PRA PROPOSAL
OLEH
III A
Dosen Pengampu
Ns. Lenni Sastra, S.Kep,MS
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dalam penyusunan Pra Porposal
Penelitian ini dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan Pra Porposal Penelitian ini, kami mengalami berbagai
kendala dan kesulitan, namun berkat Rahmat Allah SWT yang disertai kesabaran,
ketekunan, dan usaha serta bantuan dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas baik
fasilitas tenaga dan pikiran sehingga Pra Porposal Penelitian yang berjudul
“Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa Pra Porposal Penelitian ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif diharapkan,
demi terciptanya tujuan yang ingin dicapai.
Atas bantuan dan kritikan seta saran dari semua pihak, maka kami
mengucapkan terima kasih. Semoga Pra Porposal Penelitian ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal kronik (PGK) adalah suatu penyakit sistemik dan
merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal
yang dapat terjadi secara kronis. Gagal ginjal kronis adalah akibat destruksi jaringan
dan kehilangan fungsi ginjal yang berangsur – angsur. Penyakit gagal ginjal kronis
bersifat menetap, tidak dapat disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa rawat
jalan dalam waktu yang lama, transplantasi ginjal, dialisis peritoneal, dan
hemodialisa. Gagal ginjal merupakan fungsi ginjalnya rusak, tidak dapat berfungsi
dengan baik dan bersifat menetap ( Black, 2014).GGK disebabkan oleh beberapa
penyakit seperti kelainan ginjal, DM, kelainan autoimun, sedangkan komplikasi GGK
adalah: Edema, hipertensi, penyakit tulang dan anemia. Komplikasi GGK dapat
diantisipasi dengan tindakan mengontrol tekanan darah (hipertensi), dan menjaga pola
hidup (Davey, 2005). Apabila fungsi ginjal telah menurun d an ginjal mengalami
kerusakan, hal ini disebut sebagai gagal ginjal. Gagal ginjal (renal atau kidney failure)
merupakan kasus penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan)
maupun kronis (menahun). Gagal ginjal kronik termasuk silent killer, yaitu penyakit
mematikan yang tidak menunjukkan gejala peringatan sebelumnya, sebagaimana
umumnya yang terjadi pada penyakit berbahaya lainnya (Vitahealt, 2008).
Menurut data yang diambil dari Indonesia Renal Registry (IRR) menyatakan
bahwa penderita gagal ginjal di Indonesia, data yang di dapatkan tahun 2009-2015
tercatat 28.882 pasien, dimanRa pasien baru sebanyak 17.193 pasien dan pasien lama
sebanyak 11.689 pasien.Menurut US Renal Data System (Sistem Data Ginjal US),
pada akhir 2017 total 527.572 orang dirawat dengan ESRD, dan yang hemodialisis
sebanyak 424.369 orang, artinya 80% harus menjalani cuci darah.
Menurut data yang diambil dari Kemenkes RI (2016),pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialysis regular jumlahnya semakin meningkat yaitu berjumlah sekitar
empat kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2013 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menunjukkan bahwa
prevalensi penyakit gagal ginjal di Indonesia sebesar 0,2% atau 2 per 1000 penduduk,
sekitar 60% penderita gagal ginjal tersebut harus menjalani terapi dialisis
Apabila kemampuan ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90 %) sehingga tidak
mampu lagi menjaga kelangsungan hidup penderita gagal ginjal, maka harus
dilakukan dialisis (cuci darah) sebagai terapi pengganti fungsi ginjal (Vitahealth,
2008). Menurut data yang diambil dari National Institute of Diabetes and Digestive
and Kidney Disesases melaporkan tingkat kelangsungan hidup selama satu tahun
untuk pasien dialisis berada pada angka 80%, sedangkan tingkat kelangsungan hidup
selama dua tahun, lima tahun, dan sepuluh tahun masing-masasing sekitar 64%, 33%,
dan 10% (Zaenab, 2017).
Terapi hemodialisis menggunakan mesin cuci darah (dialiser) yang befungsi
sebagai ginjal buatan. Darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin
dialiser untuk dibersihkan melalui proses difusi dan ultrafiltrasi dengan dialisat
(cairan khusus untuk dialisis), kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses
hemodialisis ini dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah sakit, dan setiap kalinya
memerlukan waktu sekitar 2-5 jam (Vitahealth, 2008).
Terapi HD akan mempengaruhi keadaan psikologis pasien, pasien akan
mengalami gangguan proses berfikir dan konsentrasi serta gangguan dalam
berhubunga sosial. Semua kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya kualitas
hidup pasien PGK yang menjalani terapi HD. Untuk mencapai kualitas hidup yang
lebih baik melalui terapi hemodialisis diperlukan pengaturan diet untuk mencapai
kualitas hidup yang baik
Menurut penelitian Hotnida (2015) terhadap 35 pasien gagal ginjal kronis
yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD DOK II Jayapura mengatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
gagal.ginjal kronis. Lebih lanjut penelitian Sucy (2019) menunjukkan pasien yang
menjalani hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul mendapatkan
dukungan keluarga yang baik sebesar 80,3%.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
Yang Menjalani Hemodialisa di unit RSUD Pariaman
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah penelitian
“Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa Di RSUD Pariaman”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum ini adalah untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Yang sedang Melakukan Hemodialisa.
2. Tujuan Khusus
Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
yang sedang melakukan hemodialisa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
3. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak nefronginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal
difus dan bilateral.
1.Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2.Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3.Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosisarteri renalis.
4.Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE),
poli arteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif.
5.Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubuler ginjal.
6.Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7.Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8.Nefropati obstruktif
a.Saluran Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
b.Saluran Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali
congenital pada leherkandung kemih dan uretra.
4. Patofisiologi
Patofisiologi gagal ginjal kronik beragam, bergantung pada proses
penyakit penyebab. Tanpa melihat penyebab awal, glomerulosklerosis dan
inflamasi interstisial dan fibrosis adalah ciri khas gagal ginjal kronik dan
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Seluruh unit nefron secara bertahap
hancur. Pada tahap awal, saat nefron hilang nefron fungsional yang masih ada
mengalami hipertrofi. Aliran kapiler glomerulus dan tekanan meningkat
dalam nefron ini dan lebih banyak partikel zat terlarut disaring untuk
mengkompensasi massa ginjal yang hilang. Kebutuhan yang meningkat ini
menyebabkan nefron yang masih ada mengalami sklerosis (jaringan
parut)glomerulus, menimbulkan kerusakan nefron pada akhirnya. Proteinuria
akibat kerusakan glomerulus diduga menjadi penyebab cedera tubulus. Proses
hilangnya fungsi nefron yang kontinu ini dapat terus berlangsung meskipun
setelah proses penyakit awal telah teratasi. Perjalanan gagal ginjal kronik
beragam, berkembang selama periode bulanan hingga tahunan. Pada tahap
awal, seringkali disebut penurunan cadangan ginjal, nefron yang tidak terkena
mengkompensasi nefron yang hilang. Laju filtrasi glomerulus (LFG) sedikit
turun dan pada pasien asimtomatik disertai BUN dan kadar kreatinin serum
normal. Ketika penyakit berkembang dan LFG turun lebih lanjut, hipertensi
dan beberapa manifestasi insufisiensi ginjal dapat muncul. Serangan
berikutnya pada ginjal di tahap ini (misalnya infeksi, dehidrasi, atau obstruksi
saluran kemih) dapat menurunkan fungsi dan memicu awitan gagal ginjal
atau uremia nyata lebih lanjut. Kadar serum kreatinin dan BUN naik secara
tajam, pasien menjadi oliguria, dan manifestasi uremia muncul. Pada gagal
ginjal kronik tahap akhir, LFG kurang dari 10% normal dan terapi
penggantian ginjal diperlukan untuk mempertahankan hidup (Lemone, Burke,
& Bauldoff, 2016).
e. Sistem kardiovaskuler
1. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan
aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron.
2. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis atau gagal jantung
akibat penimbunan cairan hipertensif.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017)
penatalaksanaan medis pada gagal ginjal kronik adalah:
1. Diit
2. Pemberian obat
3. Transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia
4. Dialisis
5. Transplantasi ginjal
6. Perikardiosentesis darurat atau pembedahan darurat untuk penanganan
kor tamponade
7. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :-
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,katabolisme
dan masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produksampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi
sistemreninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia seldarah
merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsiumserum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadaraluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremia
1. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisis adalah proses dimana darah penderita dialirkan untuk
dilakukan pemisahan (penyaringan) sisa-sisa metabolisme melalui selaput
permeabel dalam ginjal buatan dengan bantuan mesin hemodialisis. Darah yang
sudah bersih dipompakan kembali kedalam tubuh selama tindakan dialisis darah
pasien berada pada suatu sisi membran didalam kompartemen darah. Dialisat
pada sisi yang lain, yaitu pada kompartemen dialisat. Dialisat dan darah tidak
akan bercampur kecuali membran bocor atau rusak (Kristiana, 2011)
Hemodialisis adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin,
asam urat,2 dan zat-zat lain melalui membrane semi permeabel sebagai pemisah
darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis
dan ultrafiltrasi (Rendi, 2012)
Hemodialisis merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan
menggunakan selaput membran semi permeabel yang berfungsi seperti nefron
sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolisme dan mengoreksi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal (Ignatavicius &
Workman, 2009).
2. Tujuan hemodialisa
Hemodialisis adalah suatu terapi yang mempunyai beberapa tujuan.
Tujuan dari hemodialisis itu sendiri diantaranya adalah untuk menggantikan
fungsi kerja ginjal untuk proses ekskresi (membuang produk sisa metabolisme
dalam tubuh, misalnya ureum, kreatinin, dan produk sisa metabolisme lainnya),
fungsi lainnya seperti menggantikan fungsi ginjal untuk mengeluarkan cairan
tubuh yang pada saat ginjal masih sehat cairan tersebut dikeluarkan berupa urin,
meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal
serta mempunyai fungsi untuk menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu
pengobatan lainnya (Suharyanto, 2009).
3. Peralatan hemodialisa
a. Mesin hemodialisis adalah suatu mesin khusus yang dirancang untuk hemodialisis.
Mesin ini mengatur dialisat dengan sistem proporsional, memantau tekanan dan
konduktivitas dialisat dan darah, mengatur suhu, kecepatan aliran darah dan dialisat.
Terdapat beberapa sensor untuk mendeteksi dan pencegahan resiko komplikasi,
pompa darah untuk mengalirkan darah dan syringe pump untuk pemberian
antikoagulan (Cahyaningsih, 2009)
c. Dialisat adalah cairan yang digunakan untuk menarik limbahlimbah tubuh dari
darah. Sementara sebagai buffer umumnya digunakan bikarbonat yang bersifat basa,
dibandingkan dengan buffer natrium, walaupun sama sama bersifat basa tetapi
bikarbonat memiliki risiko lebih kecil untuk menyebabkan hipotensi. Kadar setiap zat
di cairan dialisat juga perlu diatur sesuai kebutuhan. Sementara itu, air yang
digunakan harus diproses agar tidak menimbulkan risiko kontaminasi (Septiwi, 2010).
4. Efek Samping Hemodialisa
3. Anemia
4. Kulit gatal
Adanya penumpukan fosfor akibat hemodialisis dapat menyebabkan kulit
menjadi gatal. Kondisi ini memang umum terjadi. Untuk mencegah atau
meringankan gejala kulit gatal, Anda mungkin perlu menjalani pola makan
khusus dan mengonsumsi pengikat fosfat secara teratur sesuai anjuran
dokter.
5. Kram otot
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah dasar pemikiran yang dirumuskan dari fakta
fakta, observasi dan tinjauan pustaka pada penelitian. Kerangka konsep juga
menjelaskan hubungan keterkaitan antar variabel penelitian (Notoadmodjo,
2012). Variabel penelitian terdiri atas variabel dependen dan variabel
independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen atau
bebas adalah adanya dukungan keluarga, sedangkan variabel dependen atau
terikat adalah Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas
Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Sedang Melakukan Terapi Hemodilisa
C. Hipotesa Penelitian
Hipotesa Penelitian adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan
penelitian. Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian,
artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan
(Notoadmojo, 2012). Dalam penelitian ini, hipotesis yang dirumuskan oleh
peneliti, yaitu :
Ha : Adanya hubungan dukungan keluarga terhadap Kualitas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Sedang Melakukan Terapi Hemodilisa
1. Variabel
Variabel penelitian adalah segala suatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2016:38).
Dalam penelitian ini, menggunakan dua variabel penelitian yaitu
variabel Independen/ variabel bebas dan variabel dependent/ variabel
terikat.
a. Variabel Independen/ Variabel Bebas
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya (Sugiyono, 2016:39).
b. Variabel Dependen/ Variabel Terikat
Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016:39).
3. Defenisi Operasional
N Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Hasil Skala
o Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Variabel Dengan adanya Kuesioner Angke Penilaian Ordina
Independen suatu dukungan dari Dukunga t : l
: Adanya keluarga dapat n 4=
dukungan membantu Keluarga Selalu,
keluarga kebutuhan sehari 3=
hari,membantu Sering,
Pasien menyiapkan 2=
kebutuhan pasien jarang,
yang akan 1= tidak
melakukan terapi pernah.
hemodialisa.
Dukungan yang
diberikan seperti
memberikan
informasi yang di
butuhkan. Aspek
aspek dalam
dukungan ini
seperti
nasehat,usulan,sara
n dan petunjuk.
Dukungan
selanjutnya berupa
penghargaan pada
pasien yang
sebelumnya tidak
dapat melakukan
sesuatu sekarang
sudah dapat
dilakukan sendiri
maka berikan
penghargaan dan
memberikan suport
dan perhatian
kepada pasien .
Dukungan
emosional seperti
perhatian kepada
pasien dan
mendengarkan
keluhan pasien
2. Variabel Persepsi dari Kuesioner Angke Penilaian Ordina
Dependen: individu terhadap Kualitas t : l
Kualitas kehidupan dalam hidup 4=Sangat
hidup sistem nilai dimana Baik,
pasien mereka 3=Baik
gagal ginjal hidup,kaitannya 2=Tidak
kronik dengan Baik,
tujuan,harapan,dan 1=Sangat
kekhawatiran dalam Tidak
hidup baik
A. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
Kuesioner. Kuesioner yang digunakan pada variabel independen adalah
kuesioner baku berisi tentang dukungan keluarga yang bersumber dari Maulidia
(2014),terdiri dari 20 item pertanyaan yang disebut Kuesioner Dukungan
Keluarga. Skala yang dipakai adalah skala likert. Setiap pertanyaan memiliki
empat pilihan dengan kriteria jawaban sebagai berikut: 4= Selalu, 3= Sering, 2=
kadang- kadang, 1= tidak pernah. Kuesioner yang digunakan pada variabel
dependen adalah kuesioner kualitas hidup. Kuesioner ini berisi 4 pertanyaan,
dengan penilaian: 1:Sangat baik 2:Baik 3:Tidak baik 4:Sangat tidak baik.