Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM II

FISIOLOGI MIKROBA

“Uji H2S Bakteri Bacillus sp., Corynebacterium diphtheriaedan, dan Salmonella typii
Menggunakan Media TSIA”

OLEH

Nama : Angelina Y. Ila Tha

NIM : 1806050017

Kelas/Semester : A / IV

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
I. Judul Praktikum

Praktikum yang dilakukan berjudul “Uji H2S Bakteri Bacillus sp.,


Corynebacterium diphtheria, dan Salmonella typii Menggunakan Media TSIA”

II. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini dilakukan adalah untuk untuk mengetahui adanya enzim
desulfurase pada bakteri yang dapat menguraikan asam amino sistein menjadi asam
disulfida (H2S) pada bakteri dengan menggunakan media TSIA (Triple Sugar Iron
Agar).

III. Dasar Teori

Uji H2S digunakan untuk mengetahui adanya enzim desulfurase pada bakteri yang
dapat menguraikan asam amino sistein menjadi asam disulfida (H 2S). Sistein
merupakan asam amino yang mengandung sulfur dan tidak terkandung dalam semua
protein. Pada kondisi anaerobik, sistein mula-mula akan dipecah menjadi 2 molekul
sistein dan kemudian sistein akan dipecah menjadi H2S, amonia, asam asetat dan
asam format. Sedangkan pada kondisi aerobik, sistein akan mengalami disimilasi dan
menghasilkan H2S.
Asam amino merupakan senyawa disamping glukosa yang dapat difermentasi
oleh bakteri, terutama yang tergolong ke dalam bakteri anaerobik fakultatif. Bakteri
ini akan menghidrolisis protein menjadi asam amino, kemudian asam amino akan
difermentasi menghasilkan senyawa-senyawa lain terutama asam, seperti asam asetat,
piruvat dan propionat (Fardiaz 1992). Hasil dekomposisi asam amino ini juga dapat
menghasilkan senyawa yang berbau busuk, seperti indol, H2S, amonia dan methyl
sulfida (Brock et al. 1978). TSIA merupakan media yang mengandung senyawa
FeSO4. H2S (asam disulfida) akan bereaksi dengan logam Fe 2+ yang terdapat dalam
medium, menjadi FeS (ferro sulfida) yang berwarna hitam.
H2S diproduksi oleh beberapa jenis mikroorganisme melalui pemecahan asam
amino yang mengandung unsur belerang (S) seperti lisin dan metionin. H2S dapat
juga diproduksi melalui reduksi senyawa-senyawa belerang anorganik, misalnya :
tiosulfat, sulfit atau sulfat. Adanya H2S dapat diamati dengan menambahkan garam-
garam logam berat ke dalam medium. Dikatakan positif apabila H2S bereaksi dengan
senyawa-senyawa ini ditandai dengan terbentuknya logam sulfit yang berwarna
hitam. Dan dikatakan negatif apabila tidak terbentuk logam sulfit yang berwarna
hitam karena bakteri yang berada dalam medium tersebut tidak dapat menghidrolisis
logam-logam berat yang terkandung dalam medium.
Pada percobaan yang berkaitan dengan H2S, reaksi yang dapat timbul adalah :
a) Kuning pada butt (dasar) dan merah pada slant (permukaan miring), menunjukkan
adanya fermentasi glukosa.
b) Kuning pada butt dan slant, menunjukkan adanya fermentasi laktosa dan/atau
sukrosa.
c) Pembentukan gas, yang ditandai dengan pembentukan ruang udara dibawah
medium sehingga medium terangkat ke atas.
d) Pembentukan gas (H2S), terlihat dari pembentukan warna hitam pada medium.
e) Merah pada butt dan slant, menunjukkan tidak adanya fermentasi gula dan
pembentukan gas atau pembentukan H2S.

IV. Alat dan Bahan


a. Alat
 Inkubator
 Jarum ose
 Bunsen
 Cawan Petri
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Autoklaf
 Kertas label
 Mikroskop
b. Bahan
 Biakan bakteri Salmonella typii
 Biakan bakteri Corynebacterium diphtheriae
 Biakan bakteri Bacillus sp.
 Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)

V. Prosedur Kerja
1. Semua alat disiapakan, lalu disterilkan di autoklaf
2. Diambil 3 tabung reaksi yang sudah berisi media TSIA
3. Diambil biakan bakteri Salmonella typii lalu di inokulasi secara goresan pada
bagian permukaan, sedangkan dibuat metode tusukan untuk dasar tabung
reaksi.
4. Tabung yang sudah siap diinokulasi selama 48 jam di dalam incubator, ditulis
tabung 1lalu diamati perubahan yang terjadi.
5. Diambil juga biakan bakteri Corynebacterium diphtheriae lalu di inokulasi
secara goresan pada bagian permukaan, sedangkan dibuat metode tusukan
untuk dasar tabung reaksi.
6. Tabung yang sudah siap diinokulasi selama 48 jam di dalam incubator, diberi
tanda tabung 2 lalu diamati perubahan yang terjadi.
7. Diambil biakan bakteri yang terakhir, Bacillus sp. lalu di inokulasi secara
goresan pada bagian permukaan, sedangkan dibuat metode tusukan untuk
dasar tabung reaksi.
8. Tabung yang sudah siap diinokulasi selama 48 jam di dalam incubator, ditulis
tabung 3 lalu diamati perubahan yang terjadi.

VI. Hasil Pengamatan

Perubahan yang terjadi


Tabung reaksi 1 Warna larutan berubah menjadi hitam
Tabung reaksi 2 Warna larutan berubah menjadi hitam
Tabung reaksi 3 Larutan tidak berubah warna
VII. Pembahasan

Perlakuan awal yang dilakukan adalah sterilisasi. Hal ini sangat diutamakan
mengingat kita melakukan praktikum yang berkaitan dengan bakteri, dimana sangat
menjunjung tinggi kestrerilian dan bebas dari kontaminan luar. Hal ini diantisipasi
dengan sterilisasi alat – alat praktikum, kemudian ditambah dengan tahapan –
tahapan selanjutnya yang tetap berusaha menjaga media tidak terkontaminasi zat-zat
yang tidak diperlukan dari luar.

Setelah sterilisasi, dilanjutkan dengan uji H2S itu sendiri. Uji H2S dimulai dengan
menyiapkan media TSIA. Media ini dipakai karena media ini dapat menentukan
perbedaan pola fermentasi karbohidrat dan pembentukan hidrogen sulfida oleh
berbagai kelompok organisme intestinal (Cappuccino & Sherman, 2014). Media
TSIA terdiri dari 3 jenis gula yaitu glukosa, sukrosa, dan laktosa. Terdapat juga
tambahan fero sulfat dan sodium tiosulfat untuk mendeteksi produksi gas H2S (Putri,
2016).

Dari keterangan tersebut, dilihat bahwa pada tabung 1 dan tabung 2 terjadi
perubahan warna menjadi hitam pekat. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri pada 2
tabung tersebut memiliki enzim desulfurase yang mampu menghasilkan H2S pada
fermentasinya. Bakteri tersebut adalah Salmonella typii dan Corynebacterium
diphtheria.

Sebaliknya, pada tabung 3, tidak terjadi perubahan warna yang berarti tidak
terdapat enzim desulfurase yang mampu menghasilkan H2S pada fermentasinya.
Bakteri tersebut adalah Bacillus sp.
Salmonella typii adalah merupakan bakteri yang berbentuk batang, tidak berspora,
memiliki ukuran lebar antara 0,7 - 1,5 µm dan panjang 2,0 - 5,0 µm, besar koloni
rata-rata 24 mm, dominan bergerak dengan flagel peritrik dan termasuk bakteri gram
negative. Pada umumnya, bakteri Salmonella typhi (S.typii) bersifat patogen dan
dapat menginfeksi manusia dan hewan. Salmonella typii menyebabkan demam
enterik (demam tifoid), bakteremia dengan lesi fokal, enterocolitis.

Bacillus licheniformis adalah bakteri yang biasa ditemukan di tanah. Ini


ditemukan pada bulu burung, terutama bulu dada dan punggung, dan paling sering
pada burung darat (seperti burung pipit ) dan spesies air (seperti bebek ). Bakteri ini
berperan dalam degradasi bulu burung, pembuatan deterjen pencuci pakaian biologis,
aplikasi nanotech pada gigi, koompeten untuk transformasi genetic alami dan sebagai
probiotik. Bakteri ini juga sangat berperan dalam pembuatan laru dan nira di Pulau
Timor, Nusa Tenggara Timur.

Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif,


motil, menghasilkan spora yang biasanya resisten pada panas, bersifat aerob
(beberapa spesies bersifat anaerob fakultatif), katalase positif, dan oksidasi bervariasi.
Tiap spesies berbeda dalam penggunaan gula, sebagian melakukan fermentasi dan
sebagian tidak. Bakteri ini mampu mengdegradasi senyawa organik seperti protein,
pati, selulosa, hidrokarbon dan agar, mampu menghasilkan antibiotik; berperan dalam
nitrifikasi dan dentrifikasi; pengikat nitrogen; bersifat khemolitotrof, aerob atau
fakutatif anaerob, asidofilik, psikoprifilik, atau thermofilik.

VIII. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
bakteri Salmonella typii dan bakteri Corynabacterium diphtheria terdapat enzim
desulfurase yang dapat menguraikan asam amino sistein menjadi asam disulfida
(H2S) , sedangkan pada bakteri Bacillus sp. tidak terdapat enzim desulfurase.
IX. Daftar Pustaka

Elidar Naiola.2008. Mikrobia Amilolitik pada Nira dan Laru dari Pulau Timor,
Nusa Tenggara Timur. Volume 9, Nomor 3 Halaman: 165-168

http://digilib.unila.ac.id/2807/13/BAB%20II.pdf. Diakses pada 9 Mei Pukul 22.18


WITA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/834/6/BAB%205.pdf. Diakses pada 9 Mei


2020 pukul 20.39 WITA

http://repository.unimus.ac.id/1161/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada 9 Mei 2020 pukul


21.26 WITA

http://repository.upi.edu/4382/6/S_BIO_0700203_Chapter3.pdf. Diakses tanggal 8


Mei 2020 Pukul 20.43 WITA.

https://en.wikipedia.org/wiki/Bacillus_licheniformis. Diakses pada 9 Mei pukul 21.45


WITA

https://media.neliti.com/media/publications/174791-ID-isolasi-dan-uji-sensitivitas-
merkuri-pad.pdf. Diakses tanggal 8 Mei 2020 Pukul 21.08 WITA.

Indah Sari, Nur. 2014. “Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Tanah di Kecamatan
Pattallassang Kabupaten Gowa”. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Alauddin Makassar.

Mutiara Nurul Azizah. 2016. “Isolasi dan Identifikasi Bakteri Dari Tanah
Pertanian Tomat di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten
Purbalingga”. Skripsi. FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai