Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta dorongan dari
semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan makalahini dengan baik dan seksama.
Makalah mengenai “Diare” ini disusun dengan sistematis untuk memenuhi salah satu tugas
darimata kuliah Patosiologi dan farmakoterapi dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah
ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari
kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun teknis penulisan. Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaanya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk rekan-rekan yang
membaca terkait penyakit Diare.

Palembang 25 januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2 RumusanMasalah...................................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Diare.....................................................................................................................6
2.2 Epidemiologi Diare................................................................................................................7
2.3 Patofisiologi Penyakit Diare..................................................................................................7
2.4 Klasifikasi Diare....................................................................................................................8
2.5 Etiologi Diare.........................................................................................................................8
2.6 Gejala Klinis dari Penyakit Diare..........................................................................................8
2.7 Pencegahan Penyakit Diare..................................................................................................10
2.8 Pengobatan Penyakit Diare..................................................................................................12
A. attapulgite..........................................................................................................................12
B.Anti motilitas......................................................................................................................13
BAB III..........................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diaremasih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar
didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare sering kali
dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan
sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan
di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian ke 2
terbesar pada balita.Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari
tiga kali sehari. Dimana pada dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum
kematian balita, membunuh lebih dari 1,5 Juta orang pertahun.
Diare kondisinya dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose),
penyakit danmakana atau kelebihan Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan seringkali
enek dan muntah. Dimana menurut WHO (1980) diare terbagi dua berdasarkan mula dan
lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik.Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari
Kementerian Kesehatan, tingkat kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare
mencapai 31,4 persen. Adapun pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggal
karena kekurangan cairan tubuh.
Diare masih merupakan masalah kesehatan diIndonesia. Walaupun angka mortalitasnya
telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Kematian akibat penyakit
diare di Indonesia juga terukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru akut) yang selama ini
didengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi. Diare seringkali dianggap penyakit yang
biasa dan sering dianggap sepele penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan
gangguan sistem ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita.
Beberapa di antaranya adalahgangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock
hipovolemia, gangguan berbagai organ tubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat
menyebabkan kematian. Dengan demikian menjadi penting bagi perawat untuk mengetahui lebih
lanjut tentang diare, dampak negative yang ditibulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan
komplikasinya.Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan
mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh dunia terutama dinegara-negara
berkembang,jumlah nya mendekati satu dalam lima orang, inimenyebabkan kematian pada anak-
anak melebihi AIDS dan malaria.
Kontrol penyakit diare sendiri telahlama diupayakan oleh pemerintah Indonesia untuk
penekanan angka kejadian diare. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah seperti adanya
program-program penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat.Adanya promosi
pemberian ASI ekslusif sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan
tujuan bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian yang disebabkan
oleh penyakit diare (Departemen Kesehatan (Depkes,2013).
1.2 RumusanMasalah
1.Apa yang dimaksud dengan Diare ?
2.Bagaimana Epidemiologi dari penyakit Diare ?
3.Bagaimana patofisiologis dari penyakit Diare ?
4.Apa saja klasifikasi dari penyakit Diare ?
5.Bagaimana etiologi dari penyakit Diare ?
6.Apa saja gejala –gejala yang ditimbulkan dari penyakit Diare ?
7.Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit Diare ?
8.Apa saja pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita penyakit Diare?

1.3 Tujuan
1.Menjelaskan tentang pengertian Diare
2.Mengetahui Epidemiologi dari penyakit Diare
3.Mengetahui patofisiologis dari penyakit Diare
4.Mengetahui klasifikasi dari penyakit Diare
5.Menjelaskan tentang etiologi dari penyakit Diare
6.Mengetahui gejala –gejala yang ditimbulkan dari penyakit Diare
7.Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit Diare
8.Mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita penyakit Diare

