Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

DIARE AKUT

Disusun oleh:
Deifa Syaldillah Alya Kirana
2210026015

Pembimbing:
dr. Leny Ambarwati, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR HAMKA
PERIODE 31 OKTOBER 2022 - 8 JANUARI 2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan referat berjudul “Diare
Akut” ini tepat pada waktunya. Dalam penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan
dan kemudahan yang diberikan secara tulus dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Leny
Ambarwati, Sp.A sebagai dokter pembimbing.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak yang membaca ini, agar penulis dapat
mengoreksi dan dapat membuat laporan yang lebih baik kedepannya.

Tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan di stase
Ilmu Kesehatan Anak serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya. Terakhir penulis ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah
membalas segala kebaikan kita dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya, dan bagi penulis khususnya

Jakarta, Desember 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................5

1.1 DEFINISI..........................................................................................................................5

1.2 EPIDEMIOLOGI..............................................................................................................5

1.3 KLASIFIKASI..................................................................................................................6

1.4 ETIOLOGI........................................................................................................................7

1.5 FAKTOR RISIKO..........................................................................................................11

1.6 PATOFISIOLOGI..........................................................................................................13

1.7 MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS DIARE...................................................14

1.8 TATALAKSANA...........................................................................................................15

1.9 PROGNOSIS..................................................................................................................18

1.10 KOMPLIKASI..............................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN

Nilai normal kadar air dalam tinja adalah sekitar 10 mL/kg/hari pada bayi dan
anak kecil atau 200 g/hari pada remaja dan dewasa. Diare adalah peningkatan kadar
air dalam tinja karena ketidakseimbangan dalam fungsi normal proses fisiologis usus
kecil dan besar yang bertanggung jawab untuk penyerapan berbagai ion, substrat lain,
dan akibatnya air. 1

Diare akut digambarkan sebagai awitan akut tiga atau lebih tinja encer atau encer
sehari yang berlangsung selama 14 hari atau kurang. Infeksi paling sering
menyebabkan diare akut. Sebagian besar kasus adalah akibat dari infeksi virus, dan
perjalanan penyakit ini dapat sembuh sendiri. Namun, diare kronis atau persisten
diberi label ketika episode berlangsung lebih dari 14 hari. 1

Diare merupakan penyakit endemik di Indonesia yang berpotensi menjadi kejadian


luar biasa dan sering menyebabkan kematian anak. Menurut laporan Riskesdas 2007,
diare merupakan penyebab kematian pertama pada bayi (31,4%) dan balita (25,2%),
sedangkan secara keseluruhan diare merupakan penyebab kematian keempat terbesar
di Indonesia. Kejadian diare tersebar di seluruh kelompok umur dengan prevalensi
tertinggi pada anak balita (kurang dari 5 tahun) sebesar 16,7%.3 Pada tahun 2010,
Jawa Timur menempati urutan pertama dalam frekuensi KLB di Indonesia. Case
fatality rate (CFR) diare dari tahun 2011 hingga 2012 meningkat menjadi 1,45%.
Target CFR kejadian luar biasa yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI
diharapkan kurang dari 1%, sehingga dapat disimpulkan bahwa Indonesia belum
mencapai target tersebut. Diare memiliki tiga jenis manifestasi klinis, yaitu diare cair
akut, diare berdarah akut (disentri), dan diare persisten jika berlangsung minimal 14
hari.

Infeksi biasanya menyebabkan diare akut. Etiologi noninfeksi menjadi lebih


umum karena durasi diare menjadi kronis. Perbedaan ini penting karena pengobatan
dan manajemen didasarkan pada durasi dan etiologi spesifik. Terapi rehidrasi

3
merupakan aspek penting dari pengelolaan setiap pasien dengan diare. Pencegahan
diare menular termasuk mencuci tangan yang benar untuk mencegah penyebaran
infeksi.1

Meskipun terapi rehidrasi oral (ORT) merupakan salah satu terapi utama bagi
pasien diare, angka kesakitan dan kematian akibat diare tidak berubah. Hal ini
membuktikan bahwa dehidrasi bukan satu-satunya masalah utama yang dialami
pasien diare. Diare perlu ditangani dengan baik untuk mencegah komplikasi dan
kematian anak.2

4
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 DEFINISI
Diare adalah kumpulan gejala berupa penurunan konsistensi feses disertai
frekuensi buang air besar lebih dari normal yang disebabkan oleh infeksi saluran
pencernaan yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme seperti parasit, virus,
dan bakteri.2
Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja dalam satu hari (24 jam).
Dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering. Apabila buang air besar
sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare, begitu juga apabila
buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu
bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran
mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah yang
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit.

1.2 EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2015 sebanyak 5,9 juta anak usia dibawah 5 tahun meninggal
karena berbagai macam penyebab. Jika dihitung menurut hari, sekitar 16 ribu
anak meninggal dan dapat diartikan tiap menit ada sebelas balita yang meninggal
di dunia. Pembunuh utama anak usia dibawah lima tahun yaitu penyakit infeksius
yang diare merupakan salah satu diantaranya. Menurut WHO 2013, ada sekitar
1,7 milyar kasus diare di dunia dan penyakit tersebut merupakan penyakit
penyebab kematian nomor dua pada anak usia dibawah lima tahun yang dapat
membunuh sekitar 760 ribu anak setiap tahun. Penyakit infeksius yang erat
kaitannya dengan sanitasi lingkungan ini merupakan main-killer setelah penyakit
pneumonia, dengan angka persentase pneumonia sebagai penyakit infeksius yang

5
mematikan sebesar 13% dan diare sebesar 9% (pada kasus kematian anak post-
neonatal).3
Norovirus dikaitkan dengan sekitar seperlima dari semua kasus diare menular,
dengan prevalensi yang sama pada anak-anak dan orang dewasa, dan diperkirakan
menyebabkan lebih dari 200.000 kematian setiap tahun di negara berkembang.
Secara historis, rotavirus adalah penyebab paling umum dari penyakit parah pada
anak-anak di seluruh dunia. Program vaksinasi rotavirus telah menurunkan
prevalensi kasus diare yang berhubungan dengan rotavirus.4
Di daerah berkembang, rata-rata tiga episode diare per anak per tahun
dilaporkan pada anak di bawah 5 tahun. Namun, area tertentu lainnya melaporkan
enam hingga delapan episode per tahun per anak. Dalam keadaan ini, malnutrisi
memainkan peran tambahan dalam perkembangan diare.3
Di Amerika Serikat, sebelum imunisasi antirotavirus spesifik diperkenalkan
pada tahun 2006 tercatat kejadian kumulatif satu rawat inap untuk kasus diare per
23-27 anak pada usia 5 tahun. Selain itu, lebih dari 50.000 rawat inap dicatat.
Berdasarkan fakta-fakta ini, rotavirus ditemukan bertanggung jawab atas 4-5%
dari semua rawat inap anak yang menelan biaya hampir 1 miliar dolar AS.3

1.3 KLASIFIKASI
Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare persisten dan
diare kronik. Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu dapat dikelompokkan
menjadi:5
1) Diare Akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare akut berlangsung
kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi
penyakit diare dapat dibedakan dala empat kategori, yaitu:
a. Diare tanpa dehidrasi

6
b. Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat
badan
c. Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8%
dari berat badan
d. Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%
dari berat badan
2) Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
3) Diare Kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan
penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau
gangguan metabolism yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.
Diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan
berlangsung 2 minggu lebih.

1.4 ETIOLOGI
Penyebab penyakit diare dapat dibedakan menjadi dua yaitu diare infeksius
dan diare non-infeksius. Pada diare infeksius, diare dapat disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan parasit. Di negara
maju penyebab utama terjadinya diare karena virus terutama Rotavirus (40%).
Pada negara berkembang 50-60% dari kasus diare disebabkan karena bakteri
seperti enteropathogenic E. Coli 25%, Campylobacter jejuni 10-18%, Shigella
spp dan Salmonella spp 5%, 35% kasus diare disebabkan oleh virus, tersering
karena Rotavirus dan kasus lainnya tidak teridentifikasi. Beberapa kasus
menunjukkan ada hubungan antara usia dan mikroorganisme penyebab diare.
Infeksi karena Rotavirus umum didapatkan pada anak 1-2 tahun; Salmonella
menyebabkan diare pada bayi, anak 1-4 tahun dan usia tua; sedangkan
Cryptosporidium menyerang anak sampai usia satu tahun.4

7
Penyebab diare karena infeksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu mikroorganisme
yang menyebabkan diare secara enteral dan parenteral.4
1. Infeksi secara enteral
Infeksi secara enteral adalah infeksi dari dalam usus yang dapat menular
melalui oral dan fecal. Infeksi enteral dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
dan parasit.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare melalui enteral yaitu Shigella sp,
E.coli patogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia enterocolytica,
Campylobacter jejuni, Vibrio parahaemoliticus, Staphylococcus aureus,
Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus, dll.
Diare yang disebabkan karena virus secara enteral yaitu Rotavirus,
Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, Cytomegalovirus (CMV),
Echovirus, HIV.
Sedangkan penyebab protozoa yaitu Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Cryptosporidium parvum, Balantidium coli, Cacing Ascaris
Lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.stercolaris, dll.
2. Infeksi secara parenteral
Infeksi secara parenteral merupakan infeksi diluar usus, diperkirakan
terjadi melalui jalur susunan saraf vegetatif yang dapat mempengaruhi sistem
saluran cerna. Diare akan berhenti jika penyebab dari luar sudah ditangani.
Infeksi secara parenteral dapat disebabkan oleh Otitis Media Akut (OMA),
pneumonia, Traveller’s diarrhea: E.coli, Giardia lamblia, Shigella,
Entamoeba histolytica, dll. Infeksi parenteral dapat juga disebabkan karena
makanan: Intoksikasi makanan yang mengandung logam berat, makanan
mengandung bakteri/toksin seperti Clostridium perfringens, Bacillus cereus,
Staphylococcusvaureus, Streptococcus anhaemolyticus dll.
Tabel 1. Penyebab Diare Infeksius
Penyebab Diare Tersering
Virus Rotavirus
Norovirus
Enteric adenovirus

8
Lainnya: calicivirus, astrovirus,
enterovirus
Bakteri Campylobacter jejuni
Non-typhoid Salmonella sp
Enteropathogenic
E. Coli
Shigella spp
Salmonella typhi
Shiga-toxin producing E. Coli
Vibrio cholera
Protozoa Crystosporium parvum
Giardia lamblia
Entamoeba histolitica

Penyebab dari penyakit diare pada balita tersering yaitu karena Rotavirus,
Eschericha coli, dan Salmonella sp non-thypoid. Selain penyebab suatu
mikroorganisme, diare dapat disebabkan oleh intoleransi laktosa, alergi susu
sapi atau makanan tertentu, imunodefisiensi, dan terapi obat.
a. Intoleransi laktosa
Di dalam susu atau produk susu lainnya, terdapat kandungan
komponen gula atau karbohidrat yang dikenal dengan laktosa (gula susu).
Pada keadaan normal, tubuh dapat memecah laktosa menjadi gula
sederhana dengan bantuan enzim laktase. Enzim laktase yang berfungsi
memecah gula susu (laktosa) terdapat di mukosa usus halus. Enzim
tersebut bekerja memecah laktosa menjadi monosakarida yang siap untuk
diserap oleh tubuh yaitu glukosa dan galaktosa.
Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung
dalam susu tidak akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah
oleh bakteri di dalam usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat
menimbulkan gas yang menyebabkan kembung dan rasa sakit di perut.
Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna akan tetap berada dalam
saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari faeses sehingga
penderita akan mengalami diare.

9
Intoleransi laktosa sebagian besar disebabkan oleh faktor genetik,
dimana penderita mempunyai laktase lebih sedikit dibanding orang
normal. Beberapa faktor lain penyebab intoleransi laktosa yaitu:
Gastroenteritis yang dapat menyebabkan terjadinya penguraian enzim
laktase dan dapat berlangsung sampai beberapa minggu, infeksi parasit
yang dapat menyebabkan pengurangan jumlah laktase sementara waktu
dan defisiensi besi dimana rendahnya asupan besi dapat mengganggu
pencernaan dan penyerapan laktosa.
b. Alergi susu sapi
Alergi susu sapi (ASS) adalah suatu reaksi yang tidak diinginkan yang
diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. Alergi susu sapi
biasanya dikaitkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang diperantarai
oleh IgE, walaupun demikian ASS dapat diakibatkan oleh reaksi
imunologis yang tidak diperantarai oleh IgE ataupun proses gabungan
antara keduanya.
Pada alergi susu sapi yang diperantarai oleh IgE, Gejala klinis timbul
dalam waktu 30 menit sampai 1 jam (sangat jarang > 2 jam)
mengkonsumsi protein susu sapi. Manifestasi klinis dapat berupa diare,
urtikaria, angioedema, ruam kulit, dermatitis atopik, muntah, nyeri perut,
rinokonjungtivitis, bronkospasme, dan anafilaksis. Disebutkan dalam buku
diagnosis dan tatalaksana alergi susu sapi oleh IDAI bahwa gejala
gastrointestinal berpeluang muncul hingga angka 50-60%.
c. Diare karena imunodefisiensi
Gangguan gastrointestinal muncul 5% sampai 50% pada pasien dengan
gangguan imunodefisiensi. Hal ini dikarenakan oleh usus merupakan
organ limfoid terbesar dalam tubuh yang terdapat sebagian besar dari
limfosit dan memproduksi immunoglobulin (Ig) dalam jumlah besar.
Respon tubuh ketika ada benda asing yang masuk dapat berupa supresi
atau toleransi terhadap mikroorganisme tersebut. Kegagalan mekanisme
regulasi yang menjaga keseimbangan antara supresi dan toleransi dalam

10
usus akan menyebabkan inflamasi mukosa dan kerusakan pada
gastrointestinal. Oleh karena itu, gangguan gastrointestinal merupakan
gejala yang paling sering muncul pada pasien dengan gangguan
imunodefisiensi.
d. Diare karena terapi obat
Beberapa obat seperti antibiotik, antasida, obat-obat kemoterapi, obat
imunosupressan, beberapa NSAID dapat menyebabkan terjadinya diare
atau memperparah keadaan diare. Antibiotik merupakan obat yang paling
sering menimbulkan diare dikarenakan penggunaan antibiotik yang kurang
tepat dapat membunuh bakteri fisiologis yang berada di usus, dan
mempermudah untuk bakteri patogen masuk kedalam usus yang dapat
menyebabkan inflamasi pada sel usus.

1.5 FAKTOR RISIKO


Faktor risiko dari penyakit diare berhubungan dengan terpaparnya
mikroorganisme patogen dengan kerentanan host terhadap infeksi. Beberapa
faktor seperti status nutrisi, imunitas, dan sosial ekonomi dapat mempengaruhi
kerentanan host terhadap suatu infeksi.6
a. Faktor terkait sumber air
Sumber air yang terkontaminasi berpotensi menjadi sumber transmisi dari
penyakit diare. Rumah tangga yang menggunakan air tak bersih mempunyai
risiko tiga kali lebih tinggi terhadap kasus diare. Penyebab diare seperti
bakteri, virus, dan parasit dapat menular melalui air yang terkontaminasi
dengan feses manusia yang dapat ditularkan secara fecal-oral. Feses dari
beberapa hewan juga dapat mengandung suatu mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada manusia jika mengkontaminasi air yang dikonsumsi
oleh manusia.
b. Sarana jamban dan pengelolaan tinja
Masalah pembungan kotoran manusia (feses) merupakan masalah utama
karena kotoran tersebut sumber penyakit yang akan terkontaminasi melalui

11
air, tangan, serangga, dan tanah. Tempat pembuangan tinja yang tidak saniter
akan memperpendek rantai penularan penyakit diare.
c. Faktor sanitasi dan pembuangan
Faktor pembuangan defekasi juga salah satu faktor risiko terjadinya diare
pada balita. Apakah mereka mempunyai jamban yang layak, bagaimana cara
mereka membuang defekasi jika tidak mempunyai jamban yang layak,
higenitas dari jamban juga berpengaruh terhadap terjadinya diare pada balita.
Menurut WHO penyebab utama terjadinya diare yaitu patogen infeksius yang
dapat masuk ketubuh manusia melalui oral maupun fecal. Perjalanan melalui
mulut paling sering disebabkan karena kontaminasi makanan dari tangan yang
tidak bersih. Inadekuat sanitasi dan kurangnya higinie manusia dapat
meningkatkan transmisi dari patogen infeksius penyebab diare. 88% kasus
diare didunia dipengaruhi oleh air yang terkontaminasi, inadekuat sanitasi,
atau kurangnya higenitas
d. Faktor sosial ekonomi
Pada studi yang dilakukan Bui Viet Hung, menunjukkan bahwa hubungan
antara faktor sosial ekonomi seperti kondisi rumah yang buruk dan padat, low
income dengan kejadian diare menunjukkan hasil yang signifikan secara
statistik. Menurut UNICEF 2015, anak dari keluarga yang kurang mampu
berisiko mengalami kematian 1,9 kali daripada anak dari keluarga yang kaya.
Selain itu untuk penolongan awal pada balita yang terkena diare juga dapat
dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga. Pemilihan penolongan
pertama pada balita yang mengalami diare juga dapat mempengaruhi
keparahan anak mengalami diare seperti langsung dibawa ke layanan
kesehatan, pembelian obat, atau hanya dirawat dirumah.
e. Pengetahuan ibu
Pembentukan suatu perilaku dimulai dari pengetahan atau informasi yang
baru didapatkan. individu harus terlebih dahulu mengetahui manfaat dan
keuntungan pengetahuan atau informasi yang dia dapatkan sebelum Penyakit
diare membutuhkan penanganan yang cepat sehingga pengetahun ibu sangat

12
dibutuhkan dalam hal ini. Penyakit diare yang meyerang bayi perlu dipahami
tanda dan gejalanya. Ibu harus jeli melihat perubahan fisik maupun psikis
yang terjadi pada anak.

1.6 PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare antara lain:4
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
meyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare. Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi
usus dengan cairan ekstraseluler.
Diare terjadi jika terdapat bahan yang secara osmotik dan sulit diserap.
Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertronik. Larutan isotonik, air
dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi
diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air dan
elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai
osmolaritas dari usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah sehingga
terjadi diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat
rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin yang menyebabkan villi
gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida di sel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.

13
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.

1.7 MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS DIARE


Jika diare terjadi secara akut dan berakhir dua hari atau kurang, pemeriksaan
untuk menunjang diagnosis tidak diperlukan. Jika diare terjadi lebih lama atau ada
tanda-tanda seperi demam atau feses yang berdarah pemeriksaan lebih lanjut
untuk menentukan diagnosis diperlukan.6
Pemeriksaan meliputi:
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik dari anak
b. Kultur feses untuk memastikan gastroenteritis akibat bakteri, parasit atau
infeksi yang lain
c. Tes darah untuk membantu diagnosis penyakit tertentu
d. Puasa untuk menemukan adanya intoleransi atau alergi yang dapat
menyebabkan diare seperti laktosa, karbohidrat dan bahan yang lain
e. Sigmoidoskopi atau kolonoskopi. Jika terjadi diare kronis
Manifestasi klinis dari diare yaitu mengalami buang air besar yang abnormal
dan lebih cair yang terjadi tiga kali atau lebih dalam sehari, demam, feses
berdarah, sampai terjadi komplikasi dehidrasi. Berdasarkan episodenya, diare akut
yang diakibatkan oleh Rotavirus sering mengalami dehidrasi. Dehidrasi
merupakan penyebab kematian terbesar pada anak. Cara menentukan derajat
keparahan dehidrasi pada anak yang mengalami diare yaitu menghitung
persentase dari cairan yang hilang atau dengan melihat tanda-tanda klinis dari
anak yang mengalami diare. Sedangkan diare karena patogen invasive atau
patogen yang memproduksi sitotoksin didapatkan diare berdarah.

14
Tabel 2. Gambaran Klinis Diare

(World Gastroenterology Organization, 2011)

1.8 TATALAKSANA
a. Rehidrasi
Dehidrasi merupakan komplikasi paling umum terjadinya diare yang dapat
berakibat shock sampai menimbulkan kematian pada bayi. Tatalaksana utama
dari diare yaitu dengan rehidrasi oral maupun intravena tergantung dari
keparahan derajat dehidrasi yang dialami anak. Pada dehidrasi ringan sampai
sedang dapat diberikan ORS (Oral Rehydration Salts atau Oralit). WHO dan
UNICEF merekomendasikan ORS dan suplemen zinc untuk menangani kasus
diare. ORS akan menyerap cairan dari lumen usus ke dalam sel sehingga
cairan yang dikeluarkan dari tubuh berkurang tanpa menyebabkan
overcorrection. Normalnya rehidrasi dapat mencapai tubuh anak dalam waktu
4-6 jam.7
b. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat bermanfaat untuk kesembuhan anak dengan diare.
Manajemen diet tergantung usia dan riwayat diet dari anak. Anak-anak harus

15
mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna dan pada bayi dianjurkan untuk
melanjutkan ASI atau susu formula. Beberapa makanan yang sesuai yaitu
yogurt, buah-buahan, sayur, bubur, gandum, dan daging. Bahan bebas laktosa
menunjukkan penurunan durasi pada anak yang mengalami diare5
c. Farmakoterapi
WHO dan UNICEF merekomendasikan suplemen zinc (10 mg pada anak
dibawah enam tahun dan 20 mg anak diatas enam tahun) selama 10-14 hari.
Berikut adalah tatalaksana yang diberikan pada pasien dengan diare yang
disertai dehidrasi:

16
17
1.9 PROGNOSIS
Prognosis biasanya sangat baik di negara maju dengan dukungan yang tepat,
hidrasi, dan antibiotik. Di daerah berkembang di mana akses ke perawatan dapat
membatasi peluang untuk rehidrasi, morbiditas, dan mortalitas meningkat,
terutama untuk populasi yang rentan misalnya pada anak dengan
imunokompromaise dan malnutrisi.4

18
1.10 KOMPLIKASI
Secara umum, komplikasi utama yang terjadi pada semua pasien dengan diare
kronis adalah malabsorpsi. Jika waktu transit rendah di usus, jumlah nutrisi dan
cairan yang tepat tidak dapat diserap. Dokter harus mencari tanda-tanda
malnutrisi seperti anemia dan penurunan berat badan yang tidak disengaja.
Komplikasi lain dapat berupa dehidrasi dan cedera ginjal akut akibat dehidrasi.
Jika saluran pencernaan tidak dapat menyerap cukup cairan, dehidrasi akan mulai
mempengaruhi fungsi ginjal. Kelainan elektrolit juga dapat mengkhawatirkan dan
memerlukan pemantauan untuk kebutuhan penggantian3
a. Dehidrasi
Tanda-tanda dehidrasi pada bayi, balita, dan anak kecil:
• Haus
• Buang air kecil lebih sedikit dari biasanya, atau tidak ada popok basah
selama 3 jam atau lebih
• Kekurangan energi
• Mulut kering
• Tidak ada air mata saat menangis
• Turgor kulit menurun

• Mata cekung
b. Malabsotbsi
Gejala malabsorbsi pada bayi, balita, dan anak kecil:
• Kembung
• Perubahan nafsu makan
• Gas
• Buang air besar yang berminyak dan berbau busuk
• Penurunan berat badan atau penambahan berat badan

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Nemeth V, Pfleghaar N. Diare. [Diperbarui 2021 November 29]. Di:


StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan StatPearls; 2022
Jan
2. Jordan, N., Ranuh, I. G. M. R. G., & Sari, G. M. (2020). Profile of
Diarrheal Patients Aged Less than Five Years Old Hospitalized in Dr.
Soetomo General Hospital Surabaya in 2016-2018. JUXTA: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga, 11(2), 45-50.
3. Christophe Faure. Role of Antidiarrhoeal Drugs as Adjunctive
Therapies for Acute Diarrhoea in Children. International Journal of
Pediatrics. 2013
4. Juffrie M, Soenarto SY, Oswari H, dkk. Buku Ajar
Gastroenterologi- Hepatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2010 h. 87-120
5. Juffrie Mohammad, Mulyani Sri Nenny, Modul Diare UKK Gastro-
Hepatologi IDAI, 2009:143
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.”Buku kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak”, Percetakan
Infomedika: Jakarta. 2009: 283-312.
7. INCLAN. Zinc Supplementation in Acute Diarrhea is
Acceptable, Do Not Interfere with Oral Rehydration, and Reduce the
Other Medications: A Randomized Trial in Five Countries. Journal
of Pediatric Gastroenterology and Nutrition. 2006; 42:300 – 305

20
LINTAS DIARE5

1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam
tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh
sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang
terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita
diare.
Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc).
- Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang
air besar.
- Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang
air besar.
2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian
zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
kemungkinan berulangnya diare pada 2 – 3 bulan ke depan. Zinc diberikan
dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI. Untuk
anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah.
Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30
detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai
berikut: a. Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari b. Balita umur ≥
6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari Obat Zinc yang tersedia di Puskesmas baru

21
berupa tablet dispersible. Saat ini perusahaan farmasi juga telah
memproduksi dalam bentuk sirup dan serbuk dalam sachet.
3. Teruskan ASI-makan
Pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan yang sama saat anak
sehat diberikan guna mencegah penurunan berat badan dan
digunakan untuk menggantikan nutrisi yang hilang. Apabila terdapat
perbaikan nafsu makan, dapat dikatakan bahwa anak sedang dalam
fase kesembuhan. Pasien tidak perlu untuk puasa, makanan dapat
diberikan sedikit demi sedikit namun jumlah pemerian lebih sering
(>6 kali/hari) dan rendah serat.
4. Berikan antibiotic selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau
diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Pemberian
antibiotik dilakukan terhadap kondisi-kondisi seperti:
• Patogen sumber merupakan kelompok bakteria
• Diare berlangsung sangat lama (>10 hari) dengan kecurigaan
Enteropathogenic E coli sebagai penyebab
.• Apabila patogen dicurigai adalah Enteroinvasive E coli.
• Agen penyebab adalah Yersinia ditambah penderita memiliki
tambahan diagnosis berupa penyakit sickle cell.
• Infeksii Salmonella pada anak usia yang sangat muda, terjadi
peningkatan temperatur tubuh (>37,5 C) atau ditemukan kultur darah
positif bakteri.
5. Berikan edukasi pada orangtua
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian
Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa
anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
- Buang air besar cair lebih sering
- Muntah berulang-ulang
- Mengalami rasa haus yang nyata

22
- Makan atau minum sedikit
- Demam
- Tinjanya berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari

RESOMAL (Rehydration Solution for Malnutrition) oral

 Merupakan rehidrasi oral berisi garam dengan tinggi potassium dan rendah
sodium
 Digunakan untuk mencegah dan tatalaksan dehidrasi hanya pada anak dengan
malnutrisi kompleks akut
 Berisi 84 gr bubuk yang harus dicampur dengan 2 liter air bersih, matang, dan
bersuhu sedang

 Pencegahan dehidrasi
Anak: 5 ml/kg setelah setiap buang air besar selama diare berlanjut
- Anak BB <5 kg: 25 ml
- Anak BB 5-9 kg: 50 ml
- Anak BB 10-19 kg: 100 ml
- Anak BB >20 kg: 200 ml
 Penatalaksanaa dehidrasi
Anak: 20 ml/kg/jam selama 2 jam secara oral atau dengan selang nasogastrik.
Jika perbaikan (diare dan tanda dehidrasi menurun), kurangi hingga 10
ml/kg/jam sampai tidak ada tanda dehidrasi dan/atau target berat badan
tercapai, kemudian udah ke pencegahan dehidrasi seperti diatas
 Penatalaksanaa dehidrasi berat

23
Hanya jika tidak ada gangguan peredaran darah dan rehidrasi dengan rute oral
atau selang nasogastrik dapat ditoleransi:
Anak: 20 ml/kg/jam selama 1 jam secara oral atau dengan selang nasogastrik.
Jika perbaikan (diare dan tanda dehidrasi berkurang), lanjutkan dengan 20
ml/kg/jam secara 2 jam, kemudian kurangi hingga 10 ml/kg/jam, untuk
beberapa dehidrasi
 Jangan berikan pada pasien dengan kolera atau malnutrisi akut tanpa
komplikasi: gunakan oralit sebagai gantinya
 Pantau dengan cermat
 Dapat menyebabkan:
- Kelebihan cairan (peningkatan pernapasan dan detak jantung atau
memburuknya edema. Pada kejadian ini, hentikan resomal selama satu
jam kemudian nilai kembali kondisi anak
- Gagal jantung bila diberikan terlalu cepat

NUTRISI UNTUK ANAK DIARE

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh.
Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak mampu
menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul kembali
setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat
kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan
mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau
paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan menyebabkan
penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan kembalinya fungsi usus
akan lebih lama. Makanan yang diberikan pada anak diare tergantung kepada umur,
makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit serta budaya setempat. Pada
umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama dengan yang dibutuhkan
dengan anak sehat. Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan
selama anak mau. Bayi yang tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum
paling tidak setiap 3 jam. Pengenceran susu atau penggunaan susu rendah atau bebas

24
laktosa secara rutin tidak diperlukan. Pemberian susu rendah laktosa atau bebas
laktosa mungkin diperlukan untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan diare
timbul kembali atau bertambah hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan
dengan pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH < 6) dan terdapat bahan yang
mereduksi dalam tinja > 0,5%,. Setelah diare berhenti, pemberian tetap dilanjutkan
selama 2 hari kemudian coba kembali dengan susu atau formula biasanya diminum
secara bertahap selama 2 – 3 hari.

Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau
padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energi diit harus berasal
dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6 kali atau lebih) dan anak
dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan tambahan seperti
serealia pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik pada anak yang telah disapih.
Pada anak yang lebih besar, dapat diberikan makanan yang terdiri dari : makanan
pokok setempat, misalnya nasi, kentang, gandum, roti, atau bakmi. Untuk
meningkatkan kandungan energinya dapat ditambahkan 5 – 10 ml minyak nabati
untuk setiap 100 ml makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya
akan karoten. Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan sayur-
sayuran, serta ditambahkan tahu, tempe, daging atau ikan. Sari buah segar atau pisang
baik untuk menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang
mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman
ringan, sebaiknya dihindari.

25

Anda mungkin juga menyukai