Anda di halaman 1dari 11

43

BAB VI
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH

6.1 Stasiun Pengolahan Air (Water Treatment)


Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam proses pembuatan gula,
sebab air merupakan bahan pelarut yang mudah diperoleh dan harganya sangat
murah. Dalam pabrik pembuatan gula, air digunakan sebagai :
a. Air umpan ketel
b. Air pendingin
c. Air pencuci
d. Air untuk pembangkit vakum
e. Kebutuhan domestik
Tujuan pengolahan air adalah untuk :
1. Menghilangkan warna, gas-gas terlarut dan kegelapan warna air.
2. Menghilangkan rasa yang tak enak dan bau dari air.
3. Membunuh bakteri yang berbahaya.
4. Menghilangkan sifat racun dan korosi dari air terutama berkaitan dengan
perpipaan.
5. Membuat air aman diminum dan dapat dipakai untuk berbagai keperluan
industri.
(Tarigan, 2000)
Air yang dibutuhkan untuk PGKM diperoleh dari Sungai Binge yang berjarak
4 km dari lokasi pabrik. Di samping jarak sumber air yang cukup dekat, kapasitas
dan pengambilannya juga mudah. Pemakaian air di Pabrik Gula Kwala Madu
digolongkan menjadi 3, yaitu:
a. Air bersih yaitu yang berasal dari sungai yang telah diolah sehingga bebas
kotoran. Penggunaan air bersih adalah untuk air pendingin pada kondensat
dan burner belerang serta perumahan dan kantor.
b. Air sirkulasi yaitu air yang berasal dari kondensat, stasiun masakan, dan
unit evaporator yang dipakai untuk keperluan proses. Air sirkulasi
digunakan untuk keperluan imbibisi, air siraman, air pencuci filter proses,
air untuk mencampur susu kapur, dan sebagai pengisi ketel.
c. Air murni yaitu air bersih yang telah dimurnikan dan dilunakkan
(kesadahannya) dengan bahan kimia. Air murni digunakan untuk ketel.
44

Untuk memperoleh syarat air yang sesuai dengan standar air, maka Pabrik
Gula Kwala Madu melakukan beberapa pengolahan. Adapun pengolahan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pengendapan
Air yang berasal dari sungai dipompa melalui pipa ke bak pengendap I di
lokasi pabrik. Pemompaan ini dilakukan oleh stasiun pemompaan yang
berada di tepi sungai. Air yang dipompakan ke bak pengendap I ini sebagian
akan melimpah ke saluran air pendingin kondensor yang berutujuan sebagai
air injeksi pada barometric condenser dan vacuum pan.
Bak pengendap I ini berguna untuk mengendapkan pasir dan lumpur serta
sampah lainnya. Air dari bak pengendapan I ini sebagian dipompan ke
menara air dan sebagian lagi dipompakan ke bak pengadukan untuk diproses
selanjunya. Terdapat 3 buah tangki untuk menyimpan 3 jenis air berbeda pada
menara air. Air yan berasala dari bak pengendapan I masih merupakan air
kotor yang digunakan sebagai air hidran dan pencuci lantai. Sedangkan 2
tangki lainnnya untuk menyimpan air minum dan air proses.
Dari bak pengendapan I air masuk ke bak pencampur. Dalam tahap ini, air
diberi tawas, flokulan, dan kaporit. Kemudian air dialirkan ke floculant tank,
dimana air diaduk secara lambat untuk mempercepat pembentukan flok.
Selanjutnya air mengalami pengendapan di bak pengendapan II. Pada bak ini,
air dipisahkan dari flok yang terbentuk secara overflow. Air jernih ini
biasanya masih mengandung partikel – partikel halus dan penghilangannya
dilakukan dengan penyaringan.

b. Penyaringan
Proses penyaringan dilakukan melalui saringan yang terdiri dari 2 atau
lebih bejana berhubungan yang mempunyai penyaring berupa pasir silika,
dimana zat – zat padat tak larut akan melekat pada media penyaring. Air yang
bersih akan terdorong dan terkumpul pada bagian bawah bejana dan mengalir
keluar. Proses penyaringan dibantu dengan pompa sentrifugal dengan tekanan
35 psia dan debit air yang dipompakan 150 galon/menit. Untuk menjamin
filterisasi yang baik maka perbedaan tekanan sebelum masuk dan keluar
adalah 0,2 kg/cm2. Filter yang telah kotor dapat dibersihkan dengan cara
45

membalikkan aliran berupa air atau udara dengan bantuan kompresor. Untuk
memenuhi kebutuhan air, pengolahan air dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. External Treatment
Air sungai yang jernih masih mengadung ion – ion Ca 2+, HCO3-, Na+,
Cl-, Mg2+, SiO2. Air ini dikategorikan masih mempunyai kesadahan
tetap. Ion – ion ini dapat diendapkan dengan menambahkan larutan
tawas (Al2(SO4)3). Air yang bercampur zat kimia akan naik ke
permukaan akibat densitas yang lebih rendah. Pada bak sedimentasi
terdapat aliran air bersih yang diatur sedemikian rupa sehingga air
bersih akan mengalir secara overflow ke bak penampung selanjutnya.
2. Internal Treatment (Pelunakan Air)
Air untuk keperluan ketel harus bebas dari ion Ca 2+ dan Mg2+ karena
menyebabkan kesadahan air yang tinggi. Oleh karena itu digunakan resin
doulit (2Na(RSO3)). Sifat dari Na(RSO3) semakin lama akan semakin
lunak, sehingga mudah diikat / diambil tidak seperti kalsium magnesium.
Selanjutnya untuk air ketel tersebut diberikan bahan kimia, pelunak kerak,
penyatu lumpur, penangkap oksigen, dan pengatur pH.

6.2 Stasiun Tenaga (Power)


Tenaga adalah sumber gerak maupun panas yang disertai perubahan kimia
maupun fisika. Adapun sumber tenaga yang digunakan di Pabrik Gula Kwala
Madu adalah sebagai berikut :
6.2.1 Sumber Energi Listrik dengan Tenaga Uap
Sumber energi listrik tenaga uap ini digunakan pada saat pabrik berproduksi
yang melayani kebutuhan listrik di pabrik. Sedangkan pada saat tidak berproduksi
digunakan tenaga diesel untuk melayani motor-motor listrik. Mesin diesel juga
digunakan untuk penggerak mula boiler pada saat berproduksi.
Di dalam dapur boiler (furnace) bahan bakar dan air di dalam drum diubah
menjadi uap yang bertenaga tinggi dan uap ini kemudian dipanasi di super heater.
Uap kering (uap yang sudah dipanasi) dimanfaatkan untuk memutar sudut-sudut
turbin sehingga dalam hal ini energi panas diubah menjadi energi mekanis. Dalam
hal ini terjadi penambahan tekanan setelah uap menutup sudut-sudut turbin, uap
bekas ini dilewatkan ke kondensor. Di dalam kondensor uap ini didinginkan
dengan cara mengalirkan air yang dipompakan oleh cool water circulating pump
sehingga uap berubah menjadi uap bertekanan rendah. Kemudian dengan
46

menggunakan concentrate extraction pump dipompakan ke lower pressure feed


water sehingga tekanan dan temperatur uap akan semakin rendah. Dari sini uap
dipompakan ke high pressure feed water heater oleh boiler feed water pump. Dari
sini tekanan uap naik kembali dan siap untuk dipanaskan.
Bahan bakar yang digunakan merupakan hasil samping dari pengolahan gula
yaitu ampas tebu sedangkan air yang digunakan adalah air sungai yang terlebih
dahulu mengalami pengolahan dan air kondensat dari proses. Adapun standar
mutu air yang digunakan untuk boiler adalah sebagai berikut :
 Hardness : maks. 100 ppm CaCO3
 pH : 8,5 – 9,5
 Oksigen : maks. 0,1 ppm
 Minyak : maks. 1 ppm
 KMnO 4 : maks. 10 ppm
 Jernih bebas dari sludge.
 Tidak mengandung gula.
Boiler dapat mengubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi panas
dalam bentuk uap. Uap yang dihasilkan dapat digunakan untuk :
a. Mesin – mesin penggerak dan pembangkit listrik.
b. Pemanasan dalam proses.
c. Untuk memproduksi air panas dan sebagai instalasi pemanas.
Secara teknis distribusi penggunaan uapa digunakan sistem seri dengan by
pass. Pada sistem ini uap bekas yang keluar dari turbin dipakai kembali pada unit
proses. Kebaikan sistem ini adalah :
a. Mencegah terjadinya pemakaian uap yang terlalu banyak.
b. Suplai uap ke unit proses dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan,
dengan mengatur kapasitas ketel dan by pass sehingga efisiensi
pemakaian uap dapat dijaga.

6.2.2 Sumber Energi Listrik dengan Tenaga Diesel


Listrik merupakan bentuk tenaga yang mudah digunakan untuk berbagai
keperluan. Pemakaian tenaga listrik di PGKM adalah untuk :
1. Menggerakkan alat transportasi conveyor, pompa, dan sebagainya.
2. Penerangan untuk pabrik, kantor, dan perumahan karyawan.
3. Keperluan bengkel.
Di PGKM ada 2 unit PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) dengan
kapasitas masing-masing 400 kVA. Mesin diesel ini digunakan untuk melayani
47

beban seperti motor-motor listrik dan penerangan di pabrik pada saat tidak
berproduksi (overhaul). Pada PLTD ini paralel satu sama lain untuk melayani
beban, bila beban yang dilayani berkapasitas besar dan juga akan selalu berganti
bekerja saat beban tidak begitu besar.

6.3 Stasiun Limbah


Dari proses pengolahan gula menghasilkan gula pasir sebagai produk utama
dan beberapa sisa pengolahan, sedangkan yang tidak ekonomis lagi dinilai sebagai
limbah yang kadang-kadang dapat menjadi sumber pencemaran kalau tidak
ditangani secara serius, hasil samping dapat menjadi limbah yang mencemari
(Tarigan, 2000).
Penanggulangan limbah di Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) dilakukan
tindakan preventif (in house keeping) dengan mengurangi debit limbah seminimal
mungkin, menekan intensitas pencemaran (beban pencemaran) dan pengendalian
operasi pabrik agar kehilangan gula seminimal mungkin. Tindakan preventif
bertujuan untuk meminimumkan kadar cemaran dari limbah yang dikeluarkan
oleh setiap unit proses pengolahan pabrik gula.
Limbah padat yaitu dihasilkan berupa ampas yang berasal dari stasiun gilingan
dan blotong yang berasal dari stasiun pemurnian. Ampas digunakan sebagai
sumber bakan pembakaran pada stasiun Boiler dan blotong digunakan sebagai
pupuk untuk lahan di sekitar pabrik. Untuk limbah cair, biasanya berasal dari
stasiun gilingan, power house, boiler serta dari daerah proses. Sedangkan limbah
gas yang dihasilkan yaitu hasil buangan boiler dan bau alkohol yang disebabkan
oleh fermentasi tebu serta pada bagian pengolahan limbah dengan
mikroorganisme. Pengolahan limbah cair pada PGKM dapat dilihat pada Gambar
6.1. Pada dasarnya, proses pengolahan air limbah PGKM dapat dibagi menjadi
beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Kolam anaerob
2. Kolam fakultatif
3. Kolam aerasi
4. Kolam sedimentasi
5. Kolam lumpur aktif
48

Gambar 6.1 Instalasi Pengolahan Air Limbah


(IPAL PGKM, 2015)

6.3.1 Kolam Anaerob


Kolam anaeroba berfungsi untuk penghidupan bakteri. Pada kola mini scum
berfungsi untuk menutup bakteri dari sinar matahari agar bakteri tidak mati.
Karakteristik outlet dari kolam anaerob adalah sebagai berikut :
 pH : 4,3
 Temperatur : 30 – 32 °C
 Ketebalan scum : 1 cm
Air limbah dari proses produksi diendapkan dengan proses kimia yaitu
dengan menambahkan kapur (lime) pada kolam pengendapan. Penambahan kapur
ini berfungsi untuk menaikkan pH. Beberapa logam berat dapat dihilangkan
dengan kapur dan cukup efektif dalam pengendapan cadmium, cooper, nikel, Pb,
dan Cu. Pada kolam pengendapan terdapat saringan kasar yang bertujuan
mencegah agar bahan butiran kasar tidak masuk pada kolam stabilisasi. Air
limbah dari boiler diendapkan pada kolam konvensional tanpa tambahan bahan
kimia. Kolam ini terdiri dari 2 kolam yang disusun seri.
49

6.3.2 Kolam Fakultatif


Kolam fakultatif berfungsi untuk melemahkan bakteri dari bakteri anaerob.
Tujuan dilemahkannya bakteri adalah agar tidak menimbulkan bau busuk yang
ditimbulkan oleh bakteri. Pada kola mini, scum dihilangkan agar bakteri bisa kena
sinar matahari. Adapun karakteristik outlet dari kolam fakultatif adalah sebagai
berikut :

pH : 5,2

Temperatur : 28 – 30 °C

Volume = 1400 m3

Daya = 5,6 kW

Suplai = 0,8 – 2,3 kg/jam

Kedalaman = 8 – 9 m
Pada kolam stabilisasi terdapat 2 buah spray aerator. Dalam metode ini air
dipancarkan melalui nozzle ke atas dan selanjutnya dipecahkan menjadi butiran-
butiran kecil yang akan terkontak di udara dengan atmosfer. Instalasi ini teridiri
dari spray (baki) dan pipa yang sesuai dengan keluaran pada nozzle. Aerasi adalah
suatu proses yang menghubungkan antara air dan udara untuk logam terlarut
seperti besi dan mangan. Untuk menghilangkan dengan cepat gas hidrogen sulfida
dan bau yang ditimbulkan oleh dekomposisi zat organik atau mikroorganisme.
Dalam pengolahan air, aerasi mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Menambah oksigen ke dalam air sehingga air menjadi lebih segar. Hal ini
lebih bermanfaat bila sumber airnya adalah air sumur dalam yang biasanya
kurang oksigen.
2. Menghilangkan gas CO2, H2S, dan zat-zat yang volatil penyebab rasa dan
bau pada air.
3. Untuk menghilangkan/mengendapkan senyawa besi dan Mn secara
oksidasi.
4. Beberapa jenis bakteri berbahaya juga dapat dikurangi.

6.3.3 Kolam Aerasi


Kolam aerasi ini memberikan oksigen pada bakteri dimana pemberian
diberikan oleh 2 buah aerator dengan kapasitas 15 kW setiap aerator. Adapun
fungsi dari aerator adalah untuk pemberian O2 yang bertujuan untuk memberikan
oksigen kepada bakteri anaerob. Pemberian bahan pembantu diberikan kapur
tohor dan alum sulfat. Kapur tohor berfungsi untuk menaikkan pH dan mengikat
kotoran. Kapur tohor yang digunakan sebanyak 15 ppm/24 jam. Alum sulfat
50

berfungsi untuk penjernihan, dimana alum sulfat yang digunakan sebanyak 20


ppm/24 jam.
Berbagai cara memasukkan oksigen dalam air limbah. Semakin banyak kontak
oksigen dengan air semakin banyak limbah menyerap oksigen. Pada kolam
oksidasi ini menggunakan aerator mekanik sehingga air air terangkat ke atas
bersemburan. Tersemburnya air ke atas mengakibatkan terjadinya kontak air
dengan udara yang berfungsi untuk menambah kadar oksigen dalam limbah,
untuk membantu bakteri memakan zat-zat organik yang ada di permukaan air.
Memasukkan oksigen dilakukan juga melalui benda porous atau nozzle dengan
menggunakan kompresor sebagai sumber udara bertekanan. Pipa yang dibuat
lubang-lubang diletakkan di tengah kolam sehingga saat udara dikontakkan terjadi
gelembung-gelembung.
6.3.4 Kolam Sedimentasi
Kolam ini digunakan untuk pengendapan partikel kasar. Indikator pH dalam
kolam ini adalah 6,5 – 7,0. Pada Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM), kapasitas
kolam dan daya tampung yang dimiliki oleh setiap kolam adalah :
a. Kapasitas Kolam
 Air yang masuk : 40 m3/jam
 Air yang keluar : 20 m3/jam
b. Daya tampung tiap – tiap kolam
 Kolam I : Lebar : 60 m Panjang : 90 m Kedalaman : 4 m
 Kolam II : Lebar : 30 m Panjang : 90 m Kedalaman : 3,5 m
 Kolam III : Lebar : 30 m Panjang : 90 m Kedalaman : 3,5 m
 Kolam IV : Lebar : 30 m Panjang : 40 m Kedalaman : 2,5 m
 Kolam V : Lebar : 8 m Panjang : 25 m Kedalaman : 2,5 m

6.3.5 Kolam Lumpur Aktif


Pada kolam dimasukkan bakteri Inola-221 yang berfungsi memakan zat-zat
organik yang terdapat pada permukaan air. Dalam air limbah kadang-kadang tidak
hanya satu jenis mikroorganisme yang hidup tapi berbagai macam. Bakteri adalah
yang paling menonjol peranannya sebagai pengurai karena bakteri digunakan
untuk menguraikan atau merubah senyawa organik diperlukan suatu kondisi
lingkungan yang baik, pertumbuhan dan perkembangannya harus memenuhi
persyaratan hidup, penyebaran, temperatur, pH, air limbah, dan lainnya.
51

Treatment dengan pendekatan biologis ini mengurangi dan menghilangkan


material organik (BOD dan COD). Setelah treatment, air kotor bersama lumpur
dikirim ke bak aerasi kembali, sebagai lumpur dikirim ke bak thickener (Tellez,
dkk., 2002).
Pemisahan dan pemurnian air dari bak sedimentasi mengalir dari atas ke
Impounding Basin. Unit Sewage and Effluent Water Treatment dirancang untuk
sistem waste water treatment yang bertujuan memproses buangan seluruh
kegiatan dari unit proses dan area pertangkian dalam batas-batas effluent yang
ditetapkan air bersih. Kapasitas unit ini umumnya sebesar 600 m3/jam dimana
kecepatan effluent didesain untuk penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan
di area proses dan utilitas (Widya, 2010).
Selanjutnya, sludge basah tersebut diolah / mengalami perlakuan / diproses
lagi, sehingga diperoleh sludge yang lebih kering dan padat, biasanya meliputi
thickening (penebalan), stabilization (stabilisasi) atau digestion, dewatering
(pengurangan kadar air), dan disposal, agar dapat dimanfaatkan lebih lanjut.
Masalah limbah pabrik gula sangat mendapat perhatian dari pemerintah
sehingga diterbitkannya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2010
Lampiran XXII B berikut ini merupakan perbandingan kualitas limbah dari IPAL
PGKM dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah.
Tabel 6.1 Perbandingan Buangan Limbah PGKM dengan Standar Pemerintah
Buangan Limbah
No Parameter Control Limit*
PGKM**
1 BOD Maks 60 mg/ltr 29,5 mg/ltr
2 COD Maks 100 mg/ltr 52,70 mg/ltr
3 TSS Maks 50 mg/ltr 41 mg/ltr
4 Minyak dan Lemak Maks 5 mg/ltr 0,16 mg/ltr
Sulfida (sebagai
5 Maks 0,5 mg/ltr 0,03 mg/ltr
H2S)
6 pH 6-9 7,2
(IPAL PGKM, 2015)

6.4 Penanganan Limbah B3


Sumber limbah B3 di PGKM berasal dari oli bekas dari stasiun gilingan dan
stasiun listrik, aki bekas dari mesin dan peralatan transportasi, dikumpulkan di
gudang. Upaya penanganan pencemaran yang dilakukan berupa : Oli yang ikut di
limbah ditangkap oleh alat-alat penangkap oli, dikumpulkan dalam drum dan
52

dikirim ke gudang pelumas bekas. Sebagian oli tersebut dapat dipakai untuk
dipergunakan sebagai pelumas rantai-rantai penggerak. Baterai bekas
dikumpulkan di gudang sehingga tidak mencemari lingkungan.

6.5 Laboratorium
Di Pabrik Gula Kwala Madu terdapat 1 unit Laboratorium yang berfungsi
sebagai pengawasan kendali mutu dengan melakukan analisis yang dilakukan
selama proses produksi berlangsung yang meliputi analisis bahan baku, bahan
pembantu, hasil produksi, hasil kondensat, serta limbah.
Kualitas produksi yang optimum diperoleh dengan adanya pengawasan mutu
yang meliputi bahan baku, waktu dan jenis analisisnya. Adapun analisis yang
dilakukan adalah:
a. Analisis Bahan Baku
 Analisis kadar air ampas
 Analisis kadar sabut
 Analisis kadar nira
b. Analisis Nira pada Stasiun Gilingan
 Analisis % brix
 Analisis % pol
 Analisis % HK (Hasil Kemurnian)
c. Analisis Ampas (% Pol Ampas)
d. Analisis Nira Mentah
 Analisis % gula reduksi
 Analisis pH
 Analisis % sukrosa
e. Analisis Nira Encer
 Analisis kadar kapur
 Analisis kadar fosfat
f. Analisis Blotong (% pol blotong)
g. Analisis Kadar Kapur Aktif
h. Analisis Nira Kental
i. Analisis Gula
53

 Analisis warna ICUMSA


 Analisis kadar SO2 dalam gula
 Analisisi zat kering
 Analisis % pol gula SHS

Anda mungkin juga menyukai