i
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan
rahmat-Nya, kami staf bidang Pendidikan dan Latihan PTBMMKI periode
2018/2019 dapat merampungkan Buku Kurikulum Pendidikan dan Latihan
PTBMMKI edisi 5, dengan baik dan tepat waktu.
Buku kurikulum PTBMMKI edisi 5 ini merupakan salah satu program kerja
dari staf Pendidikan dan Latihan PTBMMKI periode 2018/2019. Buku ini mengacu
dan menjabarkan isi dari Draft Kurikulum PTBMMKI 2018/2019.
Mengingat kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan,
kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan di dalam
buku ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun juga sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan buku ini.
Hormat Kami,
ii
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Staf BPP dan DPO PTBMMKI 2018/2019 yang telah membantu dan
memberikan saran yang membangun selama proses penyempurnaan buku
ini.
2. Staf Pendidikan dan Latihan PTBMMKI sebelumnya yang telah berusaha
membuat buku ini menjadi lebih baik.
3. Staf Pendidikan dan Latihan PTBMMKI 2018/2019 yang selalu
memberikan motivasi serta dukungan selama proses penyempurnaan
buku ini.
4. Dokter-dokter yang telah berpartisipasi dalam penyusunan dan
penyempurnaan buku tahun ini
- dr. Decky Aditya Zulkarnaen
- dr. Muthi’ah Ramadhani Agus
- dr. Nizar D Rahmatullah
- dr. Sevri Yunata
- dr. Vina Nadiyah Hajjah
- dr. Hitaputra Agung Wardhana, Sp.B.,FINACS.
- dr. Ony Angkejaya, Sp.An.,M.Kes.
- dr. Sahat Edison Sitorus, Sp.BS(K).,M.Epid.
iii
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
UCAPAN TERIMAKASIH iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv
MATRA KURIKULUM PTBMMKI 2018/2019 v
KOMPETENSI UTAMA
A. MATRA MEDIS EMERGENSI ............................................................................. 1
A.1 Initial assessment .......................................................................................... 2
A.2 Basic life support .......................................................................................... 19
A.3 Advanced trauma life support ...................................................................... 47
A.4 Trauma muskuloskeletal .............................................................................. 77
A.5 Resusitasi cairan........................................................................................... 113
A.6 Syok .............................................................................................................. 122
A.7 Trauma lingkungan ...................................................................................... 145
A.8 Envenomasi .................................................................................................. 167
A.9 Intoksikasi .................................................................................................... 198
A.10 Basic surgical skill ....................................................................................... 211
B. MATRA MEDIS NON-EMERGENSI ................................................................... 241
B.1 Anamnesis………………………................................................................ 242
B.2 Pemeriksaan fisik ………………................................................................ 247
B.3 Farmakologi praktis ………………............................................................. 273
B.4 Kasus medis non-emergensi ......................................................................... 279
B.5 Sirkumsisi ..................................................................................................... 292
KOMPETENSI TAMBAHAN
A. MATRA MANAJEMEN ........................................................................................ 308
A.1 Disaster management ................................................................................... 309
A.2 Manajemen operasional lapangan ................................................................ 337
B. MATRA PENUNJANG .......................................................................................... 343
B.1 Navigasi darat ............................................................................................... 344
B.2 Kemunikasi lapangan ................................................................................... 363
B.3 Evakuasi medis darat .................................................................................... 384
B.4 Evakuasi medis perairan ............................................................................... 402
B.5 Teknik survival ............................................................................................ 417
B.6 Manajemen perjalanan .................................................................................. 440
B.7 E-SAR .......................................................................................................... 448
C. MATRA ORGANISASI .......................................................................................... 459
C.2 Kepemimpinan dan kedipimpinan ................................................................ 460
LAMPIRAN DRAFT KURIKULUM PTBMMKI 2018/2019
iv
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
MATRA KURIKULUM
PTBMMKI 2018/2019
v
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
4. Matra Penunjang
Navigasi darat
Komunikasi lapangan
Evakuasi medis darat
Evakuasi medis perairan
Teknik survival
Manajemen perjalanan
E-SAR
5. Matra Organisasi
Pendidikan organisasi unit PTBMMKI
Analisis SWOT dan Pembukuan SOP
Manajemen Waktu dan Prioritas Kerja
Pendidikan organisasi wilayah PTBMMKI
Pendidikan organisasi nasional PTBMMKI
Kepemimpinan dan Kedipimpinan
vi
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
KURIKULUM PTBMMKI
2018/2019
vii
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
MATRA MEDIS
EMERGENSI
1
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
INITIAL ASSESSMENT
1. Scene survey
Langkah pertama dalam prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan adalah dengan
meninjau kondisi medan penyelamatan atau lokasi kejadian. Keselamatan diri, partner
kerja, dan orang lain di sekitar lokasi kejadian selalu menjadi prioritas utama. Sebelum
menjangkau korban, periksa kemungkingan adanya bahaya bagi penolong. Jangan
memaksakan jika kondisi tidak memungkinkan. Tahapan scene survey, antara lain:
A. Memastikan keadaan lingkungan
Consider
Mempertimbangkan segala informasi mengenai medan penyelamatan
dari orang-orang sekitar. Misalnya informasi dari saksi mata kejadian
yang terpercaya.
Observe
Mengamati secara langsung kondisi medan seperti binatang buas,
orang-orang mencurigakan, jalan keluar penyelamatan, dan lain-lain.
Think
Selalu memikirkan rencana cadangan jika terjadi perubahan situasi.
Misalnya keadaan cuaca yang memburuk atau terjadi bencana susulan.
B. Memastikan kesadaran dari korban
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus
melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien, dapat
dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan
lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil
memanggil namanya atau Pak !!! / Bu!!! / Mas!!!/Mbak !!!.
C. Meminta pertolongan.
Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan,
segera minta bantuan dengan cara berteriak "Tolong !!!" untuk mengaktifkan
sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.
D. Memperbaiki posisi korban/pasien.
Untuk melakukan tindakan bantuan hidup dasar (BHD) yang efektif,
korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang
rata dan keras. Jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap,
ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. Ingat! penolong harus membalikkan
korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan
secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus
dipertahankan pada posisi horizontal dengan alas tidur yang keras dan kedua
tangan diletakkan di samping tubuh.
2
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Triase
2.1 Definisi
Sistem triase adalah upaya pemilahan prioritas pasien berdasarkan urgensi
dilakukannya tatalaksana dan pertimbangan sumber daya yang tersedia untuk
tatalaksana tersebut. Hal ini didasarkan pada prioritas ABC (Airway dengan
proteksi cervical spine, Breathing, Circulation dengan kontrol perdarahan).
Dalam triase perlu dilakukan pencatatan usia, tanda vital, mekanisme cedera,
urutan kejadian, dan perjalanan penyakit pada fase pra Rumah Sakit.
Peningkatan pelayanan kesehatan diperlukan pada kasus ketidakstabilan tanda
vital, kelainan jantung paru, cedera multiple, usia lanjut, dan cedera neurologis
berat yang diderita sebelumnya. Apabila terjadi peningkatan atau perburukan,
dilakukan retriase.
2.2 Klasifikasi insiden sistem triase
Sistem triase juga meliputi pemilahan pasien di lapangan untuk penentuan
mobilisasi ke fasilitas kesehatan. Sistem ini menjadi tanggung jawab dari
personal di fase pra rumah sakit. Situasi triase terklasifikasi menjadi:
Multiple Casualties
Insiden meliputi lebih dari satu pasien yang jumlah dan keparahannya
tidak melebihi kepabilitas penyedia tatalaksana kesehatan. Pada kondisi
ini, pasien dengan masalah kesehatan yang mengancam jiwa dan
gangguan multi sistem organ menjadi prioritas utama
Mass Casualties
Pada insiden masal ini, jumlah pasien dan keparahan masalah kesehatan
melebihi kapabilitas penyedia tatalaksana kesehatan. Dalam situasi ini,
pasien dengan kemungkinan bertahan hidup (survival rate) terbesar dan
memerlukan sumber daya (waktu, peralatan, sumber daya manusia, dan
suplai lain) terkecil menjadi prioritas utama.
2.3 Prinsip triase
Berikut adalah prinsip -prinsip sistem triase, antara lain:
Derajat keparahan/ancaman jiwa
Prioritas lebih diberikan kepada pasien dengan gangguan sirkulasi dan
neurologis ketimbang pasien dengan ancaman gangguan jalan napas jika
dilihat dari perspektif tingkat kemungkinan hidup.
Derajat keparahan cedera
Sebagai contoh, prioritas lebih diberikan kepada pasien dengan fraktur
terbuka disertai perdarahan ketimbang pasien dengan fraktur tertutup
salah satu tulang.
Kemungkinan bertahan hidup
Prioritas utama tidak selalu diberikan kepada pasien dengan cedera
hebat, namun juga memerlukan pertimbangan kemungkinan bertahan
hidup pasien tersebut.
Sumber daya
3
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Pasien dengan kebutuhan yang melebihi kapabilitas tersedianya sumber
daya mendapatkan prioritas lebih rendah hingga terpenuhinya
kebutuhan sumber daya.
Faktor waktu, jarak, dan lingkungan
Prioritas lebih diberikan kepada cedera yang dapat ditangani dalam
waktu singkat walaupun cedera tersebut tergolong ringan dan memiliki
ancaman jiwa minimal. Faktor jarak dan lingkungan menuju fasilitas
kesehatan definitif menjadi bahan pertimbangan untuk efisiensi waktu.
2.4 Tag triase
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase
untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap
korban.
4
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang
berkala (cedera jaringan lunak, fraktur dan dislokasi ekstremitas, cedera
maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat darurat psikologis).
3. Primary survey
Primary survey adalah penilaian awal terhadap pasien bertujuan untuk mengidentifikasi
dan memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupannya. Sebelum
melakukan pertolongan, seorang penolong wajib mengetahui keadaan yang terjadi
terhadap pasien. Untuk itu, penolong harus melakukan berbagai penilaian awal yang
terdiri dari DR-ABCDE.
D (Danger rescue). Memastikan bahwa situasi aman dalam melakukan
pertolongan pertama. Komponen dalam danger rescue ada 3A, yaitu:
- Amankan diri sendiri
- Amankan lingkungan
- Amankan pasien
Sebelum melakukan pertolongan penolong wajib mengamankan diri sendiri dan
orang sekitar, jika sudah memungkinkan dan aman baru dapat melakukan
pertolongan. Dalam mengamankan diri sendiri, ada beberapa alat perlindungan
diri (APD), seperti:
a. Helm, untuk melindungi kepala.
b. Masker, untuk mengurangi paparan polusi udara terhadap kesehatan
serta untuk menghindari penyakit yang bersifat menular.
c. Masker RJP, berguna pada saat memberikan napas bantuan ketika
melakukan RJP.
d. Kacamata pelindung, berfungsi melindungi mata dari percikan darah
atau partikel lainnya saat menolong pasien.
e. Baju pelindung.
f. Sarung tangan lateks, karena tangan merupakan bagian tubuh pertama
yang langsung melakukan kontak dengan pasien, sarung tangan lateks
efektif untuk mengurangi risiko terjadinya penularan infeksi.
Penggunaan APD harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan saat
menolong korban.
R (Response). Kemudian penolong memeriksa respon korban. Respon korban
dibagi menjadi 4 tingkat (AVPU), yaitu :
a. Alert : korban sadar dan bisa diajak berkomunikasi
b. Responsive to verbal: korban membuka mata setelah diberi rangsangan
suara
c. Responsive to pain: korban membuka mata setelah diberi rangsangan
nyeri, misal dengan ditekan taju pedang
d. Unresponsive: korban tidak membuka mata meskipun diberi
rangsangan suara maupun nyeri
A (Airway)
a. Membuka jalan napas
5
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan
epiglotis akan menutup faring dan laring, inilah salah satu penyebab
sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat
dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu (head tild - chin
lift) dan manuver pendorongan mandibula (jaw thrust). Teknik
membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang awam dan
petugas kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu, namun
demikian petugas kesehatan harus dapat melakukan manuver lainnya.
6
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan
sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari
telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan teknik cross
finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada
mulut korban.
INGAT!
7
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
adalah 700-1000 ml (10ml/kg) atau sampai dada korban/pasien terlihat
mengembang serta mendengar dan merasakan udara yang keluar pada
ekspirasi. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan
menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup.
Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 - 17%. Penolong
juga harus memperhatikan respon dari korban/pasien setelah diberikan
bantuan napas. Cara memberikan bantuan pernapasan :
1. Mulut ke mulut
Pemakaian alat pelindung dan masker tetap merupakan pilihan
utama. Keputusan untuk melakukan pernapasan buatan dari
mulut ke mulut bersifat personal. Bantuan pernapasan dengan
menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan efektif
untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada saat
dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus
mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong
harus dapat menutup seluruhnya mulut korban dengan baik agar
tidak terjadi kebocoran saat menghembuskan napas dan juga
penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan
ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali
dari hidung. Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi
yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki
lambung, sehingga terjadi distensi lambung. Selain itu terdapat
bahaya bagi penolong yaitu penyebaran penyakit, kontaminasi
bahan kimia dan muntah penderita.
8
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut
korban/pasien.
3. Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma)
yang menghubungkan trakea langsung ke kulit. Bila pasien
mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi
dari mulut ke stoma.
C (Circulation)
Terdiri atas 3 penemuan klinis
a. Tingkat kesadaran. Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat
berkurang yang akan mengakibatkan penurunan kesadaran.
b. Warna kulit. Warna kulit dapat memberikan diagnosis hipovolemia.
Pasien trauma dengan warna kulit kemerahan terutama pada wajah dan
ekstrimitas jarang dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya, jika wajah
pucat keabu-abuan dan kulit ekstrimitas pucat merupakan tanda
hipovolemia.
c. Nadi. Periksalah pada nadi yang besar seperti a. femoralis atau a. karotis.
Nadi yang tidak cepat, teratur dan kuat menandakan normovolemia,
9
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
biasanya nadi yang tidak teratur merupakan tanda gangguan jantung dan
tidak ditemukan pulsasi pada arteri besar yang merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi segera untuk memperbaiki volume dan cardiac
output.
Cara pemeriksaan a. carotis dapat ditentukan dengan meraba a. karotis
di daerah leher korban/pasien, dengan dua jari tangan (jari telunjuk dan
tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trakea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-
kira 1-2 cm, raba dengan lembut selama 5-10 detik. Jika teraba denyutan
nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan
melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai
pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan
pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas. Jika tidak teraba
nadi dalam 10 detik, mulai lakukan kompresi dada (RJP).
D (Disability)
Penilaian meliputi tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda
lateralisasi dan tingkat cedera spinal. Penurunan kesadaran dapat disebabkan
oleh trauma langsung pada otak atau penurunan oksigenasi ke otak, jika terjadi
penurunan harus dilakukan reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi
dan perfusi. Penolong menentukan nilai prioritas kesadaran korban dengan :
a. Metode AVPU. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian Response
(R).
b. Pemeriksaan GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) adalah sistem skoring yang sederhana dan
dapat menilai derajat/tingkat kesadaran penderita dengan kriteria yang
10
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
secara kuantitatif dan terpisah yaitu respon membuka mata (E), respon
motorik terbaik (M), dan respon verbal terbaik (V). Penilaian GCS dapat
dilihat pada tabel 1.
11
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Interpretasi penilaian GCS terhadap derajat cedera kepala dapat dilihat
pada tabel 2.
c. Respon Pupil
Penolong menilai pupil korban dengan menggunakan pen light yang
digerakan dari lateral ke medial pada kedua mata. Hal yang harus
diamati:
Ukuran pupil (dalam millimeter)
Respon terhadap cahaya : ada/tidak,
cepat/lambat,isokor/anisokor.
E (Exposure)
Seluruh pakaian pasien dibuka dengan cara mengguntingnya untuk
memfasilitasi pemeriksaan dan evaluasi keseluruhan pasien. Setelah dibukanya
pakaian pasien, perlu penghangatan tubuh pasien untuk menghindari terjadinya
hipotermia. Penghangatan dicapai dengan cara menyelimuti tubuh pasien
dengan selimut hangat, administrasi cairan intravena yang telah dihangatkan,
dan menjaga suhu lingkungan (contohnya ruangan tatalaksana) tetap cukup
hangat.
4. Secondary survey
Survey sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik lanjutan yang dilakukan
setelah survey primer (ABCDE), dimana masalah yang berbahaya dan mengancam
kehidupan pasien telah teratasi. Survey sekunder dilakukan dengan mengevaluasi
pasien dari ujung kepala hingga ujung kaki, serta meninjau ulang tanda vital pasien.
4.1 Anamnesis
Anamnesis yang lengkap penting dalam mengecek mekanisme kecelakaan pada
pasien. Anamnesis dilakukan terhadap pasien langsung (bila memungkinkan)
atau terhadap personil lain yang mengantarkan pasien. Singkatan SAMPLE
menjadi pedoman untuk anamnesis, yaitu: Sign and Symptoms, Allergies,
Medications currently used, Past illnesses/pregnancy, Past meal,
Events/environment related to the injury.
4.2 Pemeriksaan fisik kepala
Survey sekunder dimulai dengan mengevaluasi dan mengidentifikasi adanya
trauma pada sistem saraf atau trauma signifikan lainnya, yaitu dengan
menelusuri laserasi, kontusio, atau tanda fraktur. Trauma kepala sering kali
disertai edema di sekitar mata. Hal lain yang perlu diperiksa pada mata yaitu:
tajam pengelihatan, ukuran pupil, perdarahan pada konjungtiva atau fundus,
luka tusuk, lensa kontak (harus dilepas), dislokasi lensa, atau malposisi okular.
12
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Pemeriksaan wajah meliputi palpasi struktur tulang, mencari tanda oklusi,
menilai rongga mulut dan jaringan lunak.
4.3 Pemeriksaan fisik leher
Pasien dengan trauma kepala atau wajah dianggap mengalami cedera servikal
juga, sehingga pada kondisi demikian dilakukan fiksasi leher. Sebagai catatan,
cedera servikal tidak selalu disertai defisit neurologis. Cedera servikal dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi (CT scan) dan dapat pula ditemukan
secara klinis. Pemeriksaan leher lengkap meliputi inspeksi, palpasi, dan
auskultasi a. carotis. Kelainan yang mungkin ditemukan, yaitu nyeri pada
servikal, emfisema subkutis, deviasi trakea, dan fraktur laring.
4.4 Pemeriksaan fisik toraks
Pemeriksaan toraks depan dan belakang dilakukan dengan inspeksi, palpasi, dan
auskultasi. Kelainan yang dapat ditemukan seperti pneumothorax, flail chest,
dan fraktur pada struktur toraks. Manifestasi klinis pada cedera toraks di
antaranya adalah nyeri, dyspnea, dan hipoksia. Tanda lain seperti kontusio,
hematoma, nyeri tekan, dan peningkatan JVP juga perlu dievaluasi.
Pada pasien dengan tension pneumothorax perlu dilakukan dekompresi jarum
(needle decompression) segera. Tension pneumothorax ditandai dengan
berkurangnya suara napas, perkusi hipersonor, dan syok.
4.5 Pemeriksaan Fisik Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi, dapat
ditemukan memar, penetrasi, atau benda asing. Pemeriksaan palpasi dilakukan
untuk menemukan tanda inflamasi (bengkak, nyeri) atau tanda pemadatan.
Kelainan tersebut dapat terjadi secara lokal pada satu atau lebih region
abdomen.
4.6 Pemeriksaan Fisik Regio Genital, Perineum dan Rektum
Cedera pada struktur ini dapat ditandai dengan inkontinensia urin, hematoma,
laserasi, dan perdarahan uretra. Khususnya pada pria, dapat ditemukan
priapismus akibat cedera spinal. Pemeriksaan vagina dilakukan pada pasien
perempuan dengan risiko tinggi cedera vagina, misalnya pada wanita yang
mengalami fraktur pelvis.
4.7 Pemeriksaan Fisik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan dilakukan dengan look, feel, move pada ekstremitas atau struktur
terkait untuk menemukan tanda deformitas, bengkak, perdarahan, dan
timbulnya perubahan warna. Fungsi motorik dan sensorik juga menjadi poin
penting untuk dinilai
4.8 Pemeriksaan Fisik Sistem Saraf
Pemeriksaan neurologis bertujuan untuk menentukan status mental pasien, atau
ada tanda kelainan seperti pusing, sakit kepala, sinkop, fasikulasi atau
kelumpuhan pada otot.
13
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Evakuasi merupakan perpindahan korban ke tempat yang lebih aman dan
memiliki fasilitas yang memadai, untuk menghindari cedera lebih lanjut,
menyelamatkan jiwa, dan membantu proses penyembuhan. Tiga aspek yang
perlu diperhatikan pada evakuasi, yaitu: safety, mobility, dan medical condition.
Safety
Dalam melakukan transportasi keamanan lingkungan, korban, dan diri
sendiri selalu jadi perhatian pertama. Keamanan didapatkan dengan
mempersiapkan alat pelindung diri yang memadai, peralatan yang akan
digunakan, hingga kekuatan kita sendiri. Jangan lupa juga tentang
keselamatan korban dan orang-orang sekitar.
Mobility
Pada saat melakukan evakuasi, penolong harus mengetahui jarak,
waktu, rute, hingga rintangan menuju lokasi yang dituju. Penolong dan
alat yang digunakan harus memadai untuk melakukan perpindahan.
Medical Condition
Ketika akan mengevakuasi, pastikan ABC korban sudah dalam keadaan
baik, perdarahan sudah ditangani, fraktur sudah diimobilisasi. Singkat
kata, lakukan evakuasi ketika keadaan pasien sudah stabil. Akan tetapi,
poin ini juga dipertimbangkan dengan apa yang terjadi pada lingkungan.
Evakuasi segera pada pasien dapat dilakukan pada kondisi khusus
seperti gempa bumi, kebakaran, mobil terbakar, ledakan, gedung runtuh,
paparan bahan kimia berbahaya, dll, yang mungkin menimbulkan
bencana susulan.
Prinsip pengangkatan korban pada saat evakuasi, yakni: memahami kemampuan diri
sendiri dan teknik, meminta bantuan orang lain jika memungkinkan, mengangkat
dengan kekuatan terutama berasal dari paha, dan tahapan perpindahan serta reposisi
dalam kondisi terkontrol dan di bawah satu komando.
5.2 Klasifikasi
Teknik evakuasi dan transportasi korban dapat
diklasifikasikan berdasarkan jumlah penolong
Teknik Evakuasi dengan Penolong 1 Orang
1. Ankle Drag
Metode ini sebenarnya yang paling dihindari karena memiliki
risiko cukup besar. Boleh dilakukan jika permukaan rata dan
tidak ada barang-barang di sekitar daerah transpor. Perhatikan
posisi tangan dan kepala korban, jangan sampai keduanya rawan
menabrak sesuatu.
14
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Shoulder Drag
- Lebih dipilih daripada ankle drag karena pada
tekniknya sekaligus dengan memfiksasi kepala
korban
- Membawa pasien dengan metode ini akan kebih
menguras energi karena terjadi perubahan posisi
penolong (jongkok, bungkuk, setengah berdiri)
terus menerus.
3. Blanket Pull
- Dilakukan dengan cara menyeret korban. Tidak harus
menggunakan selimut, bisa dengan barang lain yang
menutupi bagian tepi (bagian yang terkena permukaan
dasar alas) tubuh korban.
- Punggung penolong harus tetap lurus
4. Fireman Drag
- Teknik ini menjadi preferensi ketika mengevakuasi
pada daerah sempit, pendek, kecil, dan kebakaran.
- Dilakukan dengan memfiksasi lengan korban
5. Craddle Lift
- Kekuatan penolong mutlak harus lebih dari
kekuatan korban.
- Teknik: tangan penolong berada di punggung dan bawah lutut
6. Pack-strap Carry
- Teknik: penolong berjalan agak bunguk. Tangan korban
disilang, lengan korban sedekat mungkin dengan dada
penolong
- Metode ini dapat digunakan untuk mengangkat korban jarak
jauh, tetapi harus melihat proposi tubuh dimana penolong harus
lebih tinggi dari korban.
15
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
7. Firefighter Carry
- Dapat dilakukan jika korban tidak memiliki cedera vertebra.
- Teknik yang paling dipilih untuk evakuasi jarak jauh. Satu
tangan yang bebas dapat lebih leluasa sehingga bisa digunakan
untuk membuka pintu, menggeser
barang, meminta jalan, dll.
- Teknik: Tangan penolong mengikat
tungkai korban, korban ditumpu di satu
bahu
Teknik Evakuasi dengan
Penolong 2 Orang
1. Person drag/human crutch
- Bisa dilakukan pada korban yang
sadar atau tidak sadar.
- Perpindahannya dilakukan dalam satu komando, misal: “luar,
dalam, luar, dalam, dst”
- Teknik: memegang pinggang korban untuk membantu
mengangkat, kemudian kaki korban ditempatkan di atas kaki
penolong
4. Chair Carry
16
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
- Berbeda dengan sebelumnya, metode ini menggunakan kursi yang kokoh. Dapat
dilakukan ketika mengevakuasi naik-turun tangga, dan dalam jarak jauh
- Pastikan korban tidak mengalami cedera servikal atau cedera punggung
5. Extremity Lift
- Pastikan korban tidak mengalami cedera servikal atau tungkai.
- Teknik: posisikan tubuh korban sedekat mungkin dengan tubuh kita, fiksasi tangan
korban dengan cara menyilangkan
- Teknik ini biasanya digunakan untuk transportasi jarak dekat.
17
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
American College of Emergency Physicians. 2014. First Aid Manual 5ed. New
York : Dorling Kindersley Limited.
18
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
19
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
20
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Periksa Kesadaran
Bagi awam, periksa kesadarah hanya dilakukan secara subjektif
menentukan pasien ini sadar atau tidak sadar. Penilaian awam ini dapat
melihat apakah mata korban terbuka atau tidak. Jika korban tidak
membuka mata setelah dipanggil atau digoyangkan badannya maka
dapat dikatakan korban tidak sadar. Berbeda dengan awam, tenaga
kesehatan setidaknya dapat menggunakan pemeriksaan level kesadar
AVPU.
A: Alert (Awas)
Voice (Respon terhadap suara)
Pain (Respon terhadap nyeri)
Unresponsive (tidak memberikan respon)
A atau Alert artinya level kesadaran pasien masih baik, yakni
dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Korban yang alert dapat
mengetahui keberadaan orang-orang sekitarnya. Seperti misalnya,
ketika enolong datang korban dapat menoleh kearah penolong. Level
kesadaran Voice artinya pasien memberikan respon ketika dirangsang
dengan suara. Contohnya seorang korban yang bangaun ketika
dipanggil,” Pak, Pak bangun, pak”. Level kesadaran Pain adalah korban
tidak sadar dengan respon suara namun sadar dengan respon nyeri.
Nyeri yang diberikan pada pasien dapat dilakukan dengna cara menekan
kuku dengan pensil, menekan daerah sternum dengan keras di satu titik,
atau menekan fossa supra orbita. Jika dengan meberikan rangsangan
suara dan nyeri korban masih tidak dapat bangun maka level kesadaran
korban adalah unresponsive. Walapun dengan cara yang berbeda
memeriksa kesadaran harus dilakukan dengan cepat untuk
mempercepat pertolongan yang didapatkan korban.
Panggil Bantuan
21
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Algoritma BLS
22
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. PENATALAKSANAAN AIRWAY
Penilaian keadaan pasien dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan jenis
perlukaan, tanda vital dan mekanisme trauma. Pada pasien yang terluka parah,
terapi diberikan berdasarkan prioritas. Gangguan airway dapat timbul secara
mendadak dan total, perlahan-lahan ataupun sebagian, progresif maupun
berulang. Airway merupakan prioritas utama pada critical care karena jika
airway tersumbat, artinya aliran udara nafas tidak ada dan tidak beredarnya
oksigen dalam sirkulasi darah, sehingga organ-organ vital mengalami
penurunan fungsi. Pemeriksaan jalan nafas dilakukan untuk memastikan jalan
nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Kelancaran jalan nafas dinilai
meliputi obstruksi yang disebabkan oleh: benda asing, fraktur tulang wajah,
fraktur maksila/mandibula, fraktur laring dan fraktur trakhea. Usaha untuk
membebaskan airway harus melindungi vertebrae cervical.4
Pengelolaan
23
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
24
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
25
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3. PENATALAKSANAAN BREATHING
Memastikan pasien bernafas taua tidak dilakukan dengan cara:4
Look Lihat apakah ada tanda jejas, gerakan dada (gerakan bernafas),
apakah gerakan tersebut simetris, penggunaan otot bantu nafas,
frekuensi nafas, retraksi sela iga, sianosis pada kuku atau bibir.
26
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Listen Dengarkan apakah suara nafas normal, apakah ada suara nafas
tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan
sebagian)
Feel Merasakan hembusan hawa ekspirasi dari lubang hidung atau
mulut, apakah ada suara tambahan yang abnormal.
27
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
28
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
29
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
a. PENATALAKSANAAN CIRCULATION
Langkah dalam kasus henti jantung neonatus dan anak sama dengan
dewasa dikarenakan masih minimnya bukti untuk pemberian CPR pada
neonatus dan anak.
30
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
31
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Letak perbedaan CPR pada anak, neonatus dan dewasa berada pada cara
kompresi. Pada neonatus dan anak berusia kurang dari 1 tahun
menggunakan 2 jari. Bagi anak dengan usia lebih dari 1 tahun
menggunakan 1 tangan. Pada Dewasa menggunakan 2 tangan
3
6
32
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
33
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Gambar 15. CPR pada anak dengan 2 atau lebih penolong (2015
AHA Guidline Highlights)9
34
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
35
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Gambar 18. Algoritma CPR pada dewasa (2015 AHA Guidline Highlights)9
4.4. Pada Lanjut Usia12
36
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
37
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
j. Sebelum penolong menekan tombol syok, pastikan tidak ada orang yang
menyentuh tubuh korban. Selalu teriakan kalimat “Clear! Jauhi korban”.
Semua orang yang ada di sekitar korban harus segera menjauh (cleared)
pada step 3. Selalu periksa dengan seksama dan pastikan tidak ada orang
yang melakukan kontak dengan korban. Bantuan oxygen harus segera
dilepaskan karena dapat memicu terbakarnya AED.
38
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Bila AED memberikan instruksi “no shock advised”, cek denyut nadi
dan laju pernapasan korban. Bila ada, monitor jalan napas korban dan
posisikan korban dalam posisi aman stabil.
Gambar 19. Letak Pad AED pada pria (National Heart Lung and Blood
Institute13)
Gambar 20. Letak Pad AED pada wanita (National Heart Lung and Blood
Institute13)
39
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
40
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5. RECOVERY POSITION15,16,17
Posisi ini membantu korban semiconcscious atau unconscious untuk bernapas
dan memungkinkan cairan mengalir dari hidung dan tenggorokan sehingga
mereka tidak menghirupnya. Jangan gunakan posisi ini jika orang tersebut
memiliki cedera utama, seperti cedera punggung atau cedera leher. Jika
memungkinkan, tempatkan korban di sisi kiri nya untuk mengurangi risiko
muntah.
a. Dewasa
Langkah-langkahnya :
a. Posisikan tangan kiri korban menjauhi ke kiri
b. Posisikan tangan kanan korban dengan punggung kanan tangan
korban menyentuh pipi kiri korban.
c. Tekuk lutut kanan korban
d. Miringkan seluruh tubuh korban ke kiri dengan mendorong lutut
korban yang tertekuk dan sambil menjaga stabilisasi kepala dan
leher korban. Telapak kanan korban yang ada di pipi kiri menyentuh
lantai, menyangga kepala korban, tetapi tetap jaga supaya kepala
lebih rendah dari tubuh agar cairan dapat keluar dari mulut.
41
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Sangat penting untuk memeriksa napas korban terbuka, sehingga korban bisa
bernapas dan darah atau muntah dari mulut mereka dapat keluar. Untuk
melakukan hal ini, memiringkan kepala mereka kembali, dengan lembut
memiringkan dagu mereka maju dan memastikan bahwa saluran napas
mereka akan tetap terbuka dan jelas.
Sampai bantuan tiba, tetap periksa bahwa korban bernapas. Jika korban
berhenti bernapas, bersiap-siap untuk melakukan CPR (cardiopulmonary
resuscitation).
b. Spinal Injury
Jika korban dicurigai memiliki cedera tulang belakang, jangan
mencoba untuk memindahkan mereka sampai layanan darurat datang.
Jangan gunakan head-tilt, namun gunakan jaw-thrust, dengan cara
meletakkan tangan Anda di kedua sisi wajah mereka dan dengan ujung jari
Anda dengan lembut mengangkat rahang untuk membuka jalan
napas. Jaga jangan sampai leher korban bergerak.
Apabila ingin memiringkan mereka ke kiri, lakukan supaya
punggung sampai kepala mereka selurus mungkin. Bila memungkinkan, cari
4 orang penolong, 2 di masing-masing sisi, supaya dapat menjaga kepala,
tubuh dan kaki dalam sat ugaris lurus untuk korban dimiringkan.
Anak
42
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
6. RINGKASAN BLS 9
Komponen Dewasa dan remaja Anak-anak 1-8 tahun tidak termasuk bayi baru
lahir
Identifikasi henti Periksa respon, tidak napas atau hanya terengah-engah, tidak ditemukan
Jantung nadi definitif selama 10 detik (Pemeriksaan napas dan nadi bisa
dilakukan bersama-sama dalam waktu kurang dari 10 detik)
43
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Panggil bantuan Jika penolong Jika penolong menyaksikan kejadian henti
medis sendirian dan tidak jantung, lakukan seperti pada orang dewasa.
ada HP, tinggalkan Jika penolong tidak menyaksikan, lakukan CPR
korban untuk selama 2 menit, tinggalkan korban untuk
memanggil bantuan memanggil bantuan dan AED, kemudian
dan AED sebelum lanjutkan kembali CPR hingga AED datang
mulai CPR
Kecepatan 100-120x/menit
kompresi
line
2 atau lebih penolong: 2
jempol di tengah dada,
tepat di bawah nipple
line
44
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
Minimal interupsi Batasi interupsi saat kompresi hingga STAF
kurangPENDIDIKAN
dari 10 detik DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Recovery position 1. Gendong bayi di
lengan penolong
sambil menyangga
perut dan dada bayi
dengan kepala bayi
terletak lebih rendah
2. Usahakan tidak
menutupi mulut dan
hidung bayi
45
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/basic+life+support
46
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
PENDAHULUAN
Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dinilai
sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis atau evaluasi tindakam
operasi dengan segera. Berdasarkan definisi tersebut, dalam melakukan penatalaksanaan
kegawatdaruratan memiliki prinsip awal, dalam mengevaluasi, melaksanakan, dan
menyediakan terapi pada pasien-pasien dengan trauma yang tidak dapat di duga sebelumnya
serta penyakit lainnya.1
ATLS atau Advance Trauma Life Support (Bantuan Hidup Tingkat Lanjut) merupakan
bagian dari ilmu medis yang khusus membahas tentang masalah trauma yang bersifat gawat
darurat. Trauma yang bersifat gawat darurat disini, secara khusus dikerucutkan pada kondisi-
kondisi kecelakaan atau disaster (bencana).1
1. INTUBASI ENDOTRAKHEAL
1.1.Prinsip Dasar
Ventilasi melalui pipa endotracheal (ET) merupakan cara yang sangan efektif
untuk menjaga jalan nafas. Pemasangan intubasi endotrakheal, pemberian ventilasi dan
oksigenasi lebih terjamin dan kemungkinan aspirasi cairan lambung lebih kecil. 1
Merupakan prosedur medis di mana sebuah tabung dimasukkan ke dalam tenggorokan
(trakea) melalui mulut atau hidung. Bila keadaan darurat akan dimasukkan melalui
mulut. Walaupun pasien sadar atau tidak, pemberian obat untuk mempermudah
prosedur ini akan tetap dilakukan. Setelah prosedur ini dilakukan, bila pasien sadar
dokter akan memberi obat untuk mengurangi kecemasan atau ketidaknyamanan. 9
1.2.Langkah Kerja
Prosedur dalam pemasangan intubasi endotrakeal adalah:1
1. Memeriksa alat yang diperlukan, pastikan semua berfungsi dengan baik dan pilih pipa
endotrakheal (ET) yang sesuai ukuran. Siapkan dua tube endotracheal, 7,5 atau 8 dan
7,0. Tube yang lebih besar sesuai untuk sebagian besar laki-laki, tube yang lebih kecil
47
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
untuk sebagian besar perempuan dewasa. Masukan stilet ke dalam pipa ET. Jangan
sampai ada penonjolan keluar pada ujung balon, buat lengkungan pada pipa dan stiler
dan cek fungsi balon dengan mengembangkan dengan udara 10ml. jika fungsi baik,
kempiskan balon. Beri pelumas pada ujung pipa ET sampai daerah cuff.
2. Meletakan bantal kecil atau penyangga handuk setinggi 10 cm di oksiput dan
pertahankan kepala sedikit ekstensi (jika kemungkinan fraktur servikal dapat
disingkirkan)
3. Bila perlu lakukan penghisapan lendir pada mulut dan faring dan berikan semprotan
benzokain atau tetrakain jika pasien sadar atau tidak dalam keadaan anastesi dalam.
4. Melakukan hiperventilasi minimal 30 detik melalui bag masker dengan FiO2 100%
5. Membuka mulut dengan cara cross finger dan tangan kiri memegang laringoskop
6. Memasukan bilah laringoskop dengan lembut menelusuri mulut sebelah kanan, sisihkan
lidah ke kiri. Masukan bila sedikit demi sedikit sampai ujung laringoskop mencapai
dasar lidah, perhatikan agar lidah atau bibir tidak terjepit antara bilah dan gigi pasien
7. Mengangkat laringoskop ke atas dan ke depan dengan kemiringan 30-40 sejajar aksis
pengangan. Jangan sampai menggunakan gigi sebagai titik tumpu
8. Bila pita suara sudah terlihat, tahan tarikan/posisi laringoskop dengan menggunakan
kekuatan siku dan pergelangan tangan. Masukan pipa ET dari sebelah kanan mulut ke
faring sampai bagian proksimal dari cuff pipa ET melewati pita suara ± 1-2 cm atau
pada orang dewasa atau kedalaman pipa ET ± 19-23 cm
48
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
9. Mengangkat laringoskop dan stilet pipa ET dan isi balon dengan udara menggunakan
spuit 10 ml. Waktu intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik.
10. Menghubungkan pipa ET dengan ambubag dan lakukan ventilasi sambil melakukan
auskultasi, pertama pada lambung, kemudian pada paru kanan dan kiri sambil
memperhatikan pengembangan dada
11. Melakukan fiksasi pipa dan plester agar tidak terdorong atau tercabut
12. Melakukan ventilasi terus dengan oksigen 100% (aliran 12-15L/menit)
13. Merapikan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan.
14. Mencuci tangan sesuai standar 7 langkah.
1.3.Indikasi
Indikasi pemasangan intubasi endotrakeal antara lain:1,9
1. Hilangnya refleks pernapasan (cedera serebrovaskuler, kelebihan dosis obat)
2. Obstruksi jalan napas besar (epiglotis, korpus alienum, paralisis pita suara) baik secara
anatomis maupun fungsional
3. Perdarahan faring (luka tusuk, luka tembak pada leher)
4. Tindakan profilaksis (pasien yang tidak sadar untuk pemindahan ke rumah sakit lain atau
pada keadaan dimana potensial terjadi kegawatan napas dalam proses transportasi
pasien)
5. Membuka jalan napas untuk memberikan oksigen, obat – obatan atau anastesi
49
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
1.4.Kontraindikasi
Kontraindikasi pemasangan intubasi endotrakeal antara lain:1
1. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan untuk
dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah cricothyrotomy pada
beberapa kasus.
2. Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra servikal,
sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
1.5.Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:1
1. Pemasangan tube yang tidak tepat.
Intubasi salah satu cabang utama paru, atasi dengan tarik kembali tube endotrakeal
untuk mengembangkan kedua paru. Intubasi esophageal atasi dengan keluarkan tube
endotrakeal
2. Gigi patah, perdarahan sekunder yang berlebihan akibat kerusakan mukosa
3. Pneumotoraks dan pneumomediastinum
4. Disritmia jantung
1.6.Alat-alat Utama
Alat dan bahan untuk melakukan tindakan pemasangan intubasi endotrakeal adalah:1
1. Laringoskop lengkap dengan handle dan blade
2. Pipa endotrakheal (orotrakheal) dengan ukuran perempuan no. 7; 7,5 ; 8. Laki-laki no. 8
; 8,5.
3. Spuit 10 ml atau 20 ml
4. Stetoskop, ambubag dan masker oksigen
5. Alat penghisap lendir
6. Plester, gunting
7. Stilet
50
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2.2.Langkah Kerja
Teknik pemasangan guedel yakni:1,2
1. Cuci tangan, memakai handscoon
2. Memposisikan pasien berbaring
3. Mengukur jarak dari sudut mulut pasien sampai ke kanalis auditivus eksterna
4. Memilih ukuran yang pas dengan pasien (ukuran yang cocok sesuai dengan jarak dari
sudut mulut pasien ke kanalis auditivus eksterna)
5. Membuka mulut pasien dengan teknik chin lift atau cross finger
6. Guedel disisipkan ke dalam mulut pasien secara terbalik (upside down), sehingga
bagian yag cekung mengarah ke kranial, sampai di daerah palatum molle
7. Pada titik ini, alat kemudian di putar 180 derajat
8. Memastikan alat telah terpasang dengan benar
9. Evaluasi status pernapasan pasien
2.3.Indikasi
Indikasi pemasangan oro-pharyngeal airway antara lain:2
1. Pasien tidak sadar (GCS ≤ 8), untuk mecegah agar lidah tidak jatuh ke belakang faring
dan menutupi jalan napas.
51
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2.4.Kontraindikasi
Kontraindikasi pemasangan guedel atau oro-faringeal tube adalah:1,2
1. Pasien sadar atau semi sadar, karena dapat merangsang muntah, spasme laring
2. Hati-hati pada pasien dengan trauma oral
3. Transeksi parsial trakea.9
2.5.Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi saat pemasangan guedel meliputi:1
1. Trauma mulut, gigi, lidah dan mukosa mulut
2. Muntah atau aspirasi
3. Obstruksi jalan napas.9
4. Laringospasme (bila pemilihan ukuran OPA tidak tepat) .9
5. Muntah.9
6. Aspirasi.9
2.6.Alat-alat Utama
Alat dan bahan yang diperlukan antara lain:2
1. Guedel atau oropharyngeal tube
2. Sarung tangan
3. Suction bila diperlukan
4. Jelly.9
3. SUCTIONING
3.1.Prinsip Dasar
52
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan menggunakan alat via
mulut, nasofaring atau trakeal.1
Saluran napas bagian atas menghangatkan, membersihkan, dan melembabkan udara
yang kita hirup. Dengan pemasangan tabung, udara yang bergerak melalui tabung lebih
dingin, lebih kering, dan tidak bersih. Dalam menghadapi perubahan ini, tubuh
memproduksi lendir lebih banyak. Penyedotan yang bisa dilakukan membersihkan
lebidr dari tabung trakeostomi dan sangat penting untuk pernapasan yang tepa. Serta
sekresi yang tersisa ditabung bisa jadi terkontaminasi dan infeksi dinding dada bisa
terjadi. Hindari penyedotan yang terlalu sering karena bisa menyebabkan sekresi lebih
banyak menumpuk. .9
3.2.Langkah Kerja
Prosedur untuk melakukan tindakan suction antara lain:1
1. Jelaskan pada pasien tentang prosedur dan tujuan tindakan
2. Posisikan klien dengan tepat. Bila sadar dengan reflek gag berfungsi, baringkan pasien
dengan posisi semi Fowler’s dengan kepala miring ke satu sisi untuk penghisapan oral.
Baringkan pasien dengan posisi Fowler’s dengan leher ekstensi untuk penghisapan
nasal.
3. Tempatkan handuk dibawah bantal atau di bawah dagu pasien, Tujuannya untuk
mecegah tempat tidur atau baju tidur basah akibat sekret, Handuk dapat dibuang untuk
mecegah penyebaran bakteri
4. Pilih tekanan dan tipe unit penghisap yang tepat. Untuk semua unit penghisap adalah
120-150mm Hg pada orang dewasa, 100-120mm Hg. Pada anak-anak, atau 60-100mm
Hg pada bayi. Tujuannya menjamin tekanan negatif yang aman sesuai dengan usia klien.
Tekanan negatif yang berlebihan dapat mencetuskan cedera muklosa
5. Tuangkan air steril atau normal salin kedalam wadah yang steril. Diperlukan untuk
melumasi kateter guna mengurangi friksi dan meningkatkan pasase lembut.
6. Gunakan handcoon
7. Gunakan tangan yang telah menggunakan sarung tangan, sambungkan katerter ke mesin
penghisap.
8. Basahi ujung kateter dengan larutan steril.
9. Pada penghisapan orofaringeal, dengan perlahan masukan kateter ke dalam satu sisi
mulut klaen dan arahkan ke orofaring. Jangan lakukan penghisapan selama pemasangan.
Pada penghisapan sekret nasofaringeal, dengan perlahan masukan kateter kesalah satu
lubang hidung. Arahkan kearah medial sepanjang dasar rongga hidung. Jangan dorong
paksa kateter. Bila lubang hidung yang satu tidak paten, coba hidung yang lain. Jangan
lakukan penghisapan selama pemasangan.
10. Sumbat port penghisap dengan ibujari anda. Dengan perlahan rotasi kateter saat anda
menariknya. Keseluruhan proses prosedur tidak boleh dari 15 detik. Sumbatan pada port
pnghisap mengaktifkan tekanan penghisap. Penghisap dilakukan secara intermiten saat
kateter di tarik. Rotasi mngangkat sekret dari permukaan jalan nafas dan mncegah
trauma dari tekanan penghisap pada satu area. CATATAN: penghisapan juga
mumbuang udara. Suplay oksigen klien dapat sangat berkurang bila prosedur
berlangsung lebih dari 15 detik.
53
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3.3.Indikasi
Indikasi tindakan suction antara lain:1
1. Pasien tidak mampu membersihkan secret dan mengeluarkan atau menelan
2. Pasien kurang responsif atau koma yang memerlukan pembuangan sekret oral
3. Pasien tidak bisa batuk karena kelumpuhan otot pernapasan
3.4.Kontraindikasi
Kontraindikasi dari tindakan suctioning antara lain:1,2
1. Pasien dengan stridor
2. Pulmonary edema
3. Post pneumonectomy
3.5.Komplikasi
Komplikasi dari tindakan suctioning diantaranya:1
1. Kerusakan mukosa oral atau tracheal
54
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Infeksi (pasien/petugas)
3. Perdarahan
3.6.Alat-alat Utama
Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan suctioning yaitu:1
1. Penghisap portabel atau yang terpasang di dinding dengan selang penghubung
2. Kateter steril 12-16 Fr Kateter penghisap yang bersih (pastikan memiliki ukuran
yang tepat)7
3. Air steril atau normal saline
4. Sarung tangan steril
5. Pelumas larut air
6. Handuk mandi atau selimut yang melindungi klien atau baju klien
7. Masker wajah dan kasa steril
8. Pinset anatomis
9. Cairan desenfektan untuk mencuci kateter steril
10. Spatel.9
11. Penghubung tabung dan penghisap.9
12. Wadah untuk merendam kanula bagian dalam (bila ada) . 9
13. Kuas trakeostomi (untuk membersihkan tabung trakeostomi) . 9
14. Tabung trakeostomi tambahan.9
4. KRIKOTIROIDOTOMI
4.1.Prinsip Dasar
Merupakan protokol manajemen terakhir yang perlu dilakukan tenaga medis ketika
pasien tidak memungkinkan untuk diintubasi atau diventilasi di mana situasi akan fatal
jika tidak segera dibuat jalan napas yang aman. 10
Tindakan ini dilakukan dengan prinsip membuat insisi melewati membran
krikotiroid lalu diinsersi tabung trakeostomi. Pada anak perlu pengawasan lebih lanjut
karena berisiko merusak kartilago krikotiroid yang mana merupakan satu-satunya
penunjang sirkumferensia untuk trakea bagian atas sehingga tidak direkomendasikan
untuk anak di bawah 12 tahun.11
55
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
4.2.Langkah Kerja
1. Teknik Krikotiroidotomi Jarum:
Teknik needle cricothyroidotomy adalah sebagai berikut:3
Rakit dan siapkan selang oksigen dengan cara membuat sebuah lubang pada salah
satu ujungnya, hubungkan ujung satunya dengan sumber oksigen dan pastikan
oksigen mengalir dengan lancar.
Baringkan pasien dengan posisi supine
Letakan jarum berdiameter besar ukuran 12G atau 14G yang dihubungkan pada
semprit 6-12ml
Oleskan larutan antiseptic pada leher
Palpasi membrane krikotiroidea, sebelah anterior antara kartilago tiroid dan krikoid.
Pegang trakea dengan ibu jari dan telunjuk salah satu tangan untuk mencegah
pergerakan trakea ke lateral pada waktu prosedur.
Tusuk kulit pada garis tengah midline dengan jarum ukuran 12G sampai 14G yang
telah dipasang pada semprit, langsung di atas membran krikoidea (yaitu
midsagittal). Insisi kecil dengan pisau ukuran 11 untuk mempermudah masuknya
jarum melewati kulit
Arahkan jarum dengan sudut 45 derajat, kea rah kaudal, sambil mengisap semprit
(memberikan tekanan negatif)
Dengan hati-hati, tusukan jarum melewati setengah bawah membrane krikoidea
sambil melakukan aspirasi waktu mendorong. Aspirasi udara menandakan
masuknya jarum ke dalam lumen trakea.
Lepas semprit dan Tarik stilet sambil dengan lembut mendorong kateter kearah
bawah ke posisinya dengan hati-hati untuk tidak melubangi dinding belakang trakea
Sambungkan selang oksigen pada ujung kateter yang diluar, dan plester kateter pada
leher pasien.
Perhatikan pengembangan paru dan lakukan auskultasi untuk mengetahui ventilasi
cukup.
56
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Stabilisasi kartilago tiroidea dengan tangan kiri dan pertahankan sampai trakea
diintubasi
Buat insisi kulit melintang (transversal) di atas membrane krikotiroidea, dan dengan
hati-hati iris melintang menembus membrane
Gunakan hemostat atau trakeal spander dan putar 90 derajat untuk membuka airway
Sisipkan pipa endotrakheal atau pipa trakeostomi dengan cuff dengan ukuran yang
sesuai (biasanya 5 atau 6) masuk ke irisan membrana, dengan mengarahkan pipa ke
dalam trakea sebelah distal
Kembangkan cuff dan ventilasi pasien
Perhatikan pengembangan paru dan auskultasi dada untuk mengetahui ventilasi
yang cukup
Plester pipa endotrakeal atau ikat pipa trakeostomi pada pasien untuk mencegah
tercabut.
4.3.Indikasi
Indikasi dilakukanya tindakan krikotiroidotomi diantaranya:1,2
1. Krikotiroidotomi digunakan untuk memberi akses jalan napas darurat jika tindakan
yang lebih aman kurang invasive (intubasi oral atau nasotrakea) tidak dapat dilakukan
atau jika merupakan kontraindikasi
2. Untuk anak dibawah usia 12 tahun, krikotiroidotomi dengan jarum adalah pilihan
bedah jalan napas
4.4.Kontraindikasi
Terdapat beberapa kontraindikasi pada tindakan krikotiroidotomi, yaitu:3
1. Absolut :
Jalan napas oral atau nasal dapat dilakukan
Cedera atau fraktur pada kartilago atau laring yang signifikan (trakeostomi
merupakan prosedur piliha)
Transeksi jalan napas parsial atau komplit
2. Relatif :
57
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
4.5.Komplikasi
Komplikasi dari tindakan krikotiroidotomi antara lain: gagal napas, perdarahan
local dan hematoma, emfisema subkutis, infeksi, perforasi esophageal, mediastinitis,
pneumotoraks, pneumomediastinum, trauma pita suara, trauma laring, trauma kelenjar
tiroid, trauma arteri karotis, vena jugularis, dan nervus vagus, stoma persisten, stenosis
subglotik.3
4.6.Alat-alat Utama
Alat yang digunakan:
1. Jarum 12 atau 14 G, 8,5 cm
2. Kateter jarum
3. Syringe 6-12 mL
4. Tabung oksigen
5. Cathether needle hub
6. Gloves
5. NEEDLE THORACENTESIS
5.1.Prinsip Dasar
Needle thoracocentesis merupakan intervensi awal yang dilakukan terhadap pasien
dengan pneumothorax spontan primer. Intervensi ini merupakan intervensi langsung
yang diterima dalam kasus – kasus tension pneumothorax. Intervensi ini akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan X- ray pada dada dan drainase pada bagian yang diberi
intervensi. .9
5.2.Langkah Kerja
Langkah-langkah melakukan torakosentesis antara lain :3
1. Persiapan dengan memberi oksigen tambahan pada pasien dan posisikan pasien pada
posisi tegak (paling sering), lateral decubitus, atau terlentang. Kemudian susun
peralatan pada kain steril di atas Mayo stand (atau sejenis)
58
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Identifikasi tempat torakosentesis. Pada pemeriksaan fisik, perkusi yang redup, bunyi
napas yang menurun, dan fremitus taktil berkurang mengidentifikasi batas superior
efusi. Pencitraan USG lebih akurat disbanding pemeriksaan fisik untuk menemukan
efusi. Beri tanda pada tempat insersi jarum 1 sampai 2 ruang kosta dibawah batas
superior perfusi
3. Sterilisasi dan anestesi area. Sterilisasi area yang luas mengelilingi tempat insersi,
kemudian tutup area tersebut dengan kain steril. Lakukan teknik steril dari titik ini
sampai langkah berikutnya. Untuk mencapai anestesi local gunakan lidokain dengan
epinefrin (lidokain 1% adalah 10 mg/dl larutan). Biasanya, hanya diperlukan 5-10ml,
suntik jaringan subkutan dengan jarum berdiameter kecil (ukuran 25) dan buat benjolan
kecil pada batas superior kosta yang dipilih pada garis aksilaris posterior atau
midskapular.
4. Masukan terus jarum secara perlahan pada baguan superior kosta sambil menginfiltrasi
lidokain
5. Masukan terus jarum secara perlahan sampai cairan pleura teraspirasi. Tarik kembali
jarum 1-2 mm dan suntik2-4 ml lidokain untuk mengastesi pleura parietalis. Meski
pleura viseralis tidak diinervasi oleh serabut saraf nyeri, pleura parietalis sangat sensitif.
6. Insersi jarum. Buat insisi tusuk sejajar dengan kosta pada tempat yang ditandai untuk
mempermudah insersi jarum torakosentesis, lalu letakan semprit 60 ml pada jarum
berbungkus kateter. Masukan jarum torakosentesis, bevel diarahkan ke inferior, melalui
kulit pada kosta yang dipilih sambil mempertahankan tekanan negatif. Masukan terus
jarum melalui bagian superior kosta posterior, gunakan tekanan yang konstan dan
aspirasi ditemukan cairan pleura. Pada saat kateter masuk ruang pleura, sudut jarrum
arahkan ke kaudal dan dorong maju kateter melewati jarum ke dalam ruang pleura, dan
oklusi lumen kateter.
59
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
7. Mengeluarkan cairan pleura. Pasang stopcock tiga jalur pada pusat kateter. Atur
katup stopcock untuk menyumbat sambungan kateter, letakkan semprit 60 ml pada satu
sambungan stopcock tiga jalur, lalu putar katup stopcock untuk menghubungkan
smeprit dengan kateter dan Tarik cairan dari ruang pleura. Putar katup stopcock untuk
menghubungkan semprit ke selang intravena dan kosongkan semprit ke dalam kantong
atau botol pengumpul.
60
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
9. Indikasi untuk foto rontgen dada adalah jika terdapat aspirasi udara, terapi radiasi dada
sebelumnya, torakosentesis sebelumnya, instabilitas hemodinamik, napas pendek
selama prosedur, banyak jarum yang telah disuntikan, atau untuk menilai parenkim paru
(yaitu mengevaluasi pneumonia atau keganasan).
10. Memantau pernapasan dan hemodinamik selama 1-2 jam sangat dianjurkan.
Petunjuk :
Pendekatan posterior paling sering dilakukan, caranya dengan identifikasi garis
midskapular dan tandai tempat torakosentesis satu sampai dua ruang kosta dibawah
bagian superior efusi. Pleksus neurovaskular interkosta brada di sepanjang bagian
inferior kosta. Oleh karena itum jarum harus dimasukan di sebelah superior. Tinggi
hemidiafragma berubah bersamaan dengan respirasi. Anda tidak boleh melakukan
torakosentesis dibawah ruang interkosta VIII, karena akan menimbulkan risiko cedera
pada limpa atau hepar1
5.3.Indikasi
Pengambilan cairan pleura pada torakosentesis berguna untuk analisis
diagnostik, selain itu torakosentesis juga diindikasikan sebagai terapeutik untuk
meringankan distress pernapasan yang disebabkan akumulasi cairan dalam ruang
pleura.1 Penyakit yang mengindikasikan dilakukan prosedur ini adalah pneumotoraks
spontan primer dan tension pneumothorax7Tension pneumothorax merupakan keadaan
dimana meningkatnya pasokan udara dalam rongga pleura yang biasanya disebabkan
karena laserasi pada paru yang menyebabkan udara masuk ke dalam paru namun tidak
bisa keluar kembali. Tekanan positif ventilasi bisa berkemungkinan menyebabkan
buruknya efek ‘satu-jalur-katup’. 7
Peningkatan tekanan pada rongga pleura mendorong mediastiunum ke arah
yang berlawanan dengan hemithorax, dan obstruksi vena kembali ke jantung. Hal ini
menyebabkan ketidakstabilan sirkulasi dan menyebabkan bertahannya trauma yang
didapat. Tanda – tanda klasik pada tension pneumothorax adalah deviasi pada jalur
trakea dari samping dengan ketegangan, perluasan (hyper expanded) area dada,
peningkatan perkusi dada dan perluasan bidang dada yang sedikit bergerak saat
respirasi.7 Tekanan vena sentral biasanya meningkat, tapi akan normal atau rendah pada
keadaan hipovolemik. Akan tetapi tanda – tanda tersebut biasanya tidak muncul dan
biasanya yang terjadi pada pasien adalah takikardi, takipnea, dan hipoksia. Tanda –
tanda ini diikuti oleh kolaps sirkulasi dengan hipotensi dan trauma lanjutan dengan
pulseless electrical activity (PEA). Suara nafas dan perkusi suara thorax mungkin akan
sulit diindentifikasi pada bagian yang trauma. 7
5.4.Kontraindikasi
1. Kontraindikasi absolut dari pelaksanaan torakosentesis adalah :
pasien dengan pneumothorax
hemotoraks (torakostomi tube lebih tepat).
2. Kontraindikasi relatifnya antara lain :
Jumlah trombosit <50000
61
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Waktu prothrombin (PT) atau waktu tromboplastin parsial (PTT) lebih dari dua
kali nilai normal
Infeksi kulit (missal herpes zozter)
Ventilasi mekanik (dapat mengubah pneumotoraks kecil menjadi tension
pneumotoraks)
Pasien yang tidak kooperatif atau agitatif
Efusi yang terletak kontralateral terhadap sisi pneumotoraks sebelumnya. 1,2
5.5.Komplikasi
Komplikasi torakosentesis antara lain pneumotoraks, laserasi paru,
hemopneumotoraks, cedera intra-abdominal, robekan diafragmatik, hipotensi karena
pengambilan cairan dalam jumlah besar, perdarahan dinding dada dari arteria
intercostalis yang mengalami laserasi, edema paru re-ekspansi, terjadinya empiema.1
5.6.Alat-alat Utama13
Alat yang digunakan:
1. Luer-Lok
2. Over-the-needle catheter 5 cm
3. Dressing equipment
4. Underwater-seal device
6. TUBE THORACOTOMY
6.1.Prinsip Dasar
Tube Thoracotomy merupakan suatu tindakan/prosedur dalam menangani kondisi
patologis dalam rongga pleura (pneumonia atau kanker, yang menyebabkan cairan
ekstra untuk didalam rongga di sekitar paru – paru(efusi pleura). Tabung pada dada
yang mungkin bisa menyebabkn pendarahan di sekitar paru – paru (haematothoraks).
Tube thoracotomy yaitu menempatkan sebuah tabung plastik berongga antara tulang
rusuk dan dada untuk mengalirkan cairan atau udara dari sekitar paru – paru. Tabung
ini juga sering dihubungkan dengan mesin untuk membantu drainase. Tabung tetap di
62
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
dada sampai semua atau sebagian besar cairan/udara keluar, biasanya beberapa hari.
Kadang obat – obatan khusus juga diberikan melalui tabung ini. .9
6.2.Langkah Kerja
Langkah-langkah pemasangan torakostomi tube adalah:4
1. Oksigen nasal dan pemantauan pulse oximetry kontinu harus dilakukan
2. Jika pasien stabil, analgetik parenteral atau sedasi sadar harus diberikan
3. Tinggikan kepala tempat tidur sampai 30-60 derajat
4. Lengan pasien pada sisi yang terkena ditempatkan di atas kepala pasien
5. Sterilisasi area tempat tube akan
dimasukan dengan povidone-iodin atau larutan
klorheksidin
9. Lakukan infiltrasi otot, periosteum dan pleura parietalis di tempat jalannya tube
menggunakan jarum berdiameter lebih besar
10. Dengan menggunakan pisau scalpel no.10, lakukan insisi transversa minimal 3-4 cm
melalui kulit dan jaringan subkutan
11. Satu metode untuk membuat insisi pada ruang interkosta yang lebih bawah daripada
tempat masuk dinding toraks, sehingga tube dapat “menembus” ke atas sampai ke
kosta berikutnya.
63
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
12. Gunakan klem Kelly besar atau gunting (sering memerlukan kekuatan)
13. Jalur dibuat pada kosta dengan mendorong alat ke depan dalam keadaan tertutup
kemudian melebarkannya dan menutup kembali sehingga akan membuat titik yang
lebih lebar
14. Dorong melalui otot dan pleura parietalis dalam keadaan tertutup pada klem sampai
masuk rongga pleura
15. Letupan yang dapat diraba terasa bila pleura ditembus, dan dorongan udara atau cairan
seharusnya terjadi pada langkah ini.
16. Pada saat menembus pleura, masukan jari yang memakai sarung tangan ke dalam jalur
dinding dada untuk memastikan bahwa pleura telah ditembus dan tidak ada organ pada
atau massa di tempat tersebut
17. Jari tetap pada tempatnya untuk membantu sebagai penuntun insersi tube
64
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
18. Dianjurkan agar tube dipegang pada klem berlengkung besar dengan ujung tube
menonjol dari genggaman
19. Masukan tube ke dibawah atau disamping jari ke dalam ruang pleura
20. Tube dimasukan ke superior, medial dan posterior sampai terasa nyeri atau mengalami
hambatan, kemudian ditarik kembali 2-3 cm
21. Pastikan bahwa semua lubang pada tube dada berada dalam ruang pleura
22. Tutup saja insisi menggunakan benang nylon atau silk 0 atau 1, pertahankan agar
ujungnya panjang
23. Ujung-ujung jahitan disimpul dan diikat berulang-ulang di sekitar tube dada,
kemudian pastikan simpul kuat, jahitan diikat cukup kuat untuk melekukkan sedikit
tube torakostomi agar tidak lepas
24. Jahitan matras horizontal (atau Pure-string) dibuat kira-kira 1 cm menyilang insisi
pada setiap sisi tube , pada dasarnya mengelilingi tube . Jahitan ini membantu
memfiksasi tube dan bahkan membantu penutupan insisi ketika tube torakostomi
diangkat.
25. Pasang pembalut oklusif dengan kassa petroleum di tempat tube masuk ke kulit,
kemudian tutup dengan dua atau lebih bantalan kassa. Perekat adhesif kain lebar dapat
digunakan untuk menahan tube agar lebih kencang dan tetap berada di tempatnya.
Petunjuk khusus :
Pemasangan torakostomi tube lebih sering dilakukan pada ruang interkosta IV atau V
di garis mid-aksilaris sampai anterior aksilaris tetapi mungkin saja di tempat-tempat
lain. Pembuluh darah dan saraf interkosta terletak di sepanjang tepi inferior setiap kosta
sehingga tube harus segera melewati permukaan superior kosta bawah.4
Konfirmasi
Indikator untuk pemasangan yang tepat antara lain kondensasi di dalam tube, gerakan
udara yang dapat di dengar bersamaan dengan respirasi, aliran bebas darah atau cairan,
kemampuan memutar tube secara bebas setelah insersi. Lekatkan tube pada water seal
yang telah dibuat sebelumnya lalu observasi gelembung dalam ruang water seal ketika
pasien batuk adalah cara yang baik untuk memeriksa patensi sistem. Selain itu bisa
dilakukan dengan foto rontgen dada.4
65
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
6.3.Indikasi
Torakostomi tube digunakan untuk mengevakuasi pengumpulan abnormal udara
atau cairan dan ruang pleura pada keadaan :
1. Pneumotoraks spontan dan atau tension,
2. Hematotoraks
3. Kilotoraks
4. Empiema
5. Drainase efusi pleura yang berulang
6. Pencegahan hidrotoraks setelah bedah kardiotoksik.4
7. Kondisi lain yaitu trauma dada dalam bentuk : penetrasi, efusi parapneumonia (jika
sudah kompleks), efusi pleura maligna, pleurodiesis recurrent malignant, pleurodiesis
effusion, fistula bronkopleural, dan kondisi hemodinamik yang tidak stabil. .9
6.4.Kontraindikasi
1. Torakostomi tube tidak boleh dilakukan pada pasien cedera yang tidak stabil.
2. Kontraindikasi relatifnya jika terdapat kelainan anatomi seperti adhesi pleura, bleb
emfisematosa, atau pembentukan jaringan parut serta koagulopati.4
6.5.Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan torakostomi antara lain :
1. Hemotoraks
2. Edema paru,
3. Fistula bronkopleura,
4. Empiema,
5. Emfisema subkutan,
6. Infeksi,
7. Pneumotoraks kontralateral
8. Pemasangan tube subdiafragmatik
9. Perdarahan lokal.
Kesalahan yang sering terjadi pada pemasangan torakostomi adalah saat menggunakan anastesi
lokal tidak adekuat, membuat insisi kulit awal yang terlalu kecil, gagal memasukan tube cukup
jauh ke dalam ruang pleura, mengarahkan tube kearah mediastinum dapat menyebabkan
pneumotoraks kontralateral.4
6.6.Alat-alat Utama
Terdapat beberapa perlengkapan standar untuk melakukan torakostomi, meliputi:4
1. Larutan antiseptik, kain, dan penjepit kain
2. Lidokain 1% sebanyak 20 ml
3. Jarum ukuran 25, jarum ukuran 22, semprit 10 ml
4. Pisau scalpel no10 dengan pegangan, klem Kelly (dua buah), dan forceps
66
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5. Pemilihan tube torakostomi: Trauma (No 36-40 French), non traumatic (No, 20-32
French), anak-anak (No.20-24 French), bayi (No.18 French).
6. Pleurivac (botol pengumpul, underwater seal, control penghisap)
7. Tabung penghubung
7. TRANSFUSI DARAH
7.1.Prinsip Dasar
Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredarah darah
resipien. Darah dan berbagai komponen darah dapat ditransfusikan secara terpisah
sesuai kebutuhan. Darah tersusun dari berbagai komponen, antara lain eritrosit (red
blood cells), trombosit pekat (thrombocyte concentrate), kriopresipitat dan plasma
segar beku (fresh frozen plasma). Komponen darah yang ditransfusikan sesuai dengan
yang diperlukan akan mengurangi kemungkinan reaksi transfusi, circulatory overload,
dan penularan infeksi yang terjadi dibandingkan dengan transfusi darah lengkap. 5
Komponen-Komponen:
1. Eritrosit.
Eritrosit tersedia dalam bentuk sel darah merah atau darah lengkap. Satu-satunya
indikasi pemberian eritrosit adalah untuk meningkatkan daya angkut oksigen pada
pasien-pasien anemia dan hipotensi ortostatik sekunder karena kehilangan darah.
Kemampuan daya angkut oksigen yang memadai dijumpai pada kebanyakan
perempuan dengan hemoglobin (Hb) 7g/dl, hematokrit (Ht) ±21% atau kurang,
tetapi bila isi intravascular menghasilkan perfusi yang cukup. Transfuse dengan sel
darah merah tetap dilakukan ketika tingat Hb adalah 7-10g/dl pada kondisi terjadi
perdarahan terus menerus, terdapat tanda-tanda penurunan daya angkut oksigen
selama pembedahan, menurunnya eritropoiesis atau kerika transfuse autologous
akan digunakan.6
67
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Setiap unit sel darah merah (500ml) yang ditransfusi akan meningkatkan Hb
± 1g/dl (dan meningkatkan Ht 1-3% pada seorang perempuan dengan berat badan
70kg. Volume RBC yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus :6
(HCT yang diinginkan – HCT sekarang) x EBV
HCT RBC
Berisi 250 – 350 cc. 9
68
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
69
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5. Kriopresipitat.
Kriopresipitat didapat dari plasma segar beku yang dikonsentrasikan ke dalam suatu
volume 10-15ml. presipitat tersebut terdiri atas faktor-faktor VIII, von Willebrand,
fibrinogen, XIII dan fibronektin, digunakan untuk mengobati kekurangan akan
salah satu faktor tersebut. Satu unit akan dapat menaikan fibrinogen 8 mg/dl.6
70
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
7.2.Langkah Kerja
Prosedur tindakan transfuse darah antara lain:8
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfusi darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).
5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum pemberian transfusi
darah
6. Memeriksa identifikasi kebenaran produk darah: periksa kompatibilitas dalam
kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa
kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
71
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
7.3.Indikasi
Indikasi dilakukan tranfusi darah jika terdapat kondisi anemia pada perdarahan
akut setelah didahului penggantian volume cairan, atau anemia kronis jika Hb tidak
dapat ditingkatkan dengan cara lain, gangguan pembekuan darah karena defisiensi
komponen, plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberkan plasma
substitute atau larutan albumin.5
Tabel 1. Petunjuk Pemberian Berbagai Produk Darah6
Produk Kandungan Indikasi yang tepat Indikasi yang tidak
tepat
Sel darah merah Sel darah merah Meningkatkan daya Meningkatkan
angkut oksigen pada penyembuhan luka
perempuan dengan Memperbaiki
anemia kesehatan umum
Untuk hipotensi
ortostatik sekunder
karena kehilangan
darah
72
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
7.4.Kontraindikasi
Transfusi darah sebaiknya jangan dilakukan jika pendonor mengidap suatu
infeksi, atau transfuse darah dengan golongan darah yang berbeda. 6
7.5.Komplikasi 15
1. Hipotermia
2. Koagulopati dilusi
3. Trombositopenia
4. Abnormalitas elektrolit (pada transfusi darah masif)
a. Hipokalsemia
73
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. Hipomagnesemia
c. Hiperkalemia
d. Asidosis metabolik
e. Alkalosis metabolik
7.6.Alat-alat Utama
Alat dan bahan-bahan yang diperlukan saat melakukan transfuse darah adalah:7
1. Standar Infus
2. Set Transfusi (Tranfusi Set)
3. Botol berisi NaCl 0,9%
4. Produk darah yang benar
sesuai program medis
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kassa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan
74
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
75
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
76
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
TRAUMA MUSKULOSKELETAL
Telah ditinjau oleh :
dr. Hitaputra Agung Wardhana, Sp.B.,FINACS.
1. PERDARAHAN
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah yang
menyebabkan hilangnya sejumlah darah akibat robeknya pembuluh darah baik
oleh luka terbuka maupun luka tertutup. Kehilangan ≥20% darah dapat
menyebabkan perfusi menurun yang mengakibatkan kerusakan jaringan, organ,
syok hipovolemik, dan dapat berlanjut pada kematian.
77
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. Berdasarkan lokasinya:
1. Perdarahan Luar
Perdarahan yang biasa terjadi akibat luka terbuka.
Kulit korban sudah tidak utuh, dan ada kontak dengan dunia luar.
Penyebab utamanya adalah trauma benda tajam.
Kondisi ini membutuhkan pertolongan segera sebab
mempunyai risiko yang tinggi mengalami infeksi sistemik
jika dibiarkan terpapar udara dalam waktu yang lama dan
mungkin terjadi syok.
2. Perdarahan Dalam
Perdarahan yang biasa terjadi akibat luka tertutup.
Kulit korban masih utuh dan tidak ada kontak dengan dunia luar.
Penyebab utamanya adalah trauma benda tumpul.
Kondisi ini bisa berbahaya karena sering dilewatkan dan
bisa menyebabakan kehilangan darah yang banyak tanpa
diketahui.
Epistaksis
Epistaksis adalah perdarahan akut akibat pecahnya anyaman
pembuluh darah di hidung. Terdapat 2 anyaman pembuluh darah di
hidung yang disebut plexus Kiesselbach (anterior) dan plexus
Woodruff (posterior). Epistaksis dibedakan
78
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
79
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Alur tatalaksana:
Perkenalan diri
Primary assesstment
Segera ekspos area luka dengan merobek atau membuka
pakaian yang masih menutupi luka.
Lakukan penekanan langsung pada luka dengan menggunakan
kasa steril atau kain bersih. Jika tidak memungkinkan, minta
korban untuk menekan sendiri lukanya.
Tinggikan dan tahan area perdarahan di atas tinggi jantung
korban untuk mengurangi hilangnya darah dan pertahankan
tekanan pada area perdarahan.
80
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Jika terdapat objek atau benda pada luka seperti pecahan kaca, atau objek lain :
Kontrol perdarahan dengan menekan kuat pada sisi di sekitar
objek tersebut. Jangan menekan langsung pada benda atau
mengeluarkan benda dari dalam luka karena dapat memicu
perdarahan yang lebih hebat lagi.
Untuk melindungi luka, berilah bantalan pada kedua sisi objek
tersebut dan lakukan pembalutan dengan melingkari objek tanpa
memberikan penekanan objek terhadap luka.
Cek sirkulasi setiap 10 menit, ulangi jika sirkulasi melemah.
Segera panggil bantuan
81
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
82
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
PERHATIAN !!
1. Jangan biarkan korban makan atau minum, karena mungkin
diperlukan tindakan anastesi pada penanganan rumah sakit.
2. Jika korban mulai hilang kesadaran dan nafas mulai tidak
normal, segera lakukan CPR.
c. Penanganan kasuistik
1. Perdarahan hidung
Epistaksis
Anterior
Metode
Trotter :
1. Posisikan korban dalam keadaan duduk dan tengadahkan kepala
korban ke depan agar darah dari hidung dapat keluar. Minta
korban bernapas dengan mulut dan tidak batuk apalagi bersin.
2. Jepit cuping hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memberikan tekanan dan tahan selama 10 menit.
3. Setelah 10 menit, minta korban untuk melepas tekanan. Jika
belum berhenti, ulangi kembali selama 10 menit.
4. Jika perdarahan berhenti, jangan ubah posisi pasien. Bila perlu berikan cold
pack
untuk membantu vasokonstriksi pada perdarahan.
5. Jika perdarahan berlangsung lebih dari 30 menit, segera hubungi bantuan.
83
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Epistaksis posterior
1. Menggunakan Tampon Bellocq
2. Dilakukan pada perawatan di rumah sakit oleh dokter spesialis.
2. Perdarahan kuku
Kompres jari yang cedera dengan es atau air dingin untuk mengurangi rasa
sakit.
Kuku yang luka dilubangi atau dicukil untuk mengeluarkan
darah. Perhatikan prinsip aseptik.
84
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3. Perdarahan telinga
Posisikan korban duduk dan miringkan kepala ke arah yang sakit.
Tutup telinga dengan perban steril lalu diplester atau dipegangi.
Bawa ke PPK dalam keadaan seperti ini.
85
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
a. Resusitasi cairan
1. Pasang IV line
2. Dosis anak: bolus NaCL 0.9% 20
ml/KgBB Dosis dewasa: bolus
RL 2-4 L dalam 20-30 menit
b. Transfusi darah: dengan golongan yang sama atau PRC
golongan O sebanyak 10 ml/KgBB (sebaiknya RH(-)).
c. Antibiotik dapat diberikan pada perdarahan luar untuk mencegah terjadinya
infeksi.
86
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. LUKA
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan yang
dapat mengganggu proses selular normal.
2.1. Jenis-Jenis Luka
a. Berdasarkan bentuknya
1. Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)
Pendarahan yang lebih sedikit dibandingkan luka tusuk.
Memungkinkan adanya kerusakan pada jaringan di dalamnya.
Laserasi ini sering terkontaminasi oleh kuman sehingga risiko
infeksinya tinggi
2. Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)
sering disertai partikel benda asing yang dapat menyebabkan infeksi.
3. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)
Bisa terjadi pendarahan yang banyak.
Struktur seperti tendon atau saraf bisa saja ikut terpotong.
4. Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)
5. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)
Luka Tembak Masuk (LTM)
Luka Tembak Keluar (LTK)
6. Vulnus Morsum (Luka Gigitan)
7. Vulnus Perforatum (Luka Tembus)
8. Vulnus Amputatum (Luka Potong)
9. Vulnus Combustio (Luka Bakar)
10. Vulnus Contussum (Luka Memar)
b. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar
1. Luka tertutup
Disebabkan oleh benda tumpul.
Kontinuitas jaringan di bawah kulit terputus
Kulit masih tertutup
2. Luka terbuka
Disebabkan oleh benda tajam
87
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
88
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5. Tutuplah luka dengan kasa steril atau kain bersih. Balut luka sehingga
menjaga luka tetap bersih dan jauh dari bakteri.
6. Gantilah balutan secara berkala. Lakukan satu kali sehari atau saat
bandage sudah kotor atau basah. Jika luka sudah cukup sembuh,
lepaskan bandage dan biarkan terpapar udara untuk mempercepat
proses penyembuhan.
7. Perhatikan selalu tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, nyeri yang
bertambah, pus atau drainase, bengkak, demam, dan bisa terjadi
pembengkakkan kelenjar getah bening regional.
8. Segera hubungi bantuan jika luka mengalami pendarahan berat, luka
terkontaminasi seperti terkontaminasi benda asing atau cairan
berbahaya dan terdapat luka bergerigi serta panjang luka lebih dari 5
cm.
89
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3. FRAKTUR
Fraktur adalah hilang atau rusaknya kontinuitas tulang (diskontinuitas)
akibat gaya kerja yang melebihi elastisitas tulang.
90
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
c. Berdasarkan kekomplitan
1. Inkomlit :H
2. Komplit : A, D, I, K
3. Hair line : retak, garis patahannya sangat kecil
f. Berdasarkan pergeseran
1. Undisplaced : A, E, F, H → segmen tetap di tempat
91
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Displaced
Ad longitudinam cum contractionum : D, G → segmen tulang
saling mendekat
Ad axim : B, L → segmen tulang membuat sudut
Ad latus : segmen tulang saling menjauh, jarang terjadi.
92
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
c. Bidai
1. Immobilisasi
2. Melewati minimal 2 sendi.
1. Bidai harus meliputi 2 sendi, diukur pada anggota badan yang sakit.
2. Ikatan jangan terlalu kuat ataupun terlalu kendor.
3. Ikat bidai dari distal ke proksimal dan ikatan harus cukup
jumlahnya. Lewatkan ikatan pada bagian lekuk tubuh seperti
leher, lutut, dan pergelangan kaki.
4. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak
cedera.
5. Periksa denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan
sesudah pembidaian, dan perhatikan warna kulit distalnya.
93
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
d. Balut
94
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
95
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
96
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
97
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Muntah
Awalnya nadi lambat dan kuat kemudian berubah menjadi cepat dan
lemah
Korban terlihat linglung
Pola respirasi berubah, korban tampak
sesak napas Penanganannya:
Recovery Position
98
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Penanganan:
Pasang Cooler Neck atau benda keras penggantinya.
Pasang Spinal board atau Scoop atau benda keras penggantinya
2. Fraktur Klavikula
99
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3. Fraktur Ekstremitas
100
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
101
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
4. DISLOKASI
4.1. Definisi Dan Jenis-Jenis Dislokasi
Dislokasi adalah berpindahnya permukaan sendi total sehingga kontak
normal dengan struktur sekitar tidak lagi terjadi. Penting untuk
membedakan dislokasi pertama kali atau berulang. Dislokasi
merupakan kasus emergency. Apabila penanganan lebih dari 6 jam,
maka kecil kemungkinan sendi dapat berfungsi 100% kembali.
Subluksasi adalah berpindahnya permukaan sendi sebagian, biasanya
terjadi sementara secara alami. Penting untuk membedakan subluksasi
pertama kali atau berulang
102
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Siku
Langkah Kedua
3. Jari
Teknik Reposisi
103
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
4. Pangkal Paha
Dislokasi paling parah.
Reposisi harus kurang dari 4 jam untuk menghindari nekrosis.
Lakukan posisi anatomis setelah reposisi.
104
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5. Lutut
Dislokasi Anterior
(Tersering)
Dislokasi Posterior
105
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Normal
Dislokasi Lateral.
6. Pergelangan kaki
106
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5. SPORT INJURIES
5.1. Klasifikasi Umum Sports Injuries
a. Trauma injuries
Merupakan cedera karena beberapa episode trauma baik akut,
subakut, maupun kronik.
Macam-macam trauma injuries beserta penjelasannya, yaitu :
1. Pada tulang : fraktur, hematoma subperiosteal
2. Pada sendi : dislokasi, subluksasi, kontusio sendi, hemarthtosis
3. Pada Ligamen :
1. Sprain derajat 1 adalah kondisi di mana beberapa serabut
ligamen robek dengan tanda-tanda bengkak ringan, nyeri, sulit
digerakkan, dan tidak ada instabilitas pada sendi
2. Sprain derajat 2 adalah kondisi di mana lebih banyak lagi
serabut ligamen robek, tetapi fungsi ligamen masih intak
meskipun sedikit teregang, dengan tanda-tanda bengkak
sedang, nyeri, sulit digerakkan, dan sedikit ada instabilitas pada
sendi
3. Sprain derajat 3 adalah kondisi di mana seluruh serabut ligamen
ruptur, dengan tanda-tanda bengkak hebat, nyeri, tidak mampu
digerakkan, serta instabilitas total pada sendi yang bisa
diklasifikasikan menjadi :
1+ :permukaan sendi terstabilisasi normal oleh ligamen dan
mengalami perpindahan posisi 3-5 mm dari posisi awal
2+ :permukaan sendi terpisah 6-10 mm
3+ :permukaan sendi terpisah lebih dari 10 mm
4. Pada tendon :
1. Strain derajat 1 : robekan pada jaringan sedikit, mild
tenderness, nyeri dengan rentang gerak normal.
2. Strain dejarat 2 : robekan pada otot atau tendon, nyeri, gerak
terbatas, mungkin terjadi bengkak dan depresi pada daerah
cidera.
3. Strain derajat 3 : gerak terbatas atau tidak dapat bergerak, nyeri hebat.
2. Pada otot : kram
Kram terjadi karena adanya spasme dan kontraksi otot yang tidak
terkontrol, menghasilnya rasa nyeri dan restriksi.
107
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. Overuse injuries
Macam-macam overuse injuries, yaitu :
1. Pada tulang : Stress fracture, Apophysitis
2. Pada sendi : arthritis, sinovitis
3. Pada ligamen : medial elbow injury, breastroker’s, plantar fascitis
4. Jaringan lunak lain : bursitis
108
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
109
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
110
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
111
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Medical Series.
19. Prosedur Kegawatdaruratan. Jastremski M.S. Dumas, M., Penalver,
L., Jakarta : EGC.
20. Penanganan Kegawatan Medis. Simposium Clinical Updates 2015.
21. Purwadianto, A., Sampurna, A., 2013. Kedaruratan Medik. Jakarta :
Bina Rupa Aksara.
22. Buku diklat RESCUE TBMM Humerus FK UII (2016)
23. Wijaya, Ika Prasetya. Syok hipovolemik. Dalam: Setiati,
siti. Dkk. Buku ajar ilmu penyakir dalam. Ed. 6. Jakarta:
Interna Publishing; 2014
24. Whiteing N. Fractures: pathophysiology, treatment and
nursing care. Nursing Standard. 2008;23(2):49-57.
25. Kalfas I. Principles of bone healing. Neurosurgical FOCUS.
2001;10(4):1-4.
26. Pless, I.Safety and First Aid Book-A Practical Guide to
Emergency First Aid, Safety, Injuries, Illnesses. Injury
Prevention. 1997;3(2):34-35.
27. Piazza G. First Aid Manual. 5 th ed. New York: DK Publishing; 2014.
28. Rastu Adi Mahartha G, Maliawan S, Siki Kawiyana K.
Manajemen fraktur pada trauma musculoskeletal. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
29. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00111
30. http://bestpractice.bmj.com/best-
practice/monograph/578/basics/pathophysiology.html
31. https://www.acsm.org/docs/brochures/sprains-strains-and-tears.pdf
32. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sprains-and-
strains/basics/lifestyle-home- remedies/con-20020958
33. http://physioworkshealthgroup.com.au/Physioworks_Health_
Group_Manage_Injury_Bro chure.pdf
112
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
RESUSITASI CAIRAN
TBM Bumi Gora
1. JENIS-JENIS CAIRAN
1.1. Cairan Kristaloid
Merupakan larutan dengan air (aqueous) yang terdiri dari molekul-
molekul kecil yang dapat menembus membran kapiler dengan mudah.
Biasanya volume pemberian lebih besar, onset lebih cepat, durasinya
singkat, efek samping lebih sedikit dan harga lebih murah.
Yang termasuk cairan kristaloid antara lain salin (salin 0,9%, ringer
laktat, ringer asetat), glukosa (D5%, D10%, D20%), serta sodium
bikarbonat. Masing-masing jenis memiliki kegunaan tersendiri :
a. salin biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
sehari-hari dan saat kegawat daruratan
b. glukosa biasa digunakan pada penanganan kasus hipoglikemia,
c. sodium bikarbonat yang merupakan terapi pilihan pada kasus
asidosis metabolik dan alkalinisasi urin.
Mekanisme secara umum larutan kristaloid menembus membran kapiler
dari kompartemen intravaskuler ke kompartemen interstisial, kemudian
didistribusikan ke semua kompartemen ekstra vaskuler. Hanya 25% dari
jumlah pemberian awal yang tetap berada intravaskuler, sehingga
penggunaannya membutuhkan volume 3-4 kali dari volume plasma yang
hilang. Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah cairan
kedalam pembuluh darah dengan segera dan efektif untuk pasien yang
membutuhkan cairan segera.
Cairan kristaloid bersifat mudah keluar dari intravaskuler, terutama
pada kasus dimana terjadi peningkatan resistensi kapiler seperti pada sepsis,
penting untuk dipikirkan penggantian cairan yang memiliki molekul lebih
besar, yaitu jenis koloid. Berikut ini beberapa jenis dari cairan kristaloid :
a. Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :
Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti
oleh keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial,
diikuti air dan elektrolit yang bergerak ke intertisial karena gradien
osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti cairan dan
elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
Diare
113
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
114
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Indikasi :
Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi
dan syok hipovolemik.
Kontraindikasi :
Hipernatremia
Kelainan ginjal
Kerusakan sel hati
Asidosis laktat.
Adverse Reaction edema jaringan pada penggunaan volume yang
besar, biasanya paru-paru.
Peringatan dan Perhatian ”Not for use in the treatment of lactic
acidosis”. Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer
pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-eklamsia.
c. Dextrosa
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l
(20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi :
Cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi
selama dan sesudah operasi
Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar
kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi :
Hiperglikemia.
Adverse Reaction Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah
dapat menyebabkan iritasi pada
pembuluh darah dan
tromboflebitis.
115
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
116
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Kontraindikasi :
Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan
setelah operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada
dosis moderat (>20 ml/kg).
Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF).
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan.
117
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
118
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5. MAINTENENCE CAIRAN
Kebutuhan cairan harinya seperti berikut :
a. 100 ml/kg pada 10 kg pertama berat badan
b. 50 ml/kg pada 10 kg kedua berat badan
c. 20 ml/kg pada sisa berat badan selanjutnya
Untuk kemudahan, pada 24 jam dibagi perjamnya menjadi :
a. 100 ml/kg/24 jam = 4 ml/kg/jam pada 10 kg pertama berat badan
119
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
120
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief AS, dkk. 2002. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada
pembedahan. Ed.Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI.
2. Bongard F.S., Sue D.Y., Vintch J.R., 2008. Current Diagnosis and Treatment
Critical Care Third Edition. McGraw Hill.
3. Sue, D.Y., 2005. Current Essentials of Critical Care. McGraw Hill.
4. Powel, jeremy. 2011. British Consensus Guidelines on Intravenous Fluid Therapy
for Adult Surgical Patients. BAPEN
121
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
SYOK
Ditinjau kembali oleh :
dr. Nizar D. Rahmatullah
dr. Muthi’ah Ramdhani Agus
dr. Hitaputra Agung Wardhana, Sp.B.,FINACS.
DEFINISI
Syok atau renjatan dapat diartikan sebagai keadaan terdapatnya
pengurangan yang sangat besar dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan
oksigen serta unsur-unsur gizi lainnya secara efektif ke berbagai jaringan sehingga
timbul cidera seluler yang mula-mula reversible dan kemudian bila keadaan syok
berlangsung lama menjadi irreversible.1 Selain itu syok merupakan suatu kelainan
progresif yang menyebabkan kematian bila masalah-masalh yang mendasarinya
tidak dikoreksi. Yang menjadi masalah yang mendasari bisa seperti kehilangan
banyak darah/exsanguinations, trauma atau luka bakar yang luas, infark miokard,
emboli paru, dan sepsis. Tanpa memandang sebabnya, syok ditandai oleh
hipoperfusi sistemik jaringan; yang bisa disebabkan oleh curah jantung yang
berkurang atau oleh berkurangnya volume darah efektif yang beredar. Akibatnya
adalah menjadi gangguan perfusi jaringan dan hipoksia. 3
Syok adalah salah satu keadaan darurat medik yang perlu mendapat
pertolongan medis segera. Namun pertolongan prehospital yang benar dapat
membantu meningkatkan kualitas hidup korban karena dapat mencegah
perburukan kondisi.4
Patogenesis Syok3
Beberapa karakteristik pathogenesis syok sama tanpa memperhatikan
penyebab yang mendasari. Jalur akhir dari syok adalah kematian sel. Begitu
sejumlah besar sel dari organ vital telah mencapai stadium ini, syok menjadi
irreversible, dan kematian terjadi meskipun telah dilakukan koreksi terhadap
penyebab/masalah yang mendasarinya. Mekanisme pathogenesis yang
menyebabkan kematian sel tidak sepenuhnya dipahami.
Syok umumnya cenderung berkembang melalui tiga tahap umum,
kecuali bila kelainan yang ada sangat masif dan mematikan dengan cepat
(misalnya, hilangnya darah/exsanguinations dari suatu aneurisme aorta yang
ruptur). Tahap tahap ini telah diketahi dengan lebih jelas pada syok
hipovolemik namun juga dapat dipakai secara umum pada syok bentuk lain :
122
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. Tahap progresif,
Ditandai dengan hipoperfusi jaringan dan mulainya sirkulasi yang
memburuk dan gangguan metabolisme, termasuk asidosis. Tahap ini
terjadi karna penyebab yang mendasari timbulnya syok tidak
dikoreksi. Sejalan dengan hipoksia jaringan yang meluas, organ-organ
vital terpengaruh dan mulai mengalami kegagalan organ.
c. Tahap irreversible,
Jejas sel dan jaringan sangat berat sehingga walaupun defek
hemodinamik diperbaiki , tidak memungkinkan pasien selamat. Jejas
sel yang meluas tergambarkan dari kebocoran enzim lisosomal, yang
memperburuk keadaan syok. Fungsi kontraktil otot jantung
memburuk, antara lain oleh karena meningkatnya pembentukan nitrat
oksida. Pada tahap ini di mana kegagalan organ yang terjadi walaupun
diberikan pengobatan yang terbaik, biasanya proses akan terus
berlanjut hingga berakhir pada kematian.
2. KLASIFIKASI SYOK
Berdasarkan penyebabnya
a. S
y
123
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. Syok Kardiogenik1
Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik.
Tekanan arteri sistolik < 80 mmHg, indeks jantung berkurang di bawah
1,8 L/menit/m2, dan tekanan pengisian ventrikel kiri meningkat.
Pasien sering tampak tidak berdaya, pengeluaran urin kurang dari 20
ml/jam, ekstremitas dingin dan sianotik.
Penyebab paling sering adalah infark miokard ventrikel kiri,
miokarditis akut dan depresi kontraktilitas miokard.
d. Syok Distributif1
Bentuk syok septik, syok neurogenik, syok anafilaktik yang
menyebabkan penurunan tajam pada resistensi vaskuler perifer.
Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
a. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai
diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang
masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh
makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada limfosit T,
dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang menginduksi limfosit B
berproliferasi menjadi sel plasma (plasmosit). Sel plasma memproduksi
Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk antigen tersebut. Ig E ini kemudian terikat pada
receptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
b. Fase Aktivasi, yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang
sama. Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan
reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam
tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya
reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin,
bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang disebut dengan istilah
preformed mediators. Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat
dari membran sel yang akan menghasilkan leukotrien (LT) dan prostaglandin (PG)
124
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut newly formed
mediators.
c. Fase Efektor adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ
organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan
permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi mukus dan
vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan bradikinin
menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek
bronkospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi
trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin
yang dihasilkan menyebabkan bronchokonstriksi, demikian juga dengan leukotrien.
125
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
126
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3. DERAJAT SYOK
Berat dan ringannya syok:1
Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan prgan non-vital
seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative
dapat hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya
perubahan jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak
terganggu, produksi urin normal atau anya sedikit menurun,
asidosis metabolic tidak ada atau ringan.
Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun
(hati, usus, ginjal, dan lainnya). Organ- organ ini tidak dapat
mentoleransi
127
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
hipoperfusi lebih lama seperti lemak, kulit, dan otot. Oligouria bisa
terjadi dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran relatif masih
baik.
Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme
kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua
organ vital. Pada syok lanjut terjadi vasokonstriksi di semua
pembuluh darah lain. Terjadi oligouria dan asidosis berat, ganguan
kesadaran dan tanda- tanda hipoksia jantung.
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis syok secara umum4
a. Nadi cepat namun lemah/dangkal, ketika sudah parah, nadi menjadi
sangat lambat dan lemah
b. Kulit pucat, dingin, dan lembab
c. Wajah pucat atau terlihat sianosis/kebiruan pada bibir, lidah, dan
cuping telinga
d. Merasa haus, dingin, mual, dan ingin muntah
e. Merasa lemah dan lesu
f. Kehilangan kesadaran, kebingungan, atau merasa pusing
g. Mata terlihat sayu dan pupil melebar
h. WPK (Waktu Pengisian Kapiler) >2 detik
128
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
c. Syok Neurogenik1
Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bradikardi, sesudah
pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Pengumpulan
darah di dalam arteriol, kapiler, dan vena, maka kulit terasa agak hangat
dan cepat berwarna kemerahan.
d. Syok Kardiogenik1
Pasien tidak sadar atau hilangnya kesadaran secara tiba- tiba.
Sianosis akibat dari aliran perifer berhenti
Akral dingin
129
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
130
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
e. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau
nadi, tekanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan
Central Venous Pressure (CVP) untuk tim medis ahli
Kontrol perdarahan dan rawat cedera lain bila ada 4
Tinggikan tungkai korban 15-30 cm agar lebih tinggi dari kepala
(jika tidak dicurigai adanya cedera spinal) agar aliran darah dari
tungkai dapat mengalir ke organ vital (jantung dan otak) dengan
lancar4
Pastikan bahwa kepala korban lebih rendah dari jantung, otak
adalah salah satu organ paling vital yang cepat mengalami
kematian sel bila tidak tersuplai oksigen4
Longgarkan pakaian korban yang terlalu ketat untuk
memperlancar sirkulasi4
Pertahankan suhu tubuh korban dan cegah kehilangan panas
dengan menyelimuti dan memberi tutup kepala 4
Pertahankan kadar oksigenasi korban dengan memberikan
oksigen jika memungkinkan4
Pantau dan reassessment kondisi korban4
131
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
132
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
l. Pantau irama jantung dan buat rekaman EKG (terutama syok kardiogenik).
Syok adalah salah satu predisposisi aritmia karena sering disertai gangguan
keseimbangan elektrolit, asam dan basa.
m. Pantau diuresis dan pemeriksaan analisis urin.
n. Pemeriksaan foto toraks umumnya bergantung pada penyebab dan tingkat
kegawatan syok. Semua pasien syok harus dirujuk ke rumah sakit,
terutama untuk perawatan intensif
133
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
134
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
135
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
136
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. Pemberian Cairan
Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak
sadar, mual-mual, muntah, atau kejang karena bahaya
terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi
atau dibius dan yang mendapat trauma pada perut serta
kepala (otak).
Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul
dan tidak ada indikasi kontra. Pemberian minum harus
dihentikan bila penderita menjadi mual atau muntah.
Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid
merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi
cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler,
volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau
pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan
onkotik intravaskuler.
137
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
138
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
139
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
140
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
141
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
142
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
143
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
144
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
TRAUMA LINGKUNGAN
1. MOUNTAIN SICKNESS
Acute Mountain Sickness (AMS) merupakan penyakit yang dapat
mengenai seseorang pada 6-12 jam setelah mencapai daerah dataran tinggi
atau ketinggian, umumnya diatas 2.400m dpl.1,14.
1.1. Penyebab
Kejadian dari AMS ini bergantung pada ketinggian, faktor risiko
yang dimiliki oleh orang tersebut, dan kecepatan pendakian.2
1.2. Gejala
Tanda dan gejala yang tergolong ringan ini umumnya cenderung
memburuk pada malam hari ketika laju pernafasan berkurang,
yakni meliputi:
a. Sakit kepala
b. Pusing atau kepala terasa ringan
c. Lemah
d. Nadi cepat
e. Sesak nafas
f. Kehilangan nafsu makan
g. Mual atau muntah
h. Gangguan tidur
i. Malaise
Tanda dan gejala yang termasuk gejala sedang atau berat, antara
lain:
a. Adanya suara gelembung pada dada
b. Batuk dengan keluarnya cairan berbusa
c. Pasien canggung dan mengalami kesulitan saat berjalan
d. Adanya gangguan kesadaran hingga hilangnya kesadaran
e. Sianosis
f. Sesak nafas pada saat beristirahat1,2,3,4
145
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. HIPOTERMIA13,15
Merupakan kedaan saat suhu tubuh berada di bawah normal
sementara tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi keadaan tersebut (tidak
bisa menghangatkan tubuh). Suhu tubuh normal yakni 37 oC +/-5oC.
Seseorang mengalami hipotermia apabila suhu tubuh < 35oC.
2.1. Penyebab13
Berada pada udara atau air yang dingin dalam waktu yang cukup
lama. Hipotermia juga bergantung kepada usia, massa tubuh, lemak tubuh,
keadaan kesehatan dan durasi terpapar paparan dari tiap-tiap individu.
Mekanisme :
Tubuh terpapar udara atau lingkungan dingin tubuh kehilangan panas
dari kulit kehilangan panas dipercepat bila hembusan angin juga cukup kuat
termoregulasi bekerja vasokonstriksi, produksi panas dari otot dsb
organ lain menurunkan fungsinya supaya panas tetap terjaga dan darah tetap
terpasok ke otak sebagai pusat pengatur temperature suhu bila suhu terus
menurun maka fungsi otak akan semakin menurun juga kemudian diikuti
dengan penurunan pernafasan dan denyut jantung.
2.2. Gejala13,15
Gejala umum yang sering ditimbulkan ialah :
a. Gemetaran atau mengggigil
b. Nafas pelan dan dangkal
c. Denyut nadi lambat dan lemah
d. Ceroboh, kehilangan keseimbangan
e. Mati rasa pada akral (ujung tangan dan kaki)
f. Bicaranya kacau dan meracau
g. Kebingungan
h. Kehilangan/ gangguan ingatan jangka pendek
i. Pusing, lelah dan lemah
j. Kulit pucat dan dingin
146
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
merinding, kulit
kebiruan,
kebingungan,
gangguan bicara,
gangguan daya ingat,
hiperventilasi,
takipnea, takikardi,
tekanan darah normal.
280 C – 320 C Hipotermia mengantuk (penurunan
sedang kesadaran), tidak
menggigil lagi,
berhalusinasi,
hipoventilasi, pupil
berdilatasi,
hyporeflexia,denyut
jantung menurun.
<280 C Hipotermia berat kekakuan, kehilangan
kesadaran, nafas
berhenti, denyut
jantung berhenti
(ventricular aritmia),
refleks kornea hilang,
edema pulmonal.
hipotensi.
147
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
g. Segera RJP jika terdapat indikasi tidak ada napas dan denyut
nadi.
h. Jangan tergesa-gesa menghangatkan korban yang hipotermia
berat. Segera rujuk!
148
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
149
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
150
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5. LUKA BAKAR
Combustio adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan akibat
kontak dengan sumber panas, sehingga dapat menyebabkan kematian
Patofisiologi luka bakar adalah sebagai berikut 12 :
a. Adanya kontak dengan sumber panas terjadi kerusakan
pembuluh kapiler permeabilitas meningkat edema bulla
(membawa elektrolit) volume cairan intravaskuler menurun
b. Sel darah rusak anemia
c. Fase luka bakar. Dapat dibagi menjadi tiga, yaitu fase akut, fase
sub akut, dan fase lanjut.
5.1. Penyebab
a. Paparan suhu tinggi (api, air panas)
b. Listrik
c. Petir
151
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5.2. Klasifikasi
a. Pembagian zona kerusakan 10
1. Zona koagulasi/ nekrosis
Daerah yang mengalami kontak dengan sumber panas paling
parah. Pada zona ini terjadi kerusakan jaringan yang bersifat
ireversibel akibat koagulasi protein pada jaringan
tersebut.
2. Zona statis
Terjadi kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit dan
leukosit gangguan perfusi (no flow phenomena). Zona
ini harus segera diresusitasi untuk mencegah
kerusakan ireversible.
3. Zona Hiperemis
Zona terluar yang mengalami reaksi berupa vasodilatasi
tanpa banyak melibatkan reaksi seluler.
152
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
153
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
154
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5.3. Gejala
Gejala yang timbul dapat disesuaikan dengan keadaan atau klasifikasi
berdasarkan derajat luka bakar.Dapat dibaca pada poin sebelumnya.
1. Fase Akut
a. Cedera inhalasi (gangguan saluran pernapasan)
Obstruksi saluran napas bagian atas :
Edema mukosa percampuran epitel mukosa yang
mengalami nekrosis dengan sekret kental
terjadi peningkatan fibrin
Obstruksi saluran napas bagian bawah :
Fibrin yang menumpuk pada mukosa alveoli
membentuk membran hialin terjadi
gangguan difusi dan perfusi O2 ARDS (Acute
Respiratory Distress Syndrom)
b. Gangguan mekanisme bernapas
155
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5.4. Tatalaksana
Penatalaksanaan luka bakar harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Anamnesis Mode of Injury (MoI)
b. Prosedur ABCDE
c. Resusitasi cairan (formula Baxter)
d. Monitor vital sign
e. Urine output
f. Bila perlu rujuk ke burn center
g. Fase luka bakar (early – intermediate – late/ akut – sub akut –
lanjut)
156
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Derajat II
a. Bila bulla kecil akan sembuh spontan
b. Bila mengganggu, lakukan aspirasi tanpa melakukan pembuangan
lapisan
Epidermisnya
c. Bila bulla besar, lakukan insisi dan aspirasi kemudian tutup dengan
tulle dan kasa absorben atau hidrofilik
d. Immobilisasi bagian tubuh yang terkena dalam tenggang waktu
tertentu
e. Sembuh + 3 minggu dapat meninggalkan parut.
Derajat III
Stabilisasi luka bakar untuk derajat yang cukup berat :
a. Airway nilai dan lapangkan jalan napas sambil menunggu
bantuan
b. Breathing menjaga pernapasan dan ventilasi
c. Circulation kontrol perdarahan
157
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Untuk luka bakar derajat III harus dirujuk ke burn center untuk
mendapat penanganan lebih lanjut seperti skin graft.
Escharotomies :prosedur bedah yang biasa digunakan pada kasus luka bakar
derajat III (full thickness) dengan tujuan mencegah terjadinya compartment
syndrome akibat komplikasi full thickness burn.
SPECIAL CASES
1. Luka bakar akibat zat kimia : Gunakan air mengalir saja, segera rujuk.
158
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
6.2. Gejala
a. Electrical mark12
Merupakan kelainan yang dapat dijumpai pada tempat di mana
arus listrik masuk kedalam tubuh, dengan tegangan listriknya
rendah sampai sedang. Electrical mark berbentuk bundar atau
oval, dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, yang
dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tengah tersebut
biasanya pucat dan kulit di luar electric mark akan menunjukkan
pelebaran pembuluh darah. Bentuk serta ukuran electric mark
tergantung bentuk dan ukuran benda berarus listrik yang mengenai
tubuh.
b. Joule Burn12
Joule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak
antara tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik
cukup lama, dengan demikian bagian tengah yang dangkal dan
pucat pada electrical mark dapat menjadi hitam hangus terbakar.
c. Extragenous Burn10
Luka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn dapat terjadi
bila tubuh mausia terkena benda yang berarus listrik dengan
tegangan tinggi, yang memang sudah mengandung panas. Tubuh
korban akan hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat,
yang tidak jarang disertai dengan patahnya tulang-tulang.
6.3. Tatalaksana Awal
a. Jika memugkinkan untuk melepas kawat atau memindahkan sumbu
sekring tersebut, memadamkan atau mematikan stop kontak
terkadang hanya akan memadamkan alat listrik tanpa memutuskan
aliran listrik tersebut.
b. Segera memanggil bantuan seperti ambulans
c. Jika tidak dapt dipadamkan, segera gunakan objek yang tidak
menghantarkan listrik seperti sapu, kursi, permadani untuk
mendorong korban menjauhi sumber listrik. Jangan mencoba
menolong korban dengan menyentuh langsung atau terlalu dekat
dengan korban.
159
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
d. Setelah korban terlepas dari sumber arus listrik segera periksa jalan
napas, pernapasan dan sirkulasi. Jika sangat lemah, bermasalah atau
berhenti segera perbaiki dan lakukan RJP.
e. Jika terdapat luka bakar, segera lepaskan pakaian yang dapat dilepas
dari permukaan luka tersebut dan diinginkan pada air mengalir
sehingga nyeri berkurang, lakukan pertolongan pertama pada luka
bakar. Jangan paksa lepas benda di pusat luka bakar.
f.Bila korban tidak sadar, pucat dan menunjukkan tanda-tanda shock,
posisikan korban dengan posisi kepala sedikit rendah dari badan dan
kaki diangkat
g. Electrical shock sering disertai trauma lain seperti, jatuh atau
terlempar yang menyebabkan cedera internal maupun eksternal.
Hindari menggerakkan korban dengan gerakan yang tidak perlu
seperti memeluk atau menggerakkan kepala korban, karna bisa saja
korban kemungkinan mengalami cedera cervical.
160
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
161
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
7. SINDROMA DEKOMPRESI
7.1. Pengertian Sindroma Dekompresi20
Sindroma dekompresi/Decompresion sickness (DCS)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya gelembung pada
darah atau jaringan saat atau setelah mengalami penurunan tekanan
lingkungan (decompression). Emboli pada arteri dapat terjadi karena
gelembung udara yang mengembang dan menyebabkan kapiler
alveolar ruptur sehingga gas alveolus dapat memasuki sirkulasi
arteri. Sindrom ini dapat terjadi setelah naik dari kedalaman 1-1,5 m
apabila volume paru saat memulai penyelaman mendekati kapasitas
paru total.
7.2. Klasifikasi Sindroma Dekompresi21
Klasifikasi Golding untuk sindroma dekompresi dibagi
menjadi dua tipe, yakni sindroma dekompresi tipe 1 (simple bends)
dan tipe 2 (serious).
Sindroma dekompresi tipe 1 (simple bends) didefinisikan
sebagai nyeri, biasanya di sekitar sendi, dengan onset rata-rata 3
jam (0-12 jam)setelah mencapai tekanan atmosfer. Seseorang
dengan Sindroma dekompresi tipe 1 (simple bends) dapat kembali
bekerja keesokan harinya, kecuali kondisinya mengharuskan untuk
dirawat lebih lama.
Sindroma dekompresi tipe 2 (serious) didefinisikan sebagai
gejala selain nyeri atau tanda fisik yang meliputi vertigo, shock,
abnormalitas visual, paralisis, seizure bahkan tidak sadar.
Manifestasinya dapat berasal dari paru-paru, neurologi atau
kardiovaskuler. Onset dari sindroma dekompresi tipe 2 (serious)
cepat, sekitar 50 menit setelah berada di tekanan atmosfer. Gejala-
gejala tersebut bertahan dari dimulainya dekompresi hingga 6 jam
setelah dekompresi.
7.3. Tanda dan Gejala Sindroma Dekompresi22
Gejala yang dapat muncul pada pasien diantaranya:
Gejala umum seperti merasa sangat lelah, lemah,
berkeringat, malaise atau anoreksia
Nyeri sendi, nyeri punggung, atau gejala muskoloskeletal
lain
Bingung, tidak sadarkan diri.
Kemerahan pada kulit
Dyspnea, hemoptysis, batuk non-produktif
Nyeri dada seperti terbakar
Nyeri perut, mual, muntah.
Retensi urin
162
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
163
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
164
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
165
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
14. Naeije R and Swenson, ER. Inhaled Budesonide for Acute Mountain
Sickness. Eur Respir J 2017; 50; 1701355
[http://doi.org/10.1183/13993003.01355-2017]
15. DO AS. EM Basic - Hypothermia. EM Basic LLC; 2016.
16. CDC. Frostbite (intenet). diupdate 20 Desember 2016. Tersedia pada
URL: www.cdc.gov. Diakses pada 26 Desember 2017.
17. Helman, RS. Heat Stroke Treatment & Mnagement. (internet). diupdate
18 Mei 2017. Diakses pada 26 Desember 2017.
18. Lumbuun RFM, Wardhana A. Peranan Eksisi Dini dan Skin Graft pada
Luka Bakar Dalam. CDK-251. [online]. 2017. [cited in 2017 Dec 26]
44(4). Available From <kalbemed.com>
19. Waldmann V. Electrical Injury. BMJ. [online]. 2017. [cited in 2017 Dec
26] 357;j1418. available from <www.bmj.com>
20. Vann RD, Butler FK, Mitchell SJ, Moon RE. Decompression Illness. The
Lancet [serial online]. 2011 [cited in 2017 Dec 26];377. available from
<www.ncbi.nlm.nih.gov>
21. Vann RD, Denoble PJ, Howle LE, Weber PW, Freiberger JJ, Pieper CF.
Resolution and Severity in Decompression Illness. Aviation, Space, and
Envirotmental Medicine [serial online]. 2009. [cited in 2017 Dec 26];
80(5):466-471. available from <www.uhms.org>
22. Pulley, SA. Decompression Sickness Clinical Presentation [serial on the
internet]. 2016. [cited in 2017 Dec 26]. available from
<emedicine.medscape.com>
166
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
ENVENOMASI
Telah di Tinjau oleh :
dr. Sevri Yunata (TBM Averroes)
dr. Hitaputra Agung Wardhana,Sp.B.,FINACS.
1. DEFINISI
4. Menghirup udara yang tercemar virus rabies (inhalasi), seperti goa kelelawar
167
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Masa inkubasi dari virus rabies ini selama 1 minggu atau lebih,
pada umumnya 1 bulan.
c. Tanda-tanda penyakit rabies pada hewan :
1. Bertingkah laku aneh, kadang-kadang muram, sedih, gelisah, atau mudah marah
2. Mulutnya berbusa, tidak dapat makan atau minum
3. Kadang-kadang binatang jadi liar (gila) dan dapat menggigit setiap
manusia/binatang lain disekitarnya (agresif)
4. 2-4 hari setelah gejala pertama terjadi kelumpuhan, dan mati dalam waktu 5-7
hari
168
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
d. Penatalaksanaan
1. Di lapangan
Luka gigitan harus segera dicuci dengan sabun atau detergen dengan
air mengalir selama 5-10 menit
Debridement luka
Berikan desinfektan seperti alcohol 40-70%, tinktura yodii, atau
larutan ephiran 0,1%
2. Di Rumah Sakit
Vaksinasi
Pada luka gigitan yang ringan pemberian vaksin saja sudah cukup tetapi
pada semua kasus gigitan yang parah dan semua gigitan binatang liar yang
biasanya menjadi vektor rabies, kombinasi vaksin dan serum anti rabies
(SAR) adalah yang paling ideal dan memberikan proteksi yang jauh lebih
baik dibandingkan dengan vaksin saja.
VAR (Vaksin Anti Rabies)
Vaksinasi pre-exposure
Untuk menghindari infeksi virus rabies, disamping pemberian
VAR setelah mendapatkan gigitan hewan tersangka rabies.
Vaksinasi post-exposure
Neutralizing antibody terhadap virus rabies dapat segera terbentuk
dalam serum setelah masuknya virus ke dalam tubuh dan sebaiknya
terdapat dalam titer yang cukup tinggi selama setahun sehubungan
dengan panjangnya masa inkubasi penyakit. Ada dua tipe vaksin anti
rabies (VAR) yaitu : Nerve Tissue Vaksin (NTV) yang berasal dari
otak hewan dewasa, Non Nerve Tissue Vaccine yang berasal dari telur
itik bertunas (Duck embryo Vaccine = DEV) dan vaksin yang
169
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3. P e
r
a
w
a
t
170
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Perawatan Rabies
a. Infiltrasi serum anti rabies dengan dosis 40 IV/kg BB yaitu 5 ml di sekitar luka
b. ½ dosis suntikan antibodi pada luka dan ½ dosis lagi disuntikkan pada otot,
biasanya pada paha
c. Jenis Vaksin Rabies :
171
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Vaksin SMBV, dosisnya 2cc, Sc 7x sebagai dasar dan 2 x 0,25 ml sebagai booster.
Vaksin HDCV atau RVA dengan dosis pertama 1cc IM dan selanjutnya hari
ke 3,7,14, dan 28, pada orang dewasa diberikan pada otot deltoid dan pada
anak-anak pada paha anterolateral.
iv. Anti Tetanus Serum
Gigitan Ular
i. a. Klasifikasi ular
172
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3. Dua luka gigitan utama akibat gigi
taring yang berbisa
3. Luka halus di sepanjang lengkungan bekas
4. Ada lekukan (lubang) di antara mata
gigitan (bentuk U)
dan lubang hidungnya
5. Mata sipit (bentuk elips)
6. Mengeluarkan bunyi gemeretak
dengan menggetarkan cincin pada
ujung ekornya
7. Memiliki lapisan bewarna keputihan
di dalam mulutnya
8. Memiliki cincin merah, kuning, dan
hitam sepanjang tubuhnya
173
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
174
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Cobra
175
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Penyebaran : Jawa
Ukuran dewasa : 130 - 185 cm
Habitat : Hutan tropis, sawah, sungai, padang
rumput terbuka. Jenis bisa : Postsynaptic
neurotoxin
Efek klinis : Terkena bisa 80% (20% dry bite) berpotensi
mematikan. Tingkat kematian sekitar 40% - 60%.
3. Weling
176
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
4. Welang
177
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
6. Vipera Russelii
178
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
179
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
180
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
10. Insularis
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi menjadi beberapa kategori:
1. Efek lokal
Rasa sakit dan pelunakan di daerah gigitan luka dapat membengkak
hebat dan dapat berdarah serta melepuh
2. Perdarahan
Korban dapat berdarah dari luka gigtan atau berdarah spontan dari luka
yang lama. Perdarahan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan syok
atau bahkan kematian
3. Efek sistem syaraf
4. Kematian otot
Jaringan parut dapat menyebabkan penyumbatan ginjal, yang mencoba
menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
5. Mata
Semburan bisa ular kobra dapat secara tepat mengenai mata korban,
menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada
mata.
d. Klasififkasi gigitan ular berbisa
1. Derajat 0
Bekas gigitan satu/ banyak dan datar
Tidak nyeri
Eritema minimal
Tanpa gejala sistemik 12 jam pertama
2. Derajat 1
Didapatkan bekas taring
Nyeri dan eritema sampai 12 jam pertama
Oedema 1-5 cm sekitar gigitan
3. Derajat 2
Tampak bekas taring
Nyeri berat
Edema dan eritema 6-12 jam pertama dan meluas ± gejala
sistemik mual, neurotosik, dan syok
4. Derajat 3
Derajat 2 + gejala sistemik hipotensi, petekiae, ekimosis, dan syok
5. Derajat 4
Derajat 3 dengan multiple organ failure seperti gagal ginjal,
koma, sputum berdarah, edema distal dari gigitan.
