Anda di halaman 1dari 12

BAB III

UTILITAS

3.1. Penyediaan Air

Dalam penyediaan air, kebutuhan air di PG Cinta Manis terbagi menjadi 3


keperluan yaitu air boiler, air proses dan air sanitasi. Sumber air yang digunakan
berasal dari sungai ogan yang jarak nya tidak terlalu jauh dari lokasi pabrik.
Dalam pengolahan air baku tersebut terdapat 4 bagian utama dalam pengolahan
yaitu water treatment unit, proses aerasi,sedimentasi, filtrasi, dan Water Softener.

a. Water Treatment
Water treatment atau pengolahan air adalah proses pengolahan air yang
meningkatkan kualitas air agar lebih bisa digunakan untuk penggunaan akhir
tertentu. Water treatment atau pengolahan air ini menghilangkan kontaminan
dan komponen yang tidak diinginkan, atau mengurangi konsentrasinya sehingga
air menjadi layak untuk penggunaan akhir yang diinginkan.

Water treatment ini dilakukan sistem re-use, recycle dan recovery. Ada
beberapa sistem pengadaan air untuk mencukupi kebutuhan PG Cinta Manis
dalam kegiatan industrinya yaitu Air Sungai dan Air Kondesat. Sumber air yang
digunakan berasal dari sungai Ogan. Air sungai ogan dipompakan ke tangki
netralasi pH terlebih dahulu dengan bahan kapur (CaCO 3) dan kaporit
(Ca(ClO)2) sebagai penjernih. Pada tahap netralisasi pH dilakukan pengadukan
untuk mencampurkan kaporit dan kapur.
b. Proses Aerasi
Proses aerasi dilakukan dengan cara mengontakkan air baku dengan udara
sehingga kandungan zat besi (Fe2+) dan mangan (Mn2+) yang ada dalam air baku
bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara yang menyebabkan zat tersebut
teroksidasi. Proses aerasi berfungsi untuk menghilangkan methana (CH4),
karbon dioksida (CO2), dan gas-gas lain.

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan gas-gas beracun seperti metan,


H2S, CO2, dll dengan mengontakkan udara dengan air baku agar kandungan
zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada
dalam udara.
c. Koagulasi

Pada proses koagulasi, koagulan dicampur dengan air baku selama beberapa
saat hingga merata. Setelah pencampuran ini, akan terjadi destabilisasi koloid
yang ada pada air baku. Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau
terdestabilisasi mengalami saling tarik menarik sehingga cenderung untuk
membentuk gumpalan yang lebih besar. Jenis koagulan yang digunakan tawas
(Al2(SO4)3).Faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu
jenis koagulan yang digunakan, dosis pembubuhan koagulan dan pengadukan
dari bahan kimia.

d. Flokulasi

Flok-flok kecil yang sudah terbentuk di koagulator diperbesar disini. Faktor-


faktor yang mempengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, tipe dari
suspended solids, pH, alkalinitas, bahan koagulan yang dipakai, dan lamanya
pengadukan.

e. Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi. Pengendapan


kandungan zat padat di dalam air dapat digolongkan manjadi pengendapan diskrit
(kelas 1), pengendapan flokulen (kelas 2), pengendapan zone, pengendapan
kompesi/tertekan.

Pada unit ini terjadi proses koagulasi dimana air diproses dengan
menambahkan zat kimia tawas dan terjadi proses flokulasi. Pada proses ini,
partikel-partikel kecil yang terkandung dalam air digumpalkan menjadi partikel-
partikel yang berukuran lebih besar (flok) sehingga dapat mengendap dengan
sendirinya (karena gravitasi) dan masuk ke tahap sedimentasi dimana partikel-
partikel flok tersebut mengendap secara alami di dasar penampungan karena
massa jenisnya lebih besar dari unsur air.

f. Proses Filltrasi

Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku melalu
media pasir. Proses yang terjadi selama penyaringan adalah pengayakan
(straining), flokulasi antara butir, sedimentasi antar butir dan proses biologis.
Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan
pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat.

Kemudian air yang telah lewat filtrasi masuk ke reservoir untuk selanjutnya
didistribusikan ke perumahan karyawan, serta untuk kebutuhan proses dan
perkantoran. Sumber air yang berasal dari unit filtrasi digunakan untuk air
umpan boiler. Proses ini biasanya dilakukan pada saat awal giling dimana belum
ada air kondesat dan digunakan apabila terjadi kekurangan air kondesat. Karena
air umpan boiler yang baik adalah air yang berasal dari proses evaporator dan
kristalisasi.

Filtrasi bertujuan untuk menyaring beberapa kotoran yang berukuran kecil


yang masih tersisa agar benar-benar bersih dengan menggunakan media pasir
dan masuk ke reservoir untuk selanjutnya didistribusikan ke perumahan
karyawan, serta untuk kebutuhan proses dan perkantoran, air yang telah melalui
tahap filtrasi selanjutnya dipompakan ke Softener.

g. Water Softener
Softener merupakan sistem resin kation yang digunakan untuk
menghilangkan kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air. Penghilangan
kandungan ion-ion tersebut berfungsi untuk menurunkan kemampuan air dalam
proses pembentukan kerak. Didalam softener terdapat tumpukan resin dengan
kedalaman sekitar 30-36 inchi. Pada saat air melewati tumpukan resin tersebut,
Ion Na2+ akan dipertukarkan dengan Ion Ca2+ dan Mg2+ yang terdapat dalam air.
Ion Na2+ mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air sehingga tidak membentuk
kerak. Apabila ion sodium yang terdapat pada permukaan resin sudah habis,
maka resin tidak mempunyai kemampuan lagi untuk mempertukarkan ion Ca 2+
dan Mg2+ dengan ion Na2+.

Pada kondisi ini resin disebut sudah jenuh. Untuk menaktifkannya lagi,
maka softener perlu diregenerasi yaitu proses untuk mengembalikan kemampuan
resin softener untuk menghilangkan hardness. Pada proses regenerasi digunakan
larutan NaCl larutan garam dilewatkan melalui tumpukan resin. Ion Sodium
(Na+) yang terdapat dalam larutan garam akan akan menggantikan ion hardness
(ion Ca2+ dan Mg2+) yang terdapat pada permukaan resin. Kemudian air akan di
pompakan oleh ke demin tank yang merupakan tempat penampungan akhir air
demineralisasi yang siap dikirim ke boiler.
Proses pengolahan air (water treatment) secara lengkap sesuai dengan penjabaran proses yang telah diterangkan diatas pada PT
Buma Cima Nusantara dapat dilihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Flowsheet Water Treatment


(Sumber: Tata Usaha Unit Cinta Manis, 2022)
3.2 Kebutuhan Listrik

Power house merupakan salah satu elemen penting guna menyediakan


energi pada suatu industri terutama pabrik gula yang berfungsi sebagai
pembangkit listrik (generator). PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis
memiliki 2 jenis generator yang berguna untuk menyediakan energi untuk
kegiatan produksi yaitu :
1. Diesel Generator
Diesel generator pada PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis
digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik pada saat pabrik tidak melakukan
proses produksi ataupun pada awal produksi dimana belum terdapat bahan baku
tebu sehingga menggunakan bahan bakar berupa bahan bakar solar. Pada Distrik
Cinta Manis terdapat 4 unit diesel generator yang dapat menghasilkan tenaga
listrik masing-masing sebesar 300 KVA sebanyak 3 unit dan sebesar 1000 KVA
sebanyak 1 unit.
2. Turbin Generator
Turbin generator pada pabrik gula di PT Buma Cima Nusantara Unit
Cinta Manis digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik digerakkan dengan
tenaga uap. Bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap yaitu ampas tebu yang
tersedia pada saat proses produksi. Turbin generator di Distrik Cinta Manis
digerakkan dengan tenaga uap yang memiliki tekanan 18 kg/cm2. Terdapat 2 unit
turbin generator yang dapat menghasilkan tenaga listrik masing-masing sebesar
3600 KVA.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh diesel generator dan turbin
generator ditampung dalam 2 unit High Tension Distributor A dan B. Tenaga
listrik yang telah tertampung kemudian disuplai ke seluruh area pabrik untuk
kelangsungan proses produksi serta keperluan utility sebesar 3250 KVA dan
untuk kebutuhan tenaga listrik perumahan Distrik Cinta Manis sebesar 550
KVA. Apabila PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis sedang tidak
melaksanakan proses penggilingan maka kebutuhan listrik untuk kantor dan juga
perumahan berasal dari PLN.
Berikut merupakan skema distribusi pemakaian konsumsi energi listrik dalam
rangka kebutuhan primer baik untuk pengolahan pada proses maupun untuk
kepentingan perumahan yang ada di area PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis
yang dapat dilihat pada gambar 3.2
DIESEL GENERATOR

1000 300300
300KVA KVA KVA
KVA HIGH TENSION DISTRIBUTOR

A Perumahan
550 KVA
B

4500 KVA 4500


Pabrik
KVA
3250 KVA

TURBIN GENERATOR
Gambar 3.2 Skema Pemakaian Tenaga Listrik
(sumber: Tata Usaha PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis, 2022)

3.3 Bahan Bakar (Ampas Tebu)


Pada PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis tebu yang telah melalui
proses penggilingan menghasilkan air nira encer dan ampas tebu. Ampas tebu
akan masuk ke dapur pembakaran melalui elevator dan air nira encer akan
masuk ke proses pemurnian. Tebu yang digiling akan menghasilkan 30% ampas
tebu dan sisanya 70% air nira encer.
Tebu yang masuk sekitar 4000-5500 ton tebu per hari sehingga ampas yang
dihasilkan kurang lebih 1425 ton ampas tebu. Pada elevator yang berjalan
terdapat bypass semacam lobang masuk ke dapur pembakaran akan menyuplai
kebutuhan bahan bakar dapur pembakaran. Apabila suplai pembakaran berlebih
elevator akan masuk menuju gudang ampas tebu.

3.4 Penyediaan Steam


Penyediaan steam di PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis berasal dari
boiler yang merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menghasilkan uap
(steam) dalam berbagai keperluan. Air umpan boiler dipanaskan oleh panas yang
dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar sehingga terjadinya perpindahan
panas dari sumber panas tersebut ke air yang mengakibatkan air tersebut menjadi
panas atau berubah wujud menjadi uap. Uap yang dihasilkan dari boiler
digunakan untuk membantu proses pengolahan dan juga untuk mengerakkan
turbin tenaga uap guna menghasilkan listrik.
PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis terdapat 4 unit boiler yang
digunakan untuk membantu kegiatan produksi dengan menggunakan bahan bakar
berupa ampas tebu sisa penggilingan tebu pada unit preparasi. Sedangkan sumber
air umpan boiler yang digunakan untuk pengisian ketel berupa air kondensat.
Akan tetapi jika kebutuhan air kondensat tidak mencukupi maka digunakan air
dari water treatment plant. Steam yang dihasilkan dari proses pembakaran
kemudian ditampung terlebih dahulu di High Pressure Steam Header (HPSH)
sebelum distribusikan ke 3 bagian yaitu power house, unit preparasi dan proses
produksi. Berikut skema proses produksi steam dapat dilihat pada gambar 3.3

POWER HOUSE PROSES PRODUKSI UNIT PREPARASI

High Pressure Steam


Header Air Umpan Boiler

BOILER

Bahan Bakar
FURNACE

Udara Masuk

Gambar 3.3 Skema Proses Produksi Steam


(sumber: Tata Usaha PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis, 2022)

Steam yang didistribusikan pada bagian power house digunakan untuk


menggerakkan turbin uap generator I dan II, sedangkan pada bagian unit
preparasi digunakan untuk penggilingan tebu pada penggerak cane cutter 1, cane
cutter 2, dan Heavy Duty Hammer Shreadder (HDHS). Dan yang terakhir
digunakan pada bagian proses produksi yaitu pada proses evaporasi. Total
kebutuhan steam di PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis sebesar
96,05ton/jam.
Boiler adalah suatu bejana tertutup yang secara efisien mampu mengubah
air menjadi steam. Terdapat beberapa komponen pada boiler beserta fungsinya
dalam mengubah air menjadi steam, yaitu:

1. Ruang Bakar
Ruang bakar merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar yang
akan menjadi sumber panas, proses penerimaan panas oleh media air dilakukan
melalui pipa yang telah dialiri air, pipa tersebut menempel pada dinding tungku
pembakaran. Temperatur didalam ruang bakar berkisar 750 oC tergantung dari
zat kering dari bahan bakar. Untuk mendapatkan suhu ruang bakar yang tinggi
perlu pengaturan keseimbangan antara hembusan udara bakar oleh Forced Draf
Fan (FDF) dan tarikan sisa gas asap oleh Induced Draf Fan (IDF). Untuk
pembuangan abu masing – masing boiler menggunakan dumping grate yang
langsung membersihkan sisa pembakaran agar tidak menganggu proses
pembakaran.
2. Deaerator
Deaerator berfungsi sebagai alat pemanas awal air pengisian ketel sebelum
dimasukkan kedalam boiler. Air yang masuk ke dalam deaerator memiliki suhu
80 – 90 oC dan akan dipanaskan di dalam deaerator sampai suhu 105 oC.
Deaerator juga berfungsi untuk menghilangkan kandungan oksigen dan gas –
gas terlarut dalam air.
3. Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai alat pemisah antara air dan saturated steam.
Pemisahan antara air dan saturated steam dikarenakan perbedaan fase, dimana
bagian atas terdapat saturated steam dan bagian bawah terdapat air. Air akan
dialirkan melalui down comer menuju dinding furnace untuk dipanaskan
kembali hingga menjadi saturated steam. Saturated steam akan dialirkan ke
superheater untuk dipanaskan lebih lanjut.
4. Economizer
Economizer adalah alat pemindah panas berbentuk tubular yang digunakan
untuk memanaskan air umpan boiler sebelum masuk ke drum level. Economizer
berfungsi untuk memanaskan air setelah melewati High Pressure Heater.
Pemanasan dilakukan dengan memanfaatkan panas dari flue gas yang
merupakan sisa dari pembakaran dalam furnace. Temperatur air yang keluar dari
economizer harus dibawah temperatur jenuhnya untuk mencegah terjadinya
boiling dalam economizer. Karena perpindahan panas yang terjadi dalam
economizer merupakan konveksi maka menaikkan luas permukaan akan
mempermudah perpindahan panas ke air.
5. Superheater
Superheater adalah rangkaian pipa–pipa yang digunakan untuk
memanaskan saturated steam hingga menjadi superheated steam. Satu unit
boiler Pada PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis memiliki 54 buah
superheater. Saturated steam dipanaskan lebih lanjut menggunakan superheater
tersebut yang memiliki suhu 325 oC dengan suhu dapur pembakaran sebesar 600
- 800 oC. Superheated Steam yang dihasilkan dari dapur pembakaran digunakan
untuk pembangkit listrik yang ada di PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta
Manis dan proses penggilingan tebu. Steam sisa dari kedua proses akan
digunakan lagi untuk proses penguapan di evaporator dan proses masakan.
6. Air heater
Air heater berfungsi sebagai alat untuk memanaskan udara yang digunakan
untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna. Udara
yang akan dihembuskan, sebelum melewati air heater memiliki suhu yang sama
dengan suhu udara normal (suhu luar) yaitu 38 °C. Namun, setelah melalui air
heater, temperatur udara tersebut akan meningkat menjadi 230 °C sehingga
sudah dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung
didalamnya karena uap air dapat menganggu proses pembakaran.

7. Dust Collector (Penangkap Debu)


Dust collector berfungsi sebagai alat untuk menangkap debu sebelum gas
asap keluar dari cerobong agar tidak terjadi nya polusi udara pada lingkungan,
dimana debu yang kasar atau berat akan dipaksa melakukan pusaran sehingga
butiran – butiran abu akan terhempas kedinding dan tergelincir ke bawah dan
jatuh ke ash conveyor sambil di semprot (spray) dengan air dan butiran – butiran
abu halus akan jatuh ke talang bersama air lalu ke penampungan abu.

8. Forced Draf Fan (FDF)


Forced Draf Fan (FDF) berfungsi sebagai alat untuk menarik udara luar
guna dihembuskan ke dalam ruang bakar melalui sisi – sisi yang digunakan
untuk menghembuskan bahan bakar ampas agar menyebar merata ke dalam
ruang bakar sehingga pembakaran lebih sempurna. Besar kecilnya udara yang
dimasukkan diatur dengan bukaan damper.

9. Induced Draf Fan (IDF)


Induced Draf Fan (IDF) berfungsi sebagai alat untuk menarik gas asap hasil
pembakaran dari ruang bakar agar bergerak melalui celah pipa – pipa air
sehingga terjadi tarikan didalam ruang bakar. Untuk menjaga tarikan agar
didapatkan sesuai yang diharapkan maka ada pengaturan bukaan damper atau
pengaturan putaran dari penggeraknya.

10. Baggase Feeder


Baggase Feeder digunakan sebagai alat pengumpan ampas agar masuknya
ampas ke dalam ruang bakar secara kontinue dan merata. Pemasukan ampas
menggunakan rotary valve dengan mengatur bukaan pintu/damper ampas.

3.5 Pengolahan Limbah


Pembangunan perkebunan tebu dan pabrik gula secara otomatis akan
menimbulkan dampak bagi lingkungan disekitarnya baik itu dampak positif
maupun negatif. Untuk meminimlakan dampak negatif yang dapat menurunkan
kualitas lingkungan, maka perlu adanya upaya-upaya pengolahan lingkungan.
Disamping terus mengembangkan dampak positif yang memang diharapkan dari
rencana kegiatan pembangunan perkebunan tebu dan pabrik gula tersebut.
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Dalam melaksanakan kegiatan produksi gula di PT Buma Cima Nusantara Unit
Cinta Manis selalu memberikan motto “PABRIK RAMAH LINGKUNGAN”.
Berdasarkan penilaian tim proper Jakarta, sejak tahun 2004 Pabrik Gula Cinta
Manis dinyatakan berpredikat “BIRU”.
PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis menghasilkan 4 jenis limbah
sebagai berikut:

1. Limbah Padat
PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis sebagai pabrik penghasil
gula kristal putih tentu memiliki limbah padat sebagai hasil samping dalam
proses produksinya. Limbah padat yang dihasilkan tidak dibiarkan begitu saja
sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar. Namun limbah padat yang
dihasilkan berupa abu boiler dan blotong dilakukan penumpukan sebagai tahap
pengolahan menjadi bahan-bahan pembuatan pupuk kompos yang nantinya akan
digunakan untuk pupuk tebu pada musim tanam tiba. Selain itu terdapat limbah
padat lain dihasilkan yaitu sebagai berikut:

a. Blotong
Blotong merupakan limbah padat yang dihasilkan dari proses
pemisahan nira tapis dengan filtratnya pada stasiun pemurnian. Selanjutnya
blotong ini diolah menjadi pupuk kompos untuk penanaman di lahan.

b. Ampas Tebu
Ampas tebu atau bagasse merupakan hasil samping dari proses
penggilingan tebu pada stasiun mill. Selanjutnya ampas ini digunakan sebagai
bahan bakar utama pada boiler.

c. Abu
Abu merupakan limbah padat yang dihasilkan dari sisa pembakaran
pada stasiun boiler. Abu ini juga diolah menjadi pupuk kompos seperti halnya
blotong.

2. Limbah Cair
Pada limbah cair ini terdapat 2 klasifikasi yaitu limbah cair yang
termasuk polutan dan non polutan. Polutan adalah limbah yang harus diolah
dahulu sebelum akhirnya dibuang ke lingkungan yaitu air tumpahan nira kental.
Sedangkan non polutan adalah limbah yang dapat langsung dibuang ke
lingkungan tanpa harus ada perlakuan khusus sebelumnya yaitu air kondensat
dari kondenser dan vaccum pan. Untuk limbah non polutan digunakan proses
sirkulasi. Jadi air kondensat tersebut dipompakan ke kolam penampungan agar
terjadi penurunan suhu yang slanjutnya kembali digunakan untuk air injeksi.
Pada pengolahan limbah polutan digunakan sistem lagoon (kolam).
Ada 12 kolam yang terdapat pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL). Kolam ini terdiri dari titik inlet, oil trap I, kolam penyangga, oil trap II,
kolam pengendap, kolam anaerob, kolam fakultatif, kolam aerob, kolam uji, dan
titik outlet. Diharapkan air limbah yang telah melalui proses IPAL memiliki pH
yang netral agar dapat dilepas atau dialirkan ke lingkungan.

3. Limbah Gas
PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis memiliki beberapa sumber
gas yang dapat mecemari lingkungan jika tidak dilakukan penanganan dan uji
keamanan gas yang dihasilkannya. Sumber limbah gas ini terdiri dari 2 cerobong
boiler, 2 cerobong sulfur tank, dan 4 cerobong generator setting (Genset)
dengan penyempurnaan gas scrubber. Penanganan limbah gas pada cerobong
boiler dilakukan dengan penggunaan alat dust collector yang terpasang didalam
tabung pemisah abu, pasir, dan gas sisa pembakaran yang berbentuk seperti
cyclone. Dust collector berfungsi untuk menangkap debu pembakaran yang
terdiri dari abu dan pasir yang dihisap oleh Induce Draf Fan (IDF) sehingga
jatuh pada rantai dan tidak terbawa oleh gas pembakaran yang di lepas atau
dihembus ke udara oleh Force Draf Fan (FDF).
Selain itu didalam tabung pemisah ini dilengkapi dengan alat pengihasap
debu pembakaran. Partikel debu seperti abu dan pasir yang memiliki berat lebih
besar dibandingkan gas pembakaran akan jatuh pada dust collector sehingga gas
pembakaran yang dilepas tidak mencemari lingkungan dan mengurangi
penurunan kualitas udara serta partikulat.
Debu pembakaran yang berupa abu dan pasir yang jatuh pada rantai
kemudian diberi air siraman yang berfungsi untuk menggumpalkan abu dan
pasir sehingga dapat dibawa menuju belt conveyor yang akan ditampung oleh
truk penampung. Selain itu juga dilakukan uji keamanan gas buang atau yang
dihasilkan secara berkala yaitu 2 kali uji dalam 1 tahun. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan alat pengukur khusus cemaran gas atau udara.
Pada setiap cerobong pembuangan gas pada boiler, sulfur tank, dan
generator setting terdapat lubang untuk memasukkan alat tersebut guna
mengambil sampel gas buang yang dihasilkan. Sehingga dapat terukur cemaran
gas yang dihasilkan. Hasil analisa udara emisi, ambient dibuat oleh instansi yang
berwenang. Laporan hasil analisa tersebut dilaporkan setiap 3 bulan sekali atau 6
bulan sekali dalam bentuk laporan RKL-RPL ke : Asdep Pengendalian
Pencemaran Agroindustri Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Lingkungan
Hidup Provinsi, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten, Kantor Distrik dan
Bagian Pengolahan. Berikut metode dan hasil analisa sesuai dengan Peraturan
Gubernur Sumatera Selatan Nomor 6 tahun 2012, Kep. 50/MEN-LH/1996, SNI
19-7117-11 2005.
4. Limbah B3
Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun. Pada PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis tidak terdapat
pengolahan limbah B3 tetapi hanya penyimpanan saja dengan waktu tinggal 
180 hari. Selanjutnya limbah ini akan diangkut dan dibawa ke Badan
Lingkungan Hidup untuk selanjutnya diolah. Limbah B3 yang terdapat di PT
Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis ini antara lain kertas saring yang
terkontaminasi Pb asetat, oli bekas dari turbin atau generator dan aki bekas dari
alat berat dan alat angkut.

Anda mungkin juga menyukai