelajaran


terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk
memahami suatu fenomena dari segala sisi.Pada gilirannya nanti, hal ini akan
membuat siwa menjadi lebih arif dan bijak dalam menyingkapi atau menghadapi
kejadian yang ada di hadapan mereka.

b. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang telah

Noer.doc 12 7
dijelaskan di atas memungkinkan terbentuknya semacam jalinan atar konsep-
konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada
kebermaknaan dari materi yang di pelajari. Rujukan yang nyata dari segala
konsep yang diperoleh dan keterkatannya dengan kondep-konsep yang lainnya
akan menambah kebermaknaaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan
mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan
perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam
kehidupan.
c. Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung
prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara
langsung.Mereka memahami dari hasil nelajarnya sendiri,bukan sekedar
pemberitahuan dari guru.Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya
lebih otentik.Misanya hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui
kegiatan eksperimen.Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan
katalisator,sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan
pengetahuan. Guru memberikan bimbingan ke arah mana yang dilalui dan
memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktiafan siswa dalam pembelajaran
baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil
nelajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan
sisaw sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Dengan
demikian pembelajaran terpadu bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivtas
dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait.Pembelajaran terpadu bisa
saja saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik
aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui
pengembangan tema tersebut.

7. Advantages (Kekuatan/Manfaat )
a. Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu,
karena ketiga bidang kajian tersebut (Energi dan perubahannya, Materi dan
sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan) dapat dibelajarkan sekaligus.
Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Efisien dan
Efektif. Model pembelajaran IPA Terpadu memungkinkan terjadinya proses
kegiatan belajar mengajar (KBM) yang lebih efisien dan efektif. Mengapa
demikian? Karena dengan pembelajaran IPA Terpadu, materi-materi tidak akan
saling tumpang tindih antara satu dengan yang lain sebagaimana apabila
diajarkan secara terpisah-pisah. Selain itu, waktu pembelajaran dapat dihemat
untuk kegiatan lapangan, misalnya praktikum.
b. Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep, misalnya
Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses
kehidupan. Beberapa Kompetensi Dasar dapat dicapai sekaligus. Model

Noer.doc 12 8
pembelajaran IPA Terpadu dapat menghemat waktu, tenaga dan sarana, serta
pendidikan. Hal ini dikarenakan pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat
diajarkan sekaligus. Langkah-langkah pembelajaran dapat disederhanakan karena
adanya proses penggabungan beberapa materi yang berkaitan satu dengan yang
lain meskipun dari perspektif IPA yang berbeda.
c. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik
dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika
menghadapi situasi pembelajaran.
d. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep
dan kepemilikan kompetensi IPA.
e. Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan. Meningkatkan
Minat dan Motivasi. Model pembelajaran IPA Terpadu akan mempermudah dan
memotivasi peserta didik untuk memahami konsep pengetahuan secara
menyeluruh. Peserta didik diajak berpikir luas dan analitik untuk menelaah suatu
tema IPA secara terpadu dari berbagai perspektif, baik Fisika, Kimia, atau Biologi
dan mempelajari keterkaitan antara satu dengan yang lain. Tema-tema yang
diangkat haruslah tema-tema yang langsung berhubungan dengan kehidupan
keseharian sehingga peserta didik mampu mengambil makna dari pembelajaran
tersebut.
f. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat
menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar
yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam,
dan memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks
lainnya.
g. Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan
narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata,
dan dalam konteks yang lebih bermakna.
h. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
i. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
j. Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
k. Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
l. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak.
m. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
Keterampilan sosial ini antara lain adalah : kerja sama, komunikasi, dan mau
mendengarkan pendapat orang lain.

9. Kelemahan Pembelajaran Integrated Science


Bagaimana pelaksanaan IPA Terpadu saat ini? Setelah sekian tahun berjalan,
kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran IPA Terpadu belum sepenuhnya dapat
diimplementasikan. Masih banyak kelemahan yang ada di lapangan. Pusat Kurikulum

Noer.doc 12 9
Depdiknas (2008), menyebutkan beberapa kelemahan pelaksanaan IPA Terpadu,
diantaranya:
a. Aspek Guru: berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi, bersedia mengembangkan diri untuk terus menggali
informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan
dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada
bidang kajian tertentu saja.
b. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta
didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun
kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan
pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-
hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).
c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan
bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, termasuk
juga fasilitas internet untuk menunjang, memperkaya, dan mempermudah
pengembangan wawasan. Semua ini dapat diatasi karena internet mudah diakses
dan warnet mudah ditemukan.
d. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian
ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target
penyampaian materi). Guru mempunyai kewenangan dalam mengembangkan
materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
e. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang
menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik
dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan dalam menetapkan
keberhasilan belajar peserta didik dengan penilaian yang bervariasi serta
berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang
berbeda. Pembelajaran terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada
produk, tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya
berorientasi pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga
pada proses dampak pengiring dari proses pembelajaran tersebut. Dengan
demikian pembelajaran terpadu menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak
ragamnya. Oleh karenanya tugas guru menjadi lebih banyak (Prabowo, 2000:4).
f. Suasana pembelajaran
Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian
dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain.

10. Model-Model Pembelajaran Terpadu

Dari sejumlah pembelajaran terpadu menurut Fogarty (dalam BSNP,


2007:10) tiga model pembelajaran IPA terpadu yang sesuai untuk dikembangkan
dalam pembelajaran IPA ditingkat Indonesia adalah model terhubung (connected

Noer.doc 12 10
model), model jaring laba-laba (webbed model), dan model integrasi (integrated
model). Adapun definisi dari masing-masing model pembelajaran IPA terpadu
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Model Terhubung (Connected Model)

Menurut Hadisubroto (dalam Trianto, 2007:43) pembelajaran ini dilakukan


dengan mengaitkan satu pokok bahasan ke pokok bahasan yang lain,
menghubungkan satu konsep ke konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan
dengan keterampilan yang lain dalam suatu bidang studi (inter bidang studi).
Kunci utama model pembelajaran seperti ini adalah adanya usaha secara sadar
menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu dalam satu mata
pelajaran.

b. Model Jaring Laba-laba (Webbed Model)

Menurut (Trianto, 2007:45) Pembelajaran terpadu model jaring laba-laba (webbed


model) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.
Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu.
Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi guru dan siswa, tetapi dapat pula diskusi
sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya
dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub
tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
c. Model integrasi (Integrated Model)
Pembelajaran terpadu model integrasi (integrated model) adalah model
pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar bidang studi,
menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan
menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam
beberapa bidang studi Fogarty (dalam Trianto, 2007:47). Pengintegrasikan konsep,
keterampilan, dan isi konsep yang tumpang tindih secara keseluruhan, contohnya
Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa.

Dari ketiga model tersebut peneliti menggunakan model terhubung, karena


dengan model ini peserta didik lebih mudah menemukan keterkaitan inter bidang studi
karena masih dalam satu bidang studi yaitu IPA.

11. Strategi Pembalajaran Terpadu


Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah
pemilihan/ pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru
mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan
topik atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan pembuatan keputusan.
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu
memadukan siswa dan memadukan materi-materidari matapelajaran-
matapelajaran:

Noer.doc 12 11
a. Integrasi melalui pemaduan siswa.
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran
kelas diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2
SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunyam memerlukan keahlian
guru untuk memberikan tugas yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang
mudah menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa
yang lebih tua dan lebih pengetahuannya, sedangkan siswa yang lebih tua (kelas
2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda.
b. Integrasi materi/matapelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan
kegiatan pembelajaran. Dalam 1 kegiatam pembelajaran siswa belajar berbagai
matapelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya
dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan
tema yang disebut tematik unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang
dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar merupakan pilihan
atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang
dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum.
Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang
disebut unit tema(subtema).

12. Hasil Belajar


Menurut Bloom (dalam Dahar, 1991:134) hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Penelitian ini menggunakan
penilaian terhadap tiga aspek tersebut atau penilaian hasil belajar. Penilaian hasil
belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan
menggunakan kriteria tertentu. Menurut (Depdiknas, 2008:4) Penilaian hasil belajar
dalam pembelajaran IPA berfungsi untuk menumbuhkan kesadaran terhadap
keteraturan dan keindahan ciptaan Tuhan, meningkatkan pemahaman konsep dan
prinsip-prinsip melalui sejumlah keterampilan proses dan sikap ilmiah. Keterampilan
proses mencakup: pengamatan, penggunaan alat dan bahan yang dilaksanakan
melalui kegiatan praktik, sesuai dengan prosedur dan keselamatan kerja. Ketiga aspek
(kognitif, afektif dan psikomotor) memiliki bobot penilaian yang proporsional, dan
proses penilaiannya dilaksanakan secara meny0065luruh dan terpadu.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pembelajaran IPA terpadu pada
penelitian ini ketiga aspek taksonomi Bloom, dapat dijelaskan dalam konteks
pembelajaran IPA sebagai berikut.
a. Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan
menalar, meliputi jenjang kemampuan ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan
(C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6).
b. Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berkaitan dengan sikap, meliputi
keberanian bertanya, respon terhadap pertanyaan, mengemukakan pendapat,
mengkomentari pendapat orang lain, kerapian mengemas peralatan selesai
percobaan.

Noer.doc 12 12
c. Kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang berkaitan dengan
keterampilan/gerak tubuh. Dalam pembelajaran fisika keterampilan yang dinilai
adalah keterampilan menggunakan alat, merangkai alat, melakukan percobaan
dan memasukkan data kedalam tabel pengamatan.

13. Teknik, Bentuk, dan instrumen Penilaian


a. Teknik Penilaian
Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian
tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1)
Kuis dan (2) Tes Harian.
Untuk jenis tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan adalah:
(1) observasi, (2) angket, (3) wawancara,(4) tugas, (5) proyek, dan (6) portofolio.

b. Bentuk Instrumen
Penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik.
Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik
penilaian adalah:
1) Tes: isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk
kerja
2) Nontes: panduan dan lembar/format rambu-rambu observasi, kuesioner,
rambu-rambu wawancara, dan rubrik.

c. Instrumen
Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
informasi untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi atau pencapaian
kompetensi.
Apabila penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan
tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian.

Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian
dengan menggunakan tes merupakan sistem penilaian konvensional. Sistem ini
kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh,
sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka yang gambaran maknanya
sangat abstrak. Oleh karena itu untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar
secara menyeluruh maka dilengkapi dengan non-tes,
Dalam Prabowo (2000:5) dikatakan bahwa dari kalangan pendidik terdapat
berbagai pendapat yang intinya menyatakan bahwa penerapan pendekatan
pembelajaran terpadu akan banyak menimbulkan masalah dan tugas guru
menjadi semakin membengkak. Masalah yang menonjol adalah tentang
penyesuaian pola penerapan dan hasil pembelajaran terpadu dikaitkan dengan
kurikulum yang sedang berlaku. Dalam mengatasi masalah ini, pada tahap awal
dapat dilakukan dengan memeriksa isi kurikulum dalam satu catur wulan secara
fleksibel. Artinya materi dalam satu catur wulan tersebut dapat diatur urutan
pembelajarannya, asal cakupannya tetap tercapai.

Berangkat dari pokok pemikiran tersebut di atas, maka sebelum merancang pembelajaran

Noer.doc 12 13
terpadu, hendaknya guru mengumpulkan dan menyusun seluruh pokok bahasan dari
semua bidang studi dalam satu catur wulan, kemudian dilanjutkan dengan proses
perancangan pembelajaran terpadu.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan


dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala
penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari
penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut
terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi
kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar,
untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman
pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan
membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak (Prabowo, 2000:3).

Sumber Bacaan :

http://gedelalu.blogspot.com/2009/02/ipa-terpadu.html

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html

http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/01/pendidikan-ipa-terpadu-harus-bisa/

Mudzakir, Ahmad. 2012. The Meaning of Science and Integrated Science, and Historical
Development of Integrated Science. UPI Bandung

Trianto, MPd. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). (2012). Bumi Aksara. Jakarta.

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Paduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu


SMP/MTs. Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Jakarta.

Noer.doc 12 14

Anda mungkin juga menyukai