Program Studi DIII Analisis Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Jl.
Kaliurang No.Km. 14,5, Besi, Umbulmartani, Kec. Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584
*email: 18231076@students.uii.ac.id
1. PENDAHULUAN
Titrasi sampai sekarang masih banyak dipakai di laboratorium industri
disebabkan teknik ini cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen. Titrasi
merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu menggunakan suatu larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat (Supadi, 2010). Titrasi
konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak titrasi. Titrasi
konduktometri tidak terlalu berbeda jauh dari titrasi-titrasi lain, yang
membedakan biasanya hanya terdapat pada bagaimana cara untuk mengetahui
titik ekivalen dari larutan. Titrasi lain seperti titrasi volumetri yang biasa
digunakan dalam penentuan titik ekivalen diketahui ketika terjadi perubahan
warna, larutan akan mengalami peruban warna apabila larutan dalam keadaan
setimbang dan dipermudah menggunakan indikator dalam pencapaian titik
ekivalen. Akan tetapi, untuk menentukan dengan tepat titik ekivalen menggunkan
titrasi volumetri lebih sulit. Titrasi konduktometri ini lebih mudah jika
dibandingkan dengan titrasi lainya, walaupun ada kelemahan tetapi juga ada
kelebihanya. Titik ekivalen dapat kita ketahui dari daya hantar larutan yang kita
ukur, jika daya hantar sudah konstan berarti titrasi sudah mencapai ekivalen.
Titrasi konduktometri juga tidak perlu menggunakan indikator (Zega, 2019).
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur bergantung
pada ion-ion yang ada dan konsentrasi ion-ion tersebut. Titrasi konduktometri
dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi (Watoni dan
Buchari, 2009). Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi
titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah
penambahan reagen dengan tetapan sel harus diketahui. Maka selama pengukuran
yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap, tetapi pengenceran akan
menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear dengan konsentrasi
(Khopkar, 2008).
Titrasi yang melibatkan asam dipergunakan secara meluas dalam
pengawasan analisis banyak produk dalam perdagangan dan disosiasi asam
menunjukkan pengaruh yang penting terhadap metabolisme sel hidup.
Percobaan ini jelas sekali erat kaitannya dan sesuai dengan penerapan dari keseti
mbangan asam tersebut. Penerapan dari titrasi konduktometri dapat digunakan
untuk titrasi pengendapan, titrasi pembentukan kompleks, titrasi netralisasi, dan
titrasi redoks.
Asam dalam konsepnya akan dihadapkan kepada kekuatan asam tersebut.
Asam kuat akan berbeda dengan asam lemah. Asam kuat akan mengalami
penguraian atau disosiasi secara hampir keseluruhan (disosiasi sempurna),
sedangkan untuk asam lemah hanya sebagian kecil molekul yang terurai.
Penguraian asam lemah yang sangat sedikit menyebabkan setiap asam lemah
memiliki Kα atau konstanta disosiasi yang khas. Setiap asam lemah akan
memiliki nilai Kα yang berbeda-beda. Selain dari teori, nilai Ka juga dapat
ditentukan dengan menggunakan hasil titrasi (Rizka, 2015). Berdasarkan fungsi
Kα untuk penentuan kekuatan asam, percobaan ini dilakukan untuk menentukan
Kα dari asam lemah yaitu CH3COOH.
2. METODE
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Konduktometer (OHAUS), sel hantaran, neraca analitik (OHAUS
NO.AP 310-0), gelas ukur 100 mL (iwaki), gelas beaker 250 mL dan 100 mL
(iwaki), pengaduk magnetik, pro pipet (D dan N), pipet ukur 10; 5 ; 1 mL
(iwaki), pipet volume 1; 5; 25 mL (iwaki), botol timbang (iwaki), spatula, statif,
klem, dan botol semprot. Gambar rangkaian pada percobaan ini ditunjukkan pada
gambar 1.
Gambar 1. Rangkaian Alat Titrasi Konduktometri
2.1.2 Bahan
Akuades, larutan NaOH 0,2 M (Merck; BM 39,997 g/mol), larutan
CH3COOH 0,2 M (Merck; BM 60 g/mol), larutan HCl 0,2 M (Merck; BM
36,5 g/mol), larutan KCl 0,1 M, kertas seka, dan tisu.
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Pesiapan Alat Konduktometer
Konduktometer dinyalakan dan dikalibrasi menggunakan larutan KCl 0,1
M. Dimasukkan nilai 12,88 µS/cm sebagai nilai hantaran larutan KCl 0,1 M.
2.2.2 Penentuan HCl dengan Larutan Baku NaOH
Sebanyak 25 mL HCl dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas piala dan
diencerkan dengan 150 mL akuades. Elektroda lalu dicelupkan dan stirer
dimasukkan pula ke dalam larutan. Konduktan larutan kemudian dibaca dan
larutan lalu dititrasi dengan NaOH 0,2 M dengan penambahan 1 mL
sebanyak 4x dan 2mL sebanyak 6x.
2.2.3 Penentuan CH3COOH dengan Larutan Baku NaOH
Sebanyak 25 mL CH3COOH dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas
piala dan diencerkan dengan 150 mL akuades. Elektroda lalu dicelupkan dan
stirer dimasukkan pula ke dalam larutan. Konduktan larutan kemudian
dibaca dan larutan lalu dititrasi dengan NaOH 0,2 M dengan penambahan 1
mL sebanyak 4x, 2mL sebanyak 4x, 5 mL sebanyak 4x, dan 2 mL sebanyak
4x.
2.2.4 Penentuan NaOH dengan Larutan Baku CH3COOH
Sebanyak 25 mL NaoH dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas piala dan
diencerkan dengan 150 mL akuades. Elektroda lalu dicelupkan dan stirer
dimasukkan pula ke dalam larutan. Konduktan larutan kemudian dibaca dan
larutan lalu dititrasi dengan CH3COOH 0,2 M dengan penambahan 1 mL
sebanyak 4x, 2mL sebanyak 4x, 5 mL sebanyak 4x, dan 2 mL sebanyak 4x.
2.2.5. Penentuan Konstanta Disosiasi
2.2.5.1. Penentuan hantaran terkoreksi (L’ )
Nilai hantaran yang digunakan untuk membuat kurva titrasi
konduktometri harus dikoreksi menggunakan persamaaan nomor 1.
V v
L1' L (1)
V
Dimana L’ adalah nilai hantaran yang telah dikoreksi, L adalah
hantaran yang dibaca alat, V adalah volume sampel yang dititrasi dan v
adalah volume titran yang ditambahkan. Nilai hantaran yang digunakan
dalam hitungan adalah nilai hantaran yang telah dikoreksi.
2.2.5.2. Penentuan Volume Ekivalen dan Konsentrasi Sampel
Penentuan volume ekivalen pada percobaan dapat ditentukan
dengan melihat persamaan nomor 2.
Y1 = Y2
ax1 + b1 = ax2 + b2
x = Volume ekivalen (2)
Penentuan konsentrai sampel pada percobaan dapat ditentukan
dengan melihat persamaan nomor 3.
𝑀 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
[sampel] = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (3)
2.2.5.3. Penentuan nilai tetapan disosiasi dan Ka asam asetat
Asam asetat didalam larutan akan terdisosiasi sebagian menjadi
ion hidrogen dan ion asetat menurut persamaan nomor 4.
HOAc + H2O ⇌ OAc- + H3O+ (4)
Nilai tetapan disosiasi asam asetat (α), dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut
𝐿𝐻𝑂𝐴𝑐
α = 𝐿 𝐻𝑂𝐴𝑐 (100%) (5)
Nilai LHOAc (100%) dapat digitung dari persamaan nomor 6.
LHOAc(100%) = L NaOAc + L HCl – LNaCl (6)
Setelag nilai α diketahui melalui persamaan (3), maka Ka asam
asetat dapat dihitung dengan persamaan nomor 7.
𝑎2 𝐶
𝐾𝑎 = (1−α) (7)
Dimana C adalah konsentrasi analitik asam asetat (Fadillah,
2019).
3. HASIL PRAKTIKUM
Arus listrik mengalir di dalam larutan karena adanya pergerakan ion-ion
bermuatan. Kemampuan larutan untuk menghantarkan arus listrik disebut
hantaran larutan. Hantaran larutan bergantung pada jumlah, ukuran, dan muatan
ion-ion yang terdapat di dalam larutan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
hantaran larutan akan semakin besar dengan bertambahnya jumlah ion-ion yang
terdapat di dalam larutan. Di lain pihak, kemampuan sebuah ion untuk
menghantarkan arus listrik akan semakin besar jika ukurannya semakin kecil.
Dalam hal ini, ukuran sebuah ion termasuk lapisan permanen pelarut yang
melingkupi ion tersebut. Karena arus listrik dibawa oleh muatan ion maka
kemampuan menghantarkan arus listrik akan lebih besar untuk ion-ion yang
memiliki muatan yang lebih besar.
Ion-ion yang terdapat dalam sebuah larutan digantikan oleh on-ion lain
maka kemampuan larutan untuk menghantarkan arus listrik akan berubah. Sifat
ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan titik ekivalen titrasi karena pada proses
titrasi, ion-ion yang terdapat di dalam larutan akan bereaksi dengan ion-ion titran
sehingga mengubah komposisi ion-ion dalam larutan. Oleh karena itu, selama
proses titrasi berlangsung, hantaran larutan akan berubah dan kurva titrasi
konduktometri akan menunjukkan hubungan antara hantaran larutan dan volume
titran.
Capaian pertama adalah titrasi larutan sampel HCl dengan larutan baku
NaOH hasil dari percobaan ini ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Tabel pengamatan titrasi larutan sampel HCl dengan larutan baku NaOH
Volume (mL) Hantaran (μs/cm)
0 2,84
1 2,46
2 2,11
3 1,75
4 1,42
6 0,9
8 1,43
10 1,93
12 2,44
14 2,92
16 3,28
Daya hantar yang diperoleh berkolelasi ketika titran ditambahkan jumlah
ion yang ada dalam titrat semakin berkurang karena dinetralkan oleh senyawa
titratnya. Ketika volume titik ekivalen dilewati, jumlah ion yang ada dalam
larutan meningkat kembali dan terlihat dengan meningkatnya konduktan sampel.
Reaksi titrasi larutan sampel HCl dengan larutan baku NaOH dapat dilihat pada
persamaan 8.
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) (8)
Kurva yang dihasilkan pada titrasi HCl-NaOH dapat dilihat pada gambar
2, melalui metode ini berbentuk seperti huruf V yang menunjukkan bahwa
disosiasi terjadi secara sempurna. H+ dan Na+ memiliki konduktivitas yang tinggi
sehingga pada saat sebelum dan sesudah mencapai titik ekivalen memiliki daya
hantar tinggi sebelum keduanya bereaksi. H+ memiliki jari-jari yang lebih kecil
jadi pergerakannya lebih cepat, karena beban massanya yang lebih kecil, maka di
kurva H+ akan turun dan digantikan oleh Na+. Oleh karena itu, pada saat sebelum
titik ekivalen grafik turun adalah kelebihan H+ oleh penambahan Na+ dan saat
setelah titik ekivalen kurva akan naik karena kelebihan Na+.
4. KESIMPULAN
Hasil percobaan penentuan konstanta disosiasi asam lemah secara
konduktometri di peroleh nilai konstanta disosiasi asam lemah yang di dapatkan
sebesar : 2,1 × 10-5 (sesuai standar) dan 1,3162 ×10-3 (belum sesuai standar).
DAFTAR PUSTAKA
Watoni, H.A., Buchari. (2009) : Studi aplikasi metode potensiometri pada penentuan
kandungan karbon organik total tanah, 23-40.