Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

Modul Praktikum : Uji Mikrobiologi Makanan Kaleng

Nama : Ari Kuncoro Aji NRP : 1321800012

Group Praktikum NRP Kelas/Group/Shift

1. Anggie Syafitri R 1321800004 TIP / III / II


2. Nur Amalia Karsydi 1321800007
3. Raihan Rasyid Bactiar 1321800015
4. Rizma Ayu Apriliana 1321800017
5. Laga Satrya P. 1321800029

TANGGAL PRAKTIKUM : 30 November 2020


ASISTEN PRAKTIKUM : Maya Sulistyani

Program Studi
Teknologi Industri Pertanian
Institut Teknologi Indonesia
Tahun 2020/2021
Uji Mikrobiologi Makanan Kaleng

I. Tujuan
Pada praktikum ini mempunyai tujuan :
a. Agar praktikan mengetahui adanya mikroba penghasil karat pada kaleng.
b. Agar praktikan dapat mengetahui mikroba yang tumbuh jenisnya aerob atau
anaerob.
c. Agar Praktikan dapat mengetahui adanya mikroba pembusuk yang ada
dalam kaleng menggunakan media DTBPA.
II. Dasar Teori
Kemasan makanan tidak hanya sekadar bungkus yang berfungsi sebagai
pelindung makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan,
pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Kaleng dipilih
orang untuk kemasan makanan karena sifatnya kedap udara, athogen ringan (lebih
ringan daripada gelas yang mempunyai kekedapan yang sama), mudah dibentuk,
dan tidak mudah pecah.
Kaleng adalah salah satu jenis kemasan makanan yang mulai diperkenalkan
pada perang dunia kedua. Kelebihan menonjol dari kemasan ini adalah bisa
dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan yang disimpan di dalamnya
menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Kerusahan utama yang terjadi pada
bahan makanan adalah kerusakan yang disebabkan oleh mikroba. Jasad renik
itulah yang menyebabkan makanan jadi bau, busuk, dan bahkan menjadi beracun.
Dalam pengolahan makanan kaleng terdapat dua prinsip utama pengawetan,
yaitu pengawetan dengan suhu tinggi dan penyimpanan anaerobik di dalam wadah
tertutup. Makanan kaleng dapat mengalami kerusakan atau kebusukan selama
transport atau penyimpanan. Kerusakan makanan terdiri dari 3 macam, yaitu
kesrusakan fisik, kerusakan kimia, dan kerusakan mikrobiologis.
Pengalengan makanan merupakan suatu cara pengawetan bahan bahan
makanan yang dikemas secara hermetis dan kemudian disterilkan. Pengemasan
secara hermetis dapat diartikan bahwa penutupannya sangat rapat, sehingga tidak
dapat ditembus oleh udara, air, kerusakan akibat oksidasi, ataupun perubahan cita
rasa. Di dalam pengalengan makanan, bahan pangan dikemas secara hermetis
(hermetic) dalam suatu wadah, baik kaleng,gelas, atau alumunium.
Ada 3 hal penyebab kerusakan makanan oleh mikroba pada makanan
kaleng, yakni
a. suhu yang tidak cukup dingin setelah proses seterilisasi atau disimpan
pada temperatur tinggi sehingga memberikan kesempatan thermophilic
spore forming bacteria berkecambah dan tumbuh
b. suhu pemanasan tidak cukup tinggi sehingga memberikan kesempatan
pada bakteri yang tergolong mesophilic (yang hidup pada suhu 25 – 45°C)
bertahan dan selanjutnya dapat tumbuh
c. adanya kebocoran kaleng yang memungkinkan mikroba yang ada
lingkungan masuk ke dalam kaleng (Ray, 2004).
Jay (2000) menambahkan perlakuan sebelum proses pengalengan atau
praprocessing terhadap bahan pangan juga berpengaruh terhadap keberadaan
mikroba di dalam makanan kaleng. Selain itu tahapan proses pengalengan yang
tidak sempurna juga turut memicu adanya mikroba. Kerusakan makanan kaleng
dapat diketahui, yaitu :
a. Kerusakan fisik yang terjado [ada makanan kaleng pada umumnya tidak
membahayakan konsumen, meskipun pada akhirnya mungkin produk
tidak dapat dimakan karena penampakannya yang tidak baik. Misalnya
pada kerusakan penyok karena benturan keras “stuck burning”.
