Anda di halaman 1dari 5

Ikatan Logam dan sifat-sifat Logam

Logam atau metal mememiliki beberapa karakter umum yaitu wujud padat,
menunjukkan kilap, massa jenis tinggi, titik didih dan titik lebur tinggi, konduktor
panas dan listrik yang baik, kuat atau keras namun mudah dibentuk misalnya dapat
ditempa (malleable) dan direnggangkan (ductile).

Walaupun demikian terdapat beberapa sifat yang menyimpang misalnya raksa pada


suhu kamar merupakan satu-satunya logam yang berwujud padat dan hingga saat ini
belum diketahui mengapa raksa berwujud cair. Selain itu titik leleh beberapa unsur
logam sangat rendah yaitu Hg, Cs dan Rb dengan titik didih berturut-turut adalah
-38,83 °C, 29°C dan 39°C dan Li dan K memiliki massa jenis yang rendah yaitu 0,534
dan 0,86 g/mL.
Emas, perak dan platina disebut logam mulia, sedangkan emas, tembaga dan perak
sering disebut sebagai logam mata uang, karena ketiga unsur ini dipadukan untuk
membuat koin-koin mata uang. Dikatakan sebagai logam mulia karena ketiga logam
ini sukar teroksidasi dengan sejumlah besar pereaksi.
Selain dikenal logam mulia dikenal pula logam berat (heavy metal) adalah logam
dengan massa jenis lima atau lebih, dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Raksa,
kadmium, kromium dan timbal merupakan beberapa contoh logam berat. Logam-
logam berat dalam jumlah yang banyak artinya melebihi kadar maksimum yang
ditetapkan, sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena dapat menyebabkan
kanker (bersifat karsinogen).
 

Ikatan Logam

Berdasarkan sifat umum logam dapat disimpulkan bahwa ikatan logam ternyata bukan
merupakan ikatan ion maupun ikatan kovalen. Ikatan logam didefinisikan berdasarkan
model awan elektron atau lautan elektron yang didefinisikan oleh Drude pada tahun
1900 dan disempunakan oleh Lorents pada tahun 1923.
Berdasarkan teori ini, logam di anggap terdiri dari ion-ion logam berupa bola-bola
keras yang tersusun secara teratur, berulang dan disekitar ion-ion logam terdapat awan
atau lautan elektron yang dibentuk dari elektron valensi dari logam terkait.

Awan elektron yang terbentuk berasal dari semua atom-atom logam yang ada. Hal ini
disebabkan oleh tumpang tindih (ovelap) orbital valensi dari atom-atom logam (orbital
valensi = orbital elektron valensi berada). Akibatnya elektron-elektron yang ada pada
orbitalnya dapat berpindah ke orbital valensi atom tetangganya. Karena hal inilah
elektron-elektron valensi akan terdelokaslisasi pada semua atom yang terdapat pada
logam membentuk awan atau lautan elektron yang bersifat mobil atau dapat bergerak.
 
Dari teori awan atau lautan elektron ikatan logam didefinisikan sebagai gaya
tarik antara muatan positif dari ion-ion logam (kation logam) dengan muatan
negatif yang terbentuk dari elektron-elektron valensi dari atom-atom logam.
Jadi logam yang memiliki elektron valensi lebih banyak akan menghasilkan
kation dengan muatan positif yang lebih besar dan awan elektron dengan jumlah
elektron yang lebih banyak atau lebih rapat. Hal ini menyebabkan logam
memiliki ikatan yang lebih kuat dibanding logam yang tersusun dari atom-atom
logam dengan jumlah elektron valensi lebih sedikit.
 

Misalnya logam magnesium yang memiliki 2 elektron valensi. Berdasarkan model


awan elektron, logam aluminium dapat dianggap terdiri dari ion Al 2+ yang tersusun
secara teratur, berulang dan disekitarnya terdapat awan atau lautan elektron yang
dibentuk dari elektron valensi magnesium, seperti pada Gambar.
 

Gambar Model awan elektron dari lagom magnesium


 

Logam dapat dapat ditempa, direntangkan, tidak rapuh dan dapat dibengkokkan,
karena atom-atom logam tersusun secara teratur dan rapat sehingga ketika diberi
tekanan atom-atom tersebut dapat tergelincir di atas lapisan atom yang lain seperti
yang ditunjukan pada Gambar.
Gambar perpindahan atom pada suatu logam ketika diberi tekanan atau ditempa
 

Dari gambar menjelaskan mengapa logam dapat ditempa ataupun direntangkan,


karena pada logam semua atom sejenis sehingga atom-atom yang bergeser saat diberi
tekanan seolah-olah tetap pada kedudukan yang sama.

Keadaan ini berbeda dengan ikatan ionik. Dalam kristal ionik, gaya pengikatnya
adalah gaya tarik antar ion yang bermuatan positif dengan ion yang bermuatan
negatif. Sehingga ketika kristal ionik diberi tekanan akan terjadi pergeseran ion positif
dan negatif yang dapat menyebabkan ion positif berdekatan dengan ion positif dan ion
negatif dengan ion negatif. Keadaan ini mengakibatkan terjadi gaya tolak antar ion-
ion sejenis sehingga kristal ionik menjadi retak kemudian pecah.
 

Titik Didih dan Titik Lebur Logam

Titik didih dan titik lebur logam berkaitan langsung dengan kekuatan ikatan
logamnya. Titik didih dan titik lebur logam makin tinggi bila ikatan logam yang
dimiliki makin kuat. Dalam sistem periodik unsur, pada satu golongan dari atas
kebawah, ukuran kation logam dan jari-jari atom logam makin besar.
Hal ini menyebabkan jarak antara pusat kation-kation logam dengan awan elektronnya
semakin jauh, sehingga gaya tarik elektrostatik antara kation-kation logam dengan
awan elektronnya semakin lemah. Hal ini dapat dilihat pada titik didih dan titik lebur
logam alkali.
Logam Jari-jari Kation Jari-jari Titik Titik
atom kation lebur
logam logam logam (pm) (°C) didih (°C)
(pm)

Li 157 Li+ 106 180 1330

Na 191 Na+ 132 97,8 892

K 235 K+ 165 63,7 774

Rb 250 Rb+ 175 38,9 688

Cs 272 Cs+ 188 29,7 690

Daya Hantar Listrik Logam

Sebelum logam diberi beda potensial, elektron valensi yang membentuk awan
elektron bergerak ke segala arah dengan jumlah yang sama banyak. Apabila pada
logam diberi beda potensial, dengan salah satu ujung logam ditempatkan elektroda
positif (anoda) dan pada ujung yang lain ditempatkan ujung negatif (katoda), maka
jumlah elektron yang bergerak ke anoda lebih banyak dibandingkan jumlah elektron
yang bergerak ke katoda sehingga terjadi hantaran listrik.
a

Daya Hantar Panas Logam

Berdasarkan model awan elektron, apabila salah satu ujung dari logam dipanaskan
maka awan elektron ditempat tersebut mendapat tambahan energi termal. Karena
awan elektron bersifat mobil, maka energi termal tersebut dapat ditransmisikan ke
bagian-bagian lain dari logam yang memiliki temperatur lebih rendah sehingga bagian
tersebut menjadi panas.
 

Kilap Logam

Permukaan logam yang bersih dan halus akan memberikan kilap atau kilau (luster)
tertentu. Kilau logam berbeda dengan kilau unsur nonlogam. Kilau logam dapat
dipandang dari segala sudut sedangkan kilau nonlogam hanya dipandang dari sudut
tertentu.
Logam akan tampak berkilau apabila sinar tampak mengenai permukaannya. Hal ini
disebabkan sinar tampak akan menyebabkan terjadinya eksitasi elektron-elektron
bebas pada permukaan logam.

Eksitasi elektron yaitu perpindahan elektron dari keadaan dasar (tingkat energi
terendah) menuju ke keadaan yang lebih tinggi (tingkat energi lebih tinggi). Elektron
yang tereksitasi dapat kembali ke keadaan dasar dengan memantulkan energi dalam
bentuk radiasi elektromagnetik. Energi yang dipancarkan inilah yang menyebabkan
logam tampak berkilau.
 

Aloi atau Alloy

Logam-logam selalu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya rangka jendela,


peralatan-peralatan rumuh tangga, rangka pesawat maupun maupun bahan lain yang
menggunakan logam. Bahan-bahan logam tersebut bukan hanya dibuat dari satu jenis
unsur logam tetapi telah dicampur atau ditambah dengan unsur-unsur lain yang
disebut aloi atau sering disebut lakur atau paduan.
Aloi terbentuk apabila leburan dua atau lebih macam logam dicampur atau leburan
suatu logam dicampur dengan unsur-unsur nonlogam dan campuran tersebut tidak
saling bereaksi serta masih menunjukan sifat sebagai logam setelah didinginkan.

Aloi dibagi menjadi dua macam yaitu aloi selitan dan aloi substitusi. Disebut aloi
selitan bila jari-jari atom unsur yang dipadukan sama atau lebih kecil dari jari-jari
atom logam. Sedangkan aloi substitusi terbentuk apabila jari-jari unsur yang
dipadukan lebih besar dari jari-jari atom logam.

Anda mungkin juga menyukai