UTILITAS
a. Water Treatment
Water treatment atau pengolahan air adalah proses pengolahan air yang
meningkatkan kualitas air agar lebih bisa digunakan untuk penggunaan akhir
tertentu. Water treatment atau pengolahan air ini menghilangkan kontaminan
dan komponen yang tidak diinginkan, atau mengurangi konsentrasinya sehingga
air menjadi layak untuk penggunaan akhir yang diinginkan.
Water treatment ini dilakukan sistem re-use, recycle dan recovery. Ada
beberapa sistem pengadaan air untuk mencukupi kebutuhan PG Cinta Manis
dalam kegiatan industrinya yaitu Air Sungai dan Air Kondesat. Sumber air yang
digunakan berasal dari sungai Ogan. Air sungai ogan dipompakan ke tangki
netralasi pH terlebih dahulu dengan bahan kapur (CaCO 3) dan kaporit
(Ca(ClO)2) sebagai penjernih. Pada tahap netralisasi pH dilakukan pengadukan
untuk mencampurkan kaporit dan kapur.
b. Proses Aerasi
Proses aerasi dilakukan dengan cara mengontakkan air baku dengan udara
sehingga kandungan zat besi (Fe2+) dan mangan (Mn2+) yang ada dalam air baku
bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara yang menyebabkan zat tersebut
teroksidasi. Proses aerasi berfungsi untuk menghilangkan methana (CH4),
karbon dioksida (CO2), dan gas-gas lain.
Pada proses koagulasi, koagulan dicampur dengan air baku selama beberapa
saat hingga merata. Setelah pencampuran ini, akan terjadi destabilisasi koloid
yang ada pada air baku. Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau
terdestabilisasi mengalami saling tarik menarik sehingga cenderung untuk
membentuk gumpalan yang lebih besar. Jenis koagulan yang digunakan tawas
(Al2(SO4)3).Faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu
jenis koagulan yang digunakan, dosis pembubuhan koagulan dan pengadukan
dari bahan kimia.
d. Flokulasi
e. Sedimentasi
Pada unit ini terjadi proses koagulasi dimana air diproses dengan
menambahkan zat kimia tawas dan terjadi proses flokulasi. Pada proses ini,
partikel-partikel kecil yang terkandung dalam air digumpalkan menjadi partikel-
partikel yang berukuran lebih besar (flok) sehingga dapat mengendap dengan
sendirinya (karena gravitasi) dan masuk ke tahap sedimentasi dimana partikel-
partikel flok tersebut mengendap secara alami di dasar penampungan karena
massa jenisnya lebih besar dari unsur air.
f. Proses Filltrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku melalu
media pasir. Proses yang terjadi selama penyaringan adalah pengayakan
(straining), flokulasi antara butir, sedimentasi antar butir dan proses biologis.
Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan
pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat.
Kemudian air yang telah lewat filtrasi masuk ke reservoir untuk selanjutnya
didistribusikan ke perumahan karyawan, serta untuk kebutuhan proses dan
perkantoran. Sumber air yang berasal dari unit filtrasi digunakan untuk air
umpan boiler. Proses ini biasanya dilakukan pada saat awal giling dimana belum
ada air kondesat dan digunakan apabila terjadi kekurangan air kondesat. Karena
air umpan boiler yang baik adalah air yang berasal dari proses evaporator dan
kristalisasi.
g. Water Softener
Softener merupakan sistem resin kation yang digunakan untuk
menghilangkan kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air. Penghilangan
kandungan ion-ion tersebut berfungsi untuk menurunkan kemampuan air dalam
proses pembentukan kerak. Didalam softener terdapat tumpukan resin dengan
kedalaman sekitar 30-36 inchi. Pada saat air melewati tumpukan resin tersebut,
Ion Na2+ akan dipertukarkan dengan Ion Ca2+ dan Mg2+ yang terdapat dalam air.
Ion Na2+ mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air sehingga tidak membentuk
kerak. Apabila ion sodium yang terdapat pada permukaan resin sudah habis,
maka resin tidak mempunyai kemampuan lagi untuk mempertukarkan ion Ca 2+
dan Mg2+ dengan ion Na2+.
Pada kondisi ini resin disebut sudah jenuh. Untuk menaktifkannya lagi,
maka softener perlu diregenerasi yaitu proses untuk mengembalikan kemampuan
resin softener untuk menghilangkan hardness. Pada proses regenerasi digunakan
larutan NaCl larutan garam dilewatkan melalui tumpukan resin. Ion Sodium
(Na+) yang terdapat dalam larutan garam akan akan menggantikan ion hardness
(ion Ca2+ dan Mg2+) yang terdapat pada permukaan resin. Kemudian air akan di
pompakan oleh ke demin tank yang merupakan tempat penampungan akhir air
demineralisasi yang siap dikirim ke boiler.
Proses pengolahan air (water treatment) secara lengkap sesuai dengan penjabaran proses yang telah diterangkan diatas pada PT
Buma Cima Nusantara dapat dilihat pada gambar 3.1
1000 300300
300KVA KVA KVA
KVA HIGH TENSION DISTRIBUTOR
A Perumahan
550 KVA
B
TURBIN GENERATOR
Gambar 3.2 Skema Pemakaian Tenaga Listrik
(sumber: Tata Usaha PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis, 2022)
BOILER
Bahan Bakar
FURNACE
Udara Masuk
1. Ruang Bakar
Ruang bakar merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar yang
akan menjadi sumber panas, proses penerimaan panas oleh media air dilakukan
melalui pipa yang telah dialiri air, pipa tersebut menempel pada dinding tungku
pembakaran. Temperatur didalam ruang bakar berkisar 750 oC tergantung dari
zat kering dari bahan bakar. Untuk mendapatkan suhu ruang bakar yang tinggi
perlu pengaturan keseimbangan antara hembusan udara bakar oleh Forced Draf
Fan (FDF) dan tarikan sisa gas asap oleh Induced Draf Fan (IDF). Untuk
pembuangan abu masing – masing boiler menggunakan dumping grate yang
langsung membersihkan sisa pembakaran agar tidak menganggu proses
pembakaran.
2. Deaerator
Deaerator berfungsi sebagai alat pemanas awal air pengisian ketel sebelum
dimasukkan kedalam boiler. Air yang masuk ke dalam deaerator memiliki suhu
80 – 90 oC dan akan dipanaskan di dalam deaerator sampai suhu 105 oC.
Deaerator juga berfungsi untuk menghilangkan kandungan oksigen dan gas –
gas terlarut dalam air.
3. Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai alat pemisah antara air dan saturated steam.
Pemisahan antara air dan saturated steam dikarenakan perbedaan fase, dimana
bagian atas terdapat saturated steam dan bagian bawah terdapat air. Air akan
dialirkan melalui down comer menuju dinding furnace untuk dipanaskan
kembali hingga menjadi saturated steam. Saturated steam akan dialirkan ke
superheater untuk dipanaskan lebih lanjut.
4. Economizer
Economizer adalah alat pemindah panas berbentuk tubular yang digunakan
untuk memanaskan air umpan boiler sebelum masuk ke drum level. Economizer
berfungsi untuk memanaskan air setelah melewati High Pressure Heater.
Pemanasan dilakukan dengan memanfaatkan panas dari flue gas yang
merupakan sisa dari pembakaran dalam furnace. Temperatur air yang keluar dari
economizer harus dibawah temperatur jenuhnya untuk mencegah terjadinya
boiling dalam economizer. Karena perpindahan panas yang terjadi dalam
economizer merupakan konveksi maka menaikkan luas permukaan akan
mempermudah perpindahan panas ke air.
5. Superheater
Superheater adalah rangkaian pipa–pipa yang digunakan untuk
memanaskan saturated steam hingga menjadi superheated steam. Satu unit
boiler Pada PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis memiliki 54 buah
superheater. Saturated steam dipanaskan lebih lanjut menggunakan superheater
tersebut yang memiliki suhu 325 oC dengan suhu dapur pembakaran sebesar 600
- 800 oC. Superheated Steam yang dihasilkan dari dapur pembakaran digunakan
untuk pembangkit listrik yang ada di PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta
Manis dan proses penggilingan tebu. Steam sisa dari kedua proses akan
digunakan lagi untuk proses penguapan di evaporator dan proses masakan.
6. Air heater
Air heater berfungsi sebagai alat untuk memanaskan udara yang digunakan
untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna. Udara
yang akan dihembuskan, sebelum melewati air heater memiliki suhu yang sama
dengan suhu udara normal (suhu luar) yaitu 38 °C. Namun, setelah melalui air
heater, temperatur udara tersebut akan meningkat menjadi 230 °C sehingga
sudah dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung
didalamnya karena uap air dapat menganggu proses pembakaran.
1. Limbah Padat
PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis sebagai pabrik penghasil
gula kristal putih tentu memiliki limbah padat sebagai hasil samping dalam
proses produksinya. Limbah padat yang dihasilkan tidak dibiarkan begitu saja
sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar. Namun limbah padat yang
dihasilkan berupa abu boiler dan blotong dilakukan penumpukan sebagai tahap
pengolahan menjadi bahan-bahan pembuatan pupuk kompos yang nantinya akan
digunakan untuk pupuk tebu pada musim tanam tiba. Selain itu terdapat limbah
padat lain dihasilkan yaitu sebagai berikut:
a. Blotong
Blotong merupakan limbah padat yang dihasilkan dari proses
pemisahan nira tapis dengan filtratnya pada stasiun pemurnian. Selanjutnya
blotong ini diolah menjadi pupuk kompos untuk penanaman di lahan.
b. Ampas Tebu
Ampas tebu atau bagasse merupakan hasil samping dari proses
penggilingan tebu pada stasiun mill. Selanjutnya ampas ini digunakan sebagai
bahan bakar utama pada boiler.
c. Abu
Abu merupakan limbah padat yang dihasilkan dari sisa pembakaran
pada stasiun boiler. Abu ini juga diolah menjadi pupuk kompos seperti halnya
blotong.
2. Limbah Cair
Pada limbah cair ini terdapat 2 klasifikasi yaitu limbah cair yang
termasuk polutan dan non polutan. Polutan adalah limbah yang harus diolah
dahulu sebelum akhirnya dibuang ke lingkungan yaitu air tumpahan nira kental.
Sedangkan non polutan adalah limbah yang dapat langsung dibuang ke
lingkungan tanpa harus ada perlakuan khusus sebelumnya yaitu air kondensat
dari kondenser dan vaccum pan. Untuk limbah non polutan digunakan proses
sirkulasi. Jadi air kondensat tersebut dipompakan ke kolam penampungan agar
terjadi penurunan suhu yang slanjutnya kembali digunakan untuk air injeksi.
Pada pengolahan limbah polutan digunakan sistem lagoon (kolam).
Ada 12 kolam yang terdapat pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL). Kolam ini terdiri dari titik inlet, oil trap I, kolam penyangga, oil trap II,
kolam pengendap, kolam anaerob, kolam fakultatif, kolam aerob, kolam uji, dan
titik outlet. Diharapkan air limbah yang telah melalui proses IPAL memiliki pH
yang netral agar dapat dilepas atau dialirkan ke lingkungan.
3. Limbah Gas
PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis memiliki beberapa sumber
gas yang dapat mecemari lingkungan jika tidak dilakukan penanganan dan uji
keamanan gas yang dihasilkannya. Sumber limbah gas ini terdiri dari 2 cerobong
boiler, 2 cerobong sulfur tank, dan 4 cerobong generator setting (Genset)
dengan penyempurnaan gas scrubber. Penanganan limbah gas pada cerobong
boiler dilakukan dengan penggunaan alat dust collector yang terpasang didalam
tabung pemisah abu, pasir, dan gas sisa pembakaran yang berbentuk seperti
cyclone. Dust collector berfungsi untuk menangkap debu pembakaran yang
terdiri dari abu dan pasir yang dihisap oleh Induce Draf Fan (IDF) sehingga
jatuh pada rantai dan tidak terbawa oleh gas pembakaran yang di lepas atau
dihembus ke udara oleh Force Draf Fan (FDF).
Selain itu didalam tabung pemisah ini dilengkapi dengan alat pengihasap
debu pembakaran. Partikel debu seperti abu dan pasir yang memiliki berat lebih
besar dibandingkan gas pembakaran akan jatuh pada dust collector sehingga gas
pembakaran yang dilepas tidak mencemari lingkungan dan mengurangi
penurunan kualitas udara serta partikulat.
Debu pembakaran yang berupa abu dan pasir yang jatuh pada rantai
kemudian diberi air siraman yang berfungsi untuk menggumpalkan abu dan
pasir sehingga dapat dibawa menuju belt conveyor yang akan ditampung oleh
truk penampung. Selain itu juga dilakukan uji keamanan gas buang atau yang
dihasilkan secara berkala yaitu 2 kali uji dalam 1 tahun. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan alat pengukur khusus cemaran gas atau udara.
Pada setiap cerobong pembuangan gas pada boiler, sulfur tank, dan
generator setting terdapat lubang untuk memasukkan alat tersebut guna
mengambil sampel gas buang yang dihasilkan. Sehingga dapat terukur cemaran
gas yang dihasilkan. Hasil analisa udara emisi, ambient dibuat oleh instansi yang
berwenang. Laporan hasil analisa tersebut dilaporkan setiap 3 bulan sekali atau 6
bulan sekali dalam bentuk laporan RKL-RPL ke : Asdep Pengendalian
Pencemaran Agroindustri Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Lingkungan
Hidup Provinsi, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten, Kantor Distrik dan
Bagian Pengolahan. Berikut metode dan hasil analisa sesuai dengan Peraturan
Gubernur Sumatera Selatan Nomor 6 tahun 2012, Kep. 50/MEN-LH/1996, SNI
19-7117-11 2005.
4. Limbah B3
Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun. Pada PT Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis tidak terdapat
pengolahan limbah B3 tetapi hanya penyimpanan saja dengan waktu tinggal
180 hari. Selanjutnya limbah ini akan diangkut dan dibawa ke Badan
Lingkungan Hidup untuk selanjutnya diolah. Limbah B3 yang terdapat di PT
Buma Cima Nusantara Unit Cinta Manis ini antara lain kertas saring yang
terkontaminasi Pb asetat, oli bekas dari turbin atau generator dan aki bekas dari
alat berat dan alat angkut.