Berkepanjangan
Brigita Elsa Kabrahanubun
(201783054)
1. Anamnesis terpimpin terkait skenario
2. Epidemiologi CKD dan Etiologi CKD
3. Patomekanisme CKD bdsrkn riwayat penyakit
4. Pemeriksaan fisik pada CKD
5. Pemeriksaan penunjang pada CKD
6. Diagnosis banding CKD Tatalaksana CKD
7. Tatalaksana
8. Komplikasi
Anamnesis terpimpin terkait skenario
1. Identitas :
•
- nama : ny. Martha
- umur : 59tahun
- JK : wanita
- alamt : -
- pekerjaan :-
- Pasien mengeluh lemas, mual, muntah sejak 1 bulan terakhir . Disertai sesak nafas yang memberat 3 hari lalu.
- Pasien tidak menjalani pengobatan dengan baik. Hanya minum obat warung
Epidemiologi
Etiologi
Patomekanisme CKD bdsrkn riwayat penyakit
Pathogenesis
Pemeriksaan fisik pada CKD
Asidosis
Analisa gas metablok (pH
darah
↓, HCO3 ↓)
Urinalisa Sedimen urin : sel
tubulus ginjal,
Albumin urin
Pemeriksaan penunjang pada CKD sedimen eritrosit,
Protein urin leukosit, sedimen
kuantitatif 24 granuler kasar,
jam eritrosit dismorfik
USG Abdomen
Pemeriksaan BNO-IVP
Penunjang
Biopsi ginjal
EKG
Cegah
Röntgen thorax
Komplikasi
echocardiography
Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW. Current medical diagnosis &
treatment 2017 56th edition. United States: McGraw-Hill Education; 2017.
Nilai normal: Nilai normal:
Hb : 11,5 - 16,5
Hematokrit : 35 - 55%
Trombosit : 100.000 – GDS 80 - 100
400.000
Lekosit : 5 – 10 ribu/ul Fungsi hati:
SGOT L :9 - 49, P : 10 - 31
SGPT L : 9 – 43 , P : 9 - 36
MCV 75 - 100
MCH 25 - 35
MCHC 31 - 38
Fungsi
Ginjal: 10 – 50 mg/dl
Ureum 0,5 – 0,9 mg/dl
Kreatinin
• Gambaran radiologis penyakit ginjal kronik meliputi :a. Foto polos abdomen, bisa
tampak batu radio opak.
• b. Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa melewati
filter glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras
terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
• c. Pielografi antegrad atau retrograde dilakukan sesuai dengan indikasi.
• d. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks
menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi
• e. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjalan bila ada indikasi
• Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologis Ginjal
• Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan
ukuran ginjal yang masih mendekati normal, dimana didiagnosis secara
non invasive tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan
untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis dan
mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Biopsi ginjal indikasi kontra
dilakukan pada keadaan dimana ukuran ginjal yang sudah mengecil
( contracted kidney ), ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali,
infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal napas dan obesitas.
Stadium gagal ginjal kronik
Hasil Perhitungan GFR Pasien :
Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group. KDIGO 2012
clinical practice guideline for the evaluation and management of chronic kidney disease.
Kidney Int Suppl. 2013;3:1–150.
Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group.
KDIGO 2012 clinical practice guideline for the evaluation and management
of chronic kidney disease. Kidney Int Suppl. 2013;3:1–150.
Albuminuria
Rumus Estimasi LFG
Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J.
Harrison’s principles of internal medicine 19 th edition. United States:
McGraw-Hill Education; 2015.
Tatalaksana
Terapi…
Review terapi pada setiap kunjungan :
Penyesuaian dosis didasarkan pd derajat fungsi ginjal
Deteksi efek samping potensial pd fungsi ginjal atau komplikasi
GGK
Deteksi interaksi obat
Secara umum, pasien dgn GFR <
30ml/min/1,73m2 dirujuk ke nephrologist
TATALAKSANA TERAPI – DIABETIK PASIEN
NON-FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI
evaluasi pembatasan diet Terapi Insulin intensif
protein : Pemberian insulin 3 kali
Rekomendasi The atau lebih sehari
National Kidney Target glukosa darah
Foundation : asupan prepandrial 70-120
protein pd px dg GFR < mg/dL, postpandrial < 180
25 ml/menit = 0,6 mg/dL
g/kg/hari Kontrol hipertensi yg
pembatasan diet optimal
garam JNC-7
diet garam dpt merekomendasikan target
meningkatkan BP, GFR, tekanan darah <130/85
dan menurunkan aliran mmHg
plasma ginjal
EVALUASI OUTCOME TERAPI – GGK DIABETIK
TATALAKSANA TERAPI – NONDIABETIK PASIEN
NONFARMAKOLOGI FARMAKOLOGI
Meta analysis & RCTs Antihipertensi
penurunan asupan protein Intervensi lain utk
px gg ginjal ringan-berat membatasi progesifitas
dpt menunda onset GGT penyakit :
& menurunkan kematian ±
40% Tx hiperlipidemia
The Modification of Diet Tx anemia
in Renal Disease
px dgn GFR < 25
ml/min/1,73m2, dg
asupan 0,6 g/kg/hari
signifikan menurunkan
progresifitas ginjal (±41%
/ 0,2g/kg/hari)
EVALUASI OUTCOME TERAPI – GGK NON DIABETIK
MANAJEMEN KOMPLIKASI GGK
Hiperlipidemia
DYSLIPIDEMI GOAL TX AWAL TX ALTERNATIF
A (mg/dL) MODIFIKASI
(mg/dL)
TG ≥ 500 TG < 500 TLC TLC+fibrat/niac Fibrat/niacin
in
LDL 100-129 LDL < 100 TLC TLC+statin Bile acid
dosis sequestra
rendah n / niacin
LDL ≥ 130 LDL < 100 TLC + statin TLC + statin Bile acid
dosis rendah dosis maksimal sequestra
n / niacin
TG ≥ 200 Non-HDL TLC + TLC + statin Fibrat / niacin
mg/dL & < 130 statin dosis
non- HDL dosis maksimal
≥ 130 rendah
mg/dL
KOMPLIKASI GGK – ANEMIA
•PENYEBAB
Menurunnya produksi hormon TUJUAN
EPO oleh sel progenitor di ginjal Meningkatkan kapasitas
(90%) membawa O2
EPO meningkat eksponen dengan
penurunan hematokrit
Menurunkan dyspnea, orthopnea,
fatigue & mencegah konsekuensi
Menurunnya lama hidup sel jangka panjang (LVH)
darah merah
Uremia
Target
Hb : 11-12 g/dL (Hct 33-36%)
Defisiensi besi Tsat : 20-50%
Kehilangan darah krn test Ferritin serum : 100-800 ng/ml
• laboratorium
EVALUASI PASIEN
Evaluasi anemia jika GFR < 60 ml/min (stage 3)
Premenopouse < 11g/dL
Menopouse & laki-laki < 12 g/dL
Evaluasi
Pendarahan
Defisiensi vitamin B12
Penyakit lain yg menyebabkan anemia (HIV)
Jml sel darah merah, retikulosit, MCV, besi serum, TIBC &
ferritin serum
Defisiensi besi – anemia microcytic (MCV turun)
Def vit B12 & folat – anemia macrocytic (MCV meningkat)
Tsat = (besi serum/TIBC) x 100
TATALAKSANA TERAPI ANEMIA
Tujuan terapi :
Mencegah sHPT & ROD serta konsekuensinya
(kardiovaskuler, kalsifikasi)
Strategi terapi :
Manajemen PTH
Manajemen keseimbangan fosfor dan kalsium
Meminimilasi pemberian aluminium
Tatalaksana terapi
NON FARMAKOLOGI
Diet pembatasan fosfor : 800-1000 mg/hari
Parathyroidectomy
Pilihan terakhir pasie dengan sPTH
FARMAKOLOGI
Agen pengikat fosfat
Komponen mengandung kalsium, aluminium, magnesium
Sevelamer hydroklorida
Vitamin D
Calcitriol & analog (paricalcitol, doxercalciferol, 1-α-
hydroxyvitamin D3)
Farmakologi
• Menekan sekresi PTH dg stimulasi absorbsi kalsium (&fosfor)
oleh sel intestinal
• Aktivitas langsung pd kel.parathyroid – menurunkan sintesis
PTH