Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Bioteknologi Pertanian

PEMBUATAN LARUTAN STOK MEDIA MS

Oleh :
NAMA : Yumi Mawaddah Skd
NIM : 1705101050029
Asisten Laboratorium : 1. Alya Munira
2. Arifah Syahirah
HARI/JAM PRAKTIKUM : Selasa/ 08.00-10.00 WIB

LABORATORIUM KULTUR JARINGAN TANAMAN


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat berdasarkan komposisi larutan
yang digunakan untuk hidroponik, khususnya komposisi unsur-unsur makronya. Unsur-
unsur hara diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik. Koposisis media dan
perkembangan formulasinya didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang
digunakan serta pendekatan dari masing-masing peneliti. Beberapa jenis sensitif terhadap
konsentrasi senyawa makro tinggi atau membutuhkan zat pengatur tertentu untuk
pertumbuhannya.

Media kultur sebagi media tumbuh tanam yang dikulturkan merupakan bagian penting
dalam proses perbanyakan tanaman secara invitro. Pentingnya media kultur dalam tehnik
perbanyakan vegetatif ini tidak lepas dari adnya komponen penyusun media yang terdiri
dari berbagi unsur pendukung pertumbuahan tanaman seperti hara makro, hara mikro,
vitamin, zat perangsang tumbuh dan sumber energi dalam bentuk gula.

Pembuatan larutan stok berdasarkan pengelompokan dalam: Stok makro, stok mikro,
stok Fe, stok vitamin dan stok hormone terutama bila larutan stok tidak disimpan terlalu
lama (segera digunakan habis). Stok hormone dapat disimpan antara 2-4 minggu,
sedangkan stok hara dapat disimpan 4-8 minggu. Dengan adanya larutan stok, pembuatan
media selanjutnya hanya dengan teknik pengenceran dan pencampuran saja.Untuk itu
dalam praktikum ini dilakukan pembuatan media stok dengan kepekatan atau konsentrasi
tertentu sehingga diperoleh pemecahan masalah seperti yang tersebut di atas.

Dalam pembuatan media, langkah pertama adalah membuat stok dari media terpilih.
Penggunaan larutan stok menghemat pekerjaan menimbang bahan yang berulang–ulang
setiap kali membuat media.“Untuk membuat medium kultur jaringan, biasanya menimbang
setiap komponen bahan kimia yang terdapat pada resep medium dasar. Langkah ini kurang
praktis karena memakan banyak waktu dan mengurangi kecepatan. Selain itu timbangan
yang digunakan untuk menimbang sejumlah kecil bahan kimia kadang-kadang tidak
tersedia. Kendala ini dapat dibatasi dengan pembuatan larutan stok terlebih dahulu, kecuali
untuk unsur mikronya. Jadi perlu membuat larutan stok untuk unsur mikro, besi, vitamin,
hormon, dan mio-inositol (Hendaryono dan Wijayani, 2007)“. Setiap larutan stok dapat
dipergunakan sampai 100 liter media, bahkan larutan stok mikro dapat dipergunakan
sampai 100 liter media. Larutan stok dapat disimpan ditempat yang bertemperatur rendah
dan gelap.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk dapat membuat larutan stok untuk pembuatan
media kultur jaringan dan mengerti cara perhitungan untuk pembuatan larutan stok
untuk pembuatan media kultur jaringan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik untuk menumbuhkan sel, jaringan ataupun
irisan organ tanaman di laboratorium pada suatu media buatan yang mengandung nutrisi yang
aseptik (steril) untuk menjadi tanaman secara utuh. Kondisi steril merupakan suatu syarat mutlak
keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan, sehingga kondisi ini harus tetap dijaga selama proses
kultur berlangsung. Walaupun hanya satu spora jamur atau hanya satu sel bakteri yang masuk ke
media kultur, maka pekerjaan kultur akan gagal dan tidak akan dihasilkan tanaman baru. Kultur
jaringan tanaman didasari oleh teori totipotensi sel (cellular totipotency) yang menyebutkan bahwa
setiap sel tanaman memiliki kapasitas untuk beregenerasi membentuk tanaman secara
utuh.Tanaman baru yang diperoleh dengan cara ini bersifat identik dengan induknya, dan disebut
plantlet (Dwiyani, 2015).
Keberhasilan kultur jaringan tanaman dalam perbanyakan tanaman mikro tanaman
kentang tergantung pada media yang digunakan. Media Murashige dan Skoog (MS)
merupakan media yang sangat luas pemakaiannya karena kelebihan dari medium MS ini
memiliki kandungan nitrat, kalium, dan amonium yang tinggi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Meskipun demikian, kandungan garam yang tinggi dalam media
tidak selalu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan eksplan dan plantlet in vitro.
Pada tanaman Mentha spicata penggunaan media ½ MS menghasilkan pertumbuhan tunas
lebih baik. Pengurangan komposisi media MS pada tanaman blueberry menunjukkan
peningkatan pembentukan tunas dan akar. Hasil penelitian Purwanto dkk. (2007),
menunjukkan bahwa media ½ MS dengan penambahan ekstrak kentang dan air kelapa
merupakan media yang terbaik untuk induksi akar eksplan tanaman kentang. Media MS
penuh dan ¼ MS masih cukup baik untuk menumbuhkan eksplan tanaman kentang dilihat
dari tinggi tanaman, jumlah akar dan jumlah tunas (Setiawati, 2018).
Zat pengatur tumbuh berperanan sangat besar dalam teknik kultur in vitro, terutama
dalam proses organogenesis. Auksin dan sitokinin merupakan dua golongan zat pengatur
tumbuh yang sering digunakan untuk memengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam
kultur sel, jaringan, dan organ. Dari segi fungsinya, auksin berperan merangsang
pertumbuhan kalus dan akar, sedangkan sitokinin bermanfaat untuk merangsang
pertumbuhan tunas dan pembelahan sel. Media adalah faktor utama dalam perbanyakan
secara kultur in vitro dan berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkan. Purba (2017) menyatakan bahwa
keberhasilan dalam induksi kalus dipengaruhi oleh perbandingan konsentrasi ZPT yang
sesuai, sebab dalam tanaman ZPT dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah
proses fisiologi tumbuhan (Choiri, 2019).
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan
secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan
sangat besar pengaruhnya terhadap partumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit
yang dihasilkannya. Namun demikian, semua bahan-bahan nutrisi baik yang berasal dari
senyawa anorganik maupun senyawa organik tersebut, tingkat penyerapannya oleh bahan
tanaman (plantlet) sangat dipengaruhi oleh pH media itu sendiri. Untuk pertumbuhan, pH
yang sesuai adalah5.0–6.5 sedangkan bila pH terlalu tinggi (>7.0) dapat menghambat atau
bahkan menghentikan pertumbuhan dan perkembangan kultur secara in vitro (Tuhuteru,
2012).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan secara daring dan di Laboratorium Kultur Jaringan


Tanaman, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalam,
Banda Aceh, pada hari Selasa, tanggal 14 September 2021 pukul 08.00 – 09.40 WIB.

3.2 Cara Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :


a. Mempersilahkan praktikan masuk ke dalam area laboratorium dengan terlebih dahulu
memakai baju atau jas laboratorium.
b. Memberikan respon kepada praktikan dan sedikit pengarahan serta pengenalan tentang
kegiatan yang akan di lakukan praktikan.
c. Mempersilahkan praktikan masuk ke dalam ruangan kultur jaringan.
d. Asisten menjelaskan cara perhitungan larutan stok
e. Memperhatikan dan mendengarkan setiap penjelasan dari asisten kemudian mencatat
semua contoh yang telah di jelaskan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel Komposisi Senyawa Kimia Pembuatan Media Murashige dan Skoog (MS)
Konsentrasi Volume Larutan Stok yang
Senyawa dalam Kepekatan Konsentrasi dalam Larutan Stok (g L-1)
dalam Media dibutuhkan untuk membuat
Stok
Larutan Stok Larutan
MS media (ml)

(mg L-1) 1 750 ml 300 ml 1000 75 300


L
0
A NH4NO3 1.650 60
x
B KNO3 1.900 60
x
KH2PO4 170

C H3BO3 6,2 250x


KI 0,83
Na2MoO4.4H2O 0,25
CoCl2.6H2O 0,025
D CaCl2.6H2O 440 60
x
MgSO4.2H2O 370
E 250x
MnSO4.H2O 22,3
ZnSO4.7H2O 3,6
CuSO4.5H2O 0,025
FeSO4.7H2O 27,8
F 250x
Na4EDTA 37,3
Thiamine HCl 0,1
Vitamin 150x
Niacin 0,5
Pyridoxine 0,5
Glycine 2
Myo- Myo-Inositol 100 60
Inositol x

4.2 Pembahasan

Media merupakan suatu bahan yang penting untuk pertumbuhan kultur.


Media untuk pertumbuhan kultur dapat berupa media padat dan media cair. Media
padat biasanya digunakan untuk mengkulturkan kalus kemudian diinduksi menjadi
tanaman lengkap, sedangkan media cair biasanya digunakan untuk kultur sel.
Komponen yang penting dalam suatu media adalah senyawa anorganik, sumber
karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan suplemen organik (Yuwono 2008).
Larutan Stok Media merupakan tempat tumbuhnya tanaman. Semua
kebutuhan yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang harus
terkandung dalam media tersebut. Dalam media kultur jaringan (kuljar) telah
tersedia unr makro, unsur mikro, vitamin, hormon (zat perangsang tumbuh) dan
lain-lain. Formula ini memang memudahkan pekerjaan, tapi untuk suatu penelitian
yang memerlukan perubahan komposisi dalam satu atau beberapa komponen,
maka pemisahan komponen-komponen penyusun media perlu dilakukan. Secara
umum kebutuhan nutrisi setiap tanaman sama, tetapi secara khusus kebutuhanya
berbeda. Kesamaanya adalah tanaman memerlukan hara makro dan mikro,
vitamin-vitamin, karbohidrat, asam amino dan N-organik, ZPT, zat pemadat dan
kadang ada penambahan seperti air kelapa, ekstrak ragi, jus tomat, ekstak kentang,
bufer organik maupun arang aktif. Kebutuhan tiap tanaman berbeda pada hal
komposisi dan jumlah yang diperlukan.

Media Murashige & Skoog (media MS) merupakan media yang


digunakan hampir pada semua macam tanaman terutama herbaceous. Media ini
memiliki konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi, terutama kebutuhan
garam anorganik yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan
tembakau dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+.
Menurut Gamborg dan Shyluk (1981) dalam Gunawan (1988), sel-sel
tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar antara 5,5–5,8. Pengaturan
pH, biasa dilakukan dengan dengan menggunakan NaOH (atau kadang-kadang
KOH) atau HCL pada waktu semua komponen sudah dicampurkan. Pada
praktikum yang telah di laksanakan dilakukan penambahan NaoH untuk mencapai
pH netral.
Agar dapat mencukupi kebutuhan karbon, maka sukrosa harus
ditambahkan ke dalam media. Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara
heterotrof dan karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya.
Sumber karbon ini menyediakan energy bagi pertumbuhan tanaman dan juga
sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang
diperlukan untuk tumbuh.
Bahan pemadat media yang digunakan adalah agar-agar. Agar-agar
adalah campuran polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies algae. Dalam
analisa unsur, diperoleh data bahwa agar-agar mengandung sedikit unsur Ca, Mg,
K, dan Na (Debergh, 1982 dalam Gunawan, 1992).
Smith (1992) menyatakan pemilihan media kultur jaringan merupakan
kunci sukses dalam kultur jaringan. Hal ini menyebabkan banyak diadakan
penelitian untuk memodifikasi media-media yang memberikan respon berbeda
terhadap berbagai macam tanaman. Sumber karbon merupakan salah satu faktor
yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan kultur jaringan selain
kombinasi zat tumbuh (ZPT). Sumber karbon berfungsi sebagai sumber energi
yang dibutuhkan oleh sel untuk dapat melakukan pertumbuhan (Kimball, 1994).
Glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisis sukrosa dapat merangsang
pertumbuhan beberapa jaringan. Konsentrasi sukrosa berpengaruh terhadap
pertumbuhan kalus (Srilestari, 2005).
BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah di lakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan :

1. Dengan adanya larutan stok dapat memberi keuntungan antara lain yaitu
menghemat waktu pekerjaan, menimbang bahan media setiap kali ingin membuat
media, mengatasi kesulitan menimbang dalam konsentrasi kecil.
2. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembuatan larutan
stok yang terdiri dari stok A-F melalui beberapa tahapan antara lain: penimbangan
persenyawaan, pelarutan senyawa kimia dengan menggunakan aquades, penetapan
volume akhir, pelabelan dan panyimpanan pada lemari es.
3. Untuk larutan stok yang terdiri lebih dari satu persenyawaan maka proses pelarutan
dilakukan pada tempat yang berbeda, untuk mencegah terjadinya reaksi kimia
antara masing-msing persenyawaan misalnya reaksi penggaraman yang dapat
meyebabkan degradasi atau penurunan dari larutan stok itu sendiri.

5.1 Saran
Sebaiknya apabila praktikum secara offline nanti dalam praktikum pembuatan
media menggunakan massa atau konsentrasi senyawa yang sesuai agar tidak terjadi
pengendapan pada botol stok dan mahasiswa diberi waktu yang cukup untuk lebih
mengenal dan memahami media-media yang digunakan dalam kultur jaringan agar
mahasiswa lebih memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, D. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan SMK Kelas XII.
Grafindo Media Pratama, Bandung.

Anitasari, S. D., dkk. 2018. Dasar Teknik Kultur Jaringan Tanaman. Deepublish,
Yogyakarta.

Choiri, H., I. K. Suada, dan W. Adiartayasa. 2019. Kultur Jaringan Tanaman Anthurium
(Anthurium andraeanum var. tropical) pada Media MS dengan Penambahan Zat
Pengatur Tumbuh BAP dan NAA. Jurnal Agroteknologi Tropika. 8(3): 286-293.

Dwiyani, R. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Pelawa Sari, Bali.

Harahap, F., dkk. 2019. Kultur Jaringan Nanas. Media Sahabat Cendikia, Surabaya.

Nurilmala, F. 2018. Buku Ajar Kultur jaringan Tanaman. Universitas Nusa Bangsa, Bogor.

Setiawati, T., A. Zahra, R. Budiono, dan M. Nurzaman. 2018. Perbanyakn In Vitro


tanaman Kentang (Solanum tuberosum [L] cv. Granole) dengan Penambahan Meta-
topolin pada Media Modifikasi MS (Murashige dan Skoog). Jurnal Metamofosa. 1:
44-50.

Tuhuteru, S., M. L. Hehanusa, dan S. H. T. Raharjo. 2012. Pertumbuhan dan


Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In Vitro dengan
Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. 1(1): 1-12.

Yuliarti, N. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga. Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai