Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN
A. Judul
Pengenalan Alat, Sterilisasi Peralatan, dan Pembuatan Larutan Stok
B. Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu sumber daya dalam pengobatan dan
mempertahankan keseimbangan kehidupan manusia. Menurut WHO 80% penduduk
dunia masih bergantung pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang
berasal dari tanaman ( Radji, 2005). Menurut Suryowinoto (1996), kultur jaringan
tumbuhan adalah proses membudidayakan jaringan tanaman menjadi tanaman kecil
yang mempunyai sifat seperti induknya. Menurut Kusuma (2000), tujuan kultur
jaringan tumbuhan adalah menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak dengan waktu
yang singkat.
Di dalam kultur jaringan tumbuhan terdapat banyak sekali alat alat yang
penting digunakan untuk mendukung jalannya proses kultur in-vitro, dan setiap alat
memiliki fungsi masing masing. Tidak dapat dipungkiri kembali bahwa keberadaan
alat alat tersebut sangat penting adanya agar dalam melaksanakan kultur jaringan
tumbuhan secara in-vitro. Melihat betapa pentingnya kegunaan dalam mendukung
kelancaran kultur jaringan tumbuhan, maka praktikan perlu mengenal alat alat yang
ada beserta fungsi dan cara menggunakannya. Oleh sebab itu, maka diperlukan
pengenalan alat dan juga cara menggunakannya agar proses kultur in-vitro dapat
berjalan dengan baik dan menghasilkan hasil yang baik.
Kondisi steril merupakan hal yang penting dalam kultur jaringan. Sterilisasi
merupakan usaha untuk membebaskan bahan-bahan, alat-alat dari semua bentuk
kehidupan. Tujuan sterilisasi adalah agar mikrobia lain yang tidak diinginkan
(kontaminan) tidak ikut tumbuh. Apabila teknik sterilisasi tidak diterapkan maka hasil
yang dicapai tidak maksimal dan menimbulkan berbagai kontaminasi baik dari alat
maupun media tumbuh. Menurut Nikhilesh dkk. (2013), terdapat 3 jenis sterilisasi
yaitu sterilisasi mekanik, sterilisasi fisik, dan sterilisasi kimia. Tujuan dilakukannya
sub acara ini adalah untuk mengetahui macam-macam metode sterilisai yang
digunakan dalam percobaan kultur in-vitro sehingga dapat diperoleh keadaan yang
aspetis sehingga meningkatkan tingkat keberhasilan suatu kultur.
Media merupakan faktor utama dalam memperbanyak tanaman dan harus
kondisi aseptis. Kandungan yang ada pada medium biasanya mengandung nutrient
yang digunakan untuk sebagai sumber nutrisi dalam pertumbuhan. Pentingngya
medium, kondisi steril, maka pada percobaan kali ini dilakukan sterilisasi alat-alat
dan bahan yang digunakan, serta melakukan pembuatan medium medium (MS cair +
2,4-D (1 ppm) + NAA (1 ppm)) sebanyak 400 ml, medium (NP padat + air kelapa)
sebanyak 100 ml, medium (LB padat 30 ppm kanamycin dan 100 ppm rifampisin)
sebanyak 60 ml, medium (NP padat + 2,4-D (1ppm) + CIM) sebanyak 50 ml, medium
(NP padat + higromisin 10 ppm + 2,4-D (1ppm) + CIM) sebanyak 50 ml dan medium
(0,5 NP cair tanpa Gula + meropenem 25 ppm) sebanyak 50 ml
C. Tujuan
1. Mengetahui dan mengenal alat-alat yang digunakan pada praktikum
Bioteknologi Tanaman Obat
2. Mengetahui metode sterilisasi peralatan yang digunakan dalam praktikum
Bioteknologi Tanaman Obat
3. Mengetahui cara pembuatan medium yang digunakan dalam praktikum
Bioteknologi Tanaman Obat
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan tumbuhan adalah suatu metode yang dberguna untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel, jaringan, organ, protolasma,
dan sel serta menumbuhkannya pada kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tanaman
yang digunakan dapat memperbanyak diri dan menjadi tanaman yang lengkap. Kultur
jaringan tumbuhan sendirimemiliki prinsip dasar yaitu berdasarkan pada teori
totipotensi sel. Teori menyantakan bahwa suatu sel adalah unit biologi terkecil yang
mampu melakukan aktivitas hidup seperti metabolisme, reproduksi dan tumbuh
(Gunawan, 1987).
Menurut Suriawiria (2005), sterlisasi merupakan proses untuk mematikan
semua mikroorganisme yang hidup. Adanya pertumbuhan mikroorganisme
menyatakan bahwa pertamabahan bakteri masih berlangsung dan tak sempurnanya
proses sterlisasi. Jika proses sterlisasi berlangsung sempurna, maka spora jamur yang
merupakan bentuk paling berpengaruh bagi kehidupan mikroba tak akan terlihat lagi.
Sterlisasi merupakan metode praktis yang dirancang untuk membersifa
mikroorganisme atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya. Mikroorganisme
sangat berbeda, pada kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba.
Menurut Curtis dkk (1999), sterilisasi dapat dilakukan secara :
a. Fisik meliputi penggunaan panas basah dengan suhu 121oC dengan tekanan 1
atm. Menggunakan alat autoclave. Panas kering menggunakan oven pada suhu
sekitar 170-250oC
b. Kimia meliputi penggunakan zat-zat kimia seperi desinfektan dan antiseptic
c. Radiasi menggunakan sinar ultraviolet
d. Filter menggunakan membran filter dan Vacum Pump
Bahan yang dapat digunakan untuk menghilangkan kontaminasi
mikroorganisme berbahaya diantaranya adalah alcohol, antiseptic, desinfektan,
sterilizer, dan terdapat beberapa alat lainya yang dapat digunakan (Dusseau,dkk,
2004).
Medium adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dari
perbanyakan tanaman. Formulasi media yang sering digunakan adalah Murashige dan
Skoog (MS) dengan hara makro dan mikronya dikurangi menjadi setengahnya. Media
MS dapat dimodifikasi dengan atau tanpa zat pengatur tumbuh (Gusta dkk., 2011).
Menurut de Fossard (1976), medium kultur jaringan tumbuhan harus memiliki
beberapa atau semua dari komponen berikut seperti makronutrien, mikronutrien,
vitamin, asam amino atau supplemen Nitrogen, sumber C, bahan organik, zat
pengatur tumbuh, dan agen pemadat agar pertumbuhan tanaman dapat maksimal

Medium Murashige & Skoog memiliki komposisi tertentu yang mengandung


garam anorganik, vitamin, dan karbohidrat. Amonium Nitrat dan Kalium Nitrat
sebagai sumber Nitrat dan Sukrosa sebagai sumber karbohidrat (Murashige dan
Skoog, 1962). Menurut Saad dan Elshahed (2012), komposisi medium MS dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Media Murashige dan Skoog (MS)
Komposisi Medium (mg/l) Medium MS
Makronutrien
NH4NO3 1650
KNO3 1900
CaCl2.2H2O 440
MgSO4.7H2O 370
KH2PO4 170
Mikronutrien
KI 0,83
H3BO3 6,20
MnSO4.4H2O 22,30
ZnSO4. 7H2O 8,6
Na2MoO4.2H2O 0,25
CuSO4.5H2O 0,025
CoCl2.6H2O 0,025
Na2EDTA 37,3
FeSO4.7H2O 27,8
Vitamin dan suplemen
Inositol 100
Glisin 2
Tiamin HCl 0,1
Piridoksin HCL 0,5
Asam nikotinat 0,5

NAA ( Naftaleine Asetat Acid) adalah zat pengatur tumbuh yang tergolong
auksin. Pengaruh auksin terhadap perkembangan sel menunjukan bahwa auksin dapat
meningkatkan sintesa protein. Dengan adanya kenaikan sintesa protein, maka dapat
digunakan sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan ( Sriyanti dan Wijayanti,
1994). Medium NP ( New Phalaenopsis) adlaah media yang diformulasikan khusus
untuk meningkatkan perkecambahan anggrek jenis Phalaenopsis. Komposisi dari
medium ini adalah vitamin, asam amino, karbohidrat, dan garam anorganic. ( Islam
dkk., 1998). Larutan yang digunakan adalah 2,4-D (Auksin), dan kinetin. Auksin
sangat dikenal sebagai hormon yang mampu berperan menginduksi terjadinya kalus,
mendorong proses morfogenesis kalus membentuk akar atau tunas, mendorong proses
embryogenesis, dan dapat mempengaruhi kestabilan genetik sel tanaman (Santoso
dan Nursandi, 2003). Pemakaian zat pengatur tumbuh asam 2,4–D biasanya
digunakan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang singkat, antara 2 – 4 minggu
karena merupakan auksin kuat, artinya auksin ini tidak dapat diuraikan di dalam
tubuh tanaman (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Sebab pada suatu dosis tertentu
asam 2,4-D sanggup membuat mutasi-mutasi (Suryowinoto, 1996).
Menurut Rusdwitasari dan Wikandari ( 2014), medium LB ( Luria Bertani)
digunakan sebagai medium pemeliharaan isolate dengan komposisi yang dimiliki
adalah Yeast extract, NaCl, Tripton, dan agar. Menurut Dwiyani dkk., (2009)
penambahan ekstrak tomat pada medium bertujuan untuk melihat pengaruh warna
protokrom yang terbentuk. Pada buah tomat mengandung vitamin C, karoten tinggi
yang berfungsi untuk mengatasi oksidasi senyawa fenolik dan mencegah pencoklatan.
Warna yang dihasilkan pada protokorm anggrek dipengaruhi karena klorofil yang
terbentuk dipengaruhi oleh efek sitokinin pada buah tomat.
Menurut Tulecke dkk., (1961), air kelapa mengandung zat/ bahan-bahan
seperti unsur hara, vitamin, asam amino, asam nukleat, dan zat tumbuh seperti auksin
dan asam giberelat yang berfungsi sebagai penstimulasi proliferasi jaringan,
memperlancar metabolisme dan respirasi. Menurut Lin dkk., (1995), Higromisin (
C20H37N3O13) merupakan salah satun agen seleksi potensial yang dapat digunakan
pada transoformasi tanaman. Antibiotik tersebut digunakan untuk seleksi tanaman
transgenic yang mengandung gen hpt. Higromisin diketahui memiliki kemampuan
menghambat proses translokasi sintesis protein.
Kanamycin merupakan antibiotic yang termasuk dalam golongan
aminoglikosida yang bekejra menghambat proses sintesis protein mikroorganisme,
dan termasuk golongan antibiotikan berspektrum luas, sehingga dapat berinteraksi
dengan bakteri gram negative maupun gram positif. Kanamycin umumnya digunakan
jika anti bakteri yang lain tidak dapat digunakan, biasanya infeksi yang menggunakan
kanamycin adalah infeksi saluran pernafasan, kulit, jaringan lunak, perut, dan infeksi
pada saluran kemih ( Widyasari dkk., 2013). Rifampisin adalah obat antibiotic
bakterisida dari kelompok rifamycin. Obat ini dibuat dari senyawa semi sintetik yang
berasal dari Amycolatopsis rifamycinica ( Contran dkk., 2007). Meropenem adalah
obat antibiotic spectrum luas dari golongan karbapenem, yang memiliki cincin (
Sirumpea dkk., 2018).
Salah satu faktor pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adalah
kontaminasi yang dapat terjadi setiap saat dalam masa kultur. Kontaminasi dapat dari
eksplan baik internal maupun eksternal, organisme kecil yang masuk dalam media, air
yang digunakan, botol kultur atau alat-alat tanaman yang kurang steril, lingkungan
kerja dan ruang kultur yang kotor (spora di udara) ( Suryowinoto, 1996). Kontaminasi
kultur oleh bakteri ditandai dengan adanya lendir berwarna putih susu dan lapisan
seperti kerak pada permukaan medium atau eksplan, sedangkan kontaminasi jamur
terdapat gumpalan kecil berwarna putih-hitam. Kontaminasi yang disebabkan oleh
mikroorganisme endofitik (mikroorganisme yang hidup di dalam sel atau ruang antar
sel tanam) yang sering merupakan biota dari tanaman sumber eksplan, sulit diatasi
dengan sterilisasi permukaan (Dewi dkk, 2016). Kontaminasi oleh jamur terlihat jelas
pada medium, medium dan eksplan diselimuti oleh spora berbentuk kapas berwarna
putih (Lina dkk, 2013).
III. METODE
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kal ini diantaranya adalah autoklaf, LAF,
PCR tube, timbagan analitik, gelas beker, plastic anti panas, kertas payung, wrap,
alumunium foil, pinset panjang, pinset bengkok, scalpel, kertas saring, mortar, cawan
petri, konikel 15 ml & 30 ml, pisau, spatula, tube 2ml & 1,5 ml pH meter, gelas ukur,
pipet tetes, dan kompor.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya adalah
Higromicin, kanamycin, rifampisin, meropenem, CIM, New Phalaenopsis, Air
kelapa, Murashige skoog, Auksin 2,4-D 1ppm, HCl, KOH, dan Aquadest.

B. Cara kerja
1. Sterilisasi Alat
Pertama-tama alat yang akan digunakan dibungkus dengan kertas payung.
Konikel dan tabung falcon dimasukan kedalam plastic anti panas. Alat-alat yang
telah dibungkus kertas payung dan plastic anti panas dimasukan kedalam
chamber. Selanjutnya chamber yang berisi alat-alat dimasukan dalam autoklaf
dan disterilisasi selama 10-15 menit pada suhu 121oC.
2. Pembuatan medium MS cair + 2,4 D 1ppm 400 ml
Pertama-tama Medium MS dan gula ditimbang seberat 1,772 gram dan 12
gram. Selanjutnya medium MS dan gula dimasukan kedalam gelas beker, dan
ditambah aquades sebanyak 300ml. 2,4-D dan NAA dimasukan sebanyak 400µl.
Set pH medium pada 5,8. Selanjutnya aquades ditambahkan hinggal 400 ml dan
dipanaskan hinggamendidih. Medium yang sudah dididihkan dimasukan dalam
botol kultur, tutup dengan alumunium foil dan di wrap.
3. Pembuatan medium NP padat + air kelapa 100ml
Pertama-tama Medium NP, agar dan gula ditimbang seberat 2,535 gram,
0,8 gram, dan 3 gram. Selanjutnya medium NP, agar, dan gula yang telah
ditimbang dimasukan kedalam gelas beker. Medium ditambahkan aquades
sebanyak 50 ml. Air kelapa dimasukan sebanyak 15 ml. Selanjutnya set pH pada
5,8. Aquades ditambahkan hingga 100ml. Medium dipanaskan. Medium yang
sudah panas dimasukan dalam Erlenmeyer dan di autoklaf.
4. Pembuatan medium LB padat + 30 ppm kanamycin + 100 ppm rifampisin 60 ml
Pertama-tama Medium LB ditimbang seberat 2,4 gram. Medium LB
dimasukan dalam gelas beker, kemudian ditambahkan aquades hingga ¾ bagian.
Medium yang telah diberi aquades ditambahkan 1,8 gram kanamycin dan
rifampisin 6 ml. Set pH medium pada 7,5. Aquades ditambhakan sebanyak 60
ml. Medium dipanaskan kemudian dituang dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer yang
berisi medium ditutup dengan alumunium foil dan di autoklaf
5. Pembuatan medium NP padat + 2,4-D 1ppm + CIM 50 ml
Pertama-medium NP, tomat, gula dan agar ditimbang seberat 1,2675
gram, 5 gram, 1,5 gram, dan 0,4 gram. Medium NP, tomat, gula dan agar
dimasukan dalam Erlenmeyer dan ditambahkan aquades sebanayak 40 ml. 2,4-D
ditambahkan sebanyak 0,05 ml. Set pH medum pada 5,8. Aquades ditambahkan
sebnayak 50 ml dan di panaskan. Medium yang sudah dipanaskan dimasukan
dalam Erlenmeyer, kemudian Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan di
autoklaf.
6. Pembuatan medium NP padat + higromisin 10 ppm + 2,4-D 1ppm + CIM 50 ml
Pertama-tama medium NP ditimbang seberat 0,63375 kemudian
dimasukan dalam gelas beker. Medium ditambahkan aquades sebanyak 40 ml
dan ditambahkan meropenem sebanayak 1,25 ml. Set pH medium hingga 5,8.
Aquades ditambahkan sebnyak 50 ml dan dipanaskan. Medium yang sudah
dinapanskan dimasukan dalam Erlenmeyer, kemudian Erlenmeyer ditutup
dengan alumunium foil dan di autoklaf.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman merupakan salah satu sumber daya dalam pengobatan dan
mempertahankan keseimbangan kehidupan manusia. Menurut WHO 80% penduduk
dunia masih bergantung pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang
berasal dari tanaman ( Radji, 2005). Menurut Suryowinoto (1996), kultur jaringan
tumbuhan adalah proses membudidayakan jaringan tanaman menjadi tanaman kecil
yang mempunyai sifat seperti induknya.
Kondisi steril merupakan hal yang penting dalam kultur jaringan. Sterilisasi
merupakan usaha untuk membebaskan bahan-bahan, alat-alat dari semua bentuk
kehidupan. Tujuan sterilisasi adalah agar mikrobia lain yang tidak diinginkan
(kontaminan) tidak ikut tumbuh. Apabila teknik sterilisasi tidak diterapkan maka hasil
yang dicapai tidak maksimal dan menimbulkan berbagai kontaminasi baik dari alat
maupun media tumbuh. Media merupakan faktor utama dalam memperbanyak
tanaman dan harus kondisi aseptis. Kandungan yang ada pada medium biasanya
mengandung nutrient yang digunakan untuk sebagai sumber nutrisi dalam
pertumbuhan.
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa fungsi perlakuan yang dilakukan
diantaranya adalah alat di bungkus kertas payung untuk mengurangi kontaminasi dan
karat, alat seperti tube, konikel dan alat lain di bungkus 1 tempat plastic tahan panas
untuk permudah penataan dalam sterilisasi, mikrotube ditutup agar tetap steril, tutup
konikel di longgarkan untuk mengurangi tekanan sehingga tidak rusak, bahan
aquadest sebagai pelarut medium, alat autoklaf untuk sterilisasi alat, aluminium dan
plastic wrap untuk cegah kontaminasi, pemanasan mendidih agar medium terlarut
secara sempurna pembuatan medium (MS cair + 2,4-D (1 ppm) + NAA (1 ppm))
untuk medium kultur suspensi, Pembuatan medium (NP padat + air kelapa) untuk
medium penumbuh protokrom, Pembuatan medium (LB padat + 30 ppm kanamycin
+ 100 ppm rifampisin) untuk medium agrobacterium tumifaciens, Pembuatan
medium (NP padat + 2,4-D (1ppm) + CIM) untuk medium prekultur, Pembuatan
medium (NP padat + higromisin 10 ppm + 2,4-D (1ppm) + CIM) untuk medium
seleksi dan pembuatan medium (0,5 NP cair tanpa Gula + meropenem 25 ppm) untuk
eleminasi Agrobakterium.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil data
sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pengamatan Keenam Jenis Medium.

Nama medium Jumlah Pengamatan Kontaminasi


botol ke-
0 -
MS cair + 2,4-D + 18 1 -
NAA
4 12 ( botol)
NP padat + air kelapa 8 0 -
1 -
2 1 ( petri)
LB padat + 1 0 -
kanamycin +
rifampisin 1 -
4 -
NP padat + 2,4-D + 6 0 -
CIM (tomat)
1 -
4 8 ( Petri)
NP padat + 1 0 -
higromisin + 2,4-D +
CIM (tomat) 1 -
4 1( Erlenmeyer)
½ NP cair tanpa Gula 1 0 -
+ meropenem
1 -
4 1 ( botol kultur)
Keterangan: - :Tidak ada kontaminasi
Berdasarkan hasil tabel pada tabel 2 mengenai Pengamatan Keenam Jenis
Medium diperoleh hasil data sebagai berikut medium (MS cair + 2,4-D (1 ppm) +
NAA (1 ppm)), (NP padat + air kelapa), (NP padat + 2,4-D (1ppm) + CIM), (NP padat
+ higromisin 10 ppm + 2,4-D (1ppm) + CIM), dan (0,5 NP cair tanpa Gula +
meropenem 25 ppm) mengalami kontaminasi pada hari ke-4, pada hari ke-1 dan ke-2
kelima medium tersebut tidak mengalami kontaminasi. Medium yang tidak terjadi
kontaminasi dari hari pengamatan ke-1 hingga ke-4 adalah medium (LB padat + 30
ppm kanamycin + 100 ppm rifampisin).
Salah satu faktor pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adalah
kontaminasi yang dapat terjadi setiap saat dalam masa kultur( Suryowinoto, 1996).
Kontaminan yang terjadi pada medium (MS cair + 2,4-D (1 ppm) + NAA (1 ppm)),
(NP padat + air kelapa), (NP padat + 2,4-D (1ppm) + CIM), (NP padat + higromisin
10 ppm + 2,4-D (1ppm) + CIM), dan (0,5 NP cair tanpa Gula + meropenem 25 ppm)
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penggunaan ekstrak tomat juga dapat
mempengaruhi ada tidaknya kontaminan atau tidak. Karena menurut Dewi dkk.,
(2016), kontaminasi dapat disebabkan oleh mikroorganisme endofitik yang berapada
dalam sel atau ruang sel tanaman. Dari ketiga medium, dua yang terkontaminasi
adalah yang mengguanakan ekstra tomat, dapat disebabkan oleh bakteri endofitik
yang terdapat pada tomat tersebut.
Kontaminasi pada medium (MS cair + 2,4-D (1 ppm) + NAA (1 ppm)), (NP
padat + air kelapa), (0,5 NP cair tanpa Gula + meropenem 25 ppm) dapat disebabkan
oleh penyebab internal maupun eksternal. Menurut Suryowinoto (1996), penyebab
kontaminasi dapat disebabkan oleh pengaruh internal maupun eksternal, dimana hal
itu meliputi organisme kecil yang masuk dalam media, air yang digunakan, botol
kultur atau alat-alat tanaman yang kurang steril, lingkungan kerja dan ruang kultur
yang kotor (spora di udara).
Pada medium (LB padat + 30 ppm kanamycin + 100 ppm rifampisin) tidak
terjadi adanya kontaminasi, hal ini dapat disebabkan oleh adanya antibiotic
kanamycin dan rifampisin. Menurut Widyasari dkk., (2013), Kanamycin merupakan
antibiotic yang termasuk dalam golongan aminoglikosida yang bekejra menghambat
proses sintesis protein mikroorganisme, dan termasuk golongan antibiotikan
berspektrum luas, sehingga dapat berinteraksi dengan bakteri gram negative maupun
gram positif. Menurut Contran dkk., (2007), Rifampisin adalah obat antibiotic
bakterisida dari kelompok rifamycin. Obat ini dibuat dari senyawa semi sintetik yang
berasal dari Amycolatopsis rifamycinica. Adanya kedua antibiotic yang terdapat pada
medium LB padat + 30 ppm kanamycin + 100 ppm rifampisin dapat menjadi
penyebab tidak terjadinya kontaminasi pada medium tersebut.

Gambar 1. Medium 5 pengamatan hari ke-4 ( Dokumentasi pribadi, 2019)


Gambar 2. Medium 4 pengamatan hari ke-4 ( Dokumentasi pribadi, 2019)

Gambar 3. Medium 2 pengamatan hari ke-4 ( Dokumentasi pribadi, 2019)


Gambar 4. Medium 1 pengamatan hari ke-4 ( Dokumentasi pribadi, 2019)
Dilihat pada gambar ke-1 hingga gambar ke-4 menunjukan adanya
kontaminasi bakteri hal ini sesuai teori menurut Dewi dkk., (2016) menyatakan
bahwa kontaminasi kultur oleh bakteri ditandai dengan adanya lendir berwarna putih
susu dan lapisan seperti kerak pada permukaan medium atau eksplan. Dengan adanya
lendir pada dan lapisan maka agen kontaminan yang menginfeksi adalah bakteri.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Alat yang digunakan pada praktikum kal ini diantaranya adalah autoklaf, LAF,
PCR tube, timbagan analitik, gelas beker, plastic anti panas, kertas payung, wrap,
alumunium foil, pinset panjang, pinset bengkok, scalpel, kertas saring, mortar,
cawan petri, konikel 15 ml & 30 ml, pisau, spatula, tube 2ml & 1,5 ml pH meter,
gelas ukur, pipet tetes, dan kompor.
2. Alat yang akan digunakan dibungkus dengan kertas payung. Konikel dan tabung
falcon dimasukan kedalam plastic anti panas. Alat-alat yang telah dibungkus
kertas payung dan plastic anti panas dimasukan kedalam chamber. Selanjutnya
chamber yang berisi alat-alat dimasukan dalam autoklaf dan disterilisasi selama
10-15 menit pada suhu 121oC.
3. Pertama-tama Medium MS dan gula ditimbang seberat 1,772 gram dan 12 gram.
Selanjutnya medium MS dan gula dimasukan kedalam gelas beker, dan ditambah
aquades sebanyak 300ml. 2,4-D dan NAA dimasukan sebanyak 400µl. Set pH
medium pada 5,8. Selanjutnya aquades ditambahkan hinggal 400 ml dan
dipanaskan hinggamendidih. Pertama-tama Medium NP, agar dan gula ditimbang
seberat 2,535 gram, 0,8 gram, dan 3 gram. Selanjutnya medium NP, agar, dan
gula yang telah ditimbang dimasukan kedalam gelas beker. Medium ditambahkan
aquades sebanyak 50 ml. Air kelapa dimasukan sebanyak 15 ml. Selanjutnya set
pH pada 5,8. Aquades ditambahkan hingga 100ml. Medium dipanaskan. Pertama-
tama Medium LB ditimbang seberat 2,4 gram. Medium LB dimasukan dalam
gelas beker, kemudian ditambahkan aquades hingga ¾ bagian. Medium yang telah
diberi aquades ditambahkan 1,8 gram kanamycin dan rifampisin 6 ml. Set pH
medium pada 7,5. Aquades ditambhakan sebanyak 60 ml. Medium dipanaskan
kemudian dituang dalam Erlenmeyer. Pertama-medium NP, tomat, gula dan agar
ditimbang seberat 1,2675 gram, 5 gram, 1,5 gram, dan 0,4 gram. Medium NP,
tomat, gula dan agar dimasukan dalam Erlenmeyer dan ditambahkan aquades
sebanayak 40 ml. 2,4-D ditambahkan sebanyak 0,05 ml. Set pH medum pada 5,8.
Aquades ditambahkan sebnayak 50 ml dan di panaskan. Medium yang sudah
dipanaskan dimasukan kedalam Erlenmeyer. Pertama-tama medium NP
ditimbang seberat 0,63375 kemudian dimasukan dalam gelas beker. Medium
ditambahkan aquades sebanyak 40 ml dan ditambahkan meropenem sebanayak
1,25 ml. Set pH medium hingga 5,8. Aquades ditambahkan sebnyak 50 ml dan
dipanaskan. Medium yang sudah dinapanskan dimasukan dalam Erlenmeyer.
Setiap medium yang sudah dimasukan kedalam Erlenmeyer dan sudah dipanaskan
ditutup menggunakan alumunium dan di autoclave selama 10-15 menit pada suhu
121oC.

VI. SARAN

Berdasarkan praktikum Pengenalan Alat, Sterilisasi Alat dan Pembuatan


Medium Bioteknologi Tanaman Obat untuk pengelan Alat dan Sterilisasi saya rasa
tidak perlu terlalu ditekankan mengingat pada praktikum Kultur jaringan tumbuhan
pada semester 5 praktikan telah mempelajari hal tersebut. Saya rasa lebih baik untuk
pengelan alat lebih ditekankan pada aplikasi praktikum Bioteknologi tanaman obat
dibandingkan pengenalan alat secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Contran, R. S., Rennke, H. M., dan Kumar, V. 2007. Buku Ajar Patologi (Edisi
Ketujuh). Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Curtis., Helena., dan Barnes, N., Sue. 1999. Biologi 5th edition. Worth Publisher Inc,
New York.

de Fossard, R. 1976. Tissue culture for plant propagation. University of New


England, Armidale

Dewi, A.W.A., Darmawati, I.A.P., dan Semarajaya, C.G.D. 2016. Inisiasi Kalus
Embriogenik Stroberi (Fragaria sp.) dengan Pemberian IBA
(Indolebutyricacid) dan BAP (Benzylaminopurine). E-Jurnal Agroteknologi
Tropika .5 (3): 243-253.

Dusseau JY. Gaseous sterilization. In: Russell AD. 2004. Principles and practice of
disinfection preservation and sterilization. 4th ed. Blackwell Publishing Ltd,
Massachusetts.

Dwiyani, R., Purwanto, A., Indrianto, A., dan Semiarti, E. 2012. Konsvervasi anggrek
alam Indonesia Vanda tricolor lindl. Varietas Suavis melalui kultur embrio
secara In Vitro. Jurnal Bumi Lestari. 12(1):93-98.

Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan Laboratirum Kultur Jaringan


Tanaman P.A.U. Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gusta, A., Hapsoro, D., Sa’diyah, N., dan Yusnita. 2011. Pengaruh media dasar dan
benziladenin terhadap pembesaran seedling anggrek Dendrobium in vitro.
Jurnal Agrotropika 16(2) : 76-79.

Hendaryono, D. P. S. dan Wijayanti, A. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Penerbit


Kanisius, Yogyakarta.

Islam, M. O., Ichihashi, S., Matsui, S. 1998. Control of growth and development of
protocorm like body derived from callus by carbon sources in Phalaenopsis.
Plant Biotechnol. 15 : 183-187.

Kusuma, A. L. 2000. Teori-Teori Kultur Jaringan Materi Ajar. UGM-press,


Yogyakarta.

Lin, J. J., Ma, J. Assad, N. G., dan Kuo, J. 1995. Hygromycin b as an efficient
antibiotic for the selection of transgenic plants. Focus. 18(2): 47-49.
Lina, F.R., Ratnasari, E., dan Wahyono, R. 2013. Pengaruh 6-benzylamino purine
(BAP) dan 6-furfuryl amino purine (Kinetin) pada media MS terhadap
pertumbuhan eksplan ujung apikal tanaman jati secara in vitro. LenteraBio .2
(1): 57-61.

Murashige, T. dan Skoog, F. 1962. A revised medium for rapid growth and bioassays
with tobacco tissue cultures. Physiologia Plantarum. 15 (3): 473-479.

Nikhilesh, B., Sachin, Z. A., Vishal, T. dan Dipesh, J. 2013. A review: steam
sterilization a method of sterilization. Journal of Biological & Scientific
Opinion. 1(2):138-141.

Radji, M. 2005. Peranan biteknologi dan mikroba endofit dalam perkembangan obat
herbal. Ilmu Kefarmasian. 2(3) : 113-126.

Rusdwitasari, Y. N., dan Wikandari, P. R. 2014. Aktivitas bakteri proteolitik yang


diisolasi dari sumber air panas singgahan, Tuban. Unesa Journal of
Chemistry. 3(3): 183-188.

Saad, A.I.M. and Elshahed, A.M. (2012) Plant Tissue Culture Media Chap 2. InTech,
Winchester.

Sandra. 2013. Mikrobiologi Umumi.Erlangga, Jakarta.

Santoso, U., dan Nursandi, F. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas


Muhammadiya Malang Press, Malang.

Sirumpea, L., Zulfikar, M. A., Amran, M. B., dan Alni, A. 2018. Studi awal sintesis
polimer bercetakan meropenem sebagai sorben yang selektif-optimasi
monomer fungsional. Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia. 3(2): 103-108.

Sriyanti, D. P., dan Wijayani, A. 1994. Tenik Kultur Jaringan. Yayasan Kanisius,
Yogykarta.

Suriawiria. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa, Bandung.

Suryowinoto. 1996. Pemuliaan Tanaman Secara In vitro. Kanisius, Yogyakarta.

Tulecke, W., Weinstein, L. H., Rutner, A., dan Laurencot, H. J. 1961. The
Biochemical Composition Of Coconut Water ( Coconut Milk) As Related To
Its Use In Plant Tissue Culture. Plant Research Inc, New York.
Widyasari, E. M., Zainudin, N., dan Nuraeni, W. 2013. Penandaan kanamycin dengan
radionuklida teknesium 99m sebagai sediaan untuk deteksi dini penyakit
infeksi. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. 9(2) : 91-100.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai