Anda di halaman 1dari 9

Praktikum Elektrokimia TA 2018/2019

KONSTANTA DISOSIASI SECARA TITRASI


KONDUKTOMETRI
Dhea Rahmi Asmarani (18231054), Riza Ariyanti Primandini (18231057), Tenera Alifia Rahadianti
(18231060), Noval Yuda Pratama (18231065), Winayu Nurlita Gayatri (18231073), Okta Triana Nur
Putriyanti (18231076)*

Program Studi DIII Analisis Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Jl.
Kaliurang No.Km. 14,5, Besi, Umbulmartani, Kec. Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584
*email: 18231076@students.uii.ac.id

ARTIKEL INFO ABSTRAK


Received : 17/11/2019 Telah dilakukan percobaan konstanta disosiasi secara
Revised : 19/11/2019 titrasi konduktometri. Percobaan ini bertujuan
Published : mempelajari ketelitian hasil suatu metode analisis
Kata Kunci : titrasi konduktometri, secara konduktometri dalam menentukan Kα
titik ekivalen, konstanta disosiasi CH3COOH. Metode konduktansi dapat
digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan
antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah
penambahan reagen. Besarnya daya hantar yang
diperoleh bergantung pada beberapa faktor, diantaranya
adalah jumlah partikel-partikel bermuatan dalam
larutan, ukuran ion yang ada, suhu, gaya tarik menarik
ion, dan jarak elektroda. Penentuan konstanta disosiasi
dilakukan menggunakan tiga kali titrasi yaitu titrasi
sampel HCl dengan larutan standar NaOH 0,2 M, titrasi
sampel CH3COOH dengan larutan standar NaOH 0,2
M, dan titrasi sampel NaOH dengan larutan standar
CH3COOH 0,2 M. Sebanyak 25 mL larutan sampel
dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas piala dan
diencerkan dengan 150 mL akuades. Elektroda lalu
dicelupkan sambil stirer ke dalam larutan. Konduktan
larutan dibaca setelah stirer dimatikan dan larutan lalu
dititrasi dengan larutan standar 0,2 M dengan
penambahan 1 mL sebanyak 4x, 2mL sebanyak 4x, 5
mL sebanyak 4x, dan 2 mL sebanyak 4x. Nilai Ka
CH3COOH menurut referensi yaitu 1,8 x 10-5, hasil
yang didapat pada praktikum sebesar 2,1 x 10-5 untuk
titrasi CH3COOH-NaOH yaitu nilai Ka CH3COOH
hampir sama dengan nilai Ka referensi, sedangkan
untuk titrasi NaOH-CH3COOH didapat nilai Ka
CH3COOH yaitu 1,3162 x 10-3 jauh dengan nilai Ka
referensi. Hal ini disebabkan karena terkontaminasinya
alat dan larutan yang digunakan.

1. PENDAHULUAN
Titrasi sampai sekarang masih banyak dipakai di laboratorium industri
disebabkan teknik ini cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen. Titrasi
merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu menggunakan suatu larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat (Supadi, 2010). Titrasi
konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak titrasi. Titrasi
konduktometri tidak terlalu berbeda jauh dari titrasi-titrasi lain, yang
membedakan biasanya hanya terdapat pada bagaimana cara untuk mengetahui
titik ekivalen dari larutan. Titrasi lain seperti titrasi volumetri yang biasa
digunakan dalam penentuan titik ekivalen diketahui ketika terjadi perubahan
warna, larutan akan mengalami peruban warna apabila larutan dalam keadaan
setimbang dan dipermudah menggunakan indikator dalam pencapaian titik
ekivalen. Akan tetapi, untuk menentukan dengan tepat titik ekivalen menggunkan
titrasi volumetri lebih sulit. Titrasi konduktometri ini lebih mudah jika
dibandingkan dengan titrasi lainya, walaupun ada kelemahan tetapi juga ada
kelebihanya. Titik ekivalen dapat kita ketahui dari daya hantar larutan yang kita
ukur, jika daya hantar sudah konstan berarti titrasi sudah mencapai ekivalen.
Titrasi konduktometri juga tidak perlu menggunakan indikator (Zega, 2019).
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur bergantung
pada ion-ion yang ada dan konsentrasi ion-ion tersebut. Titrasi konduktometri
dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi (Watoni dan
Buchari, 2009). Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi
titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah
penambahan reagen dengan tetapan sel harus diketahui. Maka selama pengukuran
yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap, tetapi pengenceran akan
menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear dengan konsentrasi
(Khopkar, 2008).
Titrasi yang melibatkan asam dipergunakan secara meluas dalam
pengawasan analisis banyak produk dalam perdagangan dan disosiasi asam
menunjukkan pengaruh yang penting terhadap metabolisme sel hidup.
Percobaan ini jelas sekali erat kaitannya dan sesuai dengan penerapan dari keseti
mbangan asam tersebut. Penerapan dari titrasi konduktometri dapat digunakan
untuk titrasi pengendapan, titrasi pembentukan kompleks, titrasi netralisasi, dan
titrasi redoks.
Asam dalam konsepnya akan dihadapkan kepada kekuatan asam tersebut.
Asam kuat akan berbeda dengan asam lemah. Asam kuat akan mengalami
penguraian atau disosiasi secara hampir keseluruhan (disosiasi sempurna),
sedangkan untuk asam lemah hanya sebagian kecil molekul yang terurai.
Penguraian asam lemah yang sangat sedikit menyebabkan setiap asam lemah
memiliki Kα atau konstanta disosiasi yang khas. Setiap asam lemah akan
memiliki nilai Kα yang berbeda-beda. Selain dari teori, nilai Ka juga dapat
ditentukan dengan menggunakan hasil titrasi (Rizka, 2015). Berdasarkan fungsi
Kα untuk penentuan kekuatan asam, percobaan ini dilakukan untuk menentukan
Kα dari asam lemah yaitu CH3COOH.

2. METODE
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Konduktometer (OHAUS), sel hantaran, neraca analitik (OHAUS
NO.AP 310-0), gelas ukur 100 mL (iwaki), gelas beaker 250 mL dan 100 mL
(iwaki), pengaduk magnetik, pro pipet (D dan N), pipet ukur 10; 5 ; 1 mL
(iwaki), pipet volume 1; 5; 25 mL (iwaki), botol timbang (iwaki), spatula, statif,
klem, dan botol semprot. Gambar rangkaian pada percobaan ini ditunjukkan pada
gambar 1.
Gambar 1. Rangkaian Alat Titrasi Konduktometri

2.1.2 Bahan
Akuades, larutan NaOH 0,2 M (Merck; BM 39,997 g/mol), larutan
CH3COOH 0,2 M (Merck; BM 60 g/mol), larutan HCl 0,2 M (Merck; BM
36,5 g/mol), larutan KCl 0,1 M, kertas seka, dan tisu.
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Pesiapan Alat Konduktometer
Konduktometer dinyalakan dan dikalibrasi menggunakan larutan KCl 0,1
M. Dimasukkan nilai 12,88 µS/cm sebagai nilai hantaran larutan KCl 0,1 M.
2.2.2 Penentuan HCl dengan Larutan Baku NaOH
Sebanyak 25 mL HCl dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas piala dan
diencerkan dengan 150 mL akuades. Elektroda lalu dicelupkan dan stirer
dimasukkan pula ke dalam larutan. Konduktan larutan kemudian dibaca dan
larutan lalu dititrasi dengan NaOH 0,2 M dengan penambahan 1 mL
sebanyak 4x dan 2mL sebanyak 6x.
2.2.3 Penentuan CH3COOH dengan Larutan Baku NaOH
Sebanyak 25 mL CH3COOH dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas
piala dan diencerkan dengan 150 mL akuades. Elektroda lalu dicelupkan dan
stirer dimasukkan pula ke dalam larutan. Konduktan larutan kemudian
dibaca dan larutan lalu dititrasi dengan NaOH 0,2 M dengan penambahan 1
mL sebanyak 4x, 2mL sebanyak 4x, 5 mL sebanyak 4x, dan 2 mL sebanyak
4x.
2.2.4 Penentuan NaOH dengan Larutan Baku CH3COOH
Sebanyak 25 mL NaoH dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas piala dan
diencerkan dengan 150 mL akuades. Elektroda lalu dicelupkan dan stirer
dimasukkan pula ke dalam larutan. Konduktan larutan kemudian dibaca dan
larutan lalu dititrasi dengan CH3COOH 0,2 M dengan penambahan 1 mL
sebanyak 4x, 2mL sebanyak 4x, 5 mL sebanyak 4x, dan 2 mL sebanyak 4x.
2.2.5. Penentuan Konstanta Disosiasi
2.2.5.1. Penentuan hantaran terkoreksi (L’ )
Nilai hantaran yang digunakan untuk membuat kurva titrasi
konduktometri harus dikoreksi menggunakan persamaaan nomor 1.
V v
L1'  L (1)
V
Dimana L’ adalah nilai hantaran yang telah dikoreksi, L adalah
hantaran yang dibaca alat, V adalah volume sampel yang dititrasi dan v
adalah volume titran yang ditambahkan. Nilai hantaran yang digunakan
dalam hitungan adalah nilai hantaran yang telah dikoreksi.
2.2.5.2. Penentuan Volume Ekivalen dan Konsentrasi Sampel
Penentuan volume ekivalen pada percobaan dapat ditentukan
dengan melihat persamaan nomor 2.
Y1 = Y2
ax1 + b1 = ax2 + b2
x = Volume ekivalen (2)
Penentuan konsentrai sampel pada percobaan dapat ditentukan
dengan melihat persamaan nomor 3.
𝑀 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
[sampel] = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (3)
2.2.5.3. Penentuan nilai tetapan disosiasi dan Ka asam asetat
Asam asetat didalam larutan akan terdisosiasi sebagian menjadi
ion hidrogen dan ion asetat menurut persamaan nomor 4.
HOAc + H2O ⇌ OAc- + H3O+ (4)
Nilai tetapan disosiasi asam asetat (α), dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut
𝐿𝐻𝑂𝐴𝑐
α = 𝐿 𝐻𝑂𝐴𝑐 (100%) (5)
Nilai LHOAc (100%) dapat digitung dari persamaan nomor 6.
LHOAc(100%) = L NaOAc + L HCl – LNaCl (6)
Setelag nilai α diketahui melalui persamaan (3), maka Ka asam
asetat dapat dihitung dengan persamaan nomor 7.
𝑎2 𝐶
𝐾𝑎 = (1−α) (7)
Dimana C adalah konsentrasi analitik asam asetat (Fadillah,
2019).

3. HASIL PRAKTIKUM
Arus listrik mengalir di dalam larutan karena adanya pergerakan ion-ion
bermuatan. Kemampuan larutan untuk menghantarkan arus listrik disebut
hantaran larutan. Hantaran larutan bergantung pada jumlah, ukuran, dan muatan
ion-ion yang terdapat di dalam larutan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
hantaran larutan akan semakin besar dengan bertambahnya jumlah ion-ion yang
terdapat di dalam larutan. Di lain pihak, kemampuan sebuah ion untuk
menghantarkan arus listrik akan semakin besar jika ukurannya semakin kecil.
Dalam hal ini, ukuran sebuah ion termasuk lapisan permanen pelarut yang
melingkupi ion tersebut. Karena arus listrik dibawa oleh muatan ion maka
kemampuan menghantarkan arus listrik akan lebih besar untuk ion-ion yang
memiliki muatan yang lebih besar.
Ion-ion yang terdapat dalam sebuah larutan digantikan oleh on-ion lain
maka kemampuan larutan untuk menghantarkan arus listrik akan berubah. Sifat
ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan titik ekivalen titrasi karena pada proses
titrasi, ion-ion yang terdapat di dalam larutan akan bereaksi dengan ion-ion titran
sehingga mengubah komposisi ion-ion dalam larutan. Oleh karena itu, selama
proses titrasi berlangsung, hantaran larutan akan berubah dan kurva titrasi
konduktometri akan menunjukkan hubungan antara hantaran larutan dan volume
titran.
Capaian pertama adalah titrasi larutan sampel HCl dengan larutan baku
NaOH hasil dari percobaan ini ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Tabel pengamatan titrasi larutan sampel HCl dengan larutan baku NaOH
Volume (mL) Hantaran (μs/cm)
0 2,84
1 2,46
2 2,11
3 1,75
4 1,42
6 0,9
8 1,43
10 1,93
12 2,44
14 2,92
16 3,28
Daya hantar yang diperoleh berkolelasi ketika titran ditambahkan jumlah
ion yang ada dalam titrat semakin berkurang karena dinetralkan oleh senyawa
titratnya. Ketika volume titik ekivalen dilewati, jumlah ion yang ada dalam
larutan meningkat kembali dan terlihat dengan meningkatnya konduktan sampel.
Reaksi titrasi larutan sampel HCl dengan larutan baku NaOH dapat dilihat pada
persamaan 8.
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) (8)
Kurva yang dihasilkan pada titrasi HCl-NaOH dapat dilihat pada gambar
2, melalui metode ini berbentuk seperti huruf V yang menunjukkan bahwa
disosiasi terjadi secara sempurna. H+ dan Na+ memiliki konduktivitas yang tinggi
sehingga pada saat sebelum dan sesudah mencapai titik ekivalen memiliki daya
hantar tinggi sebelum keduanya bereaksi. H+ memiliki jari-jari yang lebih kecil
jadi pergerakannya lebih cepat, karena beban massanya yang lebih kecil, maka di
kurva H+ akan turun dan digantikan oleh Na+. Oleh karena itu, pada saat sebelum
titik ekivalen grafik turun adalah kelebihan H+ oleh penambahan Na+ dan saat
setelah titik ekivalen kurva akan naik karena kelebihan Na+.

Gambar 2. Kurva Titrasi HCl-NaOH


Capaian kedua adalah titrasi larutan sampel CH3COOH dengan larutan baku
NaOH hasil dari percobaan ini ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Tabel pengamatan titrasi larutan sampel CH3COOH dengan larutan baku
NaOH
Volume (mL) Hantaran (μs/cm)
0 0,33
1 0,29
2 0,33
3 0,40
4 0,48
6 0,65
8 0,82
10 0,99
15 1,4
20 1,79
25 2,16
30 3,06
32 3,49
34 3,88
36 4,29
38 4,68

Daya hantar yang diperoleh berkolelasi ketika titran ditambahkan jumlah


ion yang ada dalam titrat semakin berkurang karena dinetralkan oleh senyawa
titratnya. Ketika volume titik ekivalen belum dilewati, jumlah ion yang ada dalam
larutan menurun kembali dan terlihat dengan menurunnya konduktan sampel.
Ketika volume titik ekivalen dilewati, jumlah ion yang ada dalam larutan
meningkat kembali dan terlihat dengan meningkatnya konduktan sampel. Reaksi
titrasi larutan sampel CH3COOH dengan larutan baku NaOH dapat dilihat pada
persamaan 9.
CH3COOH (aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l) (9)
Titrasi asam asetat dengan NaOH, hasil dapat dilihat pada gambar 3,
menunjukkan bentuk kurva sedikit tumpul yang cenderung naik. Hal ini terjadi
karena disosiasi tidak sempurna dan adanya penambahan basa sehingga H+
berkurang dan terjadi kenaikan Na+ dan CH3COO-. Volume titik ekivalen yang
didapatkan pada asam asetat dapat digunakan untuk menentukan Ka asam asetat
yang digunakan dalam percobaan.

Gambar 3. Kurva Titrasi CH3COOH-NaOH


Capaian ketiga adalah titrasi larutan NaOH dengan larutan baku CH3COOH
hasil dari percobaan ini ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Tabel pengamatan titrasi larutan sampel NaOH dengan larutan baku
CH3COOH
Volume (mL) Hantaran (μs/cm)
0 6,71
1 6,44
2 6,23
3 6,02
4 5,81
6 5,40
8 4,98
10 4,59
15 3,64
20 2,75
25 2,12
30 2,11
32 2,09
34 2,07
36 2,05

Daya hantar yang diperoleh berkolelasi ketika titran ditambahkan jumlah


ion yang ada dalam titrat semakin berkurang karena dinetralkan oleh senyawa
titratnya. Ketika volume titik ekivalen dilewati, jumlah ion yang ada dalam
larutan menurun kembali dan terlihat dengan menurunnya konduktan sampel.
Reaksi titrasi larutan sampel NaOH dengan larutan baku CH3COOH dapat dilihat
pada persamaan 10.
NaOH(aq) + CH3COOH (aq) → CH3COONa (aq) + H2O(l) (10)
Titrasi NaOH dengan asam asetat, hasil dapat dilihat pada gambar 4,
menunjukkan bentuk kurva sedikit tumpul yang cenderung turun. Hal ini terjadi
karena disosiasi tidak sempurna dan adanya penambahan asam sehingga Na+
berkurang dan terjadi kenaikan H+ dan CH3COO-. Volume TE yang didapatkan
pada asam asetat dapat digunakan untuk menentukan Ka asam asetat yang
digunakan dalam percobaan.

Gambar 4. Kurva Titrasi NaOH-CH3COOH


Titrasi NaOH dengan asam asetat, hasil menunjukkan bentuk kurva
sedikit tumpul yang cenderung turun. Hal ini terjadi karena disosiasi tidak
sempurna dan adanya penambahan asam sehingga Na+ berkurang dan terjadi
kenaikan H+ dan CH3COO-. Volume titik ekivalen yang didapatkan pada asam
asetat dapat digunakan untuk menentukan Ka asam asetat yang digunakan dalam
percobaan.
Capaian keempat adalah penentuan konstanta disosiasi asam asetat
langkah pertama yaitu penentuan hantaran terkoreksi dari masing-masing tirtrasi
yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan karena pada saat penambahan titran
larutan yang akan dititrasi menyebabkan pengenceran, sehingga dilakukan
perhitungan hantaran terkoreksi untuk membuat kurva titrasi konduktometri
dengan hasil dapat dilihat tabel 4.
Tabel 4. Hasil Hantaran Terkoreksi
Volume L’HCl- Volume L’NaOH- Volume L’CH3COOH-
Titran NaOH Titran CH3COOH Titran NaOH
(mL) (µS/cm) (mL) (µS/ cm) (mL) (µS/cm)
0 2,84 0 6,71 0 0,33
1 2,47 1 6,48 1 0,29
2 2,13 2 6,39 2 0,33
3 1,78 3 6,12 3 0,41
4 1,45 4 5,94 4 0,49
6 0,93 6 5,58 6 0,67
8 1,49 8 5,21 8 0,86
10 2,04 10 4,85 10 1,05
12 2,61 15 3,95 15 1,52
14 3,15 20 3,06 20 1,99
16 3,58 25 2,42 25 2,47
30 2,47 30 3,58
32 2,47 32 4,13
34 2,47 34 4,63
36 2,47 36 5,17
38 5,70
Langkah kedua yaitu penentuan volume ekivalen dan konsentrasi sampel,
volume ekivalen didapatkan dari persamaan regresi linier titrasi yang dilakukan,
bertujuan untuk penentuan konsentrasi sampel yang digunakan. Konsentrasi
sampel didapat dari konsentrasi larutan baku, volume ekivalen, dan volume
sampel. Bertujuan untuk penentuan konstanta disosiasi asam lemah (asam asetat).
Hasil volume ekivalen dan konsentrasi sampel dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Tabel Volume Ekivalen dan Konsentrasi Sampel
Titrasi Volume Ekivalen (mL) Konsentrasi Sampel (M)
HCl-NaOH 5,7934 0,0463
CH3COOH-NaOH 0,3679 0,0029
NaOH- CH3COOH 23,7195 0,1897
Langkah ketiga yaitu Penentuan nilai tetapan disosiasi dan Ka asam
asetat, data titrasi konduktometri dapat digunakan pula untuk penentuan tetapan
disosiasi asam lemah.Asam asetat termasuk dalam kategori asam lemah
sehingga terdisosiasi sebagian. Titrasi yang dilakukan adalah tritrasi
CH3COOH-NaOH dan titrasi HCl-NaOH, sehingga asam asetat tidak
bermuatan, hanya ion hydrogen dan ion asetat yang memberikan kontribusi
pada hantaran larutan. Oleh karena itu, nilai hantaran yang terbaca merupakan
gambaran dari jumlah ion hydrogen dan ion asetat yang terdisosiasi. Jika asam
asetat terdisosiasi sempurna maka ion hydrogen dan ion asetat yg menyusun
asam asetat akan memberikan kontribusi pada hantaran larutan. Penentuan nilai
tetapan disosiasi (α) didapat dari nilai daya hantar asam asetat dengan nilai data
hantar asam asetat apabila terurai secara sempurna. Nilai Kα dipengaruhi oleh
nilai α dan konsentrasi sampel. Hasil nilai α dan Kα dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Nilai α dan Kα
Larutan Baku Nilai α Nilai Kα
NaOH 0,0808 2,1 x 10-5
CH3COOH 0,0779 1,3162 x 10-3
Nilai Ka CH3COOH menurut referensi yaitu 1,8 x 10-5, hasil Kαyang
didapat pada praktikum sebesar 2,1 x 10-5 untuk titrasi CH3COOH-NaOH nilai Ka
CH3COOH hampir sama dengan nilai Ka referensi, sedangkan untuk titrasi
NaOH-CH3COOH didapat nilai Ka CH3COOH jauh dengan nilai Ka referensi.
Hal ini disebabkan karena terkontaminasinya alat dan larutan yang digunakan,
titrasi konduktometri yang dilakukan, penentuan daya hantar listrik
sangat berhubungan dengan konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan
ditentukan, temperatur larutan kurang diperhatikan dan dijaga agar berada dalam
keadaan konstan, sehingga dapat membedakan perbedaan dari daya hantar larutan
berdasarkan perbedaan konsentrasi. Jika temperatur berubah-ubah maka bisa saja
konsentrasi yang besar seharusnya memiliki daya hantar yang besar tetapi malah
sebaliknya yaitu memiliki daya hantar listrik yang kecil karena pengaruh dari
turunnya suhu karena ion– ion dalam larutan tidak dapat bergerak dengan bebas.
Pada saat proses stirer pembacaan daya hantar setelah penambahan titran tidak
dimatikan terlebih dahulu, tetapi langsung dibaca daya hantarnya sehingga
pembacaan daya hantar belum konstan. Pada permukaan elektroda dapat terjadi
tegangan lebih yang tidak sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi ion.

4. KESIMPULAN
Hasil percobaan penentuan konstanta disosiasi asam lemah secara
konduktometri di peroleh nilai konstanta disosiasi asam lemah yang di dapatkan
sebesar : 2,1 × 10-5 (sesuai standar) dan 1,3162 ×10-3 (belum sesuai standar).

DAFTAR PUSTAKA

Fadillah, G. (2019) : Buku Panduan Praktikum Analisis Elektrokimia, Universitas Islam


Indonesia, Yogyakarta.

Khopkar. (2008) : Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas IndonesiaPress, Jakarta.

Rizka, F. (2015) : Analisis Dan Penentuan Konstanta Disosiasi Asam Dengantitrasi


pH Yang Dikontrol Dengan Komputer, 2-3.

Supadi. (2010) : Titrasi Konduktometri, 4-5.

Watoni, H.A., Buchari. (2009) : Studi aplikasi metode potensiometri pada penentuan
kandungan karbon organik total tanah, 23-40.

Zega, S. (2019) : Penentuan Konstanta Ionisasi Asam Asetat dengan Teknik


Potensiometri dan Konduktometri, 2-5.

Anda mungkin juga menyukai