182
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
IV + + +++ >ekstremitas ++
GG(gagal ginjal),
Koma,perdarahan
e. Penatalaksanaan
1. Di lapangan
Cek ABC
Tenangkan korban yang cemasRendahkan dari jantung
Inspeksi area gigitan : cari tanda gigitan taring (fang marks), edema,
eritema, nyeri lokal, perdarahan, memar, dan nekrosis jaringan
(terutama akibat ggitan ular dari familia vipiridae)
Buka semua perhiasan atau aksesoris yang dapat menimbulkan
terjadinya hambatan pada aliran pembuluh darah
Lakukan PBI (pressure bandage immobilitation)
i. Tujuan: mencegah pergerakan dan kontraksi otot yang dapat
meningkatkan penyebaran bisa ke dalam aliran darah dan
getah bening.
ii. Teknik :
183
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
184
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
f. Algoritma
185
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Gigitan Serangga
Korban oleh gigitan serangga biasanya ringan dan tak banyak bahayanya.
Dasar timbul reaksi dari penderita adalah suatu reaksi alergi. Reaksi ini
bermacam-macam dan sangat tergantung kepada individu. Bukan saja
bisanya tetapi komponen serangga itu sendiri bersifat alergen. Kematian
disebabkan reaksi anafilaktis dan timbulnya akibat sengatan.
a. Gejala Klinik
c. Sengatan Tawon
186
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Pada orang yang tak sensitif hanya mengeluh sakit setempat, bengkak, kemerahan.
Pertolongan pertama:
1. Kompres es
2. Berikan krem yang mengandung soda disekitar sengatan
Gejala Klinik
Berupa gatal-gatal dan kemerahan yang berat berupa syok sebagai reaksi histamin
Penatalaksanaan
187
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Algoritma
Gigitan Kalajengking
a. Gejala klinis
1. Nyeri lokal meluas dengan cepat
2. Hiperestesia berlanjut menjadi hipostesia
3. Timbul rasa gatal pada hidung, mulut dan kerongkongan, lidah terasa
tebal, trismus, inkontinensia, berbuih, salivasi, hipersalivasi,
laringospasme, kejang.
4. Bila korban mampu melewati masa kritis yaitu 3 jam pertama maka prognosis
baik
b. Penatalaksanaan
1. Pemasangan tormiquet diproksimal sengatan
2. Eksisi tempat sengatan
3. Kompres es
4. Injeksi emetin HCl 1 gram dalam 1 ml larutan NaCl 0,9% didekat
sengatan sebagai antagonis terhadap racun kalajengking sebagai anti bisa
c. Algoritma
188
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
189
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Gigitan Laba-Laba
a. Gejala klinis
190
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
c. Algoritma
191
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Gejala:
1. Resusitasi
2. Torniquet
3. Lokal: air panas, alkohol
4. Obat-obatan: narkotik, anestesi lokal, kortison cream
Prognosa
192
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. Gurita
Tatalaksana
1. Luka gigitan dicuci
2. Jalan nafas dipertahankan kalau perlu di resusitasi
3. Simptomatis
193
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Ikan pari berbahaya karena sabetan ekornya yang bergerigi 2 baris pada sisi
dorsal, racun dihasilkan oleh sel sekretoris integumen yang menutup alur
ventrolateral yang biasanya rusak pada waktu duri menancap pada korban.
Ikan singa yang terdiri dari beberapa jenis mengeluarkan racun dari 12-13
sirip dorsal, 3 sirip anal, dan sepasang sirip panggul.
Gejala dan tanda
1. Lokal
Luka dicuci dengan air garam dan kulit yang teracun dibersihkan
Luka direndam dengan air panas hangat kuku karena toksin rusak
dengan suhu tinggi
Dapat ditambahkan dengan asam encer, amonia, atau MgSO 4
2. Sistemik
ATS/ toksoid
Diazepam
Atropin
Antibiotik
194
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
d. Bulu Babi
Bulu babi berbahaya karena duri primer dan sekunder yang panjang dan
mudah patah jika disentuh kaki dan terinjak. Duri sekunder berakhir pada
kelenjar racun yang memuntahkan produknya lewat lubang pada ujung
duri. Bulu babi juga punya organ penjepit (pedicelariae) di antara duri.
Tertusuk pedicelariae agak lebih berat sampai menyebabkan nyeri,
bengkak, mual dan sinkop.
Tatalaksana
195
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
196
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
197
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
INTOKSIKASI
Telah di tinjau kembali oleh : dr. Sevri Yunata
TBM Averoes
1. PENDAHULUAN
Intoksikasi adalah masuknya zat toksik (racun) ke dalam tubuh baik melalui
saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara lainnya yang menimbulkan tanda dan
gejala klinis. Pada keadaan keracunan makanan, gejala timbul karena racun ikut tertelan
bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan, gejala timbul tak lama
setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan dapat segera timbul tidak melebihi 24
jam setelah tertelannya racun. Seseorang yang terkena gejala keracunan harus segera
ditangani karena reaksi keracunan dapat terjadi saat itu juga, beberapa waktu kemudian,
atau terasa saat sudah lama. Penanganan yang kurang tepat 198hlo memperparah
keadaan penderita.
2. GEJALA UMUM
a. Mengantuk hingga koma (narkotika)
b. Nyeri perut, mual, muntah, dan diare
c. Produksi liur berlebih, atau tampak mulut seperti berbusa
d. Pupil mata abnormal (miosis ataupun midriasis berlebih)
e. Rasa terbakar di sekitar bibir dan mulut (racun korosif, 198hlord bahan pemutih)
f. Kejang otot (strychnine)
g. Bingung dan mengalami penurunan kesadaran
h. Keringat berlebih
i. Nafas abnormal (cepat dan dangkal atau terlalu lambat)
j. Hipotermia
k. Kulit menjadi merah muda/cherry red
l. Kulit melepuh
m. Kulit kebiruan/sianosis
n. Napas berbau
o. Detak jantung abnormal (takikardia atau bradikardia)
p. Kelemahan otot
3. PRINSIP PENATALAKSANAAN
a. Safety first, pastikan bahwa penolong tidak terkena racun
b. Selalu lakukan primary assessment dan diikuti secondary assessment
c. Dekontaminasi racun dari tubuh korban
d. Lakukan manajemen spesifik sesuai dengan jenis racun
e. Pastikan sudah memanggil ambulans atau bantuan medis professional
198
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
4. JENIS INTOKSIKASI
Ingested poison
Keracunan melalui saluran cerna ini banyak disebabkan karena bahan-bahan
dalam rumah tangga seperti obat-obatan terutama obat tidur atau penenang (luminal,
valium, mogadon) dengan dosis yang tinggi atau jumlah banyak; makanan yang
mengandung racun misalnya jengkol, singkong, tempe bongkrek, jamur, makanan
kaleng kadaluarsa; obat nyamuk, minyak tanah, bensin, pretoleum; makanan atau
minuman yang mengandung 199hlorda. Penilaian korban: penolong harus
mengumpulkan informasi dengan cepat terkait jumlah dan jenis racun yang tertelan.
Jangan !:
Merangsang muntah jika korban tertelan bensin atau bahan lain yang bersifat korosif
(misalnya karena bahan pemutih, pembersih toilet, asam kuat, atau basa kuat). Hal
ini juga dapat diamati apabila mulut atau tenggorokan mengalami luka bakar atau
iritasi setalah menelan racun. Tidak boleh merangsang muntah karena hal ini dapat
melukai permukaan dalam organ pencernaan. Beri korban minum yang banyak dan
segera bawa ke rumah sakit karena harus segera ditangani dengan bilas lambung.
Melakukan breathing rescue secara langsung dari mulut ke mulut karena masih ada
kemungkinan kontak dengan racun yang tersisa di mulut korban. Gunakan
pocket face mask dengan katup satu arah, bag valve mask dengan supplemental oxygen,
atau ventilasi tekanan positif untuk menolong korban.
Penanganan korban keracunan yang tertelan akan dibahas kemudian
Inhaled Poisons
Racun yang terhirup dapat berbentuk gas, uap air, dan spray. Substansi yang
menjadi penyebab antara lain karbon monoksida, 199hlorda, klorin, spray
pembunuh serangga, dan gas dari senyawa 199hlordan (mudah menguap). Efek
toksiknya sepenuhnya disebabkan oleh hipoksia.
Penanganan:
Dalam penanganan korban, prinsip utamanya adalah menjaga jalan napas dan
berikan bantuan respirasi (oksigen) dengan menggunakan masker yang ketat (tight-
fitting).
Langkah-langkah penanganan:
a. Perkenalan diri dan tenangkan keadaan
b. Primary assessment, evaluasi apakah dibutuhkan transportasi segera terkait
kondisi kritis pasien
c. Lakukan secondary assessment dan cek tanda vital
d. Berikan oksigen konsentrasi tinggi
e. Transportasikan korban dan bawa kaleng, botol, atau label dari substansi yang
menyebabkan keracunan ke layanan medis
f. Lakukan reassessment di perjalanan
199
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Informasi: Jika korban suspek teracuni inhaled poison, waspada pada lokasi
kejadian. Racun yang ada dapat terhirup dan menyebabkan pembengkakan serta
sumbatan jalan napas bagian atas, bronkospasme dan delayed pneumonitis
Smoke Inhalation
Masalah serius pada kasus kebakaran adalah menghirup asap. Hal ini
berhubungan dengan luka bakar dan keracunan bahan kimia pada asap. Asap hasil
pembakaran memiliki substansi berbahaya, selain itu dapat menyebabkan kulit yang
terbakar, iritasi mata, menyebabkan respiratory arrest, dan efek berbahaya lainnya.
Absorbed Poisons
Keracunan ini dapat menyebabkan kontaminasi pada kulit dan mata. Bagian
terpenting dari penanganan racun yang terserap adalah menghilangkan racun dari
kulit atau mata. Cara terbaik untuk menghilangkan racun adalah dengan mangairi
kulit atau mata dengan air bersih yang mengalir atau larutan saline. Dalam melakukan
irigasi jangan menggunakan air bertekanan tinggi karena dapat melukai kulit. Jangan
menetralkan racun dengan menggunakan asam atau basa. Ketika asam bertemu
dengan basa memang benar akan menjadi netral, tetapi reaksi ini menghasilkan panas
sehingga dapat menambah kerusakan kulit.
Penanganan Korban:
a. Perkenalan dan tenangkan keadaan
b. Primary assessment, evaluasi apakah dibutuhkan transportasi segera terkait
kondisi kritis pasien
c. Lakukan secondary assessment, cek tanda vital, dan lepas pakaian
yang terkontaminasi
d. Hilangkan racun dengan:
Jika berupa serbuk, sikat serbuk yang menempel pada kulit korban
menggunakan sikat yang halus (agar tidak terjadi iritasi pada kulit) lalu
lanjutkan seperti penanganan absorbed poisons
200
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Jika berupa cairan, irigasi dengan air bersih selama paling tidak 20 menit dan
lanjutkan selama di perjalanan jika memungkinkan
Jika pada mata, irigasi dengan air bersih selama paling tidak 20 menit dan
lanjutkan selama di perjalanan jika memungkinkan
e. Antar pasien dan bawa substansi yang menyebabkan keracunan ke layanan medis
f. Lakukan reassessment di perjalanan
Kontaminasi kulit
a. Lepaskan semua pakaian dan barang pribadi dan cuci menyeluruh seluruh daerah
yang terkontaminasi dengan air hangat yang banyak. Gunakan sabun dan air
untuk bahan berminyak.
b. Petugas kesehatan yang menolong harus melindungi dirinya terhadap
kontaminasi sekunder dengan menggunakan sarung tangan dan celemek.
c. Pakaian dan barang pribadi yang telah dilepas harus diamankan dalam kantung
plastik transparan yang dapat disegel, untuk dibersihkan lebih lanjut atau
dibuang.
d. Setelah penanganan awal, bawa pasien ke unit kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan dan penanganan lanjut.
Kontaminasi Mata
a. Bilas mata selama 20 menit dengan air bersih yang mengalir atau larutan saline,
pastikan bahwa mata yang terkontaminasi berada di bawah.
b. Balikkan kelopak mata bagian atas dan bawah dan pastikan semua
permukaannya terbilas.
201
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
c. Pada kasus asam atau alkali irigasi mata hingga Ph mata kembali dan tetap normal
(periksa kembali Ph mata 15-20 menit setelah irigasi dihentikan).
d. Jika memungkinkan, mata harus diperiksa secara seksama dengan pengecatan
fluorescein untuk mencari tanda kerusakan kornea. Jika ada kerusakan pada
permukaan mata (konjungtiva atau kornea), korban harus diperiksa segera oleh
dokter mata.
e. Salah satu kasus kontaminasi racun yang sering terjadi adalah terciprat/terpercik
pembersih toilet saat membukanya. Karena itu kita dapat mencegahnya dengan
cara mengarahkan mulut botol menjauhi muka saat membuka suatu produk agar
jika memercik tidak mengenai mata.
f. Setelah penanganan awal, bawa pasien ke unit kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan dan penanganan lanjut.
202
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
(Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita
kejang.
c. Bilas Lambung
d. Pemberian susu dan air kelapa dapat dipertimbangkan
e. Segera rujuk ke RS
204
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
205
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
206
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Gejala Klinis
Gejala klinis keracunan jamur antara lain:
Keracunan yang diakibatkan makan jamur, yang mengandung racun
muskarin mempunyai gejala-gejala:
a. Setelah 5-10 menit si penderita akan mengeluarkan air mata, peluh atau ludah.
b. Penyempitan pupil mata, sesak nafas, buang air, pusing,
c. Lemah, kollaps, koma, diikuti kejang-kejang, apabila tidak segera
ditolong dapat menimbulkan kematian.
Keracunan akibat racun yang lain, mempunyai gejala-gejala :
a. Setelah 4-6 jam si penderita akan menjadi haus.
b. Sakit perut, muntah-muntah dan berak encer, syok, apabila tidak segera
ditolong dapat menimbulkan kematian
Penatalaksanaan
a. Muntahkan korban
b. Bilas lambung
c. Jika berat, kirim ke Rumah Sakit dan diberi antidotum atopin.
6. PENANGANAN SPESIFIK INJECTED POISONS
Keracunan Insektisida
Insektisida digunakan untuk membasmi bermacam-macam hama (tumbuhan
maupun binatang) khususnya hama serangga yang dijumpai dalam kehidupan manusia.
Insektisida digunakan di 208hlord-negara dunia ini untuk melindungi tanaman dari
kerusakan. Walaupun dalam jumlah dan ukuran kecil tetapi insektisida jelas
menimbulkan keracunan pada manusia. Insektisida yang sering menyebabkan keracunan
antara lain:
Insektisida Golongan Organofosfat (Cholinesterase Inhibitor Insecticides)
Insektisida golongan penghambat kolinesterase sangat toksis dan insiden
keracunan oleh bahan ini cenderung meningkat karena senyawa organofosfat banyak
digunakan sebagai bahan pengganti untuk DDT, setelah pelarangan DDT di beberapa
208hlord.
Yang termasuk senyawa organofosfat misalnya 208hlordane, malation, systox,
TEPP, HEPP, OMPA, sedangkan yang lain adalah golongan carbonates misalnya
dimethan dan matacil. Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan
mengaktivasikan enzim asetilkolinesterase. Enzim secara normal menghancurkan
asetilkolin yang dilepaskan oleh susunan saraf pusat, ganglion otonom, ujung-ujung
saraf parasimpatis dan ujung-ujung saraf 208hlorda hambatan asetilkolinesterase
menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-tempat tersebut.
Gejala Klinis
Gejala klinis biasanya muncul dalam 2 jam setelah kontak. Gejalanya antara lain:
a. Nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronkokonstriksi, hipotensi,
b. Kejang yang diikuti dengan penurunan kesadaran dan depresi pernafasan
c. Penglihatan kabur, kejang perut,mual, muntah dan diare
d. Perangsangan kelenjar sekretoris menyebabkan rinorea, hipersalivasi, banyak
keringat
208
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
209
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
210
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
1. DEFINISI
Keterampilan dasar bedah adalah keterampilan dasar yang diperlukan di
dalam melakukan prosedur bedah dan wajib dimiliki oleh seorang tenaga medis
terutama general practisioner sebagai ujung tombak pelayanan medis.
Pisau bedah terdiri dari dua bagian yaitu gagang (skalpel) dan mata
pisau (mess/bistouri/blade). Kegunaanya adalah untuk menyayat
211
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
212
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Gunting
Bentuk dan besarnya gunting bermacam-macam tergantung
penggunaannya, oleh karena itu gunting dibedakan menjadi 4
macam, yaitu:
Gunting Jaringan (bedah)
213
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Gunting Perban
Gunting Iris
214
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Pinset Chirurgis
Pinset Chirurgis biasanya memiliki dua gigi pada satu bidang. Pinset
bergigi ini digunakan untuk memegang jaringan yang hanya
memerlukan tekanan minimal, misalnya subkutis, otot, fascia, tetapi
tidak untuk memegang struktur yang mudah berlubang (peritoneum,
pleura).
Cara memegang pinset :
Pegang pinset seperti memegang pensil.
215
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3. Klem Jaringan
216
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
4. Cunam
Alat penjepit dengan ujung berbentuk cincin yang bisa dipakai untuk
menjepit kasa pembersih luka.
c. Instrumen Hemostatik
1. Klem Arteri
Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan
perdarahan pembuluh darah kecil dan menggenggam jaringan
lainnya dengan tepat tanpa menimmenimbulkan kerusakan yang
217
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Cara penggunaan:
Needle digenggam pada jarak 2/3 dari ujung berlubang needle, dan
berada pada ujung jepitan needle-holder. Hal ini akan memudahkan
tusukan jaringan pada saat jahitan dilakukan.
e. Jarum Jahit
218
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
219
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2.2 Bahan
a. Benang Jahit
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang
yang absorbable biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam,
mengikat pembuluh darah dan kadang digunakan pada bedah minor.
Benang non-absorbable biasanya digunakan untuk jaringan tertentu
dan harus diremove.
Benang absorbable
1. Alami
Plain Cat Gut
Benang yang dibuat dari kolagen sapi dan domba. Benang ini
memiliki daya serap pengikat 1-2 minggu dan diabsobsi sempurna
oleh tubuh melalui enzim proteolitik jaringan dalam waktu 70 hari.
Warnanya putih kekuningan. Digunakan untuk mengikat sumber
perdarahan kecil, menjahit sub kutis, dan dapat digunakan untuk
menjahit daerah longgar seperti perut maupun wajah dan luas luka
yang sempit.
Mirip dengan plain cat gut, namun diberi lapisan tambahan larutan
garam Chromium untuk memperpanjang waktu absorbsi sampai 90
hari, dengan daya serap pengikat selama 2-3 minggu. Warnanya
coklat kebiruan. Biasanya benang ini digunakan untuk menjahit
tendon atau subkutan intradermal, dan jaringan yang waktu
penyembuhannya cukup lama.
220
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Buatan (synthetic)
Benang non-absorbable
1. Alami
Benang silk dibuat dari 70% protein organik yang disebut fibroin.
Warnanya hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa,
karena sudah dikombinasikan dengan bahan perekat 30% nya.
Digunakan untuk menjahit kulit, perbaikan tendon, dan mengikat
pembuluh darah besar.
221
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. Buatan
c. Cairan Steril
Cairan digunakan untuk irigasi luka dengan cara menyemprotkan cairan
tersebut ke bagian dalam luka. Untuk menyemprotkan cairan, dapat
222
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
d. Kasa Steril
Kasa steril digunakan untuk debridement, menghentikan perdarahan,
menutup luka setelah dijahit, menyerap eksudat, membatasi penguapan,
melindungi luka dan lain-lain.
h. Doek Steril
223
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
a. Asepsis medis
Teknik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme. Misalnya: mencuci tangan, memakai
handshcoen, mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir
untuk obat.
1. Cuci tangan
Mencuci tangan merupakan proses asepsis yang paling penting
untuk mencegah infeksi. Pada tindakan bedah minor dimana tidak
dibutuhkan teknik scrubbing, cuci tangan dilakukan selama 40-60
detik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
2. Menggunakan handschoen
Mengenakan handschoen atau gloving dapat dilakukan dengan dua
cara, terbuka dan tertutup. Pada teknik tertutup, handschoen
digunakan dengan tangan tetap berada di dalam gown, sedangkan
pada teknik terbuka, handschoen digunakan dengan tangan yang
sudah berada di luar gown seperti yang terlihat pada gambar di
bawah.
224
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh
mikroorganisme dari suatu daerah. 3 prinsip-prinsip tindakan asepsis yang
umum, yaitu sebagai berikut.
1. Semua benda yang menyentuh atau dimasukkan ke dalam tubuh
haruslah steril.
2. Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril
3. Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang agar objek
tersebut selalu terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi
di luar pengawasan.
4. Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang
steril.
5. Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas
yang sudah steril.
6. Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung
pembungkusnya tidak mengarah pada si petugas.
7. Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek
yang tidak steril.
8. Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang
sehingga cairan desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka
forcep itu sudah tercemar.
225
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3.2 Antisepsis
Antisepsis adalah tindakan mengurangi mikroorganisme, baik yang
berupa flora normal maupun transient menggunakan teknik sterilisasi
dan/atau disinfeksi. Pada prinsipnya, tindakan antisepsis merupakan
usaha untuk menjaga kondisi asepsis yang dibutuhkan dalam proses
operasi.
a. Skin preparation
Sebelum melakukan tindakan bedah, kulit dibersihkan menggunakan
cairan antiseptik dimulai dari tengah ke perifer (secara sentrifugal).
Area yang dibersihkan harus mencakup seluruh insisi yang akan
dilakukan beserta area di sekitarnya. Selain itu, jika operasi akan
dilakukan pada lokasi tertentu yang membutuhkan penanganan
khusus, pencukuran perlu dilakukan agar rambut-rambut tidak
mengganggu jalannya operasi. Penggunaan duk (pada operasi minor)
atau draping pada operasi yang lebih besar perlu dilakukan untuk
membatasi area operasi.
Beberapa cairan antisepsis yang dapat digunakan antara lain povidone
iodine 10%, alkohol 10%, dan klorheksidin.
226
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
227
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
228
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
229
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Gambar 41. Teknik forehand dengan needle holder memegang jarum pada 1/3
proksimal
5.3 Jenis-Jenis Jahitan
a. Jahitan Terputus (Simple Inerrupted Suture)
Teknik ini dapat digunakan untuk menjahit kulit, fascia, dan otot. Cara
jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan.
Keuntungan jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat
yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di
tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama
untuk mengerjakannya.
230
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. . Jahitan Matras
1. Jahitan Matras Horizontal
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul. Sebelum
disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari
tusukan pertama. Jahitan ini memberikan hasil jahitan yang
kuat.Teknik ini akan menimbulkan lebih banyak trackmarks
dibanding teknik penjahitan lainnya. Akan tetapi kelebihan dari
teknik ini adalah sifat hemostasisnya serta kemampuannya
memudahkan bentuk eversi dari luka.
231
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
232
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
233
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3. Jahitan dimulai dari sisi luka yang letaknya paling jauh dari tubuh
operator, menuju ke arah operator.
4. Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk
sudut 90˚ dan bahu abduksi, jarum ditusukkan di kulit secara tegak
lurus.
5. Tusukan jarum dilakukan 3 – 4 mm dari tepi luka, di dekat tempat
yang dijepit pinset. Jarak antar tusukan kurang lebih 0.5 – 1 cm.
Untuk jahitan di wajah, tusukan jarum dilakukan 2 – 3 mm dari tepi
luka dengan jarak antar tusukan 3 – 5 mm.
6. Kulit ditegakkan, dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta
adduksi bahu yang serentak, jarum didorong maju dalam arah
melengkung sesuai dengan lengkungan jarum, tetapi jangan terlalu
dangkal (akan terbentuk dead space )
7. Setelah jarum muncul kembali di balik kulit, jarum dijepit
dengan klem pemegang jarum dan ditarik keluar (penjepitan ini
tidak boleh pada ujungnya, karena jarum dapat patah atau
bengkok).
8. Benang ditarik terus sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.
9. Tusukkan lagi jarum di tepi luka yang lain dengan cara dan
kedalaman yang sama.
10. Setelah jarum muncul di kulit, ditarik lalu dibuat simpul ikatan
2x1x2
11. Luka dibersihkan dan dinilai ketatnya ikatan
12. Simpul ditarik ke tepi ke arah pada ujung benang yang lebih pendek.
234
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
235
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
7. TAHAP PENYIMPULAN
Beberapa jenis simpul yang perlu diketahui antara lain reef knot dan
surgeon’s knot. Berikut ini adalah tahapan menyimpul dengan menggunakan
instrumen.
236
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Instrumen
(biasanya
needle holder) diletakkan diantara sisi panjang dan pendek kedua benang.
Buat dua kali loop pada benang yang panjang, kemudian ambil ujung dari
benang pendek menggunakan instrumen tersebut, tarik. Lakukan langkah
yang sama dengan hanya satu kali loop menggunakan benang yang panjang,
ambil ujung dari benang pendek dengan menggunakan instrumen tersebut,
tarik, dan simpul selesai dibuat.
Selain menggunakan instrumen, simpul juga dapat dibuat dengan tangan
kosong. Simpul tersebut antara lain, reef knot, surgeon’s knot dan slip knot.
Karena relatif jarang digunakan dalam setting di luar kamar operasi, maka
akan ditunjukkan ilustrasi gambarnya. Detil langkahnya dapat dipelajari di
Textbook Surgical Techniques oleh Mihaly Boros.
237
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
9. KOMPLIKASI
Komplikasi post-operasi adalah segala luaran negatif yang terjadi selama atau
paska tindakan dan dapat memengaruhi proses penyemuhan dari pasien.
Beberapa komplikasi yang mungkin muncul paska tindakan bedah sederhana
antara lain reaksi obat akibat anestesi lokal, perdarahan, kerusakan organ, infeksi
luka operasi, hematoma dan lepasnya jahitan.1 Segala bentuk komplikasi yang
mungkin terjadi harus dijelaskan kepada pasien sebelum tindakan dilakukan
ketika meminta inform consent sehingga pasien atau keluarganya memahami
kemungkinan komplikasi yang terjadi atas tindakan yang dilakukan
terhadapnya.
238
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
tidak tumpul), kaca tahan panas (pyrex), kasa, doek, laken, jas
operasi.
g. Flamber berarti membakar dengan spritus atau alkohol 96%. Bahan
bakar harus cukup untuk member nyala minimum selama 5 menit.
Cara ini mudah dikerjakan, cepat dan cocok dalam keadaan darurat,
dan sterilitasnya terjamin. Alat yang dibakar harus dalam keadaan
bersih dan kering dan tempat membakar sebaiknya alumunium atau
wadah yang terbuat dari logam tahan karat. Cara ini jangan sering
digunakan pada alat dari logam karena alat akan berubah warna dan
rusak, gunting dan pisau juga akan mudah tumpul.
h. Autoclave (otoklaf) dilakukan dengan memasak dengan uap
bertekanan 750 mmHg dan temperature 120oC. Waktu dapat
dipersingkat dengan menaikkan tekanan atau suhu. Dengan cara ini
dalam tempo 13 menit spora dan bakteri akan mati. Digunakan unuk
mensterilkan kain kasa, doek, laken operasi dan jas operasi. Dipakai
untuk mensterilkan sarung tangan operasi, kateter balon, kasa dan
pembalut
i. Gas etilen oksida , cairan ini dapat membunuh spora, bakteri serta
virus dan jamur patogen. Sifatnya toksik dan mudah terbakar. Cara
ini baik untuk alat tak tahan panas. Dipakai untuk mensterilkan alat
endoskopi, alat yang terbuat dari karet, gunting dan mata pisau
operasi.
j. Larutan antiseptik dilakukan dengan cara membilas atau merendam
alat-alat dengan larutan tersebut. Larutan antiseptik digunakan untuk
mensterilkan alat bedah, alat-alat yang tajam, kateter dan korentang.
239
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
240
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
MATRA MEDIS
NON-EMERGENSI
241
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
ANAMNESIS
Telah ditinjau oleh :
dr. Decky Aditya Zulkarnaen (TBM Bumi Gora)
dr. Vina Nadiyah Hajjah (TBM Vertex)
1. Definisi
Anamnesis merupakan percakapan untuk menggali informasi mengenai
riwayat penyakit pasien. Anamnesis merupakan langkah awal dalam tata cara kerja
yang harus ditempuh untuk membuat diagnosis. Anamnesis digunakan untuk
mengarahkan pemeriksaan fisik dan menentukan pemeriksaan tambahan yang tepat
bagi pasien sehingga dapat memperkuat dugaan dalam anamnesis.
Pada tingkat yang paling dasar, percakapan dengan pasien ini memiliki tiga
tujuan, yaitu membangun hubungan yang saling percaya dan mendukung (sambung
rasa dokter-pasien), mengumpulkan informasi, dan menyampaikan informasi.
Proses anamnesis tersusun meliputi sebuah kerangka terstruktur untuk memperoleh
informasi dari pasien dalam bentuk tertulis maupun lisan. Kerangka tersebut
berfokus pada informasi penting yang dibutuhkan, memfasilitasi clinical reasoning,
diagnosis, dan mencakup perawatan pasien.
2. Jenis anamnesis
Pada umumnya, terdapat 2 jenis anamnesis yaitu autoanamnesis dan
alloanamnesis. Autoanamnesis merupakan anamnesis langsung kepada pasien..
Namun pada beberapa kondisi, metode autoanamnesis ini tidak dapat menghimpun
informasi yang dibutuhkan. Sehingga anamnesis dilakukan melalui bantuan orang
lain misalnya keluarga/relasi terdekat atau yang membawa pasien tersebut ke rumah
sakit. Anamnesis yang diperoleh dari informasi orang lain disebut alloanamnesis.
Alloanamnesis dapat dikerjakan pada keadaan sebagai berikut:
Pasien dengan penurunan atau perubahan kesadaran.
Pasien bayi, anak-anak atau orang sangat tua
3. Teknik Anamnesis
a. Kondisikan lingkungannya:
Duduk di kursi, jangan duduk di bed atau berdiri di hadapan pasien.
Pertimbangkan keributan yang dapat mengganggu proses anamnesis dan
privasi pasien.
b. Ciptakan suasana yang kondusif
Jadilah terbuka dan ramah. Hal ini dapat dibangun dengan senyuman
yang tulus dan pembahasan ringan tentang non-medis
Menyapa pasien dengan nama panggilan.
“Baik Bapak Eko, ada yang bisa saya bantu?”
Perkenalkan diri, dengan nama lengkap dan peran.
242
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
4. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang membawa pasien datang menemui
dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama dapat berupa kata atau
kalimat singkat dengan lama waktu keluhan, contohnya nyeri sudah 2 minggu. Hal-
hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui keluhan utama pasien diantaranya:
Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengetahui alasan pasien datang
Dengarkan dengan penuh perhatian apa yang disampaikan pasien tanpa
memotong, terutama kalimat pertama pasien, walaupun sering kali kalimat
utama pasien bukan merupakan keluhan utamanya
Berikan feedback (tanyakan kembali masalah yang disampaikan pasien)
Tanyakan kembali apakah ada masalah lain yang mengganggu pasien
Catat apa saja yang disebutkan pasien
Jelaskan harapan agar pasien member informasi secara detil.
243
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
244
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Riwayat Penyakit Keluarga Gambaran mengenai sakit yang diderita saat ini
dengan riwayat penyakit keluarga
Riwayat Pribadi, Jelaskan tentang keadaan rumah tangga saat ini,
Psikologis, Sosial, ketertarikan individu, gaya hidup, hobi dan
Ekonomi dan Budaya keadaan lingkungan beserta hubungannya dengan
lingkungan.
245
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
246
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
PEMERIKSAAN FISIK
Telah ditinjau oleh :
dr. Decky Aditya Zulkarnaen (TBM Bumi Gora)
dr. Vina Nadiyah Hajjah (TBM Vertex)
1. DEFINISI
Pemeriksaan fisik umum merupakan pemeriksaan awal yang dilakukan
dokter saat pertama kali melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. KEADAAN UMUM
2.1. Keadaan Umum
General assessment/general survey atau penilaian umum adalah
penilaian terhadap pasien secara utuh dan cepat, mencakup fisik pasien,
sikap, mobilitas dan beberapa parameter fisik (misalnya tinggi, berat
badan dan tanda-tanda vital). Penilaian umum memberikan
gambaran/kesan mengenai status kesehatan pasien.
Hal- hal yang dapat di nilai pada keadaan umum :
a. Akut atau tidaknya penyakit
b. Status gizi dan habitus (habitus atletikus : pasien dengan berat badan
dan bentuk badan yang ideal, habitus astenikus : pasien yang kurus,
dan habitus piknikus : pasien yang gemuk). Keadaan gizi pasien juga
harus dinilai, apakah kurang, cukup, atau obesitas.
c. Deformitas dan lesi pada inspeksi umum (warna kulit, deformitas
yang mencolok atau luka-luka dan memar).
d. Respon mimik wajah terhadap berat penyakit (tampak kesakitan atau
menyeringai).
247
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
248
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
c. Kriteria :
Compos Mentis : 15
Mild Head Injury : GCS score of 13 to 15
Moderate Head Injury : GCS score of 9 to 12
Severe Head Injury : GCS score of 8 or less
Coma : No eye opening, no ability to follow
commands, no word
verbalizations (3-8)
Tanda-tanda vital
Pengukuran tanda-tanda vital memberikan informasi yang
berharga terutama mengenai status kesehatn pasien secara umum.
Tanda-tanda vital meliputi : temperatur/suhu tubuh, denyut nadi,
laju pernafasan/respirasi, dan tekanan darah.
a. Temperatur/Suhu Tubuh
Pengukuran suhu tubuh dapat menggambarkan tingkat
keparahan penyakit (misalnya, infeksi). Rentang suhu tubuh normal
untuk dewasa adalah 36,5-37,5°C (97,6 – 99,6 °F) 12. Hiperpireksia
adalah peningkatan suhu yang ekstrim di atas 41,1°C. Sedangkan
hipotermia adalah suhu rendah di bawah normal. Suhu tubuh normal
dapat dipengaruhi oleh ritme biologis, hormon-hormon, olahraga
dan usia.
249
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Rute Rektal
Rute rektal merupakan cara paling akurat untuk mengukur
temperatur tubuh. Dengan cara ini, suhu tubuh dewasa yang
terukur normalnya adalah 37,5°C (99,5 °F) ; 0,5°C (1°F) lebih
tinggi daripada rute oral. Rute rektal merupakan rute pilihan
untuk pasien bayi, pasien yang bingung, koma, atau tidak
dapat menutup mulut karena intubasi, mandibulanya dikawat,
bedah facial, dan sebagainya. Untuk mengukur suhu rektal :
Minta pasien berbaring miring dengan sendi paha difleksikan
Lumasi ujung termometer dan masukkan sedalam 3-4 cm ke
dalam saluran anus dengan arah menuju umbilikus .
Cabut ujung termometer setelah didiamkan selama 3 menit,
kemudian baca hasil pengukuran.
250
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Rute Axilla
Rute axilla digunakan hanya jika rute oral dan rectal tidak
dapat dilakukan. Suhu tubuh dewasa yang diukur melalui rute
axilla adalah 36,5°C (97,7°F), yang berarti 0,5°C lebih
renadah daripada rute oral. Untuk mengukur suhu axilla :
Letakkan termometer di ketiak di tengah axilla.
Termometer dijepit di bawah lengan pasien.
Lipat lengan pasien ke dadanya agar termometer tetap di
tempatnya.
Biarkan termometer selama 5 menit pada anak-anak dan 10
menit pada pasien dewasa.
Rute Timpani
Termometer untuk rute timpani mempunyai ujung probe
yang diletakkan ke dalam telinga. Termometer ini memiliki
sensor inframerah yang mendeteksi suhu darah yang mengalir
melalui gendang telinga. Metode ini tidak invasif, cepat dan
efisien. Untuk mengukur suhu tubuh melalui rute timpani ini:
Pasang penutup disposable yang baru pada ujung probe
Letakkan probe ke dalam kanal telinga pasien
Hati-hati jangan memaksa probe dan jangan menutup kanal.
Hidupkan alat dengan memencet tombol.
251
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
252
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
253
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Tabel 4.
Kecepatan pernafasan normal untuk berbagai kelompok usia
Tabel 5.
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa usia >18 tahun
Hipertensi
Stage 1 140‐159 90‐99
Stage 2 >160 >100
d. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding
arteri. Tekanan darah mempunyai dua komponen: sitolik dan
diastolik. Pengukuran tekanan darah paling sering dilakukan pada
lengan saat pasien duduk, lengan yang umum digunakan adalah
lengan kanan. Tekanan darah yang diukur saat supinasi cenderung
lebih rendah dibanding saat duduk. Tekanan darah sistolik
menggambarkan tekanan maksimum pada arteri ketika kontraksi
ventrikel kiri (atau sistol), dan diatur oleh volume stroke (atau
volume darah yang dipompa keluar pada setiap denyut jantung).
Tekanan darah diastolik adalah tekanan saat istirahat yaitu tekanan
dari darah antar kontraksi ventrikel.
254
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
255
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Pemeriksaan Regional
a. Kulit
Inspeksi
Warna kulit (pallor/pucat, sianosis/kebiruan,
hiperemis/kemerahan, ikterik/kekuningan).
Lesi & trauma : perhatikan lokasi, distribusi, susunan, tipe,
dan warnanya
Palpasi
Turgor (hidrasi)
Kelembaban
Suhu (hangat/dingin)
Tekstur (kasar/halus)
Ketebalan (tebal/tipis)
Mobilitas dan edema
b. Kepala
Lakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada :
Rambut (kuantitas, penyebaran, tekstur)
Kulit kepala (benjolan/lesi)
Tulang tengkorak (ukuran) : hidrosefalus, normosefalus, dan
lain – lain. Pada hidrosefalus, fontanel (pelat lunak di antara
pelat tengkorak kepala bagian atas dan belakang kepala bayi)
menonjol dan mata dapat menyimpang ke bawah
memperlihatkan sklera bagian atas dan membentuk setting sun
sign 13.
256
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
c. Mata
Inspeksi alis mata, perhatikan ketebalan, distribusi rambut dan
apakah terdapat sisik13. Sisik terdapat pada seboroik
dermatitis, sedangkan rambut alis yang tipis di tepi terjadi
pada pasien hipotiroid13.
Uji ketajaman penglihatan (visus) dan skrining lapang
pandang. Lakukan pemeriksaan pada mata kiri dan kanan satu
persatu menggunakan optotype snellen yang dipasang pada
jarak 6 meter dari penderita.
Posisi dan kesejajaran mata: simetris kanan & kiri. Nilai
adanya strabismus (juling) atau tidak.
Observasi kelopak mata: lagophtalmus (tidak mampu
menutup mata dengan sempurna), ptosis (tidak bisa membuka
kelopak mata).
Inspeksi sklera, konjungtiva, kornea, iris, dan lensa.
Bandingkan kedua pupil dan lakukan tes reaksi terhadap
cahaya (langsung dan tidak langsung).
Dengan oftalmoskop, lakukan inspeksi fundus okuli
d. Telinga
Inspeksi: aurikel, kanalis auditorius, dan membran timpani.
Periksa ketajaman pendengaran: Jika ketajaman berkurang,
periksa lateralisasi (tes Weber) dan bandingkan hantaran udara
dengan hantaran tulang (tes Rinne). Gunakan garpu tala dengan
frekuensi 512 Hz13.
Pada tes Weber, letakkan dasar dari garpu tala pada puncak
kepala pasien atau di tengah dahi pasien. Pada unilateral conductive
hearing loss, sudara terdengar atau terlateralisasi ke telinga yang
lemah atau terganggu. Pada tes Rinne, letakkan garpu tala pada
tulang mastoid, di belakang telinga. Saat pasien sudah tidak lagi
mendengar suara, letakkan garpu tala segera pada lubang telinga
dengan bagian “U” dari garpu tala menghadap ke depan, dan tanya
apakah pasien mendengar getaran. Pada keadaan normal, suara
didengar lebih panjang melalui udara dibandingkan tulang. Pada
unilateral hearing loss, suara terdengar pada telinga yang normal.
Pada conductive hearing loss, suara yang didengar melalui tulang
sama panjangnya atau lebih panjang dibandingkan suara yang
didengar melalui udara.13
257
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
258
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
259
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Pada wanita
Inspeksi payudara dengan kedua lengan dilemaskan,
kemudian diangkat dan selanjutnya dengan kedua tangan
ditaruh di pinggang.
Palpasi payudara : benjolan, nyeri tekan, tekstur massa
Pada laki-laki atau wanita,
Inspeksi aksila dan palpasi kelenjar limfe (nodus) aksilaris
serta nodus epitroklearis
l. Sistem kardiovaskular
Inspeksi
Keadaan umum; adakah sesak, kesakitan, pucat dan ikterik 16.
Tangan: adakah edema, clubbing finger, sianosis serta
perdarahan pada ujung kuku 16.
260
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Palpasi 16
Tangan: memeriksa frekuensi, amplitudo, simetris dan irama
dari a. radialis dan a. brakhialis.
Leher: memeriksa apakah adanya struma serta palpasi arteri
karotis ( meraba simetrisitas, irama dan kuat angkat).
Pengukuran JVP
Tinggikan kepala pasien hingga 30 o untuk melakukan
observasi pulsasi vena jugularis dan ukur tekanan vena
jugularis terhadap angulus sterni. Cari puncak pulsasi vena
jugularis. Setelah itu, mencari posisi angel of louis/angulus
sternalis sebagai titik pengukuran. JVP >3 cm diatas angulus
sternalis atau total > 8 cm jaraknya dengan atrium kanan
dinyatakan abnormal atau meningkat13.
261
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
m. Abdomen17.
Inspeksi (Pasien dalam posisi terlentang dan menekuk lutut):
bentuk (datar, scaphoid atau distended), permukaan (apakah
ada lesi, pelebaran vena, tanda-tanda inflamasi, bekas
operasi atau benjolan), pergerakan (apakah terlihat gerak
peristaltik usus atau pulsasi aorta dan arteri), umbilicus
(konsistensi, lokasi, apakah ada hernia) serta daerah inguinal
(hernia atau tanda-tanda inflamasi).
Auskultasi
Auskultasi orientasi di keempat kuadran abdomen
(mendeteksi apakah peristaltik ususnya normal,
hiperperistaltik atau tidak terdengar sama sekali serta apakah
terdapat metalic-sound).
Auskultasi jumlah bising usus permenit (5-34 kali permenit).
Auskultasi bising aorta abdominalis, a. renalis serta a. iliaca.
Perkusi
Perkusi orientasi di keempat kuadran abdomen (normalnya
terdengar suara timpani).
262
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
263
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
264
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
265
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
266
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
267
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
268
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
3. REKAM MEDIS
Menurut Permenkes RI No: 269/Menkes/PER/III/2008, medical record atau
rekam medis kesehatan adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien.
3.1. Manfaat:
a. Pengobatan Pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk
merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan
pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan
kepada pasien.
b. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Membuat rekam medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran
dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan
untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan
masyarakat yang optimal.
c. Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis
penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis,
bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran
dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi.
d. Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk
menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana
kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan
kepada pasien.
e. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan,
khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat
dan untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit
tertentu.
269
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
270
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
RPD
Pada pasien bayi/anak ditambah :
Riwayat kehamilan ibu dan persalinan
Status imunisasi
Pohon keluarga
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien
Riwayat pemberian makanan
c. Pada pemeriksaan fisik dituliskan :
Kesan umum
Tanda vital
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Untuk pasien anak ditambah status gizi
d. Diagnosis/masalah
e. Rencana penatalaksanaan atas masalah pasien, pengobatan, atau
tindakan
f. Pemeriksaan laboratorium
Penulisan rekam medis harus sesuai dengan tata cara penulisan
rekam medis yaitu :
Ditulis secara lengkap dan menyeluruh
Ada nama, waktu, dan tanda tangan dokter atau tenaga
kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan, PIN (pada
rekam medis elektronik).
Tidak boleh diganti/ dihapus.
Bila keliru harus dicoret dan kemudian dibenarkan dan diberi
paraf
271
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
272
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
FARMAKOLOGI PRAKTIS
Telah ditinjau oleh :
dr. Decky Aditya Zulkarnaen (TBM Bumi Gora)
dr. Vina Nadiyah Hajjah (TBM Vertex)
1. Definisi
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat menyakit,
membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat dapat berefek
lokal maupun sistemik. Efek lokal adalah obat yang efeknya hanya berada pada
lokasi di tempat obat tersebut digunakan, contohnya adalah rute inhalasi (obat yang
disemprotkan dalam mulut atau hidung dengan alat tertentu seperti inhaler), rute
mukosa (melalui mukosa telinga, hidung, atau vagina), dan topikal (penggunaan
obat pada kulit, telinga, dan lain lain). Efek sistemik adalah obat yang efeknya
terjadi pada seluruh tubuh karena obat tersebut dapat bersikulasi dalam darah
2. Golongan Obat
Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : parasetamol
Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan
tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM
Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : asam
mefenamat.
Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Contoh : diazepam, phenobarbital.
Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin
273
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Meloxicam 7,5 mg
Meloxicam merupakan AINS derivate asam enolat yang bekerja dengan cara
menghambat biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi melalui
penghambatan COX-2 sehingga proses inflamasi dapat dihambat tanpa efek
samping terhadap ginjal dan GIT. Kontraindikasi dari meloxica adalah
hipersensitivitas terhadap zat aktif atau salah satu komponen produk NSAIDs yang
dapat memberikan efek berupa serangan asma, urtikaria atau angioedema, tidak
untuk kehamilan dan menyusui, juga tidak untuk pasien dengan ulkus peptikum
atau gangguan berat pada ginjal dan renal
Natrium Diklofenak 25 mg
Mempunyai efek analgesik dan antipiretik. Menghambat aktivitas
siklooksigenase melalui pengurangan produksi prostaglandin oleh jaringan.
Pengobatan akut dan kronis gejala rheumatoid artiritis, osteoarthritis, dan
ankilosing spondylitis.
Piroxicam
Antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Diperkirakan dapat menghambat
biosintesis prostaglandin melalui penghambatan yang reversible terhadap enzim
siklooksigenase.
Asam Mefenamat
Merupakan senyawa turunan asam antranilat dengan efek analgesi,
antiinflamasi yang bekerja menghambat aktivitas enzim siklooksigenase, sehingga
menurunkan pembentukan prekursos prostaglandin dan tromboksan dan asam
arakhidonat, secara kompetitif menghambat ikatan prostaglandin dengan
reseptornya.
Paracetamol
Analgetik antipiretik yang cepat diabsorbsi tanpa menimbulkan iritasi
lambung, konstipasi.
4. Obat Maag
Antasida
274
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5. Obat Diare
Loperamide
Mengurangi gerak peristaltic usus sehingga mengurangi motilitas/pergerakan
dan menormalisasikan sel-sel yang hipersekresi.
Attapulgite
Berguna untuk mengabsorbsi kuman, racun yang menyebabkan diare,
mengurangi kehilangan cairan tubu
275
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
7. Anti Alergi
Anti Histamin I: Mengantagonis histamin dengan memblok reseptor H1 yang
terdapat di otot pembuluh, bronkus, saluran cerna, kandung kemih, rahim, dan
kapiler. Efek histamin adalah: kontraksi otot polos bronkus, usus rahim;
memperlebar pembuluh darah (dapat menyebabkan penurunan tekanan darah);
permeabilitas kapiler meningkat (akibatnya udem/bengkak/bentol pada kulit);
pengeluaran berlebihan ingus, air mata, ludah; stimulasi ujung saraf sehingga merah
dan gatal-gatal.
CTM AH1 generasi 1 (ada efek sedasi)
Obat ini digunakan untuk mengobati reaksi alergi, urtikaria, tanda-tanda demam,
rhinitis alergi dan ia sendiri merupakan kelompok kelas anti-histamin. Selama
ini tidak ada bukti adanya resiko pada kehamilan.
Loratadine, Cetrizine AH1 generasi 2 (tidak ada efek sedasi)
8. Obat Asma
Pada asma terjadi hal-hal berikut:
1. Inflamasi/radang saluran pernafasan kronis : terjadinya pengeluaran
berlebihan lendir, penebalan otot polos
2. Obstruksi/terhalangnya pengeluaran nafas: terjadi karena bengkaknya
saluran pernafasan, konstriksi otot saluran pernafasan, pembentukan lendir.
Hal ini menyebabkan kesulitan mengeluarkan nafas (ekspirasi)
3. Hyperresponsive/reaksi berlebihan bronkus sehingga terjadi
bronkokontriksi
9. Kortikosteroid
Dexametason
Merupakan kortikosteroid yang mirip dengan hormon alami yang dihasilkan
glandula adrenal sehingga biasa digunakan ketika tubuh dianggap tidak mampu
memenuhi kebutuhannya. Kinerja obat dengan memperbaiki efek inflamasi
(bengkak, hangat, kemerahan, dan nyeri) juga bisa digunakan untuk berbagai
276
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
bentuk arthritis, gangguan kulit, darah, renal, mata, tiroid, gangguan intestinal,
alergi parah, dan asma, juga bisa untuk beberapa tipe kanker
Metilprednisolon
Glukokrtikoid turunan prednisolone dengan efek kerja dan penggunaan yang
sama seperti senyawa induknya. Tidak mempunyai aktifitas retensi natrium.
10. Antibiotik
Amoxicilin 500 mg
Turunan penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung.
Amoxicillin diabsorbsi cepat dan baik pada saluran pencernaan tidak bergantung
ada/tidaknya makanan. Amoxicillin aktif terhadap organisme gram positif dan
negative.
Cefadroxil 500 mg
Merupakan antibiotik semisintetik golongan cephalosporin yang bersifat
bakterisida terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Bekerja
menghambat pembentukan dinding sel mikroorganisme.
277
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
1. http://binfar.depkes.go.id/dat/lama/1276164586_MODUL%20_I.pdf diakses
pada 24 november 2016
2. Whalen, K. 2015. Lippincott Ilustrated Reviews: Pharmacology Sixth Edition.
Philadellphia: Wolters Kluwer.
3. Gunawan, Sulistia G, Rianto Setiabudy N, Elysabeth. Farmakologi dan terapi.
Ed.5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012
278
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
1.3 Penyakit
a. Sinusitis
Dalam wajah kita terdapat suatu rongga yang disebut dengan para-
nasal sinus. Terdapat 4 pasang sinus; sinus maxillary, ethmoid,
sphenoid, frontal. Sinus ini memiliki lapisan mukosa, jika lapisan
ini terinfeksi maka produksi mukosa akan meningkat, sehingga sinus
ini akan dipenuhi oleh mukosa. Pengeluaran mukosa berlebihan ini
melalui nasal cavity. Terkadang inflamasi karena infeksi tersebut
akan mengakibatkan obstruksi saluran menuju nasal cavity,
sehingga mukosa akan menumpuk di sinus, sehingga akan
mengakibatkan sakit kepal.
Sinus juga berfungsi untuk resonansi suara. Sehingga, jika sinus
terpenuhi oleh mukosa maka resonansi suara ketika orang berbicara
279
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
2. COMMON COLD
Umumnya sama dengan prinsip pada ISPA.
3. CEPHALGIA
Rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang
dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian
daerah tengkuk).
Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri
kepala primer dan nyeri kepala sekunder.
Nyeri kepala primer kemudian dibagi menjadi empat kategori yaitu:
a. Migraine
b. Nyeri kepala tipe tegang
c. Nyeri kepala cluster – trigerminal
d. Nyeri kepala primer lainnya.
Nyeri kepala sekunder
280
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. Cluster Headache
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang
sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang
menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa
didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri
diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15
menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar
arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit,
vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap
klorpromazin.
c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-
otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena
tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada
dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai
“beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung
kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan
biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan.
Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada
lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
281
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
282
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5. DIARE
Diare adalah peningkatan massa tinja, bertambahnya frekuensi buang air besar
atau fluiditas (tingkat keenceran) tinja yang lebih tinggi. Diare dapat
disebabkan oleh beberapa hal yaitu karena adanya infeksi enteral dan
parenteral, imuninodefisiensi, terapi, maupun karena tindakan tertentu lainnya.
Infeksi enteral dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, dan cacing.
Sedangkan infeksi parenteral dapat disebabkan oleh karena intoksisitas
makanan, alergi dan malabsorbsi.
283
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
6. DISENTRI
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perut dan
buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur
lendir dan darah. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi
dua yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Penyebab yang paling umum
yaitu adanya infeksi parasit Entamoeba histolytica yang menyebabkan
disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab
disentri basiler.
284
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
7. KONJUNGTIVITIS
Konjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada
konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang
disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi bahan-bahan kimia.
285
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
286
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
8. MALARIA
Malaria adalah penyakit yang berpotensi mengancam nyawa yang
disebabkan oleh infeksi protozoa Plasmodium yang ditransmisikan oleh
nyamuk Anopheles betina infektif. Infeksi Plasmodium falciparum membawa
287
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
prognosis yang buruk dengan angka kematian yang tinggi jika tidak diobati,
tetapi memiliki prognosis yang sangat baik jika didiagnosis dini dan diobati
dengan tepat.
288
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
289
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
290
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
291
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
SIRKUMSISI
Telah ditinjau oleh :
dr. Vina Nadiyah Hajjah (TBM Vertex)
1. Definisi
Sirkumsisi berasal dari bahasa latin circum:around, caedere: to cut. Khitanan
disebut juga sirkumsis yang berarti sayatan melingkar, yang diidentikkan pada
pemotongan prepusium yang melingkar terhadap batang penis. Dalam prosesnya
khitanan adalah tindakan pembuangan kulup penis dengan tujuan menjalankan
syari’at agama ataupun indikasi medis.
Sirkumsisi adalah tindakan membuang sebagian atau seluruh preputium
termasuk membebaskan glans penis dan sulcus coronarius dari perlengketan dengan
mukosa preputium untuk tujuan tertentu. Sirkumsisi dapat mengurangi risiko infeksi
saluran kemih (ISK) 3-10x karena smegma dapat memicu infeksi
292
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
293
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
sel skuamosa dan penyakit paget ekstra mamae harus disingkirkan biasanya
dengan biopsi. Sirkumsisi terbukti mencegah perkembangan penyakit ini dan
dapat menyembuhkan pada sebagaian besar kasus.
7) Kalkulasi prepusium
Kalkulasi prepusium terjadi kebanyakan pada negara yang belum
berkembang. Insidensinya berbanding terbalik dengan standar kehidupan,
sehingga penyakit ini jarang di dunia barat. Kalkuli prepusium terjadi terutama
pada dewasa dan berhubungan dengan fimosis, higeene genital yang buruk
dan status sosial ekonomi yang rendah. Jika tidak diobati, kalkuli prepusium
dapat mengakibatkan angka kesakitan yang signifikan dengan inflamasi
kronis dan pembentukan fistula urinarius. Infeksi akut diatasi sementara
dengan pembuatan celah pada preputium bagian dorsal untuk drainase.
B. KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi sirkumsisi dibagi menjadi 2 yakni absolut dan relatif
a. Absolut
1) Hipospadia
Hipospadia adalah kelaianan kongenital dimana meatus urethra eksterna tidak
terletak di ujung glans penis melainkan terletak di sepanjang sisi ventral penis
atau pada skrotum atau pada perineum. Frekuensinya sekitar 1 dari 300
kelahiran bayi laki-laki. Pada keadaan yang lebih sering, jenis hipospadia yang
lebih ringan berupa urethra yang terletak pada atau distal dari korona penis .
2) Epispadia
Epispadai adalah kelainan kongenital dimana meatus urethra eksterna
terdapat pada bagian dorsal batang penis. Keadaan ini lebih jarang
dibandingkan dengan hypospadia.
294
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. Relatif
1) Hemofilia : Yakni kelainan darah yang sukar membeku
2) Infeksi lokal
3. Alat dan bahan
A. Alat
Alat- alat yang diperlukan dalam operasi khitan tidan jauh berbeda dengan operasi
kecil lainnya. Jenis alat dan bahan tergantung pada metoda sirkumsis mana yang
digunakan. Berikut adalah alat yang digunakan untuk tekhnik dorsumsisi dan
guelotin.
1) Gunting diseksi sebanyak 1 buah dengan permukaan ujung tumpul dan tajam.
2) Klem mosquio sebanyak 1 buah, digunakan untuk menjepit
perdarahan (hemostasis) terutama pada jaringan yang tipis dan lembut.
1) Klem pean lurus sebanyak 2 buah, digunakan untuk hemostasis dan menjempit
jaringan lunak.
2) Klem Halstead, untuk memegang jaringan yang lunak, misalnya untuk membuka
luka dengan jalan menjepit tepi dalam luka. Klem ini sama besar dengan klem
mosquito, hanya bedanya klem ini bergigi pada ujungnya. Biasanya pada
sirkumsisi dibutuhkan dua buah
3) Pinset anatomi dan pinset sirurgis sebanyak 1 buah
295
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
296
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Persiapan Tim:
a. Intrumen (non steril): memegang alat non-steril
b. Co-operator (steril): memberikan alat steril kepada operator
c. Operator (steril): melakukan setiap prosedur pembedahan
Tekhnik sterilisasi
Aseptik adalah keadaan bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya melalui tekhnik aseptik. Tekhnik
aseptik/asepsis/sterilisasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi. Tindakan ini meliputi antisepsis, desinfeksi dan sterilisasi.
Antisepsis adalah upaya pencegahan infeksi atau menghambat pertumbuhan
297
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Bahan yang digunakan
disebut antiseptik. Antiseptik harus dibedakan dengan obat seperti antibiotik yang
dapat membunuh mikroorganisme di dalam tubuh atau dengan disinfektan yang
digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda mati. Perlu
diperhatikan bahwa adanya reaksi atau riwayat alergi terhadap iodium. Jenis
antiseptik yang sering digunakan adalah alkohol 70%, povidone iodine,
chlorhexidine gluconate dan triclosan.
Tindakan yang dilakukan adalah dengan mengusapkan cairan antiseptik pada
lapangan operasi dan sekitarnya. Untuk memperluas permukaan steril maka
dilakukan drapping, yaitu pemakaian duk bolong steril.
Tekhnik tindakan aseptik:
1) Lipat dan jepit kasa dengan ring klem
2) Celupkan kasa tadi kedalam larutan antiseptik yang telah dituangkan dalam
kom
3) Usapkan mulai dari distal ke pangkal penis sampai seluruh batang penis
terlumuri. Usapkan kasa lainnya dari pangkal penis memutar kebagian luar
sampai daerah supra pubis, lipatan inguinal, skrotum dan terakhir femoral
media. Pengusapan secara melingkar mengarah keluar seperti pola obat
nyamuk (setrifugal).
4) Ulangi tindakan di atas jika ada bagian yang tidak terusap
5) Tutuplah lapangan operasi dengan duk bolong steril.
Tekhnik anastesi
298
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
block dan penile nerve blok. Kedua cara ini masing-masing mempunyai keuntungan
dan kerugian.
1) Ring blok
Dilakukan dengan menyuntikkan obat anastesi di sekitar atau proksimal daerah
insisi dekat pangkal penis dengan maksud memblok impuls saraf-saraf yang
mempersarafi daerah di sekitar inisisi. Daerah penyuntikan disesuaikan dengan
lokasi persarafan. Secara anatomis, cabang-cabang saraf yang mempersarafi
penis berada disekitar jam 11 dan jam 1, cabang – cabangnya jugaterdapat di jam
5 dan jam 7, serta daerah frenulum. Dinamakan ring blok karena anastesi
dilakukan melingkari seluruh lingkaran penis.
Tekhnik :
a. tarik ujung preputium dan regangkan batang penis
b. identifikasi gambaran pembuluh darah superfisial ( agar pembuluh darah
tidak tertusuk yang dapat menyebabkan hematom).
c. suntikkan jarum di jam 12 miringkan terhadap batang penis. Setelah itu,
masukkan jarum sambil sudut miring diperkecil (lebih datar) sampai hampir
seluruh panjang jarum masuk. Lokasinya adalah sekitar 1/3-2/3 proksimal
batang penis dan kedalamannya sampai subkutis.
d. aspirasi, jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut
jarum menelusuri jam 11,10,9 atau bisa sampai ke jam 8.
e. tanpa jarum keluar dari kulit, arahkan kembali jarum ke jam 1,2,3,4. Tusukan,
aspirasi, lalu keluarkan obat 0,2 cc sambil menarik jarum perlahan-lahan
jarum dicabut.
f. tusukkan jarum di jam 6 sambil sudut miring diperkecil (lebih datar)
g. aspirasi,jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut
jarum perlahan-lahan tetapi jarum tidak sampai tercabut dari kulit.
h. miringkan jarum kearah jam 9
i. kembali tusukkan jarum menelusuri jam 7,8,9
j. aspirasi, jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut
jarum perlahan-lahan tetapi jarum tidak sampai tercabut dari kulit
k. miringkan jarum ke arah jam 3
l. kembali tusukkan jarum menelusuri jam 5,4,3
m. aspirasi, jika tidak ada darah masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut
jarum secara perlahan-lahan
n. lakukan masase
o. beberapa saat kemudian ujilah dengan cara menjepit kulit di jam 11,9,3 dan
6 dengan pinset sirurgis
p. perhatikan respon pasien
2) Penile nerve block
Bertujuan memblok semua impuls sensorik dari batang penis melalui pemblokan
nervus pudendus yang terletak di bawah fasia buch’s dan ligamentum
suspensorium.
Tekhnik:
a. Gunakan spuit 3 cc
299
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
300
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
d. Suntikkan :
i. Antihistamin difenhidramin 10-20 mg
j. Kortikosteroid-deksametason 4-8 mg iv (1-2 ampul)
k. Bila ada spasme bronchial, aminofilin 200-500 mg i.v perlahan-lahan.
e. Bila terjadi henti nafas, berikan nafas buatan, bila disertai henti jantung
lakukan resusitasi jantung paru (RJP).
f. Bersamaan dengan pemberian adrenalin, lakukan pernafasan buatan dan
kompresi jantung, pemasangan infus dengan kristaloid (NaCl, ringer laktat)
dengan tetesan secepat mungkin (diguyur) sampai nadi teraba.
g. Observasi dengan seksama sampai tanda-tanda vital stabil. Pasien kemudia
dirujuk untuk perawatan.
Tekhnik sirkumsisi
B. Insisi
Tekhnik insisi yang sering digunakan adalah dirsumsisi dan guillotine. Sebelum
diinsisi, dilakukan dulu penandaan sampai mana insisi akan dilakukan. Penandaan
dilakukan dengan maksud agar kulit yang dipotong tidak terlalu panjang atau
kependekan. Jika kulit dan mukosa yang dipotong terlalu panjang, maka sesudah di
hekting penis seakan tertanam, dan akan menimbulkan rasa tidak nyaman jika ereksi.
Sebaliknya jika sisanya terlalu panjang maka korona glandis atau bahkan dari glans
akan tertutup ole prepusium. Hal ini mengakibatkan penumpukan kotoran masih
terjadi. Idealnya, penandaan dilakukan saat penis ereksi, jika tidak maka tekanlah
pangkal penis sehingga batang penis berdiri. Jepitkan pinset atau klem seikitar 2 – 5
mm proksimal dari proyeksi sulkus korona glandis. Setelah itu, lepaskan kembali
tekanan pada pangkal penis.
Tekhnik insisi di antaranya:
1) Dorsumsisi
Dinakaman dorsumsisi karena insisi prepusium dimulai dengan insisi
memanjang di dorsum penis (jam 12). Tahapan tekhnik ini adalah:
a. Pasang klem di arah jam 6, 11 dan jam 1 tarik ke arah distal.
d. Pindahkan kedua klem (dari jam 11 dan jam 1) ke ujung distal sayatan (jam
2 dan jam 12)
e. Dari ujung insisi jam 6 guntinglah ke kanan dan ke kiri secara melingkar
dengan arah serong menuju jam 12
f. Menggunting dapat juga dimulai dari distal sayatan jam 12 mengarah jam 6
ke kiri dan ke kanan
g. Gunting dan rapikan kelebihan mukosa
h. Pada teknik ini bisa juga memakai pinset anatomis sebagai landasan
masuknya gunting. Setelah klem dipasang di jam 11 dan jam 1, masukkan
pinset dengan arah sedikit ke atas meregang preputium sampai ujung pinset
berada di bawah tanda batas insisi yang telah di buat. Kemudia pinset dibuka
sedikit agar gunting masuk dengan mudah dan terarah.
2) Klasik (guillotine)
Disebut tekhnik klasik karena tekhnik inilah yang paling lama digunakan.
Tekhnik ini juga paling sering dipakai namun risiko terpotongnya/tersayatnya
glans lebih besar, terutama bila sayatan di bawah koher.
Tahapan tekhnik ini adalah:
a. Tandai batas insisi
b. Pasang klem di jam 6 dan jam 12 dan tarik ke distal sampai teregang
c. Urutlah glans seproksimal mungkin, dan fiksasi glans dengan tangan kiri
d. Jepitkan koher pada batas insisi yang telah dibuat dengan arah melintang
miring sejajar dengan kemiringan korona glans (sekitar 40 derajat) antara jam
12 dan jam 6 dengan posisi di jam 6 lebih distal.
e. Yakinkan glans tidak terjepit dengan cara ,engurutnya ke proksimal dan
coba digoyangkan
f. Sayat dengan bisturi, gunting atau elektrokauter cutting di bagian atas koder
g. Lepaskan koher dan kunculkan kembali glans
h. Rapikan sayatan dengan gunting, terutama jika sisa mukosa masih panjang.
C. SUTURING
Suturing atau penjahitan bertujuan untuk mendekatkan/aproksimasi tepi epitel
kulit dan sisa mukosa agar penyembuhan primer dapat terjadi. Penjahitan antara
bagian ujung sisa mukosa dan tepi kulit dilakukan setelah benar-benar yakin tidak
ada lagi perdarahan aktif. Penjahitan ini dimulai dari bagian luar sisa mukosa
302
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
mengarah ke pangkal penis untuk menembus tepi kulit dari dalam. Perlu diingat
bahwa arah penjahitan selalu menjauhi glans penis untuk menghindari trauma pada
glans. Sebelum dilakukan penjahitan, pastikan tidak ada lagi perdarahan aktif.
Lakukan pengecekan dengan balit tekan yang dilingkarkan, kemudian buka dan
perhatikan apakah masih ada perdarahan. Sebelum dilakukan penjahitan dapat juga
dibuat tali kendali di jam 12 dengan maksud agar jahitan lebih rapi dan simetris.
Tali kendali dibuat dengan menyatukan mukosa dan kulit sepanjang sekitar 6 cm
disimpulkan dan dipegang oleh klem. Sesudah hekting selesai tali kendali ini dapat
digunting dengan sisa 2 mm.
Banyaknya penjahitan tergantung pada keperluan dan dikaitkan dengan
kebutuhan kosmetik. Penjahitan ini ada beberapa macam, yaitu:
1. Penjahitan satu-satu (interrupted surture)
Adalah menghubungkan mukosa dan kulit di satu tempat saja, kemudian
pindah ke tempat lain tanpa berhubungan dengan jahitan sebelumnya.
Keuntungannya adalah lebih mudah dan tidak menimbulkan pencekikan atau
penekanan pada batang penis bila terjadi edema. Keuntungan lainnadalah jika
terjadi penyulit seperti perdarahan, hanya jahitan di daerah perdarahan saja
yang dibuka untuk mencari sumber perdarahan.
Penjahitan jenis inilah yang umumnya dilakukan. Penjahitan biasanya
dilakukan di jam 3,6,9 dan 12.
Tekhnik jahitan sebagai berikut:
a. Jahitan dilakukan dimulai dari mukosa ke arah kulit, arah gerakan jarum
sedapat mungkin selalu menjauhi glans penis
b. Tarik dan perhatikan apakah posisi kulit tetap simetris terhadap batang
penis
c. Simpulkan ujung jahitan secara reef knot.
d. Ulangi jahitan serupa dengan tekhnik yang sama di tempat yang lain.
e. Potong benang sekitar 1-2 mm
f. Dengan tekhnik yang sama jahit di jam 5
g. Jahitan dilakukan di jam 3 dan 9. Tali kendali di jam 12 dan 6 masih
dipertahankan
h. Hasil akhir dilakukan penjahitan di jam 12,4,6,8 dan 10.
2. Ligasi hekting
Lain halnya dengan di daerah lain, hemostasis di jam 6 memiliki tekhnik
yang berbeda mengingat adanya arteri yang cukup besar. Perdarahan paksa
khitan terbanyak karena kesalahan hemostasis di sini. Arteri yang terpotong
terbagi menjadi dua bagian pertama di sisa mukosa frenulum dekat glans dan
kedua di bawah kulit di jam 6 yang terpotong. Kedua bagian ini harus diligasi,
hekting karena jika hanya diligasi kemungkinan akan terlepas. Dapat juga
dilakukan koagulasi dengan elektrokauter atau laser dengan memperhatikan
jangan sampai uretrha terbakar karena di bagian frenulum letak urethra lebih
superfisial.
Jika dilakukan hemostasis dengan ligasi hekting, ada beberapa cara yang
dapat dilakukan. Dengan tekhnik ligasi ini diharapkan pembuluh darah yang
303
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
terpotong di kedua sisi yaitu sisi sisa mukosa dekat frenulum dan sisi lainnya
di bawah tepi kulit yang disayat diharapkan akan terligasi.
a. Tekhnik Matras
1) Pertama kali jarum di tusukkan dari arah luar kulit sebelah kanan dari
frenulum kemudian menyebrangi bagian dalam luka
2) Jarum masuk ke sisa mukosa dari bagian dalam dan keluar
3) Jahitan menyebrangi garis tengah untuk masuk kembali ke bawah luka
dan masuk ke kulit diseberangnya dari dalam keluar.
4) Tarik kedau ujung benang sampai tepi sayatan kulit dan tepi sayatan
mukosa bertemu. Simpul secara reef knot.
b. Tekhnik Figur of Eight
Ikatan seperti matras, tetapi disilangkan, menyerupai
angka 8. Tekhniknya adalah:
1) Tusukkan jarum pada kulit sedikit sebelah kiri rafe penis, lalu masukkan
menyilang dan keluar di sisa mukosa disisi yang berseberangan (sebelah
kanan frenulum).
2) Tusukkan kembali jarum ke sisa mukosa sebelah kiri terus masuk
menyilang keluar di kulit berseberangan (sebelah kanan rafe penis).
3) Simpulkan dengan reef knot.
MATRAS FIGURE OF 8
D. DRESSING
Dressing atau pembalutan luka praoperasi bertujuan untuk melindungi luka
operasi dari kontaminasi. Bagi sebagian pengkhitan, ada yang tidak membalut luka
paska khitan dengan tujuan agar evaporasi berlangsung lebih baik sehingga luka
cepat kering.
Luka pasca khitan adalah salah satu luka yang rawan infeksi, sebab umumnya
yang dikhitan adalah anak-anak yang biasanya belum mampu menjaga kebersihan
dengan baik dan luka khitan sering tersiram air setelah buang air kecil yang
menyebabkan terbawanya kuman oleh air dan sukar keringnya luka. Oleh karena
itu jika diperkirakan yang dikhitan tersebut sulit memelihara kebersihan, maka luka
paska khitan sebaiknya dibalut. Keuntungan dan kerugian ini benar-benar
dipertimbangkan karena infeksi dapat terjadi.
304
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Secara umum, balutan yang digunakan terdiri dari beberapa lapisan tergantung
pada kebutuhan.
1) Lapisan antibiotik atau antiseptik
Lapisan ini bisa menggunakan tulle (sofra tulle, daryantu tulle) dipotong sesuai
luka insisi, kira-kira 1x5 cm, dibalutkan melingkari luka insisi. Lapisan ini bisa
juga diganti dengan mengolesi luka insisi dengan salep betadin, salep
tetrasiklin, salep gentamisin 0,1% atau salep kloramfenikol.
2) Lapisan kasa steril
Berupa lipatan tipis kasa steril dengan ukuran sekitar 1,5 x 8 cm atau 2x 5 cm
untuk tipe balutan cincin
3) Plester/hypafix/microfor 3 M
Gunanya untuk memfiksasi balutan yang telah dipasang, ada juga balutan yang
sudah mengandung beberapa lapisan sekaligus sehingga kita hanya tinggal
mengolesi dengan salep antibiotik/antiseptik saja. Misalnya hypafix dressing
strip. Penggunaannya sangat praktis tinggal menggunting disesuaikan dengan
ukuran penis.
E. Paska Khitan/sirkumsisi.
Seperti pada perawatan pasca operatif lainnya, perawatan paskakhitanpun tidak
berbeda. Yang membedakan adalah luka khitan relatif kecil dan pada umumnya yang
dikhitan adalah anak-anak, yang pada masa ini anak sering bermain dengan tanah atau
benda kotor lainnya. Maka perlu adanya pengawasan orang tua dalam memelihara
kebersihan lukanya.
1) Perawatan
Luka operasi sebaiknya tetap kering, minimal selama tiga hari untuk menghindari
kontaminasi. Perawatan untuk mencegah infeksi dengan penetesan iodin povidone
10% atau pembersihan luka secara rutin dengan NaCl 0,9% pada luka. Atau dapat
juga memakai salep iodin povidone yang lebih bisa bertahan lama.
Perwatan selanjutnya adalah pelepasan kasa pembalut (jika luka pascakhitan
dibalut). Pelepasan balutan ini dapat dilakukan pada hari ketiga karena pada
umumnya luka pada hari tersebut sudah kering.
2) Monitoring tanda – tanda komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan infeksi. Komplikasi
lainnya jarang ditemukan.
3) Medikamentosa
a. Antibiotik Profilaksis
Dapat diberikan antibiotik golongan penisilin, misalnya amoksisilin dengan
dosis 30-50 mg/kg BB/hari dibagi untuk 3 kali pemberian. Jika timbul infeksi
dan tidak berespon terhadap golongan penisilin dapat diberikan golongan
sefalosporin misalnya cefixime dengan dosis 8-10 mg/KgBB/Hari yang
diberikan 2 kali sehari. Golongan quonololn seperti cifrofloxacine tidak
dianjurkan diberikan pada anak karena menghambat pertumbuhan epifise.
b. Analgetik
Dapat diberikan analgetik mulai dari parasetamol dengan dosis 10-15 mg/Kg
305
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
306
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
307
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
MATRA
MANAJEMEN
308
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DISASTER MANAGEMENT
TBM Bumi Gora
1. PENGERTIAN BENCANA
Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam, manusia dan/atau oleh keduanya yang mengakibatkan korban
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
2. PRINSIP
Prinsip penanggulangan bencana :
a. Cepat dan tepat
b. Prioritas
c. Koordinasi dan keterpaduan
d. Berdaya guna dan berhasil guna
e. Transparansi dan akuntabilitas
f. Kemitraan
g. Pemberdayaan
h. Nondiskriminatif
4. MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN
Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas
yang menentang dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem Pelayanan
Tanggap Darurat ditujukan untuk mencegah kematian dini karena trauma yang
bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera (kematian
segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma. Perawatan kritis, intensif,
309
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Menunjuk
petugas
RHA
(Rapid
Health
310
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
311
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
312
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
313
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Tingkat Puskesmas
Menyampaikan infromasi pra bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Menyampaikan informasi rujuka ke RS Kabupaten/Kota bila
perlu.
Menyampaikan informasi perkembangan bencana ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
Tingkat Kabupaten/Kota
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi
awal bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penilaian
kebutuhan pelayanan di lokasi bencana.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan
hasil penilaian kebutuhan pelayanan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
memberi respon ke Puskesmas dan RS Kabupaten/Kota.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi
perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi.
RS Kabupaten/Kota menyampaikan informasi rujukan dan
perkembangannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS Provinsi
bila diperlukan.
314
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Tingkat Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan bahwa informasi
awal kejadian dan perkembangannya ke Depkes melalui PPK.
Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kajian terhadap laporan
hasil penilaian kebutuhan pelayanan yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan laporan hasil kajian
ke PPK dan memberi respon ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan RS Provinsi.
RS Provinsi menyampaikan informasi rujukan da
perkembangannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan RS
Rujukan Nasional bila diperlukan.
Tingkat Pusat
PPK menyampaikan informasi awal kejadian, hasil kajian
penilaian kebutuhan pelayanan dan perkembangannya ke
Sekretari Jendral Depkes, Pejabat Eselon I dan Eselon II
terkait serta tembusan ke Mentei Kesehatan.
PPK melakukan kajian terhadap laporan hasil penilaian
kebtuhan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi.
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional menyampaikan
informasi rujukan dan perkembangannya ke PPK bila
dipelrukan.
PPK berserta unit terkait di lingkungan Depkes merespons
kebutuha
Pelayanan kesehatan yang diperlukan.
5.2. Penyampaian
Informasi yang diperoleh dapat disampaikan dengan menggunakan :
a. Kurir
b. Radio Komunikasi
c. Telepon
d. Faksimili
e. E-mail
f. SMS
315
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
6. RESPON BENCANA
6.1. Pre penanganan bencana
a. Preventif
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana
maupun kerentanan pihak yang terancam bencana (UU no. 24/2007). Upaya tidak
mempertemukan bahaya dengan kerentanan/kapasitas. Upaya yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya).
Misalnya :
Melarang pembakaran hutan dalam perladangan
Melarang penambangan batu di daerah yang curam.
