Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

SEJARAH PERADABAN ISLAM


” TRADISI NGUPATI DI DESA CANGKOAK “

DI SUSUN OLEH :

ARIF FAHMI
(2021.1.124.02963)
PROFIL DESA CANGKOAK

Desa Cangkoak merupakan sebuah desa di Kecamatan


dukupuntang Kabupaten Cirebon, Desa cangkoak berjarak
sekitar 6 km ke arah barat dari Ibu Kota Kabupaten Cirebon.
Mayoritas penduduk Desa Cangkoak Beragama Islam, Luas
dari Desa Cangkoak sekitar 173 Ha dengan jumlah penduduk
6225 jiwa, Dengan kepadatan 45 jiwa / m. Batas wilayah
Desa Cangkoak :

Utara : Desa Kepunduan dan Kec. Depok

Timur : Desa Sindang Mekar

Selatan : Desa Mandala dan Desa Cisaat

Barat : Desa Balad dan desa Dukupuntang

Dengan Jumlah luas wilayah sekitar 173 Ha, maka Desa Cangkoak ini terbagi menjadi 9
Blok/Dusun, Yaitu Blok Batulara, Blok Cibiuk, Blok Cileat, Blok karang dawa, Blok Karang
Desa, Blok karang santri, Blok Lebak, Blok Paguyuban, Blok Paningkiran.

Mata pencaharian penduduk DesaCangkoak adalah menajadi Petani,Pedagang jamu, dan


pengrajin Batu alam. Pendidikan di desa Cangkoak bisa dibilang maju sangat pesat, Karena
diDesa Cangkoak ini sudah terdapat beberapa tingkat pendidikan dari mulai tingkat
pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Diniyah Takmiliyah Awaliyah
(DTA), Sekolah dasar (SD), Madrasa Ibditiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta Pondok Pesantren

Adapun nama nama lembaga pendidikan antara lain :

1. PAUD ( PAUD CAHAY MANDIRI )


2. TK/RA ( RA SYAHIDA )
3. SD ( SDN 1 CANGKOAK, SDN 2 CANGKOAK )
4. SMP ( SMP ASYAHIDA )
5. SMK (SMK ASYAHIDA)
6. PONPES ( PONDOK PESANTRE AT-TARMIDZI

TRADISI NGUPATI DI DESA CANGKOAK


Indonesia merupakan negara multikultur yang terdiri dari keberagaman suku,adat, dan
budaya. Daerah atau tempat yang didiami kemunitas masyarakat tertentu memiliki
kebiasaan atau budaya yang berbeda satu sama lainya, ketikasuatu komunitas masyarakat
yang saling bersinambungan satu sama lain, maka akan menimbulkanpercampuran atau
perpaduan budaya tersebut. Dalam penelitian terdahulu akluturasi adalah pengambilan
atau penerimaan satu atau beberpa unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua
atau beberpa unsur kebuyaan yang saling bertemu. Kebudaayn menunjukan ciri
kepribadian kehidupan kesehariianya, Budaya merupakan implementasi pemikiran
masyarakat tertentu, kata budaya berasal dari kata budi dan daya, budi bearti
akal,kecerdikan,kecerdikan,kepintaran dan kebijaksanaan. Sedangkan daya memiliki arti
ikhtiar, usaha, atau muslihat. Tradisi merupakan bagian dari budaya, dalam kamus besar
bahasa indonesia tradisi memiliki makna segala sesuatu seperti adat kepercyaan kebiasaan
ajaran turun menurun dari nenek moyang.

Islam merupakan agama terbesar di Indonesia, mayoritas masyarakat Indonesia adalah


pemeluk agama Islam. Ajaran agama Islam masuk ke Indonesia salah satunya dibawah oleh
para pedagang Guzarat Zazirah Arab saudi. Pesisir pesisir Indonesia merupakan tempat
pertama yang menerima ajaran agama Islam, dikarenakan tempat tersebut merupakan
termpat beristirahat para pedagang. Islam dikenalkan dengan secara perlahan ketika proses
transaksi jual beli yang dilakukan oleh pedaganga Guzarat dengan warga pribumi terjadi,
selain dengan cara berjualan, penyebaran agama Islam di Indonesia dengan cara
pernikahan dan pendidikan.

Para wali songo yang menyebarkan syiar Islam dipelataran pulau Jawa salah satunya
mengunakan media wayang, wali songo mengembang tugas begitu berat dalam
menyebarkan agama Islam dipelataran pulau Jawa dikarenakan mayoritas penduduk pulau
Jawa saat itu adalah Hindu, diketahui bersama bahwa agama hindu memiliki tradisi-tradisi
yang syarat makna dalam proses menjalankan kehidupan kesehariannya, para wali yang
terdiri dari 9 orang tersebut menyebarkan agama islam kedaerah yang berbeda, 5
diantaranya menyebarkan kebagian timur, 3 dibangian tengah dan 1 dibagian barat.

Dalam proses penyebaran agama Islam yang diuraikan diatas, maka secara tidak langsung
akan timbul adanya akulturasi budaya dan agama. Akulturasi tersebut terjadi karena
adanya perpaduan antara budaya masyarakat pribumi sebelumnya dengan agama yang
disebarkan yaitu agama Islam, Masyarakat yang berbudaya dimana kebudaayn itu terlahir
dari akibat adanya gagasan yang dihasilkan oleh polah pikir manusia yang dilakukan secara
berulang dan turun menurun, maka masyarakat itu sendiri tidak akan mudah menerimah
hal baru dan meninggalkan kebiasan lamanya, alasanya tersebut yang menibulkan
terjadinya akulturasi budaya dan agama. Adanya akulturasi budaya dan agama merupakan
keunikan dari corak keberagaman yang ada di tengah-tengah masyarakat, karena
masyarakat yang sudah memiliki kepercayaan atau keyakinan sebelum Islam datang, maka
nilai nilai atau budaya sebelumnya masi melekat dalam keseharian mereka yang berakibat
praktek keagamaan selalu kental dengan budaya yang telah lama ada. Desa Cangkoak
merupakan desa yang mayoritasnya beragama Islam salah satu tradisi yang terakulturasi
budaya dan agama adalah selametan, salah satunya yaitu selametan empat bulan
kehamilan seorang ibu yang disebut dengan “ngupati”.
Pada tanggal 8 April 2022, saya sempat melakukan wawancara dengan salah satu
ustad/tokoh masyrakat di desa Cangkoak, tepatnya dengan Ustad Ahmad Gozali,beliau
merupakan alumni dari Pondok Pesantren Al-Innaroh Buntet Pesantren dan merupakan
pemimpin Majelis Al-Mujahidin Desa Cangkoak.Dalam wawancara tersebut saya
menanyakan seputar tradisi “NGUPATI”.

Saya menanyakan apa si sebenerya tradisi Ngupati tersebut dan beliau mengatakn bahwa

“ Tradisi Ngupati merupakan tradisi orang islam Indonesia ketika seorang perempuan
sedang mengandung usia 4 Bulan sebagai bentuk syukurbahwasanya 4 bulan
adalahmomen krusal bagi jabang bayi, dimana di dalam hadist menyebutkan bahwa posisi
jabang bayi dalam kandungan janin pada 40 hari berupa sperma,40 hari selanjutnya berupa
segumpal darah kemudian di 40 harinya menjadi segumpal daging. Intinya setelah jabang
bayi berusia 120 hari/ 4 bulan maka Allah mengutus seorang malaikat untuk menentukan
nasib kelak setelah jabang bayi lahir didunia, Oleh karena itu para kyai khususnya ulama
nusantara melakukan suatu Riyado atau suatu bentuk kehati-hatian agar kelak si bayi
menjadi anak yang sholeh dan sholeha maka mereka memohon kepada Allah dengan cara
melaksanakan berkumpul bersama kemudian membaca Al-Quran dengan fadilahnya
ditunjukan kepada jabang bayi yang berusia 120 hari / 4 bulan agar kelaksetelah dilahirkan
menjadianak yang sholeh dan sholeha, itulah tradisi 4 bulan perempuan yang sedang
mengandung disebut dengan istilah ngupati bermakna dari bahasa jawa papat yaitu ngupati
kemudian mengunakan makanan yang di sebut Kupat”.

Peptanyaan yang ke 2 mengenai manfaat dari tradisi Ngupati, kemudian di jawab

“ Manfaat dari tradisi ngupati adalah tentunya dengan kita melakukan Riyado dengan
berdoa bersama sama agar mengharapkan janin yang berusia 4 bulan tadi menjadi anak
yang sholeh dan sholeha karena saat kita berkumpul dalam acara ngupati kita akan
membaca Al-Quran dan surat yang dibacabiasany surat pilihan oleh karena itu apakah
bermanfaat darinkegiatan Ngupati tadi, tentu bermanfaat karena kita bisa mengambil
keberkahan dari Al-Quran yang kita baca kemudian kita harapkan dan kita doakan kita
tunjukan untuk si janin yang berusia 4 bulan tadi agar kelak menjadi anak yang sholeh dan
sholeha dan tentunya jabang bayi tidak ada kurangan suatu apapun setelah dilahirkan
nanti ke Alam dunia itu menjadi jasmani dan rohani”.

Pertanyaan ke 3 mengenai tujuan dari Tradisi Ngupati


“ Adapun tujuan dari Ngupati untuk mengharapkan anak atau janin nanti setlah lahir alam
kedunia kelak menjadi anak yang sholeh an sholeha”

Pertanyaan ke 3 mengenai surat yang dibaca saat acara Ngupati

“ Sebenarnya tidak ada surat khusus, akan tetapi para kyai menganjurkan untuk membaca
surat Luqman. Karena surat Luqman itu mengisahkan seorangyang bijaksana bukan dari
g0l0ngan para nabi ia termasuk golongan orang-orang yang sholeh, Artinya jika dikaitkan
dengan sekarangkita umat Nabi Muhammad SAW yang lahir di ahir jaman maka tidak akan
mungkin lahir seorang Nabis setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW, Oleh karena itu yang
kita harapkan bayi atau janinitu lahir menjadinorang yang Sholeh Sholeha atau laksana
bijaksari yaitu Luqmanullhakim.’’

Dalil tradisi walimah al-haml / 4 bulanan ini bisa kita lihat dalam hadits riwayat
Muhammad Ismail al-Bukhari dalam Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Fikr, 1422), juz IV,
hal. 111, hadits nomor 3208: ‫ ثُ َّم يَ ُكونُ ُمضْ َغةً ِم ْث َل‬،َ‫ ثُ َّم يَ ُكونُ َعلَقَةً ِم ْث َل َذلِك‬،‫ط ِن ُأ ِّم ِه َأرْ بَ ِعينَ يَوْ ًما‬ ْ َ‫ ِإ َّن َأ َح َد ُك ْم يُجْ َم ُع خَ ْلقُهُ فِي ب‬:‫قَا َل‬
‫ ثُ َّم يُ ْنفَ ُخ فِي ِه الرُّ و ُح‬،‫ َو َشقِ ٌّي َأوْ َس ِعي ٌد‬،ُ‫ َوَأ َجلَه‬،ُ‫ َو ِر ْزقَه‬،ُ‫ ا ْكتُبْ َع َملَه‬:ُ‫ َويُقَا ُل لَه‬،‫ت‬
ٍ ‫ث هَّللا ُ َملَ ًكا فَيُْؤ َم ُر بَِأرْ بَ ِع َكلِ َما‬
ُ ‫ ثُ َّم يَ ْب َع‬،َ‫ َذلِك‬،… “Sesungguhnya
setiap orang di antaramu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya empat puluh
hari berupa nutfah, kemudian menjadi segumpal darah, (empat puluh hari kemudian),
kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula (40 hari berikutnya). Kemudian
diutuslah kepadanya malaikat, lalu meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan atasnya
menuliskan empat hal; ketentuan rejekinya, ketentuan ajalnya, ketentuan amalnya, dan
ketentuan celaka atau bahagianya …” Dari hadits di atas bisa kita pahami bahwa proses
kejadian manusia terdiri dari fase sebagai berikut:

• 40 hari pertama berupa nutfah atau cairan kental,

• 40 hari kedua menjadi ‘alaqah atau segumpal darah,

• 40 hari ketiga menjadi mudhghah atau segumpal daging

Proses di atas apabila dihitung berdasarkan bulan sama dengan 4 bulan atau 120 hari. Dan
pada bulan ke-4 seperti itu Allah subhanahu wata‘ala mengutus malaikat guna meniupkan
ruh ke dalam janin yang terdapat di rahim ibunya. Momen inilah yang lazim diperingati oleh
umat Indonesia dengan mengadakan syukuran sambil bersedekah, dengan harapan janin
tersebut terbebas dari marabahaya dan diselamatkan oleh Allah SWT. Adapun doa apa
yang dipanjatkan dalam walimatul haml, bisa kita kutip dari karya Lajnah Ta’lif Pustaka
Gerbang Lama, Pondok Pesantren Lirboyo) dalam buku Menembus Gerbang Langit;
Kumpulan Doa Salafus Shalih (Kediri: Pustaka Gerbang Lama, 2010), hal. 119: َ‫َأ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمن‬
ِ‫ نُ ِع ْي ُذ ٰه َذا ْال َح ْم َل ْالبَالِ َغ َأرْ بَ َعةَ َأ ْشه ٍُر بِاهلل‬،‫َاربٌ ِمنَ هللاِ َوهُ َو ْال َح ُّي ْالقَيُّوْ ُم‬ ِ ‫ب ِإاَّل هللاُ َواَل يُفَ ِّوتُهُ ه‬ َ ِ‫ بِس ِْم هللاِ َوبِاهللِ َو ِمنَ هللاِ وَِإلَى هللاِ َواَل غَال‬،‫ان ال َّر ِجي ِْم‬ ِ َ‫ال َّش ْيط‬
ْ ْ ‫َأ‬
‫ت هللاِ التَّآ َّم ِة َوبِ ْس َمآِئكَ ال َع ِظ ْي َم ِة َوآيَاتِ ِه ال َك ِر ْي َم ِة َو ُحرُوْ فِهَا‬ ُ
ِ ‫ب َوال َّشهَا َد ِة هُ َو الرَّحْ مٰ نُ ال َّر ِح ْي ُم َونُ ِع ْيذهُ بِ َكلِ َما‬ ْ
ِ ‫ْف ال َحفِ ْي ِظ ال ِذيْ آَل ِإلَهَ ِإاَّل ه َُو عَالِ ُم ال َغ ْي‬َّ ْ ِ ‫اللَّ ِطي‬
‫اس ٍد ِإ َذا‬ ِ ‫ت فِي ْال ُعقَ ِد َو ِم ْن َشرِّ َح‬ ِ ‫ان َو ِم ْن َشرِّ النَّفَّاثَا‬ ِ َ‫ار َوااْل ٰ َوا ِن َو ِم ْن َج ِمي ِْع ْالفِتَ ِن َو ْالبَاَل يَا َو ْال ِعصْ ي‬ ِ َ‫س َو ْال َجآنِّ َو ِم ْن َم ْك ِر اللَّ ْي ِل َوالنَّه‬ ِ ‫ار َك ِة ِم ْن َشرِّ اِإْل ْن‬ َ َ‫ْال ُمب‬
‫ق ْال َك ِر ْي َم ِة َوالصُّ وْ َر ِة ْال َج ِم ْيلَ ِة ِذي ْالهَ ْيبَ ِة َو ْالهَيَْئ ِة‬ ٰ ٰ
ِ ‫ اَللّهُ َّم زَ يِّ ْنهُ بِ ِز ْينَ ِة اَأْل ْخاَل‬.‫ار ًكا َحلِ ْي ًما‬ َ َ‫صالِحًا َك ِر ْي ًما َكا ِماًل عَاقِاًل َعلِ ْي ًما نَافِعًا ُمب‬ َ ‫ اَللّهُ َّم اجْ َع ْلهُ َولَدًا‬.‫َح َس َد‬
‫ْن يَآ َأ ْك َر َم‬rَ ‫ اَ ٰللّهُ َّم ا ْكتُ ْبهُ فِ ْي ُز ْم َر ِة ْال ُعلَ َمآ ِء الصَّالِ ِح ْينَ َو َح َملَ ِة ْالقُرْ ٰا ِن ْال َعا ِملِ ْينَ َوارْ ُز ْقهُ َع َمالً يُقَ ِّربُهُ ِإلَى ْال َجنَّ ِة َم َع النَّبِيِّي‬.‫ط َر ِة ْال َج ِز ْيلَ ِة‬ ْ ِ‫ْال َملِي َْح ِة َوالرُّ وْ ح َعلَى ْالف‬
ِ
‫ص َو ْال ِعلَّ ِة‬ ْ
‫ق‬ َّ ‫ن‬‫ال‬‫و‬َ ‫ط‬ِ ْ
‫ق‬ َّ
‫س‬ ‫ال‬ َ‫ن‬ ‫م‬
ِ ُ ‫ه‬ ْ
‫ظ‬ َ ‫ف‬ ْ‫اح‬ ‫و‬
َ ‫ة‬
ِ َّ ‫ي‬‫ض‬ِ ْ‫ر‬ ‫م‬
ُ ْ
‫ال‬ ‫ك‬
َ ِ ‫ت‬‫د‬َ ‫ا‬َ ‫ب‬ ‫ع‬
ِ ‫ن‬
ِ ْ
‫س‬ ‫ح‬
ُ ‫و‬
َ َ‫ك‬‫ر‬ ْ
‫ك‬ ُ
‫ش‬ ‫و‬َ ‫ك‬
َ ‫ر‬ ْ
‫ك‬ ‫ذ‬
ِ ‫و‬َ ‫ة‬
ِ َ ‫ل‬ ْ‫ُو‬ ‫ب‬‫ق‬ْ ‫م‬
َ ْ
‫ال‬ ‫ك‬ َ ِ ‫ت‬ ‫ع‬َ ‫ا‬َ ‫ط‬ ‫ي‬
ْ ِ ‫ف‬ ُ ‫ه‬ ‫م‬
َّ ‫ اَ ٰللّهُ َّم ارْ ُز ْقهُ ُوُأ‬. َ‫اَأْل ْك َر ِم ْينَ َويَا خَ ْي َر الرَّازقِ ْين‬
ِ ِ ِ ِ
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ب َو ُع ْس َر ٍة بِ َشفَا َع ِة َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ ٍ ‫ض َوتَ َع‬ ‫ر‬
َ ‫م‬
َ ‫ْر‬ ‫ي‬‫غ‬َ ‫ن‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ة‬
ٍ ‫ْر‬َ ‫س‬ ُ ‫ي‬ ‫و‬
َ ‫ة‬
ٍ َ ‫ل‬ ْ‫ُو‬ ‫ه‬ ‫س‬
ُ ‫و‬َ ‫ة‬
ٍ َ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ ‫َا‬
‫ع‬ ‫و‬ َ ‫ة‬
ٍ ‫ح‬ َّ ‫ص‬
ِ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ُ ‫ه‬ ‫م‬
ُّ ‫ض َع ْتهُ ُأ‬
َ ‫و‬
َ ‫ى‬ َّ ‫ت‬‫ح‬َ ‫ة‬ ِ ‫َو ْال َك َس ِل َو ْال ِخ ْلقَ ِة ْال َم ْذ ُموْ َم‬
ٍ ِ
‫ َو َسلَّ َم‬A’ûdzu billâhi minasy syaithânir rajîm(i). Bismillâhirraḫmânirraḫîm(i). Wa minaLlâhi wa
ilaLlâhi wa lâ ghâliba illaLlâhu wa lâ yufawwituhu hâribun minaLlâhi wa huwal hayyul
qayyûmu, nu’îdzu hadzal ḫamla al-bâlighi arba’ata asyhui billâhil lathîfil ḫâfidzil ladzî lâ ilâha
illa huwa ‘âlimul ghaibi wasysyahâdati huwar-raḫmânur-raḫîmu wa nu‘îdzuhu
bikalimatiLlâhi at-Tâmmati wa bi asmâika al-‘adzîmati wa âyâtihi al-karîmati wa hurûfihâ al-
mubârakati min syarril insi wal jânni wamin makril laili wan nahâri wal awâni wamin jamî’il
fitani wal balâ`I wal ‘ishyâni wa min syarrin naffâtsâti fil ‘uqudi wamin syarri hâsidin idzâ
ḫasad. Allâhumma ij’alhu waladan shâliḫankarîman kâmilan ‘âqilan ‘alîman nâfi’an
mubârakan ḫalîman. Allâhumma zayyinhu bizînatil akhlâqi al-karîmati washshûrati al-
jamîlati dzil-haibati wa- haiati al-malîhati warrûhi ‘alal fithrati al-jazîlati. Allâhumma
uktubhu fî zumratil ulamâ`ish shâlihîn wa ḫamalatil qur`ânil ‘âmilîna warzuqhu ‘amalan
yuqarribuhu ilal jannati ma’an nabiyyîna yâ Akramal akramîn wa yâ Khairar Râziqîn.
Allâhumma-rzuqhu wa ummuhu fî thâ’atika almaqbûlata wa dzikrika wa syukrika wa ḫusni
‘ibâdatika al-mardliyyati wa-ḫfadzhu minassaqti wannaqshi wal ‘illati walkasali wal khilqati
al-madzmûmati ḫatta wadla’athu ummuhu ‘ala shiḫḫatin wa ‘âfiyatin wa suhûlatin wa
yusratin min ghari maradlin wa ta’abin wa ‘usratin bi syafâ’ati sayyidinâ Muḫammadin
shallaLlâhu ‘alaihi wa sallam. “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang
terkutuk, dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Dari
Allah, kepada Allah, tidak ada yang menang kecuali Allah, tiada yang bisa berlari dari Allah,
Dia Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri. Kami memohon perlindungan bagi janin yang
berumur 4 bulan ini pada Allah Yang Maha Lembut, Yang Maha Menjaga, tiada tuhan selain
Dia Yang Maha Mengetahui hal-hal gaib dan terlihat. Dia Maha Pengasih lagi Penyayang.
Kami memohon perlindungan bagi janin ini pada kalimat-kalimat Allah yang sempurna,
asma-asma-Nya yang agung, ayat-ayat-Nya yang mulia, huruf-huruf-Nya yang diberkati dari
kejelekan manusia dan jin, dari godaan malam, siang, dan waktu, dan dari segala fitnah,
bala dan maksiat, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang meniup buhul, dan
dari kejahatan orang yang dengki saat mereka mendengki. Ya Allah jadikanlah dia (janin) ini
sebagai anak yang saleh, mulia, sempurna, berakal, alim, bermanfaat, terberkati, dan
bijaksana. Ya Allah, hiasi dia dengan hiasan akhlak yang mulia dan rupa dan indah,
memiliki wibawa dan tingkah yang manis, dan ruh yang suci lagi agung. Ya Allah, tulis
takdirnya sebagai bagian dari para ulama yang saleh, penghafal dan pengamal Al-Qur’an
yang bisa mendekatkannya pada surga beserta para Nabi, wahai Dzat paling mulia diantara
mereka yang mulia dan Dzat Pemberi rizqi Terbaik. Ya Allah berikan rizqi pada dia dan
ibunya untuk taat yang diterima, untuk mengingat Engkau, bersyukur pada-Mu, dan
beribadah yang baik pada-Mu. Jaga dia dari keguguran, kekurangan, cacat, malas, dan
bentuk yang tercela hingga ibunya melahirkannya dalam kondisi sehat wal afiat, secara
mudah, gampang, tanpa sakit, susah, dan penat. Dengan syafaat Nabi Muhammad SAW.”
Demikian, semoga bermanfaat dan semoga kita bisa mendapatkan anugerah anak yang
saleh. Amin. Wallahu a’lam bi shawab. (Muhammad Ibnu Sahroji).

KETUPAT

Bahan utama ketupat yakni nasi dan daun kelapa muda memiliki makna khusus. Nasi
dianggap sebagai lambang nafsu, sedangkan daun berarti “jatining nur” (cahaya sejati)
dalam Bahasa Jawa yang artinya hati nurani. Sehingga, ketupat digambarkan sebagai
simbol nafsu dan hati nurani. Artinya, manusia harus bisa menahan nafsu dunia dengan
hati nuraninya. Dalam bahasa Sunda, ketupat disebut juga dengan “kupat,” yang artinya
manusia tidak diperbolehkan untuk “ngupat,” yaitu membicarakan hal-hal buruk kepada
orang lain. Selain itu, makna ketupat atau kupat juga diartikan sebagai “Jarwa dhosok”,
yang juga berarti “ngaku lepat”. Dalam hal ini, di dalamnya terdapat pesan bahwa seseorang
harus meminta maaf ketika mereka melakukan sesuatu yang salah. Ketupat juga digunakan
sebagai simbol pengakuan kepada Tuhan dan manusia. Bepergian antar wilayah aglomerasi
tak memerlukan surat izin Tingkah laku ini sudah menjadi kebiasaan atau tradisi pada saat
hari pertama Syawal atau Idul Fitri. Nah, biasanya pada hari terakhir bulan puasa sudah
mulai ditandai dengan makan ketupat beserta beberapa lauk pauk. Selain ngaku lepat,
makna ketupat juga diartikan sebagai laku papat. Laku papat terdiri dari empat tindakan,
yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran yang artinya “lebar,” artinya pintu
permintaan maaf telah dibuka lebar-lebar. Saat manusia mengampuni orang lain, mereka
menerima banyak berkah

Ketupat memiliki beberapa filosofi, mulai dari bentuk anyaman hingga lauk ketupat.
Anyaman rumit pembungkusnya menunjukkan kesalahan manusia. Sementara, isi ketupat
yakni nasi yang berwarna putih mencerminkan kebersihan dan kesucian hati manusia
setelah memaafkan orang lain. Selain itu, nasi putih diartikan sebagai simbol kemakmuran
dan kebahagiaan. Bentuk ketupat yakni persegi empat yang sempurna melambangkan
kemenangan umat Islam setelah sebulan berpuasa menjelang Idul Fitri. Bungkus hijau
kekuningan dianggap sebagai salah satu penolakan bala atau penolakan nasib buruk.
Proses menggantungkan ketupat setelah dimasak di depan rumah dilambangkan sebagai
salah satu bentuk atau tradisi mengusir roh jahat. Oleh karena itu, ketupat sering
digantung di depan pintu untuk mencegah roh jahat memasuki rumah

Dalam tradisi Ngupati juga kita dapat berbagi kesesama saudara dan tetangga,

Sebagaimana yang kita tahu bahwasanya berbagi dalam Islam itu pahalanya besar. Tak
hanya berpahala, memberi makan bahkan dipuji oleh Nabi SAW, “Sesungguhnya orang
terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi makan.” (HR. Thabrani). Seorang laki-
lai bertanya kepada Nabi SAW, “Perbuatan apa yang terbaik di dalam Islam?” Nabi SAW
menjawab, “Kamu memberi makan kepada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Syaikh Nawawi Banten menceritakan ulang di dalam karyanya Nashaihul Ibad tentang
rahasia Nabi Ibrahim hingga menjadi khalilulllah (kekasih Allah). Nabi Ibrahim mengaku
tidak makan sore dan makan pagi kecuali bersama tamu. Bahkan Nabi Ibrahim menempuh
perjalanan sejauh 1 mil atau 2 mil sekadar mencari orang untuk menemaninya makan.

Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat sejumlah kamar yang bagian luarnya
terlihat dari bagian dalamnya dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya. Lalu
seorang Arab Badui berdiri lalu bertanya, “Ya Rasulullah untuk siapa kamar-kamar itu?”
Nabi SAW menjawab, “…untuk orang yang memberi makan …” (HR. Turmudzi).
Dalam Tradisi Ngupati juga kita dapat mempererat tali persaudaran antar tetanga lebih
khusunya umat Islam,

Allah SWT berfirman dalam Surat Al Hujurat ayat 10.

َ‫اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ اِ ْخ َوةٌ فَاَصْ لِحُوْ ا بَ ْينَ اَخَ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬

’’Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara


kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al
Hujurat ayat 10)’’

Anda mungkin juga menyukai