Anda di halaman 1dari 11

TEKNIK EKSTRAKSI DENGAN MEKANISME PEMBENTUKAN

KOMPLEKS PADA PENETAPAN NIKEL DALAM SAMPEL

I. TUJUAN
 Dapat Memisahkan Nikel dalam sampel dengan mekanisme ekstraksi
pembentukan senyawa kompleks nikel dimetilglioksima
 Dapat menetapkan nikel secara spektrofotometri visible

II. PRINSIP

Nikel dalam larutan membentuk senyawa kompleks dimetilglioksim


merah dalam suasana yang sedikit basa. Ekstraksi kompleks nikel ini optimum
pada pH 7-12 dengan adanya sitrat. Kompleks ini dapat diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 465 nm.

III. REAKSI

merah pada Ni kons tinggi


+2H+

IV. DASAR TEORI

Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer


suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling
bercampur. Menurut Nernst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven
sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut tetap untuk
tekanan dan suhu yang tetap (Christian, 1986).
Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan
azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis.
Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya
dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut,
dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.

Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu aplikasi


utama ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi selektif ion logam menggunakan agen
pengkelat. Sayangnya beberapa agen pengkelat memiliki keterbatasan
kelarutan dalam air atau subyek untuk hidrolisis atau oksidasi udara dalam
larutan (aqueous). Karena alasan ini agen pengkelat ditambahkan ke pelarut
organik sebagai ganti fasa aqueous. Agen pengkelat diekstrak ke fasa cairan
yang reaksinya membentuk kompleks logam-ligan yang stabil dengan ion
logam. Kompleks logam-ligan kemudian terekstrak ke fasa organik. Efisiensi
ekstraksi ion logam bergantung pada pH.

Pada umumnya ion-ion logam tidak larut dalam pelarut organik non
polar. Ion logam harus diubah menjadi bentuk molekul yang tidak bermuatan
dengan pembentukan kompleks agar ion logam tersebut dapat terekstrak ke
dalam pelarut organik non polar. Senyawa kompleks adalah suatu senyawa
dimana ion logam bersenyawa dengan ion atau molekul netral yang
mempunyai sepasang atau lebih elektron bebas yang berikatan secara kovalen
koordinasi (Moersid, 1989)

Ion logam dalam senyawa kompleks disebut ion pusat, sedangkan ion
atau molekul netral yang mempunyai pasangan elektron bebas disebut ligan.
Kompleks kelat atau sepit adalah kompleks yang terbentuk apabila ion pusat
bersenyawa dengan ligan yang mempunyai dua atau lebih gugus. Banyaknya
ikatan kovalen koordinasi yang terjadi antara ligan dengan ion pusat disebut
bilangan koordinasi. Pembentukan kompleks oleh ligan bergantung pada
kecenderungan untuk mengisi orbital kosong dalam usaha mencapai
konfigurasi elektron yang lebih stabil. Untuk memudahkan ekstraksi maka
ion logam yang bermuatan harus dinetralkan oleh ion atau molekul netral
menjadi kompleks tidak bermuatan (Khopkar, 1984).

Kompleks kelat merupakan asam lemah (HL) yang terionisasi dalam


air dan terdistribusi dalam fase organik dan fase air, serta dengan ion logam
dapat membentuk ion kompleks yang netral dan mudah larut dalam fase
organik (Day dan Underwood, 1989). Sesuai dengan reaksi:

Salah satu keuntungan menggunakan agen pengkelat adalah derajat


selektifitas tinggi. Efisiensi ekstraksi untuk kation divalent meningkat dari 0-
100% disekitar 2 unit pH. lagipula konstanta pembentukan kompleks logam-
ligan bervariasi diantara ion logam. Akibatnya, perbedaan signifikan muncul
dalam range pH dimana ion logam yang berbeda menaikkan efisiensi ekstraksi
dari 0-100%.

Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri,


dimana diketahui kompleks berwarna Ni(DMG)2 dalam kloroform mengikuti
hukum Lambert-Beer dalam range konsentrasi yang lebar. Sebagaimana
diketahui warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek.
Pada analisis spektrokimia spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk
menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi
elektromagnetik.

Spektrofotometri didefinisikan suatu metoda analisis kimia


berdasarkan pengukuran seberapa banyak energi radiasi diabsorpsi oleh suatu
zat sebagai fungsi panjang gelombang. Agar lebih mudah memahami proses
absorpsi tersebut dapat ditunjukkan dari suatu larutan berwarna. Misalnya
larutan tembaga sulfat yang nampak berwarna biru. Sebenarnya larutan ini
mengabsorpsi radiasi warna kuning dari cahaya putih dan meneruskan radiasi
biru yang tampak oleh mata kita.

Proses absorpsi ini kemudian dapat dijelaskan bahwa suatu


molekul/atom yang mengabsorpsi radiasi akan memanfaatkan energi radiasi
tersebut untuk mengadakan eksitasi elektron. Eksitasi ini hanya akan terjadi
bila energi radiasi yang diperlukan sesuai dengan perbedaan tingkat energi
dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi dan sifatnya karakteristik.

Komponen-komponen yang mengabsorpsi dalam spektrofotometri


UV-Vis dapat berupa absorpsi oleh senyawa-senyawa organik maupun
anorganik. Senyawa-senyawa organik yang mengandung ikatan rangkap 2/
rangkap 3 akan menghasilkan puncak-puncak absorpsi yang penting terutama
dalam daerah UV. Gugus-gugus fungsional organik tidak jenuh yang
mengabsorpsi sinar tampak dan UV ini dinamakan kromofor/sering dikenal
dengan pembawa warna. Contoh kromofor, -NH2, -C=C-, C=O, -CHO, -NO2,
-N=N- dan lain-lain. Sedangkan absorpsi oleh senyawa-senyawa anorganik,
spektra dari hampir semua ion-ion kompleks dan molekul-molekul anorganik
menghasilkan puncak absorpsi agak melebar. Untuk ion-ion logam transisi,
pelebaran puncak disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan kimianya. Suatu
contoh larutan Cu (II) encer berwarna biru muda, tetapi warna akan berubah
menjadi biru tua dengan adanya amonia. Bila unsur-unsur logam membentuk
kompleks, maka faktor ligan sangat menentukan. Sebagian radiasi yang
terabsorpsi oleh suatu larutan analit yang mengabsorpsi ternyata terdapat
hubungan kuantitatif dengan konsentrasinya. Jumlah radiasi yang terabsorpsi
oleh sampel dinyatakan dalam hukum Lambert-Beer dan dijadikan dasar pada
analisis kuantitatif spektrofotometri.

V. Alat :
 Labu takar 100 mL
 Labu takar 1 L
 Gelas piala
 Pipet mohr
 Gelas ukur 50 mL
 Corong pemisah
 Botol semprot
 Naraca analitik
 Botol vial
 Spektrofotometer UV-Visible
VI. Bahan :
 Larutan sampel
 Asam sitrat (p.a)
 NH4OH 4N
 Kloroform
 Air suling
 Dimetilglioksima

VII. Cara Kerja:


 Ekstraksi sampel
Dipipet 10 mL larutan sampel ke dalam piala gelas yang berisi 90
mL air suling, dan ditambahkan 5 g asam sitrat (p.a) kemudian
ditambahkan amonia encer 4 N (di ruang asam) sampai pH larutan tersebut
7,5 menggunakan indikator universal dan didinginkan. Larutan
dipindahkan ke dalam corong pemisah dan ditambahkan 20 mL larutan
dimetilglioksim sampai larutan berwana merah muda, diamlan 1-2 menit,
kemudian ditambahkan 12 mL kloroform. Larutan dalam corong pemisah
dikocok selama 1 menit, setelah itu didiamkan sampai fase-fase saling
memisah. Setelah fase-fase tersebut stabil dan terpisah, dipisahkan lapisan
kloroform yang berwarna merah ke dalam botol vial. Diukur
absorbansinya pada spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang
465 nm
 Ekstraksi deret standar

