Oleh:
Aulia Riani Badawi 2140312177
Ghina Salsabil Aurelly Rivaliza 2140312193
Elistiyo Rizki Akbar 2140312200
Afrilla Syafnita 2240312058
Preseptor:
dr. Fitria Rhahmadani, Sp.A
0
KATA PENGANTAR
Penulis
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan case ini bertujuan untuk memahami serta menambah pengetahuan
mengenai Sindrom Aspirasi Mekonium.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mekonium adalah tinja paling awal dari bayi baru lahir. Terkadang bayi
baru lahir mengeluarkan mekonium selama persalinan atau melahirkan, sehingga
menghasilkan cairan ketuban bercampur mekonium.3 Sindrom aspirasi mekonium
(MAS) merupakan sindrom atau kumpulan berbagai gejala klinis dan radiologis
akibat janin atau neonatus menghirup atau mengaspirasi mekonium. Sindrom
aspirasi mekonium dapat terjadi sebelum, selama, dan setelah proses persalinan.
Mekonium yang terhirup dapat menutup sebagian atau seluruh jalan napas
neonatus. Udara dapat melewati mekonium yang terperangkap dalam jalan napas
neonatus saat inspirasi. Mekonium dapat juga terperangkap dalam jalan napas
neonatus saat ekspirasi sehingga mengiritasi jalan napas dan menyebabkan
kesulitan bernapas.1
2.2 Epidemiologi
Cairan ketuban yang bercampur mekonium lebih sering terjadi pada bayi
baru lahir post-term. Insidennya bervariasi dengan usia kehamilan, pada bayi
prematur terjadi pada 5,1% kasus, pada bayi cukup bulan sebesar 16,5%, dan pada
bayi post term 27,1%. Meskipun cairan ketuban yang bercampur mekonium
diperlukan untuk diagnosis MAS, hanya 2% sampai 10% bayi yang lahir melalui
cairan ketuban yang diwarnai dengan mekonium berkembang menjadi MAS.
Angka kejadian MAS telah menurun di negara-negara maju berkat peningkatan
ilmu obstetri dan perawatan perinatal.3
2.3 Etiologi
MAS disebabkan oleh aspirasi cairan ketuban yang bercampur mekonium.
Cairan ketuban yang bercampur mekonium bukanlah temuan yang tidak umum
dan tidak selalu dikaitkan dengan MAS Stres uterus karena hipoksia atau infeksi
dapat menyebabkan keluarnya mekonium janin lebih awal. Penyebab aspirasi
mekonium mungkin terjadi intrauterin atau segera sesudah lahir. Hipoksia janin
4
kronik dan asidosis dapat mengakibatkan gasping janin yang mempunyai
konsekuensi aspirasi mekonium intrauterin. Tidak seperti feses bayi, mekonium
lebih gelap dan lebih kental. Ini terbentuk melalui akumulasi seluler janin (kulit,
gastrointestinal, rambut) dan sekresi. Aspirasi bahan ini menyebabkan obstruksi
jalan napas, memicu perubahan inflamasi, dan menginaktivasi surfaktan. Melalui
mekanisme ini, neonatus mengembangkan pernafasan.3
2.5 Patogenesis
MAS memiliki patofisiologi patofisiologi, mekanisme patofisiologi utama
meliputi :
1. Inflamasi/infeksi antenatal
5
adanya peningkatan inflamasi plasenta akut pada MSAF. Meskipun cairan
ketuban bersifat bakteriostatik, dengan penambahan sedikit mekonium akan
merusak efek penghambat ini dan meningkatkan pertumbuhan bakteri seperti
Streptococcus grup B dan Escheria coli.2
3. Surfaktan inaktif
Inaktivasi surfaktan disebabkan oleh aksi dari asam lemak mekonium yang
menyebabkan atelektasis dan mengganggu terhadap ventilasi dan perfusi.
Walaupun mekanismenya masih belum dipahami sepenuhnya, komponen larut
lemak dan larut air dari mekonium terlibat dalam proses ini. Mekonium dapat
mengubah kekentalan dan ultrastruktur dari surfaktan melalui toksisitas langsung
terhadap pneumosit tipe II. Selanjutnya, hal ini akan mengurangi level protein A
dan B dan mempercepat konversi dari agregasi aktif besar menjadi bentuk kecil
yang kurang aktif dan menentukan perpindahan dari permukaan alveolar.
Disfungsi surfaktan semakin diperparah dengan meningkat protein plasma karena
kerusakan membran alveolar-kapiler dan adanya enzim proteolitik dan oksigen
radikal bebas.2
6
mengaktivasi sistem komplemen, memiliki fungsi vasoaktif dan juga sumber
mediator pro-inflamasi (seperti IL-1, IL-6 dan IL-8 dan TNF). Terlepas dari peran
pebaikan peradangan, potensi destruktifnya dapat menyebabkan kerusakan
jaringan lokal. Selama beberapa dekade telah diketahui secara luas bahwa
mekonium beracun dan menginduksi peradangan dan apoptosis dan dapat
menyebabkan pneumonia kimia dalam 48 jam pertama kehidupan dengan risiko
infeksi bakteri berlebihan. Namun, mekanisme seluler yang mendasari inisiasi
kaskade inflamasi pada manusia masih harus diklarifikasi. Karena mekonium
diproduksi di usus dan oleh karena itu hanya terpapa secara minimal ke sistem
kekebalan tubuh selama kehidupan janin, mekonium dikenali sebagai “bukan diri
sendiri” yang memicu aktivasi kekebalan bawaan. Telah dihipotesiskan bahwa
dua sistem utama pengenalan imunitas bawaan (reseptor seperti tol dan sistem
komplemen) dapat mengenali mekonium sebagai berbahaya dan mengaktidkan
kaskade inflamasi. Secara in vivo, masuk akal untuk berhipotesis bahwa pemicu
tambahan inflamasi dapat berupa hipoksia krena MAS, baro- dan volu-trauma
terkait pada terapi ventilasi dan oksigen. Memahami mekanis yang mendasari
kaskade inflamasi pada MAS dapat bermanfaat untuk menemukan strategi terapi
baru.2
Hal ini terjadi pada 15-20% pasien MAS dan dikaitkan pada berbagai
mekanisme termasuk diantaranya vasokonstriksi pumonal (sekunder akibar
hipoksia/hiperkapnia/asidosis), hipertrofi kapiler (akibat hipoksia intrauterin) dan
hiperekspansi pulmonal (peningkatan resistensi paru). Shunt kanan-kiri
memperburuk hipoksemia dan dapat menyebabkan lingkaran setan yang
berbahaya.4
7
Gambar 2.1 Patofisiologi dari MAS2
8
2.7 Diagnosis
2.8 Tatalaksana
9
resusitasi neonatal umum. Menurut pedoman 2015, American Heart Association,
International Liaison Committee on Resuscitation, dan American Academy of
Pediatrics tidak lagi merekomendasikan pengisapan endotrakeal rutin untuk bayi
yang tidak bertenaga/ lemah. Bayi dengan aspirasi mekonium harus diamati tanda-
tanda MAS.4
1) Terapi oksigen
2) Dukungan ventilasi
3) Terapi Surfaktan
10
penggunaan oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO), dan mengurangi lama
tinggal di rumah sakit.
4) Oksida nitrat
11
12
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : By. Ny. Amira Nurasita Adil
No MR : 580959
Umur : 3 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ibu kandung : Ny. A
13
· Kulit kekuningan tidak ada
· Injeksi vitamin K, injeksi gentamisin, dan injeksi cefixime sudah
diberikan di RSUD Pariaman.
· Meconium sudah ada sejak lahir.
· BAK ada.
14
· Tidak ada mengonsumsi alkohol, merokok, dan narkoba.
Riwayat keluarga:
Ayah Ibu
Saudara kandung:
Pemeriksaan Fisik
Pemriksaan Umum
Keadaan umum : Sakit berat
Kesadaran : kurang aktif
Tekanan darah : 65/34 mmHg
Frekuensi nadi : 132 x/menit
Frekuensi nafas : 33 x/menit
o
Suhu : 36,4 C
15
Kulit : kulit teraba hangat, sianosis ada, hilang dengan
pemberian oksigen
Kepala : Bulat, simetris, lingkar kepala 33 cm
(normocephal), ubun-ubun datar
Rambut : Hitam dan tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Mulut : Sianosis sirkum oral tidak ada
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks : Normochest
Paru
Inspeksi : dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi
dinding dada minimal
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : suara napas bronkovesikuler, rhonki kasar ada dan
wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Irama reguler, tidak ada bising
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada distensi
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Umbilikus : segar
Punggung : Tidak ditemukan kelainan
Alat kelamin : anus ada, anal rugae ada, tidak ada edem pada labia minor
16
Ekstremitas : akral hangat, CRT <3”, edema tidak ada, refleks moro ada, refleks
rooting ada, refleks genggam ada, refleks hisap ada
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 17-06-23
Darah Lengkap
Hb : 16 g/dl
Leukosit : 12.035/mm3
Hematokrit : 52,3%
Hitung jenis :
Basofil : 0,2%
Eosinofil : 0,1
Neutfrofil : 82,3%
Limfosit : 12,6%
Monosit : 4,8%
Trombosit :146.000/mm3
Kesan : leukositosis, basophil eosinophil menurun, neutrophil meningat,
limfosit menurun
Elektrolit
Natrium : 133,8 mEq/L
Kalium : 3,85 mEq/L
Clorida : 110,4 mEqq/L
Kesan : klorida meningkat
AGD
pH : 7,46
pCO2 : 29,6 mmHg
pO2 : 64,6 mmHg
17
SaO2 : 94,3%
HCO3 : 21,8 mmol/L
Kesan : alkalosis respiratorik dengan kompensasi sebagian
Tanggal 18-06-23
Elektrolit
Natrium : 135,3 mEq/L
Kalium : 4,84 mEq/L
Clorida : 110 mEqq/L
Kesan : clorida meningkat
Diagnosis kerja :
Neonates cukup bulan sesuai masa kehamilan gravid 38-39 minggu, BBL 3.100
gram + meconium aspirasi syndrome susp. pneumonia neonatal
RENCANA PEMERIKSAAN:
- Rontgen thorax
TATALAKSANA
● Tatalaksana kegawatdaruratan
- Alat bantu napas : CPAP PEEP 5 FiO2 25%
- Rawat incubator
● Tatalaksana nutrisi/diuretic
- ASI 8 x 8cc via NGT
18
● Tatalaksana medikamentosa
- Inj. Ampicillin sulbactam 2 x 160mg iv
- Inj. Gentamisin 1 x 16mg iv
- Inj. Sibitial 2 x 6,5mg iv
- PCT 40 mg k/p
Prognosis
· Ad vitam : dubia ad bonam
· Ad fungsionam : dubia ad bonam
· Ad sanationam : dubia ada bonam
19
FOLLOW UP
O/ bak ada
Keadaan umum: sedang
Kesadaran: sadar
TD 67/40 mmHg, MAP 54, HR 128x/menit, RR
68x/menit, T 36,6C SPO2 97% BB 3.200 gram
Kulit: teraba hangat, turgor kulit cepat, sianosis tidakada
Kepala: normocephal, ubun-ubun datar
Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru
Isnpeksi: normochest, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, retraksi ada minimal
Palpasi: tidak dilakukan
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: SN bronkovesikuler, rhonki ada wheezing
tidak ada
Jantung
Inspeksi: IC tidak terlihat
Palpasi: tidak dilakukan
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi : irama jantung regular
Abdomen
Inspeksi: distensi tidak ada, tali pusar tampak berwarna
putih tidak ada tanda-tanda inflamasi
Palpasi: tidak dilakukan
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: BU (+) normal
A/ Ekstremitas: hangat, CRT <3 detik
Neonates cukup bulan sesuai masa kehamilan gravid
38-39 minggu, BBL 3.100 gram + meconium aspirasi
syndrome susp. pneumonia neonatal
P/
CPAP PEEP 5 FiO2 25%
ASI 8 x 8cc via NGT
Inj. Ampicillin sulbactam 2 x 160mg iv
Inj. Gentamisin 1 x 16mg iv
Inj. Sibitial 2 x 6,5mg iv
PCT 40 mg k/p
20
20/06/2023 S/ Bayi tampak sesak, retraksi masih ada inimal, sianosis
tidak ada, ikterik tidak ada, muntah tidak ada, baba da,
O/ bak ada
Keadaan umum: sedang
Kesadaran: sadar
TD 81/49 mmHg, MAP 63, HR 110x/menit, RR
54x/menit, T 36,4C SPO2 93% BB 3.220 gram
Kulit: teraba hangat, turgor kulit cepat, sianosis tidakada
Kepala: normocephal, ubun-ubun datar
Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru
Isnpeksi: normochest, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, retraksi ada minimal
Palpasi: tidak dilakukan
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: SN bronkovesikuler, rhonki ada wheezing
tidak ada
Jantung
Inspeksi: IC tidak terlihat
Palpasi: tidak dilakukan
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi : irama jantung regular
Abdomen
Inspeksi: distensi tidak ada, tali pusar tampak berwarna
putih tidak ada tanda-tanda inflamasi
Palpasi: tidak dilakukan
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: BU (+) normal
A/ Ekstremitas: hangat, CRT <3 detik
21
21/06/2023 S/ Bayi tampak sesak, retraksi masih ada inimal, sianosis
tidak ada, ikterik tidak ada, muntah tidak ada, baba da,
O/ bak ada
Keadaan umum: sedang
Kesadaran: sadar
TD 81/48 mmHg, MAP 60, HR 131x/menit, RR
40x/menit, T 37,4C SPO2 95% BB 3.220 gram
Kulit: teraba hangat, turgor kulit cepat, sianosis tidakada
Kepala: normocephal, ubun-ubun datar
Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru
Isnpeksi: normochest, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, retraksi ada minimal
Palpasi: tidak dilakukan
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: SN bronkovesikuler, rhonki ada wheezing
tidak ada
Jantung
Inspeksi: IC tidak terlihat
Palpasi: tidak dilakukan
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi : irama jantung regular
Abdomen
Inspeksi: distensi tidak ada, tali pusar tampak berwarna
putih tidak ada tanda-tanda inflamasi
Palpasi: tidak dilakukan
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: BU (+) normal
A/ Ekstremitas: hangat, CRT <3 detik
22
BAB 4
DISKUSI
23
thoraka, dadanya normochest dan pada auskultasi paru ditemukan suara napas
bronkovesikuler dengan adanya bunyi rhonki kasar yang menunjukkan adanya
suatu cairan dalam paru yang pada saat ini kita dapat menyimpulkan terjadi suatu
aspirasi pada bayi ini. Hal ini merupakan hasil pemeriksaan yang muncul pada
pasien MAS yang mana ditemukan takipnea, sianosis, nafas cuping hidung,
retraksi dada dan bunyi napas tambahan berupa rhonki kasar saat di auskultasi. 2
Kecurigaan kelainan jantung pada anak dapat disingkirkan dengan tidak
ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan fisik jantung anak.
Pemeriksan pemeriksaan darah rutin ditemukan adanya leukositosis
menandakan adanya suatu infeksi pada bayi ini yang mendukung penyebab
distress napas pada bayi ini. Pada kasus MAS, saat terjadinya MSAF akan terjadi
kaskade inflamasi yang menyebabkan mediator sel inflamasi meningkat akibat
peningkatan dari bakteria dalam paru neonates.
Bayi ini menerima tatalaksana antibiotic ampicillin sulbactam 2 x 160 mg
IV dan gentamicin 1 x 16 mg IV dalam tujuan mengatasi infeksi pada bayi. Pasien
juga diberikan Sibitial 2 x 6,5 mg IV yang mengandung phenobarbital Na yang
mana digunakan sebagai sedatif yang bekerja dengan cara menekan sistem saraf
pusat. Paracetamol 40 mg kapan perlu dalam pencegahan demam pada anak.
24
DAFTAR PUSTAKA
25