NEFROPATI DIABETIK
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas dari
dr Soesilowati , Sp.PD,KEMD
RS Sumber Waras
Penyusun
Hendy Masjayanto (406121001)
Karlina Liwang
(406121003)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan pembuatan referat ini adalah untuk melengkapi syarat
Kepaniteraan
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
(406121003)
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
: Tarumanagara
Tingkat
Judul
: Nefropati Diabetik
Bagian
Pembimbing
Mengetahui,
Kepala SMF
Pembimbing,
RS Sumber Waras
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................... 2
DAFTAR ISI ................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN......................................................... 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Epidemiologi .............................................. 4
B. Etiologi............................................................................ 7
C. Faktor resiko dan Patofisiologi ....................................... 8
D. Gambaran Klinis ...........................................................14
E. Diagnosis .......................................................................16
F. Penatalaksanaan ............................................................ 18
G. Prognosis ....................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
NEFROPATI DIABETIK
A. DEFINISI
Nefropati diabetik merupakan kelainan degeneratif vaskuler ginjal,
mempunyai hubungan dengan gangguan metabolisme karbohidrat atau
intoleransi glukosa. Pada umumnya, nefropati diabetik didefinisikan sebagai
sindrom klinis pada pasien diabetes melitus yang ditandai dengan albuminuria
menetap (>300 mg/24 jam atau > 200 g/menit) pada minimal 2 kali
pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan.(1)
Ada 5 fase nefropati diabetika. Fase I, adalah hiperfiltrasi dengan
peningkatan GFR, AER (albumin excretion rate) dan hipertropi ginjal. Fase II
eksresi albumin relatif normal (<30mg/24j) pada beberapa penderita mungkin
masih terdapat hiperfiltrasi yang mempunyai resiko lebih tinggi dalam
berkembang menjadi nefropati diabetik. Fase III, terdapat mikro albuminuria
(30-300mg/24j). Fase IV, dipstick positif proteinuria, eksresi albumin
>300mg/24j, pada fase ini terjadi penurunan GFR dan hipertensi. Fase V
merupakan End Stage Renal Disease (ESRD), dialisa biasanya dimulai ketika
GFRnya sudah turun sampai 15ml/mnt.(2)
B. EPIDEMIOLOGI
Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes
mellitus. Pada sebagian penderita komplikasi ini berlanjut menjadi gagal ginjal
terminal yang memerlukan pengobatan cuci darah atau transplantasi ginjal.di
dalam laporan perhimpunan nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 1995,
disebutkan bahwa nefropati diabetik menduduki urutan nomer tiga (16,1%)
setelah glomerulonefritis kronik (30,1%) dan pielonefrotis kronik (18,51 %)
sebagai penyebab paling sering gagal ginjal terminal yang memerlukan cuci
darah di Indonesia.tingginya prevalensi nefropati diabetik sebagai penyebab
gagal ginjal terminal juga menjadi masalah dinegara lain. Dewasa ini, 35 %
C. ETIOLOGI
Secara ringkas, faktor-faktor etiologis timbulnya penyakit ginjal diabetik
sebagai berikut (4) :
a. Kurang terkendalinya kadar gula darah (gula darah puasa >140-160 mg/dl
(7,7-8,8 mmol/l)); A1C >7-8%.
b. Faktor-faktor genetis.
c. Kelainan hemodinamik ( peningkatan aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus, peningkatan tekanan intraglomerulus).
d. Hipertensi sistemik.
e. Sindroma resistensi insulin (sindroma metabolik).
f. Keradangan.
g. Perubahan permeabilitas pembuluh darah.
h. Asupan protein berlebih.
i. Gangguan metabolik.
j. Pelepasan growth factor.
k. Kelainan metabolisme karbohidrat/lemak/protein.
l. Kelainan struktural (hipertrofi glomerulus, ekspansi mesangium, penebalan
membran basalis glomerulus).
m. Gangguan pompa ion.
n. Hiperlipidemia (hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia).
o. Aktivasi protein kinase.
D. FAKTOR RESIKO
1.