Dibuat deret standar nikel dengan konsentrasi masing-masing 5


ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, dan blanko dalam labu takar 100
mL dari larutan baku 100 ppm. Masing-masing standar dipipet sebanyak
10 mL dimasukkan ke dalam piala gelas yang berisi 90 mL air suling dan
ditambahkan 5 g asam sitrat (p.a). Kemudian ditambahkan amonia encer 4
N (di ruang asam) sampai pH larutan tersebut 7,5 menggunakan indikator
universal dan didinginkan. Larutan dipindahkan ke dalam corong pemisah
dan ditambahkan 20 mL larutan dimetilglioksim sampai larutan berwana
merah muda, diamlan 1-2 menit, kemudian ditambahkan 12 mL
kloroform. Larutan dalam corong pemisah dikocok selama 1 menit,
setelah itu didiamkan sampai fase-fase saling memisah. Setelah fase-fase
tersebut stabil dan terpisah, dipisahkan lapisan kloroform yang berwarna
merah ke dalam botol vial. Diukur absorbansinya pada spektrofotometer
UV-Vis dengan panjang gelombang 465 nm.

 Pembuatan Dimetilglioksim (volume 250 mL)


0,25 g dimetilglioksim (p.a) ditimbang, kemudian dilarutkan dalam
125 mL amonia dan diencerkan dengan air suling sampai 250 mL.

VIII. Hasil Percobaan


 Identifikasi Bahan

No Nama Bahan Rumus Molekul Sifat Fisik

 berbentuk serbuk kristal berwarna


putih pada temperatur kamar

C6H8O7.H2O  asam organik lemah

 digunakan sebagai larutan


1 Asam Sitrat
penyangga

 Efek akut, menimbulkan iritasi kulit


dan mata.

 Efek kronik, tidak ada

 Serbuk kristal putih


 Sukar larut dalam asam,
 mengendap dalam larutan basa
2 Dimetilglioksim
lemah
 larutan tidak berwarna
 bau khas amonia dan bersifat basa
3 Amonia NH4OH lemah

 Berbentuk cairan pada suhu ruang


 Tidak berwarna
 Berbau khas,
 berbahaya bagi tubuh,
4 Kloroform CHCl3
 mengiritasi, karsinogenik
 mudah menguap

Cairan tidak berwarna dan tidak


5 Air suling H2O
berbau

 Tabel Data

Standar Ni (mg/L) Absorban

Blanko 0,000

5 0,009

10 0,053

15 0,088

20 0,112

25 0,138
Grafik Hubungan Konsentrasi
dan Absorbansi
0.15
y = 0.0059x - 0.0072
R² = 0.9819
0.1
absorbansi

0.05 absorbansi
Linear (absorbansi)
0
0 10 20 30
-0.05
konsentrasi

Berdasarkan kalkulator

a = -7,190 x 10-3

b = 5,909 x 10-3

r = 0,9909

Absorban FP Kadar Ni dalam


Volume sampel
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 sampel (ppm)
(mL) ( 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 )

0,142 - 25,25
10

IX. PERHITUNGAN
abs−intersep
Konsentrasi Ni =( )
slope

0,142−(−0,00719) 𝑚𝑔
=( )
0,005909 𝐿

𝑚𝑔
= 25,25 ⁄𝐿

X. PEMBAHASAN

Judul Percobaan kali ini adalah “Teknik Ekstraksi dengan Mekanisme


Pembentukan Kompleks pada Penetapan Nikel dalam Sampel”, dimana yang
dimaksud ekstraksi pelarut itu sendiri adalah suatu metode pemisahan
berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain
yang tidak saling bercampur. Tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk
memisahkan logam Ni dari campurannya dengan eksatraksi pelarut dan juga
menentukan kadar Ni dalam sampel dengan metode spektrofotometri.

Suatu senyawa kompleks adalah suatu senyawa yang terdiri dari atom
pusat dan sejumlah ligan yang terikat melalui ikatan koordinasi dengan erat
dengan atom pusat. Untuk mengetahui apakah telah terjadi pembentukan
kompleks, biasanya kedalam suatu senyawa ditambahkan reagen tertentu yang
menyebabkan timbulnya warna pada larutan yang dianalisis. Pada penentuan
nikel sebagai kompleks nikel - dimetilglioksim dilakukan dengan cara
ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah.

Ni merupakan ion logam yang tidak dapat larut dalam senyawa


nonpolar, oleh karena itu Ni harus diubah menjadi senyawa non polar dengan
cara membentuknya menjadi senyawa kelat. Agen pengkelat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah Dimetilglioksin. Ion logam Ni2+ dijadikan
senyawa kompleks terlebih dahulu dengan DMG menjadi senyawa kompleks
Ni(DMG)2 agar dapat terekstraksi ke fasa organik yang akhirnya dapat diukur
pada panjang gelombang 465 nm.

Pada cara pembuatanya sendiri sampel dipipet 10 mL dan ditambahkan


air suling 90mL untuk dilarutkan dan 5 gram asam sitrat karena nikel larut
dalam asam. Kemudian penambahan ammonia pada pH 7,5 adalah berfungsi
untuk membentuk nikel hidroksida. Pada corong pemisah larutan tersebut
ditambahkan dimetilglioksim penambahan dimetil glioksim adalah untuk
mengkomplekskan Ni tersebut agar memudahkan nikel terekstrak ke fasa
organik. Kemudian penambahan kloroform adalah berfungsi untuk
mengekstrak Ni dalam sampel, kemudian ketika Ni tersebut sudah saling
terpisah kita bias mengukur absorbansinya pada fase kloroform pada panjang
gelombang 465 nm. Dan Ekstraksi kembali dengan 12 mL kloroform dan ukur
absorban ekstrak pada 465 nm.
𝑚𝑔
Pada hasil praktikum di dapat kadar Ni dalam sampel sebesar 25,25 ⁄𝐿.
Pada perhitungan juga di perlukan slope pada standar, slope kalkulator pada standar
yang kita peroleh adalah 0,005909 dengan nilai intersep sebesar -0,00719 dan nilai r
sebesar 0,9909
Pada saat pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer kuvet yang
digunakan haruslah kuvet kuarsa tidak boleh menggunakan kuvet plastik karena
pelarut organik khloroform akan bereaksi dengan silikat pada kuvet plastik yang akan
melelehkan kuvet tersebut dan tentunya akan membuat pemeriksaan menjadi
terganggu dan menghasilkan absorbansi yang tidak sesuai dari seharusnya. Larutan
blanko digunakan untuk mengkalibrasi spektrofotometer yang diseting dengan
absorban nol atau nilai transmitan 100% dan meminimalkan kesalahan sistematik.

Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear:

 Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blanko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.

 Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.

 Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat


rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan
(melalui pengenceran atau pemekatan).

XI. KESIMPULAN
 Ekstraksi pelarut yaitu metode pemisahan yang baik. Ekstraksi yaitu
proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan
proses distribusi terhadap 2 pelarut yang tidak saling bercampur. Proses
ekstrasi Ni dapat dilakukan dengan menambahkan beberapa reagen yaitu
asam sitrat, amonia encer, dimetilglioksim, dan kloroform.
 Kadar Ni yang diperoleh dalam sampel sebesar 25,25 mg/L

XII. Daftar Pustaka:


 Basset,J.Denney,R.C Jefry,G.H Mendhan,J.Buku Ajar Vogel Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik.Jakarta:Buku kedokteran EGC.
 Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
Kelima. Jakarta : Erlangga
 Harvey David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-
Hill Comp.
 Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro, Edisi V, diterjemahkan oleh: Setiono & Pudjaatmaka, PT Kalman
Media Pustaka, Jakarta
 Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai