Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan


1. Berdasarkan titrasi asam basa menentukan kesetimbangan.
2. Berdasarkan keasaman energi antara produk dan reaktan untuk menentukan
kesetimbangan.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengukur konstanta kesetimbangan.
2. Untuk memperlihatkan bahwa konstanta kesetimbangan tidak bergantung
pada konsentrasi awal reaktan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


Dalam pengukuran konstanta kesetimbangan, pada prakteknya akan
ditemui beberapa kesulitan. Dalam menentukan nilai Kc suatu reaksi, pertama-
tama reaksi harus ditunggu sampai mencapai kesetimbangan. Kemudian
konsentrasi reaktan dan produk diukur dan baru nilai Kc dapat ditentukan.
Tetapi, dalam pengukuran konsentrasi reaktan atau produk seringkali sejumlah
larutan diambil untuk dianalisis.

Pengambilan larutan ini akan mempengaruhi kesetimbangan. Idealnya


harus digunakan suatu metoda yang tidak melibatkan pengambilan larutan
untuk dianalisis seperti metoda di atas. Salah satu metoda yang tidak melibatkan
pengambilan larutan dalam menentukan konsentrasi reaktan atau produk adalah
metoda kalorimeter. Pada percobaan ini akan dipelajari reaksi kesetimbangan :

CH3COOH + C2H5OH ⇌ CH3COOC2H5 + H2O

Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalisis oleh ion
H+ . Walaupun telah dikatalisis, untuk mencapai kesetimbangan masih
dibutuhkan beberapa hari. Karena reaksi berlangsung sangat lambat,
konsentrasi reaktan maupun produk dapat ditentukan dengan titrasi yang
dilakukan dengan cepat. Titrasi yang dilakukan dengan cepat, diharapkan tidak
mengganggu kesetimbangan secara nyata. Konstanta kesetimbangan dapat
dicari dengan menggunakan persamaan :

[CH3COOC2H5 ][H2O]
Kc = [CH3COOH ][C2H5OH]
2.2 Teori Tambahan
2.2.1 Kesetimbangan Kimia

Kesetimbangan kimia adalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan


reaksi balik terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan.
Konsentrasi pada setiap zat tinggal tetap pada suhu konstan. Banyak reaksi
kimia tidak sampai berakhir dan mencapai satu titik ketika konsentrasi zat-zat
bereaksi dan produk tidak lagi berubah dengan berubahnya waktu. Molekul-
molekul tetap berubah dari pereaksi menjadi produk dan dari produk berubah
menjadi pereaksi, tetapi tanpa perubahan konsentrasinya (Stephen, 2002).

Salah satu fakta yang paling penting tentang reaksi kimia adalah bahwa
semua reaksi kimia reversibel (dapat balik). Bilamana suatu reaksi kimia
dimulai, hasil-hasil reaksi mulai menimbun dan seterusnya akan bereaksi satu
sama lain memulai suatu reaksi yang kebalikannya. Setelah beberapa lama
tercapailah kesetimbangan dinamis, yakni jumlah molekul (atau ion) dari setiap
zat yang terurai sama banyaknya dengan jumlah yang terbentuk dalam satu
satuan waktu.

Kondisi kesetimbangan kimia dapat diturunkan dari hukum aksi massa.


Hukum ini mula-mula dinyatakan oleh Guldberg dan Waage pada tahun 1867
dalam bentuk berikut: “kecepatan suatu reaksi kimia pada suhu konstan adalah
sebanding dengan hasil kali konsentrasi zat-zat yang bereaksi”.

A+B C+D

Kecepatan dengan mana A dan B bereaksi adalah sebanding dengan


konsentrasinya, atau :

v1 = k1 x [A] x [B]

Dimana k1 adalah tetapan yang disebut tetapan laju dan kurung siku
menunjukan konsentrasi molar zat yang ada di dalam kurung. Sama halnya
kecepatan dengan mana proses kebalikannya berlangsung dinyatakan oleh :

v2 = k2 x [C] x [D]
Pada keadaan setimbang, kecepatan reaksi yang balik dan yang maju
adalah sama ( kesetimbangan ini adalah dinamis, dan bukan kesetimbangan
statis), karena itu :

v1 = v2 atau k1 x [A] x [B] = k2 x [C] x [D]

Dengan mengubah persamaan diperoleh :

[C] × [D] k1
= =K
[A] × [B] k2

Nilai K adalah tetapan kesetimbangan dari reaksi (Svehla, 1985).

Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem


kesetimbangan homogen dan sistem kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan
homogen merupakan kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai
kesamaan fase. Sedangkan kesetimbangan heterogen merupakan suatu
kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai lebih dari satu fase,
sehingga sistem yang terbentuk pun mempunyai lebih dari satu macam fase
(Keenan, 1991).

Dalam kesetimbangan, tanda panah rangkap ( ) mempertegas sifat


dinamis dari kesetimbangan fase. Gambaran dinamis yang sama digunakan
untuk kesetimbangan kimia, dimana ikatan-ikatan akan terputus atau terbentuk
seiring dengan maju mundurnya atom-atom di antara molekul-molekul reaktan
dan produk. Jika konsentrasi awal reaktan besar, tumbukan antara molekul-
molekulnya akan membentuk molekul-molekul produk. Sesudah konsentrasi
produk cukup banyak, reaksi kebalikannya (pembentukan reaktan dari produk)
mulai berlangsung. Saat mendekati keadaan kesetimbangan, reaksi maju dan
balik akan sama dan praktis tidak terjadi lagi perubahan konsentrasi dari reaktan
atau produk (Oxtoby, 2001).

2.2.2 Titrasi

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan


standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen
yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan
menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar
primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui
dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi
(Day Underwood, 1999).

Titik Ekivalen dan Titik Akhir titrasi

Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia


setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus,
molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya. Titik
akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi
biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan
yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi, 1990).
Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya
reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.

Indikator

Menurut Regina (2006), indikator pH merupakan zat yang dapat


berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Indikator pH dapat
dibedakan menjadi indikator satu warna dan indikator dua warna. Indikator satu
warna adalah yaitu indikator yang mempunyai satu macam warna seperti
fenolptalin yang hanya akan berwarna merah bila dalam lingkungan basa.
Indikator dua warna adalah indikator yang mempunyai dua warna, yaitu warna
asam dan warna basa. Indikator kuning alizarin mempunyai warna kuning
dalam lingkungan asam (warna asam) dan berwarna ungu dalam lingkungan
basa (warna basa). Beberapa indikator yang penting dalam titrasi asam-basa
dapat dilihat dalam tabel berikut
No Nama Indikator Warna asam Warna basa Trayek pH
1 Phenolptalein Tak berwarna Merah 8,3-10,0
2 Methyl orange Merah Orange 3,1-4,4
3 Methyl red Merah Kuning 4,2-6,3
4 Bromothymol blue Kuning Biru 6,0-7,6

2.2.3 Asam Klorida (HCl)

Larutan akuatik dari gas hydrogen klorida atau HCl disebut asam
klorida. Asam klorida merupakan asam kuat. Karena asam klorida banyak
digunakan dalam industri maka dalam aplikasinya harus digunakan dengan hati
– hati karena merupakan cairan yang sangat korosif. Hidrogen klorida (HCl)
adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan
satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan
molekul air membentuk ion hidronium, H3O+ (Saputra, 2015).

Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh
karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium
klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air
(Saputra, 2015).

2.2.4 Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium Hidroksida atau NaOH, atau terkadang disebut soda api


merupakan senyawa kimia dengan alkali tinggi. Sifat-sifat kimia membuatnya
ideal untuk digunakan dalam berbagai aplikasi yang berbeda. Natrium
hidroksida adalah bahan dasar populer yang digunakan di industri. Sekitar 56%
Natrium hidroksida yang dihasilkan digunakan oleh industri, 25% di antaranya
digunakan oleh industri kertas. Natrium hidroksida juga digunakan dalam
pembuatan garam Natrium dan deterjen, regulasi pH, dan sintesis organik. Ini
digunakan dalam proses produksi aluminium Bayer, secara massal Natrium
hidroksida paling sering ditangani sebagai larutan berair. karena lebih murah
dan mudah ditangani (Kurt dan Bittner, 2005).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Corong gelas
2. Buret 50 mL
3. Statif & klem buret
4. Penyangga corong
5. Corong pisah 250 mL
6. Pipet ukur 5 mL
7. Pipet volume 5, 10 mL
8. Erlenmeyer 100, 250 mL
9. Gelas kimia 100 mL
10. Gelas ukur 10 mL
11. Ball pipet
12. Pipet tetes
13. Piknometer 5 mL
14. Botol semprot

3.1.2 Bahan
1. HCl 2M
2. NaOH 2,0M
3. Etanol
4. Asam asetat 1M (hati-hati dalam penggunaannya)
5. Indikator phenolftalein
3.2 Diagram Alir
Pembuatan Larutan

Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 1

+ HCl 2M 5 mL + HCl 2M 5 mL
+ 1mL etanol + 2 mL etanol
+ 4 mL CH3COOH + 3 mL CH3COOH

Larutan 1 Larutan 2

Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 1

+ HCl 2M 5 mL + HCl 2M 5 mL
+ 3 mL etanol + 4 mL etanol
+ 2 mL CH3COOH + 1 mL CH3COOH

Larutan 3 Larutan 4

B. Titrasi

Larutan 1 Erlenmeyer 1

+ Indikator PP + Indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH 1M - Dititrasi dengan NaOH 1M
V NaOH : 14,00 mL V NaOH : 13,00 mL

Larutan 1 Erlenmeyer 1

+ Indikator PP + Indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH 1M - Dititrasi dengan NaOH

V NaOH : 11,80 mL V NaOH : 10,50 mL


Blanko (5 mL HCl 2M)

+ Indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH 1M

V NaOH : 9,80 mL

C. Penentuan Massa Jenis


Piknometer

- Ditimbang piknometer kosong


+ 5 mL HCL 2M
- Ditimbang
- Dihitung P

Bj : 1,022 g/mL

Piknometer
- Ditimbang piknometer kosong
+ 5 mL CH3COOH
- Ditimbang
- Dihitung P

Bj : 1,068 g/mL

Piknometer

- Ditimbang piknometer kosong


+ 5 mL etanol
- Ditimbang
- Dihitung P

Bj : 0,86 g/mL
3.3 Cara Kerja
A. Pembuatan Larutan

1) Diisi buret dengan larutan HCl, CH3COOH, dan Etanol


2) Kedalam 4 buah erlenmeyer tertutup, dibuat larutan dengan komposisi
berikut :
Nomor HCl 2M (mL) Etanol (mL) CH3COOH (mL)
Percobaan
1 5 1 4
2 5 2 3
3 5 3 2
4 5 4 1
3) Ditutup erlenmeyer tersebut dengan penutupnya
4) Diberi tanda pada setiap erlenmeyer
B. Titrasi

1) Dititrasi tiap larutan secara cepat dengan larutan NaOH 1M


2) Digunakan indikator PP dan dicatat hasilnya
3) Dicatat suhu ruang atau suhu penangas
C. Penentuan Massa Jenis
1) Dipipet 5 mL larutan HCl 2M, etanol dan CH3COOH
2) Ditimbang menggunakan neraca analitik
3) Dihitung Bj yang diperoleh
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Titrasi

No Percobaan V NaOH 1 M

1 14,00 mL

2 13,00 mL

3 11,80 mL

4 10,50 mL

Blanko (5 mL HCl 2M) 9,80 mL

B. Massa Jenis

No Nama Senyawa Massa Jenis

1 HCl 1,022 g/mL

2 Asam Asetat 1,068 g/mL

3 Etanol 0,86 g/mL

C. Konstanta Kesetimbangan (Kc)

No
[CH3COO [CH3COOC2H5
Erlenm [C2H5OH] [H2O] Kc
H] ]
eyer
1 0,00699 M 0,00234 M 0,00699 M 0,00699 M 3

2 0,00533 M 0,0040 M 0,00533 M 0,00533 M 1,3

3 0,00333 M 0,0060 M 0,00333 M 0,00333 M 0,6

4 0,00117 M 0,00816 M 0,00117 M 0,00117 M 0,1


4.2 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kesetimbangan kimia yang
dapat terjadi dalam suatu reaksi. Kesetimbangan kimia dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain perubahan suhu, perubahan konsentrasi, perubahan
volume, dan perubahan tekanan. Menurut asas Le Chatelier yaitu “Jika dalam
suatu sistem kesetimbangan diberikan aksi, maka sistem akan berubah
sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu sekecil mungkin. Aksi yang
dimaksud adalah 4 faktor yang telah disebutkan sebelumnya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesetimbangan kimia oleh perubahan konsentrasi,
perubahan suhu dan perubahan volume.

4.2.1 Kesetimbangan Kimia

Untuk membuktikan ketiga faktor tersebut maka pada percobaan ini


digunakan campuran dari larutanHCl
HCl, etanol dan asam asetat. 4 jenis campuran
dibuat yaitu sejumlah 5 mL HCl ditambahkan etanol dengan variabel volume
yaitu 1,2,3,4 mL dan asam asetat dengan variabel volume yaitu 4,3,2,1 mL. HCl
digunakan sebagai . Pencampuran ini akan menghasilkan pembentukan asam
butirat. Reaksinya adalah sebagai berikut :

CH3COOH + C2H5OH ⇌ CH3COOC2H5 + H2O


Asam Asetat Etanol Asam Butirat Air

Asam butirat merupakan senyawa ester yang terbentuk dari reaksi


esterifikasi antara etanol dan asam asetat. Sedangkan HCl digunakan sebagai
media yang membantu titrasi dan sebagai katalisator asam. Keempat jenis
campuran ini kemudian dititrasi dengan NaOH. Titrasi yang digunakan dalam
percobaan ini adalah titrasi asam-basa yang dasar reaksinya adalah reaksi
netralisasi. Reaksi yang terjadi adalah :

CH3COOC2H5 + NaOH ⇌ C2H5OH + CH3COONa

Titrasi ini mengunakan indikator phenolftalein sebagai petunjuk akhir


titrasi. Titik akhir yang ditunjukkan oleh indikator ini adalah tak berwarna
(asam) – merah muda (basa). Volume ttrasi yang didapatkan secara berurutan
adalah sebesar 14,00; 13,00; 11,80; 10,50 mL dengan volume blanko sebesar
9,80 mL. titrasi blanko ini (titrasi hanya dengan HCl) dilakukan sebagai koreksi
terhadap HCl yang ikut bereaksi namun tidak masuk dalam perhitungan,
sehingga titrasi blanko ini dibutuhkan.

Adanya perubahan volume yang didapatkan berasal dari jumlah mol dari
asam butirat. Mol yang didapatkan ini berasal dari reaksi pembatas yang dapat
digunakan untuk mengetahui banyaknya mol yang terlibat serta sisa mol yang
terbentuk. Pada erlenmeyer satu atau campuran jenis 1 didapatkan mol asam
butirat sebesar 0,0699, mol etanol sebesar 0,234.

Pada erlenmeyer dua atau campuran jenis 2 didapatkan mol asam butirat
sebesar 0,0533, mol etanol sebesar 0,0400. Campuran jenis 3 didapatkan mol
asam butirat sebesar 0,0333, mol etanol sebesar 0,0600. Campuran jenis 4
didapatkan mol asam butirat sebesar 0,0117, mol etanol sebesar 0,0816.

Pada percobaan ini, mol pada saat kesetimbangan akan berpengaruh


terhadap volume titrasi. Semakin besar besar mol asam butirat maka semakin
besar volume titrasinya dan semakin kecil mol etanol sisa reaksi. Penambahan
zat tertentu menyebabkan konsentrasi masing-masing komponen akan
mengalami perubahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya perubahan
volume tidak menyebabkan pergeseran kesetimbangan untuk suatu reaksi.

4.2.2 Konstanta Kesetimbangan

Bila ke dalam suatu sistem kesetimbangan, konsentrasi salah satu


komponennya ditambah maka kesetimbangan akan bergeser dari arah
penambahan itu, dan bila salah satu komponen dikurangai maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah pengurangan itu. Adanya pengaruh konsentrasi juga dapat
menyebabkan perubahan konstanta kesetimbangan.

Pada masing-masing campuran, konsentrasi asam asetat dan asam


butirat atau etil asetat sama karena molnya sama yaitu sebesar 0,00699 M;
0,00533 M; 0,00333 M dan 0,00117 M. sedangkan konsentrasi etanol pada
masing-masing campuran sebesar 0,00234M; 0,00400 M; 0,00600 M; 0,00816
M. konstanta kesetimbangan yag didapatkan berbanding lurus dengan mol yang
bereaksi. Semakin besar mol etil asetat maka semakin besar konstanta
kesetimbangan. Penentuan konstanta kesetimbangan ini menggunakan
konsentrasi dari masing-masing komponen yang terlibat. Konstanta
kesetimbangan yang didapatkan secara berurutan sebesar 3; 1,6; 0,6 dan 1.

4.2.3 Massa Jenis

Penentuan massa jenis dapat berguna untuk menghitung massa dari


suatu zat berbentuk cair, sehingga penentuan massa jenis ini dapat digunakan
pada analisa yang kebanyakan menggunakan zat cair. Sebanyak 5 mL HCl,
etanol dan asam asetat dipipet lalu dimasukkan ke dalam penampung lalu diukur
beratnya.
Berat HCl yang didapatkan adalah sebesar 5,11 gram dengan berat jenis
HCl yang didapatkan sebesar 1,022 gr/mL. Berat etanol yang didapatkan adalah
sebesar 4,3 gram dengan berat jenis etanol yang didapatkan sebesar 0,86 gr/mL.
Berat asam asetat yang didapatkan adalah sebesar 5,34 gram dengan berat jenis
asam asetat yang didapatkan sebesar 1,068 gr/mL.
Pada penentuan massa jenis ini dapat dikatakan semakin besar selisih
yang bernilai positif dari massa dengan volume akan menghasilkan massa jenis
semakin besar begitu juga sebaliknya. Massa jenis HCl pada teori sebesar 1,49
/mL. Massa jenis etanol pada teori sebesar 0,789 g/mL. Massa jenis asam asetat
sebesar 1,05 g/mL.
Untuk zat cair yang dapat diencerkan seperti HCl dan asam asetat
pengaruh pengenceran juga dapat mempengaruhi massa jenis Adanya
perbedaan dari hasil dengan teori dapat disebabkan karena adanya pengaruh
neraca dan pengukuran volume, apabila ada kesalahan dalam pengukuran
volum akan menyebabkan adanya perubahan massa sehingga berat jenis yang
didapatkan berubah. Untuk itu, kondisi neraca dan pengukuran volume harus
diperhatikan.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Kesetimbangan dari suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh volume dan


konsentrasi.
2. Konstanta kesetimbangan yang didapatkan pada masing-masing campuran
etanol : asam asetat dengan volume perbandingan 1:4 ; 2:3 ; 3:2 ; dan 4:1
secara berurutan sebesar 3; 1,6; 0,6 dan 1.
3. Konstanta kesetimbangan tidak dipengaruhi oleh konsentrasi awal.
4. Massa jenis HCl sebesar 1,022 g/mL, massa jenis etanol 0,86 g/mL dan
massa jenis asam asetat 1,068 g/mL.
DAFTAR PUSTAKA

Day, Underwood, (1999). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga


Keenan, C.W. Dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Kurt, C., And J. Bittner. 2005. Sodium Hydroxide. In Ullmann’s Encyclopedia Of
Industrial Chemistry. Willey Online Library: Bayer Material Science AG,
Leverkusen, Germany, 1-12.
Oxtoby, David W. Dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Padmaningrum, Regina Tutik. 2006. Titrasi Asidimetri. Universitas Negeri
Yogyakarta : Yogyakarta.
Saputra, Dede Pratama. 2015. Hidrolisis Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.)
Menjadi Sirup Glukosa Dengan Katalis Asam Klorida. Other thesis,
Politeknik Negeri Sriwijaya.
Stephen, Bresnick. 2002. Istilah Kimia Umum. Jakarta: Erlangga.
Svehla, G. 1985. Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kulitatif Makro dan
Semimakro. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka.
W. Haryadi, (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
LAMPIRAN

1. Dokumentasi

Larutan yang digunakan Variasi larutan sebelum dititrasi

Penimbangan pikno kosong


(HCl)
Variasi larutan setelah dititrasi

Penimbangan pikno kosong


Penimbangan pikno kosong
(CH3COOH) (Etanol)
Penimbangan pikno + isi
Penimbangan pikno + isi
(HCl)
(CH3COOH)

Penimbangan pikno + isi


(Etanol)

2. Reaksi
A. Pembuatan Larutan Sampel
HCl
CH3COOH + C2H5OH ⇌ CH3COOC2H5 + H2O
Asam Asetat Etanol Asam Butirat Air

B. Titrasi Sampel dengan NaOH

CH3COOC2H5 + NaOH ⇌ C2H5OH + CH3COONa


3. Perhitungan
A. Berat jenis HCl 2 M, Etanol, dan CH3COOH 1M
 HCl 2 M
𝑚
𝜌=
𝑣
5,11 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = 1,022 𝑔/𝑚𝐿
5 𝑚𝐿
 Etanol
𝑚
𝜌=
𝑣
4,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = 0,86 𝑔/𝑚𝐿
5 𝑚𝐿
 CH3COOH 1 M
𝑚
𝜌=
𝑣
5,34 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= 1,068 𝑔/𝑚𝐿
5 𝑚𝐿
B. Menghitung mol HCl 2 M, Etanol, dan CH3COOH 1M
 HCl 2 M
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑚𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
5,11 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 = = 0,1402 mol
36,458 𝑔/𝑚𝑜𝑙

 Etanol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑚𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 = = 0,0933 mol
46,08 𝑔/𝑚𝑜𝑙

 CH3COOH 1 M
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑚𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
5,34 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 = = 0,0889
60,052 𝑔/𝑚𝑜𝑙

C. Mol Asam Asetat Saat Kesetimbangan


𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 1−𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
 mol asam asetat erlenmeyer 1 = 𝑀𝑟 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
14,0 𝑚𝐿−9,,80 𝑚𝐿 4,2 𝑚𝐿
mol asam asetat erlenmeyer 1 = = = 0,0699
60,052 60,052

𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 2−𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜


 mol asam asetat erlenmeyer 2 = 𝑀𝑟 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
13,0 𝑚𝐿−9,,80 𝑚𝐿 3,2 𝑚𝐿
mol asam asetat erlenmeyer 2 = = = 0,0533
60,052 60,052

𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 3−𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜


 mol asam asetat erlenmeyer 3 = 𝑀𝑟 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
11,8 𝑚𝐿−9,,80 𝑚𝐿 2,0 𝑚𝐿
mol asam asetat erlenmeyer 3 = = = 0,0333
60,052 60,052

𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 4−𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜


 mol asam asetat erlenmeyer 4 = 𝑀𝑟 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
10,5 𝑚𝐿−9,,80 𝑚𝐿 0,7 𝑚𝐿
mol asam asetat erlenmeyer 4 = = = 0,0117
60,052 60,052

D. mol Etanol Saat Kesetimbangan


 Erlenmeyer 1
CH3COOH + C2H5OH  CH3COOC2H5 + H2O
0,0699 0,0933 - -
0,0699 0,0699 0,0699 0,0699

- 0,0234 0,0699 0,0699

 Erlenmeyer 2
CH3COOH + C2H5OH  CH3COOC2H5 + H2O
0,0533 0,0933 - -
0,0533 0,0533 0,0533 0,0533

- 0,0400 0,0533 0,0533


 Erlenmeyer 3
CH3COOH + C2H5OH  CH3COOC2H5 + H2O
0,0333 0,0933 - -
0,0333 0,0333 0,0333 0,0333

- 0,0600 0,0333 0,0333

 Erlenmeyer 4
CH3COOH + C2H5OH  CH3COOC2H5 + H2O
0,0117 0,0933 - -
0,0117 0,0117 0,0117 0,0117

- 0,0816 0,0117 0,0117

E. Konsentrasi Asam Asetat


 Erlenmeyer 1
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[CH3COOH] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,0699
[CH3COOH] = = 0,00699 𝑀
10

 Erlenmeyer 2
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[CH3COOH] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,0533
[CH3COOH] = = 0,00533 𝑀
10

 Erlenmeyer 3
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[CH3COOH] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,0333
[CH3COOH] = = 0,00333 𝑀
10
 Erlenmeyer 4
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[CH3COOH] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,0117
[CH3COOH] = = 0,00117 𝑀
10

F. Konsentrasi Etanol
 Erlenmeyer 1
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[C2H5OH] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,0234
[C2H5OH] = = 0,00234 M
10

 Erlenmeyer 2
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[C2H5OH] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,0400
[C2H5OH] = = 0,0040 M
10

 Erlenmeyer 3
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[C2H5OH] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,0600
[C2H5OH] = = 0,0060 M
10

 Erlenmeyer 4
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[C2H5OH] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,0816
[C2H5OH] = = 0,00816 M
10

G. Konsentrasi Etil Asetat


 Erlenmeyer 1
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[CH3COOC2H5] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,0699
[CH3COOC2H5] = = 0,00699 M
10

 Erlenmeyer 2
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[CH3COOC2H5] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,0533
[CH3COOC2H5] = = 0,00533 M
10

 Erlenmeyer 3
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[CH3COOC2H5] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,0333
[CH3COOC2H5] = = 0,00333 M
10

 Erlenmeyer 4
𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
[CH3COOC2H5] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,0117
[CH3COOC2H5] = = 0,00117 M
10

H. Konstanta Kesetimbangan (Kc)


 Erlenmeyer 1
[𝐶𝐻 𝐶𝑂𝑂𝐶 𝐻5 ].[𝐻2 𝑂]
Kc = [𝐶𝐻 3𝐶𝑂𝑂𝐻]2.
3 [𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻]
0,00699 𝑥 0,00699
Kc = 0,00699 𝑥 =3
0,00234

 Erlenmeyer 2
[𝐶𝐻 𝐶𝑂𝑂𝐶 𝐻5 ].[𝐻2 𝑂]
Kc = [𝐶𝐻 3𝐶𝑂𝑂𝐻]2.
3 [𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻]
0,00533 𝑥 0,00533
Kc = = 1,3
0,00533 𝑥 0,0040

 Erlenmeyer 3
[𝐶𝐻 𝐶𝑂𝑂𝐶 𝐻5 ].[𝐻2 𝑂]
Kc = [𝐶𝐻 3𝐶𝑂𝑂𝐻]2.
3 [𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻]
0,00333 𝑥 0,00333
Kc = = 0,6
0,00333 𝑥 0,0060

 Erlenmeyer 4
[𝐶𝐻 𝐶𝑂𝑂𝐶 𝐻5 ].[𝐻2 𝑂]
Kc = [𝐶𝐻 3𝐶𝑂𝑂𝐻]2.
3 [𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻]
0,00117 𝑥 0,00117
Kc = 0,00117 𝑥 = 0,1
0,00816

Anda mungkin juga menyukai