Oleh :
NAMA : Yumi Mawaddah Skd
NIM : 1705101050029
Asisten Laboratorium : 1. Alya Munira
2. Arifah Syahirah
HARI/JAM PRAKTIKUM : Selasa/ 08.00-10.00 WIB
Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat berdasarkan komposisi larutan
yang digunakan untuk hidroponik, khususnya komposisi unsur-unsur makronya. Unsur-
unsur hara diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik. Koposisis media dan
perkembangan formulasinya didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang
digunakan serta pendekatan dari masing-masing peneliti. Beberapa jenis sensitif terhadap
konsentrasi senyawa makro tinggi atau membutuhkan zat pengatur tertentu untuk
pertumbuhannya.
Media kultur sebagi media tumbuh tanam yang dikulturkan merupakan bagian penting
dalam proses perbanyakan tanaman secara invitro. Pentingnya media kultur dalam tehnik
perbanyakan vegetatif ini tidak lepas dari adnya komponen penyusun media yang terdiri
dari berbagi unsur pendukung pertumbuahan tanaman seperti hara makro, hara mikro,
vitamin, zat perangsang tumbuh dan sumber energi dalam bentuk gula.
Pembuatan larutan stok berdasarkan pengelompokan dalam: Stok makro, stok mikro,
stok Fe, stok vitamin dan stok hormone terutama bila larutan stok tidak disimpan terlalu
lama (segera digunakan habis). Stok hormone dapat disimpan antara 2-4 minggu,
sedangkan stok hara dapat disimpan 4-8 minggu. Dengan adanya larutan stok, pembuatan
media selanjutnya hanya dengan teknik pengenceran dan pencampuran saja.Untuk itu
dalam praktikum ini dilakukan pembuatan media stok dengan kepekatan atau konsentrasi
tertentu sehingga diperoleh pemecahan masalah seperti yang tersebut di atas.
Dalam pembuatan media, langkah pertama adalah membuat stok dari media terpilih.
Penggunaan larutan stok menghemat pekerjaan menimbang bahan yang berulang–ulang
setiap kali membuat media.“Untuk membuat medium kultur jaringan, biasanya menimbang
setiap komponen bahan kimia yang terdapat pada resep medium dasar. Langkah ini kurang
praktis karena memakan banyak waktu dan mengurangi kecepatan. Selain itu timbangan
yang digunakan untuk menimbang sejumlah kecil bahan kimia kadang-kadang tidak
tersedia. Kendala ini dapat dibatasi dengan pembuatan larutan stok terlebih dahulu, kecuali
untuk unsur mikronya. Jadi perlu membuat larutan stok untuk unsur mikro, besi, vitamin,
hormon, dan mio-inositol (Hendaryono dan Wijayani, 2007)“. Setiap larutan stok dapat
dipergunakan sampai 100 liter media, bahkan larutan stok mikro dapat dipergunakan
sampai 100 liter media. Larutan stok dapat disimpan ditempat yang bertemperatur rendah
dan gelap.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk dapat membuat larutan stok untuk pembuatan
media kultur jaringan dan mengerti cara perhitungan untuk pembuatan larutan stok
untuk pembuatan media kultur jaringan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik untuk menumbuhkan sel, jaringan ataupun
irisan organ tanaman di laboratorium pada suatu media buatan yang mengandung nutrisi yang
aseptik (steril) untuk menjadi tanaman secara utuh. Kondisi steril merupakan suatu syarat mutlak
keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan, sehingga kondisi ini harus tetap dijaga selama proses
kultur berlangsung. Walaupun hanya satu spora jamur atau hanya satu sel bakteri yang masuk ke
media kultur, maka pekerjaan kultur akan gagal dan tidak akan dihasilkan tanaman baru. Kultur
jaringan tanaman didasari oleh teori totipotensi sel (cellular totipotency) yang menyebutkan bahwa
setiap sel tanaman memiliki kapasitas untuk beregenerasi membentuk tanaman secara
utuh.Tanaman baru yang diperoleh dengan cara ini bersifat identik dengan induknya, dan disebut
plantlet (Dwiyani, 2015).
Keberhasilan kultur jaringan tanaman dalam perbanyakan tanaman mikro tanaman
kentang tergantung pada media yang digunakan. Media Murashige dan Skoog (MS)
merupakan media yang sangat luas pemakaiannya karena kelebihan dari medium MS ini
memiliki kandungan nitrat, kalium, dan amonium yang tinggi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Meskipun demikian, kandungan garam yang tinggi dalam media
tidak selalu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan eksplan dan plantlet in vitro.
Pada tanaman Mentha spicata penggunaan media ½ MS menghasilkan pertumbuhan tunas
lebih baik. Pengurangan komposisi media MS pada tanaman blueberry menunjukkan
peningkatan pembentukan tunas dan akar. Hasil penelitian Purwanto dkk. (2007),
menunjukkan bahwa media ½ MS dengan penambahan ekstrak kentang dan air kelapa
merupakan media yang terbaik untuk induksi akar eksplan tanaman kentang. Media MS
penuh dan ¼ MS masih cukup baik untuk menumbuhkan eksplan tanaman kentang dilihat
dari tinggi tanaman, jumlah akar dan jumlah tunas (Setiawati, 2018).
Zat pengatur tumbuh berperanan sangat besar dalam teknik kultur in vitro, terutama
dalam proses organogenesis. Auksin dan sitokinin merupakan dua golongan zat pengatur
tumbuh yang sering digunakan untuk memengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam
kultur sel, jaringan, dan organ. Dari segi fungsinya, auksin berperan merangsang
pertumbuhan kalus dan akar, sedangkan sitokinin bermanfaat untuk merangsang
pertumbuhan tunas dan pembelahan sel. Media adalah faktor utama dalam perbanyakan
secara kultur in vitro dan berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkan. Purba (2017) menyatakan bahwa
keberhasilan dalam induksi kalus dipengaruhi oleh perbandingan konsentrasi ZPT yang
sesuai, sebab dalam tanaman ZPT dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah
proses fisiologi tumbuhan (Choiri, 2019).
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan
secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan
sangat besar pengaruhnya terhadap partumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit
yang dihasilkannya. Namun demikian, semua bahan-bahan nutrisi baik yang berasal dari
senyawa anorganik maupun senyawa organik tersebut, tingkat penyerapannya oleh bahan
tanaman (plantlet) sangat dipengaruhi oleh pH media itu sendiri. Untuk pertumbuhan, pH
yang sesuai adalah5.0–6.5 sedangkan bila pH terlalu tinggi (>7.0) dapat menghambat atau
bahkan menghentikan pertumbuhan dan perkembangan kultur secara in vitro (Tuhuteru,
2012).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
4.1 Hasil
Tabel Komposisi Senyawa Kimia Pembuatan Media Murashige dan Skoog (MS)
Konsentrasi Volume Larutan Stok yang
Senyawa dalam Kepekatan Konsentrasi dalam Larutan Stok (g L-1)
dalam Media dibutuhkan untuk membuat
Stok
Larutan Stok Larutan
MS media (ml)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah di lakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan :
1. Dengan adanya larutan stok dapat memberi keuntungan antara lain yaitu
menghemat waktu pekerjaan, menimbang bahan media setiap kali ingin membuat
media, mengatasi kesulitan menimbang dalam konsentrasi kecil.
2. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembuatan larutan
stok yang terdiri dari stok A-F melalui beberapa tahapan antara lain: penimbangan
persenyawaan, pelarutan senyawa kimia dengan menggunakan aquades, penetapan
volume akhir, pelabelan dan panyimpanan pada lemari es.
3. Untuk larutan stok yang terdiri lebih dari satu persenyawaan maka proses pelarutan
dilakukan pada tempat yang berbeda, untuk mencegah terjadinya reaksi kimia
antara masing-msing persenyawaan misalnya reaksi penggaraman yang dapat
meyebabkan degradasi atau penurunan dari larutan stok itu sendiri.
5.1 Saran
Sebaiknya apabila praktikum secara offline nanti dalam praktikum pembuatan
media menggunakan massa atau konsentrasi senyawa yang sesuai agar tidak terjadi
pengendapan pada botol stok dan mahasiswa diberi waktu yang cukup untuk lebih
mengenal dan memahami media-media yang digunakan dalam kultur jaringan agar
mahasiswa lebih memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, D. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan SMK Kelas XII.
Grafindo Media Pratama, Bandung.
Anitasari, S. D., dkk. 2018. Dasar Teknik Kultur Jaringan Tanaman. Deepublish,
Yogyakarta.
Choiri, H., I. K. Suada, dan W. Adiartayasa. 2019. Kultur Jaringan Tanaman Anthurium
(Anthurium andraeanum var. tropical) pada Media MS dengan Penambahan Zat
Pengatur Tumbuh BAP dan NAA. Jurnal Agroteknologi Tropika. 8(3): 286-293.
Harahap, F., dkk. 2019. Kultur Jaringan Nanas. Media Sahabat Cendikia, Surabaya.
Nurilmala, F. 2018. Buku Ajar Kultur jaringan Tanaman. Universitas Nusa Bangsa, Bogor.
Yuliarti, N. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga. Penerbit Andi,
Yogyakarta.