Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERADABAN ISLAM KLASIK DAN MODERN

“Fase Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Tholib, Masa Umayyah Timur,
Kebijakan dan Orientasi Poitik dan Kedudukan Amir Al-Mu`Minin”

Dosen Pengampu
Dr. H. Nasron Hk, M.Pd. I

Di Susun Oleh :
1. Melani Purnama Syahri (NIM. 2323540021)
2. Monica Kurnia Wati (NIM. 2323540028)
3. Muhammad Dicky Khoirullah (NIM. 2323540037)

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
BENGKULU
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Fase Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Tholib, Masa Umyyah Timur,Kebijakan
Dan Orientasi Poitik dan Kedudukan Amir Al-Mu`Min. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Peradaban Islam Klasik dan Modern.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Nasron Hk, M.Pd. I
selaku Dosen Mata Kuliah Studi Al-Qur`an dan Hadist.yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Bengkulu, November 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Fase Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Tholib
B. Masa Umayyah Timur
C. Kebijakan dan Orientasi Politik
D. Kedudukan Amir Al-Mu`Minin
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Fase Usman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib ?
2. Bagaimana Masa Umayyah Timur ?
3. Bagaimana Kebijakan Dan Orientasi Politik ?
4. Bagaimana Kedudukan Amir Al-Mu`Minin ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Fase Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Tholib
2. Untuk Mengetahui Masa Umayyah Timur
3. Untuk Mengetahui Kebijakan dan Orientasi Politik
4. Untuk Mengetahui Kedudukan Amir Al-Mu`Minin

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fase Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Tholib
1. Kepemimpinan Usman bin Affan (644-656 M.)
a. Latar belakang Usman bin Affan
Setelah „Umar bin Khattab wafat, Usman bin Affan terpilih
menjadi khalifah ketiga. Usman merupakan anak dari Affan, seorang
saudagar kaya raya. Usman lahir di Taif pada tahun 579 Masehi atau
42 Sebelum Hijriah. Sebagaimana ayahnya, Usman berprofesi sebagai
pedagang, dan ia merupakan salah satu orang terkaya di Makkah.
Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz. Ia bersahabat dengan Abu Bakar,
khalifah pertama, dan masuk Islam setelah berdiskusi dengan, dan
mendapatkan masukan dari Abu Bakar. Mayoritas keluarganya
menolak keputusan Usman menjadi seorang Muslim, termasuk istri-
istrinya. Akhirnya, ia menceraikan istri-istrinya. Tetapi, kemudian ia
menikahi dua putri Nabi, Ruqayyah bin Muhammad, dan adiknya yang
bernama Umm al-Kalsum binti Muhammad setelah Ruqayyah
meninggal dunia. Sebab itulah, Usman merupakan sahabat Nabi
sekaligus menjadi menantunya.1
Sebagai salah satu pengikut pertama Nabi, Usman mendukung
perjuangan Nabi dan menghabiskan kekayaannya untuk perjuangan
dakwah Nabi. Tatkala kaum kafir Quraisy menekan kaum Muslim
yang menjadi kelompok minoritas, Nabi memerintahkan beberapa
orang hijrah ke luar Makkah pada tahun 615, yaitu ke Abissinia yang
diperintah oleh seorang raja dari kalangan Nashrani yang taat. „Usman
merupakan salah satu Muslim dari 83 orang yang hijrah dan
mendapatkan suaka politik dari Raja Najasi. Kaum kafir Quraisy

1
Khaled Muhammad Khaled, The Successors of the Messengger, translate by
Muhammad Mahdi al-Sharif (Beirut: Lebanon, 2005), h. 14.
meminta kaum Muslim tersebut diusir dan dikembalikan ke Makkah,
akan tetapi Raja Najasi menolaknya.2
b. Kebijakan Pemerintahan Usman bin Affan
Usman menjadi khalifah selama 12 tahun. Selama memerintah, ia
mengeluarkan beberapa kebijakan. Di antaranya adalah membukukan
Alquran, memperluas wilayah kekuasaan Islam, mengangkat gubernur
dari kalangan keluarga dan menghadapi sejumlah pemberontakan yang
membuatnya terbunuh. Ada beberapa kebijakan lain yang diambil oleh
Usman bin Affan. Misalnya, ia melakukan perluasan Masjidil Haram
di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
1) Mushaf Usmani
Kebijakan Usman yang paling popular adalah
mengkodifikasi Alquran. Pada masanya, Alquran dibukukan, dan
biasa oleh kalangan ahli Alquran disebut Mushaf Usmani. Pada
masa pemerintahan Usman wilayah kekuasaan Islam semakin
meluas di berbagai daerah jauh di luar Makkah dan Madinah.
Perbedaan wilayah dan suku membuat bacaan Alquran mereka
beragam. Setiap daerah memiliki bacaan sebagaimana diajarkan
oleh sahabat Nabi yang diutus ke daerah masing-masing. Misalnya,
penduduk Syam membaca Alquran mengikuti bacaan Ubay bin
Kaab, dan kaum Muslim Bashrah mengikuti bacaan Abu Musa al-
Asyari. Bacaan mereka memiliki perbedaan bunyi huruf dan bentuk
bacaan. Masalah ini memunculkan pertikaian dan perselisihan antar
sesama Muslim akibat memiliki bacaan Alquran yang berbeda.
Persoalan ini diketahui ketika Huzaifah bin Yaman melihat kaum
Muslim membaca Alquran dengan beragam cara, dan sebagian
bacaan bercampur dengan kesalahan, bahkan masing-masing
kelompok mempertahankan dan berpegang pada bacaannya, lalu
mengkafirkan pihak lain yang membaca Alquran dengan cara yang
berbeda. Ia lalu melaporkan persoalan itu kepada Usman bin

2
Hitti, History of the Arabs, h. 144-143.
Affan.3
Memahami persoalan itu Usman mengumpulkan para
sahabat, lalu menugaskan empat sahabat yang baik hapalannya
seperti Zaid bin Sabit, „Abdullah bin Zubayr, Sa„id bin As dan
Abd al-Rahman bin Hisyam. Tiga dari empat sahabat Nabi tersebut
berasal dari suku Quraisy golongan Muhajirin, kecuali Zaid bin
Sabit. Usman meminjam mushaf Alquran yang ditulis semasa Abu
Bakar, dimana Mushaf tersebut berada di tangan Hafsah binti
Umar. Lalu „Usman meminta empat sahabat untuk menyalin dan
memperbanyak mushaf itu dan membagikannya ke berbagai
wilayah kekuasaan Islam, dan membakar mushaf lain yang beredar.
Memang, Alquran mulai ditulis sejak masa Abu Bakar dengan alas
an banyak para hafiz Alquran gugur di medan perang.
Pengumpulan Mushaf pada masa Abu Bakar merupakan bentuk
pemindahan dan penulisan Alquran ke dalam satu mushaf, dan
sumbernya berasal dari catatan ayat Alquran yang ditulis di
kepingan batu, pelepah kurma dan kulit binatang. Penulisan
Alquran pada masa Usman didasari oleh adanya perbedaan cara
baca Alquran di berbagai wilayah Islam.4 Jadi, ada perbedaan motif
antara dua khalifah. Abu Bakar khawatir jika Alquran akan hilang
dengan banyaknya para hafiz Alquran yang gugur di medan perang.
Sedangkan Usman khawatir dengan perbedaan bacaan Alquran di
berbagai daerah kekuasaan Islam dan sikap saling mengkafirkan
antar kelompok yang memiliki cara baca Alquran.5
2) Perluasan Wilayah
Pada masa ini, wilayah demi wilayah dikuasai oleh tentara
Muslim. Kekuasaan khalifah telah mencapai perbatasan Sudan,

3
Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur‟an, terj. Maulana Hasanuddin (Bogor:
Litera AntarNusa, 2001), h. 192.
4
Muhammad „Ali As-Shabuni, Studi Ilmu Al-Qur‟an, terj. Aminuddin (Jakarta: Pustaka
Setia, 1991), h. 108-110.
5
Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur‟an, h. 198); „Abd al-Rahman I. Doi, Introduction to the
Holy Qur‟an (New Delhi: Sterling Publishers, 2003), h. 25-30.
India dan Cina. Wilayah kekuasaan Islam antara lain Kabul,
Ghaznah, Balkan, Turkistan, Khurasan, Naisabur, Thus, Asia Kecil,
Cyprus, Tripoli, dan sebagian wilayah Afrika Utara. Berbagai
wilayah ini tunduk dan membayar pajak ke pemerintahan Usman
bin Affan di Madinah.
3) Distribusi Jabatan Gubernur
Ketika telah dibaiat dan resmi menjadi khalifah Usman
memberhentikan pejabat gubernur lama, dan menggantikannya
dengan pejabat baru dan kerap berasal dari kalangan klan
Umayyah. Mu„awiyah bin Abi Sufyan tetap menjabat sebagai
Gubernur Syams dan wilayah kekuasaannya semakin diperluas.
Atas kebijakan ini, Usman dituduh telah melakukan nepotisme
karena mengangkat pejabat negara dari kalangan keluarganya.
Inilah yang memunculkan protes dan pemberontakan sampai akhir
hidupnya.
2. Kepemimpinan Ali bin Abi Talib
a. Latar belakang Ali bin Abi Talib
Setelah Usman wafat, kaum Muslim membaiat Ali bin Abi
Talib sebagai khalifah. Ali merupakan sepupu Nabi Muhammad saw.
sekaligus menantunya. Ali menikah dengan Fatimah binti Muhammad.
Ali adalah anak Abu Talib yang merupakan saudara ayah Nabi,
„Abdullah dan menjadi pelindung Nabi dari gangguan kafir Quraisy di
Makkah. Abu Talib adalah anak „Abd al-Mutalib bin Hasyim bin „Abd
al-Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka„ab. Abu Talib
mulai mengasuh Nabi di waktu kecil setelah „Abd al-Mutalib
meninggal dunia. Karenanya, „Ali dan Muhammad dibesarkan oleh
Abu Talib. Nabi sangat sedih atas meninggalnya dua pendukung
setianya, Khadijah yang merupakan istri pertama Nabi dan Abu Talib
yang menjadi pelindung Nabi di awal dakwah Islam.6
b. Ali bin Abi Talib menjadi Khalifah (656-661) „

