Anda di halaman 1dari 13

Khitanan (Sunat Rasul)1

Oleh : Sabilaria Tisa (1830208047)2

I. Pendahuluan
Pada awal permulaan datangnya agama Islam yang dibawa Rasulullah Saw pada
dasarnya bertujuan untuk meluruskan akidah masyarakat Arab yang masih menjadi
penganut animisme dan dinamisme. Sehingga perlu diluruskan akidahnya hanya kepada
Allah Swt sebagai zat yang patut disembah dan dimintai pertolongan. Begitu pula ketika
kedatangan Islam ke Nusantara, yang mana pada masa awal kedatangannya sebagian
masyarakat Indonesia merupakan pemeluk kepercayaan animisme dan dinamisme. Hal
itulah yang menyulitkan Islam untuk dapat diterima sebagai agama oleh sebagian
masyarakat Indonesia. Apalagi Islam membawa risalah yang tidak hanya mengurusi
kehidupan agama pemeluknya, bahkan Islam mengatur segala urusan kehidupan dari hal
yang terkecil hingga yang terbesar, termasuk di dalamnya memeberikan batasan mengenai
‘urf atau adat istiadat yang ada.

Di sini penulis ingin memaparkan salah satu ‘Urf  yakni adat kebudayaan melayu
yang memang berciri khas melayu Sambas mengenai masalah Khitan dengan sebutan
Besunnat  yang mana penulis memberi judul tulisan ini dengan “TRADISI SUNATAN
DAN BUANG ABU MASYARAKAT MELAYU SAMBAS” dimana perlu ditekankan
bahwa penulis bukan ingin memberikan peniliai atau judgment terhadap kebudayaan atau
adat istiada suku tertentu, melainkan hanya ingin memberikan masukan bahwa Islam ialah
agama yang sangat mencintai keindahan, keberagaman suku dan budaya sebagaimana
firman Allah Swt di dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat [49] ayat 13.

1
Judul tersebut merupakan judul yang diberikan oleh dosen pengampu sebagai tugas ulangan tengah
semester tahun 2019 matakuliah islam dan peradaban melayu

2
Penulis beranama Sabilaria Tisa (1830208047) yang merupakan salah satu mahasiswi program studi
pendidikan kimia, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, Universitas islam Negeri(UIN) Raden fatah
palembang
II. Pembahasan
A. Khitanan menurut pandangan islam
Sunat-sunah dalam hukum Islam adalah apabila dikerjakan mendapatkan
pahala dan bila ditinggalkan atau tidak dilakukan tidak berdosa. Namun, ada traisi
di kaalangan orang Melayu yaitu sunat rasul, apakah sama dengan definisi sunah
dalam ilmu fiqih, tentu tidak.3
Sunat rasul merupakan proses memotong kulit ujung zakar laki-laki atau
mengupas penutup kelentit perempuan. Biasanya bersunat dilakukan ketika masih
kanak-kanak dengan tujuan untuk mmbuka kepala zakar untuk dibersihkan. 3
Dari sudut kebudayaan, bersunat adalah upacara peralihan dari keadaan "kotor"
masa bayi atau kanak-kanak kepada keadaan "suci". Upacara ini dikenal juga
sebagai "bersuci" atau "masuk jawi" yakni menjadi orang Islam yang suci dan
luhur. Dalam masyarakat Melayu, upacara bersunat untuk anak laki-laki lebih
diutamakan daripada anak perempuan.3
Dengan demikian melakukan upacara bersunat merupakan kewajiban bagi
setiap orang tua. Besar kecilnya upacara yang akan diadakan itu tergantung kepada
hajat orang tuanya atau pun keadaan status sosial ekonomi orang tua. 3
Pelaksanaan upacara bersunat biasanya dapat dilakukan dengan berbagai
macam acara. Ada yang menggabungkannya dengan acara berkhatam Quran,
perayaan perkawinan dari salah seorang kelaurga terdekat, ada juga dengab
bersunat secara bersama yang terdiri dari anak-anak keluarga terdekat. 3
Walaupun perayaan bersunat rasul dapat dilakukan dalam berbagai cara
pelaksanaanya, namun inti dari tujuan upacara bersunat rasul itu sama yaitu untukk
memenuhi sunnah rasul sebagai seorang yang menganut Islam. Di samping itu
tujuan bersunat rasul adalah untuk mensucikan anak untuk memasuki masa remaja3

Hikmah yang terkandung dari pelaksanaan khitan, diantaranya adalah:


1. Khitan merupakan fitrah, syi'ar Islam dan merupakan Syari'at.
2. Khitan merupakan salah satu masalah yang membawa kesempurnaan agama
yang disyari'atkan Allah swt. Melalui Nabi Ibrahim as. Sebagaimana yang
telah disebutkan dalam surat an-Nahl ayat 12.

3
Muhammad Ashsubli, 2018. Islam dan Kebudayaan Melayu. Jakarta : Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
3. Khitan merupakan pernyataan ubudiyyah terhadap Allah Swt dan ketaatan
melaksanakan perintah.
4. Khitan itu membawa kebersihan serta keindahan dan meluruskan salhwat.
Khitan merupakan cara yang sehat dalam memelihara seseorang dari penyakit.4

B. Khitanan menurut pandangan bangsa melayu


Kebiasaan orang Melayu zaman dulu adalah menggabungkan perayaan upacara
bersunat dengan berkhatam Quran. Sebab, sebagai seorang Islam, anak harus
khatam membaca Qur'an di bawah bimbingan seorang guru mengaji. Orang tua
merasa megah dan merasa kehormatannya tinggi apabila ia melaksanakan upacara
bersunat rasul bersamaan dengan khatam Qur'an. Biasanya bersunat rasul dengan
disertai berkhatam Quran dipanang lebih besar tinggi tingkatnya dari pada acara
bersunat saja. Saat itu guru mengaji juga merasa bangga saat melihat anak
muridnya telah selesai menamatkan tiga puluh juz al-Quran. 3
Ada beberapa pelajaran yang didapat dari acara berkhitan ini, walaupun
mungkin diantaranya ada pula yang menggap sebagai pembaziran belaka. Tetapi
sebagainmana bunyi pribahasa. Yang baik kita jadikan tauladan, yang kurang baik
kita jadikan sempadan.3
Upacara khitanan ini diadakan disaat anak laki-laki beranjak usia 10 atau 12
tahun, maka ditetapkanlah oleh ibu bapaknya untuk disunatkan. Kemudian
dijemputlah dengan hanya melalui mulut ke mulut kepada tetangga, sanak saudara
ataupun keluarga.3
Tata Laksana, Ketika hendak disunat, maka pada malam atau sorenya mulailah
anak laki-laki tersebut dimandikan, diandam dan dipakaikan yang indah laksana
pengantin serta didudukkan di atas kursi yang khas. Sebelum anak itu didudukkan
di kursi pelaminan. Si anak diarak sebagaimana mengarak pengantin yang
menggunakan julang atau tempat yang dibuat sedemikian rupa dan disertakan
dengan telur tabak. Telur tabak tersebut dibagikan satu persatu kepada para tamu.3
Seandainya anak yang akan disunat tersebut telah mengkhatamkan al-quran,
maka disertakan pula adat menyunat tersebut dengan berkhatam al-quran. Yakni si
anak didudukkan di ats sebiang tikar di hdapaan pelaminan berhadapan dengan
orang- orangf yang hadir lalu membaca surah-surah di akhir juz amma. Seusai
43
Muhammad Ashsubli, 2018. Islam dan Kebudayaan Melayu. Jakarta : Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia .
Artikel Muslim.or.id
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/29239-khitan-sunat-disyariatkan-dalam-islam.html
mengaji kembali si anak ini didudukkan di tempat bak pelaminan. Dan tidak lupa
kepada sang guru yang telah mengajarkan anak ini mengaji diberikan hadiah satu
setelan pakaian Melayu yang diserahkan langsung oleh orang tua si anak yang tepat
duduk di sisi orang tuanya. 3
Selanjutnya di akhir acara si anak disuruh untuk mencium tangan kedua orang
tuanya dan guru yang telah mengajarkannya mengaji dan para tamu yang hadir.
Kemudian jamuan dihidangkan lalu dinikmati oleh tamu undangan.
Pada pagi keesekokan harinya sebelum Tuk Mudim (panggilan untuk tukang sunat)
tiba, maka akan disediakan barang-barang atau perlengkapan sebagai berikut. Kain
putih panjang lima hasta, Seekor ayam jantan, Sebuah buyung (gayung) air,
Sebatang pohon pisang, Perlengkapan sirihpinang yang diletakkan di dalam tepak
sirih atau piring, Uang semampunya sebagai bentuk sedekah buat Tuk Mudim
(Sumber melayuonline.com).3
Anak yang hendak disunat terlebih dahulu mandi dengan sepuas-puasnya
(berendam). Lalu di anak disiramkan dengan segayung air yang telah dijampi Tuk
Mudim, dengan posisi si anak berdiri. Setelah itu si anak tersebut didudukkan di
atas batang pisang yang telah disediakan, dan Tuk Mudim tersebut itupun dengan
pantasnya menyunat anak tersebut. Selesai saja anak dikhitankan maka dengan
cepat Tuk Mudim mengambil ayam jantan, kemudian didekatkan kepala ayam
tersebut kea rah kemalua anak yang baru saja dikhitan. Konon, jika bulu leher ayam
jantan tersebut mengembang maka anak tersebut dianggap sehat dan subur. 3
Adapun kain putih, tepak sirih daan uang diserahkan kepada Tuk Mudim.
Sebagai rasa syukur dan wujud dari rasa tanggung jawabnya, Tuk Mudim akan
selalu melihat anak itu selama tiga hari berturut-turut. Setelah lewat selama tiga
hari tanggung jawabnya derahkan kepada kedua orang tuanya.3

C. Khitanan menurut ahli medis5

Ada beberapa penelitian tentang hikmah berkhitan. Diantaranya dalam


dunia medis disebutkan
1. Dengan memotong qulfah seorang bisa terlepas dari pengeluaran minyak
dan lemak yang bisa memancing rasa mual dan mencegah pembusukan.

53
Muhammad Ashsubli, 2018. Islam dan Kebudayaan Melayu. Jakarta : Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
2. Dengan memotong qulfah seseorang bisa terlepas dari infeksi pada penis
saat terjadi ereksi.
3. Khitan dapat mengurangi terjadinya penyakit kanker.
4. Dengan khitan memungkinkan kita untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya ompol yang biasa terjadi pada kebanyakan anak kecil (balita).
5. Secara tidak langsung khitan dapat memperkuat hubungan seksual.
6. Khitan mengurangi risiko infeksi penyakit seksual menular seperti human
papilloma virus  (HPV) dan penyakit seksual menular seperti herpes atau
sifilis. Meski demikian, pria yang sudah menjalani sunat harus tetap
melakukan hubungan seksual yang sehat dan aman.
7. Mencegah terjadinya penyakit pada penis seperti nyeri pada kepala atau
kulup penis yang disebut fimosis. Ini adalah kondisi saat kulup penis yang
tidak disunat sulit untuk ditarik. Kondisi ini bisa menyebabkan radang pada
kepala penis yang disebut balanitis.
8. Mengurangi risiko infeksi saluran kemih yang dapat merujuk kepada
masalah ginjal. Infeksi ini umumnya lebih sering terjadi pada orang yang
tidak menjalani sunat.
9. Mengurangi risiko kanker penis.
10. Mengurangi risiko kanker serviks pada pasangan. Risiko kanker
serviks menurun pada wanita yang pasangannya telah menjalani prosedur
sirkumsisi.
11. Membuat kesehatan penis lebih terjaga. Penis yang disunat lebih mudah
dibersihkan, sehingga kesehatannya lebih terjamin dibandingkan yang tidak
disunat.6

D. Tradisi Sunatan Masyarakat Melayu Sambas

1. Sunatan Masyarakat Melayu Sambas (Besunnat)


Suku Sambas atau Melayu Sambas adalah penduduk asli
Kalimantan Barat yang menempati sebagian besar wilayah Kabupaten
Sambas, Kabupaten Bengkayang, dan Kota Singkawang, Suku Sambas juga
dapat di Temui di Kabupaten Mempawah, lalu sebagian kecil di Provinsi

6
https://www.alodokter.com/metode-dan-manfaat-sunat
Kepulauan Riau akibat migrasi Suku Sambas pada abad ke 19, dan Sarawak
(Malaysia). 7

Kebudayaan Melayu Sambas berawal sejak berdirinya Kesultanan


Sambas, seperti Kerajaan Islam lainnya di Kalimantan yang termasuk
golongan Melayu. Melayu Sambas sendiri merupakan bagian dari rumpun
Dayak Melayik yang dituturkan oleh 3 suku asli Kalimantan lainnya, yaitu:
Banjar, Dayak Iban dan Dayak Kanayatn Suku Sambas sering dimasukan ke
dalam Sub Suku Dayak yang berbudaya Melayu atau masuk dalam kategori
rumpun Dayak Malayik.8

Masyarakat melayu sambas merupakan masyarakat yang mayoritasnya


memeluk agama Islam. Oleh sebab itu sangat mustahil masyarakat melayu
sambas tidak mengenal syariat Khitan. Mereka sangat mengenal syariat
khitan itu, yang mana sering sekali dinyatakan dengan istilah Besunnat ada
juga yang menyebutnya dengan istilah Potong Lancau namun istilah ini
diadopsi dari sebutan orang China sambas yang kebetulan memeluk agama
islam.7
Sebelum bersunat biasanya pasien atau anak yang akan disunat
diharuskan berendam dalam air, baik di dalam bak air, telaga, kali, sumur,
maupun didalam sungai atau parit sampai beberapa jam sambil membawa
dua biji buah kelapa sebagai pelampung. Biasanya berendam didalam air
dimulai setelah Sholat Subuh hingga menjelang terbitnya matahari
(Tarrang Tanah). Karena pada zaman dahulu proses Besunnat dimulai pada
pagi hari. Setelah berendam dengan waktu yang cukup lama barulah anak
yang ingin di sunat/khitan disunat satu persatu, setelah disunat lalu masing-
masing mengambil tempat untuk istirahat sambil mengenakan alat
(sengkang) dipakai pada antara kedua paha sebagai pemisah agar kain tidak
menyentuh kemaluan.8

7
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sambas : Diakses tanggal 22 Oktober 2019.

8
http://nandayantronika15.blogspot.co.id/2015/04/adat-istiadat-budaya-sambas-buang abu.html ;
Diakses tanggal 23 Oktober 2019.
Proses sunatan itu biasanya dilaksanakan di rumah salah satu anak yang
memang hendak di sunat. Apabila yang hendak disunat dua orang atau lebih
maka salah satu keluarga harus menginapkan anaknya beberapa malam di
tempat anaknya bersunat tersebut.8
Orang yang menyunat disebut sebagai Tukang Sunat, kemudian alat yang
digunakan untuk memotong ujung kemaluan itu terbuat dari kulit bambu
yang sering disebut sebagai Sembilu (Sembilok).
Pada zaman dahulu sebelum ada dokter sunat/dokter khitan di masyarakat
Sambas terutama di daerah  Paloh dan sekitarnya  memiliki sebuah budaya
tradisional yang bernama Buang Abu. Lalu apa yang dimaksud dengan
buang abu itu dan bagaimana tata caranya, berikut ini penulis akan
memaparkannya.9
2. Tradisi Buang Abu Masyarakat Melayu Sambas
a. Sejarah Tradisi Buang Abu Masyarakat Melayu Sambas
Pada jaman dahulu masyarakat Paloh itu ketika setelah tiga hari
sunatan/khitanan pasti mengadakan sebuah acara yang sangat unik dan
aneh. Mereka setiap selesai melakukan penyunatan, orang yang
disunat  harus mendekatkan kemaluannya itu kepada tempat yang
berisikan abu dapur untuk menampung darah bekas sunat/khitan
tersebut, karena dahulu orang sunatan tidak memiliki alat seperti yang
ada pada zaman sekarang ini, dan apabila kemaluan orang yang disunat
itu berdarah maka darah itu harus di masukan ke dalam tempat yang
berisi abu tersebut, karena abu dapat menghilangkan aroma bau darah.
Karena pada zaman dahulu orang-orang sangat mempercayai hal-hal
yang mistik, seperti apa bila darah diletakkan  ke tempat yang
sembarangan maka aroma sedap dari bau darah tersebut akan menyebar
kemana mana dan  hantu-hantu yang suka makan
darah,  akan  mendatanginya  dan  memakan darah tersebut. Jadi, pada
saat darah itu berhenti maka abu  tersebut akan di buang. Jadi, begitulah
asal muasal penamaan tradisi Buang Abu.

9
http://www.misterpangalayo.com/2016/09/tradisi-buang-abu-pada masyarakat-suku-melayu-sambas.html ;
Diakses tanggal 23 Oktober 2019.
b. Tahapan-Tahapan Tradisi Buang Abu
1) Nyarrok merupakan sebuah istilah dalam masyarakat Sambas
sebagai surat undangan yang disampaikan melalui mulut ke mulut
ketika hendak mengundang kerabat atau tetangga. Biasanya orang
yang ditugaskan untuk menjadi penyampai undangan melalui lisan
ini dari kalangan keluarga dekat dan memang sudah biasa dalam
hal berkomunikasi. Jika tidak ada yang bisa dari pihak keluarga,
maka disuruhlah orang lain yang biasa ditugaskan untuk nyarrok
tetangga. Adapun orang yang disuruh untuk menyampaikan
undangan lisan itu disebut sebagai Tukang Sarrok.
2) Bepapas, yaitu  sesuatu yang berisikan beras yang telah dihaluskan,
dicampur dengan kunyit, kemudian diberi air yang telah dibacakan
doa penolak bala. Terdapat juga alat untuk memercikkan beras
yang telah dihaluskan, dicampur dengan kunyit, kemudian diberi
air yang telah dibacakan doa penolak bala itu dengan dedaunan
seperti daun ribu, daun salam, daun juang, daun Pandan wangi dan
sebagainya, lalu di percikkan ke tubuh orang yang disunat tersebut
dimulai dari kepala terlebih dahulu, kemudian pundak terus menuju
tangan sampai ujung jari, kemudian dilanjutkan ke punggung, lalu
menuju paha sampai lutut hingga ujung kaki. Kemudian apabila
ada orang yang ingin juga ikut maka akan di persilahkan untuk
bersama-sama Bepappas untuk menolak bala yang akan terjadi
pada dirinya. Pada saat selesai Bepappas inilah tradisi Buang Abu
dilaksanakan.10
Tradisi buang abu ini mempunyai keunikan tersendiri,
dimana tempurung kelapa yang di isi dengan abu dapur yang
kemudian menjadi tempat darah ketika selesai besunnat/khitan itu
disimpan, kemudian setelah tiga hari dan diadakan acara buang abu
maka biasanya sang anak ketika selesai Bepappas diminta untuk
keluar rumah sambil membawa tempurung yang berisikan abu
dapur yang dimilikinya. Kemudian menuju ke sisi rumah sebelah
kiri, lalu setelah itu mereka disuruh untuk melempar tempurung

http://www.misterpangalayo.com/2016/09/tradisi-buang-abu-pada masyarakat-suku-melayu-sambas.html ;
10

Diakses tanggal 23 Oktober 2019.


Abunya melewati atap rumah (Bumbongan). Dalam proses ini
bahwa sanya kepercayaan masyarakat Sambas jika Tempurung
Abu tersebut jatuh ke tanah dan posisinya tertungkup ke bawah
(Titungkup) maka dikatakan anak tersebut lama menikah atau lama
baru dapat pasangan hidup. Dan begitu juga sebaliknya, jika sang
anak melempar tempurung kemudian tempurung yang ia lempar
jatuh ketanah dalam posisi terbuka (Tilantang) maka kepercayaan
masyarakat anak tersebut dikatakan cepat menikah atau dapat
pasangan hidup.10
Dari tradisi di atas nampaklah bahwa sanya tradisi buang abu
ini memang agak sedikit aneh namun sangat unik. Karena hanya
ada di masyarakat Melayu Sambas. Oleh sebab itu sangat
disayangkan sekali jika kekayaan budaya local masyarakat melayu
sambas ini lenyap dan pupus ditelan oleh perkembangan Zaman.
3) Besaprah ini merupakan tradisi menikmati jamuan atau hidangan
makanan dengan cara bersama-sama dengan membentuk kelompok
makan. Pada masyarakat melayu sambas satu saprah itu terdiri dari
enam orang dan tidak boleh lebih, karena piring yang disediakan
hanya enam. Adapun tradisi menyantap hidangannya menggunakan
lima jari artinya ketika memasukan makanan kedalam mulut tidak
menggunakan sendok dan garpu, di acara Makan Besaprah ini lah
kebersamaan benar - benar terasa. Sementara untuk membentuk
kelompok ini biasanya kita bisa mengajak teman dekat atau ada
juga bersama orang - orang yang kita tidak akrab sebelum nya.
Untuk hidangan Makan Besaprah ini sudah tersaji lengkap bersama
air minum nya, piring serta air untuk basuh tangan serta lap tangan.
Untuk Makan Besaprah ini setelah menikmati hidangan biasanya
bisa lansung meninggalkan tempat karena untuk hidangan yang
sudah di santap sudah ada yang menangani nya untuk
membersihkan nya. Karena "Tamu adalah Raja" maka tamu yang
hadir benar - benar di layani seperti raja.11

http://www.misterpangalayo.com/2016/09/tradisi-buang-abu-pada masyarakat-suku-melayu-sambas.html ;
11

Diakses tanggal 23 Oktober 2019.


Tetapi pada saat buang abu, saprahannya agak sedikit
berbeda dari yang lainnya. Di dalam saprahan tersebut bukannya
nasi lengkap dengan lauk-pauknya, tetapi hanya ketupat dan
biasanya diberi lauk ayam yang berisikan kuahnya dan juga biasa
ditambah dengan parutan kelapa.
4) Berdoa bersama-sama yang dipimpin oleh seorang pemuka
agama di kampung (Pak Labbai) setelah makan-makan bersama-
sama tersebut. Biasanya doa yang dibacakan memang doa yang
berisi permohonana agar terhindar dari bala dan bahaya yang mana
sering dikenal dengan istilah Doa Tulak Balla.
5) Setelah memakan kutupat dan juga selesai membacakan doa
tersebut, maka kulit tersebut harus di buang ke jalan. Pada acara
membuang bala orang yang tadi bersunat itu dan juga kulit itu
harus di buang oleh tuan rumahnya atau orang tua yang disunat
itu.12

Di dalam acara buang abu banyak yang membuktikan bahwa


buang abu itu ada kaitannya dengan keislamannya, membacakan
doa-doa penolak bala, seperti mempererat silaturahmi dan juga
bermusyawarah. Karena sebelum mengadakan acara tersebut
masyarakat pasti akan mengadakan musyawarah terlebih dahulu
untuk menentukan siapa-siapa yang akan diberi tugas dalam acara
tersebut, seperti yang memasak nasi, membuat mumbu, membuat
lauk-pauknya dan juga mengatur/menyusun saprahan/makanan
yang akan disajikan. Allah SWT berfirman:

ِ ‫فَبِ َما َر ْح َم ٍة ِّمنَ هَّللا ِ لِنتَ لَ ُه ْم ۖ َولَ ْو ُكنتَ فَظًّا َغلِيظَ ا ْلقَ ْل‬
ُّ َ‫ب اَل نف‬
6) ْ‫ضوا ِمن‬

َ‫ َز ْمت‬K‫إِ َذا َع‬K َ‫ ِر ۖ ف‬K‫ا ِو ْر ُه ْم فِي اأْل َ ْم‬K ‫ش‬ ْ ‫اعْفُ َع ْن ُه ْم َو‬KKَ‫ َك ۖ ف‬K ِ‫َح ْول‬
َ ‫ر لَ ُه ْم َو‬Kْ ِ‫تَ ْغف‬K ‫اس‬
َ‫ فَتَ َو َّك ْل َعلَى هَّللا ِ ۚ إِنَّ هَّللا َ يُ ِح ُّب ا ْل ُمت ََو ِّكلِين‬13
Artinya:

http://www.misterpangalayo.com/2016/09/tradisi-buang-abu-pada masyarakat-suku-melayu-sambas.html ;
12

Diakses tanggal 23 Oktober 2019.

13
E-Jurnal Kajian Budaya, 2015;10(20) Nurhuda Widiana PERGUMULAN ISLAM DENGAN
BUDAYA LOKAL Studi Kasus Masyarakat Samin di Dusun Jepang Bojonegoro Jurusan
Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan.
“Maka disebabkan rahmat Allahlah, engkau bersikap lemah
lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan
berhati keras. Niscaya mereka akan menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Kerena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan tertentu. Kemudian apabila engkau telah
membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
(QS. Ali ‘Imran [3] : 159).

Dan juga Hadis Rasulullah SAW bersabda :

7) ‫س ْو ِل هللا صلّى هللا عليه وسلم‬ ْ َ ‫َما َرأَ ْيتُ أَ َحدًا أَ ْكثَ َر َمش ُْو َر ٍة اِل‬
ُ ‫ص َحابِ ِه ِمنْ َر‬

“Saya tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak


bermusyawarah dengan para sahabatnya dibanding Rasulullah
Saw” (HR. Tirmidzi)
Dan juga yang membuktikan bahwa silaturahmi terdapat
pada buang abu adalah pada saat masyarakat dikumpulkan di
dalam satu rumah dan makan-makan bersama.
Rasulullah Saw. bersabda yang artinya: “Dari Abu Hurairoh r.a:
Rasullullah Saw bersabda :
ِ َ‫سأ َ لَهُ فِى أَثَ ِر ِه فَ ْلي‬
" ُ‫ص ْل َر ِح َمه‬ َ ‫ب أَنْ يُ ْب‬
َ ‫سطَ لَهُ فِى ِر ْزقِ ِه َويُ ْن‬ َّ ‫‘’ َمنْ أَ َح‬

“Barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya, dan di


panjangkan umurnya, hendaklah dia menyambungkan
silaturahmi.” (H.R. Bukhori)14

14
E-Jurnal Kajian Budaya, 2015;10(20) Nurhuda Widiana PERGUMULAN ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL
Studi Kasus Masyarakat Samin di Dusun Jepang Bojonegoro Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan.
III. Kesimpulan / Penutupan
Mengenal dari dalam merupakan  proses penghayatan, pemasukan dan penanaman
pemikiran kepada individu maupun suatu kelompok masyarakat tertentu. Kaitannya
dengan nilai-nilai pendidikan Islam ialah penanaman nilai-nilai yang sesuai dengan
ketentuan syariat agama Islam sebagaimana yang tertulis di dalam Al-Qur’an maupun
Hadis Nab Saw.

Proses mengenal Budaya Lokal dari sisi dalamnya dengan pendekatan komunikasi
tentu merupakan suatu cara yang tepat untuk mendapatkan hati masyarakat Sambas yang
pada dasarnya lebih terbiasa pada komunikasi bentuk kelompok dibanding dengan
menggunakan komunikasi media massa. Mereka sudah terbiasa belajar atau menerima
informasi dari guru di dalam suasana musyawarah, duduk di suatu tempat dan berkumpul
bersama yang lain.

Lahirnya tradisi Sunatan masyaraat melayu Sambas merupakan suatu keberhasilan


dari dakwah atau internalisasi nilai-nilai ke-Islaman yang dilakukan oleh para ulama
Sambas kepada masyarakat Sambas. Sebagaimana yang telah disyariatkan dalam Islam
bahwa khitan atau bersunat hukumnya wajib bagi muslim laki-laki, namun dalam tradisi
sunatan tersebut dibungkus dengan budaya yang tak hanya sekadar menjalan syariat namun
juga sebagai pelestarian budaya yang telah turun temurun dilakukan masyarkat Sambas.
Wallahu A’lam.
Daftar Pustaka
E-Jurnal Kajian Budaya, 2015;10(20) Nurhuda Widiana PERGUMULAN ISLAM
DENGAN BUDAYA LOKAL Studi Kasus Masyarakat Samin di Dusun Jepang
Bojonegoro Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan.

https://www.alodokter.com/metode-dan-manfaat-sunat

https://muslim.or.id/29239-khitan-sunat-disyariatkan-dalam-islam.html

http://nandayantronika15.blogspot.co.id/2015/04/adat-istiadat-budaya-sambas-buang
abu.html ; Diakses tanggal 23 Oktober 2019.

http://www.misterpangalayo.com/2016/09/tradisi-buang-abu-pada masyarakat-suku-
melayu-sambas.html ; Diakses tanggal 23 Oktober 2019.

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sambas : Diakses tanggal 22 Oktober 2019.

Muhammad Ashsubli, 2018. Islam dan Kebudayaan Melayu. Jakarta : Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai