Anda di halaman 1dari 5

KOMUNIKASI RITUAL MOLANG AREH DI DESA GRUJUGAN KECAMATAN

LARANGAN KABUPATEN PAMEKASAN MADURA JAWA TIMUR

M. Zainur Kholis

Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam


Institut Agama Islam Negeri Madura,
Email: zainurkholis23@gmail.com
Abstract
Molang areh is a tradition for newborn children in Madurese society. This tradition is
almost the same as aqiqah. The difference is, babies are usually cradled using a container.
The shape of the container is usually in the form of a ship with decorative lights and flowers
or is shaped like a flower basket, meaning molang areh means counting days (bileng areh).
In principle, Molang Areh is also related to the mystery of the day which is believed by the
public to have a philosophical meaning. Implementing molang areh at the age of 31, 35, 42
and 45 days of age is certainly based on philosophical considerations according to the
understanding of the community. What is interesting is that the implementation of molang
areh for girls is accelerated with the trust that the child will soon find a mate. Meanwhile, the
boys have longer implementation of the molang areh age so that it becomes more perfect for
their identity.

Keywords: ritual communication, molang areh

Abstrak

Molang areh merupakan tradisi bagi bayi yang baru lahir di masyarakat Madura. Tradisi ini
nyaris sama mirip dengan aqiqah. Perbedaannya, bayi biasanya ditimang dengan
menggunakan wadah. Bentuk wadahnya biasanya berbentuk kapal laut dengan hiasan lampu
dan bunga-bunga atau berbentuk seperti keranjang bunga, makna molang areh memiliki arti
menghitung hari (bileng areh). Molang areh pada prinsipya juga bertali temali dengan misteri
hari yang dipercayai oleh masyarakat memiliki makna filosofis. Melaksanakan molang areh
di usia bayi 31, 35, 42 dan 45 hari tentu berdasarkan pertimbangan yang filosofis menurut
pemahaman masyarakat. Yang menarik, pelaksanaan molang areh bagi anak perempuan
dipercepat dengan kepercayaan biar si anak segera mendapatkan jodoh. Sedangkan anak laki-
laki lebih panjang pelaksanaan usia molang areh agar lebih sempurna menjadi jati dirinya.

1
Kata Kunci: Komunikasi ritual, molang areh

PENDAHULUAN

Tradisi ritual molang areh merupakan suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Grujugan Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. Dan keberadaan ritual molang areh
terbentuk secara turun temurun, tradisi molang areh ini dilaksanakan oleh nenek moyang
terdahulu kemudian dilanjutkan oleh keturunannya. Tradisi ini sesuai dengan nilai-nilai yang
diajarkan dalam Islam, yaitu permohonan kepada Allah Swt dan pembacaan ayat-ayat suci
Al-Qur’an dalam rangka rasa syukur, keselamatan dan kebahagiaan atas bayi yang sudah
lahir dengan selamat. Menurut salah satu warga yang saya wawancarai bahwa tradisi ritual
molang areh sudah ada setelah Walisongo menyebarkan agama Islam ke Madura.

Sebelum melaksanakan molang areh biasanya warga desa Grujugan selametan empat
bulanan atau tujuh bulanan. Selamatan ini adalah selamatan yang dilakukan untuk wanita
hamil yang berusia empat bulan atau tujuh bulan. Biasanya di desa Grujugan lumrahnya
mengadakan selamatan kandungan ini di usia empat bulan karena masyarakat percaya bahwa
saat itu ditiupkan ruh pada sang bayi yang ada di dalam kandungan, maka selamatan empat
bulanan tersebut bertujuan supaya bayi di dalam kandungan dalam keadaan baik-baik saja
atas izin Allah SWT.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara meyelidiki
gambaran subjek atau objek yang berupa lembaga masyarakat dan lainnya, seperti halnya
seorang bapak yang saya wawancarai di desa Grujugan, menceritakan bagaimana ritual
molang areh.

Penelitian ini dilakukan di desa Grujugan, Kecamatan Larangan, Kabupaten pamekasan,


Madura, Provinsi Jawa timur. Pengumpulan data melalui Indepth Interview. Dalam
komunikasi ritual Masyarakat menjadikan kegiatan kebudayaan molang areh sebagai bagian
dari kehidupan sosial mereka. Konsekuensinya, setiap orang dianggap memiliki tanggung
jawab yang sama dalam melaksanakan kebudayaan ini. Semua keluarga yang dikarunia
seorang anak, dalam patokan kebudayaan molang areh diharapkan tidak pernah abai sama
sekali dengan kebudayaan molang areh ini.

2
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Masyarakat Desa Grujugan Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan melaksanakan


ritual molang areh ketika bayi sudah berusia 32 hari atau 45 hari usia kelahiran (untuk anak
laki-laki), sedangkan kalau bayi perempuan 35 hari atau 36 hari usia kelahiran (untuk anak
perempuan). Di hari ke-40 merupakan umur bayi yang sudah bisa di anggap beradaptasi,
sebelum bayi berumur 40 hari ubun ubun bayi masih kurang kuat dan ubun-ubun bayi sudah
di anggap kuat ketika berumur 40 hari, sehingga bayi yang berumur 40 hari wajib dibersihkan
dan digunting sedikit rambutnya agar semua kotoran yang menempel pada bayi, bersih, dan
menjadi suci.

Persiapan ritual molang areh sebelum pelaksanaan di mulai, persiapan ritual ini perempuan
mempersiapkan teknis molang areh dengan rapi atau sempurna, khususnya mempersiapkan
jajanan atau nasi yang akan diberikan kepada tetangga yang diundang untuk menyumbang
doa kepada bayi. Adapun jajanan yang biasa dibikin masyarakat pada saat ritual molang areh
yaitu di antaranya kocor, tettel, roti, bikang, bilus dan lain-lain. Pembacaan ayat suci Al-
Qur'an (Yasiin) dan shalawat Nabi menjadi bagian yang akan dibacakan. Masyarakat Madura
biasanya yang mempunyai hajat mengundang para kiai setempat atau tokoh-tokoh
masyarakat sebagai pemimpin acara serta para warga untuk hadir pada acara ritual molang
areh yang akan dilaksanakan.

Waktu dan tempat pelaksanaan ritual molang areh di tentukan oleh tuan rumah, sedangkan
tempat pelaksanaan upacara molang areh ditempatkan di rumah warga yang mempunyai hajat
ritual molang areh. Biasanya kebiasaan orang Madura pada acara ritual molang areh
menyediakan sound system. Penggunaan sound system ini dalam perjalanan kehidupan
masyarakat Madura merupakan sesuatu yang masih terbilang baru. Sound system yang di
sewa tersebut untuk menambah suasana acara semakin rame atau gembira. Selain itu,
pemahaman keagamaan masyarakat Madura yang sangat ketat menjadikan molang areh
semakin sakral. Bagi keluarga dengan ekonomi yang mampu, mengaqiqahi (menyembelih
hewan kambing) untuk anaknya. Untuk anak laki-laki dua kambing, dan anak perempuan satu
kambing.

Prosesi dalam ritual molang areh mempunyai empat tahapan acara, yaitu pembukaan,
pembacaan Al-Fatihah, pembacaan Khotmil Qur’an, (Yasiin) shalawat Nabi atau membaca
barzanji, penutup disertai dengan do’a. Acara yang pertama adalah pembukaan, dimana acara
3
pembukaan merupakan prakata dari pemimpin acara, dalam hal ini adalah tokoh masyarakat
setempat yang dimintai kepercayaan oleh tuan rumah. Acara yang kedua adalah pembacaan
Al-Fatihah yang kemudian ditujukan kepada sosok tertentu dihormati yaitu (Kiai). Adapun
pembacaan Al-Fatihah tersebut adalah ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
sahabat sahabat nabi dan keluarga nabi, Keluarga yang sudah meninggal dunia, serta maksud
dan tujuan dari tuan rumah yaitu (molang areh). Prosesi yang ketiga adalah pembacaan
khotmil Qur’an (Yasiin), shalawat nabi atau membaca barzanji. Pembacaan khotmil Qur’an
dilaksanakan oleh para tamu undangan yang dipimpin oleh kiai. Setelah pembacaan khotmil
Qur’an selesai dilanjutkan dengan pembacaan shalawat nabi atau membaca barzanji.
Pembacaan barzanji ini diawali bacaan shalawatan yang dipimpin oleh Kiai dan diiringi
dengan hadrah atau banjari sekaligus diikuti oleh para tamu undangan secara bersamaan,
terdapat mahallul qiyam di mana seluruh undangan berdiri.

Ketika acara dimulai maka dilakukan pemotongan rambut terhadap bayi gunanya untuk
membersihkan kotoran pada bayi. Di dalam ritual molang areh bayi di timang dan di
perlihatkan keseluruh undangan dan dibacakan shalawat bayi itu diletakkan di suatu wadah
yang sudah dihiasi pernak pernik dan bunga melati. Dengan dilantunkannya shalawat dan di
ikuti air kembang dan parfum di belakang bayi dan di semprotkan parfum itu keseluruh
undangan. Air kembang itu fungsinya sebagai air yang dibacakan shalawat, seperti Al-Qur’an
yang dibacakan dalam segelas air, dan air tersebut dapat diminum dan diusapkan ke wajah,
setiap orang yang melakukan ritual molang areh wajib meniup ubun kepala bayi atau
mengusapnya agar bayi menjadi kuat (baik jasmani maupun rohani). Ketika satu persatu
undangan meniup sang bayi saat bershalawat, undangan juga membasahi tangan atau
wajahnya dengan air kembang yang disediakan. Hal itu dilakukan dengan harapan para
undangan juga mendapatkan barokah dari acara molang areh dimana air kembang tersebut
juga sudah dibacakan shalawat sehingga juga dipercaya mengandung barokah dan syafaat
Nabi Muhammad Saw. Menyemprotkan parfum pada undangan bersamaan dengan bayi
ditiup (è serrop), undangan mencuci sebagian anggota tubuh dengan kembang tujuh rupa, dan
undangan juga disemprotkan minyak wangi. Itu dilakukan dengan maksud berharap para
undangan juga mendapatkan barokah shalawat dan dapat dibawa pulang sampai ke
rumahnya.

Prosesi yang Keempat atau yang terakhir adalah Penutup dan Do’a. Do’a dibaca oleh
pemimpin ritual upacara yaitu kiai. Setelah acara di tutup dengan do’a, tuan rumah
4
membagikan makanan dalam piring untuk dinikmati para tamu setelah membagikan
makanan, lalu tuan rumah membagikan (berkat) atau jajanan dengan tujuan sedekah yang
diberikan kepada para tamu untuk di bawa pulang. Maksudnya tidak lain adalah berterima
kasih karena sudah mau meluangkan waktunya untuk mendo’akan sang anak.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Masyarakat Desa Grujugan melaksanakan ritual molang areh
ketika bayi sudah berusia 40 hari. Di hari ke-40 merupakan umur bayi yang sudah bisa di
anggap beradaptasi, sebelum bayi berumur 40 hari ubun ubun bayi masih kurang kuat dan
ubun-ubun bayi sudah di anggap kuat ketika berumur 40 hari, sehingga bayi yang berumur 40
hari wajib dibersihkan dan digunting sedikit rambutnya agar semua kotoran yang menempel
pada bayi, bersih, dan menjadi suci. Masyarakat desa Grujugan biasanya yang mempunyai
hajat mengundang para kiai setempat atau tokoh-tokoh masyarakat sebagai pemimpin acara
serta para warga untuk hadir pada acara ritual yang akan diselenggarakan. Waktu dan tempat
pelaksanaan ritual molang areh di tentukan oleh tuan rumah, sedangkan tempat pelaksanaan
upacara molang areh ditempatkan di rumah warga yang mempunyai hajat ritual molang areh.
Ada empat rangkaian acara dalam prosesi ritual molang areh.

DAFTAR PUSTAKA

http://pendis.kemenag.go.id

Wawancara Tanggal 26 Mei Jam 09.00

Wawancara Tanggal 28 Mei Jam 16:00

Anda mungkin juga menyukai