Tidak semua pasien DM tipe I dan II berakhir dengan nefropati diabetika. Dari
studi perjalanan penyakit alamiah ditemukan beberapa faktor resiko antara lain
(5)
E. PATOFISIOLOGI
Nefropati diabetik pada individu dengan DM tipe 1 awalnya dicirikan oleh
penebalan membran basal tubular dan glomerular, dengan ekspansi mesangial
progresif menyebabkan penurunan progresif dari permukaan filtrasi glomerular.
Bersamaan dengan itu, perubahan morfologi interstisial juga terjadi, beserta
hialinisasi dari arteriol aferen dan eferen glomerulus. Ekspansi mesangial dapat
difus (glomerulosklerosis diabetik) atau dengan bidang ekspansi mesangial yang
sudah ditandai, membentuk zona berbentuk bundar dan fibriler, dengan inti di
palisade (glomerulosklerosis nodular, nodus Kimmelstiel-Wilson). Ekspansi
mesangial adalah lesi kritis yang mengarah ke pengembangan menjadi hilangnya
fungsi ginjal, kerusakan pada tubular glomerular junction, ke tubulus dan
interstisiel menentukan progresi ESRD.(6)
Kerusakan
podosit
juga
muncul
untuk
terlibat
dalam
proses
tanpa
perubahan
tubulointerstitial,
perubahan
arteriolar
atau
penting, berkorelasi dengan UAE, jumlahnya dalam plasma semakin tinggi secara
progresif menurut tingkat nefropati diabetik yang lebih tinggi. Ini defek awal
autoregulasi perfusi ginjal yang memudahkan albumin bocor dari kapiler ke
glomerulus ginjal, dan menyebabkan peningkatan kompensasi dari matriks
mesangial, penebalan membran basal glomerulus dan kerusakan podosit.
Albuminuria juga mengaktifkan serangkaian jalur inflamasi melalui sel tubular
dan mendukung proses ini. Selain itu, stres mekanis yang dihasilkan dari
hiperperfusi ginjal menyebabkan pelepasan sitokin (TNF- ), faktor pertumbuhan
(VEGF, TGF- 1), kolesterol dan trigliserida lokal yang menginduksi akumulasi
protein dari matriks ekstraseluler, yang mengarah ke ekspansi mesangial dan
glomerulosklerosis. Penurunan TGF- 1 dengan menghalangi sistem reninangiotensin-aldosteron menghambat perkembangan nefropati diabetik dan
mempertahankan morfologi glomerular.(6)
2. Hiperglikemia Dan Produk Lanjutan Dari Glikosilasi Non-Enzimatik
Hiperglikemia persisten merupakan faktor risiko yang kuat untuk nefropati
diabetik dan menyebabkan proliferasi sel mesangial dan matriksnya, serta
penebalan membran basal. Hiperglikemia meningkatkan ekspresi vascular
endothelial growth factor (VEGF) di podosit, menyebabkan peningkatan
permeabilitas vaskular. Hiperglikemia juga meningkatkan produk generasi lanjut
glikosilasi non-enzimatik dari protein melalui aktivasi jalur reduktase aldol dan
protein kinase C (PKC). Produk akhir glikosilasi non-enzimatik terikat pada
kolagen dan protein yang membentuk membran basal glomerulus dan membuat
barrier glomerular lebih permeabel terhadap bagian dari protein, sehingga UAE
meningkat.(6)
3. Sitokin
Serangkaian marker peradangan yang beredar seperti C reactive protein,
interleukin 1, 6 dan 18, dan faktor nekrosis tumor meningkat pada nefropati
diabetik, dan jumlahnya berkorelasi dengan albuminuria dan pengembangan
menjadi ESRD. Selain itu, hiperglikemia, TGF- 1 dan angiotensin II merangsang
sekresi VEGF, menyebabkan produksi oksida nitrat endotel, vasodilatasi dan
hiperfiltrasi glomerular. Hiperglikemia, mungkin dimediasi oleh stres oksidatif,
produk
AGEs
(Advanced
Glycosylation
End
Products).
3. Polyolpathway
dan
fibritic
cytokines
dan
infiltrasi
sel
mononuclear,
mengapa
pada
diabetes
yang
tidak
(8)
terkendali
tekanan
F. GAMBARAN KLINIK
Progresifitas kelainan ginjal pada diabetes militus tipe I (IDDM) dapat dibedakan
dalam 5 tahap (9):
1. Stadium I (Hyperfiltration-Hypertrophy Stage)
Secara klinik pada tahap ini akan dijumpai:
Hiperfiltrasi: meningkatnya laju filtrasi glomerulus mencapai 20-50% diatas
nilai normal menurut usia.
Hipertrofi ginjal, yang dapat dilihat melaui foto sinar x.
Glukosuria disertai poliuria.
Mikroalbuminuria lebih dari 20 dan kurang dari 200 ug/min.
2. Stadium II (Silent Stage)
Ditandai dengan:
Mikroalbuminuria normal atau mendekati normal (<20ug/min).
Sebagian penderita menunjukkan penurunan laju filtrasi glomerulus ke
normal.
Awal kerusakan struktur ginjal
3. Stadium III (Incipient Nephropathy Stage)
Stadium ini ditandai dengan:
Awalnya dijumpai hiperfiltrasi yang menetap yang selanjutnya mulai
menurun
Mikroalbuminuria 20 sampai 200ug/min yang setara dengan eksresi protein
30-300mg/24j.
Awal Hipertensi.
4. Stadium IV (Overt Nephroathy Stage)
Stadium ini ditandai dengan:
Proteinuria menetap (> 0,5gr/24j).
Hipertensi
Penurunan laju filtrasi glomerulus.
5. Stadium V (End Stage Renal Failure)
Pada stadium ini laju filtrasi glomerulus sudah mendekati nol dan dijumpai
fibrosis ginjal. Rata-rata dibutuhkan waktu15-17 tahun untuk sampai pada
stadium IV dan 5-7 tahun kemudian akan sampai stadiumV.
Ada perbedaan gambaran klinik dan patofisiologi nefropati diabetika antara
diabetes mellitus tipe I (IDDM) dan tipe II (NIDDM).
Mikroalbuminuria seringkali dijumpai pada NIDDM saat diagnosis
ditegakkan dan keadaan ini seringkali reversibel dengan perbaikan status
metaboliknya. Adanya mikroalbuminuria pada DM tipe II merupakan
prognosis yang buruk.
Tahap
1
Kondisi Ginjal
Hipertrofi
AER
LFG
TD
Prognosis
Reversibel
/N
Mungkin
Hiperfungsi
2
Kelainan struktur
reversibel
3
Mikroalbuminuria
persisten
Makroalbuminuria
Proteinuria
20-200
/N
mg/menit
>200
Mungkin
reversibel
Rendah
Hipertensi
mg/menit
Mungkin
bisa
stabilisasi
Uremia
Tinggi
<10
/Rendah
ml/menit
Hipertensi
Kesintasan
2 tahun +
50 %
Keterangan :
E. DIAGNOSIS10
Atas dasar penelitian kasus-kasus di Surabaya, maka berdasarkan
visibilitas, diagnosis, manifestasi klinik, dan prognosis, telah dibuat kriteria
diagnosis klasifikasi Nefropati Diabetika tahun 1983 yang praktis dan sederhana.
Diagnosis Nefropati Diabetika dapat dibuat apabila dipenuhi persyaratan seperti di
bawah ini:
1. DM
2. Retinopati Diabetika
3. Proteinuri yang presisten selama 2x pemeriksaan interval 2 minggu
tanpa penyebab proteinuria yang lain, atau proteinuria 1x pemeriksaan
plus kadar kreatinin serum >2,5mg/dl.
Data yang didapatkan pada pasien antara lain pada:
1. Anamnesis
Dari anamnesis kita dapatkan gejala-gejala khas maupun keluhan tidak khas dari
gejala penyakit diabetes. Keluhan khas berupa poliuri, polidipsi, polipagi,
penurunan berat badan. Keluhan tidak khas berupa: kesemutan, luka sukar
sembuh, gatal-gatal pada kulit, ginekomastia, impotens.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Mata
Pada Nefropati Diabetika didapatkan kelainan pada retina yang merupakan
tanda retinopati yang spesifik dengan pemeriksaan Funduskopi, berupa :
1. Obstruksi kapiler, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dalam
kapiler retina.
2. Mikroaneusisma, berupa tonjolan dinding kapiler, terutama daerah kapiler
vena.
3. Eksudat berupa :
a). Hard exudate. Berwarna kuning, karena eksudasi plasma yang lama.
b). Cotton wool patches.
Berwarna putih, tak berbatas tegas, dihubungkan dengan iskhemi
retina.
4). Shunt artesi-vena, akibat pengurangan aliran darah arteri karena obstruksi
kapiler.
5). Perdarahan bintik atau perdarahan bercak, akibat gangguan permeabilitas
mikroaneurisma atau pecahnya kapiler.
6). Neovaskularisasi
Bila penderita jatuh pada stadium end stage (stadium IV-V) atau CRF end
stage, didapatkan perubahan pada :
Cor menjadi cardiomegali
Pulmo menjadi oedem pulmo 11
3. Pemeriksaan Laboratorium
Proteinuria yang persisten selama 2 kali pemeriksaan dengan interval 2 minggu
tanpa ditemukan penyebab proteinuria yang lain atau proteinuria satu kali
pemeriksaan plus kadar kreatinin serum > 2,5 mg/dl.
F. PENATALAKSANAAN
1. Manajemen Utama (esensi)
a. Pengendalian hipertensi
1. Diet rendah garam (DRG)
Diet rendah garam (DRG) kurang dari 5 gram per hari penting untuk
mencegah retensi Na+ (sembab dan hipertensi) dan meningkatkan
efektivitas obat antihipertensi yang lebih proten.
2. Obat antihipertensi
Beberapa permasalahan yang harus dikaji sebelum pemilihan obat
antihipertensi antara lain :
a) Efek samping misal efek metabolik
b) Status sistem kardiovaskuler.
Miokard iskemi/infark
Bencana serebrovaskuler
c) Penyesuaian takaran bila sudah terdapat insufisiensi ginjal.
b. Antiproteinuria
1. Diet rendah protein (DRP)
DRP (0,6-0,8 gram per kg BB per hari) sangat penting untuk mencegah
progresivitas penurunan faal ginjal.
2. Obat antihipertensi
Semua obat antihipertensi dapat menurunkan tekanan darah sistemik,
tetapi tidak semua obat antihipertensi mempunyai potensi untuk
mengurangi ekskresi proteinuria.
a) Penghambat EAC
Banyak laporan uji klinis memperlihatkan penghambat EAC paling
efektif untuk mengurangi albuminuria dibandingkan dengan obat
antihipertensi lainnya.
b) Antagonis kalsium
Laporan studi meta-analysis memperlihatkan antagonis kalsium
golongan nifedipine kurang efektif sebagai antiproteinuric agent
pada nefropati diabetik dan nefropati non-diabetik.
2. Managemen Substitusi
Program managemen substitusi tergantung dari komplikasi kronis lainnya yang
berhubungan dengan penyakit makroangiopati dan mikroangiopati lainnya.
a) Retinopati diabetik = Terapi fotokoagulasi
b) Penyakit sistem kardiovaskuler
- Penyakit jantung kongestif
- Penyakit jantung iskemik/infark
c) Bencana serebrovaskuler = Stroke emboli/hemoragik
d) Pengendalian hiperlipidemia
- Dianjrkan golongan sinvastatin karena dapat mengurangi konsentrasi
kolesterol-LDL
G. PROGNOSIS
Secara
keseluruhan
makroalbuminuria
pada
prevalensi
kedua
tipe
dari
diabetes
mikroalbuminuria
melitus
dan
diperkirakan
30-
dan
makroalbuminuria
meningkatkan
mortalitas
kardiovaskular
pada
populasi
umum
nondiabetik.
Pasien
BAB III
KESIMPULAN
pengelolaan
nefropati
diaetik
adalah
mencegah
atau
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
of
Diabetic
Nephropathy.
Simposium
Nefropati
Diabetik.Konggres Pernefri.
9.