1.4 Manfaat Penulisan


1.Untuk memberikan informasi berupa pengetahuan kepada pembaca dan
masyarakat mengenai bahaya yang ditimbulkan dari penyakit Diare
2.Untuk memberikan informasi tentang penanganan dan pencegahan penyakit
Diare secara farmakologis maupun non farmakologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diare


Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa
air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes
RI 2011). Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan
20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan
diare serta dehidrasi.
Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus
(Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong, 2008). Menurut WHO
Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau
lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, duakriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering,
jadi misalnya buang airbesar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu
juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari,maka itu
bukan diare.
Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan
usus halus yang ditandai dengan diare, muntah muntah yang berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbukan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz,2009).
Hidayat (2008) menyebutkan diare adalah buang air besar pada bayi atau anak Iebih dan 3 kali
sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atautanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dan satu minggu.
2.2 Epidemiologi Diare
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter,
sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi
terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit
(Hendarwanto, 1996).

Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni,


Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella
dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan
Enteroinvasive E.coli ( EIEC).

Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akut
yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan
antibiotik,HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien
beresiko tinggi untuk diare infeksi (Thielman, 2004).

2.3 Patofisiologi Penyakit Diare


Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor di antaranya
pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus
yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.

Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan


fungsi usus meneyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami
iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi
merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga faktor makanan, ini terjadi
apabila toksin yang adatidak mampu diserap dengan baik.
Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor
psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltikusus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare (Hidayat, 2006:12)

2.4 Klasifikasi Diare


 Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari ( umumnya kurang dari 7
hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu sebelumdatang berobat. Akibat
diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian
bagi penderita diare.
 Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2 minggu sebelum
dating berobat atau sifatnya berulang.
 Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada
mukosa.
 Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.
Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

2.5 Etiologi Diare


Mekanisme diare (Juffrie, 2011) Secara umumdiare disebabkan dua hal yaitu gangguan
pada proses absorpsi atau sekresi. Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa
mekanismeyang saling tumpang tindih. Menurut mekanisme diare maka dikenal: diare
akibatgangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar daripadakapasitas
absorpsi. Disini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus halus,mengakibatkan absorpsi
menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila fungsiusus halus normal, diare dapat terjadi
akibat absorpsidi kolon menurun atau sekresi di kolon meningkat. Diare juga dapat dikaitkan
dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.

2.6 Gejala Klinis dari Penyakit Diare


Bila penyebab diare akibat menelan makanan yang mengandung racun dari kuman, akan
terdapat gejala lain berupa mual hingga muntah. Pada kasus keracunan makanan, biasanya gejala
diare seperti muntah akan terlihat lebih dominan dibandingkan diarenya sendiri. Nyeri perut
hingga kram perut dapat terjadi pada diare yang terjadi akibat percepatan gerakan usus maupun
yangmelukai mukosa usus.
Selain tanda dan gejala diare, yang penting untuk diperhatikan bila anda mengalami diare
adalah untuk mengenali tanda –tanda kekurangan cairan yang merupakan salah satu komplikasi
diare yang paling sering terjadi. Pada usia dewasa, gejala kekurangan cairan yang dapat diamati
adalah:
a.Feses berwarna gelap yang mengindikasi adanya darah pada feses.
b.Kurang tidur
c.Penurunan berat badan
d.Badan lemah
e.Feses lembek dan cair serta lebih dari 3 kali dalam 24 jam
f.Sakit perut dan kram perut
g.Mual dan muntah
h.Sakit kepala
i.Kehilangan nafsu makan
2.7 Pencegahan Penyakit Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah :
1.Pemberian ASI ASI adalah makanan paling baik untuk bayi.
Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna
dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.ASI bersifat steril,
berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air
atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor.

2. Makanan Pendamping ASI


Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan
dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik
meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:
a.Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan pemberian ASI.
Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih
sering (4x sehari).

3.Menggunakan Air Bersih


Yang Cukup Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau
benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat
makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air
yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.

4.Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah
buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum
menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare
( Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%).
5.Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang
tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a.Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga.
b.Bersihkan jamban secara teratur.
c.Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

6.Membuang Tinja
Bayi Yang Benar Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itutidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.
Tinja bayi harus dibuang secara benar.Yang harus diperhatikan oleh keluarga: a.Kumpulkan
segera tinja bayi dan buang di jamban b.Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan
mudah di jangkau olehnya. c.Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti
di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

7.Penyediaan Air Bersih


Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain
adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata, dan berbagai penyakit
lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam
memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
2.8 Pengobatan Penyakit Diare
1. Farmakologi
A.Obat pengubah konsistensi tinja
1.Golongan AbsorbensiaMekanisme kerja: digunakan sebagai terapi simptomatik pada
diare. Obat golongan adsorben memiliki kemampuan mengikat dan menginaktivasi toksin
bakteri, mengabrobsi nutrien, toksin racun dan penyebab diare. Penggunaan obat adsorbem harus
dipisahkan dengan obat oral lainnya selama 2-3 jam
a. attapulgite
Nama obat Attapulgite
Mekanisme aksi Secara tidak selektif menyerap cairan
interstisial berlebih, sehingga mengurangi
keenceran pada tinja ( DIH )
Indikasi Pengobatan simtomatik pada diare dan kram
(DIH )
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap attapulgite atau
komponen dalam formulasi (DIH)
Dosis PO (Dewasa):1200-1500 mg/dose; maximum
dose: 8400 mg/dayPO (Anak-anak 6-12
tahun) :600-750 mg/dose; maximum dose:
4500 mg/day PO (Anak-anak 3-6 tahun) :300
mg/dose; maximum dose: 2100 mg/day(DIH)

Efek samping Perut kembung, mual, dan pencernaan


terganggu ( Medscape)
Perhatikan Konsultasikan dengan dokter sebelum
memulai terapi jika demam tinggi atau tinja
berdarah muncul.
Jangan gunakan selama >2 hari. Jika diare
berlanjut,berkonsultasilah dengan petugas
kesehatan. Dosis tidak terbentuk pada anak <3
tahun.
B.Anti motilitas
Dalam kelompok ini tergolong ,loperamid HCl, serta kombinasi difenoksilat dan atropin
sulfat. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi
cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila
diberikan dengan benar cukup aman dan dapat mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Obat
ini tidak dianjurkan pada diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri.

1.Loperamide HCl
Nama obat Loperamide HCL
Mekanisme aksi Memperlambat motilitas usus,
mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit
melalui usus, menghambat peristalsis,
mengurangi volume fesessetiap hari,
meningkatkan viskositas dan densitas bulk
tinja, mengurangi hilangnya cairan dan
elektrolit. (a to z)
Indikasi Pengendalian dan kelegaan simptomatik
pada diare akut atau kronis akut;
pengurangan volume output ileostomy. (a to
z)
Kontraindikasi Kolitis pseudomembran karena penggunaan
antibiotik; Diare akut yang berhubungan
dengan organisme yang menembus dinding
usus (misalnya toksigenik Escherichia coli,
Salmonella, dan Shigella); kondisi di mana
konstipasi harus dihindari; diare
berdarah;demam; kolitis ulserativa akut
(potensi megacolon toksik). ( a to z )
Dosis Diare akut
DEWASA: PO 4 mg diikuti 2 mg setelah
setiap tinja yang tidak terbentuk; tidak
melebihi 16 mg /
24 jam. ANAK 8 -12 YR (> 30 KG): 2 mg
3x sehari 6 -8 YR (20 -30 KG):2 mg 2x
sehari. 2 -5 YR (13 -20 KG): Hari pertama:
1 mg 3x sehari
Diare kronis
DEWASA: PO 4 sampai 8 mg 4x sehari
atau 2x sehari (a to z )
Efek samping Kelelahan; kantuk; pusing. Ruam. Nyeri
perut; distensi atau ketidaknyamanan;
sembelit; mual; muntah; mulut kering. ( a to
z)
Perhatikan Kehamilan Kategori C.Tidak dianjurkan
untuk anak-anak <2 thn. Gunakan dengan
hati-hati pada anak kecil. Hentikan jika
distensi abdomen atau gejala tak diinginkan
lainnya terjadi. ( a to z)