6
Hitti, History of the Arabs, h. 139.
Ali merupakan khalifah terakhir. Ia menggantikan
kepemimpinan Usman bin Affan yang wafat terbunuh. Ali diangkat
sebagai khalifah di Masjid Nabawi di Madinah pada tanggal 24 Juni
656 Masehi. Karenanya, ia menjadi khalifah pada usia 57 tahun.
Orang yang pertama membaiat Ali adalah Malik al-Asytar al-
Nakhai kemudian Talhah dan Zubayr. Tetapi, seperti akan diungkap,
pemerintahan „Ali diguncang dengan sejumlah pemberontakan yang di
antaranya dipimpin oleh „Awiyah bin Abi Sufyan yang menuntut balas
kematian Usman karena keduanya berasal dari klan Bani Umayyah.
Ali sendiri berasal dari klan Bani Hasyim.
c. Kebijakan Pemerintahan Ali bin Abi Talib
1) Memindahkan Ibukota
Menarik bahwa sejak Nabi memimpin kaum Muslim, ibukota
pemerintahan Islam ditempatkan di Madinah. Bahkan Madinah
tetap menjadi ibukota pada masa Abu Bakar, Umar dan Usman.
2) Perang Jamal
Pada masa ini, Ali menghadapi pemberontakan dua sahabat senior,
yaitu Talhah dan Zubayr. Perang yang terjadi pada tahun 656 ini
kemudian disebut dengan Perang Unta karena Aisyah mengendarai
unta dalam peperangan.
3) Perang Shiffin
Pasca perang Siffin, kaum Muslim terbagi menjadi beberapa
kelompok. Para pendukung Ali menyebut diri mereka sebagai
Syiah. Setelah Ali wafat, mereka mengangkat Hasan sebagai
pemimpin mereka, dan kemudian Husain. Kemudian, kelompok
Syiah terpecah menjadi beberapa kelompok mulai dari Saba‟iyah,
Isma„iliyah, Zaidiyah sampai Imamiyah. Khawarij pun terpecah
menjadi beberapa sekte. Kelompok lainnya adalah Murji„ah,
Jabariyah dan Qadariyah. Setiap kelompok memiliki sejumlah
doktrin yang berbeda, bahkan bertentangan.
B. Masa Umayyah Timur
Masa pemerintahan dinasti umayyah di klasifikasikan sebagai
berikut:
1. Pengambil Alih Kekuasaan
Implementasi dari terjadinya perang shiffin berimplikasi
terhadap pergulatan politik di dunia Islam, dan terjadinya persang shiffin
tersebut diawali dari terjadinya polemik antara Ali Bin Abi Thalib dan
Muawiyah. Padahal jika ditinjau dari garis keturunan keduanya
masih satu garis keturunan. Dalam peristiwa inilah Ali Bin Abi
Thalib mengalami kekalahan secara politik dari pihak muawiyah
dengan perantara jalan arbitrase (tahkim) sehinga kekalahan Ali
secara politis ini mampu dimanfaatkan oleh Muawiyah yang mendapat
kesempatan untuk mengangkat dirinya sebagai khalifah sekaligus Raja.7
Selain kesepakatan arbitrase menimbulkan dianggap merugikan
bagi pihak Ali r.a itu sendiri, juga menimbulkan polemic perpecahan
dikalangan umat Islam itu sendiri yang diawali oleh keluarnya
sejumlah besar pendukung dan simpatisan Ali r.a dalam menentang
terhadap keputusan Ali, (Golongan khawarij).
2. Pembentukan Dinasti Umayyah
Pemerintahan dinasti Umayyah berasal dari nama Umaiyah ibn
Abu Syam ibn Abdi Manaf, pemerintahan ini berkuasa selama selama
kurang lebih 91 tahun (41-132 atau 661-750 M) dengan 14 orang khalifah
mereka adalah:
a. Muawiyah (41-60 H / 661-679 M)
b. Yazid I / (60-64 H / 680-683 M)
c. Muawiyah II (64H / 683 M)
d. Marwan (64-65 H / 683-684 M)
e. Abdul Malik (65-86 H / 684-705 M)
f. Al Walid (86-98 H / 705-714 M)
7
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Melacak akar-
akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, ,
2004), Cet-1 h. 34
g. Sulaiman (96-99 H / 615-717 M)
h. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H / 717-719 M)
i. Yazid II (101-105 H / 719-723 M)
j. Hisyam (105-125 H /723-742 M)
k. Al Walid II (125-126 H / 742-743 M)
l. Yazid III (126 H / 743 M)
m. Ibrahim (126-127 H / 743-744 M)
n. Marwan II (127-132 H / 744-749 M).8
Dari sekian banyak khalifah yang berkuasa pada masa dinasti
Umayyah hanya beberapa khalifah saja yang dapat dikatakan khalifah
besar yaitu Muawiyah ibn Abi Soyan, Abd al Malik ibn Marwan, Al
Walid ibn Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hasyim ibn abd al
Malik.

Kemajuan yang Dicapai


1. Pemisahan Kekuasaan
Pemisahan kekuasaan antara kekuasaan agama (Spiritual power)
dengan kekuasaan politik (temporal power). Muawiyah bukanlah seorang
yang ahli dalam soal-soal keagamaan, maka masalah keagamaan
diserahkan kepada para ulama.
2. Pembagian wilayah
Pada masa khalifah Umar ibn Khattab terdapat 8 propinsi, maka
pada masa Dinasti Umayyah menjadi 10 propinsi dan tiap-tiap propinsi
dikepalai oleh seorang gubernur yang bertanggung jawab langsung kepada
Khalifah. Gubernur berhak menunjuk wakilnya di daerah yang lebih kecil
dan mereka dinamakan ‘amil.
3. Bidang administrai pemerintahan
Dinasti umayyah membenyuk beberapa diwan (Departemen) yaitu:
a. Diwan al Rasail, semacam sekretaris jendral yang berfungsi untuk

