Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian Permanganometri
Permanganometri merupakan metode titrasi menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini
didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks.
Analisa permanganometri ini merupakan salah satu dari banyak metode
analisis kuantitatif lainnya, sehingga penggunaan analisa ini cukup erat
hubungannya dengan disiplin ilmu keteknikkimiaan (Taufik, 2007).

2.2

Kalium Permanganat (KMnO4)


Kalium permanganat merupakan zat baku sekunderkarena kalium
permanganat tidak stabil, mudah terurai oleh cahaya dan mudah terurai oleh zat
oraganik membentuk MnO2. Reaksi kalium permanganat dengan zat organik
terbilang sangat lambat sehingga ketika membuat larutan kalium peemanganat
harus dipanaskan dan disaring dengan glaswol atau kacamasir. Kalium
permanganat merupakan oksidator kuat karena memiliki harga potensial
reduksi yang besar yang berarti kalium permanganat sangat mudah direduksi
sehingga memiliki daya oksidasi (sifat oksidator) zat lain yang menjadi
lawannya dengan mekanisme reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e-Mn2++ 4H2O ( Eo= +1,52 )
Berdasarkan reaksi, kalium permanganat hanya bersifat oksidator dalam
suasana asam, namun pada suasana basa kalium permanganat ini tidak
memiliki daya oksidasi, melainkan malah mengendap menjadi Mn(OH)2yang
nantinya akan membentuk MnO2 yang mengendap juga. Oleh karena itu pada
saat titrasi penetuan konsentrasi kalium permanganat harus ditambahkan asam
sulfat. Kalium permanganat juga dapat berfungsi sebagai zat yang memiliki
kemampuan sebagai autoindikator, artinya bentuk teroksidasi dan tereduksi
dari kalium permanganat memiliki warna yang berbeda sehingga pada saat
proses titrasi yang melibatkan kalium permanganat tidak perlu ditambahkan
indikator redoks (Subhi, 2010).

2.3 Prinsip Titrasi Permanganometri


Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks
(reduksi-oksidasi). Reaksinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu
elektron diberikan oleh pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh
pengoksidasi (proses reduksi). Oksidasi adalah pelepasan elektron oleh suatu
zat, sedangkan reduksi adalah pengambilan elektron oleh suatu zat. Reaksi
oksidasi ditandai dengan bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan reduksi
sebaliknya (Hamdani, 2012).
Pada setiap titrasi selalu terbentuk kesetimbanganantara titran yang sudah
ditambahkan titrat. Ini merupakan dasar utama perhitungan titik-titik kurva
titrant. Dalam hal ini, ordinat ialah potensial larutan, sebab inilah yang
mencirikan keadaan larutan pada setiap saat titran

dan beruabah besama

dengan penambahan titran. Dalam membentuk kurva titrasi dengan titrasi


redoks, biasanya diplot grafik E sel (terdapat SCE) dengan volume dari titran.
Seperti diketahui sebagaian besar indikator redoks redoks memang sensitive
tetapi indikator ini sendiri merupakan oksidator atau reduktor, sehingga
perubahan potensial sistem indikator juga perlu dipertimbangkan selama titrasi.
Biasanya dua jenis indikator digunakanuntuk menentukan titik akhir.
Indikator tersebut adalah indikator eksternal maupun indikator internal.
Biasanya indikator eksternal digunakan dalam uji bercak. Contohnya:
K3Fe(CN)6 untuk Fe, UO2(NO3)2 untuk Zn. Indikator eksternal dapat
digantikan oleh indikator redoks internal. Indikator terdiri dari jenis ini harus
menghasilkan perubahan potensial oksidasi di sekitar titik ekivalen reaksi
redoks. Yang terbaik adalah indikator 1.10-fenantrolin, indikator ini
mempunyai potensi oksidasi pada harga antara potensial larutan yang titrasi dan
penitrannya sehingga memberikan titik akhir yang jelas (Taufik, 2007).

2.4

Reaksi reaksi Kimia dalam Permanganometri


Metode

permanganometri

didasarkan

pada

reaksi

oksidasi

ion

permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan
alkalis.
MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O

Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya


titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah
mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih
mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit,
sulfida, sulfida dan tiosulfat .
Reaksi dalam suasana netral yaitu :
MnO4 + 4H+ + 3e MnO4 + 2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan
Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e MnO42MnO42- + 2H2O + 2e MnO2 + 4OHMnO4- + 2H2O + 3e MnO2 +4OHReaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan
netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan
melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat
dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk
memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannya diatas penangas uap selama satu atau dua jam lalu menyaring
larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang
telah

dimurnikan

atau

melalui

krus

saring

dari

kaca

maser.

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan


pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.Kalau bukan karena
fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak
kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai
contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk
mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan :
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat.

Mangan

dioksidasi

mengkatalisis

dekomposisi

larutan

permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat.


Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agenagen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya
berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi
yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter
untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika
disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak
berubah selama beberapa bulan (Taufik, 2007).

2.5

Sumber sumber Kesalahan Titrasi Permanganometri


1. Larutan pentiter KMnO4pada buret
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada
buret yang terkena sinar matahari akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada
titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang
seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.

2. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4


Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi
antara MnO4- dengan Mn2+:
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
3. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambatpada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi
air :
H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2
(Dahlia,dkk 2009)

2.6

Aplikasi Permanganometri
2.6.1 Pengaruh Perlakuan Asam Dan Kalium Permanganat Terhadap
Karakter Zeolit Tasik
Zeolit berturut-turut dimasukkan alat jaw crusher besar, jawcrusher kecil
dan roll crusher untuk mendapat zeolit dengan ukuran 10 mesh. Zeolit alam 10
mesh digerus kemudian dimasukkan pengayak ukuran 60 dan 100 mesh
selanjutnya digetarkan dengan ro-tap. Zeolit alam yang lolos pengayak 60
mesh dan tidak lolos 100 mesh diambil sebagai sampel penelitian untuk
diaktivasi.
Adsorben pertama disiapkan dengan mencuci zeolit alam dengan
aquabidest. Adsorben kedua disiapkan dengan merendam 120 g zeolit alam
dalam 200 ml larutan KMnO4 0,5 mol/L dan 200 ml H2SO4 6 mol/L selama 6
jam pada temperatur 80 oC. Campuran didiamkan semalam pada temperatur
kamar dan dicuci dengan aquabidest sampai pH netral dan dikeringkan dalam
oven selama 12 jam. Adsorben ketiga disiapkan dengan mengulang prosedur
penyiapan adsorben kedua dilanjutkan dengan tahap berikut : perendaman ke
dalam 100 ml H2SO4 6 mol/L selama 5 jam pada temperatur 80 oC. Setelah
dicuci sampai pH netral selanjutnya dikeringkan pada temperatur 80 oC selama
12 jam. Perendaman berikutnya dengan 150 ml HCl 6 mol/L selama 3 jam pada
temperatur 80 oC. Dilakukan penyaringan, endapan dicuci dengan aquabidest
sampai pH netral dan dikeringkan pada temperatur 80 oC selama 12 jam.
Selanjutnya dilakukan karakterisasi pada ketiga zeolit (Pardoyo, 2005).

2.6.2 Flowchart Percobaan Pengaruh Perlakuan Asam Dan Kalium


Permanganat Terhadap Karakter Zeolit Tasik
Mulai

Zeolit dimasukkan kedalam alat jaw crusher besar, jawcrusher


kecil dan roll crusher untuk mendapat zeolit 10 mesh

Digerus kemudian dimasukkan pengayak ukuran 60 dan 100 mesh

Digetarkan dengan ro-tap

Adsorben pertama dicuci dengan aquabidest

Adsorben kedua 120 g direndam dalam 200ml


larutan KMnO4 0,5 mol/L dan 200ml H2SO4 6 mol/L
selama 6 jam pada temperatur 80oC
Didiamkan semalam pada temperatur kamar dan dicuci
dengan aquabidest sampai pH netral

Dikeringkan dalam oven selama 12 jam

Adsorben ketiga direndam ke dalam 100 ml H2SO4


6 mol/L selama 5 jam pada temperatur 80oC

Dicuci sampai pH netral

Dikeringkan pada temperatur 80oC selama 12 jam

Direndam dengan 150 ml HCl 6 mol/L selama 3


jam pada temperatur 80oC

Disaring

Endapan dicuci dengan aquabidest sampai pH netral


Dikeringkan pada temperatur 80oC selama 12 jam

Selesai

Gambar 2.1 Flowchart Percobaan Pengaruh Perlakuan Asam Dan Kalium


Permanganat Terhadap Karakter Zeolit Tasik
(Pardoyo, 2005)

Anda mungkin juga menyukai