BAB I
PENDAHULUAN
3
LATAR BELAKANG
» Senyawa non-hidrokarbon seperti CO2 dan
senyawa sulfur dalam gas bumi mempengaruhi
kualitas produk gas bumi.
» Bentuk senyawa sufur tersebut dapat berupa
gas H2S, SO2, SO3, gas-gas lainnya.
» Salah satu cara untuk mereduksi kandungan
sulfur dalam gas bumi adalah dengan
bioteknologi, yaitu dengan memanfaatkan
mikroorganisme.
» Berdasarkan hasil beberapa penelitian, bakteri
sulfur menunjukkan bahwa jenis Thiobacillus
thioparus merupakan spesies kemotropik
terbaik.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana tingkat ketahanan bakteri Thiobacillus
thioparus terhadap peningkatan konsentrasi sulfur
dan proses desulfurisasi senyawa sulfur oleh bakteri
Thiobacillus thioparus?
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrogen Sulfida (H2S)
Karateristik gas H2S dapat diperhatikan sebagai berikut :
» Sangat beracun dan mematikan
» Tidak berwarna
» Lebih rendah dari udara sehingga cenderung
berkumpul dan diam pada daerah yang rendah
» Mudah tertiup dan dihamburkan oleh udara dan angin
» Sangat mudah terbakar dan membentuk gas yang
dapat meledak apabila tercampur dengan udara atau
oksigen
Pertumbuhan Mikroorganisme
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
1. Kultur tunggal Thiobacillus
1. Lemari kaca/transfer box thioparus
2. Alat pengocok (shaker) 2. Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth
3. Peralatan glassware (wadah kultur (NB), Plate Count Agar (PCA),
mikroba) sebagai media agar
4. Autoclave dan oven kering 3. Larutan thiosulfat (Na2S2O3.5H2O)
5. Perangkat titrimetri dengan konsentrasi 200, 400 dan
600 ppm, sebagai senyawa sulfur
6. Hotplate yang digunakan dalam penelitian
7. Tabung gelas (scrabber) 4. Medium adaptasi, yang terdiri dari:
8. Pipet 1 dan 10 ml • 1,2 gram KH2PO4
• 1,2 gram K2HPO4
9. Bunsen dan spirtus • 0,4 gram NH4Cl
10. Aluminium foil, kapas dan plastic wrap. • 0,22 gram MgCl2.6H2O
11. Labu ukur • 1 liter air aqudest
12. Cawan petri, batang triglaski, meja 5. Iodine dan larutan Na2S2O3.5H2O
putar, penghitung koloni dan spatula 0,052 N, digunakan dalam titrasi
13. Lemari incubator 6. Air RO (Reverse Osmosis).
Variabel Penelitian
» Variabel bebas = Konsentrasi thiosulfat awal,
jumlah awal bakteri Thiobacillus thioparus
(cfu/mL awal).
» Variabel terikat = Konsentrasi akhir thiosulfat,
jumlah akhir bakteri Thiobacillus thioparus
(cfu/mL akhir).
» Variabel tetap = Temperatur ruangan (suhu
ruang) dan komposisi medium adaptasi
Prosedur Percobaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
» Pada percobaan ini peralatan dirangkai terlebih dahulu
Sebelum penelitian ini dimulai, maka perlu dicari dulu
berapa konsentrasi hasil blank test dari setiap larutan
thiosulfat 200, 400, dan 600 ppm dan diperoleh pada
konsentrasi larutan thiosulfat 200 ppm, hasil blank test
sebesar 196 ppm, pada larutan thiosulfat 400 ppm
diperoleh konsentrasi awal sulfur sebesar 390,88 ppm
dan pada larutan thiosulfat 600 ppm diperoleh
konsentrasi awal sebesar 595,84 ppm
Proses desulfurisasi senyawa sulfur
oleh bakteri Thiobacillus thioparus.
proses degradasi senyawa sulfat oleh bakteri Thiobacillus
thioparus pada rentang konsentrasi 200 ppm hingga 600
ppm. Pada penelitian ini digunakan iodin sebagai
penitratnya, namun iodin memiliki sifat yang mudah
menguap, karena merupakan salah satu dari Volatil Organic
Compund’s (VOC’s), berwarna coklat dan sedikit berbau.
Untuk dapat meningkatkan keakuratan data penelitian
maka ada baiknya untuk melapisi tutup labu erlenmeyer
dan buret oleh aluminium foil, hal ini untuk mencegah
senyawa iodin yang menguap
Pada awal fase merupakan lag fase, dimana Thiobacillus thioparus mensitesis
molekul-molekul yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel dan penggandaan sel,
dan juga mensitesis enzim metabolism. Pada 12 jam pertama menunjukkan
rentang waktu lag fase untuk semua variasi konsentrasi. Pada lag fase masing –
masing konsentrasi memiliki perbedaan aktivitas yang dilakukan. Pada lag fase
untuk setiap konsentrasi mengalami pertumbuhan yang sangat lambat, baik pada
200 ppm , 400 ppm dan 600 ppm memiliki tingkat pertumbuhan yang kurang
lebih sama pada fase ini, ini mungkin terjadi karena konsentrasi thiosulfat yang
digunakan tidak terlalu lebar. Pada fase selajutnya adalah fase pertumbuhan
logaritmik (fase eksponensial), fase ini dapat terlihat pada jam ke 12-36 dimana
bakteri menghasilkan pertumbuhan fase inilah lalu pertumbuhan optimum
didapatkan.
Selama fase eksponensial jumlah bakteri terus meningkat secara cepat untuk
setiap vasiasi substrat. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi proses
metabolisme dan pertumbuhan sel variasi konsentrasi terjadi sangat optimum
dimana jumlah nutrisi yang tersedia cukup untuk mengimbangi pertumbuhan
bakteri yang sangat cepat. Pada fase ini dapat terlihat telihat semakin besar
konsentrasi larutan thiosulfat masukkan maka pertumbuhan bakteri makin
besar, dimana pada variasi konsentrasi thiosulfat 200 ppm jumlah bakteri
Thiobacillus thioparus maksimum sebesar 2,58 x 107, untuk variasi
konsentrasi thiosulfat 400 ppm jumlah bakteri thioparus maksimum sebesar
3, 600 ppm jumlah Thiobacillus thioparus. Setelah jam ke 36-54 grafik
mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi proses
metabolisme dan pertumbuhan sel pada semua variasi konsentrasi terjadi
tidak optimum lagi, dimana jumlah nutrisi yang tersedia sudah tidak
mencukupi untuk mengimbangi pertumbuhan bakteri, pada fase ini telah
terjadi persaingan untuk merebutkan nutrisi sulfur yang tersedi sehingga
terdapat bakteri yang melewati fase kematian.
Laju degradasi sulfur oleh bakteri
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian
dan analisis ini adalah bakteri Thiobacillus
thioparus dapat dimanfaatkan untuk
mendegradasi kandungan sulfur gas alam dan
dapat terlihat bahwa semakin besar konsentrasi
maka proses desulfurisasi akan semakin optimum.
43
TERIMAKASIH