Anda di halaman 1dari 14

UTSMAN BIN AFFAN

Makalah ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :

Rosita Mubaidillah, M. Pd.

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Izza Rohhatin 206210072

Levi Nur Alfiah 206210082

Mohammad Farid Azmi 206210093

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

MARET 2022
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebelum meninggal Umar bin Khattab menunjuk enam orang
untuk menjadi anggota dewan syura yang bertujuan untuk
memusyawarahkan pemilihan khalifah berikutnya. Enam anggota yang
terpilih adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin
Auf, Sa’d bin Abi Waqqash, Zubair bin Al-awwam, dan Thalhah bin
Ubaidillah dengan Abdurrahman bin Auf selaku ketua.
Pada awal pemerintahan Ustman bin Affan kondisi wilayah
kekuasaan Islam mengalami kerusuhan setelah terbunuhnya Umar bin
Khattab. Sehingga, khalifah Ustman bin Affan harus berusaha keras
untuk meredam kekacauan yang terjadi pada awal pemerintahannya..
Perekonomian pada masa pemerintahan Utsman bin Affan sangat baik
dan maju, sehingga masyarakat dalam keadaan tentram dan sejahtera.
Pada masa pemerintahannya Utsman bin Affan melakukan
penyempurnaan bacaan Al-qur’an. Hal ini dikarenakan banyak
pelencengan bacaan Al-qur’an yang terjadi pada masa
pemerintahannya. Kebijakan untuk menyempurnakan bacaan Al-qur’an
merupakan salah satu cara agar tidak ada kesalahan makna dalam
memahami bacaan Alqur’an.

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana proses pengangkatan khalifah Utsman bin Affan ?
2) Bagaimana sistem pemerintahan Utsman bin Affan ?
3) Usaha-usahan apa saja yang dilakukan Utsman bin Affan dalam
menstabilisasikan pemerintahan ?

1
B. PEMBAHASAN
1. Pengangkatan Utsman bin Affan
Pemilihan Utsman bin Affan sebagai khalifah melalui kesepakatan
dewan syura yang dibentuk oleh Umar. Pada awalnya Umar akan
melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar
yakni dengan menunjuk salah satu sahabat untuk menjadi penggantinya,
namun sahabat tersebut terlebih dahulu wafat sebelum menjadi khalifah.
Kekhawatiran Umar muncul kembali, jika tidak segera menentukan
siapa penggantinya. Maka, akan terjadi konflik seperti pada proses
pengangkatan Abu Bakar. Desakan dari para sahabat membuat Umar
segera membentuk tim formatur atau dikenal dengan dewan syuro.
Mereka adalah terdiri dari enam sahabat, yakni: Utsman bin Affan, Ali
bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin ‘Awwam, Sa’ad bin
Abi Waqash, Abdurrahman bin ‘Auf dan Abdullah bin Umar. Namun
Umar menggarisbawahi bahwa Abdullah tidak boleh dipilih.1

Setelah menunjuk mereka, Umar memaparkan aturan main


pemilihan tersebut: bila lima atau empat orang bersepakat memilih satu
orang dan satu atau dua orang tersebut membangkang, maka bunuhlah
mereka yang membangkang. Jika suara berimbang 3 berbanding 3,
maka keputusan diserahkan kepada Abdullah bin Umar, tapi kalau tidak
disepakati, maka yang menjadi khalifah adalah pilihan yang dipilih oleh
Abdurrahman. Tapi jika masih juga tidak disetujui, maka penggal saja
mereka yang membangkang. Umar bin Khattab mengambil tindakan ini
sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulunya yakni Abu
Bakar dan Rasulullah. Namun dengan cara yang berbeda. Dari keenam
tokoh tersebut semuanya adalah kaum Muhajirin dan tidak ada satupun
dari kaum Anshor. Hal ini didasarkan bahwa keenam sahabat tersebut
adalah sahabat terbaik dari sahabat yang lainnya. Keputusan ini diterima

1
Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Prenanadmedia Grup, 2016), hlm: 74

2
secara lapang dada oleh kaum Anshor dan kaum Arab yang lainnya.
Kepercayaan mereka terhadap Umar membuat mereka tetap patuh dan
taat atas apapun keputusan yang Umar lakukan, sampai menjelang wafat
dan pergantian khalifah selanjutnya. 2

Zuhri menuturkan bahwa setelah Umar bin Khattab wafat, para


ahli syura berkumpul, maka Abdurrahman bin ‘Auf berkata kepada
hadirin: “Jika kalian bersedia maka akan saya pilihkan untuk kalian
dari golongan kalian, maka aku pasrahkan kepadanya”, dan Miswar
berkata bahwa ia tidak menemukan seperti Abdurrahman, demi Allah
tidak ada satupun dari golongan Muhajirin dan Anshor, dan lainnya
kecuali mereka bermusyawarah (istasyara) pada malam itu. 3

Utsman bin Affan dibai’at pada tanggal 3 Muharam tahun 23 H/ 644


M. Sementara itu, menurut Al-Jazari bahwa ahli syuro Berkumpul pada
waktu Ashar, dan pada saat itu Shuhaib yang mengumandangkan adzan.
Kemudian Utsman bin Affan keluar untuk melaksanakan sholat bersama
umat Islam, hal yang pertama kali ia lakukan adalah menambahkan jatah
sebanyak seratus dirham kepada masyarakat dan menyebarluaskan
berita tersebut ke berbagai pelosok. Setelah itu Utsman berkhutbah di
hadapan masyarakat dengan perasaan yang sangat sedih karena Utsman
takut jika ia tidak mampu mengemban amanah tersebut dengan baik,
dan masyarakat menerima bai’at terhadap Utsman.4

2. Sistem Pemerintahan Utsman bin Affan


Utsman menjadi khalifah selama 12 tahun. Selama
pemerintahannya ia membuat beberapa kebijakan, yaitu:
a. Mushaf Utsmani

2
Muhammad Husain Haikal, Op. Cit., hlm: 20
3
Az-Zuhri, Al-Maghozi An-Nabawiyah ( Damaskus: Darul Fikr, 1981), hlm: 173
4
Al-Jazari, Op. Cit., hlm: 475

3
Pada masanya, Al-Quran dibukukan, dan biasa oleh
kalangan ahli Alquran disebut Mushaf Utsmani. Penulisan Al-Quran
pada masa ‘Utsman didasari oleh adanya perbedaan cara baca Al-
Quran di berbagai wilayah Islam.5 Muslim membaca Al-Quran
dengan beragam cara. Sehingga, Utsman mengumpulkan para
sahabat, lalu menugaskan empat sahabat yang baik hapalannya
seperti Zaid bin S|abit, ‘Abdullah bin Zubayr, Sa‘id bin ‘As dan
‘Abd al-Rahman bin Hisyam.

b. Perluasan Wilayah
Pada masa ini, wilayah demi wilayah dikuasai oleh tentara
Muslim. Kekuasaan khalifah telah mencapai perbatasan Sudan,
India dan Cina. Wilayah kekuasaan Islam antara lain Kabul,
Ghaznah, Balkan, Turkistan, Khurasan, Naisabur, Thus, Asia Kecil,
Cyprus, Tripoli, dan sebagian wilayah Afrika Utara. Berbagai
wilayah ini tunduk dan membayar pajak ke pemerintahan ‘Utsman
bin ‘Affan di Madinah.

c. Distribusi Jabatan Gubernur


Ketika telah dibaiat dan resmi menjadi khalifah, Utsman
memberhentikan pejabat gubernur lama, dan menggantikannya
dengan pejabat baru dan kerap berasal dari kalangan klan Umayyah.
Di antaranya adalah Walid bin ‘Uqbah, saudara seibu dengan
Utsman, dilantik sebagai Gubernur Kufah menggantikan Sa‘ad bin
Abi Waqqash. Abu Musa al-Asy‘ari digantikan oleh ‘Abdullah bin
Amir (anak paman Utsman) menjadi Gubernur Basrah. Sedangkan
Marwan bin Hakam yang merupakan sepupu Utsman dilantik
sebagai Sekretaris Negara.6 Mu‘awiyah bin Abi Sufyan tetap

5
Muh}ammad ‘Ali As}-S{ha>bu>ni>, Studi Ilmu Al - Qur’an , terj. Aminuddin (Jakarta: Pustaka
Setia, 1991), h. 108-110.
6
Mahmudun Nasir, Islam Konsepsi dan Sejarah, terj. Adam Effendi (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1993), h. 139.

4
menjabat sebagai Gubernur Syams dan wilayah kekuasaannya
semakin diperluas. Atas kebijakan ini, Utsman dituduh telah
melakukan nepotisme karena mengangkat pejabat negara dari
kalangan keluarganya.

d. Menghadapi Pemberontakan
Banyak pihak tidak puas dengan pemerintahan ‘Utsman bin
‘Affan. Beberapa daerah menjadi oposisi ‘Utsman.7 Menyebutkan
bahwa kebijakan yang diambil tidak popular dan membuat para
sahabat tidak puas, di antaranya ‘Ali, Talhah dan Zubayr. Para
pendukung ‘Ali dari Kufah dan Mesir mengajukan protes, dan
mengirim pasukan untuk memberontak terhadap khalifah. Rumah
‘Utsman dikepung dan diserbu. Akhirnya, ‘Ustman dibunuh oleh
para pemberontak yang merupakan seorang Muslim. Terdapat dua
kelompok yang membenci ‘Utsman. Pertama, kelompok aristokrasi
dari kalangan Muhajirin dan Anshar yang tersebar di luar Hijaz.
Kedua, kelompok veteran Perang Badar yang menderita karena
kefakiran mereka lantaran para pembantu ‘Utsman menutup akses
bagi mereka untuk mendapatkan harta fa‘i, ghanimah dan subsidi
pemerintah.

3. Usaha – Usaha Dalam Stabilitas Pemerintahan Utsman Bin Affan


a. Bidang Politik
1) Pembantu (Wazir/Muawwin)
Wazir/Muawwin adalah pembantu yang diangkat
oleh khalifah agar membantu tugas-tugas serta tanggung
jawab kekhalifahan Islam. Wazir/Muawwin pada masa
khalifah Utsman bin Affan adalah Marwan bin Hakam.

7
Hitti, History of the Arabs, h. 220.

5
2) Pemerintahan daerah/gubernur
Pada masa Utsman bin para gubernur memerintah
yaitu selama satu tahun penuh. Kebijakan ini adalah
kebijkan dari Umar bin Khattab yang menyuruh untuk
menetapkan pemimpin daerah masa Umar bin Khattab
selama satu tahun. 8

3) Hukum
Pentingnya masa khalifah. Utsman bin Affan
dalam bidang hukum terlihat dalam dua hal yang
mendasar,antara lain : (1) Menjaga teks-teks pada masa
Nabi Muhammad dalam bidang hukum, terikat dengan
apa yang ada di dalam teks, mengikuti dan mentaati teks
yang ada. (2) Meletakkan sistem hukum baru untuk
memperkuat pondasi negara Islam yang semakin luas
dan menghadapi hal-hal yang baru yang tambah
beraneka ragam.9

4) Baitul Mal (keuangan)


Baitul Mal berperan mengurusi semua masalah
keuangan negara. Tugas Baitul Mal mulai dari
membayar gaji para khalifah, gaji para pemimpin daerah
(gubernur), gaji para tentara, dan gaji para pegawai yang
bekerja di pusat pemerintahan. Baitul Mal juga mengatur
semua masalah pajak, dan masalah-masalah sarana dan
prasarana. Pemasukan yang diambil dari hasil rampasan
perang, pajak dan pengeluaran yang dikeluarkan untuk
dana haji, dana perang semua yang mengurusnya dan

8
Syalabi, 2013 Sejarah dan Kebudayaan Islam h : 336-338
9
Syalabi, 2013 sejarah kebudayaan islam, h : 174-176

6
mengaturnya adalah Baitul Mal atas izin khalifah
Utsman bin Affan.

5) Militer
Utsman bin Affan memilih tokoh-tokoh yang
mampu memimpin kekuatan Islam seperti al-Walid, Abu
Musa al-Asy’ari, dan Said bin al-Ash. Tokoh tersebut
sangat berjasa dalam menumpas pemberontakan yang
terjadi setelah pemerintahan Umar. Kemajuan militer
pada waktu itu membawa pemerintahan Islam dibawah
kepemimpinan Utsman bin Affan kepuncak kejayaan.

6) Majelis Syuro Majelis


Syuro adalah orang-orang yang mewakili kaum
muslimin dalam menyampaikan pendapat sebagai bahan
pertimbangan khalifah. Majelis syuro dibagi menjadi
tiga, yaitu; dewan penasehat, dewan penasehat umum,
dan dewan penasehat tinggi dan umum.

b. Bidang Ekonomi
Perkembangan ekonomi pada masa Khalifah Utsman bin
Affan dapat tumbuh dengan maju dan pesat. Utsman bin Affan
menggunakan prinsip-rinsip politik ekonomi yang dijalankan di
pemerintahannya, prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut :
 Menerapkan politik ekonomi secara Islam.
 Tidak berbuat Zhalim terhadap rakyat dalam
menetapkan cukai atau pajak.
 Menetapkan kewajiban harta atas kaum muslimin untuk
diserahkan kepada Baitul Mal.
 Memberikan hak-hak kaum muslimin dari Baitul Mal.

7
 Menetapkan kewajiban harta kepada kaum kafir
dzamimi untuk diserahkan kepada Baitul Mal dan
memberikan hak-hak mereka serta tidak menzhalimi
mereka.
 Para pegawai cukai wajib menjaga amanat dan
memenuhi janji.
 Mengawasi penyimpangan-penyimpangan dalam harta
benda yang dapat menghilangkan kesempurnaan nikmat
umat secara umum. 10

Eksistensi Utsman bin Affan untuk negara atau


pemerintahan adanya pemasukan dan pengeluaran dalam
bidang ekonomi11. Pemasukan dan pengeluaran tersebut,
antara lain:
a. Pemasukan Keuangan
 Zakat
 Harta Rampasan Perang (Ghanimah)
 Harta Jizyah
 Harta Kharaj (Pajak Bumi)
 Usyur (Sepersepuluh dari barang dagangan)
b. Pengeluaran Keuangan
 Gaji Para Walikota dari Kas Baitul Mal
 Gaji Para Tentara dari Kas Baitul Mal
 Kas Umum untuk Haji dari Baitul Mal
 Dana Perluasan Masjidil Haram dari Baitul
Mal
 Dana Pembuatan Armada Laut Pertama Kali

10
Syalabi, 2013 sejarah kebudayaan islam, h: 137-139
11
Ibid h. 146-167

8
 Dana Pengalihan Pantai dari Syuaibah ke
Jeddah
 Dana Pengeboran Sumur dari Baitul Mal
 Dana untuk Para Muadzin dari Baitul Mal
 Dana untuk Tujuan-tujuan Mulia Islam

c. Bidang Sosial
Kaum muslimin dapat memilih hidup yang serba mudah
daripada di masa Umar bin Khattab yang dirasakan terlalu keras
dan ketat dalam pemerintahannya.12 Karena pada masa Khalifah
Umar, muslimin tidak diperbolehkan untuk keluar daerah
kecuali harus dengan izin dan untuk waktu tertentu, dan banyak
permintaan izin demikian itu ditola

d. Bidang Agama
a. Mengerjakan shalat
Pada tahun 29 H/650 M Utsman bin Affan mengerjakan
shalat empat rakaat di Mina secara berjamaah.Shalat
yang dilaksanakan oleh Utsman bin Affan ini membawa
kebinggungan terhadap para sahabatnya, ketika semua
orang mengerjakan shalat berjamaah sebanyak dua
rakaat, maka Utsman bin Affan mengerjakan shalat
sebanyak empat rakaat.Kebijakan yang diambil khalifah
Utsman bin Affan dengan mengerjakan shalat empat
rakaat penuh di Mina dan Arafah merupakan bentuk
kasih sayangnya terhadap umat Islam.13
b. Ibadah Haji
Khalifah Utsman bin Affan adalah salah satu orang yang
mengerti tetang hukum-hukum ibadah haji. Utsman bin

12
Amin S.M. 2010 Sejarah Perdaban Islam, h. 105-107
13
Syalabi, 2013, sejarah kebudayaan islam, h: 187-191

9
Affan juga melarang umatnya untuk beribadah haji jika
untuk tidak sesuai hukum-hukum haji.
c. Pembangunan Masjid
 Masjidil Haram
 Masjid Nabawi
 Masjid Quba
d. Pembukuan Al-qur’an
Tujuan penyusunan kitab suci Al-qur’an ini untuk
mengakhiri perbedaan-perbedaan serius dalam bacaan
Alqur’an. Utsman bin Affan menginginkan saling
bersatunya umat Islam dalam satu bacaan.

e. Akhir Pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan

Akhir pemerintahan khalifah Utsman bin Affan ditandai


dengan adanya tragedi pembunuhan Utsman bin Affan. Faktor-
faktor yang menjadi penyebab timbulnya tragedi pembunuhan
khalifah Utsman bin Affan antara lain.14

a. Kemakmuran dan pengaruhnya pada masyarakat


Kenikmatan dan kemakmuran membawa umat Islam
dengan kesibukan urusan dunia dan terpesona dengan
kenikmatan tersebut.
b. Karakter Perubahan Sosial Pada Masa Pemerintahan Utsman
bin Affan
Telah terjadi perubahan sosial di dalam kehidupan
umat Islam. Tragedi yang memilukan dimulai sejak
pertengahan masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan.
Puncak trgedi tersebut adalah terjadinya pemberontakan dan

14
Syalabi, 2013, sejarah kebudayaan islam, h: 413-454

10
pembangkangan terhadap pemerintahan yang berkuasa
hingga menyebabkan khalifah Utsman bin Affan terbunuh.
c. Penggunaan Berbagai Strategi untuk Membangkitkan
Kemarahan Rakyat
Abdullah bin Saba’ dan pengikutnya melakukan
fitnahan kepada umat Islam agar tidak setuju dengan
pemerintahan khalifah Utsman bin Affan. Abdullah bin
Saba’ menginginkan agar Utsman bin Affan turun dari
jabatannya menjadi khalifah.
bin Affan sebagai khalifah yang baik dan dermawan.
Polemik kerusuhan politik pada akhir pemerintahan Utsman
bin Affan akhirnya menjadikannya korban yang
dipersalahkan. Fitnah tersebut menjadikannya salah satu
orang yang bersalah dan dianggap tidak layak menjadi
khalifah sehingga mengakibatkan terbunuhnya Utsman bin
Affan.

C. ANALISIS
Khalifah Umar bin Khattab adalah Khalifah ke 3 setelah Nabi
Muhammad SAW. Beliau dipilih melalui musyawarah. Kaum muslimin
melihat bahwa sifat baik dan kedekatan yang sangat baik dengan Rasulullah
yang menjadikan Utsman bin Affan menjadi khalifah. Selain itu, Utsman
bin Affan juga memiliki sikap dermawan dan belas kasih kepada rakyat
kecil. Pemilihan Utsman bin Affan sebagai khalifah diharapkan mampu
membawa kesejahteraan umat Islam dalam berbagai bidang, seperti politik,
ekonomi, sosial, dan agama. Karena, kondisi pemerintahan Islam setelah
wafatnya Umar bin Khattab banyak terjadi kekacauan- kekacauan yang
terjadi.
Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah selama 12 tahun.
Kebijakan yang dilakukannya membawa kemajuan umat Islam kemasa
keemasannya. Diantara kebijakan beliau adalah membukukan Al-Quran,

11
memperluas wilayah kekuasaan Islam, mengangkat gubernur dari kalangan
keluarga dan menghadapi sejumlah pemberontakan. Ada beberapa
kebijakan lain yang diambil oleh ‘Usman bin affan. Misalnya, ia melakukan
perluasan Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Namun, pada akhir kekuasaan pemerintahannya banyak pegawai
pemerintahan yang mulai melakukan yang berakhir pada peristiwa
pembunuhan pada usia 82 tahun. Polemik kerusuhan politik pada akhir
pemerintahan Utsman bin Affan akhirnya menjadikannya korban yang
dipersalahkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S.B. 2014. Jejak Khulafaur Rasyidin 3 Utsman bin Affan.


Jakarta: Almahira.
Amin, S.M. 2010. Sejarah Perdaban Islam. Jakarta: Amzahn
Gottschalk, L. Mengerti Sejarah. Terjemahan oleh Nugroho Notosusanto.
1985. Jakarta: UI Press..
Kartodirjo, S. 1993. Pendekatan Ilmu-ilmu Sosial dalam Metodologi
Sejarah. Jakarta: Gramedia.
Khalid, K.M. 2014. Utsman bin Affan (Khalifah Penjunjung Al-
Qur’an). Bandung: Mizania.
Murad, M. 2007. Kisah Hidup Utsman ibn Affan. Jakarta: zaman.
Supriyadi, D. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka
Setia.
Syalabi, A. 1997. Sejarah dan Kebudayaan Islam I. Jakarta: Al-
Husna Zikra.

13

Anda mungkin juga menyukai