8
Ahmad al Usairy, Sejarah Islam Sejak zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta, Akbar
Media Eka Sarana, 2003)., hlm.184-185.
mengurus surat-surat negara yang ditujukan kepada para gubernur atau
menerima surat-surat dari mereka
b. Diwan al Kharraj, yang berfungsi untuk mengurus masalah pajak.
c. Diwan al Barid, yang berfungsi sebagai penyampai berita-berita
rahasia daerah kepada pemerintah pusat
d. Diwan al Khatam, yang berfungsi untuk mencatat atau menyalin
peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah
e. Diwan Musghilat, yang berfungsi untuk menangani
berbagai kepentingan umum.
4. Organisasi Keuangan
Percetakan uang dilakukan pada masa khalifah Abdul Malik ibn
Marwan, Walaupun pengelolaan asset dari pajak tetap di Baitul Mal
5. Organisasi Ketentaraan
Pada masa ini keluar kebijakan yang agak memaksa untuk
menjadi tentara yaitu dengan adanya undang-undang wajib militer yang
dinamakan „Nidhomul Tajnidil Ijbary”.
6. Organisasi Kehakiman
Kehakiman pada masa ini mempunyai dua ciri khas yaitu:
a. Seorang qadhi atau hakim memutuskan perkara dangan ijtihad
b. Kehakiman belum terpengaruh dengan politik
7. Bidang Sosial Budaya
Pada masa ini orang-orang Arab memandang dirinya lebih mulia
dari segala bangsa bukan Arab, bahkan mereka memberi gelar dengan “Al
Hamra”.
8. Bidang Seni Dan Sastra
Ketika Walid ibn Abdul Malik berkuasa terjadi penyeragaman
bahasa, yaitu semua administrasi negara harus memakai bahasa Arab.
9. Bidang Seni Rupa
Seni ukir dan pahat yang sangat berkembang pada masa itu dan
kaligerafi sebagai motifnya.
10. Bidang Arsitektur
Telah dibangunnya Kubah al Sakhrah di Baitul Maqdia yang
dibangun oleh khalifah Abdul Malik ibn Marwan.9

C. Kebijakan dan Orientasi Politik


1. Usman bin Affan
Ada empat kebijaksanaan yang kontraversial dan favoritisme
dalam pemerintahan Utsman yakni politik nepotisme, menghapus
ketua dewan Baitul Mal, membagi-bagikan keuangan dan harta Negara
kepada kaum kerabatnya dan memperjualbelikan tanah Negara. Di
antara empat kebijaksanaan tersebut, yang pertamalah yang selalu
menjadi sorotan publik, sedangkan tiga lainnya kurang mendapat
perhatian.
a. Politik Nepotisme
Hal yang menarik perhatian besar dari pengamat sejarah
Islam adalah politik nepotisme yang dilakukan Utsman ini karena
dialah orang pertama yang menerapkan politik kekeluargaan
tersebut terhadap aparatur pemerintahan yang didasari oleh
favoritisme terhadap keluarga Bani Umaiyah yang dahulu pernah
menjadi pemimpin besar di masa Arab Jahiliyah.
Satu demi satu gubernur dan jabatan pemerintahan lainnya
yang bukan dari Bani Umaiyah yang diangkat Umar ibn Khaththab
dahulu, kini diganti oleh Utsman, sedangkan pejabat dari Bani
Umaiyah dikukuhkannya. Gubernur Mesir diangkatnya saudara
sesusuannya bernama Abdullah ibn Sa‟ad, menggantikan „Amr ibn
al-„Ash. Gubernur Kufah, saudara sepupunya, Walid ibn „Uqbah
menggantikan Mughirah ibn Syu‟bah. Gubernur Basrah diangkat
anak bibinya Abdullah ibn Amir menggantikan Abu Musa al-
Asy‟ari. Sedangkan Muawiyah ibn Abi Sofyan yang sudah menjadi

9
Maidir Harun, Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 2001), h.
81
gubernur Syiria semenjak Umar ibn Khaththab tidak diganti karena
mereka sama-sama keturunan Bani Umaiyah.10
Dari peristiwa sejarah di atas dapat dilihat bahwa
terkumpullah seluruh kekuasaan pejabat Negara di tangan satu
keluarga saja, yaitukeluarga bani Umaiyah dengan mengangkat dan
mendudukkan keluarga bani Umaiyah dalam semua jabatan
pemerintahan, mulai dari gubernur,sekretaris negara sampai ketua
dewan baitul mal berdasarkan pertimbangan favoritisme.11
b. Memutasi Ketua Dewan Baitul Mal
Selain mengganti pejabat sekretaris Negara dan pejabat
gubernur, beliau juga mengganti ketua dewan pengelola Baitul
Mal, dulu di masa Umar dikelola oleh Abdullah ibn Arqam yang
terkenal sangat jujur dan berpotensi dalam mengelola Baitul Mal,
kini di masa Utsman jabatan tersebut dihapuskan dan langsung di
tangan Khalifah.12
Pengangkatan Marwan ibn Hakam menjadi ketua sekretaris
Negara dan pencopotan Abdullah ibn Arqam dari ketua Baitul Mal
mendapat kecaman pedas dari tokoh-tokoh masyarakat. Sebab
mereka mengetahui bahwa Marwan dan ayahnya Hakam keduanya
adalah orang yang berbahaya bagi daulah Islamiyah, kalau tidak
mengapa dulu Rasulullah, Abu Bakar dan Umar melarang kedua
orang itu pindah dari Thaib ke Madinah. Justru Utsman meminta
Marwan datang ke Madinah untuk diserahi jabatan penting Negara.
Sementara suasana semakin memanas karena pemecatan
Abdullah ibn Arqam dari ketua Baitul Mal, sebab beliau sangat
jujur dan sangat disiplin dalam menjalankan tugas. Itu sebabnya
maka beliau dipercaya memegang jabatan itu bahkan semenjak dari

10
M. Jamaluddin Surur, Al-Hayat al-Siyasah fi al-Daulah al-‘Arabiyah al-Islamiyah
(Kairo: Dar al-Fikri al-„Arabi, 1978), h. 59.
11
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Bandung: Rosda Bandung,
1988), h.190.
12
Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulah Khulafaurrasyidin (Jakarta: Bulan Bintang, 1979),
h.336.
masa Nabi sampai Khalifah Umar ibn Khaththab, Inilah yang
membuat munculnya kemarahan rakyat.
c. Membagi-bagikan Keuangan dan Tanah Negara kepada Kaum
Kerabatnya
Kebijaksanaan Utsman yang kontraversial lainnya adalah
mengambil uang dari Baitul Mal untuk keluarganya dan gaji
pegawai pemerintahan secara besar-besaran. Mungkin inilah
sebabnya Abdullah ibn Arqam dimutasi dari ketua Dewan Baitul
Mal agar kebijaksanaan ini tidak terhalang, sampai tidak ada yang
dapat dibagi lagi bagi rakyat yang selama ini mendapat tunjangan
dari Negara di masa Umar, mengakibatkan mereka menderita.13
Selain itu, Khalifah Utsman juga membagibagikan tanah
Negara kepada kaum kerabatnya, sebagian ada juga yang
diperjualbelikan, seperti memberikan tanah Fadaq kepada Marwan
ibn Hakam dan memperbolehkan Muawiyah mengambilalih tanah
Negara di semua wilayah Syiria, suatu hal yang sebelumnya
dilarang keras oleh oleh Umar karena harta hasil rampasan perang
harus dijadikan sebagai harta Negara.14
Mereka melakukan komunikasi antar daerah melalui surat,
malahan keinginan mereka menjadi meningkat dan memuncak
bukan lagi memprotes kebijaksaan-kebijaksanaan yang dilakukan
Khalifah Utsman, tetapi mereka ingin untuk mencari orang lain
sebagai penggantinya menjadi Khalifah. Penduduk Mesir
menginginkan Ali menjadi Khalifah, orang-orang Basrah
menginginkan Talhah, sedangkan orang-orang Kufah
menginginkan Zubeir.
2. Ali bin Abi Tholib
Keberhasilan Yang Dicapai Masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib

13
Abu al-A‟la al-Maududi, al-Khilafah wa al-Mulk, terj.Muhammad al-Baqir,h. 130.
14
Syed Mahmudunnasir,Islam Konsepsi dan Sejarahnya,h. 188-189.
Selama menjabat khalifah, tidak banyak yang bisa diperbur
oleh Ali. Keadaan negara sedang mengalami keterpurukan akiba
ulah pemerintahan Utsman yang dikendalikan kaum kerabatnya
sehingga mengantarkan pada terbunuhnya khalifah ketiga itu.
Tokoh- tokoh pembesar sudah tidak bersatu lagi, malahan tiap-tiap
daerah menginginkan khalifah yang berbeda-beda. Selain Kuffah
dan Madinah yang menginginkan Ali, masyarakat Bashrah
menginginkan Thalhah ibnu Ubaidillah, masyarakat Mekah
menginginkan Zubair ibnu Awwam Sementara itu, Mu'awiyyah
ibnu Abi Sufyan tidak membaiat Al dan secara terbuka
mengumumkan dirinya sebagai khalifah, karena merasa dirinya
lebih berhak dan lebih pantas menggantikan Utsman Walaupun
begitu, setelah dibaiat menjadi khalifah, Ali ibnu Abi Thalib segera
mengeluarkan beberapa keputusan berkaitan dengan masalah
politik berikut ini.
a. Memecat para pejabat yang diangkat Utsman, termasuk di
dalamnya beberapa gubernur, dan menunjuk penggantinya.
b. Mengambil tanah yang telah dibagikan Utsman kepada keluarg
dan kaum kerabatnya tanpa alasan yang benar.
c. Memberikan tunjangan kepada kaum Muslimin dari Baitul
Maal, seperti yang pernah dilakukan Abu Bakar Pemberian
dilakukan secara merata tanpa membedakan sahabat yang yang
lebih dahulu masuk Islam dan yang masuk belakang

D. Kedudukan Amir Al-Mu`Minin


1. Pengertian
Amirul Mukminin artinya pemimpin orang-orang yang
beriman. Inilah gelar yang diberikan kepada raja atau pemimpin umat
Islam pada awal penyebaran Islam. Imam Nawawi menjelaskan bahwa
orang pertama yang disebut sebagai Amirul Mukminin adalah Umar
Bin Khatab. Gelar Umar sebagai Amirul Mukminin juga disebutkan
dalam riwayat hadits At-Tabarani.15.
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya Amir al-Mu'minin adalah
gelar dalam Islam yang diberikan kepada pemimpin tertinggi dalam
komunitas Muslim, yang juga sering kali merupakan kepala negara
atau pemimpin politik. Gelar ini secara harfiah berarti "Pemimpin
Orang Mukmin" atau "Pemimpin Para Mukmin." Gelar ini pertama
kali diberikan kepada Khalifah pertama dalam Islam, yaitu Abu Bakar,
dan kemudian digunakan oleh para Khalifah yang mengikuti, termasuk
Umar ibn al-Khattab, Utsman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Talib.
Pemberian gelar Amir al-Mu'minin menunjukkan otoritas
spiritual dan politik pemimpin tersebut dalam komunitas Muslim. Hal
ini juga mencerminkan tanggung jawab mereka untuk melindungi dan
memimpin umat Islam dalam hal-hal agama dan dunia. Meskipun gelar
ini awalnya digunakan untuk pemimpin Islam awal, dalam konteks
sejarah modern, beberapa pemimpin Muslim masih menggunakan
gelar ini atau varian serupa untuk menegaskan otoritas mereka.
Dalam rangka menjaga stabilitas negara, agar umat islam
terhindar dari perpecahan maka penunjukan umar menjadi khalifah
dilakukan oleh abu bakar. Dan piagam penunjukan itu dibuat sebelum
beliau wafat. Kebijakan abu bakar diterima masyarakat dan segera
membaiatnya secara beramai-ramai. Umar menyebut dirinya khalifah
khalifati rasulullah ( pengganti dari pengganti rasulullah. Belah juga
memperkenalkan istilah amir al-Mu‟minin ( komandan orang-orang
beriman) dan tetap menjadikan madinah sebagai pusat
16
pemerintahannya.
Sejak saat itulah, umat Muslim memanggil Umar Bin Khattab
dengan Amirul Mukminin yang menjadi gelar kehormatan untuknya.
Gelar ini kemudian diwariskan oleh para khalifah selanjutnya sebagai

15
Nawawi Imam, Al- adzkar Doa dan Dzikir dalam Al-Quran dan Sunnah, Cet 1
(Jakarta: Pustaka Al-Kausar,2015) h. 54
16
Suntiah Ratu, Sejarah Peradaban Islam, Cet 1 ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017) h.81
karakter khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain kecuali khalifah
Bani Ummayyah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fase Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Tholib
Masa Umayyah Timur
Kebijakan dan Orientasi Politik
Kedudukan Amir Al-Mu`Minin

B. Saran
Penulis tentunya menyadari banyak sekali kekurangan dalam
penulisan makalah ini, jadi penulis mohon maaf atas kesalahan dan
kekurangannya.Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai