Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

ILMU KALAM

"Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam"


Dosen Pengampu : Ulfiyah, M.Pd.I

Disusun Oleh :

 Guntoro (2021.1.24.1.02974)
 Haikal Iqbal Fadhil (2021.1.24.1.02)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON (IAI BBC)
Jl.Widarasari III Tuparev – Cirebon, Telp. (0231) 246215, E-mail :
staibbc.cirebon@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas dari dosen kami Ibu Ulfyah,
M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah psikologi pendidikan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena oengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untu kesempuraan makalah
ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Timbulnya Persoalan-Persoalan Teologi (Ilmu Kalam) Dalam


Islam
Sejarah mengatakan bahwa setalah wafatnya Nabi Abu Bakar lah yang disetujui
oleh masyarakat islam di waktu itu untuk menjadi penggati atau khalifah Nabi
dalam mengepalai Madinah. Kemudian Abu Bakar digantikan oleh Umar Ibn
Khattab dan kemudian digantikan oleh Usman Ibn ‘Affan.
Usman termasuk dalam golongan pedagang Quraisy yang kaya. Kaum
keluarganya terdiri dari orang ariskorat Mekkah yang karena pengalaman dagang
mereka, mempunyai pengetahuan tentang administrasi. Pengetahuan mereka ini
bermanfaat dalam memimpin administrasi daerah-daerah di luar semenanjung
Arabia yg bertambah banyak dan masuk dalam kekuasaan islam. Ahli sejarah
menggambarkan ‘Usman sebagai orang yang lemah dan tak sanggup menentang
ambisi kaum keluarganya yang kaya dan berpengaruh itu. Ia mengangkat mereka
menjadi gubernur di daerah yang tunduk kepada kekuasaan islam. Sedangkan
gubernur-gubernur yang diangkat oleh Umar Ibn al- Khattab, khalifah yang terkenal
sebagai orang kuat dan tak memikirkan kepentingan keluarganya, dijatuhkan oleh
Usman.
Tindakan-tindakan politik yang dijalankan Usman ini menimbulkan reaksi yang
tidak menguntungkan bagi dirinya, Sahabat-sahabat Nabi yang pada mulanya
menyokong Usman ketika melihat tindakan yang kurang tepat itu, mulai
meninggalkan khalifah yang ke tiga ini. Perkembangan suasana di Madinah
selanjutnya membawa pada pembunuhan Usman oleh pemuka-pemuka pemberontak
dari Mesir.
Setelah Usman wafat Ali menjadi calon khalifah yang keempat. Segera
mendapatkan tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin pula menjadi khalifah.
Tantangan pertama datang dari Zubayr dan °alhah di Mekah, yang memperoleh
dukungan dari Aisyah isteri Rasulullah. Tantangan dari tiga pemuka ini dapat
dipatahkan oleh Ali dalam pertempuran di Idlak pada tahun 656 M ‘Alhah dan
Zubayr mati terbunuh sedangkan Aisyah di antar kembali ke Mekkah.
Tantangan lain yang lebih dahsyat lagi datang dari pihak Mu’awiyah, gubernur
Damaskus mendapat dukungan dari keluarga Usman, menuntut Ali untuk
menghukum pembunuh-pembunuh Usman, bahkan menuduh Ali turut campur
dalam pembunuhan itu. Salah seorang pemuka pemberontak datang dari Madinah
yang membunuh Usman adalah anak angkat dari Ali bin Abi Thalib, yaitu
Muhammad ibn Abi Bakar dan ternyata pula Ali tidak menghukum anak angkatnya
tersebut malah kemudian mengangkatnya menjadi Gubernur Mesir.
Dalam pertempuran yang terjadi antara kedua golongan ini di Shiffin, tentara Ali
dapat mendesak tentara Muawiyah tersebut bersedia untuk lari. Amr ibn Al-Ash
yang terkenal licik merupakan tangan kanan Mu’awiyah, minta berdamai dengan
pihak Ali dengan mengangkat AlQur’an ke atas. Dalam perundingan perdamaian
yang disebut tahkim (arbitrase) itu, pihak Ali diwakili oleh Abu Musa Al-Asy’ari
seorang moralis berhadapan dengan Amr ibn Al-Ash yang mewakili pihak
Mu’awiyah . mengalahkan perasaan takwa Abu Musa.
Sejarah mengatakan antara keduanya terdapat pemufakatan untuk menjatuhkan
kedua pemuka yang bertentangan, Ali dan Mu’awiyah. Tradisi menyebut bahwa
Abu Musa al-Asy’ari, sebagai yang tertua, terlebih dahulu mengumumkan kepada
orang ramai putusan menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan itu. Berlainan
dengan apa yang telah disetujui, Amr Ibn al-As, mengumumkan hanya menyetujui
penjatuhan Ali yang telah diumumkan Abu Musa tetapi menolak penjatuhan
Muawiyah.
Sebagian pengikut ‘Ali, yang sejak semula tidak menyetujui diadakan tahkim,
apa lagi terbukti tahkim itu tidak menguntungkan mereka, mereka memandang Ali
telah melakukan penyimpangan dari hukum Allah. Mereka menganggap
perselisihan itu tidak dapat diputuskan lewat tahkim buatan manusia. Putusan
hendaknya dari Allah, dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada dalam al-
Qur'an. Karena itu, mereka keluar dari barisan Ali bahkan kemudian menjadi musuh
Ali, Dari sikap mereka yang demikian itulah mereka disebut kaum Al-Khawarij
yakni golongan yang memisahkan dari kesatuannya.1

1
Harun Nasution,Teologi Islam(Jakarta: UI Press 2007), hlm.3.
B. Terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan
Munculnya fitnah pada zaman Sahabat Radhiyallahu anhu terjadi setelah
terbunuhnya Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu ; masa
sebelum wafat beliau ibarat sebuah pintu yang terkunci dari berbagai fitnah. Ketika
beliau Radhiyallahu anhu terbunuh, muncullah berbagai fitnah yang besar, dan
muncullah orang-orang yang berseru kepadanya (fitnah) dari kalangan orang yang
belum tertanam keimanan dalam hatinya, dan dari kalangan orang-orang munafik
yang sebelumnya menampakkan kebaikan di hadapan manusia, padahal mereka
menyembunyikan kejelekan dan makar terhadap agama ini.
Itulah yang pernah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
‘Umar telah terbunuh, pintu telah dirusak, muncullah berbagai fitnah dan terjadilah
banyak musibah. Fitnah yang pertama kali muncul adalah terbunuhnya Khalifatur
Rasyid, Dzun Nuraini, ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu anhu oleh para penyeru
kejelekan, yang berkumpul untuk menghadapinya dari Irak dan Mesir. Mereka
mema-suki Madinah dan membunuhnya sementara beliau berada di rumahnya
Radhiyallahu anhu.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan kepada ‘Utsman bahwa musibah
akan menimpanya, karena itulah beliau bersabar dan melarang para Sahabat agar
tidak memerangi orang-orang yang membangkang kepadanya, sehingga tidak ada
pertumpahan darah karenanya Radhiyallahu anhu.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan ‘Utsman dengan
menyebutkan musibah yang akan menimpanya, padahal ‘Umar pun meninggal
dengan terbunuh. Hal itu karena ‘Umar tidak mendapatkan cobaan sebesar yang
didapatkan oleh ‘Utsman; berupa sikap kaumnya yang lancang dan memaksanya
untuk melepaskan jabatan kepemimpinan atas tuduhan kezhaliman dan
ketidakadilan yang dinisbatkan kepadanya, dan ‘Utsman memberikan penjelasan
yang lugas serta bantahan atas pernyataan-pernyataan mereka.
Dengan terbunuhnya ‘Utsman Radhiyallahu anhu kaum muslimin menjadi
berkelompok-kelompok, terjadilah peperangan antara para Sahabat, berbagai fitnah
dan hawa nafsu menyebar, banyaknya pertikaian, pendapat menjadi berbeda-beda,
dan terjadilah berbagai pertempuran yang membinasakan pada zaman Sahabat
Radhiyallahu anhum. Sebelumnya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah
mengetahui fitnah yang akan terjadi pada zaman mereka.2

C. Baiat atas Kholifah Ali bin Abi Thalib


Melalui Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, at-Thabari menyebutkan beberapa detail
kisah pembaiatan Ali bin Abi Thalib di antaranya; dari Jafar bin Abdallah al
Muhammadi – Amr bin Hammad dan Ali bin Husain – Husain – dari ayahnya –
Abdul Malik bin Abi Sulaiman al Fazari – Salim bin Abi al Jaad al Asyjai –
Muhammad bin al Hanafiyyah:
Aku bersama ayahku ketika Utsman terbunuh. Dia bangkit dan masuk ke dalam
rumah Utsman, dan para sahabat Rasulullah mendatangi ayahku dan mereka berkata
‘Utsman telah dibunuh dan orang-orang harus memiliki seorang Imam. Kita tahu
bahwa tidak ada orang pada saat ini yang lebih pantas untuk tugas ini, dari segi yang
ber-Islam pertama kali dan yang memilki hubungan kerabat terdekat dengan
Rasulullah kecuali engkau’.” Ali menjawab, “Jangan lakukan ini. Akan lebih baik
bahwa aku menjadi seorang wazir dari pada seorang Imam’. Mereka membalas,
‘Tidak, demi Allah!, kami akan tetap kukuh hingga kami memberi baiat untukmu’.
Ali menjawab, ‘Perihal Ini harusnya dilakukan di dalam masjid. Baiat harusnya
tidak diberikan dengan rahasia atau tanpa persetujuan kaum Muslimin’.“ Dari Salim
bin Abi al Jad – Abdallah bin Abbas mengatakan, “Aku tidak menyukai ide Ali,
untuk melakukan baiat di Masjid. Aku khawatir akan terjadi kerusuhan di
sekitarnya. Tapi dia (Ali) tetap pergi ke Masjid. Ketika dia masuk ke dalam masjid,
Kaum Muhajirin dan Anshar ikut masuk juga dan memberikan baiat, dan kemudian
diikuti oleh setiap orang.” Demikianlah bagaimana pembaiatan Ali sebagai khalifah
berlangsung.3

D. Perang Jamal
Perang Jamal terjadi pada tahun 656 M yang dikenal juga sebagai Perang Unta
dan terjadi selepas Rasulullah meninggal dunia. Perang Jamal terjadi di Basra,
antara pasukan yang berpihak pada Ali bin Abi Thalib dan juga pasukan yang

2
https://almanhaj.or.id/3207-6b-terbunuhnya-utsman-bin-affan-radhiyallahu-anhu.html, diakses pada
27 Juli 2022
3
https://ibtimes.id/khalifah-ali-bin-abi-thalib-7-pembaiatan-ali-sebagai-khalifah/, diakses pada 27 Juli
2022
berpihak kepada Aisyah. Perang ini terjadi karena pasukan di sisi Aisyah
menginginkan adanya keadilan akibat terbunuhnya Utsman bin Affan.
Dalam sejarah perkembangan agama Islam, salah satu peristiwa penting adalah
Perang Jamal. Pada saat perang terjadi, istri Nabi SAW, yakni Aisyah menjadi
pemimpin perang. Perang Jamal disebut juga Perang Unta, yang terjadi antar kaum
muslimin untuk pertama kalinya.
Lebih dari 500.000 orang telah gugur baik di pihak Ali bin Abi Thalib maupun
pihak Aisyah. Perang yang terjadi karena gugurnya Ali bin Utsman ini membuat
pihak Aisyah menuntut terhadap Ali bin Abi Thalib, namun sayangnya pihak Ali tak
bisa mengabulkan tuntutan dari pihak Aisyah karena alasan berikut:
Tugas utama Ali adalah menarik kembali semua tanah dan hibah yang telah
dibagikan oleh Utsman kepada kaum kerabatnya menjadi milik milik
 Tugas Ali bukan untuk mengusut kematian Utsman.
 Menghukum pembunuh bukanlah perkara yang mudah, karena situasi politik
yang sangat kacau.
Kronologi terjadinya perang Jamal adalah sebagai berikut:
1. Khalifah Ali ingin melakukan kompromi kepada Thalhah dan yang lainnya agar
tak pecah pertikaian, namun kesepakatan sulit tercapai, sehingga perang pun
terjadi.
2. Aisyah maju dan memberi Mushaf kepada Ka'ab bin Sur Qadhi Bashrah dan
berkata, "Ajaklah mereka kepada Kitabullah!" Ka'ab bin Sur pun maju dengan
membawa Mushaf dan mengajak mereka kepadanya, dan disambut pasukan
Kufah.
3. Abdullah bin Saba' dan para pengikutnya yang berada di depan pasukan
membunuh siapa saja dari pasukan Bashrah , saat Ka'ab bin Sur mengangkat
mushaf mereka menghujaninya dengan anak panah hingga ia tewas.
4. Aisyah dihujani anak panah namun ia tak mundur dan terus mendesak pasukan
ke arah khalifah Ali.
5. Banyak sekali pasukan yang gugur
6. Aisyah terus mendesak maju dan mengejar pembunuh Utsman, sampai akhirnya
unta yang dinaikinya tertebas kakinya.
7. Unta tersebut roboh ke tanah dan ditebas kakinya adalah dengan tujuan agar
Aisyah tak terkena anak panah, dan agar ia bisa keluar dari medan pertempuran.
8. Setelah unta itu roboh, pasukan Aisyah banyak yang menarik diri, dan akhirnya
Aisyah meminta perjanjian damai.4

E. Perang Shiffin
Perang Shiffin adalah bagian dari Fitna Pertama (Perang Saudara Islam)
yang berlangsung dari tahun 656–661. Fitna Pertama adalah perang saudara di
awal Negara Islam yang disebabkan oleh pembunuhan Khalifah Utsman bin
Affan pada tahun 656 oleh pemberontak Mesir. Perang Shiffin dimulai pada
tanggal 26 Juli 657, Pertempuran Siffin berlangsung selama tiga hari, berakhir
pada tanggal 28. Pembunuhan Utsman bin Affan merupakan tragedi dalam
sejarah Islam. Pembunuhan-pembunuhan yang diakibatkan oleh ketidakpuasan
sebagian umat Islam sekaligus menandai pecahnya persatuan di antara umat
Islam yang telah dirintis oleh Nabi.
Muawiyah adalah politisi yang sangat licin dan memiliki ambisi besar.
Temperamennya yang lembut dan tidak segan-segan melepaskan hartanya,
membuatnya menjadi politisi yang disegani dan banyak sekutu. Ketika Ali
mengirim Jarir bin Abdullah untuk menyerahkan surat kepada Muawiyah
untuk berbai'at, Muawiyah tidak langsung menerimanya. Ia justru
mengumpulkan Amr bin al-Ash dan tokoh-tokoh dari negeri Syam untuk
berkonsultasi. Setelah musyawarah, mereka memutuskan untuk menolak untuk
berjanji setia kepada Ali sampai para pembunuh Utsman dihancurkan atau Ali
menyerahkan para pembunuhnya. Jika dia tidak memenuhi permintaan ini,
mereka akan melawan Ali dan menolak untuk berjanji setia kepadanya sampai
mereka berhasil melenyapkan semua pembunuh Utsman tanpa sisa. Setelah itu
Jarir kembali menemui Ali dan menceritakan keputusan Muawiyah dan warga
Syam. Amir al-mu'minin Ali bin Abi Thalib menanggapi ancaman Muawiyah
dengan berangkat dari Kufah dengan tujuan menduduki Syam. Dia
menyiapkan pasukan di Nukhailah dan mengangkat Abu masud Uqbah bin
Amru sebagai emir sementara di Kufah. Sebelum pergi beberapa orang
menyarankan agar Khalifah tinggal di Kufah dan hanya mengirim pasukan ke
sana, tetapi beberapa yang lain menyarankannya untuk keluar dengan pasukan.
Ketika berita kepergian Ali sampai di Muawiyah, ia langsung berkonsultasi
dengan Amr bin Ash yang juga menasihati Muawiyah untuk keluar bersama
4
https://kumparan.com/berita-update/sejarah-perang-jamal-dalam-perkembangan-agama-islam-
1vQlWAe7CRw, diakses pada 27 Juli 2022.
pasukannya. Amr kemudian berpidato di hadapan Syam bahwa “Sesungguhnya
penduduk Kufah dan Basrah dihancurkan dalam perang Jamal, tidak tersisa
bersama Ali kecuali segelintir orang. Termasuk sekelompok orang yang
membunuh Khalifah Amir al-mu'minin Utsman bin Affan, Tuhan Allah!
Jangan sia-siakan hak-hakmu, jangan biarkan darah Utsman tertumpah dengan
sia-sia.” Kemudian dia menulis pesan kepada semua pasukan di Syam, dalam
waktu singkat. Pasukan Syam bersiap untuk pergi. Mereka bergerak menuju
Efrat dari arah Shiffin. Ali dan pasukannya pindah dari Nukhlailah ke negeri
Syam.

F. Peristiwa Tahkim
Peristiwa Tahkim adalah salah satu peristiwa bersejarah dalam riwayat  agama
Islam. Tahkim ini bisa dimaknai sebagai arbitrase, yakni perundingan yang
dilakukan dua utusan dari pihak Ali Bin Abu Thalib dan pihak Muawiyah yang
tengah berperang (pada perang Shiffin). Pada peperangan ini, pasukan Muawiyah
sudah terdesak dan di ambang kekalahan, namun kemudian mereka (dengan akal
dan tipu daya) mengajukan perundingan. Maksud perundingan sebenarnya bukan
mencari jalan tengah untuk kebaikan bersama melainkan untuk menunda kekalahan
pasukan Syam dan mencari celah untuk memenangkan pertempuran.
Niat buruk ini bukan tidak dibaca oleh pihak Ali Bin Abu Thalib. Meski begitu,
mereka tetap mengikuti kemauan untuk berunding dengan mengirimkan wakilnya
yakni Abu Musa al-Asy'ari. Pada mulanya terdapat kesepakatan untuk menurunkan
Muawiyah dan Ali sebagai khalifah lalu mengadakan pemilihan ulang.
Namun keputusan ini dilakukan tidak sebagaimana mestinya sebab pihak Amru bin
'Ash yang seharusnya mengumumkan pengunduran Muawiyah malah menyetujui
keputusan mundurnya Khalifah Ali dan secara sepihak menyatakan Muawiyah
sebagai khalifah terpilih.5

G. Munculnya Khawarij
Kaum Khawarij muncul pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib
(35-40 H/665-660 M). Ali bin Abi Thalib adalah Khalifah Khulafaur Rasyidin
keempat, yang menggantikan Khalifah Utsman bin Affan. Setelah menjadi khalifah,
Ali berpendapat bahwa prioritas saat itu adalah menstabilkan keadaan yang kacau,
5
https://www.askara.co/read/2021/02/04/14817/peristiwa-tahkim-antara-ali-dan-muawiyah, diakses
pada 27 Juli 2022
baru memproses pembunuh Khalifah Utsman. Namun, Muawiyah bin Abu Sufyan
tidak puas dengan kebijakan yang diambil oleh Khalifah Ali, hingga mengakibatkan
pecahnya Perang Shiffin pada 26-28 Juli 657.
Pasukan Khalifah Ali hampir saja memenangkan peperangan. Akan tetapi,
pasukan Muawiyah yang dipimpin oleh Amr bin Al Ash kemudian memerintahkan
mengangkat Al Quran di tiap ujung tombak sebagai simbol untuk melakukan tahkim
atau jalan damai. Khalifah Ali pun menerima ajakan tahkim dari pihak Muawiyah.
Namun, ada pihak di dalam pasukannya yang tidak menyukai keputusan ini.
Kelompok tersebut kemudian keluar dari barisan Ali, yang kemudian dikenal
dengan nama golongan Khawarij.6

6
https://www. Sejarah%20Khawarij,menggantikan%20Khalifah%20Utsman%20bin%20Affan, diakses
pada 27 Juli 2022.
KESIMPULAN

Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam membahas tentang
masalah ketuhanan serta berbagai masalah yang berkaitan dengannya berdasarkan
dalill-dalil yang meyakinkan. Ilmu kalam dinamakan ilmu kalam karena :

 Persoalan penting yang menjadi pembicaraan pada abad-abad permulaan Hijriah


ialah ” firman Tuhan “( Kalam Allah ) dan non azalinya Quran (Khalq Al
Quran).
 Dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil ini nampak jelas
dalam pembicaraan para mutakalimin. Mereka jarang kembali keparda dalil
naqli ( Quran dan Hadis ), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok
persoalan lebih dahulu.
 Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayan agama menyerupai logika
dalam filsafat, maka pembuktian dalam agama ini dinamakan ilmu kalam untuk
membedakannya dengan logika dalam filsafat
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun. 1988. Pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan


gerakan. Jakarta: PT Magenta Bakti Guna.
https://almanhaj.or.id/3207-6b-terbunuhnya-utsman-bin-affan-radhiyallahu-
anhu.html, diakses pada 27 Juli 2022
https://ibtimes.id/khalifah-ali-bin-abi-thalib-7-pembaiatan-ali-sebagai-khalifah/,
diakses pada 27 Juli 2022
https://kumparan.com/berita-update/sejarah-perang-jamal-dalam-perkembangan-
agama-islam-1vQlWAe7CRw
https://www.askara.co/read/2021/02/04/14817/peristiwa-tahkim-antara-ali-dan-
muawiyah
https://www.Sejarah%20Khawarij,menggantikan%20Khalifah%20Utsman
%20bin%20Affan

Anda mungkin juga menyukai