Golongan Antibiotik

1.Primadex(A to Z Drug Fact, 2003) co-trimoxazole


a.Komposisi : sulfametoksazole 400mg dan trimethoprim 80mg (ISO vol.45 hal 190)
b.Mencegah proses biosintesa bakteri pada pembentukan asam nukleat dan protein
bersifat bakteriosidal
c.Indikasi : mengobati diare traveler, bakteri Shigellosis enteritis
d.Kontraindikasi : hipersensitif sulfonamide, anak < 2 bulan, megaloblastis anemia
e.Dosis : sulfa/trime 800/160mg tiap 12 jam selama 5 hari
f.Interaksi: siklosporin, methotrexate, fenitoin, procainamide, sulfonylurea, warfarin
g.Efek samping : mual, muntah, nyeri perut, pusing, peptic ulcer,
h. Penyimpanan : simpan pada suhu ruangan bebas cahaya matahari langsung
i. Perhatian: pregnancy, anak<2 bulan, AIDS
j. Assessment : obat yang telah diminum, alergi obat (sulfonamida), tindakan yang sudah
dilakukan, kebutuhan minum yang sudah diberikan
k. Education: perbanyak minum air putih, minum dengan segelas air putih, laporkan ke
dokter atau tenaga medis lain bila terjadi demam, candidiasis, pendarahan, lindungi diri
cahaya matahari bila terjadi reaksi alergi.

2. Non Farmakologi
Fluid and Electrolyte ManagementDapat dilakukan dengan cara pemberian oral
rehidration atau memperbanyak intake cairan seperti air mineral, sup atau jus buah, dengan
Aspek Informasi obat Pustaka Komposisi Nacl 3,5g , Na citrate 2,5g , kcl 1,5g , glucose 20g
(Iso 48 hal : 406)
Indikasi digunakan untuk penggantian oral elektrolit dan cairan pada pasien dengan
dehidrasi, khususnya yang diasosiasikan dengan diare akut dari berbagai etiologi.(Martindale 36’
1672). DosisDewasa: 200 sampai 400 ml larutan rehidrasi oralAnak-anak: 200ml Kontraindikasi
tidak sesuai untuk pasien dengan obstruksi gastrointestinal, gagal ginjal oligurik atau anurik, atau
bila rehidrasi parenteral thera [porf ditandai seperti pada dehidrasi berat atau muntah yang sulit
diatasi(Martindale 36’ 1672). Efeksamping Muntah bisa terjadi setelah mengonsumsi larutan
rehidrasi PerhatianGaram rehidrasi oral atau tablet effervescent harus dilarutkan hanya dengan
air dan pada volume yang ditentukan.
tujuan untuk mengembalikan komposisi cairan dan elektrolit tubuh yang sebelumnya
mengalami dehidrasi akibat diare (Berarrdi, et al., 2009). Diet merupakan prioritas utama dalam
penanganan diare. Menghentikan konsumsi makanan padat dan susu perlu dilakukan. Rehidrasi
dan maintenance air dan elektrolit merupakan terapi utama yang harus dilakukan hingga episode
diare berakhir. Jika pasien kehilangan banyak cairan, rehidrasi harus ditujukan untuk
menggantikan air dan elektrolit untuk komposisi tubuh normal. Sedangkan pada pasien yang
tidak mengalami deplesi volume, pemberian cairan bertujuan untuk pemeliharaan cairan dan
elektrolit.Pemberian cairan parenteral perlu dilakukan untuk memasok air dan elektrolit jika
pasien mengalami muntah dan dehidrasi berat, selain untuk mencegah terjadinya hipernatremia.
. banyak mengonsumsi garam oralit. banyak makan buah dan umbi-umbian, seperti
pisang, apel, pear, kentang, dll. sebaiknya hindari makan makanan pedas dan asam serta
makanan dan minuman penyebab terjadinya diare tersebut. Oral rehydration solution (ORS)atau
oralit digunakan pada kasus diare ringan sampai sedang. Rehidrasi dengan menggunakan ORS
harus dilakukan secepatnya yaitu 3-4 jam untuk menggantikan cairan serta elektrolit yang hilang
selama diare untuk mencegah adanya dehidrasi. Cara kerja dari ORS adalah dengan
menggantikan cairan serta elektrolit tubuh yang hilang karena diare dan muntah, namun ORS
tidak untukmengobati gejala diare( Nathan, 2010).

Cara membuat Oralit (Kementrian Kesehatan R.I, 2011) :


1.Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air hingga bersih 2.Sediakan 1 gelas air
minum (200 mL)
3.Pastikan oralit dalam keadaan bubuk kering
4.Masukkan 1 bungkus oralit ke dalam air minum di gelas 5.Aduk cairan oralit sampai
larut
6.Larutan oralit jangan disimpan lebih dari 24 jam.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa
air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari yang
dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni,
Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella
dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan
Enteroinvasive E.coli ( EIEC).Secara patofisiologi, diare akut dapat dibagi menjadi diare
inflamasi dan noninflamasi. Diare akibat gangguan pada usus besar frekuensinya lebih sering,
lebih teratur, dengan volume yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam
dan feses berdarah/mucoid juga sering terjadi.
Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b.Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
c.Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
Rotavirusmerupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare padaanak dan
balita. Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian kecil
mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan.
Komplikasi paling penting walaupun jarang diantaranya yaitu: hipernatremia, hiponatremia,
demam, edema/overhidrasi, asidosis, hipokalemia, ileus paralitikus, kejang, intoleransi laktosa,
malabsorpsi glukosa, muntah, gagal ginjal.
Untuk pengobatan farmakologis dapat digunakan golongan obat pengubah konsistensi
tinja (attapulgite,), anti motilitas (Lorepamide HCl, e), obat antisekretorik (bismuth subsalisilat),
dan golongan obat lain (primadex, entrostop, scopma).Sedangkan untuk pengobatan secara
nonfarmakologi dapat dilakukan dengan cara pemberian oral rehidration atau
memperbanyakintake cairan seperti air mineral, sup atau jus buah, dengan tujuan untuk
mengembalikan komposisi cairan dan elektrolit tubuh yang sebelumnya mengalami dehidrasi
akibat diare.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI
padabayi, menggunakan air bersih yang cukup, rajin mencuci tangan, menggunakan jamban yang
baik, memberi imunisasi campak pada anak, serta melakukan pengelolaan sampah yang baik

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para pembaca dapat
melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber infromasi yang terpercaya dan dapat di
pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Lukman Zulkifli. 2015. Tatalaksana Diare Akut.CDK-230/ vol. 42 no. 7. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Blenkinsopp A, Paxton P. Symptoms in the Pharmacy: A Guide to the Management of
Common Illness. 6thEd. 2009, Blackwell Science Ltd.
Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the Management of
Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases 2001;32:331-51.Hendarwanto.
Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji
S, Rachman AM, Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi
ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI
;1996. 451-57.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan Volume 2 Triwulan 2. Jakarta: Redaksi Datinkes Departemen
Kesehatan
Nathan, A, 2010. Non-prescription Medicines. USA: Pharmaceutical Press.
Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Dalam:
Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in
Internal Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit
Dalam FK UI, 2002. 49-56.
Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious Diarrhoea). Dalam :
Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit Tropik InfeksiPerkembangan
Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik Infeksi. Surabaya :
Airlangga University Press, 2002. 34 –40
Sweetman, Seon C, dkk.2009. Martindale The Complete drug Reference 36thed. USA :
Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai