Anda di halaman 1dari 12

KEJAWEN

DISUSUN OLEH :

ANNISA RIZKYAH S (2019031002)


FABIANA MARCHILIA (2019031009)
INTAN NABILAH S (2019031030)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA


FAKULTAS HUMANIORA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki ideologi yaitu Pancasila. Pada Pancasila terdapat nilai-nilai luhur
yang mengandung bahwa Indonesia memiliki banyak suku, budaya, dan agama. Pada sila
pertama mengandung bahwa Indonesia adalah negara beragama dan terdapat 6 agama besar
yang diakui yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu.
Menurut bahasa sansekerta, agama berasal dari kata a=tidak dan gama=kacau, agama
adalah tidak kacau. Jadi, agama bila disimpulkan adalah pedoman umat manusia agar
kehidupannya tidak kacau.
Kata agama berasal dari bahasa latin yaitu Religio-Religere=mengembalikan ikatan.
Agama adalah kegiatan manusia untuk mengembalikan ikatannya dengan Tuhan [ CITATION
Als19 \l 1033 ].
Menurut Durkheim, “Agama adalah suatu pranata yang dibutuhkan oleh masyarakat
untuk mengikat individu menjadi satu kesatuan melalui pembentukan system kepercayaan
dan ritus” [ CITATION Dim12 \l 1033 ].
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah ajaran, sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan
lingkungannya.

Tujuan Agama
Menurut Asfihan (2019) tujuan agama adalah :
1. Agama berasal dari Tuhan untuk dijadikan pedoman oleh manusia untuk menjalani
kehidupan yang lebih baik
2. Media untuk menyampaikan aturan Tuhan untuk membentuk perilaku manusia
3. Media untuk membimbing manusia agar bahagia di dunia maupun di akhirat
4. Menuntun manusia agar bertemu dengan Tuhan di akhirat
Fungsi Agama
Menurut Asfihan (2019) fungsi agama adalah :
1. Sebagai panduan untuk kehidupan manusia sehari-hari, baik secara individu
maupun secara kelompok.
2. Sebagai sumber aturan dan prosedur untuk hubungan manusia dengan Tuhan
dan sesama manusia.
3. Sebagai panduan bagi orang untuk mengekspresikan rasa persekutuan dengan
sesama manusia.
4. Sebagai panduan untuk rasa kepercayaan manusia pada sesuatu yang luar
biasa di luar diri seseorang.
5. Sebagai cara bagi manusia untuk mengekspresikan estetika / keindahan alam
semesta dan semua isinya.
6. Untuk memberi orang identitas sebagai orang yang beragama.
Kejawen adalah sebuah kepercayaan yang banyak dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa
dan suku lainnya yang menetap di Jawa. Kejawen merupakan salah satu agama lokal yang
ada di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Agama Islam Kejawen?
2. Bagaimana penyebaran Agama Islam Kejawen di Pulau Jawa?
3. Bagaimana pelaksanaan ibadah Agama Islam Kejawen dan ritual nya?
4. Apa saja hari-hari penting dalam kejawen?

C. Tujuan
1. Untuk memperluas wawasan tentang agama Islam Kejawen
2. Untuk memberikan informasi pada masyarakat tentang Islam Kejawen yang ada di
Indonesia
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Kejawen


Kejawen merupakan kepercayaan yang di anut oleh masyarakat suku jawa dan
lainnya yang menetap di pulau jawa. Kata kejawen berasal dari bahasa jaw, yang berarti
segala yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan jawa.. nama “kejawen” bersifat
umum karena bahasa untuk ibadahnya menggunakan bahasa jawa.
Menurut simuh, Kepustakaan Islam Kejawen adalah Kepustakaan Jawa yang
memperpadukan tradisi Jawa dan unsur agama Islam [ CITATION Sim88 \l 1033 ].
Kejawen adalah kata bentukan yang berasal dari kata ke+jawi+an, dan diucapkan Kejawen.
Dalam kamus bahasa Jawa Kuna, entri Kejawen berarti menjadi orang Jawa atau ke Jawa-
jawa an (menyerupai orang Jawa). Sedangkan kata Jawi itu sendiri dalam kamus bahasa Jawa
baru berarti kata halus (krama) dari kata Jawa, yang artinya orang atau bahasa Jawa
[ CITATION Nus15 \l 1033 ].
Dalam Islam Kejawen, keberadaan Tuhan tidak perlu dipermasalahkan karena Tuhan
tidak bisa dibayangkan wujudnya. Untuk mereka yang dapat melepaskan diri dari duniawi
akan merasakan puncak religiusitas [ CITATION Adi18 \l 1033 ]. Mereka menyebut Tuhan
dengan nama “Pangeran” atau “Gusti”.

2.2 Penyebaran Agama Islam kejawen di Pulau Jawa


Agama Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan juga
agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya dengan kitab suci Al-Qur’an.
Allah SWT berfirman :

‫يت لَ ُك ُم اإْل ِ ْساَل َم ِدينًا‬


ُ ‫ض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوأَ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬ ُ ‫ْاليَوْ َم أَ ْك َم ْل‬
“Pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah aku ridhai islam sebagai agamamu.” (Q.S. Al-Ma’idah, 5 : 3)
Allah SWT berfirman :

‫يل هَّللا ِ َم ْن آ َمنَ تَ ْب ُغونَهَا‬ ِ ِ‫ص ُّدونَ عَن َسب‬ ُ َ‫ب لِ َم ت‬ ِ ‫ت هَّللا ِ َوهَّللا ُ َش ِهي ٌد َعلَ ٰى َما تَ ْع َملُونَ قُلْ يَا أَ ْه َل ْال ِكتَا‬ ِ ‫قُلْ يَا أَ ْه َل ْال ِكتَا‬
ِ ‫ب لِ َم تَ ْكفُرُونَ بِآيَا‬
َ ‫ِع َوجًا َوأَنتُ ْم ُشهَدَا ُء ۗ َو َما هَّللا ُ بِغَافِ ٍل َع َّما تَ ْع َملُونَ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِن تُ ِطيعُوا فَ ِريقًا ِّمنَ الَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِكت‬
‫َاب يَ ُر ُّدو ُكم بَ ْع َد إِي َمانِ ُك ْم‬
َ ‫َصم بِاهَّلل ِ فَقَ ْد هُ ِد‬
ِ ‫ي إِلَ ٰى‬
‫ص َرا ٍط ُّم ْستَقِ ٍيم‬ ُ َ‫َكافِ ِرينَ َو َك ْيفَ تَ ْكفُرُونَ َوأَنتُ ْم تُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ُك ْم آي‬
ِ ‫ات هَّللا ِ َوفِي ُك ْم َرسُولُهُ ۗ َو َمن يَ ْعت‬
“Katakanlah (Muhammad) “Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah,
padahal Allah maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?” Katakanlah (Muhammad),
“Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan
Allah, kamu menghendakinya (jalan Allah) bengkok, padahal kamu menyaksikan?” Dan
Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Wahai orang-orang yang beriman! Jika
kamu mengikuti sebagian dari orang yang diberi kitab, niscaya mereka akan mengembalikan
kamu menjadi orang kafir setelah beriman. Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir,
padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya (Muhammad) pun berada
ditengah-tengah kamu? Barang siapa berepegang teguh kepada (agama) Allah, maka
sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Q.S. Ali-Imran, 3 : 98-101)

Penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa melalui kesenian, mendirikan pesantren,


berdakwah, kegiatan sosial, kebudayaan. Wali songo atau sembilan wali adalah orang yang
menyebarkan agama Islam dipulau jawa dan lebih banyak melalui kesenian seperti wayang,
seni tari, dan seni musik. Dari metode penyebaran melalui perantara budaya menyebabkan
adanya pencampuran kepercayaan antara islam dan kejawen yang kemudian membentuk
islam kejawen. Islam kejawen adalah agama islam yang sudah beradaptasi dengan tradisi.

2.3 Pelaksanaan ibadah agama Islam Kejawen dan ritual nya


2.3.1 Ibadah Kejawen
Pelaksanaan ibadah agama islam kejawen sehari-hari biasanya di laksanakan pada
saat bangun tidur dan ketika ingin tidur, karena menurut kejawen orang lahir (bangun tidur)
dan meninggal (tidur).
Cara untuk melakukan ibadah kejawen yaitu telentang seperti orang tidur, dengan
telapak tangan kiri di letakan tepat di atas jantung, dan telapak tangan kanan diletakan tepat
di ats puset. Karena menurut islam kejawen jantung adalah organ yang membersihkan darah
dan puser adalah tali kehidupan ketika kita di dalam kandungan.
Do’a ketika melakukan ibadah bangun tidur : “Terimakasih Gusti, saya diberi
kesempatan kembali untuk hidup hari ini. Sedulur papat limo pancer, mari kita sama-sama
menikmati hari ini dengan baik, semoga hidup kita juga bermanfaat bagi Gusti dan pihak lain
(alam, mahluk halus, sesepuh, orang lain, dsb).
Do’a ketika melakukan ibadah menjelang tidur: “Gusti, terimakasih untuk hari ini.
Niat saya tidur, ikhlas dan pasrah pada Gusti. Sedulur papat limo pancer, selamat tidur, badan
tidur hati tetap bangun. Terimakasih, sudah bersama-sama dengan saya dari bangun tidur
hingga tidur kembali.
Ibadah dengan cara lain dapat di lakukan dalam keadaan duduk bersila, berdiri,
maupun telentang. Akan lebih baik dilakukan dalam keadaan duduk atau sila, telapak tangan
kiri menempel di dada, dan telapak tangan kanan menempel pada puser, atau dengan tangan
kanan di bawah tangan kiri. Kejawen percaya bahwa jika tangan kanan di bawah tangan kiri
adalah yang kotor di bawah yang bersih (darah bersih dari jantung mengalir pada bagian
tubuh sebelah kiri, sementara aliran darah kotor mengalir pada bagian tubuh sebelah kanan)
[ CITATION Thi12 \l 1033 ].

2.3.2 Jenis-jenis puasa dalam Islam Kejawen


Menurut Adi (2018) :
1. Mutih
Seseorang yang melaksanakan puasa Mutih hanya diperbolehkan meminum air putih
dan memakan nasi putih tanpa ditambah bahan-bahan lainnya. Seseorang yang ingin
melaksanakan puasa Mutih harus mandi keramas dan membaca mantra tertentu.
2. Ngeruh
Seseorang yang melaksanakan puasa Ngeruh hanya diperbolehkan memakan sayuran
atau buah-buahan, tidak diperbolehkan memakan daging, ikan, telur dan sebagainya.
3. Ngebleng
Jika seseorang sedang melaksanakan puasa Ngebleng maka diharuskan menghentikan
aktifitas sehari-hari. Seseorang yang sedang melaksanakan puasa Ngebleng tidak
diperbolehkan keluar kamar selama 24 jam (hanya diperbolehkan keluar kamar untuk
buang air).
4. Pati Geni
Puasa ini hampir sama seperti puasa Ngebleng namun perbedaannya tidak boleh
keluar dengan alasan apapun termasuk buang air (buang air dilakukan dengan
menggunakan pispot atau sejenisnya). Puasa ini dilaksanakan 1 hari, 3 hari, 7 hari dan
seterusnya.
5. Ngelowong
Seseorang yang melaksanakan puasa ini tidak diperbolehkan makan dan minum
dalam waktu tertentu, dalam 24 jam hanya diperbolehkan tidur selama 3 jam, dan
diperbolehkan keluar rumah.
6. Ngrowot
Puasa ini dilakukan dari subuh sampe maghrib tetapi saat sahur hanya diperbolehkan
makan buah dengan jenis yang sama.
7. Nganyep
Puasa ini hanya diperbolehkan memakan makanan yang tidak ada rasa.
8. Ngidang
Puasa ini hanya diperbolehkan memakan dedaunan dan minum air putih.
9. Ngepel
Puasa ini hanya diperbolehkan memakan nasi satu kepal dalam sehari, terkadang
diperbolehkan dua sampai tiga kepal.
10. Ngasrep
Puasa ini hanya diperbolehkan makan dan minum yang tidak ada rasa dan hanya
diperbolehkan minum 3 kali dalam sehari.
11. Wungon
Seseorang yang melaksanakan puasa Wungon tidak diperbolehkan makan, minum dan
tidur.
12. Tapa Jejeg
Seseorang yang melaksanakan puasa Tapa Jejeg tidak diperbolehkan duduk selama 12
jam.
13. Lelono
Seseorang yang melaksanakan puasa Lelono melakukan perjalanan dari jam 12
malam sampai jam 3 subuh yang digunakan untuk intropeksi diri.
14. Kungkum
Kungkum merupakan suatu tapa yang memiliki beberapa tatacara yang harus diikuti
dan dilakukan selama 7 malam.
15. Ngalong
Tapa yang dilakukan dengan posisi tubuh terbalik (seperti kelelawar), selama
menggantung dilarang banyak bergerak. Biasanya dibarengi dengan puasa Ngrowot.
16. Ngeluwang
Tapa yang dilakukan agar dapat melihat hal gaib dan menghilangkan sesuatu.
Ngeluwang dilakukan dengan cara dikubur di kuburan atau tempat yang sepi dan
membaca mantra seperti ”Niat ingsun ngelowong, anatupi badan kang bolong siro
mara siro mati, kang nganggu mang jiwa insun, lebur kaya dene banyu, krana Allah
ta’ala.”
2.3.3 Ritual Kejawen
Ritual merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan agama dan bertujuan
untuk simbolis. Ada beberapa ritual kejawen yaitu ritual nyadran, ritual mitoni, ritual tedhak
siten, dan ritual wetonan.
Ritual nyadran adalah salah satu ritual adat jawa yang dilakukan setiap tahun sebelum
bulan puasa. “Nama nyadran sendiri berasal dari kata Sradha-nyradha-nyradhan, kemudian
menjadi nyadran.” [ CITATION Bai13 \l 1033 ].
Ritual mitoni atau yang biasa disebut acara nujuh bulanan yang dilakukan oleh ibu yang
sedang mengandung tujuh bulan dalam masyarakat jawa. Acara ini bertujuan untuk memohon
doa kepada yang kuasa dalam kelancaran persalinan dan juga doa untuk sang bayi agar
menjadi anak yang berbakti kelak.
Ritual tedhak siten adalah suatu ritual budaya jawa pada bayi yang berusia tujuh bulan
dari hari kelahiran dalam hitungan kalender jawa yang bertujuan agar anak tumbuh menjadi
anak yang mandiri. Dalam kalender jawa tujuh bulan setara dengan delapan bulan dikalender
masehi. “Tedak siten dikenal juga sebagai upacara turun tanah. Berasal dari kata ‘tedak’ yang
berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang berarti tanah.” [ CITATION Ulf19 \l 1033 ].
Ritual wetonan adalah peringatan hari kelahiran yang di peringati setiap 35 hari sekali.
Dengan mengetahui tanggal, bulan dan tahun kelahiran menurut kalender Masehi, kita bisa
mengetahui weton seseorang. Hari kelahiran menurut kalender Jawa atau weton terjadi
setiap delapan hari. Ritual wetonan ini di lakukan sesudah jam enam sore, karena hari jawa
mengikuti kalender sistem rembulan [ CITATION Set15 \l 1033 ].

2.4 Penganut Agama Kejawen


1. Golongan Santri
Golongan santri atau bisa juga di sebut “Wong Putihan”, adalah orang-orang yang taat
menjalankan agama islam, tetapi biasanya mereka juga melaksanakan acara dan
upacara adat kepercayaan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan ajaran islam
atau menganut kepercayaan kejawen. Seperti upacara selametan dengan berzikir
mengguakan panduan atau membakar kemenyan, atau memberi sesajen kepada roh
ghaib pada waktu tertentu memelihara dan mendengarkan suara burung perkutut
sebagai pembawa tanda dan berita baik atau buruk, melihat dan menafisrkan tanda-
tanda pada tubuh manusia, menafsirkan mimpi atau datangnya ilham.
2. Golongan Priyayi
Awalnya golongan ini adalah kaum bangsawan yang dekat dengan raja-raja jawa.
Mereka merupakan perantara yang menghubungkan antara raja dan rakyatnya.
Mereka dari kaum bangsawan, keluarga istana dan para pejabat yang mengaku
beragama islam karena politik, kedudukan atau jabatan, tetapi biasanya mereka tidak
menjalankan agama islam dengan taat. Mereka masih menganut agama hindu dan
kejawen yang berasal dari hindu-budha Ajaran mistik yang mereka anut tidak
membedakan antara Ketuhanan Yang Mutlak dan manusia, bahkan antara Yang
Mutlak dan Manusia dapat menjadi tubuh yang satu.
3. Golongan Abangan
Golongan abangan atau “wong cilik”’ adalah orang-orang yang menganut agama
purba yang bercampur dengan agama hindu-budha jawa kuno dengan berselubung
pada islam. Dalam melaksanakan acara atau upacara mereka melakukan selamatan
dengan sesajen untuk roh ghaib. Sebagian besar tidak melaksanakan ajaran agama,
terutama ibadah. Mereka masih mempercayai dukun, orang pintar, jimat dan kekuatan
lainnya. Banyak dari mereka yang pengikut aliran kebatinan atau kepercayaan da nada
juga yang menjadikan dirinya pemuka kepercayaan tersebut, seperti aliran
kepercayaan Sapta Darma, Sumarah, Pengestu, Subud, dll.
Terdapat perbedaan antara kaum santri dengan golongan abangan di Jawa. Orang-orang
abangan menilai Islam sebagai agama Arab. Karena itu, mereka tidak pernah menjalankannya
sepenuh hati. Bagi mereka, yang penting adalah berbuat baik dan berlaku jujur. Ibadah atau
ritual tidaklah penting sehingga mesjid atau tempat ibadah lainnya tidak penting. Tempat
ibadah mereka ada di dalam hati. Sebaliknya, kaum santri menuduh kaum abangan sebagai
bidaah, menganut penafsiran sesat dan menjadi musyrik. Perbedaan-perbedaan dalam menilai
praktik agama itu sudah menjadi bagian kehidupan di Jawa sejak munculnya Islam [ CITATION
Joh08 \l 1033 ].

Aliran Islam Kejawen juga dikenal miliki enam ilmu supranatural seperti berikut
1. Ilmu Kanuragan atau ilmu kebal bertujuan untuk membela diri secara supernatural
dan kebal terhadap serangan. Contohnya seperti Asma’ Malaikat, Hizib Kekuatan
Batin, Sahadad Pamungkas, dan lain-lain.
2. Ilmu kewibawaan dan ilmu pengasihan dimanfaatkan untuk meningkatkan energi
kepemimpinan dan menguatkan kata-kata yang di ucapkan agar di segani. Sedangkan
ilmu pengasihan bertujuan untuk memikat orang yang dicintai, biasanya dimanfaatkan
oleh para remaja.
3. Ilmu terawangan dan Ngrogosukmo, Ilmu terawang dipakai untuk lihat mahluk gaib,
masa depan, dan bisa untuk berinteraksi bersama mahluk gaib. Adapun perbedaan
terawangan dan ngrogosukmo, jika terawang hanya bisa mata batin yang berkeliaran,
sedangkan ngrogosukmo dapat melepas sukma untuk berpergian kemanapun ia mau.
4. Ilmu Khodam bertujuan untuk dapat berkomunikasi dengan mahluk pendamping yang
selalu mengikuti tuannya.
5. Ilmu Permainan digunakan untuk beratraksi di sebuah pertunjukan, ilmu ini mirip
seperti ilmu kebal.
6. Ilmu kesehatan yaitu ilmu yang berhubungan dan memiliki manfaat biologis tubuh
manusia seperti ilmu gurah, ilmu kuat seks, dan ilmu-ilmu supranatural lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam sila pertama menyatakan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk beragama.
Indonesia merupakan negara beragama, maka dari itu sikap toleransi harus dikembangkan.
Selain 6 agama besar di Indonesia terdapat juga agama lokal salah satunya adalah Kejawen.
Kejawen adalah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat di Pulau Jawa yang merupakan
perpaduan antara tradisi jawa dan agama islam. Cara beribadah kejawen dan islam pun
hampir sama hanya letak perbedaan nya terdapat ritual-ritual dan ucapan mantra. Masyarakat
yang menganut kejawen percaya jika mengikuti ritual-ritual tersebut akan mendapatkan
keberkahan dari Tuhan.

Referensi
Adi, F. N. (2018, Juni 9). Asah Spiritualitas Lewat Puasa Penghayat Kejawen. Retrieved
from SUARAMERDEKA.com:
https://www.suaramerdeka.com/kultur/baca/94151/asah-spiritualitas-lewat-puasa-
penghayat-kejawen
Adi, F. N. (2018, Agustus 23). Konsep Ketuhanan Menurut Ajaran Kejawen. Retrieved from
SUARAMERDEKA.com:
https://www.suaramerdeka.com/kultur/baca/117432/konsep-ketuhanan-menurut-
ajaran-kejawen
Alsonof, S. (2019, Oktober 6). Konsep Agama Menurut Pakar. Retrieved from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/shabranalsonof1157/5d99dab80d82301ecb749022/kons
ep-agama-menurut-pakar?page=all
Asfihan, A. (2019, October 3). Agama Adalah : Unsur-unsur, Tujuan dan Fungsi Agama.
Retrieved from Adalah.Co.Id: https://adalah.co.id/agama/
Baits, A. N. (2013, Juni 21). Ritual Tradisi NYADRAN sebelum Ramadhan. Retrieved from
KonsultasiSyariah.com: https://konsultasisyariah.com/18762-tradisi-nyadran-dan-
bersih-desa-sebelum-ramadhan.html
Dimpudus, L. (2012, Februari 15). Agama Menurut Pandangan Emile Durkheim. Retrieved
from scribd.com: https://www.scribd.com/doc/81648743/Agama-Menurut-
Pandangan-Emile-Durkheim
John. (2008, May 30). Agama Tradisional: Kejawèn. Retrieved from Johnkoplo’s Weblog:
https://johnkoplo.wordpress.com/2008/05/30/sekilas-tentang-kejawen/
Nusantara, E. (2015, Juni 26). KEJAWEN, ISLAM DAN AGAMA. Retrieved from
Kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/elangnusantara/550064f38133112819fa7720/kejawen-
islam-dan-agama?page=all
Setiawan, H. (2015). TRADISI SLAMETAN WETON. 1-28.
Simuh. (1988). Mistik Islam kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita : suatu studi terhadap
serat Wirid Hidayat Jati. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Thiwul. (2012, Mei 26). Pengalaman Spiritualku. Retrieved from blogspot.com:
http://blogkejawen.blogspot.com/2012/05/aku-seorang-kejawen-sejati.html
Ulfah, S. (2019, Maret 15). Apa Benar Ritual Tedak Siten Bisa Memprediksi Masa Depan
Bayi? Retrieved from POPMAMA.com: https://www.popmama.com/baby/7-12-
months/sarrah-ulfah/tedak-siten-ritual-untuk-memprediksi-masa-depan-anak/full

Anda mungkin juga menyukai