Contoh kegiatan :
Membuat Peta Daerah Bencana
Mengadakan dan mengaktifkan isyarat-isyarat tanda bahaya
Menyusun Rencana Umum Tata Ruang
Menyusun Perda mengenai syarat keamanan, bangunan,
pengendalian limbah dsb.
Mengadakan peralatan/perlengkapan Ops. PB
Membuat Protap, Juklak, Juknis PB.
Perbaikan kerusakan lingkungan.
b. Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
(UU 24/2007). Ada 9 kegiatan dalam komponen kesiapsiagaan:
Penilaian Risiko (risk assessment)
Perencanaan siaga (contingency planning)
Mobilisasi sumberdaya (resource mobilization)
Pendidikan dan Pelatihan (training & education)
Koordinasi (coordination)
Manajemen Darurat (response mechanism)
Peringatan Dini (early warning)
Manajemen Informasi (information systems)
Gladi / Simulasi (drilling/simulation)
Misalnya:
Penyiapan sarana komunikasi
Pos komando
Penyiapan lokasi evakuasi
Rencana Kontinjensi dan sosialisasi peraturan / pedoman
penanggulangan bencana.
316
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Koordinasi memerlukan :
Manajemen penanggulangan masalah kesehatan yang baik.
Adanya tujuan, peran dan tanggung jawab yang jelas dari
organisasi.
Sumber daya dan waktu yang akan membuat koordinasi
berjalan.
Jalannya koordinasi berdasarkan adanya informasi dari
berbagai tingkatan sumber informasi yang berbeda.
317
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
318
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
319
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
320
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
321
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam setiap hari serta dapat
diperpanjang atau diperpendek waktunya sesuai dengan pelaksanaan
tanggap darurat.
Persyaratan Lokasi
1. Pos Komando Tanggap Darurat Bencana dapat
menempati bangunan atau tenda.
2. Bangunan atau tenda pos komando tanggap darurat
bencana menempati lokasi yang strategis dengan
kriteria:
i. Mudah diakses oleh berbagai pihak yang terlibat dalam
kegiatan
tanggap darurat bencana.
ii. Aman dan terbebas dari ancaman bencana.
iii. Memiliki lahan parkir yang memadai.
iv. Luas lahan sekurangkurangnya 500 m2.
322
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
323
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
1. Keamanan.
Lokasi pendirian RS lapangan harus berada di wilayah
yang aman dari bencana susulan.
2. Akses.
Kemudahan akses bagi petugas dan pasien, juga untuk
mobilisasi logistik.
3. Infrastruktur.
Apakah terdapat bangunan yang masih layak dan
aman dipergunakan sebagai bagian dari RS lapangan.
Jika tidak, apakah ada lahan dengan permukaan datar
dan keras yang dapat digunakan untuk pendirian RS
324
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
NB :
dokter umum, dokter spesialis bedah, dokter spesialis bedah tulang, dokter
anestesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis
anak, dokter spesialis jiwa, perawat mahir (gawat darurat, kamar bedah,
intensif, rawat bedah), perawat anestesi, perawat umum, radiographer, tenaga
analisis laboratorium, apoteker dan asisten apoteker, ahli gizi/dietisien, tenaga
rekam medis, tenaga elektro medik, dan tenaga sanitarian
325
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
pengemudi/supir, juru masak, tenaga administrasi, tenaga laundry, tenaga teknisi listrik dan
mesin, tenaga pembantu umum (untuk tenaga gudang, kebersihan, dll.), tenaga keamanan
1. Melihat jenis bencana yang terjadi, misalnya bencana banjir, bencana gunung meletus,
bencana kebakaran hutan, bencana kebakaran, bencana akibat konflik (huruhara).
Berdasarkan data tersebut, kita dapat melakukan perhitungan yang relatif sesuai dengan
kebutuhan selain jenis obat yang disediakan juga dapat mendekati kebutuhan nyata.
3. Pedoman pengobatan yang umum digunakan. Dalam hal ini sebaiknya merujuk pada
Pedoman Pengobatan yang diterbitkan oleh Depkes.
Agar penyediaan obat dan perbekalan kesehatan dapat membantu pelaksanaan pelayanan
kesehatan pada saat kejadian bencana, jenis obat dan perbekalan kesehatan harus sesuai
dengan jenis penyakit dan pedoman pengobatan yang berlaku.
326
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
327
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
328
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Tujuan Penggunaan :
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan
khusus/tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan
diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama
perjalanan.
Petugas :
Satu orang supir dengan kemampuan BHD (Bantuan Hidup
Dasar) dan berkomunikasi serta satu orang perawat dengan
kemampuan PPGD (pertolongan Pertama Gawat Darurat)
2. Ambulans Gawat Darurat
Tujuan Penggunaan :
Pertolongan penderita gawat darurat pra rumah sakit,
pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah
distabilkan dari lokasi kejadian ke tempat tindakan definitif
atau ke rumah sakit, sebagai kendaraan transport rujukan.
Petugas :
Satu orang pengemudi dengan kemampuan PPGD dan
komuniasi, satu orang perawat berkemampuan PPGD, dan
satu orang dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS.
3. Ambulans Rumah Sakit Lapangan
Tujuan Penggunaan :
Merupakan gabungan ebebrapa ambulans gawat darurat dan
ambulans pelayanan medik beregrak. Sehari – hari berfungsi
sebagai ambulans gawat darurat.
Petugas :
Seorang pengemudi berkemampuan PPGD dan komunikasi,
seorang perawat berkemampuan PPGD atau BTLS/BCLS,
dan seorang dokter berkemampuan ATLS/ACLS.
329
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
c. Triage
Triage adalah proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan
beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta
prioritas transportasi, artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab
ancaman hidup. Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam
mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas
kesehatan.
Tujuan Triage
Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi
segera (lebih ke perawatan yang dilakukan di lapangan).
Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan
dengan pembedahan.
Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan.
Prinsip Triage dan Tata Cara Melakukan Triage Triage
dilakukan berdasarkan observasi terhadap 3 hal, yaitu :
Pernapasan (respiratory)
Sirkulasi (perfusion)
Status mental (mental state)
Pengelompokan Triage Berdasarkan Tag Label
Prioritas 0 (hitam)
Pasien meninggal atau cedera parah yang jelas tidak
mungkin untuk diselamatkan
Prioritas 1 (merah)
Penderita cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan
tindakan medik atau transport segera untuk meyelamatkan
hidupnya.
Prioritas 2 (kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan
tingkat yang kurang berat dan dipastikan tidak akan
mengancam jiwa dalam waktu dekat.
330
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Prioritas 3 (hijau)
Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak
membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam
nyawa dan tidak menimbulkan kecacatan.
Klasifikasi Triage
Triage di tempat
Dilakukan ditempat korban ditemukan atau pada tempat
penampungan, triage ini dilakukan oleh tim pertolongan
pertama sebelum korban dirujuk ke tempat pelayanan medik
lanjutan.
Triage Medic
Dilakukan pada saat korban memasuki pos pelayanan medik
lanjutan yang bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan
dan tindakan pertolongan yang dibutuhkan oleh korban.
Triage evakuasi
Triage ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan
pada rumah sakit yang telah siap menerima korban, seperti
bencana massal.
6.3. Pasca Penanganan Bencana
a. Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Bencana yang disertai dengan pengungsian sering menimbulkan berbagai
masalah, terumata masalah kesehatan masyarakat yang besar. Dalam sitausi
bencana selalu terjadi kedaruratan semua aspek kehidupan. Terjadinya
kelumpuhan pemerintahan, rusaknya fasilitas umum, terganggunya system
komunikasi dan transportasi, lumpuhnya pelayanan umum yang
mengakibatkan terganggunya tatanan kehidupan masyarakat. Jatuhnya
korban jiwa, hilangnya harta benda, meningkatnya angka kesakitan
merupakan dampak dari adanya bencana. Kebutuhan pelayanan kesehatan
tiap – tiap penduduk rentan adalah tidak sama karena mereka mempunyai
karakteristik kebutuhan pelayanan kesehatan yang berbeda. Pelayanan
kesehatan pada bayi berbeda dengan kebutuhan pelayanan kesehatan pada
penduduk lansia. Sehingga perlu kiranya untuk menggali informasi dari
masyarakat mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan yang dharapkan oleh
para penduduk rentan atau penduduk yang beresiko tersebut berkenaan
dengan dampak kesehatan pasca bencana. Penggalian informasi, keinginan
da saran dari kelompok penduduk rentan adalah suatu proses pencarian
informasi dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia khusunya pada
kelompok penduduk yang rentan dan beresiko terkena penyakit dengan
adanya bencana tersebut. Tindakan penting yang dapat menolong
331
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Mortalitas
Fasilitas kesehatan harus memiliki catatan kematian pasien termasuk
sebab kematiannya dan informasi demografi lain yang relevan.
Morbiditas
Fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan,
termasuk klinik untuk balita dan program pemberian makanan yang
selektif, haruslah memiliki catatan harian medis pasien yang
menginformasikan nama, umur, jenis kelamin, diagnosa klinis, hasil
laboratorium, dan pengobatan.
Program Kesehatan Utama
Prioritas yang seharusnya dimasukkan dalam program tanggapan
darurat adalah :
Harus ada upaya untuk meringankan (mitigasi) dari efek
bencana yang mungkin dapat melibatkan kisaran strategi
kedokteran dan kesehatan pencegahan, termasuk
imunisasi untuk penyakit menular, perbaikan sanitasi,
personal hiegene, bahaya pembuangan limbah, kontrol
vektor dan cacing, kontrol imigrasi dan bea cukai,
pendidikan dan peringatan dini masyarakat.
Kesehatan reproduksi perihal keselamatan ibu yang
meliputi persalinan dan antenatal care (ANC).
Meningkatkan kapasitas yang meliputi :
1. Pendidikan kesehatan
2. Pengelolaan logistik obat – obatan
3. Pelayanan laboratorium
4. Informasi sektor vital seperti : Persediaan air minum,
persediaan kakus per orang, jumlah populasi dengan
penampungan yan memadai, jumlah sabun yang
disediakan untuk setiap orang perbulannya,melaksanakan
kontrol vector
5. Makanan dan Gizi
Respon cepat yang diambil adalah :
i. Memperkirakan keadaan kesehatan dan
gizi secepat mungkin
ii. Menjamin tersedianya makanan, transportasi,
penyimpanan, minyak goreng, dan peralatan
memasak.
332
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
7. Kesehatan Lingkungan
Respon cepat yang diambil adalah :
i. Mengumpulkan tinja pada satu tempat dan mencegah
pencemaran terhadap sumber – sumber air.
ii. Menentukan tempat – tempat yang berpotensi untuk
pembutan sarana sanitasi
iii. Menentukan metode pembuangan tinja, sampah dan
air limbah.
iv. Mengendalikan vektor yang mengancam kesehatan,
seperti nyamuk, lalat, kutu, binatang kecil, tikus, dan hama
lainnya.
v. Merencanakan tim sanitasi untuk membangun dan
memelihara prasarana.
vi. Mendirikan pelayanan pengendalian ancaman hama
vii. Membentuk sistem pemantauan untuk smeua
pelayanan kesehatan lingkungan
viii. Memasukkan kebersihan lingkungan sebagai
bagian pendidikan kesehatan
ix. Mengendalikan debu dengan cara menyiram jalan
dan membatasi lalu lintas
x. Mengendalikan air limbah dan menyediakan salutan
pembuangannya.
b. Trauma Healing
333
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
334
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
335
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
336
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
1. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan kita sehari-hari baik itu dijalani secara individu/personal
maupun secara berkelompok/berorganisasi membutuhkan rencana-rencana
dalam mencapai tujuan. Rencana telah disusun secara umum atau detail tanpa
didukung kemampuan menajemen (kemampuan menajerial
seseorang/sekelompok orang) sulit untuk dilaksanakan dalam perwujudan
tujuan rencana tersebut, begitupun sebaliknya. Berorganisasi membutuhkan
menajemen yang jauh lebih kompleks agar tercapai tujuan mereka.
Kemampuan memanage dalam pelaksanaan, pengontrolan dan evaluasi sebuah
rencana yang telah disusun dengan baik menentukan hidup matinya organisasi.
Meskipun demikian langkah awal senantiasa dimulai dari bagaimana
organisasi mampu menyusun perencanaan.
2. PERENCANAAN
Perencanaan bisa didefinisikan sebagai melaksanakan proses penilaian
keadaan, menentukan tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang dan
tindakan – tindakan yang harus dilaksanakan untuk mencapainya.Sehingga
perencanaan penting dilakukan baik sebelum maupun sesudah keadaan yang
tak terkendali. Dan perencanaan operasi harus didasarkan pada kebutuhan yang
terinci dan penilaian akan sumber daya. Adapun klasifikasi Rencana, yaitu :
a. Rencana Operasi (Operation Planning)
b. Rencana Cadangan (Alternative Planning)
Kedua tipe rencana tersebut jika digabung maka disebut sebagai master
planning, sehingga dapat menciptakan kondisi terkendali dan mengantisipasi
kondisi yang tak terkendali. Kesimpulannya rencana operasi tanpa rencana
cadangan akan terjebak dalam keadaan yang tak terkendali, begitupun dengan
rencana cadangan tanpa rencana opersi akan menjadi jasad sebuah ide.
337
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
b. Tujuan Umum
3.7 Identifikasi dan Penetapan Sumber Daya
a. Man Power
1. Jumlah
2. Job description
b. Method
1. Internal
2. Eksternal
c. Material
1. Sarana transport
2. Peralatan medis dan obat – obatan
3. Perlengkapan medis tim dan pribadi
d. Money
1. Dana BPP
2. Dana pribadi
e. Rule
1. Etika tim medis (khusus RO tim medis)
2. Surat kesepakatan
f. Information
1. Keadaan medan
2. Iklim dan cuaca
3. Keadaan sosial budaya masyarakat
g. Time
1. Waktu (time schedule)
2. Tempat
3.8 Objek Sasaran
a. Panitia
b. Peserta
c. Masyarakat
3.9 Target Kegiatan
Prinsip : SMART (Spesific, Measureable, Achieveable, Reality, Time Based)
3.10 Standar Keberhasilan
Prinsip : 4EP (Ekonomis, Etis, Efektif, Efisien, Produktif)
3.11 Skenario Lapangan
a. Time schedule tim
b. Rencana operasi lapangan
3.12 Alternative Planning
a. Sistematis
b. Realistis
338
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
339
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
340
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
341
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Kepala Badan Sar Nasional Nomor Pk. 6 Tahun 2015 Tentang
Rencana Strategis Badan Sar Nasional Tahun 2015 – 2019
Http://Basarnas.Go.Id/Repository/Documents/Regulasi/5b74d411b555594
0c4c45236be3f8f41.Pdf
Rencana Strategis Badan Sar Nasional Tahun 2010-2014
Http://Basarnas.Go.Id/Repository/Documents/Regulasi/0ddf0be2081a29fd8e6dac
1a310f65c2.Pdf
342
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
MATRA
PENUNJANG
343
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
NAVIGASI DARAT
1. DEFINISI
Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui tentang keadaan medan
yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta
tujuan perjalanan di alam bebas. Navigasi dibagi menjadi tiga, yaitu :
• Navigasi udara
Navigasi yang digunakan oleh petugas yang berkecimpung dan
berkaitan dengan kedirgantaraan.
• Navigasi laut
Navigasi yang digunakan oleh petugas yang
kegiatannya berkecimpung dibidang kelautan.
• Navigasi darat
Navigasi yang digunakan untuk kegiatan di darat. Navigasi darat
merupakan teknik menentukan posisi dan arah lintasan di peta
maupun pada medan sebenarnya (khususnya di daratan).
D. Busur Derajat
Pada pemakaiannya, busur derajat sudah jarang digunakan karena
sekarang ada alat yang namanya protactor, rumer yang fungsinya
sama dan di dalamnya ada pembagian karvak dalam beberapa skala
peta.
E. Curvimeter
Curvimeter adalah alat untuk menghitung jarak horizontal pada rute
lintasan yang berkelok-kelok di peta.
F. Altimeter
344
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
G. Pedometer
Pedometer adalah alat untuk mengukur langkah kaki, namun alat
yang letaknya di pinggang ini jarang digunakan atau sebatas
pelengkap saja.
3. PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang
diproyeksikan pada bidang datar dengan perbandingan atau perkecilan
tertentu yang disebut skala. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk
mewakili fitur yang ditemukan pada permukaan bumi. Representasi yang
ideal akan terwujud jika setiap fitur dari daerah yang dipetakan dapat
ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat dimengerti, peta harus
diwakili dengan tanda konvensional dan simbol. Pada navigasi darat
menggunakan jenis peta topografi (skala 1:10.000/1:5.000) karena
mempunyai banyak keistimewaan yaitu relief permukaan bumi, hutan,
pemukiman, jaringan jalan, sungai, sawah dan lainnya.
345
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Peta Topografi berasal dari bahasa yunani, “topos” berarti tempat atau
lapangan, “graphos” berarti gambaran atau catatan. Peta topografi yaitu
peta yang menggambarkan suatu tempat di permukaan fisik bumi yang
dinyatakan dengan garis-garis ketinggian atau garis kontur dan disertai
berbagai keterangan secara rinci mengenai daerah yang terpetakan.
Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya
adalah peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping
fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau, dll. Karena peta topografi
menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan jenis peta
yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan. Isinya
terdiri dari 4 ciri, yakni : relief (ketinggian), perairan (seperti sungai
danau), tumbuhan (hutan, semak, kelapa) dan hasil budaya manusia
(jalan raya, bangunan, jembatan). Peta topografi memiliki beberapa bagian
yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
346
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
• Judul Peta
Identitas yang tergambar pada peta, judul peta menyatakan lokasi
yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai
judul yang berbeda pula. Judul peta biasanya ada di bagian tengan
atas.
Keterangan Pembuatan
Informasi mengenai pembuatan peta, tahun pembuatan, dan instansi
pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah peta. Setiap peta
terutama peta topografi selalu mencamtumkan data tahun
pembuatannya karena sangat diperlukan untuk menghitung sudut
variasi magnetisnya. Kutub magnetis selalu berubah setiap
tahunnya. Ini disebabkan oleh rotasi bumi. Di Indonesia biasanya
kutub magnetis peta topografinya selalu bergeser ke arah timur,
variasi ini dinamakan ‘deklinasi’ dan sangat berpengaruh terhadap
perhitungan dalam menggunakan peta dan kompas.
• Nomor Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan di sebelah kanan atas peta. Selain
sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, nomor peta juga
berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah lain di
sekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah
disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomornomor
peta yang ada di sekeliling peta tersebut.
• Pembagian Lembar Peta
Merupakan penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di
sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan
penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah lebih
luas.
• Sistem Koordinat
Koordinat adalah kedudukan sesuatu titik pada peta, yang
merupakan pertemuan garis tegak dan mendatar dari suatu lembaran
peta topografi. Sistem koordinat yang resmi ada dua macam :
347
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Gambar 2. Karvak
348
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
• Skala
Skala atau kedar peta merupakan perbandingan antara jarak dua titik
di peta dengan jarak dua titik di lapangan dalam satuan yang sama.
Ini untuk menentukan jarak antara obyek atau lokasi pada peta,
ukuran area tertutup, dan dapat mempengaruhi jumlah detail yang
ditampilkan. Menurut kategorinya, skala peta dibagi ke dalam tiga
kategori (skala kecil, menengah dan besar). Penjabarannya adalah
sebagai berikut :
• Arah peta
Arah peta adalah arah utara pada peta. Arah peta yang perlu
diperhatikan adalah arah utara peta dengan cara memperhatikan arah
349
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
huruf-huruf tulisan pada peta yang juga berarti arah utara peta.
Terdapat 3 macam arah utara yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Utara peta atau grid north (UP atau GN). Utara peta adalah
arah utara yang ditunjukan garis koordinat tegak peta ke
arah atas.
Utara sebenarnya atau true north (US atau TN), merupakan
arah yang menunjukkan kutub utara bumi (utara geografis)
dilambangkan dengan simbol bintang karena segaris
dengan bintang (kutub) utara, dikenal pula sebagai utara
astronomis.
Utara magnetik atau magnetic north. Utara magnetik (UM)
adalah arah yang menunjukkan kutub utara magnetik
bumi, dilambangkan dengan jarum atau mata panah. Kutub
utara magnetik bumi letaknya tidak bertepatan dengan
kutub utara bumi. Utara magnetik ditunjukkan oleh jarum
magneti kompas, biasanya disebut juga dengan utara
kompas (UK). Untuk keperluan yang lebih menuntut
ketelitian, perlu di perhitungkan adanya iktilaf peta, iktilaf
magnetis, deviasi. Penjabarannya adalah sebagai berikut :
Iktilaf peta atau konvergensi meridian, merupakan sudut
yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara peta.
Iktilaf magnetik atau deklinasi, merupakan sudut yang
dibentuk utara sebenarnya dengan utara magnetik
Iktilaf utara peta-utara magnetik atau deviasi, merupakan
sudut yang dibentuk utara peta dengan utara magnetik.
• Garis kontur
Garis kontur adalah garis khayal yang berkelok-kelok tak beraturan
dan tertutup, menghubungkan beberapa titik yang mempunyai
ketinggian sama dari permukaan laut. Pada medan sebenarnya,
permukaan bumi merupakan suatu bidang yang tidak rata. Hal
tersebut disebabakan karena terdapat gunung, lembah, jurang,
sungai, laut, tebing dan lainnya (disebut relief). Tidak ratanya relief
tersebut, menyebabkan perlunya kontur yang dapat memberikan
gambaran tentang tidak ratanya suatu medan di atas peta dan
sekaligus kita dapat membayangkan bentuk medan yang
sebenarnya. Adapun sifat garis kontur adalah sebagai berikut :
350
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
351
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
352
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
353
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
5. KOMPAS
Kompas merupakan salah satu peralatan navigasi utama untuk digunakan
bersamaan dengan peta. Sebuah peta tidak akan memiliki nilai lebih jika tidak ada
kompas. Dengan adanya kompas kita dapat mengetahui arah gerakan, azimuth
magnetik suatu point dll. Kompas berguna sebagai alat penunjuk arah yang untuk
mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan
menunjukan arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya
magnetis lainnya selain arah magnetis bumi). Tapi perlu diingat bahwa arah yang
ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan
arah utara sebenarnya.
• • Jenis kompas
• a. Kompas Orientasi
Untuk tujuan praktis karena sudah dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris
akan tetapi mempunyai akurasi yang kurang baik. Sering disebut sebagai kompas
Silva (nama merk) atau Sunto.
• b. Kompas Bidik
Dapat dibedakan berdasar kaca pembacanya : kompas lensa, kompas prismatik,
kompas optik.
354
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Bagian kompas
Secara garis besar, kompas terdiri dari :
➢ Badan, tempat komponen lain berada dan terlindungi
➢ Jarum, yang selalu menunjukan arah utara magnetis bumi
➢ Skala penunjuk, menunjukan pembagian derajat/mil sebagai sistem
satuan arah mata angin
Pada kompas lensatik, bagian-bagian kompasnya dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Cover atau penutup kompas berguna untuk melindungi
jarum magnetik dan piringan azimuth saat tidak
355
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
• Penggunaan kompas
1. Teknik Centerhold. Pertama, kompas dibuka secara penuh
hingga tutup membentuk suatu bidang datar dengan base.
Kemudian buka lensa (rear-sight) secara maksimal, biarkan
link mengapung dengan bebas. Berikutnya, tempatkan ibu
jari pada cincin, membentuk suatu dasar yang baik beserta
jari kelingking dan manis, sedangkan jari telunjuk diletakkan
sepanjang sisi kompas. Tempatkan ibu jari dari tangan lain
antara lensa dan bezel-ring, jari telunjuk sepanjang sisi lain
dari kompas, dan jari yang sisanya di sekitar jari dari tangan
lain. Tarik siku ke arah badan, ini akan memposisikan
kompas di antara dagu dan pinggang. Untuk mengukur
azimuth, secara sederhana, putar seluruh badan ke arah
obyek, tutup kompas akan menunjuk langsung ke obyek
tersebut. Ketika sedang menunjuk obyek, perhatikan dan
baca azimuth, sesuaikan garis indeks. Teknik ini lebih
disukai karena lebih mudah, cocok pada semua kondisi jarak
penglihatan, dan dapat digunakan tanpa harus melepas
kacamata.
2. Teknik Compass-To-Cheek. Buka tutup kompas hingga
posisi vertikal, kemudian buka rear-sight agak condong ke
depan (45o). sejajarkan rear-sight slot dan front-sight dengan
obyek yang diinginkan. Kemudian mengerling dan
perhatikan skala yang ditunjukkan oleh link untuk membaca
356
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
357
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
358
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
7. ORIENTASI MEDAN
1. Mengenal tanda medan
359
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
a. Resection
Resection merupakan cara untuk mengetahui posisi kita di
peta. Langkah-langkah melakukan resection:
360
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
Bila kita berada di alam bebas tanpa membawa peta dan kompas,
kita dapat menggunakan tanda-tanda alam untuk menunjukkan arah
perjalanan kita, diantaranya adalah:
361
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
362
KOMUNIKASI LAPANGAN
Dalam keadaan survival jiwa Anda tergantung pada 4 hal yaitu : perlindungan
dari cuaca (dingin, hujan, panas), makanan, air dan regu pencari. Juga dalam
kegiatan operasi, seperti operasi SAR, pendakian dalam regu, pertolongan
bencana alam, komunikasi memegang peranan penting dalam operasi tersebut.
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain sangat vital untuk dikuasai dalam
berkegiatan di alam terbuka. Hal ini akan sangat terasa apabila kita berada dalam
kondisi survival dimana kita harus mampu memberikan isyarat untuk
memberitahukan atau meminta pertolongan pada seorang yang mungkin dapat
memberikan pertolongan pada kita. Komunikasi dengan sarana radio dua arah
(HT)
Kita sering melihat banyak anggota Polisi, TNI, Pemadam, SAR dan instansi
lain menggunakan radio dua arah yang lebih dikenal dengan nama "HT".
Masyarakat umum juga saat ini mulai banyak yang memanfaatkan HT tersebut
untuk berbagai kegiatan.
1.2. Morse
Morse adalah suatu bentuk isyarat komunikasi berupa kode
kombinasi panjang dan pendek yang mewakili semua huruf, angka, dan
tanda baca. Komunikasi ini juga dapat digunakan dalam keadaan gawat
darurat. Alat-alat yang biasa digunakan dalam komunikasi morse adalah
:
a. Peluit isyarat yang digunakan dalam menggunakan peluit adalah
dengan menggunakan panjang-pendek suara tiupan.
b. Cahaya biasanya menggunakan cahaya sorot (senter) yang ditutup
dengan kain berwarna merah/jingga karena intensitas cahayanya paling
dapat diterima dengan baik oleh mata manusia. Isyarat yang digunakan
dengan menggunakan panjang–pendek sinar cahaya.
364
NB : Tanda Baca :
Tanda . direpresentasikan dengan .-.-.-
Tanda , direpresentasikan dengan –..–
Tanda : direpresentasikan dengan —…
Tanda - direpresentasikan dengan -….-
Tanda / direpresentasikan dengan -..-.
365
1.3. Heliograf
Sebuah telegraf surya yang mengirimkan sinyal menggunakan kode morse
melalui kedipan cahaya matahari yang dipantulkan cermin. Istilah
"heliograf" berasal dari bahasa Yunani yaitu helios yang berarti "matahari"
dan graphein yang berarti "tulis". Kedipan cahaya yang dihasilkan
diciptakan dengan cara memutar cermin atau dengan menghalangi cahaya
dengan penutup. Terdapat 3 jenis heliograf yang umum digunakan. ketiga
jenis heliograf ini memiliki instrumen dan cara kerja yang berbeda. ketiga
jenis heliograf meliputi:
a Heliograf Mance (Model Inggris)
Heliograf jenis ini digunakan saat stasiun yang dituju dan matahari
berada di depan heliograf. Namun, cahaya juga bisa dipantulkan oleh
cermin kedua atau yang biasa disebut dengan “duplex” saat Matahari
berada di belakang heliograf. Kemudian, sebuah “kunci” yang
diletakkan di bagian belakang heliograf akan mengangkat cermin ke atas
dan mengarahkan sinar matahari ke stasiun yang dituju saat “kunci”
tersebut ditekan, operator heliograf menggunakan titik dan garis dari
sandi morse untuk mengirim pesan, mirip seperti operator telegraf.
366
Heliograf
Model
Amerika
Sumber
:https://c
6 .staticfli
ckr.com/
8 /7326/1
0434909853_2d35be3837 _b.jpg
c. Heliograf Model Portugis
Cermin simplex dan duplex digabungkan dalam satu unit dengan
tabung cahaya dengan garis bidik dan layar dua pisau. Unit ini
diletakkan di sebuah tripod, namun tripod harus dipasang sempurna
untuk menyelaraskan garis bidik dengan stasiun yang dituju.
Perangkat bidik yang kedua adalah sebuah lubang kecil yang
memungkinkan matahari dipantulkan melewati bagian bawah
simplex dan melalui lubang kecil lain menuju garis bidik tepat di
bawah penutup. Berbeda dengan model Inggris dan Amerika, alat
ini tidak perlu dibalik saat peralihan antara simplex dan duplex.
367
3420052_3acee80e8d_b.jpg Cara
menggunakan heliograf secara efektif :
B
T
e
k
n
i
Alat yang paling sering digunakan di dalam kegiatan alam bebas untuk
berkomunikasi jarak jauh melalui radio adalah TRX (Transceiver) yang
369
berarti Transmitter (TX) dan Receiver (RX). Alat ini adalah alat
komunikasi dua arah yang digunakan secara bergantian.
b. Cermin Survival
Cermin ini berbentuk segi empat yang memiliki cermin dikedua
belah sisinya. Mempunyai 2 lubang; satu ditengah dan satu lainya di
sudut. Cermin ini sangat efektif dalam menarik perhatian.
c. Kain
Kode darat ke udara tanda ini digunakan untuk memberikan isyarat
dari darat ke udara. Biasanya menggunakan kain yang berwarna
kontras dengan medan di sekitarnya. Kain dapat disebarkan atau
370
digantungkan di pepohonan guna menarik perhatian, pastikan kain
yang digunakan berwarna kontras dengan lingkungan sekitar. Bila
Anda memiliki jas hujan atau penutup kapal atau kain lebar
371
1.6. Komunikasi lapangan dengan alat yang sudah disiapkan
a. Suar
Suar adalah salah satu bentuk piroteknik yang menghasilkan cahaya
yang sangat terang atau panas tinggi tanpa menghasilkan ledakan.
Suar digunakan untuk memberi tanda, penerangan dan alat
pertahanan pada sipil dan militer. Beberapa macam suar diantaranya
:
• Pen Flare
Pen flare merupakan suar dengan bentuk penembak pena
dan suar pada ujungnya. Ketika ditembakkan, suar dapat
terbang sejauh 150 meter dengan diameter 3 sentimeter.
Langkah menggunakan pen flare adalah dengan :
Lepas pembungkus pen flare
Pasangkan suar ke penembak
Jangan kokang penembak, kalungkan di leher untuk
penggunaan segera.
Tembakkan di depan pesawat penolong . Hati hati
terhadap salah persepsi sebagai serangan.
Pen Flare
Sumber :
http://www.fightingkn i
ves.info/Portals/9/Pe n
%20Guns/unknown4 %
201 .JP G
• Star Cluster
Star c luster dapat mengorbit sampai ketinggian 200 - 215 m,
dan akan menyala selama 6 - 10 detik dengan kecepatan
turun 14m/s.
• Star parachute
Star parachute dapat mengorbit sampai ketinggian 200 - 215
m, dan akan menyala selama 50 detik ( suar merah ) dan 25
detik (su ar putih), dengan kecepatan turun 2,1 m/s. Suar ini
dapat dilihat pada jarak 48 - 56 km.
b. Radio
372
Penggunaan gelombang radio untuk mengirimkan pesan berupa
suara dengan cara memodulasi gelombang elektromagnetik. Bila
Anda membawa radio, radio komunikasi dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan darurat. Radius maksimum untuk setiap radio
berbeda beda tergantung jenisnya. Dapat diperhatikan hal hal
berikut dalam penggunaan radio :
373
antena
• Hemat penggunaan baterai. Matikan radio ketika sedang
tidak digunakan.
• Jaga baterai radio agar tetap kering, sebagai contoh ketika
cuaca dingin, simpan baterai d i dalam jaket / pakaian,
pemasangan baterai secara terus menerus kala cuaca dingin
dapat mempercepat habisnya baterai.
• Hindari baterai dari terkena panas berlebihan, panas
berlebih dapat menyebabkan baterai meledak
374
2.3. Repeater to repeater
2.4. Internet radio gateway
2.5. Komunikasi lewat satelit
2.6. APRS (Automatic Packet Reporting System)
K
o
mponen inti dari APRS sendiri adalah suatu alat yang bernama TNC
( Terminal Node Controler ) . D engan menghubungkan perangkat radio
kita dengan TNC dan GPS, maka kita telah membangun APRS kita
sendiri. APRS digunakan untuk mencari data atau informasi di
lapangan. Jadi setiap ada data baru yang diperoleh di lapangan, tim
dapat langsung melaporkan data ke pos komando.
Fungsi APRS:
a. Sebagai tracker 1 arah
Untuk membangun APRS dengan fungsi sebagai tracker 1 arah,
peralatan yang dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS
tanpa layar
b. Sebagai tracker 2 arah
Untuk membangun APRS dengan fungs i sebagai tracker 2 arah,
peralatan yang dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS
dengan layar.
c. Sebagai alat penerima/pengirim pesan teks
d. Sebagai alat untuk manajemen informasi
3. ETIKA BERKOMUNIKASI
375
3.1 Komunikasi point to point
a. Memantau dahulu/memonitor pada frekuensi/kanal
yang diinginkan
b. Wajib menyebutkan CALL SIGN dan tempat/posisi memancar
c. Menyebutkan call sign dan mengucapkan kata ganti pada akhir
pembicaraan
d. Memberikan kesempatan/prioritas pada penyampai berita-berita
yang penting
e. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
f. Mengatur jalur/kanal apabila muncul
pertama kali di kanal/frekuensi
g. Apabila jalur kanal sibuk sementara butuh komunikasi agak panjang
dengan seseorang, sebaiknya bergeser (tidak memonopoli
kanal/jalur/frekuensi)
h. Menggunakan kode TEN (10), kode eight (8) pada RAPI atau kode
“Q” pada pada ORARI untuk efisiensi komunikasi
i. Membiasakan menulis di log book, dicatat dengan siapa
berkomunikasi dan kapan/tanggal dan waktu komunikasi dilakukan
j. Menggunakan nama panggilan
k. Dilarang menjadi net pengendali apabila sedang dalam stasiun gerak
3.2 Komunikasi melalui repeater/pancar ulang
a. Radio Pancar Ulang (RPU) adalah stasiun radio yang digunakan
untuk memancar ulangkan pesan melalui pesawat yang jangkauanya
lebih luas.
b. Monitor dahulu selama 3-5 menit.
c. Memperhatikan siapa yang sedang berkomunikasi.
d. Memperhatikan apa yang sedang dikomunikasikan.
e. Masuk pada spasi atau interval (tidak perlu menggunakan kata break
atau contact), dengan menyebutkan call sign dan apabila ingin
berkomunikasi / memanggil komunikasi langsung memanggil
dengan menyebut orang yang di panggil dan tidak perlu tergesagesa,
komunikasikan dengan kata-kata yang jelas dan mudah
dimengerti/dipahami.
f. Apabila ada hal yang bersifat darurat/emergency silahkan gunakan
interupsi pada spasi/interval.
g. Jangan memonopoli frekwensi dengan berkomunikasi hanya dengan
satu orang, dan selalu memberikan kesempatan kepada orang lain
yang mau menggunakan pancar ulang.
h. Membiasakan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan.
i. Memberikan kesempatan kepada pengguna di lapangan.
j. Mengutamakan/memberikan kesempatan pada pembawa berita yang
bersifat emergency / darurat.
3.3 Penggunaan kata “Interupsi”
376
a. Apabila mau memotong/menyela pembicaraan disebabkan ada sesuatu
informasi yang penting, gunakan pada saat jeda komunikasi atau spasi,
kemudian masuk dengan menyebutkan call sign.
377
b. SANDI UNTUK KOMUNIKASI PERHUBUNGAN MOBILISASI
KODE KETERANGAN
1-1 Hubungan pusat melalui telepon
8 - 11 Kembali ke udara
379
9-3 Tugas mengawal Presiden
10 - 1 Selesaikan secepat mungkin
10 - 2 Saudara berada di mana/saya berada di …..
10 - 3 Berita/perintah terakhir dihapus
10 - 4 Berita ini tidak untuk umum
10 - 5 Untuk diumumkan kepada semua jajaran
1 0 - 6 Untuk diumumkan kepada semua anggota
10 - 7 Tidak sesuai dengan peraturan/perintah dilarang
10 - 8 Menuju ke …..
c. TARUNA = Berita
Asap dan Api
Warna Isyarat Arti
Asap jingga Saya sedang dalam bahaya dan memerlukan
pertolongan segera.
Asap mera h Oleh kapal selam I, sedang mencoba untuk timbul
secara darurat.
Asap jingga 2 kali Oleh pesawat terbang SAR I,
dengan selang saya telah melihat survivor
beberapa detik
Putih 2 kali & kuning Oleh kapal selam,
2 kali dengan selang 3 Saya sedang ti mbul
detik
Hembusan asap hitam Oleh kapal,
atau putih berturut - Rubah haluan anda untuk menghindari daerah
turut antara 10 detik terlarang
Bendera
Prosedur :
1. Prosedur isyarat bendera diambil dari buku isyarat internasional
2. Isyarat yang penting dalam lalu lint as berita SAR
1.1. JA : saya mengalami tabrakan
1.2. DO : saya hanyut, minta bantuan segera
1.3. AT : saya kandas, minta bantuan segera
380
1.7. FM: saya tenggelam, kirim bantuan segera untuk menolong
penumpang dan anak buah kapal
Merah 1 kali atau • Saya sedang dalam bahaya, ulang, minta bantuan
berulang segera.
• Oleh kapal selam : Akan timbul secara darurat,
hati-hati.
• Oleh para rescue : Tidak mungkin untuk
meneruskan rencana
Merah 2 kali • Oleh para rescue : Korban luka-luka, memerlukan
dokter dan para medis
Merah 1 kali, hijau 1 • Oleh para rescue : Pesawat radio tidak bekerja,
kali berikan penggantinya
381
Putih 1 kali • Oleh pesawat terbang : Kapal selam ada di bawah
saya
• Oleh kapal laut : Orang jatuh ke laut
• Oleh para rescue : Siap untuk menerima alat untuk
mengapung atau acrokit
Putih 2 kali • Oleh para rescue : Siap untuk menerima pemberian
peralatan MA-1
Putih 2 kali dengan • Oleh kapal selam : Saya sedang timbul, hati - hati
selang waktu 3 menit
Putih berturut- turut • Oleh pesawat terbang atau kapal : Ubah haluan
dengan selang waktu Anda untuk menghindari daerah ini
10 menit
Putih berulang - ulang • Oleh pesawat terbang : Saya dalam kesulitan
dan harus menghindar
Putih 1 kali, hijau 1 • Oleh para rescue : Siap untuk menerima
kali pemberian peralatan sekoci penolong
Putih 1 kali, merah 1 • Oleh para rescue : Alat pengapung rusak , drop
kali penggantinya
Putih 2 kali, hijau 1 • Oleh pesawat terbang SAR : Rescue berhasil
kali baik
Putih 2 kali, merah 1 • Oleh pesawat terbang SAR : Rescue tidak
kali berhasil
Kuning 1 kali • Oleh kapal selam : Akan naik hingga kedalaman
periscope
382
DAFTAR PUSTAKA
383
EVAKUASI MEDIS DARAT
1. PENDAHULUAN
Mobilisasi/evakuasi adalah upaya memindahan korban dari lokasi
kejadian menuju ke tempat yang aman, sampai akhirnya korban
mendapatkan perawatan dan pengobatan. Teknik mobilisasi yang
benar dan efektif penting untuk dikuasai penolong agar korban
segera mendapat perawatan dan pengobatan di rumah sakit, tanpa
memperburuk keadaan korban atau menambah cedera baru.
2. KLASIFIKASI
Mobilisasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan urgensinya,
yaitu:
2.1. Emergency move
Tindakan yang dilakukan sebelum assessment/penilaian
dan ketika bantuan belum datang, di mana saat itu ada
potensi bahaya dan penolong serta korban harus
dipindahkan ke tempat aman untuk menghindari bahaya
atau kematian. Ringkasnya, karakteristik emergency move
yaitu cepat, tanpa dilakukan stabilisasi spinal, dan ada
potensi bahaya bagi korban maupun penolong. Berikut
adalah indikasi keadaan dilakukannya emergency move:
384
2.3. Non-urgent move
Tindakan yang dilakukan jika keadaan tidak mengancam
kehidupan korban dan korban stabil. Pada kondisi ini,
mobilisasi dapat dilakukan setelah ada alat atau ambulance.
Tetap pastikan korban tidak mengalami cedera spinal.
3. PERENCANAAN MOBILISASI
3.1. Kenyamanan dan kondisi
Kenyamanan dan kondisi cedera harus menjadi pertimbangan
utama dalam memindahkan korban. Ada dua hal penting yang
harus diperhatikan, yaitu:
385
d. Hindari membengkokkan punggung (tegakkan
punggung sejajar dengan telinga)
e. Utamakan menarik korban daripada mendorong,
punggung tetap lurus
f. Selalu mulai dari posisi seimbang dan tetap jaga
keseimbangan
386
METODE-METODE MOBILISASI
5.1. One-rescuer methods
Cara memosisikan korban yang tidak Teknik:
sadar untuk berdiri a. Metode Teknik:
Reguler 1. Posisikan korban dalam posisi pronasi
2. Penolong berdiri membawahi korban
3. Masukkan tangan ke bawah dada korban,
kemudian kedua tangan saling mengunci
4. Angkat korban sambil mulai berjalan
mundur hingga lutut korban lurus dan kakinya
menapak
5. Jalan maju dan posisikan korban dalam
posisi berdiri dengan sedikit condong ke
belakang agar lutut tetap lurus
6. Jika lutut belum lurus ulang step 4 dan 5
7. Pegang salah satu pergelangan tangan
korban dan angkat lengannya. Gunakan
tangan penolong yang lain untuk menjaga
korban tetap dalam posisi berdiri
8. Penolong pindah ke depan korban melewati
bawah lengan korban, turunkan tangan
korban, kemudian penolong memegang
pinggang korban dengan kedua tangan
9. Penolong memosisikan kakinya di antara
kaki korban untuk melebarkan kaki korban
agar posisi berdirinya lebih stabil
387
b. Metode Alternatif 1. Posisikan korban dalam posisi pronasi
2. Penolong berlutut (pada 1 lutut) di depan
kepala korban
3. Letakkan tangan melewati bawah ketiak
hingga punggung korban
4. Penolong berdiri sambil mengangkat korban
hingga korban dalam posisi berlutut
5. Perlu diingat: jaga selalu kepala korban agar
tidak hiperekstensi
6. Tangan penolong turun hingga di atas
pinggang korban, kunci tangan, dan berdirikan
korban hingga lututnya lurus
7. Tangan korban turun hingga pinggang korban
dan posisikan badan korban agak condong ke
belakang untuk menjaga lutut tetap lurus
8. Penolong memosisikan kakinya di antara kaki
korban untuk melebarkan kaki korban agar
posisi berdirinya lebih stabil
388
d. Drag Carry/Clothes Drag/ Shoulder Dilakukan pada korban yang ditemukan
Pull dengan posisi telentang atau duduk. Kepala
korban tersokong selama mobilisasi. Namun
penolong harus memfleksikan pinggang dan
lutut, sehingga tidak nyaman jika jangka waktu
lama.
Prosedur: letakkan tangan di bawah bahu
korban (atau melewati ketiak) dan genggam
baju di setiap sisi, sokong kepala di antara
lengan bawah penolong. Kemudian tarik
korban secara perlahan ke tempat aman dengan
memfleksikan lutut dan pinggang, usahakan
arah tarikan lurus.
e. Blanket Drag/Blanket Pull Dilakukan pada korban yang ditemukan dengan
posisi telentang atau duduk. Kepala korban
tersokong selama mobilisasi. Namun penolong
harus memfleksikan pinggang dan lutut,
sehingga tidak nyaman jika jangka waktu lama.
Prosedur: letakkan tangan di bawah bahu korban
(atau melewati ketiak) dan genggam baju di
setiap sisi, sokong kepala di antara lengan
bawah penolong. Kemudian tarik korban secara
perlahan ke tempat aman dengan memfleksikan
lutut dan pinggang, usahakan arah tarikan lurus.
389
h. Firefighter’s Carry Teknik ini digunakan untuk mobilisasi jarak
jauh. Dibutuhkan penolong yang kuat, bisa juga
dibantu asisten. Prosedur:
1. Kaitkan kedua siku di bawah ketiak
korban
2. Angkat korban secara perlahan dengan
kedua lengan untuk menopang berat korban
3. Gunakan tangan yang dominan untuk
memfiksasi korban (dalam gambar, tangan
dominan adalah tangan kanan). Lalu,
gunakan tangan kiri untuk mengenggam
tangan kanan korban, kemudian gantungkan
tangan korban pada bahu
4. Posisikan punggung tegak untuk
meletakkan korban di atas bahu, kemudian
selimuti bagian belakang lutut korban dengan
tangan kanan
5. Naikkan dan angkat paha korban
setinggi bahu kanan penolong. Penolong
memegang lutut serta tangan kanan korban
dengan tangan kanannya.
i. Pick-a- Back/Piggy Back Carry Jika cedera pada korban membuat firefighter’s
carry tidak mungkin untuk dilakukan, teknik ini
menjadi alternatifnya.
Jangan diaplikasikan pada pasien yang tidak
sadar, luka lengan, serta korban yang lebih berat
daripada penolong.
Prosedur: penolong berjongkok membelakangi
korban, minta korban mengalungkan lengannya
ke leher penolong. Angkat korban secara
perlahan, tangan penolong menyangga korban
pada paha. Usahakan agar punggung penolong
tetap lurus.
390
j. Cradle Carry/One Person Lift Dilakukan pada korban yang sadar dengan
berat lebih ringan dari penolong serta hanya
mengalami cedera minimal. Biasanya untuk
korban anak-anak.
Prosedur: penolong jongkok atau melutut
disampingkorban, satu lengan ditempatkan di
bawah paha korban dan lengan lainnya
melingkari punggung. Korban dipegang
dengan mantap dan didekapkan ke tubuh,
penolong berdiri dengan meluruskan lutut dan
pinggul.
Cradle carry dapat dimodifikasi jika ada dua
penolong, yaitu two handed seat carry, three
handed seat carry, atau four handed seat carry.
391
5.2. Two-rescuer methods
a. Chair Lift Mobilisasi dengan kursi bisa digunakan untuk
korban sadar maupun tidak, tanpa cedera
kepala/spinal. Metode ini
bagus untuk mobilisasi korban
melalui tangga/turunan/naikan.
Prosedur:
1. Dudukkan korban di kursi (gunakan
kursi yang kuat, bukan kursi lipat atau kursi
plastik)
2. Penolong yang dekat kepala korban
memegang bagian belakang kursi, penolong
di depan memegang kaki kursi
3. Jika korban sadar, mintalah untuk
bersedekap. Jika tidak sadar, ikat kedua
tangan korban di depan dadanya sebagai
proteksi.
4. Angkat kursi dengan komando dari
penolong yang dekat dengan kepala,
miringkan sedikit kursi ke belakang.
392
c. Three-handed Seat Carry Prosedur hampir sama pada two handed seat
carry. Perbedaannya adalah satu penolong
menggunakan kedua tangannya untuk alas.
e. Fore and Aft Carry Sangat cocok untuk mobilisasi korban yang
tidak sadar.
Prosedur:
Korban dalam posisi duduk. Penolong satu
berada di antara kedua paha korban menghadap
depan sambil memegang bagian bawah lutut
korban. Penolong dua berada di belakang
memegang korban dari ketiak.
393
Pengangkatan korban dilakukan berbarengan
atau dapat pula bergiliran dari penolong
belakang diikuti penolong depan dengan jeda
sementara.
Agar tidak mengganggu, kedua pergelangan
tangan korban dapat diikat di depan dada.
Penolong yang berada di depan korban dapat
memunggungi maupun menghadap korban.
Usahakan penolong yang lebih tinggi berada
pada bagian kepala korban.
Modifikasi dapat dilakukan dengan
mengangkat pada kedua pergelangan kaki
dengan satu tangan, sehingga akan
memudahkan penolong ketika perlu membuka
pintu, dll.
394
a. Hammock Carry Metode ini bisa digunakan oleh tiga penolong
atau lebih. Anggota yang paling kuat berada di
sisi dengan jumlah penolong yang paling
sedikit (jika jumlah ganjil).
Prosedur:
1. Lewatkan tangan di bawah korban, lalu
pegang pergelangan tangan penolong yang
berlawanan.
2. Penolong di ujung-ujung hanya berpegangan
pada salah satu pergelangan tangan penolong
di hadapannya. Tangan yang bebas
digunakan untuk mendukung kepala korban
(untuk penolong di dekat kepala) dan
kaki/lengan korban (untuk penolong di dekat
kaki).
3. Dengan komando penolong yang paling
dekat dengan kepala korban, penolong
kemudian mengangkat korban setinggi lutut
(masih berjongkok, lutut pada kaki yang
dominan untuk menopang korban). Kemudian,
posisi pegangan pada pergelangan tangan
diubah ke bagian atas lengan bawah.
4. Penolong mengangkat korban setinggi
pinggang sembari berdiri.
5. Mobilisasi dimulai dan pertahankan posisi
korban agar tetap sesuai aksis punggungnya.
395
5.4. Metode evakuasi dengan alat
Metode untuk memindahkan korban Minimal dilakukan oleh 3 penolong.
ke alat: Teknik: posisi penolong (minimal 2) jongkok
a. Untuk memindahkan korban ke alat dan bertumpu pada satu lutut di samping
korban. Tangan penolong dilewatkan bagian
yang letaknya lebih tinggi bawah tubuh korban. Kemudian dengan aba-
daripada tubuh korban aba, korban diangkat dan agak diletakkan di
lutut penolong dengan posisi seperti dipeluk.
Penolong ketiga bertugas
mendorong/memosisikan tandu di tempat awal
korban berbaring.
b. Untuk memindahkan korban ke alat Pada kasus cedera spinal, digunakan teknik
yang dapat menyesuaikan dengan logroll dengan tujuan memindahkan korban
posisi korban (pada kasus cedera spinal) tanpa menggerakkan vertebra atau istilah
: logroll lainnya adalah inline immobilisation (posisi
leher dan batang badan harus segaris, amankan
leher dengen neck collar atau yang sejenis
(sandal bag), jika tidak tersedia dapat
diamankan dengan dipegang).
Selain untuk mempermudah proses
memindahkan korban ke alat (karena alat yang
menyesuaikan posisi korban), logroll juga
digunakan untuk memeriksa bagian bawah
tubuh korban.
396
Minimal dilakukan oleh 3 penolong.
Teknik:
Jika dilakukan oleh empat penolong;
1. Satu penolong memfiksasi kepala-leher
dan koordinasi roll
2. Dua penolong membalikan dada, panggul,
dan anggota gerak ke satu sisi. Posisi tangan bisa
lurus maupun disilang antarpenolong.
3. Satu penolong terakhir memosisikan alat
di belakang punggung korban.
397
e. Tandu Improvisasi
✓ Dari baju/jaket
✓
ari selimut/ponco
398
arah jalan
399
penolong lainnya.
400
DAFTAR PUSTAKA
401
EVAKUASI MEDIS PERAIRAN
1. PENGERTIAN
Merupakan pertolongan/penyelamatan serta cara melakukan evakuasi
korban dari perairan.
4. ISYARAT DARURAT
Isyarat dapat diberikan dengan menggunakan peluit dengan cara:
402
e. Orang yang belum mahir berenang dengan atau tanpa alat.
403
8. MACAM-MACAM KORBAN
8.1. Perenang yang kelelahan
Korban akan berusaha untuk menjaga kepalanya tetap
berada di atas dengan gerakan dasar renang. Tanda-tanda:
a. Berusaha meminta bantuan
b. Terlihat panik
c. Kayuhan tangan/kaki lemah dan masih dapat mengapung
d. Posisi tubuh tergantung kondisi
e. Terdapat sedikit perubahan arah gerakan atau diam di tempat
8.3. Non-swimmer
Korban tidak dapat berenang dan berusaha untuk menjaga
kepala agar tetap di atas. Tanda-tanda:
404
9. CARA MASUK KE AIR
1. Slide in entry
Digunakan jika kedalaman perairan tidak diketahui. Cara yang paling aman:
a. Buat posisi seaman mungkin di tepi air dan masukkan salah satu kaki
b. Rasakan pijakan kaki apakah berbahaya atau tidak
c. Jatuhkan badan dan tahan berat badan dengan tangan
2. Step-in entry
405
10. KEMAMPUAN PENYELAMATAN DI AIR
Seorang penyelamat di dalam air harus mempunyai kemampuan untuk:
10.1. Berenang dengan 5 gaya
a. Gaya bebas kepala rata dengan permukaan
b. Gaya dada
c. Gaya gunting
d. Gaya punggung Gaya Gunting
e. Gaya bebas kepala di atas permukaan
10.2. Mengendalikan perahu karet dan bermesin
10.3. Metode dan teknik pertolongan di air.
10.4. Medical first responder tingkat dasar.
10.5. Memahami sistem penanganan keadaan darurat.
10.6. Menguasai pembuatan simpul.
a. Clove hitch knot b. Fisherman knots
406
c. Overhand knot d. Figure of eight
407
12.4. Go
Penolong berenang mendekati korban dengan membawa alat
bantu apung dan akan berenang kembali ke pinggir/darat
bersama dengan korban.
12.5. Tow/Carry
Dapat dilakukan dengan (tow) atau tanpa (carry)
menggunakan alat. Metode yang dapat digunakan ketika
membawa korban tanpa menggunakan alat:
a. Cross-chest tow
Merupakan cara yang terbaik untuk
korban yang panik, karena penolong
dapat mengkontrol korban dan
korban merasa aman. Penolong dapat
menggunakan salah satu atau kedua
tanganya untuk menyilang dari bahu
sampai dada korban; dan bahu
korban diapit di ketiak penolong.
c. Wrist tow
Dapat digunakan untuk korban yang
tidak sadarkan diri. Penolong
memegang pergelangan tangan korban
(seperti berjabat tangan), kemudian
putar pergelangan penolong (sehingga
posisi jempol berada diatas permukaan)
sehingga korban ikut berputar.
d. Armpit tow
Dapat digunakan untuk
korban yang tidak
408
sadarkan diri. Penolong
dapat mengunakan
salah satu atau kedua
tanganya untuk
memegang ketiak
korban.
a. Block
Penolong dapat mendorong atau menendang tubuh korban agar
menjauh.
409
b. Wrist - Grip Escape
Buatlah korban berada di bawah air,
kemudian dorong bahu korban ke air dan
tendang korban sehingga penolong bisa
bebas.
e. PFD (Personal Floating Device) mengacu pada standar SOLAS (Safety Of Life
at Sea) . Terdapat beberapa tipe PFD yaitu tipe I PFD , tipe II PFD , tipe III
PFD , tipe IV PFD .
410
14. SELF RESCUE
Merupakan usaha untuk mempertahankan diri dengan sarana yang
ada di sekitarnya hingga bantuan datang. Syarat ketika melakukan
self rescue adalah tekad dan semangat untuk bertahan. Sedangkan
411
f. mammalian diving reflex
g. Lokasi korban juga bisa diklasifikasikan ke dalam air tenang, dan
air bergerak (deep holes, eddies downstream of large objects, dan
strainers).
Dibawah permukaan
Breath
holding cairan
Hypoxemic
Respiratory Laryngospasme
HyperactiveMovement Hypercarbic
Acidotic
Aspirasimeningkatcairan
Hipertensi
pulmonal Cardiac
Surfactantwashout failure
412
16.1. Faktor risiko terjadinya tenggelam
a. Pada infant dan anak-anak
Kurangnya pengawasan orang dewasa ✓ Kolam yang
kurang aman
Kurangnya alat-alat penyelamatan air
Kekerasan terhadap bayi dan anak-anak
b. Pada orang dewasa
Konsumsi alcohol
Tidak bisa berenang
Memiliki riwayat penyakit emergency seperti penyakit
jantung,stroke,kejang
413
Korban mencoba berenang namun dengan
gerakan yang tidak teratur
16.3. Tipe-tipe tenggelam
a. Dry drowning
Adanya laryngeal spasm yang menahan masuknya air ke
bronkus dan paruparu korban b. Wet drowning
414
h. Jangan menekan perut korban untuk
mengeluarkan air atau melakukan
drainase cairan saat proses resusitasi
i. Reassess dan monitor korban bila resusitasi sudah berhasil dilakukan
415
DAFTAR PUSTAKA
416
TEKNIK SURVIVAL
1. PENGERTIAN SURVIVAL
Survival adalah keterampilan bertahan hidup dalam keadaan darurat dan
terbatas dengan memanfaatkan hal-hal yang tersedia di sekitar Anda.
Teknik survival sendiri dimaknai sebagai kemampuan dan teknik
bertahan terhadap kondisi yang membahayakan kelangsungan
hidup yang terjadi di alam terbuka dengan mempergunakan
perlengkapan seadanya. Pelaku dari survival sendiri disebut
survivor. Rimpala (2002) menyatakan bahwa setiap huruf dalam
kata survival merupakan singkatan dari langkah-langkah yang
harus kita ingat dan lakukan,
Kita harus menyadari bahwa kita berada dalam keadaan yang tidak
menentu.
I : Improvise
Kita harus bisa berimprovisasi, seperti ponco atau flysheet dapat
dijadikan bivak untuk berlindung, sebuah pembuka kaleng kornet
dapat dijadikan mata kail.
V : Value Living
Hal yang terpenting, kita harus terus menumbuhkan dan menjaga
semangat
“Harus Hidup dan Harus Hidup”.
417
Cobalah memahami perilaku dan kebutuhan penduduk sekitar,
apabila ada penduduk yang mengambil tumbuhan atau kayu di
hutan, kemungkinan bertemu akan ada.
418
a. Lokasi:
Jauh dari bahaya (perlindungan dari binatang liar,
batu atau pohon yang jatuh).
Dekat dengan bahan untuk membangun shelter.
Buatlah shelter sekitar 27 meter dari sumber air,
untuk menghindari mengkontaminasi sumber air
tersebut. Jangan mendirikan shelter dekat dengan air
yang tidak mengalir untuk menghindari serangga.
Tanah yang digunakan cukup luas dan datar. Jika
pada daerah yang tinggi terlalu terekspos, turunlah.
Sedangkan jika berada di daerah rendah dan basah,
naiklah untuk mencari tempat kering dan bebas
banjir.
Cukup terlihat untuk menerima dan membuat sinyal.
✓ Memiliki rute kabur yang terkamuflase.
b. Insulation (isolasi atau perlindungan dari kontak langsung
dengan tanah, hujan, angin, dan matahari) :
Pilihlah sisi selatan atau timur bukit, hutan atau
penghalang lainnya, karena angin biasanya datang dari
barat.
Gunakan penghalang angin alami seperti celah di tanah,
pohon tumbang, gua, tepian batu, dan gundukan pasir
untuk meminimalisir usaha yang dikeluarkan.
Perhatikan arah angin, posisikan pintu masuk shelter agar
tidak menghadap arah datang angin.
c. Sumber panas :
✓ Dari panas tubuh atau panas dari api.
d. Ukuran shelter :
Untuk satu orang atau kelompok.
Harus cukup besar untuk melindungi Anda, tetapi
cukup kecil untuk
419
menyimpan panas tubuh.
Jenis - jenis Bivak buatan
to .
Ikatkan tudung ponco pada cabang pohon kecil
sebagai support lean-
Selain itu, dapat juga dengan memposisikan
tongkat tegak lurus pada tengah ponco, tetapi dapat
mengurangi ruang gerak.
b. Ponco tent
Alat dan kondisi yang dibutuhkan:
420
Ponco
Tali 2-3 meter ✓ Pasak ±30 cm (4-6 buah) ✓ Pohon
(jarak 2-3 meter).
Pastikan arah
angin mengenai bagian
samping tenda.
Langkah pembuatan:
Ranting-ranting kayu.
Debris seperti dedaunan, lumut, pakis, kulit
kayu, dll.
Langkah pembuatan :
421
Letakkan tumpukkan debris yang kering dan lembut
dekat dengan tubuh kita (pada bagian dalam, sebagai
alas tidur) dan pada bagian atap.
Letakkan ranting di atas debris untuk mencegah tertiup
angin.
Tutup lubang masuk menggunakan dedaunan, tas, atau
pakaian.
d. Bivak alam
422
Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai shelter yaitu gua,
lekukan tebing/ba tu yang cukup dalam, lubang - lubang dalam tanah, dan
sebaginya. Apabila memilih gua harap diyakini bahwa :
✓ Gua tersebut bukan merupakan sarang binatang.
✓ Gua tersebut tidak mengeluarkan gas beracun.
Cara klasik mengetahuinya yaitu dengan menggunakan obor. Apabila
obor dapat terus menyala di dalam gua, berarti gua tersebut aman dari
gas beracun.
✓ Gua tersebut terbebas dari bahaya longsor.
2.2. Pembuatan api
Prinsip dasar api
Untuk membuat api, perlu dipahami prinsip dasar api, yaitu bahan
bakar tidak membakar sec ara langsung. Saat anda memberikan panas pada
bahan bakar akan menghasilkan suatu gas. Gas ini, berkombinasi dengan
oksigen di udara, dan terbakar.
Pemahaman konsep segi tiga api adalah sangat penting
yang akan dengan tepat membangun dan memelihara suatu api.
Ketiga sisi segi tiga ini diwakili oleh udara, panas, dan bahan
bakar.
423
Tempatnya layak dan cocok dengan shelter (jika
punya)
Bisa mengkonsentrasikan panas pada arah yang
diinginkan
Ada persediaan kayu atau bahan bakar lain yang
tersedia Pemilihan bahan bakar :
424
a. Tinder ( penyala ) merupakan bahan kering yang mudah
menangkap api seperti ranting mati seukuran korek,
serutan kayu, serutan kulit kayu, serpihan pinus, daun
rumput kering, dsb. Tinder akan segera terbakar jika
terkena percikan api sehingga dapat menghasilkan panas
yang cukup untuk membuat kindling terbakar.
b. Kindling ( pemancing ) merupakan kayu yang berdiameter
sekitar 1 - 3 cm, bisa menggunakan ranting besar atau kayu
yang telah dibelah. Terbakar secara perlahan sehingga
menghasilkan panas yang lebih tahan lama.
c. Fuel ( bahan bakar ) merupakan kayu yang berukuran
lebih be sar, membuat api akan bertahan lama dan stabil
dengan bara api yang baik. Semakin tebal kayu yang
digunakan, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk membuat kayu terbakar, namun api yang menyala
juga akan bertahan lebih lama.
Cara menyususun :
T
e
k
T
T
e
knik pembuatan api :
a. Batu api dan besi baja
Batu api dan besi baja digesekkan untuk membuat
percikan api yang diarahkan ke tumpukan daun kering
atau tinder . Setelah percikan api mengenai daun
kering atau tinder , segera tiup agar menjadi bara api.
b. Bo w drill
425
(drill), coal catcher (dapat menggunakan kulit kayu
pipih, daun tumbuhan yang kaku), bola tinder yang
terbuat dari bahan yang kering dan mudah terbakar
seperti kulit kayu yang diserut atau rumput kering.
Gunakan fire board sebagai alas atau tumpuan dengan
tebal sekitar 3 cm, pastikan bagian bawahnya datar.
Buat lubang dengan diameter yang lebih kecil dari
diameter drill.
Drill dibuat menggunakan ranting atau kayu berbentuk
silinder dengan panjang 20 cm dan diameter 3 cm.
Ujung bagian bawah dibentuk runcing, sedangkan
ujung bagian bawah tumpul (berbentuk seperti pensil
kayu tapi dalam ukuran yang besar).
Lilitkan drill di dalam busur (dibuat mengguankan
ranting yang melengkung dengan tali) dan posisikan di
atas area berlubang dari papan kayu.
Letakkan hand hold di atas drill untuk menjaga posisi
drill tetap stabil dan memberikan tekanan saat
dilakukan proses penggosokan.
Taruh coal catcher di bagian bawah lubang untuk
menangkap bubuk api.
Gerakkan busur maju dan mundur dan tekan hand hold
agar batang kayu berputar pada porosnya. Fireboard
dapat diinjak supaya tetap pada posisinya.
Lakukan terus hingga menghasilkan bubuk api
berasap.
Jika sudah ada bubuk api berasap, segera masukkan ke
dalam tinder lalu tiup agar terbentuk bara yang lebih
besar.
c. Hand drill
Prinsipnya sama dengan bow drill, tetapi tidak
menggunakan busur untuk memutar kayu. Pemutaran
kayu dilakukan menggunakan tangan yang ditakupkan
maju dan mundur.
d. Fire plow
Membuat api menggunakan 2 batang
kayu.
Kayu pertama (berukuran lebih besar
dan lunak) digunakan sebagai tumpuan
atau alas untuk digosok oleh kayu kedua
(lebih kecil dan keras).
426
Buat alur di kayu pertama dan gosokan
berulang kali kayu kedua pada kayu
pertama hingga menimbulkan percikan
api.
Setelah muncul percikan, taruh pada
tinder dan tiup agar menjadi bara api
yang lebih besar.
e. Fire saw
Menggunakan bambu kering yang
berdiameter besar dan berdinding tebal
dengan panjang yang cukup dari perut (dalam
posisi jongkok) ke tanah, lalu dibelah menjadi
setengah (bambu A dan bambu B).
Buat lekukan pada kulit bambu A.
Tajamkan bagian samping bambu B.
Keruk kulit bambu B untuk mendapatkan
tinder.
Taruh segenggam tinder dibagian dalam bambu A,
letakkan bambu A di tanah. Bisa dinjak agar posisnya
stabil.
Letakkan sisi tajam bambu B pada lekukan bambu A.
Gosokkan dengan cepat hingga timbul percikan yang
tertangkap pada tinder. Tiup hingga menjadi bara api.
2.3. Pencarian air
Penggunaan air oleh survvivor
a. Untuk mengatasi rasa haus yang berlebihan, kita dapat menjaga
agar mulut tetap lembab dan basah dengan cara menelan air liur
atau menghisap ujung kerah baju.
b. Pengaturan makanan disesuaikan dengan persediaan air yang
ada.
c. Jangan minum alkohol sebagai penahan haus karena sangat
berbahaya.
d. Meminum urin merupakan tindakan yang salah.
e. Jangan merokok karena menyebabkan tenggorokan kering dan
kehausan.
f. Peralatan pendukung dan usaha komunikasi dengan pihak lain.
Cara Mempertahankan Cairan Tubuh
a. Hindari kesibukan, istirahat saja dan jangan merokok
b. Usahakan untuk tetap merasa sejuk. Selalu berlindung di bawah
bayangan, apabila tidak ada bikin perlindungan.
c. Jangan berbaring di atas tanah yang panas atau permukaan yang
panas
427
d. Jangan makan atau makanlah sedikit mungkin, pencernaan
meningkatkan penggunaan cairan tubuh dan akan meningkatkan
dehidrasi, terlebih lemak yang sangat sulit untuk dicerna.
e. Jangan minum alkohol ini akan mengurangi cairan di organ yang
penting dan merusaknya.
f. Jangan banyak bicara, bernafaslah lewat hidung jangan mulut.
Syarat Mutu Air
Air yang dikonsumsi manusia ideal harus memenuhi syarat
sebagai berikut : a. Syarat fisik
Tak berbau, tak berasa, tak berwarna dan sejuk (dibawah suhu
sekitar), jernih
b. Syarat Bakteriologi
Angka kuman 1 cc kurang dari 100 cc air.
c. Syarat Kimia
Zat yang ada kurang dari 100 mg/liter, zat organik kurang
dari 10 mg/liter, mengandung fluor dan yodium, tidak boleh
mengandung gas H2S, NH4, NO3 kurang dari 20 mg/liter, dan NO2.
Macam Air
Mutu tingkat air dimulai dari kandungan zat-zat didalamnya
428
Pencarian Air
a. Pada tanah berbatu
Cari mata air pada daerah karst
Dari saluran air pada dinding lembah yang memotong
lapisan berpori. ✓ Pada daerah granit cari pinggir bukit
berumput paling hijau.
b. Pada tanah gembur
Cari pada daerah lembah atau lereng.
Kadang terdapat genangan kecil, air harus disterilkan.
c. Di pegunungan
✓ Digali bekas aliran sungai pada
kelokan sebelah luar. ✓ Pada hutan
lumut, ambil lumut lalu peras.
d. Dari tumbuh-tumbuhan
Kelapa, kaktus dipotong diperas
Liana/rotan dengan memotong dekat tanah ditampung
Palmae diambil niranya
Ruas bambu, bonggol pisang, lumut
e. Menampung embun
Pilih daerah dengan tanah yang
lembab (bisa berupa tanah
rendah tempat air
hujan mungkin
tertampung). Tanah sebaiknya
mudah digali dan terpapar
sinar matahari
sepanjang hari.
Gali tanah berbentuk mangkuk dengan diameter 1 meter
dan kedalaman 60cm. Lalu, gali cekungan kecil di
tengah galian sebesar tampat tadahan air (container).
Taruh selang atau sedotan, pada tempat tadahan, yang
cukup panjang hingga ke pinggir galian. Jangkarkan
dengan tali.
Rentangkan selembar plastik di atas lubang galian
hingga menutup lubang. Taruh batu atau tanah di
pinggir plastik untuk menahan plastik.
Taruh batu di tengah plastik sehingga plastik berbentuk
seperti kerucut. Pastikan bagian kerucut terletak di atas
tempat tadahan air agar tetesan airnya tepat masuk ke
tadahan
429
Tanda dari hewan ke sumber Air
430
Semut sangat memerlukan air, sekumpulan semut yang
berbaris menuju pucuk pohon untuk mengambil air yang
terperangkap di sana. Seringkali penampungan air ini satu-
satunya di daerah yang kering
431
Jenis tumbuhan yang dapat dimakan antara lain :
a. Umbi talas (Colocasia sp), rumput teki (Cyperus rotundus), uwi
atau gadung
(Dioscorea hispida) dan ganyong (Canna hybrida)
b. Buah senggani atau herendong (Malastoma polyantum), arbei
hutan (Rubus sp), markisa atau konyal (Passiflora
quadrangularis) dan ceplukan (Physalis angilata)
c. Biji muda sengon (Albizia lophanta) dan kaliandra (Caliandra
cathartica)
d. Daun muda paku tiang (Alsophia glauca), rasamala (Altingia
excelsa), selada air (Nasturtium officinale), poh-pohan atau
banyon (Pileamelastomoides), sintrong (Gynura arrantiaca),
dan antanan atau gagan atau kaki kuda
(Cantella asiatica)
e. Umbut paku tiang, batang muda ketebon (Genostegia hirta),
umbut palem muda (Fam palmae), batang daun begonia
(Begonia sp) dan rebung bambu
(Bambosa sp)
f. Bunga honje dan kecombrang (Nicolaria sp), bunga turi
(Sesbania glandiflora), pisang hutan (Musa sp) yang dapat
dimakan yaitu buah, jantung, batang bagian dalam dan bongkol
pisang muda.
g. Jamur
Tumbuhan Beracun :
a. Getah pohon paku putih dapat menyebabkan kebutaan.
b. Getah pohon rengas, ingas/semplop, sangat berbahaya karena
merusak jaringan.
c. Getah jambu monyet menyebabkan gatal-gatal.
d. Buah aren mentah menyebabkan gatal-gatal.
e. Kecubung, beracun bila dimakan.
f. Rarawean, dapat menyebabkan gatal-gatal dan pedih.
g. Daul Pulus dapat menyebabkan gatal-gatal dan panas Tanda-
tanda umum jamur beracun:
a. Pada umumnya mempunyai warna yang menyolok, seperti
merah darah, hitam legam, biru tua ataupun warna-warna
lainnya.
b. Menghasilkan bau yang menusuk hidung, seperti bau telur
busuk (H2S) ataupun bau amoniak.
c. Mempunyai cincin atau cawan, akan tetapi ada juga jamur yang
mempunyai cincin tetapi tidak beracun seperti jamur merang
dan jamur kompos (mushroom).
432
d. Umumya tumbuh pada tempat-tempat yang kotor seperti tempat
pembuangan sampah dan kotoran hewan.
e. Apabila jamur beracun tersebut dikerat dengan pisau yang
terbuat dari perak maka pisau tersebut akan berwarna hitam
atau biru.
f. Apabila dimasak cepat sekali berubah warna, dari warna putih
menjadi warna gelap.
g. Senyawa beracun yang dihasilkan oleh jamur yaitu : kolin,
muskarin, falin, atropin jamur dan asam helvelar.
Beberapa jenis tumbuhan obat yang ditemui di hutan yaitu :
a. Lumut hati, bila dimakan dapat sebagai obat hepatitis (penyakit
hati)
b. Antanan atau gagan atau kaki kuda daunnya bila dimakan atau
dilalap, dapat sebagai obat sakit perut, batuk, asma dan
sariawan
c. Kaliandra, daun dan biji mudanya dapat sebagai obat sariawan
d. Sembung manis, jenis tumbuhan herbal yang daunnya dapat
digunakan untuk sakit panas dan sakit perut
e. Kiurat, daunnya untuk obat luar, seperti luka dan salah urat
(keseleo)
f. Numpong, daunnya dihaluskan untuk obat luka
g. Getah kamboja, untuk menghilangkan bengkak
433
e. Pola tingkah laku hewan tersebut Hewan yang dapat
dimakan antara lain : a. Mollusca : siput dan kerang
b. Annelida : cacing dan lintah
c. Insecta : belalang dan ulat jati
d. Crustacea : kepiting dan udang
e. Pisces : ikan
f. Amphibia : katak
g. Reptilia : ular, kadal, cicak, dsb
h. Mamalia : kelinci, rusa, dsb
i. Aves : ayam hutan
2.5. Pembuatan Perangkap
Trap ini digunakan survivor untuk menangkap binatang
untuk diambil dagingnya untuk dimakan. Membuat trap
kadangkala memerlukan bahan lainya, seperti : karet, kawat,
tali, dan sebagainya. Maka dari itu barang-barang tersebut
tersedia di dalam survival kit.
d. Trap Menimpa
Perangkap lain yang ditujukan untuk menangkap binatang
kecil lainya adalah perangkap menimpa. Perangkap ini
memanfaatkan berat kayu untuk menindih. Model ini dikenal
434
dengan nama deadfall snare. Yang diperlukan dalam pembuatan
perangkap ini adalah :
menimpa.
✓ Umpan yang diletakan dekat dengan kayu pohon penopang dan apabila
tergerak, maka kayu pohon penopang akan bergeser sehingga batang
pohon besar akan jatuh menimpa.
435
2.6. Teknik Packing
Packing merupakan sebuah seni dalam menata seluruh
peralatan dan logistik ke dalam ransel. Ransel yang di-pack dengan
baik akan lebih mudah dan nyaman untuk dibawa dibanding
dengan yang berantakan.
436
437
Contoh daftar logistik:
1.
Packing 6. Navigasi atau orientasi
✓ Tas carrier atau ransel ✓ Kompas bidik atau tembak
✓ Tas pinggang ✓ Altimeter
✓ Stuffbag berbagai ukuran ✓ Protactor atau busur derajat
✓ Kantong plastik ✓ Kurvimeter
2.
Pakaian ✓ Peta dan tempatnya
438
DAFTAR PUSTAKA
439
MANAJEMEN PERJALANAN
1. Pendahuluan
1.1. Definisi
Suatu manajemen perjalanan menunjukkan hubungan yang
selaras antara persiapan, perjalanan dan perlengkapan serta kesehatan.
Perjalanan yang akan dilakukan harus dipersiapkan dengan matang.
Persiapan sangat berguna bagi pelaku petualang karena akan
mengurangi resiko yang mungkin timbul dalam perjalanan.
1.2. Tujuan
Ini adalah awal dari rangkaian kegiatan yaitu menentukan
maksud perjalanan, tujuan lokasi, dan target yang akan dicapai.
Contohnya akan diadakan ekspedisi penelitian ke suatu tempat, target
yang akan dicapai haruslah sudah jelas antara lain penelitian interaksi
ekosistem, pendataan jenis flora dan fauna.
1.3. Tantangan
Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca,
situasi medan dan waktu yang kadang tidak bersahabat dan tidak sesuai
perkiraan karena memang alam tidak bisa kita tebak. Oleh karena itu
perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai untuk mengantisipasi
440
semua hal tersebut. Salah satu “perisai diri” ketika melakukan aktivitas
alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi yang memang harus
benar-benar dipersiapkan dengan baik.
1.4. Etika Perjalanan
Harus kita sadari sepenuhnya sebagai seorang pendaki bahwa
alam seperti gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki
kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang
dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri
bukanlah sikap yang terpuji, selain itu juga harus menghargai sikap dan
pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama
ini dilakukan.
2. Tahap Perencanaan
Ketika memutuskan untuk melakukan perjalanan dalam suatu
kegiatan, tentu seharusnya mempersiapkan segala sesuatunya secara
matang, baik personil, logistik, perlengkapan maupun pengetahuan
medan. Ketika merencanakan untuk kegiatan keluar, tentu juga akan
menyiapkan tim yang ideal dan solid, dan tahu betul kemampuannya.
Perbekalan dan peralatan yang cukup juga situasi medan dan route
yang akan dilalui, kemudian siap untuk melakukan perjalanan. Bahaya
tentu saja akan selalu ada baik itu dari diri sendiri dan tim yang
menyangkut kesiapan perlengkapan dan peralatan tim maupun
pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki tim dalam melakukan
perjalanan. Bahaya dari luar akan selalu ada, tergantung kesiapan dan
kesolidan tim dalam menghadapinya. Mental sangat berpengaruh
dalam perjalanan.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam perencanaan
perjalanan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data
kita dapat memperoleh dari literatur-literatur yang berupa buku-buku
atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang
pernah melakukan pendakian pada objek yang akan dituju. Tidak salah
juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja
yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan didaki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan).
Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah
mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan
apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya
perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur
pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara
teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan
sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan
anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu
441
makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya. Untuk merencanakan
suatu kegiatan ke alam bebas harus ada persiapan dan penyusunan
secara matang. ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H,
yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut :
1. Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita
harus mengetahui di mana tempat yang akan digunakan
2. Who (Siapa), apakah kegiatan alam tersebut dilakukan sendiri
atau berkelompok, siapa yang menjadi leader atau mengetahui
kemampuan diri.
3. Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang dan
bisa bermacam-macam jawaban.
4. When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut berapa
lama?.
5. How (Bagaimana) merupakan suatu pembahasan yang lebih
komprehensif dari jawaban pertanyaan di atas ulasannya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi tempat
2. Bagaimana cuaca disana
3. Bagaimana perizinannya
4. Bagaimana mendapatkan air
5. Bagaimana pengaturan tugas panitia
6. Bagaimana materi yang disampaikan.
442
2.3. Akses dan Transportasi
Sistem komunikasi yang efisien sangat penting dalam
pengendalian dan sebagai saluran informasi. Kegiatan apa saja yang
akan dilakukan selama ekspedisi berlangsung juga sangat penting
direncanakan sejak tahap awal persiapan agar seluruh kegiatan dapat
berjalan dengan lancar dan terstruktur. Rencana kegiatan yang di
dalamnya mencakup rincian
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi
basecamp panitia, pembagian waktu dan sebagainya.
2. Pengurusan perizinan (kepolisian, kepala sekolah, orang
tua, kepala desa setempat)
3. Pembagian tugas panitia
4. Penyusunan rencana kegiatan
5. Perencanaan kebutuhan peralatan, perlengkapan dan
transportasi. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kita
akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
2.5. Pendanaan/biaya
Anggaran biaya harus dirinci secara detail, maka diperlukan
salah satu dari tim yang bisa mengatur keluar masuknya uang. Selain
pemasukan dan pengeluaran perlu dicantumkan juga dana tidak
terduga.
2.6. Anggota/Peserta
Selain memilih anggota dalam perjalanan, yang perlu
diperhatikan juga adalah pembagian kerja tim dan sebuah kerjasama
yang baik. Karena kerjasama yang baik merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan perjalanan tersebut.
3. Tahap Persiapan
3.1. Pembentukan Tim
Langkah awal yang dilakukan setelah perencanaan kegiatan
adalah pembentukan tim sesuai dengan kebutuhan kegiatan tersebut,
meliputi :
a. Ketua pelaksana,
b. Sekretaris,
c. Bendahara,
d. Humas,
e. Pendanaan,
f. Perlengkapan/logistik,
g. Perizinan dan transportasi,
h. Dokumentasi, serta
443
i. Operasional lapangan yg mengurusi masalah teknis selama
kegiatan.
3.2. Perizinan dan Administrasi
Mempersiapkan seluruh prosedur dan administrasi yang
dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.
Selain itu perizinan dari orang tua dan keluarga juga sangat
dibutuhkan. Surat-menyurat yang diperlukan dalam perjalanan
kegiatan alam bebas antara lain:
1. Surat pengantar dari lembaga terkait, misalnya surat tugas dari
Dekanat atau Rektorat.
2. Surat ijin kegiatan (kepolisian dan sospol).
3. Surat ijin masuk kawasan.
3.3. Keterampilan, Mental, dan Fisik
Kesiapan mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya
sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya,
apabila mental sedang tidak baik dapat menganggu keseluruhan
persiapan. Kesiapan fisik juga sangatlah penting dalam persiapan
perjalanan. Beberapa latihan fisik yang perlu dilakukan, misalnya :
stretching /perenggangan (sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
olahraga, lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih
kelenturannya), jogging (lari pelan-pelan). Lama waktu dan jarak
sesuai dengan kemampuan, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu
bertambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up,
push-up dan pull-up. Lakukan sesuai kemampuan dan tambahlah
porsinya melebihi porsi sebelumnya.
Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan. materi disesuaikan
dengan maksud dan tujuan kegiatan. Setiap anggota tim harus
menguasai pengetahuan dasar hidup di alam terbuka, antara lain
navigasi, survival dan EMC (Emergency Medical Care) praktis atau
pertolongan pertama pada gawat darurat . Jika perjalanan yang dipilih
adalah pendakian maka harus dikuasai pengetahuan mountaineering.
3.4. Perlengkapan dan Logistik
Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dalam suatu
perjalanan, maka sebelum memulai kegiatan, sebaiknya dibuatkan
check-list terlebih dahulu. Perlengkapan dikelompokkan menurut
jenisnya, lalu periksa lagi mana yang perlu dibawa dan tidak. Apabila
perjalanan dilakukan dengan berkelompok, maka check-list nya untuk
perlengkapan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan
memerlukan waktu yang lama, perlu menentukan perlengkapan dan
perbekalan mana saja yang dibawa dari rumah atau titik
keberangkatan, dan perlengkapan atau perbekalan mana saja yang bisa
dibeli di lokasi terdekat dengan tujuan perjalanan. Yang tidak kalah
444
pentingnya adalah mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan
perlengkapan perjalanan yaitu kesesuaiannya dengan lokasi kegiatan,
sesedikit mungkin barang dengan kegunaan sebanyak mungkin.
Adapun spesifikasi perlengkapan yaitu perlengkapan pribadi dan
perlengkapan kelompok.
Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan perbekalan:
1. Sesuaikan perbekalan dengan lamanya perjalanan,
2. Sesuaikan perbekalan dengan aktivitas yang akan
dilakukan,
3. Serta sesuaikan perbekalan dengan kondisi medan
Sehubungan dengan keadaan di atas, ada beberapa syarat yang
harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang
memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu
lama, irit air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat, serta terjangkau.
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar
sesuai dengan syarat-syarat diatas, kita dapat mengkajinya dengan
langkah-langkah berikut:
1. Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan
kondisi medan, aktifitas tubuh yang perlukan, dan
lamanya waktu.
2. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan. Kalori
paling cepat didapat dari hidrat arang, lemak, dan
protein.
3. Susun daftar makanan yang memenuhi syarat di atas,
kemudian kelompokan menurut komposisi dominan.
Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing-masing
kalori totalnya (setelah siap dimakan).
4. Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan
terakhir, dan apabila ada kekurangan dapat ditambah
tablet vitamin dan mineral secukupnya.
4. Tahap Pelaksanaan
4.1. Pembagian Tugas dan Kerjasama Tim
Pembagian tugas disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan
lapangan. Ketua pelaksana beserta panitia sebagai penanggungjawab
seluruh kegiatan dan mempersiapkan semua kebutuhan pra kegiatan,
445
sedangkan operasional lapangan mengkoordinir tim lapangan.
Pembagian tugas tim lapangan ditentukan sesuai dengan kebutuhan.
4.2. Manajemen Perlengkapan dan Perbekala
Perlengkapan dan perbekalan adalah bagian paling penting
dalam kegiatan, oleh sebab itu perlu pengaturan dalam
penggunaannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan
perlengkapan dan perbekalan antara lain:
1. Data semua perlengkapan dan perbekalan
2. Rencanakan penggunaan peralatan perharinya
3. Jaga dan rawat peralatan tersebut
4. Bawa alat dalam jumlah sesedikit mungkin dengan
manfaat yang sebanyak mungkin.
4.3. Komando, Komunikasi, dan Rescue
Untuk kelancaran kegiatan lapangan maka perlu sistem
komando dan komunikasi yang bagus sehingga segala sesuatu seperti
informasi mendadak, pengiriman berita dan data kecelakaan dapat
direspon dengan cepat. Untuk rescue sendiri juga perlu diperhatikan
juga jalur evakuasi, yaitu jalur yang digunakan untuk membawa
korban apabila terjadi kecelakaan dalam kegiatan alam bebas, di mana
jalur tersebut dapat ditempuh dalam waktu sesingkat mungkin
mencapai tempat penanganan selanjutnya terhadap korban.
4.4. Dokumentasi Kegiatan
Mendokumentasikan kegiatan dalam bentuk foto, video, jurnal,
dll sangat diperlukan. Selain sebagai bahan untuk laporan kegiatan,
dokumen tersebut juga menjadi bahan untuk publikasi kegiatan
tersebut.
5. Pasca Kegiatan
5.1. Evaluasi Kegiatan/Perjalanan
Evaluasi kegiatan bertujuan agar segala kekurangan selama
kegiatan bisa diminimalisir untuk kegiatan selanjutnya.
5.2. Pelaporan
Laporan kegiatan adalah bentuk hasil kegiatan yang dapat
digunakan menjadi acuan dan tolak ukur kegiatan selanjutnya. Laporan
perjalanan memuat semua hasil perjalanan yang telah dilakukan. Dan
yang paling penting dari laporan perjalanan adalah evaluasi dari
perjalanan tersebut sehingga kita dapat belajar dari kesalahan apabila
kita akan melakukan perjalanan lagi.
446
DAFTAR PUSTAKA
447
EXPLORE SEARCH AND RESCUE
SAR adalah pencarian dan pemberian pertolongan terhadap orang
dan material yang hilang atau menghadapi bahaya. Untuk kegiatan SAR di
Indonesia, ruang lingkup tugasnya dijelaskan dalam Keppres SAR
Indonesia no. II tahun 1972 meliputi musibah penerbangan dan pelayaran.
Dalam perkembangannya kemudian mencakup juga penanganan musibah
akibat bencana alam (atas permintaan Bakornas PBA), dan kini termasuk
juga untuk mengamati musibah-musibah rekreasi. Kedua hal yang terakhir
sebenarnya tidak termasuk ke dalam lingkup tugas SAR.
7. PENGERTIAN SAR
7.1. Definisi SAR
SAR adalah pekerjaan dari personil terlatih dengan segala
fasilitas, guna menolong jiwa manusia dan sesuatu yang berharga
dengan cara yang paling efisien untuk mencapai hasil yang
maksimal.
448
c. OSC (On Scane Commander) adalah tidak mutlak ada, tapi juga bisa
lebih dari satu, tergantung wilayah komunikasi dan kesulitan
jangkuannya.
d. SRU (Search and Rescue Unit).
449
iii. Possible search area biasanya didapat dalam ukuran
yang cukup besar.
2. Probable search area
i. Berpatokan pada possible search area dengan faktor–
faktor yang harus diperhatikan mengenai korban juga
dengan menghitung keadaan medan.
ii. Pengetahuan tentang keadaan daerah setempat
memegang, peranan penting dalam penilaian probable
search area
iii. Probable search area dapat berbentuk bagian dari
possible search area.
Personil dan sumber daya yang tersedia
b. Informasi selama operasi pencarian
Dari tim-tim pencari di lapangan
Dari masyarakat sekitar kejadian walaupun belum dapat
dipastikan akurasinya
Dari sumber lain yang dapat dipercaya (ATC, polisi, teman
korban, dll) 8.3. Komunikasi
Sistem komunikasi yang efisien sangat penting dalam
pengendalian dan sebagai saluran informasi.
8.4. Mobilitas
Mobilitas merupakan hal pokok dalam pelaksanaan
pencarian (reconnaisance search). Mobilitas tinggi dari setiap personil di
lapangan sangat berpengaruh terhadap kemungkinan cepatnya korban
ditemukan. 8.5. Fleksibilitas
450
Rencana operasi SAR harus flexibel , setiap menerima informasi baru mungkin
dibutuhkan perubahan operasi pencarian di daerah lain diluar daerah pencarian yang
telah di rencanakan.
8.6. Personil
Secara ideal personil – personil yang digunakan dalam operasi SAR di darat
adalah personil yang terlatih dalam bergerak di medan gunung dan hutan, memiliki
disiplin tinggi serta memiliki teknik dan pengetahuan tentang operasi pencarian .
9. SISTEM SAR
9.1. Komponen S AR
a. Organisasi (SAR organization )
Merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan koordinasi,
komando dan pengendalian, kewenangan, tanggung jawab untuk penanganan
suatu musibah.
b. Komunikasi ( Communication )
Sarana untuk melakukan fungsi deteksi terjadinya musibah, fungsi komando, dan
pengendalian operasi, serta membina kerja sama/ koordinasi selama operasi SAR
berlangsung.
e. Dokumentasi (documentation)
451
Komponen berupa pendataan laporan dari kegiatan, analisa
serta data-data kemampuan yang akan menunjang efisiensi
pelaksanaan operasi SAR serta untuk perbaikan/pengembangan
kegiatan – kegiatan misi SAR yang akan datang.
452
Perencanaan pencarian dan penentuan lokasi pencarian.
Perencanaan pertolongan dan evakuasi.
Kedua hal tersebut dapat terperinci menjadi :
453
✓ Memberikan briefing kepada pasukan pelaksana (SRU).
✓ Mengirim/memberangkatkan fasilitas SAR.
✓ Melakukan /melaksanakan operasi di lokasi kejadian.
✓ Melakukan penggantian/penjadwalan pasukan pelaksana di lokasi kejadian.
✓ Memberikan perawatan gawat darurat kepada korban yang membutuhkan.
✓ Membawa k orban yang cedera (evakuasi)
✓ Melaksanakan debriefing pasukan pelaksana.
e. Conclusion Stage ( Tahap Pengakhiran )
Merupakan tahap akhir operasi SAR, tahap operasi meliputi:
✓ Kembali ke pangkalan pencarian ( base camp )
✓ Debriefing terakhir
✓ Mengisi bahan bakar kemba li
✓ Memuat/mengatur kembali perlengkapan yang dibawa
✓ Menyiapkan awak pasukan pelaksana yang akan kembali
✓ Membuat dokumentasi operasi SAR
✓ Kembali ke pangkalan semula masing - masing
✓ Evaluasi hasil kegiatan
✓ Mengadakan pemberitaan ( press release )
✓ Menyerahkan jen azah korban/ survivor kepada yang berhak
454
4. TEKNIK PENGGUNAAN E-SAR
4.1. Preliminary Mode
Cara/teknik pendahuluan dengan mencari atau
mengumpulkan data dan informasi subjek mulai dari tim pencari
dimintakan bantuannya sampai kedatangannya ke lokasi.
Terbentuknya formasi rencana pencarian awal, perhitungan dan
perkiraan posisi subjek yang hilang.
b. Road block
Tim pencari bertugas menutup jalan utama yang
diperkirakan kemungkinan subjek akan melalui jalan tersebut.
Tugasanya mencatat setiap orang yang keluar masuk area
pencarian, biasanya tugas ini dikerjakan oleh kelompok hobi
(seperti :
c. Look out
Tim pencari ditempatkan pada posisi yang dapat
mengamati daerah yang cukup luas atau ekstrim sehingga dapat
melihat jauh dan berusaha memancing atau menarik subjek
untuk mendekat.
d. Camp in
Tim pencari ditempatkan di cabang pertemuan jalan
setapak atau pertemuan sungai yang memungkinkan tempat
tersebut jadi perhatian subjek untuk ke lokasi tersebut.
455
e. Track traps
Tim pencari yang bertugas menjebak subjek dengan
memperhatikan jejak– jejak yang dilaluinya dan melakukan
pengecekan secara periodik. f. String line
a. Tipe I
456
terbatas, tim pencari
mencukupi iii. Penemuan
bukti – bukti yang pasti.
4.4. Tracking Mode
Cara/teknik dengan mengikuti jejak atau barang tercecer yang
ditinggalkan subjek.
457
DAFTAR PUSTAKA
458
MATRA
ORGANISASI
459
KEPEMIMPINAN DAN KEDIPIMPINAN
460
Kepemimpinan berperan sangat penting dalam manajemen karena unsur
manusia merupakan variabel yang teramat penting dalam organisasi. Seperti
dikemukakan di atas bahwa yang terlibat dan bertanggung jawab atas kegiatan-
kegiatan organisasi terdiri dari para manajer, para supervisor, dan para pelaksana.
Manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda mempunyai kepentingan
masing-masing, yang bahkan saling berbeda dan berakibat terjadi konflik.
Perbedaan kepentingan tidak hanya antar individu di dalam organisasi, tetapi juga
antara individu dengan organisasi di mana individu tersebut berada. Sangat
mungkin bahwa perbedaan hanya dalam hal yang sederhana, namun ada kalanya
terjadi perbedaan yang cukup tajam.
Berdasarkan data survey Harvard business review tahun 2016 terhadap 195
orang responden, didapatkan kriteria pemimpin yang diinginkan adalah sebagai
berikut.
3. Sikap Kedipimpinan
461
Hasil penelitian Mathieu menemukan bahwa bawahan dengan kebutuhan
berprestasi rendah lebih suka kepemimpinan direktif (yang berorientasi pada tugas),
sementara bawahan dengan kebutuhan berprestasi tinggi menginginkan
kepemimpinan suportif. Dalam kaitannya dengan kebutuhan bawahan terhadap
kejelasan, bawahan yang memiliki kebutuhan terhadap kejelasan tinggi lebih
terpuaskan dengan kepemimpinan direktif, sementara bawahan dengan kebutuhan
462
4.5 Mereka hidup seimbang
463
Level 1. Seorang pemimpin hanya mengandalkan jabatannya saja. Sekalipun level
ini memiliki kelebihan, tetap saja ada sangat banyak kekurangan dari
kepemimpinan semacam ini. Saat pemimpin itu berhasil mengembangkan diri dan
mengatasi semua kekurangan yang ada, ia akan naik ke tahap selanjutnya.
Level 5. Puncak dari kepemimpinan. Pemimpin yang mencapai level ini biasanya
sudah sangat senior dan pengaruhnya melampaui batasan-batasan industrinya.
464
1. Penyaringan
2. Persepsi selektif.
3. Kelebihan informasi
Suatu kondisi ketika informasi yang harus kita olah melebihi kapasitas pemrosesan
seorang individu.
5. Bahasa
Kata-kata bisa memiliki arti yang berbeda untuk orang yang berbeda. Umur,
pendidikan, dan latar belakang kultural adalah 3 variabel menonjol yang
memepengaruhi bahasa yang digunakan seseorang dan definisi yang ia berikan
pada kata-kata.
1. Komunikasi Vertikal
Merupakan komunikasi yang dilakukan secara garis koordinasi dari atas ke bawah
ataupun sebaliknya atau dengan istilah lain adalah komunikasi dari pihak atasan
kepada bawahan atau sebaliknya dari bawahan kepada atasan (two way traffic
communication).
2. Komunikasi horizontal
465
3. Komunikasi diagonal
4. Komunikasi personal
Merupakan proses komunikasi antar dua orang yang dapat berlangsung secara tatap
muka (face to face communication) atau melalui media (mediated communication).
5. Komunikasi kelompok
466
DAFTAR PUSTAKA
7. Sharma, Dr. Manoj Kumar and Miss Ahilpa Jain. 2014. Leadership
Management: Principles, Models and Theories.
467
468
PENJABARAN KURIKULUM PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PERHIMPUNAN TIM BANTUAN MEDIS MAHASISWA KEDOKTERAN
INDONESIA (PTBMMKI)
2018/2019
A. KOMPETENSI UTAMA
Tujuan Psikomotorik
INITIAL
1 1. Menghasilkan anggota
ASSESSMENT
yang mampu
melakukan penilaian
awal sesuai
tahapan/urutan initial
assessment
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan anggota
yang mampu untuk
memperlihatkan sikap
empati terhadap
korban-korban yang
terlibat dalam kasus
gawat darurat
Memahami dan Tujuan Kognitif a. Pengertian Basic Life
mampu Menghasilkan anggota Support
melakukan Basic yang mampu : b. Penatalaksanan jalan
Life Support 1. Memahami definisi nafas (tanpa alat)
dalam Basic Life Support c. Resusitasi Kardio
menangani 2. Memahami prinsip Pulmoner
kasus-kasus penggunaan AED d. Nafas buatan,
gawat darurat 3. Memahami kasus ventilasi, dan
sumbatan jalan nafas oksigenasi
e. Kompresi jantung
Tujuan Psikomotorik luar
Menghasilkan anggota f. Prinsip penggunaan
yang mampu : AED
1. Melakukan g. Penatalaksanaan
pemeriksaan dan kasus sumbatan jalan
penanganan terhadap nafas
gangguan-gangguan
Airway, Breathing,
2 BASIC LIFE SUPPORT and Circulation
2. Melakukan tindakan
Resusitasi Kardio
Pulmonal (RKP)
Tujuan Afektif
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Memperhatikan secara
cermat keadaan pasien
pada saat memberikan
penanganan Bantuan
Hidup Dasar (Basic
Life Support)
2. Memperlihatkan sikap
empati kepada pasien
pada saat memberikan
penanganan Bantuan
Hidup Dasar
Memahami Tujuan Kognitif a. Intubasi
prinsip Menghasilkan anggota b. Pemasangan guedel
ADVANCED TRAUMA
3 pelaksanaan yang mampu : c. Suctioning
LIFE SUPPORT
Advanced 1. Mengetahui definisi d. Cricothyroidotomy
Trauma Life Advanced Trauma Life e. Needle
Support Support Thoracocentesis
2. Memahami prinsip f. Tube Thoracotomy
penanganan korban g. Blood Transfusion
gawat darurat dengan
bantuan alat
Tujuan Psikomotorik
1. Menghasilkan
anggota yang mampu
melakukan Advanced
Trauma Life Support
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan
anggota yang
mampu untuk
memperlihatkan
sikap empati
terhadap korban-
korban yang terlibat
dalam kasus gawat
darurat
Mengetahui Tujuan Kognitif a. Jenis-jenis luka
Prinsip dan Menghasilkan anggota b. Jenis- jenis fraktur
mampu yang mampu : c. Jenis- jenis dislokasi
melakukan 1. Mengetahui jenis– d. Jenis-jenis sport
penanganan jenis luka injury
awal terhadap 2. Mengetahui jenis–jenis e. Penanganan awal
kasus-kasus fraktur luka, fraktur, sport
trauma 3. Mengetahui jenis-jenis injury dan dislokasi
muskuloskeletal dislokasi
TRAUMA (luka, fraktur, 4. Mengetahui jenis-jenis
4
MUSKULOSKELETAL dan dislokasi) sport injury
5. Mengetahui prinsip
penanganan awal
terhadap kasus trauma
muskuloskleletal
Tujuan Psikomotorik
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Melakukan
penanganan awal luka
2. Melakukan
penanganan awal
fraktur
3. Melakukan
penanganan awal
dislokasi
4. Melakukan
penanganan awal sport
injury
Tujuan Afektif
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Memperhatikan
secara cermat keadaan
pasien pada saat
melakukan
penanganan terhadap
luka, fraktur, sport
injury, perdarahan dan
dislokasi
2. Memperlihatkan sikap
empati kepada pasien
pada saat melakukan
penanganan terhadap
luka, fraktur, sport
injury, perdarahan dan
dislokasi
Menguasai Tujuan Kognitif a. Jenis-jenis cairan
teknik resusitasi Menghasilan anggota yag b. Teknik resusitasi
cairan dengan mampu : ciran
tepat dan mampu 1. Mengetahui jenis c. Indikasi pemberian
melakukan
cairan yang digunakan cairan
maintenance
cairan dengan dalam resusitasi cairan d. Menghitung
5 RESUSITASI CAIRAN tepat 2. Mengetahui indikasi kebutuhan dan
pemberian resusitasi maintenance cairan
cairan
3. Memahami cara
menghitung
kebutuhan dan
maintenance cairan
Tujuan Psikomotorik
1. Menghasilkan anggota
yang mampu
melakukan resusitasi
cairan
2. Menghasilkan anggota
yang mampu
melakukan
maintenance cairan
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan anggota
yang mampu untuk
memperlihatkan sikap
empati
Memahami Tujuan Kognitif a. Definisi syok
prinsip Menghasilkan anggota b. Jenis-jenis syok
penanganan syok yang mampu : c. Pengenalan gejala
pada pasien dan tanda – tanda
gawat darurat dan 1. Memahami definisi syok
mampu syok dan jenis- d. Prinsip penanganan
melakukan jenisnya awal syok pada
penanganan syok 2. Memahami gejala dan pasien gawat darurat
pada pasien tanda-tanda pada syok
gawat darurat 3. Memahami
tatalaksana awal pada
penderita syok
6 SYOK
Tujuan Psikomotorik
1. Menghasilkan anggota
yang mampu
melakukan
penanganan syok pada
pasien gawat darurat
Tujuan afektif
1. Menghasilkan anggota
yang memperhatikan
secara cermat keadaan
pasien pada saat
menentukan indikasi
dan melakukan
penanganan syok
2. Memeperlihatkan
sikap empati kepada
pasien pada saat
melakukan
penanganan syok
Memahamai Tujuan Kognitif a. Mountain sickness
prinsip Menghasilkan anggota b. Hipotermia
penatalaksanaan yang : c. Heat Stroke
awal trauma dan 1. Mengetahui gejala d. Frostbite
mampu dan penyebab trauma e. Luka Bakar
melakukan lingkungan
penatalaksanaan 2. Mengetahui
awal trauma penatalaksanaan awal
lingkungan trauma lingkungan
Tujuan Psikomotorik
1. Menghasilkan
anggota yang mampu
TRAUMA
7 melakukan
LINGKUNGAN
penatalaksanaan awal
trauma lingkungan di
lapangan
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan
anggota yang
memperlihatkan
sikap empati kepada
pasien saat
melakukan
penatalaksanaan awal
trauma lingkungan
Memahami Tujuan Kognitif a. Jenis-jenis
penatalaksanaan Menghasilkan anggota envenomasi
awal kasus yang : b. Gigitan hewan
envenomasi 1. Memahami jenis- tersangka rabies
8 ENVENOMASI
jenis envenomasi c. Gigitan ular berbisa
2. Memahami d. Sengatan serangga
penatalaksanaan awal e. Sengatan hewan
envenomasi laut
dilapangan
Tujuan Psikomotor
1. Menghasilkan
anggota yang mampu
melakukan
penatalaksanaan
awal kasus
envenomasi
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan
anggota yang
mampu
memperlihatkan
sikap empati pada
pasien saat
melakukan
penanganan
envenomasi
Memahami Tujuan Kognitif a. Berdasarkan jalur
penatalaksanaan Menghasilkan anggota masuk:
awal intoksikasi yang mampu : Tertelan
1. Mengetahui gejala Terhirup
intoksikasi Terserap
2. Mengetahui b. Berdasarkan zat:
penatalaknsanaan Makanan
awal intoksikasi Zat kimia
Tujuan Psikomotorik
1. Menghasilkan
9 INTOKSIKASI
anggota yang
mampu melakukan
penanganan awal
intoksikasi
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan
anggota yang
mampu
memperlihatkan
empati kepada
pasien pada saat
melakukan
pelaksanaan awal
intoksikasi
Memahami teknik Tujuan Kognitif a. Definisi basic
dasar bedah Menghasilkan anggota surgical skill
yang mampu : b. Alat dan bahan
1. Memahami jenis yang digunakan
dan fungsi alat dalam basic
bedah minor surgical skill
2. Memahami jenis- c. Teknik asepsis dan
jenis dan prosedur antisepsis
penjahitan d. Teknik anestesi
3. Memahami lokal
prosedur bedah e. Teknik jahit
sederhana dan sederhana (simple
kebersihan pasca suture)
tindakan f. Teknik simpul
sederhana
Tujuan Psikomotor (knotying)
1. Menghasilkan
anggota yang
BASIC SURGICAL melakukan tehnik
10
SKILL jahitan sederhana
dan simpul dengan
benar
2. Mampu melakukan
tehnik pembedahan
sederhana dan
pembersihan pasca
tindakan dengan
benar
Tujuan Afektif
1. Memperlihatkan
sikap empati
kepada pasien saat
melakukan
penanganan kasus
bedah sederhana
2. Memperhatikan
secara cermat
keadaan pasien
pada saat
melakukan
penanganan kasus
bedah sederhana
PENJABARAN KURIKULUM PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PERHIMPUNAN TIM BANTUAN MEDIS MAHASISWA KEDOKTERAN
INDONESIA (PTBMMKI)
A. KOMPETENSI UTAMA
TUJUAN
NO MATERI TUJUAN KHUSUS POKOK BAHASAN
UMUM
Tujuan Psikomotorik
Menghasilkan anggota yang
mampu :
1. Melakukan teknik
anamnesis
2. Melakukan cara
pemeriksaan status
generalis
3. Melakukan cara
pemeriksaan status
vitalis
4. Melakukan cara
pemeriksaan status
regional
5. Melakukan teknik
pengisian medical
record
Tujuan Afektif
Setiap anggota mampu:
1. Memperhatikan secara
cermat keadaan pasien
ketika membuat
keputusan medis yang
berhubungan dengan
anamnesis dan
pemeriksaan fisik
2. Memperlihatkan sikap
empati dalam
melakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik
kepada pasien
Setiap Tujuan Kognitif 1. Dasar–dasar
anggota Menghasilkan anggota yang farmakologi
menguasai mampu : Sediaan obat
tindakan 1. Mengetahui dan Cara pemberian
pemberian mampu menjelaskan 2. Obat–obat pada segala
obat (terapi penggolongan atau kondisi bantuan medis
farmakologi) jenis-jenis obat secara Golongan/jenis obat
dengan tepat tepat Indikasi dan
2. Mampu menentukan kontraindikasi
terapi pengobatan Dosis
FARMAKOLOGI
2 pilihan dengan tepat Efek samping
PRAKTIS
3. Mengetahui cara 3. Penulisan resep
penulisan resep
Tujuan Psikomotorik
Menghasilkan anggota yang
mampu :
1. Mengetahui
pemberikan terapi
pengobatan pilihan
yang tepat
2. Memahami penulisan
resep
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan anggota
yang mampu
memperhatikan secara
cermat keadaan pasien
pada saat menentukan
terapi pengobatan
2. Memperlihatkan sikap
empati kepada pasien
pada saat menjelaskan
aturan pemakaian obat
yang ditentukan
Setiap anggota Tujuan Kognitif a. Infeksi Saluran
memahami Menghasilkan anggota yang Pernapasan Akut
prinsip mampu: b. Common Cold
penilaian dan 1. Mengetahui definisi c. Cephalgia
penanganan berbagai kasus medis d. Epigastric Pain
awal kasus- non- emergency Syndrome
kasus medis 2. Memahami gejala dan e. Diare
non- tanda pada berbagai f. Disentri
emergency kasus medis non- g. Konjungtivitis
emergency h. Malaria
3. Memahami prinsip i. Demam Berdarah
penatalaksanaan awal Dengue
KASUS MEDIS
kasus medis non- j. Demam Thypoid
NON
3 emergency k. Dermatitis
EMERGENCY
Tujuan Psikomotorik
1. Menghasilkan anggota
yang mampu
memberikan terapi
awal kasus non-
emergency
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan anggota
yang mampu
memperhatikan secara
cermat keadaan pasien
saat melakukan
penanganan awal
kasus non-emergency
2. Memperlihatkan sikap
empati kepada pasien
kasus non-emergency
Mengetahui, Tujuan Kognitif a. Defisini sirkumsisi
memahami Menghasilkan anggota yang b. Indikasi dan
dan mampu mampu : kontraindikasi
melakukan 1. Mengetahui dan pelaksanaan sirkumsisi
sirkumsisi memahami : (sebutkan dan jelaskan
Indikasi singkat)
Kontraindikasi c. Alat dan bahan dalam
Alat dan bahan pelaksanaan sirkumsisi
dalam sirkumsisi d. Teknik sterilisasi pasien
Obat-obat dalam e. Teknik anastesi
sirkumsisi f. Teknik sirkumsisi
2. Mengetahui dan g. Obat-obatan yang
memahami teknik digunakan dalam
sirkumsisi pelaksanaan sirkumsisi
3. Mengetahui dan serta jika kemungkinan
memahami teknik terjadi komplikasi
anastesi yang
digunakan dalam
4 SIRKUMSISI
sirkumsisi
4. Mengetahui teknik
sterilisasi pasien
terkait proses tindakan
Tujuan Psikomotorik
Menghasilkan anggota yang
mampu :
1. Melakukan teknik
sirkumsisi dengan
benar
2. Melakukan teknik
sterilisasi dengan
benar
Tujuan Afektif:
Menghasilkan anggota yang
mampu :
1. Memperlihatkan sikap
empati kepada pasien
sirkumsisi
PENJABARAN KURIKULUM PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PERHIMPUNAN TIM BANTUAN MEDIS MAHASISWA KEDOKTERAN
INDONESIA (PTBMMKI)
B. KOMPETENSI TAMBAHAN
1. Matra Manajemen
TUJUAN
NO MATERI TUJUAN KHUSUS POKOK BAHASAN
UMUM
Tujuan Psikomotorik
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Menerapkan
tahapan
perencanaan
operasional
lapangan
2. Menyusun rencana
operasi yang
sistematis
3. Menerapkan
koordinasi
operasional
lapangan yang
sistematis
4. Menerapkan
mekanisme kontrol
operasional
lapangan
5. Menerapkan
mekanisme
evaluasi
operasional yang
sistematis
Tujuan Afektif
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Bertanggung jawab
terhadap rencana
operasi yang
disusunnya
2. Bertanggung jawab
atas koordinasi dan
mekanisme kontrol
3. Bertanggung jawab
atas mekanisme
evaluasi operasi
4. Memperhatikan
kepentingan tim
dalam mencapai
tujuan manajemen
operasional
lapangan
Anggota Tujuan Kognitif 1. Pengertian team
memahami dan Menghasilkan anggota building
menerapka yang mampu : 2. Konsep dalam team
building
teknik-teknik 1. Memahami
3. Kelebihan dan
dalam prinsip-prinsip kekurangan dalam
pengembangan terbentuknya suatu tim
tim sebuah tim dan 4. Cara memaksimalkan
perbedaannya potensi suatu tim
dengan kelompok 5. Membangun
2. Memahami teknik keterampilan
membangun berkomunikasi dalam
kebersamaan tim suatu tim
3. Memahami teknik
meningkatkan
produktivitas kerja
tim
Tujuan Psikomotorik
1. Menghasilkan
anggota yang
3 TEAM BUILDING
mampu
menerapkan
teknik-teknik
pengembangan tim
dalam pelaksanaan
strategi untuk
mencapai visi
bersama
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan
anggota yang
mampu menjadi
anggota tim yang
bertanggung jawab
dan mementingkan
kepentingan tim
untuk mencapai
visi bersama
PENJABARAN KURIKULUM PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PERHIMPUNAN TIM BANTUAN MEDIS MAHASISWA KEDOKTERAN
INDONESIA (PTBMMKI)
B. KOMPETENSI TAMBAHAN
2. Matra Penunjang
TUJUAN
NO MATERI TUJUAN KHUSUS POKOK BAHASAN
UMUM
KOMUNIKASI
2 Tujuan Psikomotorik
LAPANGAN
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Mengoperasikan alat
komunikasi lapangan
2. Menerapkan sistem
pembagian tugas dan
teknik-teknik
komunikasi
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan anggota
yang mampu merawat
peralatan komunikasi
secara baik dan benar
Tujuan Psikomotorik
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Menerapkan prinsip
dasar evakuasi medis
darat
2. Melakukan evakuasi
dan kontrol dalam
medan darat
Tujuan Afektif:
Menghasilkan anggota
yang mampu:
1. Memperhatikan
secara cermat
keadaan korban
ketika mengevakuasi
korban
2. Memperlihatkan
sikap empati kepada
evakuasi ketika
mengevakuasi korban
Anggota Tujuan Kognitif a. Prinsip dasar evakuasi
memahami dan Menghasilkan anggota medis perairan
mampu yang : b. Jenis-jenis evakuasi medis
menerapkan 1. Memahami prinsip perairan
dasar–dasar dasar evakuasi medis Tanpa alat
evakuasi medis perairan Dengan alat
perairan 2. Memahami jenis-jenis Teknik stabilisasi
evakuasi perairan korban selama evakuasi
Tujuan Psikomotorik
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Menerapkan prinsip
dasar evakuasi medis
EVAKUASI MEDIS perairan
4
PERAIRAN 2. Melakukan evakuasi
dan kontrol dalam
medan perairan
Tujuan Afektif
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Memperhatikan secara
cermat keadaan
korban ketika
mengevakuasi korban
2. Memperlihatkan sikap
empati kepada
evakuasi ketika
mengevakuasi korban
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan anggota
yang mempunyai
sikap tenang dan
mampu
mengendalikan diri
dalam keadaan apapun
Setiap anggota Tujuan Kognitif 1. Tahap Perencanaan :
memahami dan 1. Mampu memanajemen Tempat tujuan
mampu perjalanan Waktu perjalanan
memanajemen Akses dan
perjalanan Tujuan Psikomotorik transportasi
Menghasilkan anggota Rencana kegiatan
yang : Pendanaan/biaya
1. Dapat menerapkan Anggota/peserta
MANAJEMEN
6 prinsip manajemen 2. Tahap Persiapan
PERJALANAN
perjalanan Pembentukan tim
2. Mampu melakukan
Perizinan dan
kerjasama tim dalam
administrasi
manajemen perjalanan
Keterampilan,
mental, dan fisik
Tujuan Afektif
Perlengkapan dan
1. Menghasilkan anggota
logistik
yang mampu dalam
keterampilan, mental, 3. Tahap Pelaksanaan
dan fisik untuk Pembagian tugas
manajemen perjalanan dan kerjasama tim
Manajemen
perlengkapan dan
perbekalan
Komando,
komunikasi dan
rescue
Dokumentasi
kegiatan
4. Pasca kegiatan
Evaluasi
Pelaporan
Anggota Tujuan Kognitif : a. Pengenalan dasar-dasar E-
mampu Menghasilkan anggota SAR
memahami yang memahami : Definisi E-SAR
teknik E-SAR 1. Pengenalan dasar- Prinsip E-SAR
dasar E-SAR b. Syarat penggunaan E-SAR
2. Memahami dasar- c. Teknik penggunaan E-SAR
dasar E-SAR dan
teknik penggunaan E-
SAR
7 E-SAR
Tujuan Psikomotorik
1. Menghasilkan
anggota yang mampu
menerapkan teknik E-
SAR
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan
anggota yang
mempunyai sikap
tenang dan mampu
mengendalikan diri
dalam keadaan
apapun
PENJABARAN KURIKULUM PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PERHIMPUNAN TIM BANTUAN MEDIS MAHASISWA KEDOKTERAN
INDONESIA (PTBMMKI)
B. KOMPETENSI TAMBAHAN
3. Matra Organisasi