D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
DIDIT CAHYANTO
NIM : 2005060
Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan kasus dengan judul “Laporan Asuhan Keperawatan Pada Sistem Perkemihan Dengan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Cairan Dan Elektrolit Patologi Sistem Perkemihan
Chronic Kidney Disease (CKD)”.
Pembuatan laporan ini disusun berdasarkan hasil dari praktek belajar komprehensif, yang dibuat sebagai salah satu
tugas KMB II .
Penyusunan laporan kasus ini masih belum sempurna, sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan laporan kasus selanjutnya, sehingga dapat bermanfaat bagi yang membaca dan
memberikan informasi kepada semua pihak.
Didit Cahyanto
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah ....................................................... 3
C. Tujuan .......................................................................... 3
1. Tujuan Umum.......................................................... 3
2. Tujuan Khusus......................................................... 4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. (setiati, dkk, 2015)
menurut (PERNEFRI, 2020), Ginjal memainkan peran utama dalam mengatur tekanan darah dan menyeimbangkan
elektrolit penting yang menjaga ritme jantung,". Saat ini, frekuensi penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease
atau CKD) cenderung terus meningkat setiap tahun di seluruh dunia. Studi populasi di empat kota yakni Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya dan Bali yang melibatkan sekitar
10.000 pasien dengan metode Modification Diet in Renal Disease (MDRD) menunjukkan bahwa prevalensi CKD
sebesar 8,9 persen penduduk Indonesia
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 melaporkan prevalensi penyakit gagal ginjal kronis berdasarkan
diagnosis dokter prevalensi dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar
0,5 persen, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 persen. Sementara Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing– masing 0,3
persen. Prevelensi gagal ginjal kronis pada pria di Indonesia sebesar 0,3 persen dan pada wanita di Indonesia sebesar
0,2 persen. Riskesdas juga melaporkan prevalensi gagal ginjal kronis terbesar terdapat pada klien berusia ≥ 75 tahun,
yaitu sebesar 0.6 persen. Di DKI JAKARTA menduduki peringkat kelima sebanyak 1087 yang menderita penyakit
CKD dari 31 provensi di indonesia.
Menurut KEMENKES 2020 angka kejadian di provinsi DKI JAKARTA Berdasarkan prevalensi nasional penderita
gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Adapun provinsi yang mempunyai prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah
(0,5%) dan ada 7 provinsi yang mempunyai prevalensi terendah. Dan berdasarkan gambaran di tahun 2013 dengan
menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 0,2% penduduk Indonesia menderita
penyakit gagal ginjal
1
kronis. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 504.248 jiwa yang menderita gagal
ginjal kronis (0,2% x 252.124.458 jiwa* = 504.248 jiwa). Suatu kondisi yang cukup mengejutkan.
Di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ), data klien CKD pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2016
terdapat 145 klien. Ruang Melati sebagai perawatan umum di rumah sakit Islam Jakarta masuk ke10 penyakit
terbanyak selama tiga bulan terakhir (Januari sampai Maret 2016) yaitu menempati urutan ke sembilan penyebab
klien mengalami rawat inap (RSIJ, 2016).
Masalah keperawatan yang didapat pada klien CKD ditinjau dari gangguan kebutuhan dasar yaitu kebutuhan cairan
dan elektrolit. Hilangnya jaringan ginjal fungsional merusak kemampuan untuk mengatur keseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa. Kerusakan filtrasi dan reabsorpsi menyebabkan penumpukan cairan pada tubuh, sehingga
tubuh mengalami kelebihan cairan. Kebutuhan cairan dan elektrolit terganggu pada akhirnya dalam tidak ditangani
dengan baik, pasien dengan Gagal Ginjal Kronik akan mengalami komplikasi lain seperti menurunkan semua fungsi
tubuh dan bisa menyebabkan kematian. Penatalaksaaan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mengatasi
masalah pada kebutuhan cairan yang berlebih dengan cara melakukan terapi dengan menggantikan fungsi ginjal yang
sudah rusak, yaitu pembatasan makanan dan minuman untuk mengurangi cairan dan elektrolit, seperti diit rendah
protein, pemberian diuretik, selain itu bisa dilakukan dengan hemodialisa atau transplantasi pada ginjal.
Pemenuhan kebutahan dasar dan masalah keperawatan ini tidak ditangani maka terjadi komplikasi. Komplikasi yang
sering timbul pada CKD adalah hiperkalimia, perikarditis, hipertensi, anemia, dan penyakit tulang. Penatalaksanaan
untuk mencegah komplikasi dan mengatasi masalah keperawatan serta terapi untuk menggantikan fungsi ginjal yang
telah rusak yaitu pembatasan makanan untuk mengurangi cairan dan elektrolit, diet rendah protein (Doengoes, 2012,
Nursalam
, 2008).
Di masa yang akan datang, penyakit ini di prediksi akan terus bertambah jumlah kliennya sehingga di butuhkan
perawatan yang optimal. Perawat sebagai salah satu tim kesehatan mempunyai peran sebagi tim asuhan keperawatan
pada klien CKD
2
yang melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya promotif perawat berperan untuk
memberikan pendidikan kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. mengenai cara-cara pencegahan
sampai dengan komplikasi dengan membiasakan pola hidup sehat dengan cara rajin berolah raga dan menghindari
minuman beralkohol, rokok dan zat-zat kimia yang berbahaya. Upaya preventif perawat memberikan perawatan
kepada klien dengan memantau cairan dan elektrolit yang seimbang, dan tanda adanya perubahan fungsi regulator
tubuh serta membatasi cairan klien. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu berkolaborasi dalam menyiapkan
tindakan hemodialisa dan memberikan obat. Peran perawat dalam upaya rehabilitative yaitu mempertahankan
keadaan klien agar kondisi tidak bertambah berat atau mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan dengan
patuh pada terapi dan pembatasan aktivitas.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mendapatkan pengalaman yang nyata dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pada klien CKD melalui proses Asuhan Keperawatan, sehingga penulis melakukan studi kasus dan menguraikan hasil
karya tulis ilmiah tersebut dengan judul : Asuhan Keperawatan Pada klien Ny. A dengan Gangguan Pemenuhan
Kebuthuhan Dasar Cairan Dan Elektrolit Patologis Sistem Perkemihan.
B. Rumusan Masalah
Mengingat kompleksnya masalah yang terjadi pada klien dengan penyakit CKD maka penulis tertarik untuk merawat
klien dengan manajemen asuhan keperawatan dengan gangguan sistem perkemihan dalam Pemenuhan Kebuthuhan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan hasil diskusi dari pengalaman nyata dalam melaksanakan Manajemen asuhan keperawatan pada
kasus dengan gangguan sistem perkemihan dalam Pemenuhan Kebuthuhan Dasar Cairan Dan Elektrolit Patologis pada
pasien CKD.
3
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan dalam Pemenuhan
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan dalam
Pemenuhan Kebuthuhan Dasar Cairan Dan Elektrolit Patologis pada pasien CKD .
c. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan dalam Pemenuhan
d. Melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan dalam
Pemenuhan Kebuthuhan Dasar Cairan Dan Elektrolit Patologis pada pasien CKD.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan dalam Pemenuhan
Kebuthuhan Dasar Cairan Dan Elektrolit Patologis pada pasien CKD .
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber diantaranya adalah :
a. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. (Setiati, dkk, 2015)
b. Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap, penyebab
glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruktif (kalkuli), penyakit kolagen
(lupus sistemik), agen nfritik (aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doengoes .2014)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah penyakit ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau
kembali sembuh secara total seperti sediakala. CKD adalah penyakit ginjal tahap akhir yang dapat disebabakan oleh
berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit, yang meyebabkan komplikasi hipertensi maupun diabetes militus.
2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya
adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus kockrof – gault sebagia berikut : (Sudoyo 2010)
5
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya.
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
Sumber : setiati,2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam edisi 6. Jakarta : FKUI
3. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya
berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible). (NIC-NOC 2015)
a. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non inflamasi pada glomerulus yang menyebabkan perubahan
permeabilitas, perubahan struktur, dan fungsi glomerulus. (Sudoyo, 2014).
b. Proteinuria
Adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150mg/24 jamatau pada anak-
anak lebih dari 140mg/m2. (Sudoyo 2010).
c. Penyakit ginjal diabetik
Pada pasien Diabetes, berbagai gangguan pada ginjal dapat terjadi, seperti terjadinya batu saluran kemih, infeksi
saluran kemih, pielonefritis, yang selalu disebut sebagai penyakit ginjal non diabetik pada pasien diabetes. (sudoyo
2010).
d. Amiloidosis ginjal
Adalah penyakit dengan karakteristik penimbunan polimer protein di ekstraseluler dan gambaran dapat diketahui
dengan histokimia dan gambaran ultrastruktur yang khas. (sudoyo 2010)
6
e. Diabetes militus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari 30% klien yang menerima dialisis.hipertensi adalah
penyebab utama ESRD kedua. (yuli 2015)
a. Etiologi menurut :Buku ajar “Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan perkemihan” (yuli 2015)
b. Obstruksi dan infeksi, Iiskemi dan infeksi nefron-nefron ginjal c. Nefrotik diabetik, angiopatisehingga jaringan
ginjal <O2 dan nutrisi. d. Nefritis hipertensil, vaskularisasi jaringan ginjal kurang.
e. Nefritis lupus, kerusakan jaringan dan nefron ginjal.
f. Eritematosa lupus sistemik
Kompleks imun terbentuk di membran basalis yang menyebabkan inflamasi dan sklerosis dengan glumerulonefritis
fokal, lokal, atau difus.
g. Nefrosklerosis hipertensi
Hipertensi jangka panjang menyebabkan sklerosis dan penyempitan arteriol ginjal dan arteri kecil dengan akibat
penurunan aliran darah yang menyebabkan iskemia, kerusakan glomerulus, dan atrifi tubulus.
4. Ganggauan pemenuhan kebutuhan dasar
a. Kebutuhan dasar manusia
Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan atau
kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia
terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut
:
1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).
2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan). 3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan
eliminasi).
4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan aktivitas). 5) Tidur dan istirahat (kebutuhan istirahat dan
tidur).
6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal higyne).
7
7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan
(kebutuhan cairan).
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen (kebutuhan personal higyne).
9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai (kebutuhan aman nyaman).
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut atau pendapat (kebutuahan
psikososial). 11) Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual). 12) Bekerja dengan tata cara yang
mengandung unsur prestasi (kebutuhan belajar).
13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi (kebutuhan bermain).
14) Belajar mengetahuiatau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan
serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan belajar).
Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu komponen
kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1 – 9 termasuk komponen kebutuhan
biologis. Poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual.
Sedangkan poin 12 dan
13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis. Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak
dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga, mereka merupakan satu
kesatuan (unit) (Potter dan Patricia, 2010).
b. Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi pada CKD, yaitu :
c. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Ginjal merupakan organ pengekresi cairan yang utama pada tubuh. pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan
sekitar 1500ml per hari. selain itu ginjal juga menerima hampir 170 liter darah untuk disaring
8
menjadi urine. Produksi urine untuk semua kelompok usia adalah 1ml/kg/jam. Pada individu dewasa, produksi urine
sekitar 1,5 liter/ hari. Jumlah urine yang di produksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron, dalam
pengaturan keseimbangan cairan, dikenal istilah obligatory loss. Obligatory loss adalah mekanisme pengeluaran
cairan yang mutlak terjadi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. Rumus yang di pakai untuk
menetukan banyaknya asupan cairan adalah (Jumlah urin yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml(IWL)
(Suharyanto, 2013; Mubarak, 2008).
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi
cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk
mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang
sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan
dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga
dapat terjadi akibat aktivasi aksis reninangiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Klien
mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode
muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
1) Kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Jaringan yang melakukan metabolisme aerob,
proses membentuk energi dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan hidup.
9
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cenderung ditemukan adanya pernafasan yang cepat dan dangkal
(kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal, adanya retraksi
interkostalis, dan epigastrium, sebagai upaya untuk mengeluarkan ion H+ akibat dari asidosis metabolik, pergerakan
dada yang tidak simetris, vokal fremitus cenderung tidak sama getarannya antar lobus paru, terdengar suara dullness
saat perkusi paru sebagai akibat dari adanya edema paru, dan pada auskultasi paru cenderung terdengar adanya bunyi
rales. Pada tahap lanjut akan ditemukan adanya sianosis perifer ataupun sentral sebagai akibat dari ketidakadekuatan
difusi oksigen di membran alveolar karena adanya edema paru, nyeri dada dan sesak nafas akibat adanya penimbunan
cairan di paru-paru (Potter dan Patricia, 2010).
2) Kebutuhan nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan yang dimulai dari mulut sampai usus halus
bagian distal, dan organ asesoris terdiri atas hati , kantung empedu dan pankreas.
Pada penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) sistem pencernaan cenderung ditemukan adanya Anoreksia, nausea
dan vomitus, yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus. Keadaan Chronic Kidney
Disease (CKD) mengakibatkan penurunan fungsi ginjal dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang
salah satunya adalah ureum. Peningkatan kadar ureum dalam darah akan akan mengiritasi mukosa lambung dan
merangsang peningkatan asam lambung (HCL) akibatnya akan terjadi mual. Faktor uremik disebabkan oleh ureum
yang berlebihan dalam tubuh. Ureum yang meningkat pada air liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia
sehingga nafas berbau amonia dan perubahan
10
membran mukosa mulut berupa lidah menjadi kotor atau timbulnya lesi pada mukosa mulut. Sedangkan ureum yang
meningkat dalam usus dapat menyebabkan perubahan mukosa usus yang menimbulkan kembung pada perut. Gagal
ginjal akan menyebabkan gangguan pada metabolisme vitamin D, sehingga akan terjadi gangguan pada absorpsi
kalsium di usus (Potter dan Patricia, 2010).
3) Kebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyama salah satunya yaitu, istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan
emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. pada
sistem integumen normalnya keadaan turgor kulit elastis, tidak pucat, akral tubuh teraba hangat. pada klien Chronic
Kidney Disease (CKD) cenderung ditemukan adanya rasa gatal sebagai akibat dari uremi fross, kulit tampak bersisik,
kelembaban kulit menurun, turgor kulit cenderung menurun (kembali > 3 detik). Pada tahap lanjut cenderung akan
terjadi ketidakseimbangan termoregulasi tubuh dan akral teraba dingin, kulit berwarna pucat akibat adanya anemia
dan kekuning-kuningan akibat urokrom, suatu penumpukan kristal urea di kulit (urea fross). Adanya gatal-gatal di
kulit menyebabkan klien ingin menggaruk dan akibatnya akan timbul bekas-bekas garukan di kulit (Potter dan
Patricia, 2010).
4) Kebutuhan aktivitas
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) abnormalitas utama pada gangguan aktivitas yaitu, metabolisme kalsium
dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain menurun.
Penurunan LFG menyebabkan peningkatankadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan
penurunan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal
terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada
tulang dan menyebabkan penyakit
11
tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal
menurun, seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik dan sering disebut Osteodistrofienal.
Osteodistrofienal terjadi dari perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon (Smeltzer dan Bare,
2014)
12
13
5. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2014) setiap sistem tubuh pada Chronic Kidney Disease (CKD) dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka klien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung
pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala klien gagal ginjal
kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting
edema (kaki, tangan, sakrum), pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul. d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan
saluran gastrointestinal e. Manifestasi Neurologi.
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan
perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.
14
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler.
6. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, klien CKD akan mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD
menurut Suwitra (2006) antara lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak
adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistemrenin angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme
vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan. h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
15
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Tabel 2.2 Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya.
Derajat LFG
(ml/mnt/1,73m
Rencana tatalaksana
a. Penatalaksanaa keperawatan
1) cairan
a) Klien yang tidak didialisa
Bila ada oliguria, cairan yang diperbolehkan biasanya 400-500 ml (untuk menghitung kelebihan cairan rutin)
ditambah volume yang hilang lainya seperti urin, diare, dan muntah selama 24 jam terakhir.
b) Klien dialisis
Pemasukan cairan terbatas jumlahnya sehingga kenaikan berat badan tidak lebih dari 0,45 kg/hari diantara waktu
dialisis. ini
16
umumnya akibat dari pemasukan 500 ml sehari ditambah volume yang hilang melalui urin, diare dan muntah.
2) Elektrolit
a) Klien yang tidak dialisis
Pemasukam kalium harus dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64 mEq)/hari pada dewasa dan sekitar 50 mg (1,9 mEq)/kg/hari
untuk anak anak.
3) Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir metabolisme protein yang tidak dapat diekresikan
ginjal.
a) Berikan informasi yang jelas pada klien karena sering terjadi kesalah pahaman. Klien sering menganggap Operasi
AV-Shunt adalah pemasangan alat untuk HD padahal hanya menyambungkan pembuluh darah yang ada pada tubuh
klien.
b) Batasan laboratorium untuk operasi AV-Shunt biasanya direkomendasikan dari dokter penyakit dalam dan ahli
bedahnya. Selama ini Rekomendasi untuk Periksakan laboratorium yaitu , Hb > 8 mg/dl, Trombosit dalam batas
normal, Gula Darah Sewaktu dalam batas normal untuk klien tanpa riwayat DM dan untuk klien dengan DM harus
dikonsultasikan lagi dengan ahli bedahnya.
17
c) Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi, menurut literatur sebaiknya heparin tidak diberikan 6-8
jam sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan kembali setelah 12 jam post operasi atau dikondisikan sampai
luka operasi mengering.
d) Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri radialis dan ulnaris untuk merasakan kuat
tidaknya aliran darah arterinya kemudian dilaporkan ke ahli bedah. bila salah satu arteri (radilis/ ulnaris ) tidak teraba
dan tidak ditemukan dengan alat penditeksi (dopler) maka kontra indikasi untuk dilakukan AV
Shunt.
b. Penatalaksanaa kolaboratif
1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan. 2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang
menyebabkan edema.
3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi ginjal dengan mengikat fosfat dan menambah
kalsium.
4) Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah dan edema.
5) Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung. 6) Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah
untuk anemia. 7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsumtulang, memproduksi sel darah merah.
8) Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan efek hematologik.
9) Terapi dialysis (pengganti ginjal)
Dialysis digunakan untuk mengeluarkan produk sisa cairan dan uremik dari tubuh bila ginjal tidak mampu
melakukanya.juga dapat digunakan untuk mengobati klien dengan edema yang tidak meresponpengobatan lain,
hepatic, hiperkalemia, hiperkalsemia,
18
hipertensi, dan dialysis peritonial, untuk menggantikan ginjal yang tidak berfungsi.
Dialisis adalah pergerakan cairan dan butir-butir (partikel) memlalui membaran semipermeabel. Dialisis adalah suatu
tindakan yang dapat memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit, mengendalikan keseimbangan asam-basa, dan
mengeluarkan sisa metabolisme dan bahan dari tubuh.
Ada tiga prinsip yang mendasari dialisis, yaitu disfungsi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Disfungsi adalah pergerakan
butir-butir (partikel) dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Dalam tubuh
manusia, hal ini terjadi memlalui membran semipermeabel. Difusi menyebabkan urea, kreatinin, adan asam urat dari
darah klien masuk ke dalam dialisiat.
Walaupun konsentrasi eritrosit dan protein da;lam darah tinggi, meteri ini tidak dapat menebus membran
semipermeabel katrena eitrosit dan prtotein mempunyai mokelul yang besar. Osmosi menyangkut pergerakan air
melakui membran semipermeabel dari tempat yang berkonsentrasi rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi
(osmolalitas). Ultrafiltrasi adalah pergerakan cairan melalui membran semipermeabel sebagai akibat tekanan gradien
buatan. Tekanan gradien buatan dapayt bertekanan positif (didorong) atauu negatif (ditarik). Ultrafiltrasi lebih
efisien daripada osmosisi dalam mengambil cairan dan diterapkan dalam hemodialisa. Pada saat dialissi, prinsip
osmosis, dan difusi atau ultrafiltrasi digunakan secara simultan atau persamaan.
19
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan CKD
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian merupakan
dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.
Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) menurut Doengoes, 2012; Nursalam,
2008; Sudoyo, 2015; NIC NOC, 2015 sebagai berikut :
a. Demografi.
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut
yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat
terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD.
Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air
minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi, rematik,
hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan
terjadinya CKD.
c. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
Gejala :
kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/ gelisah atau somnolen).
Tanda :
kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
20
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina) Tanda :
Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan, nadi lemah dan halus, hipotensi
ortostatik menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi pada penyakit tahap akhir, friction rub pericardial (respon
terhadap akumulasi rasa) pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan pendarahan.
3) Integritas Ego
Gejala :
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda :
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4) Eiminasi
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, Malnutrisi, kembung, diare,
konstipasi. Tanda :
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna. Oliguria, dapat menjadi anuria.
5) Makanan / Cairan
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah,
rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), pengguanaan diuretik. Tanda :
Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit. Edem (umum, tergantung).
Ulserasi gusi, pendarahan
21
gusi / lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, tampak tak bertenaga.
6) Neorosensasi
Gejala :
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki, gelisah ; kebas terasa terbakar pada telapak kaki.
Kebas kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer). Tanda :
Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketikmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma. Kejang, fasikulasi otot, aktifitas kejang, Rambut tipis, kuku rapuh dan
tips.
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada malam hari.
Tanda :
perilaku berhati-hati dan gelisah.
8) Pernafasan
Gejala :
nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa sputum kental atau banyak.
Tanda :
takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah
muda encer (edema paru).
9) Keamanan
Gejala :
Klit gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda :
Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual terjadi peningkatan pada klien yang mengalami
suhu tubuh lebih
22
rendah dari pada normal ( efek CKD / depresi respon imum) Ptekie, araekimosis pada kulit Fraktur tulang ; defosit
fosfat, kalsium, (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak sendi.
10) Seksualitas
Gejala :
penurunan libido ; amenorea ; infertilitas.
11) Interaksi Sosial
Gejala :
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran klien dari compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena
kelebihan cairan. 4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran
hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
23
tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease (CKD) menurut trucker, 2008; sudoyo, 2015.
1. Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume normal, volume kosong atau rendah,
proteiurea, penurunan klirens kreatinin kurang dari 10 ml permenit menunjukan kerusakan ginjal yang berat.
2. Hitungan darah lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit, leukosit, peningkaanj SDP.
3. Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, CCT.
4. Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida abnormal.
5. Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan. 6. EKG : distritmia
7. Poto polos abdomen, bias tampak batu radio opak
24
8. Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak dapat melewati filter glomerolus, disamping
kekawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
9. Piolografi antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.
10. Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju filtrasi glomerulus. Untuk menilai GFR
(Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :
CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
*) wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
26
crakles), kongestikemacetan 2. Rekam tanda vital: berat badan, denyu
paru, pleural effusion pernapasan, dan tekanan darah
− Hb dan hematokrit menurun, mengevaluasi respon terhadap terapi.
perubahan elektrolit, 3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghil
khususnya perubahan berat jumlah yang tepat dari cairan berlebih d
jenis klien.
− Suara jantung SIII 4. Bekerja secara kolaboratif dengan klien
− Reflek hepatojugular menyesuaikan panjang dialisis, peratur
positif − Oliguria, azotemia keterbatasan cairan dan obat-obatan
27
− Berat badan 20 % atau lebih di Nursing outcomes 3. Monitor albumin, total protein, hemoglo
bawah ideal classification (NOC) : dan hematocrit level yang menindikasikan s
− Dilaporkan adanya intake Nutritional Status nutrisi dan untuk perencanaan treatmen
makanan yang kurang dari RDA − Nafsu makan meningkat selanjutnya.
(Recomended Daily Allowance) − Tidak terjadi penurunan 4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
− Membran mukosa dan BB − Masukan nutrisi 5. Berikan makanan sedikit tapi sering.
konjungtiva pucat adekuat 6. Berikan perawatan mulut sering.
− Kelemahan otot yang digunakan − Menghabiskan porsi makan − 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pembe
untuk menelan/mengunyah Hasil lab normal (albumin, diet sesuai terapi.
− Luka, inflamasi pada rongga kalium)
mulut
− Mudah merasa kenyang, sesaat
setelah mengunyah makanan
− Dilaporkan atau fakta adanya
kekurangan makanan
− Dilaporkan adanya perubahan
sensasi rasa
− Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan
− Miskonsepsi
− Kehilangan BB dengan makanan
cukup
28
− Keengganan untuk makan
− Kram pada abdomen
− Tonus otot jelek
− Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
− Kurang berminat terhadap
makanan
− Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
− Diare dan atau steatorrhea
− Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
− Suara usus hiperaktif
− Kurangnya informasi,
misinformasi
29
3 Perubahan pola napas Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Respiratory Monitoring :
hiperventilasi paru keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
pola nafas adekuat. respirasi.
Kriteria Hasil: 2. Catat pergerakan dada,amati kesim
Nursing outcomes classification penggunaan otot tambahan, retraks
(NOC) : Respiratory Status − supraclavicular dan intercostal.
Peningkatan ventilasi dan 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
oksigenasi yang adekuat kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes.
− Bebas dari tanda tanda distress 4. Auskultasisuara nafas, catat area penuruna
pernafasan tidak adanya ventilasi dan suara tambaha
− Suara nafas yang bersih, tidak Oxygen Therapy :
ada sianosis dan dyspneu 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
(mampu mengeluarkan crakles. 2. Ajarkan klien nafas dalam.
sputum, mampu bernafas 3. Atur posisi senyaman mungkin.
dengan mudah, tidak ada 4. Batasi untuk beraktivitas.
pursed lips) 5. Kolaborasi pemberian oksigen.
− Tanda tanda vital dalam
rentang normal
4 Gangguan perfusi jaringan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan dengan penurunan Setelah dilakukan asuhan Circulatory Care :
suplai O2 dan nutrisi ke jaringan keperawatan selama 3x24 jam
sekunder. perfusi jaringan adekuat.
30
Kriteria Hasil: 1. Lakukan penilaian secara komprehensif
Nursing outcomes sirkulasi periper. (cek nadi priper,o
classification (NOC) : kapiler refil, temperatur ekstremitas).
Circulation Status 2. Kaji nyeri.
− Membran mukosa merah 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan.
muda − Conjunctiva tidak Atur posisi klien, ekstremitas bawah lebih re
anemis − Akral hangat untuk memperbaiki sirkulasi.
31
− Sirkulasi status baik.
6 Resiko Kerusakan intregritas kulit Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan dengan efek uremia Setelah dilakukan asuhan Skin surveilance :
dan neuropati perifer. keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor adanya tanda – tanda
Resiko Kerusakan intregritas kulit kerusakanintegritas kulit.
tidak terjadi. 2. Monitor warna kulit.
Kriteria Hasil: 3. Monitor temperatur
4. Catat adanya perubahan kulit dan
Nursing outcomes membran mukosa.
classification (NOC) : 5. Ganti posisi dengan sering.
Circulation Status 6. Anjurkan intake dengan kalori dan protein
− Temperatur jaringan dalam yang adekuat
rentang normal.
− Elastisitas dan kelembaban
dalam rentang rentang normaal. −
Pigmentasi dalam rentang
normal.
32
5. Pelaksanaan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008)
Pelaksanaan kepewatan
1. Menstimbangkan cairan
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Memenuhi pola nafas
4. Menstimbangkan perfusi jaringan
5. Mengstimbangkan aktivitas
6. Mengelastisikaskan integritas kulit
5. Evaluasi keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat
kemajuan kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Evaluasinya menurut Nursalam (2008) sebagai berikut :
1. Cairan seimbang.
2. Nutrisi seimbang
3. Pola nafas terpenuhi
4. Perfusi jaringan seimbang
5. Aktifitas seimbang
6. Integritas Kulit teratasi
33
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 14 Desember 2020
1. Identitas
Klien berinisial Ny. A, usia 56 th, jenis kelamin perempuan, Agama Islam,
Suku bangsa Jawa, Warga negara Indonesia, Pendidikan Terakhir Sekolah
dasar, Status perkawinan sudah menikah, pekerjaan ibu rumah tangga,
alamat Jl.Sersan Idris No 8. Sumber biaya Jaminan Perusahaan PBI,
Sumber
Informasi diperoleh dari klien, keluarga, tim Perawat di Ruangan dan
Status Klien.
2. Resume Keperawatan
Klien masuk dari IGD pada hari Selasa, Tgl 11 Desember 2020, Jam 07:00
WIB, dibawa oleh keluarga. Saat datang ke IGD, kesadaran compos mentis,
penilaian GCS: E: 4, M: 6 V: 5 total 15, Hasil TTV TD: 190/90 mmHg, N:
90 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36 °C. klien mengatakan keluhan lemas,
mengalami bengkak di tungkai bagian kaki kanan, gatal-gatalseluruh tubuh
klien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi. Klien menjalani therapi
hemodialisa di RSIJ pada setiap hari Rabu dan Sabtu Di IGD dilakukan
tindakan pemasangan
34
Infus dengan cairan Asering 500 cc/24jam , kemudian dilakukan
pemeriksaan lab dengan hasil :
Leukosit - - -
Hematokrit 40 % 40-52
MCV/VER 69 Fl 80-100
MCH/HER 29 Pg 26-34
Kimia Klinik - - -
Glukosa Sewattu - - -
Elektrolit - - -
Masa pendarahan - - -
Masa pembekuan - - -
Klien anak empat . Orang tua klien sudah meninggal. Keluarga dari
klien Ny. A terutama dari keluarga Ny. A Orang tua klien mempunyai
riwayat HIPERTENSI. Klien memiliki dua orang anak dan anaknya
yang pertama sudah meninggal dengan peyakit jantung dan anak yang
kedua sudah tidak tinggal serumah, klien tinggal serumah dengan
saudaranya.
36
Skema 3.1. Genogram Ny. A
X
X
X X Klien Ny.
A
Usia 55 th
X
X
X
Keterangan
:Laki-laki
:Perempuan
X c. Riwayat psikososial dan spiritual
:meninggal
dunia
:tinggal satu rumah
: klien
: menikah
: keturunan
37
d. Kondisi Lingkungan rumah
Menurut klien keadaan rumah rapi dan lantainya tidak licin, ventilasi
ketika pagi sampai sore sering terbuka, posisi kamar mandi jauh dengan
kamar tidur klien, lingkungan dekat rumah klien padat
penduduknya.keluarga klien tidak ada yang mengosumsi rokok
2) Pola Eliminasi
Sebelum Dirawat
Sebelum sakit klien biasa buang air besar satu kali dalam sehari,
konsistensinya lembek, warna feses kuning. Sedangkan untuk
buang air kecilnya lebih dari lima kali dalam sehari, warnanya
kuning bening.
Saat di Rawat
Saat di rawat klien mengatakan buang air besarnya yaitu satu kali
dalam sehari, konsistensi lembek, warna kuning. Sedang kan untuk
buang air kecilnya terjadi perubahan yaitu dalam satu hari hanya
dua sampai empat kali saja (400 - 600cc/hari) dikarenakan klien
dalam
38
satu hari hanya minum kira – kira dua gelas saja (600cc/hari),
warnanya adalah kuning. Dikarenakan penurunan fungsi ginjal.
Sebelum Dirawat
Klien tidur selama kurang lebih 8 jam /hari dan tidur siang 3 jam.
Klien tidak mempunyai kebiasaan sebelum tidur dan sesudah tidur.
Selama dirawat
Klien tidur kurang lebih 6 jam/hari dengan sering terbangun dan
tidur siang 2 jam. Karena sudah bosan dengan suasana rumah sakit,
dan terkadang banyaknya pengunjung.
4) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum Dirawat
Aktivitas sehari – hari klien yaitu bekerja sebagai ibu rumah tangga,
klien olah raga jalan di lingkungan rumah satu minggu sekali dan
mudah lelah setelah beraktivitas.
Selama dirawat
Selama dirawat aktivitas klien terganggu karena kurang terbiasa
dengan suasana rumah sakit dan klien ingin segera pulang, kaki
klien terasa berat jika untuk berjalan. Aktivitas klien hanya
ditempat tidur dan duduk buat nonton tv. Untuk perawatan dirinya
klien mandiri melakukannya.
39
4. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien sakit sedang, Kesadaran klien Compos mentis, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, berat badan klien 50 kg, bb kering
setelah di HD 47 kg (BB ideal :45-55 kg) tinggi badan 150 cm, tekanan
darah klien 190/90 mmHg, nadi 90 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 36°C.
a. Sistem penglihatan
Sitem penglihatan klien baik, tidak terdapat tanda – tanda radang, tidak
ada kelainan otot-otot mata, pupil bereaksi terhadap rangsang cahaya,
posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva an anemis, kornea normal, sklera ikterik, pupil
isokor..
b. Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran klien normal, klien tidak menggunakan alat bantu
dengar dan tidak mempunyai gangguan keseimbangan, daun telinga
normal, tidak ada serumen, dan tidak ada perasaan di telinga. c. Sistem
wicara
Dalam sistem wicara klien baik, tidak ada disatria, menanggapi
pembicaraan sesuai.
d. Sistem pernafasan
Jalan nafas klien bersih, klien sesak sedikit , tidak menggunakan otot
bantu nafas, frekuensi nafas klien 24 x/menit, irama teratur, nafas
dalam, tidak ada batuk, tidak ada seputum, suara nafas vesikular, tidak
ada nyeri saat bernafas.
e. Sistem kardiovaskular
Nadi 90 x/menit dengan irama teratur,tekanan darah klien 190/90
mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit klien hangat,
warna kulit klien pucat, pengisian kapirelirevil <2 detik, odem tungkai
kaki kanan grade + 1.
f. Sistem hematologi
Tidak ada pendarahan, kongjungtiva tidak pucat, hemoglobin
normal 12.0 g/dl.
40
g. Sistem saraf pusat
keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis, nilai GCS E: 4,
M: 6, V: 5 total 15, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, pemeriksaan
reflek fisiologis normal dan reflek patologis tidak. h. Sistem pencernaan
Gigi tidak ada karies, tidak menggunakan gigi palsu,tidak ada
stomatitis di rongga mulut, bibir lembab,klien muntah dan isinya
sesuai dengan makanan frekuensi 3x jumlah 300cc, abdomen
kembung, bising usus 18 x/menit.
i. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak
ada luka gangren.
j. Sistem urologi
Balan cairan selama 24 jam. Intake : 1600 – 2100 + 690 (Output + IWL)
= + 900ml, tidak ada perubahan pola kemih, BAK kuning, tidak ada
ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang Tidak ada
nyeri. Odem di tungkai kaki kanan karena adanya penumpukan cairan
di kaki. Penatalaksanaan diit rendah cairan (batasi cairan 600cc/24 jam,
lasik 1x2 gr.
k. Sistem integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit 36°C, warna kulit kemerahan,
keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, terjadi pembengkakan
pada kulit daerah pemasangan infus, kulit kering.gatal gatal,
pemeriksaan lab ureum 134 Mg/dl, kreatinin 12,1 Mg/dl.
Penatalaksanaan rendah protein 40gr dan rendah garam 40 gr .
l. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, klien tidak merasa sakit pada
tulang sendi dan kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk dan
struktur tulang belakang, klien menggunakan alat bantu tongkat saat
berjalan, kekuatan otot:
55555555 55555555
41
5 Pemeriksaan Penunjang
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium
Hematologi rutin pada tanggal 01 Juni 2016
Hematologi rutin Hasil Satuan Nilai rujukan
HB 12 G/dl 13.2-17.3
Leukosit - - -
Hematokrit 40 % 40-52
MCV/VER 90 Fl 80-100
MCH/HER 28 Pg 26-34
Kimia Klinik - -
Glukosa Sewattu - - -
Elektrolit - - -
= 85 x 50 = 4250
223 223
= 19 ml/menit
Klasifikasi dari CRF klien masuk gret 5, yang artinya kilen mengalami
gagal ginjal tahap berat (karena LFG klien 19%), Sudoyo,2015.
Penatalaksanaan terapi :
1. Terapi injeksi
a. Amlodipine 10gr 1x10 jam 06.00 wib.
b. Lasix 10gr 1x2 jam 06.00 wib.
c. Ondancentron 10gr 1x1 jam 06.00 wib.
42
2. Diit Rendah protein 40gr, Rendah garam 40gr
3. HD 2x seminggu pada hari Rabu dan Sabtu.
4. Rencanakan untuk pemasangan cimino hari Sabtu, tanggal 27 Juni 2020.
6 DATA FOKUS
Data subyektif, klien mengatakan :
∙ Kaki bengkak di tungkai kaki bagian kanan
∙ Minum sedikit 2gls/hari (600cc/hari)
∙ BAK 2-4x/hari (400 – 600cc/hari)
∙ Badan lemas sudah 2 hari
∙ Mual dan Muntah
∙ Cepat lelah saat beraktivitas
∙ Kaki kaku, berat saat berjalan
∙ Terjadi penurunan BB dalam 3 bulan terakhir 3 kg
Data Obyektif ;
∙ Keadaan umum klien sakit sedang
∙ Kesadaran compos mentis
∙ Edema tungkai grade +1
∙ GCS : (E : 4, V : 5, M : 6) = 15
∙ TTV : TD : 190/90 mmHg, N : 90 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36°C ∙
Aktifitas hanya di tempat tidur
∙ BB: 50kg, TB : 150cm.
∙ IMT : 22 (normal), BB ideal klien : 45 kg – 55 kg.
∙ Porsi makan yang dihabiskan 1 p
∙ Minum sdikit hanya 2-4 gelas/hari (600cc/hari)
∙ Balance cairan dalam 24jam yang terdiri dari intake – output+IWL
adalah 1600ml – (2100 + 690 = +900 ml
∙ lab Hb : 12.0g/dl , Ht : L 29 % , Eritrosit : L 3.26 10^6/µl ureum : 34
mg/dl , kreatinin : H 3.1 mg/dl.
∙ GFR : 19 % (berat)
43
B. ANALISA DATA
44
IMT : 22 (over
weight)
BB ideal klien : 45
kg – 55 kg.
B. : HB : 12.0
g/dl HT : L 29 %
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : H 3.1
mg/dl
C. :konjungtiva
ananemis,abdomen
kembung, bising
usus 18 x/menit.
D. : pola makan klien
3 x/hari, klien suka,
Klien tidak terlalu
suka minum air
putih, Diit rendah
protein 40gr, rendah
garam 40gr.
3 DS : Kerusakan uremia
klien mengatakan integritas kulit
gatal gatal di
seluruh tubuh, DO :
∙ Iritasi pada kulit
∙ Kulit kering
∙ kehitaman
∙ Edema tungkai
grade +1
∙ Ureum : 134 mg /
dl ∙ Kreatinin :
3,1mg/dl
C. Diagnosa Keperawatan
1. kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium di tandai dengan :
DS:
klien mengatakan bengkak pada tungkai bagian kanan dan kaki terasa berat
saat di bawa jalan.
DO:
∙ Kulit kering
45
∙ Edem di tungkai kaki kanan
∙ grade + 1
∙ Balance cairan : intake 1600 – (2100 + 690) = +900 ml/hari
(output+IWL)
∙ Ureum : 134 mg/dl
∙ Kreatinin : 3,1mg/dl
∙ GFR : 19 %
∙ Penurunan berat badan 3 kg dari 53>50 kg
∙ TD : 190/90 mmHg
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembatasan intake diit ditandai dengan : Mual ,Muntah dan diit
ketat DS :
klien mengatakan perut kembung, badan lemas sudah 2 hari, dan BB turun
3 kg dalam 3 bulan terakhir.
DO :
∙ Keadaan klien sakit sedang
∙ Porsi makan yang dihabiskan hanya 1 P
∙ Klien terlihat lemas
∙ Urin dalam 24 jam 600 cc
A. : BB : 50 kg
TB : 150cm
IMT : 22 (overweight)
BB ideal klien : 45 kg – 55 kg.
B. : HB : 12.0 g/dl
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : 3,1 mg/dl
C. : konjungtiva ananemis, abdomen kembung, bising usus 18 x/menit.
D. : pola makan klien 3 x/hari. Diit rendah protein 40gr ,rendah garam
40gr.
46
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan uremia :
DS :
Gatal-gatal seluruh tubuh
DO :
∙ Iritasi pada kulit
∙ Kulit kering
∙ kehitaman
∙ Edema tungkai grade +1
∙ Ureum : 134 mg / dl
∙ Kreatinin : 3,1mg/dl
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
47
2 Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Menyediakan data dasar
tindakan Pengukuran : untuk memantau
kperawatan kpada a. Antropometri (BB, perubahan dan
Ny. A slama 3 x TB) mengevaluasi
24 jam b. Biokimia (Lab) intervensi
diharapkan c. Clinical (kondisi 2. Mengetahui
ketidakseimbanga umum) perkembangan hasil
n nutrisi dapat d. Dietary (recall lab klien
teratasi dengan intake makanan) 3. Maningkatkan
kriteria hasil : 2. Monitor lab hemoglobin, kenyamanan mulut
1. Asupan nutrisi hematokrit, ureum dan 4. pemberian obat oral agar
adekuat kreatinin. keluhan dilambung
2. Aupan makan 3. Anjurkan perawatan dapat berkurang
dan cairan mulut 5. Kolaborasi dengan ahli
adekuat 4. Berikan obat oral : gizi untk pemberian diit
3. Konjungtiva a. Lasik 10mg 1 yang diberikan klien
tidak pucat injeksi jam 06.00 wib 6. Agar kadar protein
dan b. Ondancentron 10mg seimbang
4. Hasil lab batas injeksi jam 06.00
normal : wib
a. HB : 13.2- 5. Kolaborasi dengan ahli
17.3 g/dl gizi pemberian diit
b. HT : 40-52 rendah protein 40 gram
% diit rendah
c. Ureum : 10- garam40gram
50 mg/dl 6. Kolaborasi dengan
d. Kreatinin : dokter pemberian obat
<1.4 mg/dl ketosteril
48
Ureum :10-50
mg/dl
Kreatinin : <1,4
mg/dl
D. Implementasi
49
14/12/20 1 Menganjurkan klien mencatat penggunaan
cairan terutama pemasukan dan pengeluaran
Respon :
20 10.00 DS : klien mengatakan “ iya nanti di catat “
DO : klien tampak mengerti dan mau,
karena sebelumnya sudah di beritau sama
wib perawat ruangan.
14/12/20 1 Kolaborasi persiapan klien untuk HD hari
Rabu dan Sabtu
20 12.00 Respon :
DS : berterima kasih
wib DO : klien tampak cemas dalam
pemasangan cimino
wib
50
DO : balance cairan = +900 cc/hari, tampak
odem mulai berkurang dan klien tampak
tidak pucat lagi.
wib
wib
51
DS : mengucapkan terima kasih sudah
beritahukan
DO : makanan nasi dan tampak klien habis
1 porsi
15/12/20 2 Mengkaji status nutrisi, pengukuran A, B, C,
20 08.25 D Respon :
wib DS : klien mengatakan “nafsu makan
baik” DO : A : BB : 50 kg , TB : 150cm,
BB ideal klien : 45 kg – 55 kg
IMT : 22 (Normal).
B : HB : 12,0 g/dl
HT : L 29 %
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : 12,1 mg/dl
C : konjungtiva ananemis
Abdomen kembung, bising usus 18
x/menit
D : pola makan klien 3 x/hari
Diit rendah protein 40gr,rendah
garam 40gr
52
Ureum : 134 mg/dl (batas normal)
Kreatinin : 3,1mg/dl (tinggi)
Tgl/jam No Implementasi
DX
wib
53
DS : merasa segar
DO : klien tampak memahami
54
E. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dari tgl 14-16 Desember 2020
maka evaluasi di ambil pada hari terakhir yaitu :
55
∙ klien tampak sakit sedang, klien terlihat
lemas, mkan habis hanya 1p, berat
badan mengalami penurunan 1 kg BB
∙ A : BB : 50 kg, TB : 150 cm, IMT :22
(normal), BBI : 45 – 55 kg.
B : HB : 12,0g/dl, HT : 40 % ureum :
134 mg/dl, kreatinin : 12,1 mg/dl.
C : konjungtiva merah muda, ,
abdomen tidak kembung, bising
usus 18 x/menit.
D : pola makan klien 3 x/hari, porsi
makan tidak tentu, klien minum
sedikit, diit rendah protein
40gr,rendah garam 40gr
A : Masalah Ketidakseimbangan nutrisi
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Kaji pengukuran ABCD
2. Memberian obat injeksi
ondancentron 5 mg jam 06.00 wib
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat ketosteril
56
BAB IV
A. Kesimpulan
Dalam teori telah disampaikan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
penurunan fungsi ginjal. Dari hasil pengkajian Ny. A telah terjadi penurunan
fungsi ginjal sehingga kemampuan memfiltrasi hanya 19ml/menit. jika dilihat
dari klasifikasi CKD menurut Sudoyo, 2015 Ny. A mengalami CKD berat
dimana kemampuan filtrasi ginjal 19% dari normal (90-100%). Manifestasi
yang penulis temukan pada Ny. A yaitu lemas, edema tungkai kaki kanan garde
+1, konjungtiva ananemis. Setelah data-data didapatkan, penulis menemukan 3
diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien saat ini yaitu
:Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium, Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
,Kerusakan integritas berhubungan dengan uremia
57
dengan kerjasama yang baik antara penulis dengan klien dan bantuan dari
perawat ruangan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya
peningkatan mutu pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang diharapkan
dapat membantu klien dalam mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan menjadi lebih optimal. Disini penulis memberikan beberapa saran
kepada beberapa pihak yang diharapkan dapat membantu dalam memberikan
Asuhan Keperawatan kepada klien Ny. A dengan penyakit Chronic Kidney
Disease (CKD), dan saran tersebut diantaranya :
1. Penulisan ASKEP Selanjutnya
Dalam menerapkan pemenuhan kebutuhan dasar diharapkan penulis
ASKEP selanjutnya dapat melakukan pengkajian yang lebih lengkap untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan mampu memberikan Asuhan yang
optimal bagi klien. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan konsep
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Oleh sebab itu, hendaknya referensi
untuk Kebutuhan Dasar Manusia pada gangguan sistem perlu diperbanyak.
2. Perawat Ruangan
Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya melakukan
pendokumentasian dengan lebih terperinci kembali setelah malakukan
tindakan keperawatan yang adekuat.
58
DAFTAR PUSTAKA
48
V. Metode
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi dengan anggota keluarga
VI. Kegiatan
NO KEGIATAN PENYULUH PESERTA WAKTU
peserta penyuluhan
untuk bertanya.
b. Menjawab
pertanyaan peserta
penyuluhan yang
berkaitan dengan
materi yang belum
jelas.
49
3. Penutup a. Menyimpulkan a. 5 Menit
materi yang telah Memperhatikan
disampaikan kesimpulan dari
b. Melakukan materi
evaluasiMengakh penyuluhan
iri kegiatan yang telah
disampaikan.
b. Menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan
oleh penyuluh.
Menjawab salam
VII. Evaluasi
a. Evaluasi formatif:
1. Klien dapat menjelaskan tentang pengertian Gagal Ginjal Kronik 2. Klien
dapat menyebutkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya Gagal Ginjal Kronik
3. Klien dapat menyebutkan kembali tanda dan gejala Gagal Ginjal
Kronik 4. Klien dapat menyebutkan apa saja pencegahannya
b. Evaluasi somatif
1. Klien dapat memahami penatalaksanaan Gagal Ginjal kronik
50
MATERI
GAGAL GINJAL KRONIK
1. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik (penyakit ginjal tahap akhir) adalah gangguan fungsi ginjal yang
menahun dan tidak bisa kembali ke semula. Gagal Ginjal Kronik merupakan Gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia ( Retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah ) ( Bruner dan Suddart
2001).
2. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain:
1. Tekanan darah tinggi
2. Kencing manis
3. Batu ginjal
4. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama
3. MANIFESTASI KLINIS
Karena pada penyakit gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala bergantung
pada bagian dari tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin- angiotensin-aldosteron), gagal jantung
kongestif dan edema pulmoner (Akibat cairan berlabih) dan perikarditis (akibat iritasi
dari lapisan perikardial).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah
(Pruritus), Kulit kering dan bersisik, Ekimosis, Kuku tipis dan rapuh, Rambut tipis dan
kasar. Butiran uremik, Suatu penumpukan Kristal urea di bawah kulit, saat ini jarang
terjadi akibat penanganan yang dini dan agresif pada penyakit ginjal tahap akhir.
Gejala Gastrointestinal juga sering terjadi yang mencakup anoreksia, mual,
mulut berbau amoniak, ulserasi mulut, perdarahan dari saluran gastrointestinal .
51
Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi, dan kejang. (Smeltzer & Bare, 2001).Gejala Respirasi juga sering terjadi
Edema paru, Efusi pleura, dan pleuritis. Gejala Neuromuskuler Juga sering terjadi
misalnya gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular, bingumg dan koma.
Metabolik Endokrin juga sering terjadi misalnya gangguan hormon seks menyebabkan
penurunan libido, impoten. Gejalah Hematologi misalnya anemi (Nursalam, 2006)
4. PENCEGAHAN
1. Minum air putih tidak lebih dari 2 liter/hari
2. Jangan menahan kencing
3. Latihan fisik secara rutin
4. Tidak merokok
5. Periksa kadar kolestrol
6. Jaga berat badan,
7. Hindari minum alkohol,
8. Makan dengan komposisi berimbang
5. PENATALAKSANAAN
1. Observasi keseimbangan cairan antara yang masuk dan keluar
2. Batasi cairan yang masuk
3. Cuci darah (hemodialisa)
4. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal (Cangkok Ginjal)
5. Nutrisi
6. Obat-obatan.
52
Oleh :
Didit Cahyanto
PROGRAM STUDI PENDIDKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN
SUMATERA UTARA
53
LAPORAN ADL
Hari : Senin
Tanggal : 14 Desember 2020
Ruagan :-
No. Jam Kegiatan Nama klaien Ttd perawata
(…………………………………….)
LAPORAN ADL
Hari : Selasa
Tanggal : 15 Desember 2020
Ruagan :-
No. Jam Kegiatan Nama klaien Ttd perawata
(…………………………………….)
LAPORAN ADL
Hari : Rabu
Tanggal : 16 Desember 2020
Ruagan :-
No. Jam Kegiatan Nama klaien Ttd perawata
(…………………………………….)
LAPORAN ADL
Hari : Kamis
Tanggal : 17 Desember 2020
Ruagan :-
No. Jam Kegiatan Nama klaien Ttd perawata
(…………………………………….)
LAPORAN ADL
Hari : Jumat
Tanggal : 18 Desember 2020
Ruagan :-
No. Jam Kegiatan Nama klaien Ttd perawata
(…………………………………….)