Anda di halaman 1dari 24

138

BAB VI
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH

6.1 Utilitas
Unit utilitas merupakan unit pendukung produksi, yang meliputi :
1. Unit penyediaan air
2. Unit penyediaan steam
3. Unit penyediaan tenaga listrik
4. Penyedia Udara Tekan
5. Penyediaan Bahan bakar
6. Unit penyediaan instrument air (udara instrument)
Unit Utilitas I di Pabrik PT.Petrokimia Gresik meliputi : Lime Softening
Unit, Cooling Tower, Demin Plant, Boiler/WHB (Waste Heat Boiler) dan GTG
(Gas Turbin Generator).
6.1.1 Unit Penyediaan Air
Kebutuhan air di PT. Petrokimia Gresik disuplai dari dua sumber air, yaitu:
1.

Sungai Brantas

2.

Sungai Bengawan Solo

a.

Air Sungai Brantas


Sungai Brantas Surabaya berjarak 20km dengan debit 800m3/jam. Spesifikasi

air yang berasal dari Sungai Brantas adalah sebagai berikut :


Tabel 43. Spesifikasi Air Sungai Brantas
Spesifikasi
Water Inntak S.Brantas
Jenis
Raw water
pH
8,1
Oksigen terlarut
7 ppm
Turbidity
17 ppm
Kesadahan total
300 ppm
(Utilitas I PT. Petrokimia Gresik, 2014)

b.

Air Sungai Bengawan Solo

139

Sungai Bengawan Solo berjarak 48 km dengan debit 2500m3/jam.


Spesifikasi air yang berasal dari Sungai Bengawan Solo adalah sebagai berikut:
Tabel 44. Spesifikasi Air Sungai Bengawan Solo
Spesifikasi
Water Intake Bengawan Solo
Jenis
Raw water
pH
8
Oksigen terlarut
6,8 ppm
Turbidity
16 ppm
Kesadahan total
290 ppm
(Utilitas I PT. Petrokimia Gresik, 2014)

6.1.1.1 Sistem Pengolahan Air


Sebelum raw water diproses lebih lanjut dalam unit utilitas pabrik, raw
water tersebut harus mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Berikut
adalah diagram proses pengolahan air :

Gambar 18. Proses Pengolahan Air


(Unit Utilitas PT.Petrokimia Gresik, 2013 )

140

141

Penjelasan proses pengolahan air:


Air sungai yang berasal dari sungai brantas dan sungai bengawan solo
disaring

terlebih

dahulu

dengan

menggunakan

saringan

kasar

untuk

menghilangkan sampah dan kotoran yang terikut. Kemudian di pre-settling


(sedimentasi) untuk mengendapkan lumpur, padatan dan pasir dengan
menggunakan mechanical screen. Setelah melalui proses tersebut, air sungai
yang telah mengalami pre-treatment masuk kedalam clarifier. Pada tahapan ini
terjadi proses coagulation, flokulation dan chlorination. Coagulation merupakan
proses yang digunakan untuk menurunkan turbiditas<10 ppm SiO2 serta
mengatur pH 7,5 -8,5. Air yang diolah di distribution structure ditambah tawas
untuk mengikat partikel penyebab kekeruhan dan membentuk flok. Dan
flokulation

merupakan

proses

yang

dilakukan

dengan

penambahan

polyelectrolyte untuk mengikat flok dan membentuknya menjadi yang lebih besar.
Chlorination

merupakan

proses

untuk

membunuh

mikroorganisme

dan

mengoksidasi bahan organik dengan menggunakan chlorine. Setelah itu, air


sungai masuk ke sand filter, tahap ini dilakukan dengan menggunakan saringan
pasir silika (sand filter) untuk memisahkan flok halus yang terikut air. Air yang
terpisah memiliki turbiditas <3 ppm SiO2.
Sistem pengolahan air dari hardwater menjadi air yang sesuai
spesisifikasinya ada beberapa tahapan yaitu :
1.

Lime Softening Unit (LSU)


Tugas utama lime softening unit adalah mengolah hard water dari TK 951

menjadi soft water dengan penambahan larutan kapur dan polyelectrolyte. Hard
water dari TK 951 dipompa dengan pompa P 2201 ABC, kemudian masuk ke
Circulator Clarifier yang bagian bawahnya dilengkapi nozzle untuk menghisap
lumpur-lumpur di sekitarnya dan mensirkulasi ke dalam diffuser, sehingga dapat

142

membantu terbentuknya flok di dalam deflektor skirt. Dengan demikian proses ini
membantu mengikat garam-garam Ca dan Mg yang terlarut dalam hard water.
Dengan diinjeksikan lime (air kapur) dari TK 2203A/B akan menghasilkan reaksi
sebagai berikut:
Ca(OH)2+Ca(HCO3)2

2CaCO3 +2H2O

2Ca(OH)2+Mg(HCO3)2

2CaCO3 +Mg(OH)2 + 2H2O

Penginjeksian

polyelectrolyte

dari

TK-2202A/B

bertujuan

untuk

membentuk flok-flok yang besar dan mudah mengendap. Sludge yang


terbentuk akan di blowdown bila mencapai 10% padatan. Jumlah padatan
dijaga (6-8)% dan dibuang secara otomatis setiap 30 menit selama 10 detik.
Overflow dari circulator clarifier dilewatkan aquazur T filter (Fil 2210/2280).
Filter ini berisi pasir silica, dilengkapi dengan syphoon bertekanan vakum dan
berfungsi meningkatkan flow filtrat. Filter ini di backwash dengan udara dari
compressor C 2202 AB yang dihembuskan dari bagian bawah filter, sehingga
kotoran yang menutupi filter akan overflow ke saluran pembuangan. Air produk
unit pengolahan ini sebagian ditampung di waterstorage TK 10 dan TK 1201.
Berikut adalah gambar proses Lime Softening Unit (LSU) :
air kapur
polyelectrolite

sludge

143

Gambar 17. Proses Lime Softening Unit (LSU)


( Unit Utilitas PT. Petrokimia Gresik, 2014)

2.

Demineralizing Plant
Fungsi dari demineralizing plant adalah untuk memproses air menjadi air

yang bebas mineral (demin water) penyebab kerak dalam air boiler.
Deminwater digunakan untuk umpan boiler dan air proses.
Spesifikasi demin water dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 45. Syarat Baku Mutu dan Analisa Demin Water
Spesifikasi
pH
Conductivity, mhos
SiO2, ppm
Total hardness

Analisa
Awal
7
1,2
80
0

Standar Baku
Mutu
68
0,8 2
0,01-0,05
0

Analisa Akhir
7,5
0,9
0,02
0

( Utilitas PT. Petrokimia Gresik)

a.

Demin Plant I
Unit ini mengubah air menjadi air bebas mineral yang digunakan untuk air

proses dan umpan boiler. Air dari tangki TK 1201 melalui pompa P 1203 ABC,
disaring di quartzite filter F 1202 ABCD, kemudian air tersebut dialirkan ke
cation exchanger D 1208 ABCD, dan air tersebut dialirkan ke bagian atas
degasifier D 1221 dengan dihembuskan udara dari blower C 1243 (untuk
menghilangkan kadar CO2 dan O2) melalui bagian bawah degasifier. Dari bagian
bawah degasifier, air dipompakan oleh P 1241 AB ke bagian atas anion
exchanger D 1209 ABC, lalu dialirkan ke mixed bed exchanger D 1210 ABC.
Produknya ditampung di TK 1206 dan dipakai sebagai air umpan boiler B-1102.

144

B1102

Gambar 18. Diagram Alir Demin Plant I


( Unit Utilitas PT. Petrokimia Gresik, 2014)

b.

Demin Plant II
Di service unit utilitas I terdapat unit demineralisasi air dengan air umpan

yang berasal dari steam condensate dan proses condensate dari pabrik
ammonia dan soft water seperti unit demin plant I. Unit demineralisasi ini terdiri
dari carbonfilter, cation exchanger dan mixed bed exchanger (polisher).
Air ini digunakan untuk air umpan Waste Heat Boiler (WHB) dan air umpan WHB
di pabrik ammonia.

145

Gambar 19. Diagram Alir Demin Plant II


( Unit Utilitas PT. Petrokimia Gresik, 2014)

Unit demineralizing demin plant II terdiri dari:


a. Carbon filter (Fil-2211 AB dan Fil-2213AB)
b. Cation Exchanger (D-2211 AB dan D-2214AB)
c. Degasifier (D-2212)
d. Anion Exchanger (D-2213 AB)
e. Mix bed Exchanger (D-2217 AB dan D-2215 ABCD)
f. Tangki penampung air demin (TK-2212 , TK-1213 dan TK 2214)
Dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Quartzite Filter
Alat ini berisi carbon aktif yang berfungsi untuk menurunkan turbidity soft
water hingga 2 ppm. Kapasitas design tiap vessel 35 m 3/jam. Namun dalam
operasi dapat ditingkatkan hingga 65 m3/jam. Indikator kejenuhan filter dapat
dilihat dari kenaikan hilang tekan dan turbidity air. Backwash dilakukan dengan
menghembuskan udara, kemudian mengalirkan soft water dari TK 1201,
kemudian dilakukan pembilasan dengan soft water tersebut.
b. Cation Exchanger ( D 1208 ABCD )

146

Alat ini berisi resin kation yang berfungsi mengikat ion-ion positif. Resin akan
jenuh setelah bekerja 20 jam yang ditunjukkan dengan kenaikan konduktivitas
anion, penurunan FMA (Free Mineral Acid), kenaikan pH dan Na serta total
hardness lebih besar dari 0.
c. Degasifier (D 1221)
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan gas CO2 yang terlarut dalam air
dengan cara produk air dari cation exchanger dispray dari atas dan dikontakkan
dengan udara terkompresi oleh blower C 1234 dari bawah. Untuk meringankan
beban kerja unit cation exchanger, diberi vent untuk gas-gas tersebut.
d. Anion Exchanger (D 1209 ABCD)
Unit ini berfungsi untuk mengikat ion-ion negatif yang terkandung dalam air
dengan menggunakan resin anion. Reaksi akan mencapai jenuh setelah
beroperasi selama 24 jam dengan indikasi kadar silica lebih dari 0,1 ppm, pH
anion turun, serta konduktivitas turun drastis.
e. Mixed Bed Exchanger (D 1210 ABC)
Unit ini berfungsi untuk mengikat sisa-sisa anion dan kation yang masih
terkandung dalam air setelah melewati cation dan anion exchanger. Tangki
mixed bed exchanger berisi campuran resin anion dan kation. Karena perbedaan
berat jenis, maka resin anion dan kation terpisah, resin anion berada di lapisan
atas dan resin kation pada lapisan bawah.
Resin pada mixed bed exchanger dapat mengalami kejenuhan setelah
beroperasi selama 3 bulan dengan indikasi konduktivitas naik terus, kadar silica
lebih besar dari 0,1 total hardness lebih besar dari 0 dan pH cenderung naik
terus atau turun terus ( pada batas pH anion dan kation ).
Proses Operasi Demin Plant II

147

Pada Demin Plant II ini menggunakan 3 sumber air yang berbeda dalam
prosesnya, antara lain yang berasal dari soft water LSU (Lime Softening Unit),
process condensate dan steam condensate dari ammonia. Pertama, soft water
masuk ke carbon filter (F-2211 AB), dimana air disini disaring turbidity-nya
(kotoran-kotoran) kemudian dialirkan ke cation exchanger (D-2211 AB) melalui
nozzle-nozzle dari bagian atas resin kation sehingga ion-ion positif (Na, Ca, Ba)
yang ada dalam air diserap dalam resin kation tersebut
Setelah keluar dari cation exchanger (D-2211 AB), air tersebut dimasukkan
dari bagian tengah degasifier (D-2212) kemudian dihembuskan udara dengan
blower (C-1214) secara counter flow dengan proses stripping dimana gas-gas
CO2 dan O2 dihembuskan keluar sehingga meringankan beban pada anion
exchanger (D-2213 AB). Setelah keluar degasifier (D-2212) pada bagian tengah,
air dipompa dengan P-1241 A/B dimasukkan melalui nozzle pada bagian atas
anion exchanger (D-2213 AB) dimana ion-ion negatif yang terikut akan diserap
oleh resin anion.
Setelah keluar dari cation exchanger (D-2211 AB), air tersebut dimasukkan
dari bagian tengah degasifier (D-2212) kemudian dihembuskan udara dengan
blower (C-1214) secara counter flow dengan proses stripping dimana gas-gas
CO2 dan O2 dihembuskan keluar sehingga meringankan beban pada anion
exchanger (D-2213 AB). Setelah keluar degasifier (D-2212) pada bagian tengah,
air dipompa dengan P-1241 A/B dimasukkan melalui nozzle pada bagian atas
anion exchanger (D-2213 AB) dimana ion-ion negatif yang terikut akan diserap
oleh resin anion.
3.

Cooling Tower
Cooling

Tower

berfungsi

untuk mendinginkan

air

pendingin

yang

temperaturnya sudah naik karena pendinginan yaitu dengan suhu 30 oC untuk

148

unit utilitas dan proses. Kapasitas keseluruhan adalah 10000 m3 dan diolah
dalam:

Cooling tower T-1201 A terdiri dari 6 cell yang didesign untuk keperluan
power station existing. Namun karena saat ini power station existing tidak
beroperasi, maka cooling tower A diinterkoneksi dengan cooling tower
amoniak untuk membantu penurunan suhu cooling water yang menuju ke
amoniak.

Cooling tower T-1201 B terdiri dari 4 cell digunakan untuk keperluan pabrik
I (ZA I, ZA III, CO2 plant dan Air Separation Plant)

Fan

Cooling tower

Filter

Gambar 20. Proses cooling tower


( Unit Utilitas PT. Petrokimia Gresik, 2014)

Air yang berasal dari urea plant dan HN 3 plant masuk ke dalam cooling
tower bagian atas T-2211 A/B, sedangkan air make up masuk dari bagian bawah
cooling tower T-2211 A/B. Dari cooling tower cell ke dua bagian bawah T-2211
dipompa dengan P-2211 EF ke urea plant. Dari cooling tower T-2211 A, cooling
water dipompa dengan P-2211 ABCD ke amonia plant dan kebutuhan AC di
kantor.
Air dari sirkulasi proses dengan suhu sekitar 40 43oC masuk menara
pendingin di bagian atas, lalu jatuh ke dalam basin melalui distributor dan

149

splashing cup (cawan pemercik) dalam bentuk butiran hujan. Udara luar masuk
melalui sirip-sirip kayu yang terhisap oleh fan di puncak cooling tower dan kontak
langsung dengan air yang turun ke basin, sehingga suhu air turun hingga 28
30oC.
Air pendingin dalam basin harus memenuhi syarat bebas korosi, bebas
kerak, bebas jamur, dan bebas bakteri. Untuk itu perlu diinjeksikan beberapa
bahan kimia berikut ini:

H2SO4 untuk menjaga pH 7,5 8,5.

Cl2 sebanyak 0,2 0,5ppm sebagai desinfektan untuk membunuh


lumut-lumut.

N-7359 untuk mengendalikan kadar PO4 5 7 ppm.

N-7330 dan N-73202 sebagai pembunuh mikroorganisme dan untuk


menjaga agar bakteri dan jamur tetap melayang dan tidak melekat pada
tube. Zat ini diinjeksikan selang 2 minggu sekali bergantian.
Untuk

mengendalikan

kadar

chloride

(423

ppm),

Ca

(600ppm), kadar silica (maksimum 150 ppm), dilakukan blowdown secara


manual.
Untuk pabrik ammonia dan urea terdapat unit cooling tower baru yaitu:

T 2211 A terdiri dari 5 cell digunakan untuk pendingin air pabrik


ammonia dari suhu 42oC sampai 32oC (design).

T 2211 B terdiri dari 3 cell digunakan untuk pendingin air pabrik urea
dari suhu 42oC sampai 32oC (design). Kontrol operasional dan bahan
kimia yang dipakai di T 2211 AB sama dengan T 1201 ABCDEF yaitu dari
Ondeo Nalco treatment.
PT. Petrokimia Gresik kebutuhan airnya digunakan untuk :

150

1.

Service water dan hidrant water


Air yang dipakai merupakan hard water yang langsung diambil dari TK-

951.
Tabel 46. Syarat baku mutu dan Analisa service water
Karakteristik
Analisa Awal
Syarat baku mutu

Hasil Analisa

pH

Kesadahan

190 ppm

Max 200 ppm

190 ppm

Turbiditas

2,8 ppm

Max 3 ppm

2,8 ppm

(Utilitas PT.Petrokimia Gresik)

Hidrant water digunakan untuk pemadam kebakaran, air ini tidak melalui
proses pengolahan, hanya saja disaring di saringan kasar untuk membuang
rantingranting dan sampah lainnya yang terikut, sedangkan service water
digunakan untuk sarana kebersihan pabrik. Service water ini melalui proses
pengolahan terlebih dahulu. Air servis yang ditampung di tangki penampung
(hard water) selanjutnya dapat langsung digunakan.
2.

Air minum
Air minum ini adalah produk dari proses lime softening unit dan hasilnya

diolah lebih lanjut agar memenuhi kualitas air minum yang diharapkan.

Tabel 47. Syarat baku mutu dan Analisa air minum


Spesifikasi
Analisa Awal
Syarat baku mutu
pH
7
7 - 7,5
Cl2
0,2 ppm
Max 0,1 ppm
Mg Hardness
3,5 ppm
<5,0 ppm
Bakteri (E.Coli)
0 mg/liter
0 mg/liter

Hasil Analisa
7
0,02 ppm
2 ppm
0 mg/liter

(Utilitas PT.Petrokimia Gresik)

Air minum ini digunakan untuk keperluan sanitasi pabrik, kantor-kantor


dan perumahan Petrokimia Gresik.
3.

Air pendingin

151

Air pendingin digunakan untuk sarana pendingin mesin pabrik, serta proses
produksi pabrik.
Tabel 48. Syarat baku mutu dan Analisa air pendingin
Spesifikasi
pH
Turbidity
Conductivity
Alkalinity
Total Hardness
SiO2
PO4

Analisa Awal
7
2,8 ppm
2500s/cm
50ppm
210ppm CaCO3
80ppm
8ppm

Syarat baku mutu


7,3-7,8
Maksimal 16,6 ppm
Maksimal 3000 s/cm
35-150 ppm
150 220ppm CaCO3
Maksimal 150 ppm
5-7 ppm

Hasil analisa
7,5
2,2 ppm
2400s/cm
38ppm
180 ppm CaCO3
50 ppm
6ppm

(Utilitas PT.Petrokimia Gresik)

Kualitas air pendingin diatur dengan cara penambahan bahan kimia


seperti senyawa fosfat untuk mencegah korosi, klorida sebagai desinfektan untuk
membunuh lumut-lumut, dan asam sulfatuntuk pengaturan pH.
4.

Air umpan boiler


Air umpan boiler digunakan untuk bahan baku pembuatan steam.

Tabel 49. Syarat baku mutu dan Analisa air umpan boiler

Karakteristik
pH
Total Solid
Total Suspended Solid
Total alkalinity
Kadar SiO2
Konduktivitas
Kadar PO4
Kadar N2H4
Hardness
Kadar besi

Analisa Awal
7
70 ppm
12 ppm
15 ppm
0,02 ppm
0,9 mhos
8 ppm
0,03 ppm
0
0,03 ppm

(Utilitas PT.Petrokimia Gresik)

Syarat baku mutu


9,2-10,2
<100 ppm
<40 ppm
<30 ppm sebagai NaOH
Maksimum 1 ppm
Maksimum 2 mhos
3-10 ppm
0,02-0,04 ppm
0
Maksimum 0,1ppm

Hasil analisa
9,5
30 ppm
8 ppm
11 ppm
0,01 ppm
0,8mhos
5 ppm
0,02 ppm
0
0,01 ppm

152

Air umpan boiler merupakan air demin yang telah diinjeksi hydrazine (N 2H4)
di deaerator untuk menghilangkan kandungan O2 dan CO2, air umpan boiler juga
diinjeksikan ammonia untuk menaikkan pH sehingga air umpan sesuai dengan
karakteristik air umpan boiler.
5.

Air proses
Air proses digunakan untuk keperluan proses di pabrik.

Tabel 49. Syarat baku mutu dan Analisa air proses


Karakteristik
Hasil analisa
Syarat baku mutu
pH
7
7,5 -8,5
Total hardness
0 ppm
0 ppm
Turbidity
2,8 ppm
Max 3ppm
Cl2
0,2ppm
< 0,5ppm

Hasil analisa
8,2
0 ppm
2,2 ppm
0,1 ppm

(Utilitas PT.Petrokimia Gresik)

Air proses ini merupakan demin water yang diinjeksikan dengan


polyelectrolyte yang bertujuan untuk membentuk flok-flok yang besar dan mudah
mengendap.
6.1.2 Unit Penyediaan steam
Kebutuhan steam di Departemen Produksi I dipenuhi oleh boiler (B-1102)
dan Waste Heat Boiler (WHB). B-1102 menyediakan steam untuk keperluan
proses di plant amoniak, ZA, utilitas I, CO 2 dan Air Separation Plant (ASP). Pada
kondisi normal operasi, pabrik ammonia menyuplai High Pressure (HP) steam
(tekanan 65 kg/cm2) dari B-1102 sebanyak 60 ton/jam. Pada saat start up
kebutuhan steam akan lebih banyak lagi.
WHB memproduksi steam dengan tekanan 65 kg/cm2 sebanyak
65 ton/jam untuk keperluan start up ammonia. Bila NH3 berada pada normal
operasi, steam produk WHB dipakai untuk unit urea.
1. Boiler Package B1102

153

G
Gambar 21. Diagram Alir Boiler
Peralatan Boiler Package
a. Force Draft Fan ( FDF)
Draft adalah perbedaan tekanan yang menimbulkan aliran udara/gas asap
dalam boiler yang diperlukan agar pemasukan udara kedalam boiler cukup
banyak untuk pembakaran yang sempurna dan panas/gas asap dapat
mengalir serta memanaskan dinding boiler yang terdiri dari pipa air sebelum
meninggalkan boiler melalui corobong.
b.

Economizer

Alat untuk memanaskan air dan udara pembakaran dengan memanfaatkan


panas keluar boiler.
c.

Pembakaran gas (burner)

Untuk membakar bahan bakar bersama dengan udara dalam ruang bakar.
d.

Pemanas lanjut (superheater)


Alat yang mengubah uap jenuh/n\basah menjadi uap kering yang dipanaskan
secara radiasi didalam ruang bakar ketel.

154

e.

Cerobong keluar (outlet stack)

f.

Peralatan Instrumentasi

g.

Aperdase (boiler fittings)


Adalah alat yang dipasang agar dapat bekerja aman dan efisien.

Alur Kerja Boiler


Udara dari Forced Draft Fan (FDF) (C11021) yang dihisap dari udara luar
langsung dipakai sebagai udara bakar.
Air umpan boiler adalah air bebas mineral yang diolah di demin plant unit. Air
pompa P1108 AB ke deaerator (D1105 kapasitas 80 m3), air yang masuk
deaerator di stripping dengan steam bertekanan 1kg/cm2 dari LPS dan di
injeksikan hidrasin (N2H4) untuk menghilangkan kandungan O2 yang terlarut
dalam air. Kemudian di pompa P1103 ABC ke upper drum boiler.
Pembakaran yang terjadi dalam boiler adalah natural gas masuk dalam
burner
mixing kemudian dipancarkan melalui nozzle, untuk pemantik api
menggunakan pilot torc (busi). Kebutuhan udara pembakaran diambil dari
udara luar menggunakan FDF (MC11021) dan register.
Gas pans hasil pembakaran dipakai untuk memanasi pipa air (tube wall) dan
superheater (uap paemanas lanjut) dalam ruang furnace. Sebelum gas panas
dengan temperatur 3650C terbuang ke cerobong, panasnya diserap oleh
superheater dan economizer. Gas panas yang keluar ke cerobong
temperaturnya 1450C.
Steam produk boiler dihasilkan dari gas panas yang memanasi water tube
(pipa air). Pipa air ini saling berhubungan dengan upper drum dan lower drum
karena perbedaan densitas air oleh pemanas air dalam tube wall sehingga

155

menghasilkan steam jenuh tekanan 50 kg/cm2g. Agar steam menjadi kering


harus melewati 2 tingkat temperatur superheater (LTS) dan superheated
sehingga temperatur steam menjadi 4100C dengan tekanan 50 kg/cm2g.
Steam dengan temperatur 4100C dan tekanan 50 kg/cm2g di distribusikan
ke HPS (High Pressure Steam) D110211 untuk mensuplai steam ke NH3
(amonia). Steam diturunkan temperaturnya menjadi 1800C dengan di
injeksikan BFV dari P1103. Proses ini terjadi di DSH (desuperheater) steam
ini untuk kebutuhan ZA I/III.
Utilitas I menghasilkan HP steam untuk keperluan start up pabrik ammonia
sebesar 105 ton/jam, selanjutnya untuk operasi normal sebesar 30 ton/jam.
Unit servis menyediakan steam yang berasal dari Waste Heat Boiler (WHB)
untuk keprluan proses di pabrik ammonia sebesar 60 ton/jam, selanjutnya
apabila telah berjalan normal, pabrik ammonia akan menghasilkan steam
untuk membantu memenuhi kebutuhan steam di pabrik urea. Kebutuhan LP
steam untuk pabrik ZA I/III, exchanger di utilitas, dan start up di pabrik asam
sulfat pada awalnya dipenuhi oleh Utilitas I. Pada saat pabrik asam sulfat
beroperasi normal, kebutuhan LP steam dibantu dar i unit tersebut sebanyak
27 ton/jam.

2. Waste Heat Boiler (WHB)

156

Demin plant II

Gambar 22. Waste Heat Boiler


( Unit Utilitas PT. Petrokimia Gresik, 2014)

Peralatan Waste Heat Boiler ( WHB ):


a. Pembakar gas ( duct burner )
b. HP superheater 2
c. HP superheater 1
d. HP evaporator
e. HP evaporator
f.

HP economizer

g. LP evaporator
h. LP evaporator

Alur kerja WHB :


Air demin masuk ke dalam HP drum untuk pemanasan awal melewati tube
tube yang dialiri udara panas dari burner sampai kondisi saturated. Steam yang

157

terbentuk dialirkan ke tangki kondensat, sedangkan air yang belummenjadi


steam pada LP drum kemudian dipompakan pada tekanan 70kg/cm 2 untuk
masuk ke HP drum melewati tube HP economizer.
Pada HP drum, air dipanaskan melalui tube HP evaporator sampai terbentuk
steam. Steam yang terbentuk kemudian dipanaskan sampai kondisi superheated
melalui tube HP superheated. Temperatur panas burner mencapai 615 oc,
sedangkan kondisi steam keluar WHB mencapai 4580c dengan kapasitas 65
ton/jam.
6.1.3 Unit Pembangkit Tenaga Listrik
Kebutuhan listrik di Departemen Produksi I dipenuhi dari Gas Turbin
Generator (GTG).
Pembangkit tenaga listrik di service unit pabrik ammonia yang digunakan
untuk keperluan pabrik dipenuhi dari Gas Turbin Generator (GTG) dengan
kapasitas operasi normal 22-26 MW (optimum design 26,5MW dan max design
32MW). Pada operasi normal GTG menggunakan bahan bakar gas alam dari
Kodeco, diselat Madura sebesar

7-8 MMSCFD. Apabila terjadi penurunan

tekanan gas, secara otomatis akan switch ke bahan bakar solar. Service unit
dilengkapi dengan satu buah back up diesel berkapasitas 1MW. Gas buang yang
dihasilkan GTG memiliki kalori cukup tinggi sehingga digunakan untuk
menghasilkan steam pada Waste Heat Boiler, dengan fasilitas additional firing
dengan bahan bakar gas alam.
Tabel 51. Spesifikasi Generator
Spesifikasi
Kapasitas
Tegangan
Arus
Frekuensi
Putaran
( Unit Utilitas PT. Petrokimia Gresik)

Generator
9650Kva
6000V
930A
50Hz
3000rpm

158

Tabel 52. Spesifikasi Turbin


Spesifikasi
Tekanan steam masuk
Suhu masuk
Exhaust steam
Putaran

Turbin
62 kg/cm2
445oC
0,12 kg/cm2abs
3000 rpm

( Unit Utilitas PT. Petrokimia Gresik)

Berikut gambaran proses sederhana GTG:


Udara

Gas Alam
Gas Buang ke WHB
REDUCTION
GEAR

KOMPRESOR

TURBIN
GENERATOR

RUANG PEMBAKARAN

Gambar 23. Proses pada Gas Turbin Generator (GTG)


( Unit Utilitas PT. Petrokimia Gresik, 2014)

6.1.4 Unit Penyediaan Udara Instrumentasi


Udara instrumentasi digunakan untuk sarana instrumentasi pabrik yaitu
sebagai penggerak control valve pneumatic. Udara ini berasal dari kompresor
udara 101 J di bagian ammonia dan juga dari MC-2231 ABC. Udara tersebut
dialirkan ke drum D-2231 utilitas I khususnya di seksi service unit kemudian
didistribusikan ke user sebagai plant air. Sedangkan yang digunakan untuk
udara instrumentasi harus diproses lebih lanjut di dalam Dryer D-2232 ABC,
kemudian udara yang masuk ke drum D-2233 yang selanjutnya akan
menghasilkan udara instrumentasi akan digunakan di pabrik ammonia, urea, ZA
I/III, utilitas, dan CO2 dengan tekanan 7kg/cm2. Berikut ini adalah blok diagram
sederhana instrument air system :

159

udara
Drum

Drum

Filter

Dryer

udara
Filter

Gambar 24. Instrument Air System


( Unit Utilitas PT. Petrokimia Gresik, 2012)
6.1.5 Unit Penyediaan Bahan Bakar
Ada 1 macam bahan bakar yang ada di unit Utilitas I, yaitu :
a. Gas alam
Gas alam digunakan untuk bahan bakar boiler pada utilitas I dan GTG. Gas alam
yang digunakan diperoleh dari prusahan gas Petrogas dan Petrochina.
6.2

Pengolahan Limbah
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri kimia, PT.Petrokimia

Gresik sadar dalam memperhatikan masalah lingkungan baik yang bersifat teknis
maupun sosial, sehingga keberadaan perusahaan ini tidak menimbulkan dampak
yang negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
Pada unit urea, limbah yang dihasilkan berupa limbah cair dan emisi.
Kandungan limbah cair yang terkandung didalamnya berupa ammonia.
Pengolahan limbah cair itu sendiri saat ini dengan menggunakan chemical
treatment. Dimana limbah dari unit urea dinetralisasi dan akan ditampung di
dalam kolam equalizer yang mana limbah siap dibuang ke laut. Sedangkan emisi
ditreatment dengan menggunakan gas scrubber / dust collector.
6.2.1 Pengolahan Limbah Cair

160

Limbah cair yang dihasilkan unit ammonia bersal dari beberapa sumber
antara lain, buangan sanitasi, air yang mengandung minyak, air yang
mengandung ammonia, air sisa regenerasi. Pengolahan limbar cair tersebut
adalah sebagai berikut.

Unit Pengolahan Buangan Sanitasi


Air buangan sanitasi berasal dari toilet di sekitar pabrik dan perkantoran.

Air tersebut dikumpulkan dan diolah dalam unit stabilisasi dengan menggunakan
lumpur aktif, aerasi dan injeksi klorin. Klorin ini berfungsi sebagai desinfektan
yaitu untuk membunuh mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit.

Pengolahan Air Berminyak


Air berminyak berasal dari buangan pelumas pada pompa kompresor dan

alat-alat lain. Pemisahan dilaksanakan berdasarkan perbedaan berat jenisnya.


Minyak di bagian atas dialirkan ke tungku pembakar sedangkan air di bagian
bawah dialirkan ke penampungan akhir kemudian dibuang.

Pengolahan Air Buangan yang Mengandung Amonia


Air yang mengandung senyawa amonia dari kondensat di unit urea

dihilangkan kandungan amonianya melalui pross condensat treatment,dimana air


yang mengandung CO2dan ammonia di proses dalam alat proses condensate
stripper dan urea hidrolizer. Air yang telah terpisahkan dari CO 2dan ammonia
akan dialirkan keluar dari condensate treatment.

Pengolahan Air Sisa Regenerasi


Air sisa regenerasi dari unit demineralisasi mengandung NaOH dan

H2SO4 yang kemudian dinetralkan dalam kolam penetralan dilaksanakan dengan

161

larutan H2SO4, jika pH air buangan lebih dari 7 dan penetralan dengan larutan
NaOH jk pH kurang dari 7.
Larutan NaOH dan H2SO4 ditambahkan dari tangki melalui pompa. Air
yang netral dialirkan ke kolam penampungan akhir bersama-sama dengan aliran
air sisa regenerasi karbon filter dan aliran air dari unit air buangan sanitasi.

Air buangan
sanitasi

Lumpur aktif

Aerasi

klorin

larutan H2SO4

Air sisa
regenerasi

Kolam
penetralan

Karbon
filter

Kolam
penampug
akhir

Dibuang
kelaut

larutan NaOH

Air buangan
pelumas

Minyak
Air

Tungku
pembakaran

Gambar 25. Diagram alir proses pengolahan limbah cair


6.2.2

Pengelolaan Limbah Gas


Limbah gas yang mengandung NH3 dilewatkan kondensor sehingga NH3

mengembun dan dikembalikan ke proses produksi. Penyerapan NH3 dengan


memanfaatkan kondensat proses sebagai penyerap pada system scrubbing.

Anda mungkin juga menyukai