ILMU KALAM
Disusun Oleh :
Guntoro (2021.1.24.1.02974)
Haikal Iqbal Fadhil (2021.1.24.1.02)
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON (IAI BBC)
Jl.Widarasari III Tuparev – Cirebon, Telp. (0231) 246215, E-mail :
staibbc.cirebon@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas dari dosen kami Ibu Ulfyah,
M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah psikologi pendidikan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena oengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untu kesempuraan makalah
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Harun Nasution,Teologi Islam(Jakarta: UI Press 2007), hlm.3.
B. Terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan
Munculnya fitnah pada zaman Sahabat Radhiyallahu anhu terjadi setelah
terbunuhnya Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu ; masa
sebelum wafat beliau ibarat sebuah pintu yang terkunci dari berbagai fitnah. Ketika
beliau Radhiyallahu anhu terbunuh, muncullah berbagai fitnah yang besar, dan
muncullah orang-orang yang berseru kepadanya (fitnah) dari kalangan orang yang
belum tertanam keimanan dalam hatinya, dan dari kalangan orang-orang munafik
yang sebelumnya menampakkan kebaikan di hadapan manusia, padahal mereka
menyembunyikan kejelekan dan makar terhadap agama ini.
Itulah yang pernah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
‘Umar telah terbunuh, pintu telah dirusak, muncullah berbagai fitnah dan terjadilah
banyak musibah. Fitnah yang pertama kali muncul adalah terbunuhnya Khalifatur
Rasyid, Dzun Nuraini, ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu anhu oleh para penyeru
kejelekan, yang berkumpul untuk menghadapinya dari Irak dan Mesir. Mereka
mema-suki Madinah dan membunuhnya sementara beliau berada di rumahnya
Radhiyallahu anhu.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan kepada ‘Utsman bahwa musibah
akan menimpanya, karena itulah beliau bersabar dan melarang para Sahabat agar
tidak memerangi orang-orang yang membangkang kepadanya, sehingga tidak ada
pertumpahan darah karenanya Radhiyallahu anhu.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan ‘Utsman dengan
menyebutkan musibah yang akan menimpanya, padahal ‘Umar pun meninggal
dengan terbunuh. Hal itu karena ‘Umar tidak mendapatkan cobaan sebesar yang
didapatkan oleh ‘Utsman; berupa sikap kaumnya yang lancang dan memaksanya
untuk melepaskan jabatan kepemimpinan atas tuduhan kezhaliman dan
ketidakadilan yang dinisbatkan kepadanya, dan ‘Utsman memberikan penjelasan
yang lugas serta bantahan atas pernyataan-pernyataan mereka.
Dengan terbunuhnya ‘Utsman Radhiyallahu anhu kaum muslimin menjadi
berkelompok-kelompok, terjadilah peperangan antara para Sahabat, berbagai fitnah
dan hawa nafsu menyebar, banyaknya pertikaian, pendapat menjadi berbeda-beda,
dan terjadilah berbagai pertempuran yang membinasakan pada zaman Sahabat
Radhiyallahu anhum. Sebelumnya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah
mengetahui fitnah yang akan terjadi pada zaman mereka.2
D. Perang Jamal
Perang Jamal terjadi pada tahun 656 M yang dikenal juga sebagai Perang Unta
dan terjadi selepas Rasulullah meninggal dunia. Perang Jamal terjadi di Basra,
antara pasukan yang berpihak pada Ali bin Abi Thalib dan juga pasukan yang
2
https://almanhaj.or.id/3207-6b-terbunuhnya-utsman-bin-affan-radhiyallahu-anhu.html, diakses pada
27 Juli 2022
3
https://ibtimes.id/khalifah-ali-bin-abi-thalib-7-pembaiatan-ali-sebagai-khalifah/, diakses pada 27 Juli
2022
berpihak kepada Aisyah. Perang ini terjadi karena pasukan di sisi Aisyah
menginginkan adanya keadilan akibat terbunuhnya Utsman bin Affan.
Dalam sejarah perkembangan agama Islam, salah satu peristiwa penting adalah
Perang Jamal. Pada saat perang terjadi, istri Nabi SAW, yakni Aisyah menjadi
pemimpin perang. Perang Jamal disebut juga Perang Unta, yang terjadi antar kaum
muslimin untuk pertama kalinya.
Lebih dari 500.000 orang telah gugur baik di pihak Ali bin Abi Thalib maupun
pihak Aisyah. Perang yang terjadi karena gugurnya Ali bin Utsman ini membuat
pihak Aisyah menuntut terhadap Ali bin Abi Thalib, namun sayangnya pihak Ali tak
bisa mengabulkan tuntutan dari pihak Aisyah karena alasan berikut:
Tugas utama Ali adalah menarik kembali semua tanah dan hibah yang telah
dibagikan oleh Utsman kepada kaum kerabatnya menjadi milik milik
Tugas Ali bukan untuk mengusut kematian Utsman.
Menghukum pembunuh bukanlah perkara yang mudah, karena situasi politik
yang sangat kacau.
Kronologi terjadinya perang Jamal adalah sebagai berikut:
1. Khalifah Ali ingin melakukan kompromi kepada Thalhah dan yang lainnya agar
tak pecah pertikaian, namun kesepakatan sulit tercapai, sehingga perang pun
terjadi.
2. Aisyah maju dan memberi Mushaf kepada Ka'ab bin Sur Qadhi Bashrah dan
berkata, "Ajaklah mereka kepada Kitabullah!" Ka'ab bin Sur pun maju dengan
membawa Mushaf dan mengajak mereka kepadanya, dan disambut pasukan
Kufah.
3. Abdullah bin Saba' dan para pengikutnya yang berada di depan pasukan
membunuh siapa saja dari pasukan Bashrah , saat Ka'ab bin Sur mengangkat
mushaf mereka menghujaninya dengan anak panah hingga ia tewas.
4. Aisyah dihujani anak panah namun ia tak mundur dan terus mendesak pasukan
ke arah khalifah Ali.
5. Banyak sekali pasukan yang gugur
6. Aisyah terus mendesak maju dan mengejar pembunuh Utsman, sampai akhirnya
unta yang dinaikinya tertebas kakinya.
7. Unta tersebut roboh ke tanah dan ditebas kakinya adalah dengan tujuan agar
Aisyah tak terkena anak panah, dan agar ia bisa keluar dari medan pertempuran.
8. Setelah unta itu roboh, pasukan Aisyah banyak yang menarik diri, dan akhirnya
Aisyah meminta perjanjian damai.4
E. Perang Shiffin
Perang Shiffin adalah bagian dari Fitna Pertama (Perang Saudara Islam)
yang berlangsung dari tahun 656–661. Fitna Pertama adalah perang saudara di
awal Negara Islam yang disebabkan oleh pembunuhan Khalifah Utsman bin
Affan pada tahun 656 oleh pemberontak Mesir. Perang Shiffin dimulai pada
tanggal 26 Juli 657, Pertempuran Siffin berlangsung selama tiga hari, berakhir
pada tanggal 28. Pembunuhan Utsman bin Affan merupakan tragedi dalam
sejarah Islam. Pembunuhan-pembunuhan yang diakibatkan oleh ketidakpuasan
sebagian umat Islam sekaligus menandai pecahnya persatuan di antara umat
Islam yang telah dirintis oleh Nabi.
Muawiyah adalah politisi yang sangat licin dan memiliki ambisi besar.
Temperamennya yang lembut dan tidak segan-segan melepaskan hartanya,
membuatnya menjadi politisi yang disegani dan banyak sekutu. Ketika Ali
mengirim Jarir bin Abdullah untuk menyerahkan surat kepada Muawiyah
untuk berbai'at, Muawiyah tidak langsung menerimanya. Ia justru
mengumpulkan Amr bin al-Ash dan tokoh-tokoh dari negeri Syam untuk
berkonsultasi. Setelah musyawarah, mereka memutuskan untuk menolak untuk
berjanji setia kepada Ali sampai para pembunuh Utsman dihancurkan atau Ali
menyerahkan para pembunuhnya. Jika dia tidak memenuhi permintaan ini,
mereka akan melawan Ali dan menolak untuk berjanji setia kepadanya sampai
mereka berhasil melenyapkan semua pembunuh Utsman tanpa sisa. Setelah itu
Jarir kembali menemui Ali dan menceritakan keputusan Muawiyah dan warga
Syam. Amir al-mu'minin Ali bin Abi Thalib menanggapi ancaman Muawiyah
dengan berangkat dari Kufah dengan tujuan menduduki Syam. Dia
menyiapkan pasukan di Nukhailah dan mengangkat Abu masud Uqbah bin
Amru sebagai emir sementara di Kufah. Sebelum pergi beberapa orang
menyarankan agar Khalifah tinggal di Kufah dan hanya mengirim pasukan ke
sana, tetapi beberapa yang lain menyarankannya untuk keluar dengan pasukan.
Ketika berita kepergian Ali sampai di Muawiyah, ia langsung berkonsultasi
dengan Amr bin Ash yang juga menasihati Muawiyah untuk keluar bersama
4
https://kumparan.com/berita-update/sejarah-perang-jamal-dalam-perkembangan-agama-islam-
1vQlWAe7CRw, diakses pada 27 Juli 2022.
pasukannya. Amr kemudian berpidato di hadapan Syam bahwa “Sesungguhnya
penduduk Kufah dan Basrah dihancurkan dalam perang Jamal, tidak tersisa
bersama Ali kecuali segelintir orang. Termasuk sekelompok orang yang
membunuh Khalifah Amir al-mu'minin Utsman bin Affan, Tuhan Allah!
Jangan sia-siakan hak-hakmu, jangan biarkan darah Utsman tertumpah dengan
sia-sia.” Kemudian dia menulis pesan kepada semua pasukan di Syam, dalam
waktu singkat. Pasukan Syam bersiap untuk pergi. Mereka bergerak menuju
Efrat dari arah Shiffin. Ali dan pasukannya pindah dari Nukhlailah ke negeri
Syam.
F. Peristiwa Tahkim
Peristiwa Tahkim adalah salah satu peristiwa bersejarah dalam riwayat agama
Islam. Tahkim ini bisa dimaknai sebagai arbitrase, yakni perundingan yang
dilakukan dua utusan dari pihak Ali Bin Abu Thalib dan pihak Muawiyah yang
tengah berperang (pada perang Shiffin). Pada peperangan ini, pasukan Muawiyah
sudah terdesak dan di ambang kekalahan, namun kemudian mereka (dengan akal
dan tipu daya) mengajukan perundingan. Maksud perundingan sebenarnya bukan
mencari jalan tengah untuk kebaikan bersama melainkan untuk menunda kekalahan
pasukan Syam dan mencari celah untuk memenangkan pertempuran.
Niat buruk ini bukan tidak dibaca oleh pihak Ali Bin Abu Thalib. Meski begitu,
mereka tetap mengikuti kemauan untuk berunding dengan mengirimkan wakilnya
yakni Abu Musa al-Asy'ari. Pada mulanya terdapat kesepakatan untuk menurunkan
Muawiyah dan Ali sebagai khalifah lalu mengadakan pemilihan ulang.
Namun keputusan ini dilakukan tidak sebagaimana mestinya sebab pihak Amru bin
'Ash yang seharusnya mengumumkan pengunduran Muawiyah malah menyetujui
keputusan mundurnya Khalifah Ali dan secara sepihak menyatakan Muawiyah
sebagai khalifah terpilih.5
G. Munculnya Khawarij
Kaum Khawarij muncul pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib
(35-40 H/665-660 M). Ali bin Abi Thalib adalah Khalifah Khulafaur Rasyidin
keempat, yang menggantikan Khalifah Utsman bin Affan. Setelah menjadi khalifah,
Ali berpendapat bahwa prioritas saat itu adalah menstabilkan keadaan yang kacau,
5
https://www.askara.co/read/2021/02/04/14817/peristiwa-tahkim-antara-ali-dan-muawiyah, diakses
pada 27 Juli 2022
baru memproses pembunuh Khalifah Utsman. Namun, Muawiyah bin Abu Sufyan
tidak puas dengan kebijakan yang diambil oleh Khalifah Ali, hingga mengakibatkan
pecahnya Perang Shiffin pada 26-28 Juli 657.
Pasukan Khalifah Ali hampir saja memenangkan peperangan. Akan tetapi,
pasukan Muawiyah yang dipimpin oleh Amr bin Al Ash kemudian memerintahkan
mengangkat Al Quran di tiap ujung tombak sebagai simbol untuk melakukan tahkim
atau jalan damai. Khalifah Ali pun menerima ajakan tahkim dari pihak Muawiyah.
Namun, ada pihak di dalam pasukannya yang tidak menyukai keputusan ini.
Kelompok tersebut kemudian keluar dari barisan Ali, yang kemudian dikenal
dengan nama golongan Khawarij.6
6
https://www. Sejarah%20Khawarij,menggantikan%20Khalifah%20Utsman%20bin%20Affan, diakses
pada 27 Juli 2022.
KESIMPULAN
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam membahas tentang
masalah ketuhanan serta berbagai masalah yang berkaitan dengannya berdasarkan
dalill-dalil yang meyakinkan. Ilmu kalam dinamakan ilmu kalam karena :