b. Kerusakan Kimia dapat berupa kerusakan-kerusakan zat gizi atau nutrient,
atau penggunaan wadah kaleng yang tidak sesuai sehingga terjadi reaksi
kimia antara kaleng dengan makanan didalamnya. Kerusakan kimia yang
terjadi adalah kerusakahan kembung hydrogen dan pembentuan warna
hitam.
1. Kembung Hidrogen adalah suatu kedaan pengembungan kaleng yang
disebabkan oleh terbentuknya gas hydrogen, sebagai akibat terjadinya
reaksi antara asam dari prodak dengan logam pada kaleng. Hal ini
dapat terjadi jika makanan yang bersifat asam Dipak di dalam kaleng
yang cacat, misalnya kaleng yang tergores lapisan timahya, atau jenis
kaleng yang digunakan tidak sesuai untuk produk tersebut.
2. Pembentukan warna hitam secara kimia pada bagian dalam kaleng
sering terjadi pada pengalengan jagung,udang, kepiting, ikan dan
daging. Hal ini dapat terjadi pada waktu proses sterilisasi , yaitu terjadi
pemecahan senyawa sulfide dari proten yang kemudian bereaksi
dengan besi dari kaleng. Kerusakan semacam ini tidak membahayakan
konsumen kecuali penampakan produk menjadi kurang baik.
c. Kerusakan Mikrobiologi
Kerusakan mikroiologi makanan kaleng dibedakan menjadi 2 yaitu
keruskaan tampa pembentukan gas dan keruskaan dengan pembentukan
gas, Salah satu contoh kerusakan makanan kaleng yang disebabkan oleh
mikroba yang tidak membentuk gas misalnya kebusukan asam tanpa gas
(flat sour) , dimana kalengterlihat normal (tidak kembung) tetapi produk
didalamnya berubah menjadi asam. Penurunan PH pada kerusakan
semacam ini dapat pencapai 0,1 -1,0 unit. Bakteri-bakteri penyebab
kerusakan semacam ini misalnya Bacillus stearothermofilus yang dapat
tumbuh pada makanan-makanan berasam rendah, dan B.coagulans
(Bacillus thermoacidurans) pada makanan- makanan asam.
Selain disebabkan oleh reaksi kimia, pembentukan warna hitam
didalam makanan kaleng juga dapat disebabkan oleh kerusakan
mikrobiologi yaitu tumbuhnya bakteri pembentuk spora yang bersifat
thermofilik misalnya Clostridium nigirificans yang bersidat anaerobic dan
Bacillus betanigrificans yang bersifat anaerobic fakultatif. Bakteri ini
bersifat proteolitik dan memproduksi H2S sehongga makanan kaleng
menjadi busuk dan berwarna hitam karean terjadi reaksi antara sulfide dan
besi.
Karena H2Slarut didalam prosuk, kaleng biasanya tidak menjadi
kembung. Secara visual , pembentukan warna hitam secara mikrobioogi
sukar dibedakan dari pembentukan warna hitam secara kimia , kecuali
dilakukan uji mikrobiologi secara pemupukan. Oleh karena itu makanan
kaleng yang bagian dalamnya berwarna hitam sebaiknya jangan dimakan.
Kemudian beberapa jenis mikroba dapat bertahan pada suhu panas tinggi
terutama kelompok mikroba thermofilik. Demikian juga spora bakteri dapat
bertahan pada suhu tinggi. Spora bakteri pada umumnya akan bertahan pada suhu
panas tinggi dan akan berkecambah dan tumbuh pada suhu di bawahnya (Frazier,
1988; Jay, 2000; Ray, 2004). Kebusukan atau kerusakan yang terjadi pada bahan
pangan atau produk pangan yang dikemas dengan kaleng apabila mengalami kelima
hal di atas akan sangat merugikan bahkan kematian konsumen karena dapat
tercemar oleh bakteri kontaminan atau keracunan dari bakteri yang mengeluarkan
racun di dalam makanan kaleng tersebut.
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
a. Cawan petri
b. Tabung reaksi
c. Vortex
d. Pipet ukur
e. Mikropipet
f. Rak tabung reaksi
g. Incubator
h. Bunsen
i. Korek api
j. Penggaris
k. Kapas
l. Kertas Coklat
m. Alumunium Foil
3.2 Bahan
a. Kaleng Makanan Sosis
b. DTBPA
c. Thioglycollate medium
d. Sulfit Agar
e. Nutrien Broth
f. Alkohol
g. Aquadest
IV. Cara Kerja
4.1 Pemeriksaan Keadaan Kaleng

Disiapkan sampel yang akan digunakan

Dilakukan pemeriksan terhadap kondisi kaleng dan jenis


kerusakan. Kemudian dicatat merek, prodak, dan informasi
yang ada disampel serta dihitung volumenya.

4.2 Uji Bakteri Anaerob

Dibuka kaleng dan di bersihkan menggunakan alcohol. Disiapkan sampel


yang akan digunakan kemudian diambil 1 ml dimasukkan kedalam tabung
rekasi yang berisi 9 ml aquadest (10-1) lalu divortex

Lalu diambil 1 ml sampel (10 -1) kemudian dimasukkan kedalam tabung


reaksi yang berisi 9 ml aquadest (10-2) dan di vortex.

Diambil 1 ml sampel (10 -2) lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi


yang berisi 9 ml aquadest (10-3) dan divortex agar homogeny.

Disiapkan 6 tabung reaksi yang berisi Thioglycollate lalu Tabung


diberi label kontrol, pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3 serta
control (duplo)

Dimasukkan 1 ml sampel kedalam tabung reaksi sesuai dengan


pengencerannya dan dimasukkan media PCA kedalam masing-masing
tabung reaksi.
Diinkubasi pada suhu 30oC dan 55oC kemudian dicatat hasilnya.

4.3 Uji Bakteri Aerob

Disiapkan sampel yang akan digunakan kemudian diambil 1 ml


dimasukkan kedalam tabung rekasi yang berisi 9 ml aquadest (10 -1) lalu
divortex

Lalu diambil 1 ml sampel (10 -1) kemudian dimasukkan kedalam tabung


reaksi yang berisi 9 ml aquadest (10-2) dan di vortex.

Diambil 1 ml sampel (10 -2) lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi


yang berisi 9 ml aquadest (10-3) dan divortex agar homogen.

Disiapkan 6 tabung reaksi yang berisi Nutrien Broth lalu Tabung


diberi label kontrol, pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3 serta
control (duplo)

Kemudian divortex dan diinkubasi pada suhu 30oC dan 55oC kemudian
dicatat hasilnya.

4.4 Bakteri Flat Sour (Asam) Tak Membentuk Gas

Disiapkan sampel yang akan digunakan dan telah dilakukan


pengenceran hingga 10-3

Disiapkan 6 buah cawan petri kemudian diberi label kontrol, pengenceran


10-2 dan pengenceran 10-3 (duplo)
Disiapkan 6 buah media DTBPA, lalu dimasukkan 1 ml sampel
sesuai dengan pengencerannya kedalam cawan petri

Dimasukkan media DTBPA kedalam cawan petri dan diinkubasi


pada suhu 30oC dan 55oC, setelah diinkubasi kurang lebih 1-2
hari dilakukan pengamatan dan dicatat hasilnya.

4.5 Uji Bakteri Pembentuk Karat


Disiapkan sampel yang akan digunakan dan telah dilakukan
pengenceran hingga 10-3

Disiapkan 6 buah cawan petri kemudian diberi label kontrol, pengenceran


10-2 dan pengenceran 10-3 (duplo)

Disiapkan 6 buah media Sulfit Agar kemudian dimasukkan 1 ml sampel


kedalam cawan petri sesuai dengan pengencerannya

Dimasukkan media Sulfit Agar kedalam cawan petri dan diinkubasi pada
suhu 30oC dan 55oC, setelah diinkubasi kurang lebih 1-2 hari dilakukan
pengamatan dan dicatat hasilnya.
V. Data Pengamatan
Uji Kaleng Rusak
1 Keterangan label :
- Nama produk Chicken Sausage / sosis ayam
- Merek Pronas
- Isi kaleng 325 gram
- Tgl. Pembuatan -
- Tgl. Kadaluarsa 20 Februari 2020
- Nama pabrik PT Canning Indonesian Product
- Ukuran kaleng 378,28208 cm3
2 Penampakan luar Karat dan penyok
3 Jenis kerusakan Flipper

4 Nutrien Broth
30ºC 102 : positif (+)
103 : positif (+)
55ºC 102 : positif (+)
103 : negatif (-)
5 Thioglycollate medium
30ºC 102 : negatif (-)
103 : negatif (-)
55ºC 102 : negatif (-)
103 : negatif (-)
6 DTBPA (unit koloni/mL)
30ºC 102 : 1
103 : 0
55ºC 102 : 7
103 : 0
7 Sulfit agar (unit
koloni/mL) 102 : negatif (-)
30ºC 103 : negatif (-)
102 : negatif (-)
55ºC 103 : negatif (-)

VI. Perhitungan
Ukuran Kaleng
Diameter = 7.4 cm
Jari-jari = 3.7 cm
Tinggi = 8.8 cm
Ukuran kaleng = µr2 x t
Ukuran kaleng = 3.14 x (3.7)2 x 8.8 cm
Ukuran Kaleng = 42.9866 x 8.8
Ukuran Kaleng = 378.28208 cm3
VII. Pembahasan
Dalam praktikum ini praktikan melakukan praktikum Uji Mikrobiologi
pada Makanankaleng, dengan sampel Sosis Kaleng. Praktikum ini mempunyai
tujuan yaitu agar praktikan mengetahui adanya mikroba penghasil karat pada
kaleng, agar praktikan dapat mengetahui mikroba yang tumbuh jenisnya aerob
atau anaerob dan agar Praktikan dapat mengetahui adanya mikroba pembusuk
yang ada dalam kaleng menggunakan media DTBPA.
Kebusukan makanan kaleng dapat disebabkan oleh kapang, khamir dan
bakteri. tanda-tanda kebusukan makanan kaleng oleh mikroorganisme dapat
dilihat dari penampakan abnormal dari kaleng (kembung, basah atau label yang
luntur) penampakan produk yang tidak normal serta bau yang menyimpang,
produk hancur dan pucat, dan keruh atau tanda-tanda abnormal lain pada produk
cair. Dari ketiga jenis mikroba tersebut, bakteri merupakan penyebab kerusakan
yang utama.kadalursa disebabkan karena bakteri yang terdapat dalam makanan
tersebut telah aktif kembali dan kaleng tempat penyimpanan produk tersebut rusak
dikarenakan benturan serta lapisan enamelnya yang sudah habis. Mikoba yang
terdapat dalam makanan kaleng tersebut adalah Clostrudium botulinum dan
basilus. Agar produk pangan yang dikemas steril maka harus dilakukan beberapa
proses pemanasan seperti pasturisasi yaitu proses pemanasan.
Pada praktikum ini menggunakan beerbagai macam alat dan bahan. Alat
yang digunakan yaitu Cawan petri yang berfungsi sebagai wadah membiakan
mikroba yang ingin diketahui, tabung reaksi digunakan untuk menguji adanya
bakteri anaerob dan aerob kemudian juga bisa digunakan sebagai wadah media
atau dilakukan pengenceran, lalu vortex digunakan untuk menghomogenkan
suspensi dengan media atau suspensi yang akan digunakan, pipet ukur digunakan
untuk memipet suspensi atau larutan sampel, mikropipet digunakan untuk
membantu pipet ukur untuk memipet larutan, kemudian rak tabung reaksi
digunakan untuk menempatkan tabung reaksi yang akan digunakan
Selanjutnya Incubator digunakan untuk membuat kondisi agar mikroba bisa
tumbuh dan juga agar menjaga media yang akan digunakan, lalu Bunsen
digunakan untuk menjaga keadaan tetap aseptic, korek api digunakan untuk
menyalakan api pada Bunsen, penggaris digunakan untuk mengukur tinggi dan
diameter pada kaleng, kapas digunakan untuk menutupi tabung raksi dan menjaga
kondisinya tetap steril, kertas coklat digunakan untuk menjaga cawan petri dari
sinar matahari dan uap air, dan alumunium foil digunakan untuk menutupi tabung
reaksi.
Dalam praktikum ini juga menggunakan bahan yang mempunyai fungsi
masing-masing yaitu Kaleng Makanan Sosis yang digunakan sebagai sampel yang
akan diuji kandungan mikrobanya, DTBPA atau Dextroxe Tryptone Brom Cresol
Purple Agar yang digunakan untuk memeriksa adanya bakteri penyebab busuk
asam tanpa gas (flat sour) akan tumbuh membentuk koloni yang dikelilingi oleh
areal berwarna kuning karena pembentukan asam, kemudian thioglycollate
medium digunakan untuk memeriksa adanya bakteri anarobik yang akan tumbuh
didalam medium ini ditandai dengan timbulnya kekeruhan tanpa atau dengan
pembentuka gas, pembentukan gas ditandai dengan terangkatnya lapisan PCA
pada bagian agar, lalu sulfit Agar digunakan untuk menguji adanya bakteri
pembentuk karat atau tidak yang ada didalam kaleng atau sampel, selanjutnya
Nutrien Broth digunakan untuk menguji adanya bakteri aerob didalam sampel atau
tidak dilihat dari kekeruhannya, lalu Alkohol digunakan untuk mensterilkan tutup
kaleng dan juga meja kerja, serta aquadest digunakan sebagai larutan
pengenceran.
Dalam praktikum ini dilakukan pemeriksaan keadaan kaleng, pemeriksaan
ini dilakukan dengan cara disiapkan alat dan bahannya lalu dilihat keadaan kaleng
mulai dari merek, nama produk, tanggal pembuatan dan kadaluarsa, nama pabrik
, ukuran kaleng dan juga isi kaleng setelah itu di bersihkan bagian atas kaleng
menggunakan kapas dan alcohol agar meminimalisir mikroba yang masuk
kesampel, kemudian dibuka tutupnya dan di ganti dengan cawan petri steril agar
mengurangi kontak dengan udara dan mikroba.
Setelah dilakukan pengamatan awal maka dilakukan pengujian bakteri
anaerob dilakukan dengan cara yaitu kaleng yang sudah dibuka dipipet atau
diambil 1 ml dimasukkan kedalam tabung rekasi yang berisi 9 ml aquadest (10-1)
untuk pengenceran lalu divortex agar larutan suspensinya merata, kemudian
diambil 1 ml sampel (10-1) untuk pengenceran selanjtnya, lalu dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml aquadest (10-2) dan di vortex. Setelah itu
diambil 1 ml sampel (10-2) untuk pengenceran berikutnya lalu dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml aquadest (10-3) dan divortex agar
homogeny atau merata lalu disiapkan 6 tabung reaksi yang berisi Thioglycollate
lalu Tabung diberi label kontrol, pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3 serta
control (duplo) dilakukan duplo agar bisa dilakukan perbandingan dan juga
dilakukan pengenceran juga agar melihat aktivitas mikroba seiring dengan
bertambah jumlah pengencerannya, lalu dimasukkan 1 ml sampel kedalam tabung
reaksi sesuai dengan pengencerannya dan dimasukkan media PCA kedalam
masing-masing tabung reaksi, dimasukkan media PCA agar melihat ada reaksi
pembentukan gas atau tidak didalam tabung dan dinkubasi dalam dua suhu yang
berbeda yaitu 30 derajat C dan juga 55 derajat C untuk melihat aktivitas mikroba
yang tumbuh dan juga jenis mikroba thermofilik atau mesofilik.
Uji yang kedua adalah menguji adanya kandungan bakteri aerob dengan
cara menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan agar memperlancar
praktikum kemudian dilakukan pengenceran seperti yang dilakukan pada uji
anerob yang membedakan adalah penggunaan medianya. Media yang digunakan
adalah nutrient Broth dan tidak menggunakan PCA karena untuk melihat aktivitas
bakteri aerob yang akan menimbulkan kekeruham pada media. Kemudian dipipert
sampel kedalam 6 tabung yang berisi NB dan diinkubasi pada suhu 30 derajat C
dan juga 55 derajat C untuk melihat jenis bakterinya.
Kemudian Uji yang ketiga adalah Uji Bakteri Flat Sour (Asam) Tak
Membentuk Gas dilakukan dengan cara disiapkan sampel yang akan digunakan
dan telah dilakukan pengenceran hingga 10-3 agar aktivitas mikrobanya bisa
dihitung kemudian disiapkan 6 buah cawan petri kemudian diberi label kontrol,
pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3 (duplo), fungsi pelabelan agar
mempermudah saat melakukan penuangan dan juga dilakukan duplo agar hasilnya
bisa dibandingkan, selanjutnya Disiapkan 6 buah media DTBPA, lalu dimasukkan
1 ml sampel sesuai dengan pengencerannya kedalam cawan petri, Dimasukkan
media DTBPA kedalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu 30 derajat C dan
55 derajat C, setelah diinkubasi kurang lebih 1-2 hari dilakukan pengamatan dan
dicatat hasilnya dobedakan suhunya untuk melihat hasil akhirnya.
Kemudian Uji Bakteri Pembentuk Karat dilakukan dengan cara disiapkan
sampel yang akan digunakan dan telah dilakukan pengenceran hingga 10-3 untuk
dilihat aktivitas mikoba do seiap pengencerannya, lalu Disiapkan 6 buah cawan
petri kemudian diberi label kontrol, pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3
(duplo) kemudian Disiapkan 6 buah media Sulfit Agar kemudian dimasukkan 1
ml sampel kedalam cawan petri sesuai dengan pengencerannya, penggunaasulfit
untuk mengetahui adanya akteri pembuat karat atau tidak dengan dilihat
timbulnya bakteri atau mikroba yang membentuk warna hitam serta diinkbasi
pada suhu 30 derajat C dan 55 derajat C samapai 1 hingga 2 hari.
Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil berupa keadaan kaleng yang
tidak normalya yaitu karat dan penyok. Penyok sendiri terjadi karena benturan
antara kaleng dengan benda lain dan bisa terjadi pada saaat penyimpanana,
pendistribusian, atau pun pengemasannya. Lalu karat sendiri adalah hasil korosi,
yaitu oksidasi suatu logam. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan
rumus Fe2O3.x H2O. Korosi atau proses pengaratan merupakan proses elektro
kimia. Selaain itu juga mendapatkan data yaitu isi kalengnya berupa Chicken
Sausage / sosis ayam dengan merek Pronas seberat 325 gram yang mempunyai
tanggal kadaluarsanya 20 Februari 2020 dengan ukuran kalengnya dengan rumus
µr2 x t didapatkan hasil yaitu 378,28208 cm3 diproduksi oleh PT Canning
Indonesian Product. Lalu pada kaleng sampel jenis kerusakannya adalah flipper.
Flipper adalah kaleng terlihat normal, tetapi bila salah satu tutupnya ditekan
dengan jari, tutp lainnya akan mengembung hal ini karena didalam kaleng sudah
mengandung gas yang dihasilkan oleh mikroorganisme
Lalu dilakukan 4 pengujian yaitu Uji mikroba aerob, mikroba anaerob,
bakteri penyebab busuk tak membentuk gas , dan juga bakteri pembentuk karat.
Pada pengujian mikroba anaerob menggunkan Medium Thioglicolate dan dituang
PCA untuk melihat adanya kandungan bakteri anaerob atau tidak yang ada
didalam media dan mendapatkan hasil yaitu pada suhu 30 derajat C 10-2 : negatif
(-) dan 10-3 : negatif (-) kemudian pada suhu 55 derajat C 10-2 : negatif (-) dan 10-
3
: negatif (-) hasil pada kedua suhu di 4 tabung reaksi negatif menggandung
bakteri aerob dikarenakan terhambatnya pertumbuhnya disebabkan oleh adanya
PCA yang menghambat laju sirkulasi oksigennya, tetapi adanya bakteri atau
mikroba anaerob dilihat keadaanya yang keruh jika dibandingkan dengan control
hal ini membuktikan adanya aktivitas mikroorganisme anaerob yang membua
Media menjadi keruh.
Lalu pengujian mikroba aerob dilakukan menggunakan media nutrient
Broth merupakan medium yang memiliki kegunaan sebagai medium untuk
menumbuhkan bakteri dan juga melihat aktivitas jenis bakterinya. Pada uji ini
mendapatkan hasil yaitu pada suhu 30 derajat C 10 -2: positif (+) dan 10-3 : positif
(+) lalu pada suhu 55 derajat C 10-2 : positif (+) dan 10-3 : negatif (-). Dapat dilihat
berarti bakteri atau mikroba aerobnya bisa termasuk golongan thermofilik dan
juga mesofilik, pada hasil suhu 55 derajat C dengan pengenceran 10 -3 didapatkan
hasil negatif mungkin dikarenakan pada tabung tersebut tidak ada sel bakterinya
atau mikrobanya pada saat dilakukan pengenceran jadi tidak menimbulkan reaksi
apapun.
Kemudian pengujian bakteri penghasil asam yang tidak menimbulkan gas
yaitu menggunakan media DTBPA yang berfungsi sebagai media untuk
memeriksa adanya bakteri pembusuk penghasil asam atau tidak dan karena bakteri
penghasil asam mengubah pH lingkungannya menjadi lebi rendah sehingga media
DT'BPA yng berwarna ungu berubah menjadi warna kuning saat pHnya rendah.
setelah dilakukan pengujin didapakan hasil yaitu pada suhu 30 derajat C
pengenceran 10-2 : 1 dan pengenceran 10-3 : 0 sedangkan pada suhu 55 derajat C
pengenceran 10-2 : 7 dan pengenceran 10-3 : 0. Dari data tersebut dapat dilihat pada
pengen ceran 10-3 tidak ada bakteri yang tumbuh hal ini mungkin suspensi kurang
homogeny atautidak adanya sel bakteri pembusuk penghasil asam pada
pengenceran 10-3 dan pada pengenceran 10-2 didapatkan hasil pada suhu 30 derajat
C 1 dan pada suhu 55 derajat C 7 berarti bakteri ini tumbuh baik pada suhu 55
derajat C dan jenisnya thermofilik serta jumlah koloni bakteri pembusuk penghasil
asam sangat sedikit dalam sampel tetapi ada. Hal ini berbanding terbalik dari
refrensi yang didapat yaitu suhu optimal perkembangbiakan bakteri Pada media
DTBPA yaitu bakteri peng)asil asam baik pada kaleng yang rusak maupun yang
baik bakteri lebih optimum tumbuh pada suhu 30 derajat C. Bakteri pembentuk
asama meerupakan bakteri mesofilik yang pertumbuhannya optimum pada suhu
ruang. Suhu tinggi menghambat metabolisme bakteri ini sehingga
pertumbuhannya juga terhambat.
Lalu pengujian bakteri pembuat karat dengan menggunakan media sulfit
agar yang digunakan untuk melihat bakteri pembentuk karat atau tidak ditandai
dengan warna hitamnya koloninya karena besi bereaksi dengan sulfit
menghasilkan warna hitam, pada prakrikum ini mendapatkan hasil yaitu negatif
semua pada suhu 55 dan 30 derajat C disemua pegenceran hal ini ada 2
kemungkinan yaitu tidak adanya bakteri penghasil karat dan tidak adanya sel
bakteri yang terpipert pada saat pengenceran tetapi jika ada perubahan warna
disebabkan oleh pecahnya senyawa protein (pada makanan dengan kadungan
protein tinggi, seperti kornet) dalam proses sterilisasi, kemudian bereaksi dengan
logam kaleng dan membentuk senyawa besi athoge.
Dalam praktikum ini menggunakan metode penuangan pour plate
dikarenakan sampelnya kaleng yang diketahui kedap udara sehingga bakteri jenis
aerob tidak tumbuh, dan kebanyakan bakteri pada makanan kaelng berupa
baketeri anaerob maka dilakukan metodenya pour plate. Dan dilakukan perbedaan
suhu 30 dan 55 derajat C agar bisa dilakukan perbandingan jenis bakteri yang
tumbuh serta aktivitas mikrobanya dalam bereaksi dengan medianya. Batas
maksimum cemaran mikroba dalam bahan makanan asal hewan sesuai Standar
Nasional Indonesia diantaranya adalah angka lempeng total (ALT) 1 x 104 cfu/g,,
Escherichia coli 1 x 101 cfu/g (Dewan Standarisasi Nasional, 1995).
VIII. Kesimpulan
Dalam praktikum ini memiliki kesimpulan, yaitu :
a. Tidak adanya mikroba penghasil karat pada kaleng.
b. Mikroba yang tumbuh jenisnya aerob dan anaerob.
c. Adanya mikroba pembusuk yang ada dalam kaleng menggunakan media
DTBPA.
IX. Data Pustaka
Nurhasanah,Enok, dkk.2014.Uji Mikrobiologi Pada Makanan Kaleng.diupload
pada
(https://www.academia.edu/9555948/LAPORAN_AMMP_KALEN
G). Bogor. Institut Pertanian Bogor. Diakses pada 9 Desember 2020.
Prawira,Didi Yudha,dkk.2016. Analisis Mutu Mikrobiologi Makanan Kaleng.
Diupolad pada
(https://www.academia.edu/30187939/AMMP_makanan_kaleng_do
cx). Bogor : Institut Pertanian Bogor. Diakses pada 9 Desember 2020.
Thayib, Soeminarti, Abu Amar, Darti Nurani, dan Setiarti
Sukotjo.1998.Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Industri. Serpng :
Institut Teknologi Indonesia
Zega, Maria Fransisca.2016. Pengujian Mikroba Indikator Ikan Kaleng ABC
Sardines Chili 425 gr diupload pada
(https://www.academia.edu/23899946/pengujian_mikroba_pada_ma
kanan_kaleng). Medan : Universitas Negeri Medan. Diakses pada 8
Dsember 2020.
Lampiran

1. DTBPA

2. Sulfit Agar
3. Thioglicolate

Anda mungkin juga menyukai