1
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T. Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah, nikmat
sehat dan nikmat iman sehingga kami staf bidang Pendidikan dan Latihan PTBMMKI periode
2017/2018 diberikan kesempatan merampungkan Buku Kurikulum Pendidikan dan Latihan
PTBMMKI edisi 4, dengan baik dan tepat waktu.
Buku kurikulum PTBMMKI edisi 4 ini merupakan salah satu program kerja dari staf
Pendidikan dan Latihan PTBMMKI periode 2017/2018. Buku ini mengacu pada daftar
kompetensi kurikulum PTBMMKI 2017/2018 serta berisi penjabaran materi dari kompetensi
utama dan tambahan kurikulum PTBMMKI 2017/2018.
Pada kesempatan ini kami staf Pendidikan dan Latihan mengucapkan terima kasih kepada
segala pihak yang telah berkontribusi langsung dan tidak langsung dalam penyusunan buku
kurikulum ini. Besar harapan kami buku ini dapat digunakan sebagai acuan dan landasan
perkembangan dan peninggakatan kualitas PTBMMKI serta unit-unit Tim Bantuan Medis di
Seluruh Indonesia dalam melaksanakan tugas dan pengabdian yang telah diamanahkan.
Mengingat kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, kami memohon
maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan di dalam buku ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun juga sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
buku ini. Semoga segala bentuk dukungan, ketulusan dan do’a yang diberikan kepada kami
mendapat limpahan pahala dari Allah S.W.T. Aamiin.
Hormat Kami,
3
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga punyusun dapat menyelesaikan penyempurnaan buku ini. Sholawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat
dan pengikutnya yang senantiasa istiqomah daam sunahnya hingga akhir jaman.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang telah turut
membantu dalam penyelesaian buku ini. Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Staf BPP dan DPO PTBMMKI 2017/2018 yang telah membantu dan memberikan
saran yang membangun selama proses penyempurnaan buku ini.
2. Staf Pendidikan dan Latihan PTBMMKI sebelumnya yang telah berusaha membuat
buku ini menjadi lebih baik.
3. Staf Pendidikan dan Latihan PTBMMKI 2017/2018 yang selalu memberikan motivasi
serta dukungan selama proses penyempurnaan buku ini.
4
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN..................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 3
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 6
KOMPETENSI UTAMA
A. MATRA MEDIS EMERGENSI ............................................................................. 7
A.1 Initial assessment .......................................................................................... 8
A.2 Basic life support .......................................................................................... 25
A.3 Advanced trauma life support ...................................................................... 49
A.4 Trauma muskuloskeletal .............................................................................. 80
A.5 Resusitasi cairan........................................................................................... 116
A.6 Syok .............................................................................................................. 124
A.7 Trauma lingkungan ...................................................................................... 147
A.8 Envenomasi .................................................................................................. 166
A.9 Intoksikasi .................................................................................................... 197
A.10 Basic surgical skill ....................................................................................... 211
B. MATRA MEDIS NON-EMERGENSI ................................................................... 238
B.1 Anamnesis………………………................................................................ 239
B.2 Pemeriksaan fisik ………………................................................................ 245
B.3 Kasus medis non-emergensi ......................................................................... 269
B.4 Sirkumsisi ..................................................................................................... 280
B.5 Farmakologi praktis....................................................................................... 295
KOMPETENSI TAMBAHAN
A. MATRA MANAJEMEN ........................................................................................ 333
A.1 Disaster management ................................................................................... 334
A.2 Manajemen operasional lapangan ................................................................ 362
B. MATRA PENUNJANG .......................................................................................... 368
B.1 Navigasi darat ............................................................................................... 369
B.2 Kemunikasi lapangan ................................................................................... 388
B.3 Evakuasi medis darat .................................................................................... 407
B.4 Evakuasi medis perairan ............................................................................... 421
B.5 Teknik survival ............................................................................................ 434
B.6 E-SAR .......................................................................................................... 452
B.7 Manajemen perjalanan ................................................................................. 460
C. MATRA ORGANISASI .......................................................................................... 467
C.1 Aspek medikolegal dan kegawatdaruratan .................................................. 468
C.2 Kepemimpinan ............................................................................................. 474
6
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
7
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
INITIAL ASSESSMENT
1. Scene survey
Langkah pertama dalam prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan adalah dengan
meninjau kondisi medan penyelamatan atau lokasi kejadian. Keselamatan diri,
partner kerja, dan orang lain di sekitar lokasi kejadian selalu menjadi prioritas utama.
Sebelum menjangkau korban, periksa kemungkingan adanya bahaya bagi penolong.
Jangan memaksakan jika kondisi tidak memungkinkan. Tahapan scene survey, antara
lain:
A. Memastikan keadaan lingkungan
• Consider
Mempertimbangkan segala informasi mengenai medan penyelamatan
dari orang-orang sekitar. Misalnya informasi dari saksi mata kejadian
yang terpercaya.
• Observe
Mengamati secara langsung kondisi medan seperti binatang buas,
orang-orang mencurigakan, jalan keluar penyelamatan, dan lain-lain.
• Think
Selalu memikirkan rencana cadangan jika terjadi perubahan
situasi. Misalnya keadaan cuaca yang memburuk atau terjadi bencana
susulan.
B. Memastikan kesadaran dari korban
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus
melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien, dapat
dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan
lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil
memanggil namanya atau Pak !!! / Bu!!! / Mas!!!/Mbak !!!.
C. Meminta pertolongan.
Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan,
segera minta bantuan dengan cara berteriak "Tolong !!!" untuk mengaktifkan
sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.
D. Memperbaiki posisi korban/pasien.
Untuk melakukan tindakan bantuan hidup dasar (BHD) yang efektif,
korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang
rata dan keras. Jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap,
ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. Ingat! penolong harus
membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu
digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban
8
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
harus dipertahankan pada posisi horizontal dengan alas tidur yang keras dan
kedua tangan diletakkan di samping tubuh.
2. Triase
2.1 Definisi
Sistem triase adalah upaya pemilahan prioritas pasien berdasarkan urgensi
dilakukannya tatalaksana dan pertimbangan sumber daya yang tersedia untuk
tatalaksana tersebut. Hal ini didasarkan pada prioritas ABC (Airway dengan
proteksi cervical spine, Breathing, Circulation dengan kontrol perdarahan).
Dalam triase perlu dilakukan pencatatan usia, tanda vital, mekanisme cedera,
urutan kejadian, dan perjalanan penyakit pada fase pra Rumah Sakit.
Peningkatan pelayanan kesehatan diperlukan pada kasus ketidakstabilan tanda
vital, kelainan jantung paru, cedera multiple, usia lanjut, dan cedera neurologis
berat yang diderita sebelumnya. Apabila terjadi peningkatan atau perburukan,
dilakukan retriase.
2.2 Klasifikasi insiden sistem triase
Sistem triase juga meliputi pemilahan pasien di lapangan untuk penentuan
mobilisasi ke fasilitas kesehatan. Sistem ini menjadi tanggung jawab dari
personal di fase pra rumah sakit. Situasi triase terklasifikasi menjadi:
• Multiple Casualties
Insiden meliputi lebih dari satu pasien yang jumlah dan keparahannya
tidak melebihi kepabilitas penyedia tatalaksana kesehatan. Pada
kondisi ini, pasien dengan masalah kesehatan yang mengancam jiwa
dan gangguan multi sistem organ menjadi prioritas utama
• Mass Casualties
Pada insiden masal ini, jumlah pasien dan keparahan masalah
kesehatan melebihi kapabilitas penyedia tatalaksana kesehatan. Dalam
situasi ini, pasien dengan kemungkinan bertahan hidup (survival rate)
terbesar dan memerlukan sumber daya (waktu, peralatan, sumber daya
manusia, dan suplai lain) terkecil menjadi prioritas utama.
2.3 Prinsip triase
Berikut adalah prinsip -prinsip sistem triase, antara lain:
• Derajat keparahan/ancaman jiwa
Prioritas lebih diberikan kepada pasien dengan gangguan sirkulasi dan
neurologis ketimbang pasien dengan ancaman gangguan jalan napas
jika dilihat dari perspektif tingkat kemungkinan hidup.
• Derajat keparahan cedera
Sebagai contoh, prioritas lebih diberikan kepada pasien dengan fraktur
terbuka disertai perdarahan ketimbang pasien dengan fraktur tertutup
salah satu tulang.
• Kemungkinan bertahan hidup
Prioritas utama tidak selalu diberikan kepada pasien dengan cedera
hebat, namun juga memerlukan pertimbangan kemungkinan bertahan
hidup pasien tersebut.
9
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
• Sumber daya
Pasien dengan kebutuhan yang melebihi kapabilitas tersedianya
sumber daya mendapatkan prioritas lebih rendah hingga terpenuhinya
kebutuhan sumber daya.
• Faktor waktu, jarak, dan lingkungan
Prioritas lebih diberikan kepada cedera yang dapat ditangani dalam
waktu singkat walaupun cedera tersebut tergolong ringan dan memiliki
ancaman jiwa minimal. Faktor jarak dan lingkungan menuju fasilitas
kesehatan definitif menjadi bahan pertimbangan untuk efisiensi waktu.
2.4 Tag triase
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas
triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik
terhadap korban.
INGAT!
13
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
kali hembusan adalah 1,5-2 detik dan volume udara yang dihembuskan
adalah 700-1000 ml (10ml/kg) atau sampai dada korban/pasien terlihat
mengembang serta mendengar dan merasakan udara yang keluar pada
ekspirasi. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan
menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup.
Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 - 17%. Penolong
juga harus memperhatikan respon dari korban/pasien setelah diberikan
bantuan napas. Cara memberikan bantuan pernapasan :
1. Mulut ke mulut
Pemakaian alat pelindung dan masker tetap merupakan pilihan
utama. Keputusan untuk melakukan pernapasan buatan dari
mulut ke mulut bersifat personal. Bantuan pernapasan dengan
menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan efektif
untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada saat
dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus
mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong
harus dapat menutup seluruhnya mulut korban dengan baik
agar tidak terjadi kebocoran saat menghembuskan napas dan
juga penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien
dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar
kembali dari hidung. Volume udara yang berlebihan dan laju
inpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki
lambung, sehingga terjadi distensi lambung. Selain itu terdapat
bahaya bagi penolong yaitu penyebaran penyakit, kontaminasi
bahan kimia dan muntah penderita.
14
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut
korban tidak memungkinkan, misalnya pada trismus atau
dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan
sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus
menutup mulut korban/pasien.
3. Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang
(stoma) yang menghubungkan trakea langsung ke kulit. Bila
pasien mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan
ventilasi dari mulut ke stoma.
• C (Circulation)
Terdiri atas 3 penemuan klinis
a. Tingkat kesadaran. Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat
berkurang yang akan mengakibatkan penurunan kesadaran.
b. Warna kulit. Warna kulit dapat memberikan diagnosis hipovolemia.
Pasien trauma dengan warna kulit kemerahan terutama pada wajah dan
ekstrimitas jarang dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya, jika wajah
15
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
pucat keabu-abuan dan kulit ekstrimitas pucat merupakan tanda
hipovolemia.
c. Nadi. Periksalah pada nadi yang besar seperti a. femoralis atau a.
karotis. Nadi yang tidak cepat, teratur dan kuat menandakan
normovolemia, biasanya nadi yang tidak teratur merupakan tanda
gangguan jantung dan tidak ditemukan pulsasi pada arteri besar yang
merupakan pertanda diperlukannya resusitasi segera untuk
memperbaiki volume dan cardiac output.
Cara pemeriksaan a. carotis dapat ditentukan dengan meraba a. karotis
di daerah leher korban/pasien, dengan dua jari tangan (jari telunjuk dan
tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trakea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-
kira 1-2 cm, raba dengan lembut selama 5-10 detik. Jika teraba
denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban
dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk
menilai pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan
pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas. Jika tidak
teraba nadi dalam 10 detik, mulai lakukan kompresi dada (RJP).
• D (Disability)
Penilaian meliputi tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda
lateralisasi dan tingkat cedera spinal. Penurunan kesadaran dapat disebabkan
oleh trauma langsung pada otak atau penurunan oksigenasi ke otak, jika terjadi
penurunan harus dilakukan reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi
dan perfusi. Penolong menentukan nilai prioritas kesadaran korban dengan :
16
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
a. Metode AVPU. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian Response
(R).
b. Pemeriksaan GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) adalah sistem skoring yang sederhana dan
dapat menilai derajat/tingkat kesadaran penderita dengan kriteria yang
secara kuantitatif dan terpisah yaitu respon membuka mata (E), respon
motorik terbaik (M), dan respon verbal terbaik (V). Penilaian GCS
dapat dilihat pada tabel 1.
17
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
• Stupor (soporo coma). Keadaan seperti tidur terlelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
• Coma (comatose). Tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsang apapun, tidak ada respon kornea, reflek
muntah, dan reflek pupil (bisa ada bisa tidak ada).
c. Respon Pupil
Penolong menilai pupil korban dengan menggunakan pen light yang
digerakan dari lateral ke medial pada kedua mata. Hal yang harus
diamati:
• Ukuran pupil (dalam millimeter)
• Respon terhadap cahaya : ada/tidak,
cepat/lambat,isokor/anisokor.
• E (Exposure)
Seluruh pakaian pasien dibuka dengan cara mengguntingnya untuk
memfasilitasi pemeriksaan dan evaluasi keseluruhan pasien. Setelah
dibukanya pakaian pasien, perlu penghangatan tubuh pasien untuk
menghindari terjadinya hipotermia. Penghangatan dicapai dengan cara
menyelimuti tubuh pasien dengan selimut hangat, administrasi cairan
intravena yang telah dihangatkan, dan menjaga suhu lingkungan (contohnya
ruangan tatalaksana) tetap cukup hangat.
4. Secondary survey
Survey sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik lanjutan yang dilakukan
setelah survey primer (ABCDE), dimana masalah yang berbahaya dan mengancam
kehidupan pasien telah teratasi. Survey sekunder dilakukan dengan mengevaluasi
pasien dari ujung kepala hingga ujung kaki, serta meninjau ulang tanda vital pasien.
4.1 Anamnesis
Anamnesis yang lengkap penting dalam mengecek mekanisme kecelakaan
pada pasien. Anamnesis dilakukan terhadap pasien langsung (bila
memungkinkan) atau terhadap personil lain yang mengantarkan pasien.
Singkatan SAMPLE menjadi pedoman untuk anamnesis, yaitu: Sign and
Symptoms, Allergies, Medications currently used, Past illnesses/pregnancy,
Past meal, Events/environment related to the injury.
18
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
4.2 Pemeriksaan fisik kepala
Survey sekunder dimulai dengan mengevaluasi dan mengidentifikasi adanya
trauma pada sistem saraf atau trauma signifikan lainnya, yaitu dengan
menelusuri laserasi, kontusio, atau tanda fraktur. Trauma kepala sering kali
disertai edema di sekitar mata. Hal lain yang perlu diperiksa pada mata yaitu:
tajam pengelihatan, ukuran pupil, perdarahan pada konjungtiva atau fundus,
luka tusuk, lensa kontak (harus dilepas), dislokasi lensa, atau malposisi okular.
Pemeriksaan wajah meliputi palpasi struktur tulang, mencari tanda oklusi,
menilai rongga mulut dan jaringan lunak.
4.3 Pemeriksaan fisik leher
Pasien dengan trauma kepala atau wajah dianggap mengalami cedera servikal
juga, sehingga pada kondisi demikian dilakukan fiksasi leher. Sebagai catatan,
cedera servikal tidak selalu disertai defisit neurologis. Cedera servikal dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi (CT scan) dan dapat pula ditemukan
secara klinis. Pemeriksaan leher lengkap meliputi inspeksi, palpasi, dan
auskultasi a. carotis. Kelainan yang mungkin ditemukan, yaitu nyeri pada
servikal, emfisema subkutis, deviasi trakea, dan fraktur laring.
4.4 Pemeriksaan fisik toraks
Pemeriksaan toraks depan dan belakang dilakukan dengan inspeksi, palpasi,
dan auskultasi. Kelainan yang dapat ditemukan seperti pneumothorax, flail
chest, dan fraktur pada struktur toraks. Manifestasi klinis pada cedera toraks di
antaranya adalah nyeri, dyspnea, dan hipoksia. Tanda lain seperti kontusio,
hematoma, nyeri tekan, dan peningkatan JVP juga perlu dievaluasi.
Pada pasien dengan tension pneumothorax perlu dilakukan dekompresi jarum
(needle decompression) segera. Tension pneumothorax ditandai dengan
berkurangnya suara napas, perkusi hipersonor, dan syok.
4.5 Pemeriksaan Fisik Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi, dapat
ditemukan memar, penetrasi, atau benda asing. Pemeriksaan palpasi dilakukan
untuk menemukan tanda inflamasi (bengkak, nyeri) atau tanda pemadatan.
Kelainan tersebut dapat terjadi secara lokal pada satu atau lebih region
abdomen.
4.6 Pemeriksaan Fisik Regio Genital, Perineum dan Rektum
Cedera pada struktur ini dapat ditandai dengan inkontinensia urin, hematoma,
laserasi, dan perdarahan uretra. Khususnya pada pria, dapat ditemukan
priapismus akibat cedera spinal. Pemeriksaan vagina dilakukan pada pasien
perempuan dengan risiko tinggi cedera vagina, misalnya pada wanita yang
mengalami fraktur pelvis.
4.7 Pemeriksaan Fisik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan dilakukan dengan look, feel, move pada ekstremitas atau struktur
terkait untuk menemukan tanda deformitas, bengkak, perdarahan, dan
timbulnya perubahan warna. Fungsi motorik dan sensorik juga menjadi poin
penting untuk dinilai
19
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
4.8 Pemeriksaan Fisik Sistem Saraf
Pemeriksaan neurologis bertujuan untuk menentukan status mental pasien,
atau ada tanda kelainan seperti pusing, sakit kepala, sinkop, fasikulasi atau
kelumpuhan pada otot.
2. Shoulder Drag
- Lebih dipilih daripada ankle drag karena pada
tekniknya sekaligus dengan memfiksasi kepala
korban
- Membawa pasien dengan metode ini akan kebih
menguras energi karena terjadi perubahan posisi
penolong (jongkok, bungkuk, setengah berdiri)
terus menerus.
3. Blanket Pull
- Dilakukan dengan cara menyeret korban. Tidak harus
menggunakan selimut, bisa dengan barang lain yang
menutupi bagian tepi (bagian yang terkena
permukaan dasar alas) tubuh korban.
- Punggung penolong harus tetap lurus
4. Fireman Drag
- Teknik ini menjadi preferensi ketika
mengevakuasi pada daerah sempit, pendek, kecil,
dan kebakaran.
- Dilakukan dengan memfiksasi lengan korban
5. Craddle Lift
- Kekuatan penolong mutlak harus lebih dari
kekuatan korban.
- Teknik: tangan penolong berada di punggung dan bawah lutut
6. Pack-strap Carry
- Teknik: penolong berjalan agak bunguk. Tangan korban
disilang, lengan korban sedekat mungkin dengan dada
penolong
- Metode ini dapat digunakan untuk mengangkat korban jarak
jauh, tetapi harus melihat proposi tubuh dimana penolong
harus lebih tinggi dari korban.
7. Firefighter Carry
- Dapat dilakukan jika korban tidak memiliki cedera vertebra.
- Teknik yang paling dipilih untuk evakuasi jarak jauh. Satu
tangan yang bebas dapat lebih leluasa sehingga bisa digunakan
untuk membuka pintu, menggeser barang, meminta jalan, dll.
21
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
- Teknik: Tangan penolong mengikat tungkai korban, korban ditumpu
di satu bahu
• Teknik Evakuasi dengan Penolong 2 Orang
1. Person drag/human crutch
- Bisa dilakukan pada korban yang
sadar atau tidak sadar.
- Perpindahannya dilakukan dalam
satu komando, misal: “luar, dalam,
luar, dalam, dst”
- Teknik: memegang pinggang
korban untuk membantu
mengangkat, kemudian kaki
korban ditempatkan di atas kaki
penolong
4. Chair Carry
- Berbeda dengan sebelumnya, metode ini menggunakan kursi yang
kokoh. Dapat dilakukan ketika mengevakuasi naik-turun tangga, dan
dalam jarak jauh
- Pastikan korban tidak mengalami cedera servikal atau cedera
punggung
22
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5. Extremity Lift
- Pastikan korban tidak mengalami cedera servikal atau tungkai.
- Teknik: posisikan tubuh korban sedekat mungkin dengan tubuh kita, fiksasi
tangan korban dengan cara menyilangkan
- Teknik ini biasanya digunakan untuk transportasi jarak dekat.
23
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
American College of Emergency Physicians. 2014. First Aid Manual 5ed. New York :
Dorling Kindersley Limited.
American College of Surgeons. 2012. Advanced Trauma Life Support (ATLS) : Student
Course Manual 9ed. Chicago: American College of Surgeons.
Amirjamshidi A, Abouzari M, Rashidi A. 2007. Glasgow Coma Scale on admission is
correlated with postoperative Glasgow Outcome Scale in chronic subdural
hematoma. Journal of Clinical Neuroscience. 2007;14(12):1240-1241.
Guidelines 2015 for cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care.
1st ed. Dallas, TX: American Heart Association; 2015.
PTBMMKI.Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan PTBMMKI 2015/2016.
PTBMMKI. Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan PTBMMKI 2016/2017.
Tim Bantuan Medis Janar Dūta.2017. Buku Panduan Medis Tim Bantuan Medis Janar
Dūta. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
24
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
1. BLS
1.1. Definisi BLS
Basic Life Support adalah perawatan kegawatdaruratan medis yang diberikan
kepada korban dengan keadaan atau cedera yang mengancam nyawa sebelum korban
mendapatkan perawatan komprehensif di rumah sakit. Perawatan yang dimaksud
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti resusitasi jantung paru, kontrol
perdarahan, asidosis dan keracunan, stabilisasi cedera dan luka, serta dasar
pertolongan pertama.1 Basic Life Support yang dibahas pada bab ini dilakukan pada
korban yang mengalami henti jantung atau henti napas dan membutuhkan resusitasi
jantung paru (RJP) atau Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR).
Henti napas adalah berhentinya pernapasan spontan disebabkan gangguan jalan
napas, baik parsial maupun total atau karena gangguan di pusat pernapasan, hal ini
bisa menimbulkan henti jantung mendadak karena berhentinya suplai oksigen baik ke
otak maupun ke otot jantung. Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran
darah karena kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif. Keadaan
tersebut bisa disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau penyakit sekunder
non-jantung. Henti napas dan henti jantung merupakan dua keadaan yang sering
berkaitan, sehingga penatalaksanaannya tidak bisa terpisahkan. Tujuan utama
pertolongan gawat darurat kardiovaskular adalah untuk mempertahankan, memelihara
dan mengembalikan pasokan oksigen secara normal ke organ tubuh yang sangat
membutuhkan oksigen seperti sel saraf, jantung, paru-paru, dan otak.2
25
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
26
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Periksa Kesadaran
Bagi awam, periksa kesadarah hanya dilakukan secara subjektif menentukan
pasien ini sadar atau tidak sadar. Penilaian awam ini dapat melihat apakah mata
korban terbuka atau tidak. Jika korban tidak membuka mata setelah dipanggil
atau digoyangkan badannya maka dapat dikatakan korban tidak sadar. Berbeda
dengan awam, tenaga kesehatan setidaknya dapat menggunakan pemeriksaan
level kesadar AVPU.
A: Alert (Awas)
V: Voice (Respon terhadap suara)
P: Pain (Respon terhadap nyeri)
U: Unresponsive (tidak memberikan respon)
A atau Alert artinya level kesadaran pasien masih baik, yakni dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Korban yang alert dapat mengetahui
keberadaan orang-orang sekitarnya. Seperti misalnya, ketika enolong datang
korban dapat menoleh kearah penolong. Level kesadaran Voice artinya pasien
memberikan respon ketika dirangsang dengan suara. Contohnya seorang korban
yang bangaun ketika dipanggil,” Pak, Pak bangun, pak”. Level kesadaran Pain
adalah korban tidak sadar dengan respon suara namun sadar dengan respon nyeri.
Nyeri yang diberikan pada pasien dapat dilakukan dengna cara menekan kuku
dengan pensil, menekan daerah sternum dengan keras di satu titik, atau menekan
fossa supra orbita. Jika dengan meberikan rangsangan suara dan nyeri korban
masih tidak dapat bangun maka level kesadaran korban adalah unresponsive.
Walapun dengan cara yang berbeda memeriksa kesadaran harus dilakukan
dengan cepat untuk mempercepat pertolongan yang didapatkan korban.
c. Panggil Bantuan
Pertolongan dalam BLS hanya bersifat life saving yang sementara sehingga
dibutuhkan fasilitas medis yang cukup untuk memberikan pertolongan lanjutan
kepada korban. Setelah yakin bahwa pasien tidak sadar atau unresponsive maka
selanjutnya yang dilakukan adalah memanggil bantuan. Memanggil bantuan yang
dimaksud adalah meminta pertolongan kepada orang sekitar dan juga meminta
pertolongan untuk tim medis yang lebih ahli. Tujuan dari panggil bantuan adalah
memberikan pertolongan lebih lanjut sehingga diperlukan ambulan untuk
membawa korban ke rumah sakit. Pihak yang bisa dimintai bantuan ambulan
adalah AGD 118, Ambulan Dinas kesehatan Jakarta 119, atau Rumah Sakit
terdekat. Sering kali penolong sulit untuk mendapatkan bantuan ambulan. Hal
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masala tersebut adalah dengan mentraspor
korban menggunakan taksi atau mobil pribadi miliki orang sekitar. Agar
pertolongan yang diberikan sesuai maka penolong saat menelpon harus
menyampaikan hal-hal yang penting seperti jenis kejadian, lokasi kejadian,
jumlah korban, kondisi korban, dan jenis bantuan yang dibutuhkan. Contoh,”
27
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
d. Algoritma BLS
Untuk memberikan bantuan hidup dasar (basic life support-BLS) yang
efektif, penolong harus menerapkan step-step berikut dengan sistematis.
Step 1 : Periksa CAB secara simultan
Step 2: Tangani C, jika aman lanjut ke step 3
Step 3: Tangani A, jika aman lanjut ke step 4
Step 4: Tangani B, jika sudah aman lakukan recovery position
Tiga komponen vital yang harus diperhatikan dalam BLS adalah Airway (A),
Breathing (B), dan Circulation (C). Hal pertama yang harus dilakukan seorang
penolong ketika mencurigai korban henti jantung tak sadarkan diri adalah
melakukan assessment ketiga komponen tersebut. Dalam memeriksa tidak ada
komponen yang diprioritaskan sehingga pemeriksaan ABC dapat dilakukan
secara simultan (sekaligus). Dari hasil pemeriksaan tersebut barulah
diprioritaskan komponen yang akan ditatalaksana berdasarkan C>A>B. Jika hasil
dari asessmen hanya terdapat satu komponan saja yang bermasalah maka segera
tanganani komponen tersebut. Misalnya, ketika melakukan assesmen awal secara
simultan didapatkan C teraba, B ada napas, namun Airway terdapat sumbatan
maka tanganilah Airway pasien segera. Begitu pula jika yang bermasalah hanya
Cirkulasi saja atau Breathing saja. Namun jika yang masalah lebih dari satu
komponen maka penolong harus memprioritaskan C>A>B.
2. PENATALAKSANAAN AIRWAY
Penilaian keadaan pasien dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan jenis perlukaan,
tanda vital dan mekanisme trauma. Pada pasien yang terluka parah, terapi diberikan
28
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
berdasarkan prioritas. Gangguan airway dapat timbul secara mendadak dan total,
perlahan-lahan ataupun sebagian, progresif maupun berulang. Airway merupakan prioritas
utama pada critical care karena jika airway tersumbat, artinya aliran udara nafas tidak
ada dan tidak beredarnya oksigen dalam sirkulasi darah, sehingga organ-organ vital
mengalami penurunan fungsi. Pemeriksaan jalan nafas dilakukan untuk memastikan jalan
nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Kelancaran jalan nafas dinilai meliputi
obstruksi yang disebabkan oleh: benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur
maksila/mandibula, fraktur laring dan fraktur trakhea. Usaha untuk membebaskan airway
harus melindungi vertebrae cervical.4
Proteksi vertebrae cervicalis merupakan hal yang penting. ingat: anggaplah ada
fraktur cervical pada setiap pasien multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran
atau perlukaan di atas klavikula. patokan urutan umum penanganan primary survey
adalah:4
a. Penilaian (mendeteksi patensi airway dan penilaian cepat adanya
obstruksi)
1. Trauma maksilofasial (fraktur nasofaring & orofaring)
2. Trauma leher (luka tembus, kerusakan laring, kerusakan trachea, sumbatan
jaringan lunak oleh darah)
3. Trauma laring (suara parau, emfisema subkutan, teraba fraktur)
b. Pengelolaan
1. Melakukan head tilt chin lift maneuver
Pada pasien non-trauma cervical injury, teknik yang dapat dilakukan untuk
membuka jalan nafas pada pasien ini adalah dengan teknik angkat kepala-angkat
dagu (head tilt chin lift). Cara melakukan teknik head tilt chin lift :
✓ Letakan tangan kiri pada dahi pasien
✓ Tekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan penolong
✓ Letakan ujung jari tangan lainnya dibawah bagian ujung tulang rahang
pasien
✓ Tengadahkan kepala dan tahan/tekan dahi pasien secara bersamaan sampai
kepala pasien pada posisi ekstensi
29
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3. PENATALAKSANAAN BREATHING
Memastikan pasien bernafas taua tidak dilakukan dengan cara:4
Look Lihat apakah ada tanda jejas, gerakan dada (gerakan bernafas), apakah gerakan
tersebut simetris, penggunaan otot bantu nafas, frekuensi nafas, retraksi sela
iga, sianosis pada kuku atau bibir.
Listen Dengarkan apakah suara nafas normal, apakah ada suara nafas tambahan yang
abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)
31
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Feel Merasakan hembusan hawa ekspirasi dari lubang hidung atau mulut, apakah
ada suara tambahan yang abnormal.
Dalam pelaksanaannya, kadang kita mendapat suara tambahan. Jenis-jenis suara nafas
tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas antara lain:
Snoring suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan nafas
bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukan
pengecekan langsung dengan cara cross finger untuk membuka mulut.
Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban
(contoh: gig palsu, dll).
Gargling suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang
disebabkan oleh cairan (darah,dll)
Crowing suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena pembengkakan
(edema) pada trachea.
Tujuan primer pemberian bantuan nafas adalah untuk mempertahankan oksigenasi
adekuat untuk membuang CO2. Hal yang perlu diperhatikan saat memberi nafas bantuan
antara lain:4
a. Berikan nafas bantuan sesegera mungkin
b. Berikan nafas bantuan sesuai dengan kompresi dengan perbandingan 2 kali
bantuan nafas setelah 30 kali kompresi pada kasus henti nafas dan henti sirkulasi
c. Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung maupun
mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) atau mulut ke masker.
32
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5. Tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir anda melingkari mulut pasien
dengan menggunakan kain sebagai pembatas antara mulut anda dan pasien untuk
mencegah penularan penyakit.
6. Tiupkan udara secara lambat (setiap tiupan selama 1 detik pastikan sampai dada
terangkat)
7. Mata memperhatikan gerakan pernapasan pada dada pasien.
34
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
✓ Bila 1 penolong, dengan ibu jari dan jari telunjuk melingkari pinggir
sungkup dan jari-jari lainnya mengangkat rahang bawah (E-C clamp),
tangan yang lain memompa kantung nafas.
4. Dapat juga dengan menghubungkan selang O2 dengan alat bag-valve-mask
5. Atur aliran O2 12-15 L/menit
6. Kecukupan ventilasi diamati dengan memperhatikan pergerakan dada pasien
4. PENATALAKSANAAN CIRCULATION
4.1. Pada Neonatus8
Ketentuan untuk melakukan CPR pada neonatus menggunakan prinsip :
a. Langkah Circulation-Airway-Breating (CAB)
Langkah dalam kasus henti jantung neonatus dan anak sama dengan dewasa
dikarenakan masih minimnya bukti untuk pemberian CPR pada neonatus dan
anak.
b. Laju dari Kompresi 100x – 120x/menit
Pemberian laju kompresi sama dengan dewasa dikarenakan masih minimnya
bukti untuk pemberian CPR pada neonatus dan anak.
c. Pemberian Kompresi saja tetap dapat dibenarkan
Pemberian CPR dengan memberikan kompresi dan juga nafas merupakan
tindakan paling efektif. Akan tetapi, pemberian kompresi saja tanpa pemberian
nafas dapat dibenarkan karena sudah terbukti bahwa dengan pemberian kompresi
saja sudah cukup efektif.
35
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Gambar 14. CPR pada anak dengan 1 penolong (2015 AHA Guidline
Highlights)9
37
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Gambar 15. CPR pada anak dengan 2 atau lebih penolong (2015 AHA
Guidline Highlights)9
39
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Gambar 18. Algoritma CPR pada dewasa (2015 AHA Guidline Highlights)9
Kesulitan yang dialami bukanlah dalam prosedur pemberian CPR melainkan kesulitan
dalam mendapatkan hasil yang diinginkan dari CPR tersebut. Hal-hal ini disebabkan
oleh perubahan patofisiologi akibat penuaan, khususnya sistem kardiovaskular.
Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat penurunan progresif dari kolagen,
jaringan penyambung, dan lemak. Hal ini mengakibatkan penurunan compliance
ventrikel, meningkatkan insidens sick sinus syndrome, atrium arrythmia, dan bundle
branch block. Selain itu, juga terdapat pengerasan substansi pembuluh darah,
mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan tahanan untuk
pengosongan ventrikel, dan hipertrofi ventrikel. Perubahan-perubahan ini menuju
kepada penurunan dalam laju jantung maksimal, kapasitas aerobik maksimal, puncak
curah jantung saat latihan, dan puncak ejeksi fraksi
41
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
h. Jika pasien memiliki alat yang terimplan, pasang elektroda dengan jarak minimal
1 inch dari alat terimplan atau tindikan sehingga arus listrik dapat mengalir dengan
bebas antar 2 elektroda. Hal ini ditujukan untuk mencegah kerusakan pada
pacemaker pada saat defibrilasi secara eksternal
i. Periksa kembali apakah kabel terpasang dengan baik pada AED. Pastikan tidak
ada yang menyentuh pasien kemudian tekan tombol “Analyze” dan dilanjutkan
dengan menghindari segala pergerakan korban selama proses analisis.
Kebanyakan AED membutuhkan waktu selama 5-15 detik untuk menganalisis
ritme. AED akan mengeluarkan perintah “Stop CPR, do not touch patient, analyzing.”
j. Sebelum penolong menekan tombol syok, pastikan tidak ada orang yang
menyentuh tubuh korban. Selalu teriakan kalimat “Clear! Jauhi korban”. Semua
orang yang ada di sekitar korban harus segera menjauh (cleared) pada step 3.
Selalu periksa dengan seksama dan pastikan tidak ada orang yang melakukan
kontak dengan korban. Bantuan oxygen harus segera dilepaskan karena dapat
memicu terbakarnya AED.
k. Ketika AED menampilkan signal “press to shock”, harus mengikuti perintah.
Namun, penolong harus selalu memastikan bila tidak orang yang menyentuh
tubuh korban dan tidak ada aliran oksigen yang mengalir. Syok akan membuat kontraksi
pada tubuh korban secara tiba-tiba.
l. AED akan melakukan syok sebanyak tiga kali dengan pengulangan analysis dan
shock. Setelah itu, AED akan melakukan pengisian untuk pemberian CPR selama
2 menit. Setelah pemberian tiga kali syok telah selesai, periksa tanda-tanda
sirkulasi. Bila belum ada, lakukan kompresi dan selamatkan ventilasi napas
selama 2 menit.
m. Jangan pernah melepaskan pad AED selama melakukan CPR
n. Setelah 2 menit, AED akan mengintruksikan “Stop CPR, analysing”. AED akan
menganalisis korban untuk mengetahui apakah korban dapat diberikan syok atau
tidak. Bila iya, lakukan kembali langkah-langkah pemberian syok pada korban.
o. Bila AED memberikan instruksi “no shock advised”, cek denyut nadi dan laju
pernapasan korban. Bila ada, monitor jalan napas korban dan posisikan korban
dalam posisi aman stabil.
Gambar 19. Letak Pad AED pada pria (National Heart Lung and Blood Institute13)
42
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Gambar 20. Letak Pad AED pada wanita (National Heart Lung and Blood Institute13)
43
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5. RECOVERY POSITION15,16,17
Posisi ini membantu korban semiconcscious atau unconscious untuk bernapas dan
memungkinkan cairan mengalir dari hidung dan tenggorokan sehingga mereka tidak
44
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
menghirupnya. Jangan gunakan posisi ini jika orang tersebut memiliki cedera utama,
seperti cedera punggung atau cedera leher. Jika memungkinkan, tempatkan korban di sisi
kiri nya untuk mengurangi risiko muntah.
a. Dewasa
Langkah-langkahnya :
1. Posisikan tangan kiri korban menjauhi ke kiri
2. Posisikan tangan kanan korban dengan punggung kanan tangan korban
menyentuh pipi kiri korban.
3. Tekuk lutut kanan korban
4. Miringkan seluruh tubuh korban ke kiri dengan mendorong lutut korban yang
tertekuk dan sambil menjaga stabilisasi kepala dan leher korban. Telapak
kanan korban yang ada di pipi kiri menyentuh lantai, menyangga kepala
korban, tetapi tetap jaga supaya kepala lebih rendah dari tubuh agar cairan
dapat keluar dari mulut.
Anda dengan lembut mengangkat rahang untuk membuka jalan napas. Jaga
jangan sampai leher korban bergerak.
Apabila ingin memiringkan mereka ke kiri, lakukan supaya punggung
sampai kepala mereka selurus mungkin. Bila memungkinkan, cari 4 orang
penolong, 2 di masing-masing sisi, supaya dapat menjaga kepala, tubuh dan
kaki dalam sat ugaris lurus untuk korban dimiringkan.
Gambar 24. Recovery Position dengan kasus Spinal Injury (The Recovery
Position - St John Ambulance)
c. Anak
Tempatkan wajah bayi ke bawah lengan Anda dengan kepala sedikit lebih
rendah dari tubuh. Posisikan kepala dan leher dengan tangan Anda, menjaga
mulut dan hidung yang jelas. Menahan bayi di posisi ini akan menjaga jalan
napas bayi tetap terbuka dan menghentikan bayi tersedak di lidah mereka atau
menghirup muntah apapun.
Gambar 25. Recovery Position pada bayi (The Recovery Position - St John
Ambulance)
6. RINGKASAN BLS 9
46
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
line
2 atau lebih penolong: 2
jempol di tengah dada,
tepat di bawah nipple
line
47
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
1. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/basic+life+support
2. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar Edisi 2015. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PPPERKI).
3. European Rescusitation Council. Section 2: Adult basic life support and automated
external defibrillation. ERC 201
4. Shah K, Mason C. 2013. Prosedur Penting Dalam Kedaruratan. Jakarta: EGc
5. ., , , & Tchorz, K. M. (2013). Advanced Trauma Life Support (ATLS®): The Ninth
Edition. The Journal Of Trauma And Acute Care Surgery
6. Bambang Setyohadi dkk. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta
Pusat: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
7. John A Boswick. 2012. Perawatan Gawat Darurat: EGC
8. National Safety Coucil. The recovery position - adult or child. National Safety Coucil;
2014.
9. American Heart Association. CPR and ECC Guideline. AHA 2015
10. CPR in Adults: Positioning Your Hands for Chest Compressions [Internet]. WebMD.
2014. Available from: http://www.webmd.com/first-aid/cpr-in-adults-positioning-
your-hands-for-chest-compressions
48
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
PENDAHULUAN
Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dinilai
sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis atau evaluasi tindakam
operasi dengan segera. Berdasarkan definisi tersebut, dalam melakukan penatalaksanaan
kegawatdaruratan memiliki prinsip awal, dalam mengevaluasi, melaksanakan, dan
menyediakan terapi pada pasien-pasien dengan trauma yang tidak dapat di duga sebelumnya
serta penyakit lainnya.1
ATLS atau Advance Trauma Life Support (Bantuan Hidup Tingkat Lanjut) merupakan
bagian dari ilmu medis yang khusus membahas tentang masalah trauma yang bersifat gawat
darurat. Trauma yang bersifat gawat darurat disini, secara khusus dikerucutkan pada kondisi-
kondisi kecelakaan atau disaster (bencana).1
1. INTUBASI ENDOTRAKHEAL
1.1. Prinsip Dasar
Ventilasi melalui pipa endotracheal (ET) merupakan cara yang sangan efektif
untuk menjaga jalan nafas. Pemasangan intubasi endotrakheal, pemberian ventilasi
dan oksigenasi lebih terjamin dan kemungkinan aspirasi cairan lambung lebih kecil.1
Merupakan prosedur medis di mana sebuah tabung dimasukkan ke dalam tenggorokan
(trakea) melalui mulut atau hidung. Bila keadaan darurat akan dimasukkan melalui
mulut. Walaupun pasien sadar atau tidak, pemberian obat untuk mempermudah
prosedur ini akan tetap dilakukan. Setelah prosedur ini dilakukan, bila pasien sadar
dokter akan memberi obat untuk mengurangi kecemasan atau ketidaknyamanan.9
1. Memeriksa alat yang diperlukan, pastikan semua berfungsi dengan baik dan pilih pipa
endotrakheal (ET) yang sesuai ukuran. Siapkan dua tube endotracheal, 7,5 atau 8 dan
49
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
7,0. Tube yang lebih besar sesuai untuk sebagian besar laki-laki, tube yang lebih
kecil untuk sebagian besar perempuan dewasa. Masukan stilet ke dalam pipa ET.
Jangan sampai ada penonjolan keluar pada ujung balon, buat lengkungan pada pipa
dan stiler dan cek fungsi balon dengan mengembangkan dengan udara 10ml. jika
fungsi baik, kempiskan balon. Beri pelumas pada ujung pipa ET sampai daerah cuff.
2. Meletakan bantal kecil atau penyangga handuk setinggi 10 cm di oksiput dan
pertahankan kepala sedikit ekstensi (jika kemungkinan fraktur servikal dapat
disingkirkan)
3. Bila perlu lakukan penghisapan lendir pada mulut dan faring dan berikan semprotan
benzokain atau tetrakain jika pasien sadar atau tidak dalam keadaan anastesi dalam.
4. Melakukan hiperventilasi minimal 30 detik melalui bag masker dengan FiO2 100%
5. Membuka mulut dengan cara cross finger dan tangan kiri memegang laringoskop
6. Memasukan bilah laringoskop dengan lembut menelusuri mulut sebelah kanan,
sisihkan lidah ke kiri. Masukan bila sedikit demi sedikit sampai ujung laringoskop
mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah atau bibir tidak terjepit antara bilah dan
gigi pasien
7. Mengangkat laringoskop ke atas dan ke depan dengan kemiringan 30-40 sejajar aksis
pengangan. Jangan sampai menggunakan gigi sebagai titik tumpu
8. Bila pita suara sudah terlihat, tahan tarikan/posisi laringoskop dengan menggunakan
kekuatan siku dan pergelangan tangan. Masukan pipa ET dari sebelah kanan mulut ke
faring sampai bagian proksimal dari cuff pipa ET melewati pita suara 1-2 cm atau
pada orang dewasa atau kedalaman pipa ET 19-23 cm
50
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
9. Mengangkat laringoskop dan stilet pipa ET dan isi balon dengan udara menggunakan
spuit 10 ml. Waktu intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik.
10. Menghubungkan pipa ET dengan ambubag dan lakukan ventilasi sambil melakukan
auskultasi, pertama pada lambung, kemudian pada paru kanan dan kiri sambil
memperhatikan pengembangan dada
11. Melakukan fiksasi pipa dan plester agar tidak terdorong atau tercabut
12. Melakukan ventilasi terus dengan oksigen 100% (aliran 12-15L/menit)
13. Merapikan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan.
14. Mencuci tangan sesuai standar 7 langkah.
1.3. Indikasi
Indikasi pemasangan intubasi endotrakeal antara lain:1,9
1. Hilangnya refleks pernapasan (cedera serebrovaskuler, kelebihan dosis obat)
51
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. Obstruksi jalan napas besar (epiglotis, korpus alienum, paralisis pita suara) baik secara
anatomis maupun fungsional
3. Perdarahan faring (luka tusuk, luka tembak pada leher)
4. Tindakan profilaksis (pasien yang tidak sadar untuk pemindahan ke rumah sakit lain
atau pada keadaan dimana potensial terjadi kegawatan napas dalam proses transportasi
pasien)
5. Membuka jalan napas untuk memberikan oksigen, obat – obatan atau anastesi
6. Bantuan pernapasan karena penyakit tertentu (pneumonia, emfisema, gagal jantung,
kolaps paru – paru)
7. Menghilangkan sumbatan pada jalan napas
8. Melindungi paru – paru pada pasien yang tidak bisa melindungi jalan napas (overdosis,
stroke, perdarahan masif dari esofagus atau perut)
1.4. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemasangan intubasi endotrakeal antara lain:1
1. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan untuk
dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah cricothyrotomy pada
beberapa kasus.
2. Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra servikal,
sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
1.5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:1
1. Pemasangan tube yang tidak tepat.
Intubasi salah satu cabang utama paru, atasi dengan tarik kembali tube endotrakeal
untuk mengembangkan kedua paru. Intubasi esophageal atasi dengan keluarkan tube
endotrakeal
2. Gigi patah, perdarahan sekunder yang berlebihan akibat kerusakan mukosa
3. Pneumotoraks dan pneumomediastinum
4. Disritmia jantung
52
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
53
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2.3. Indikasi
Indikasi pemasangan oro-pharyngeal airway antara lain:2
1. Pasien tidak sadar (GCS 8), untuk mecegah agar lidah tidak jatuh ke belakang faring
dan menutupi jalan napas.
2. Tindakan profilaksis, untuk mecegah gigitan korban yang dilakukan pemasangan
intubasi
3. Pada keadaan yang memerlukan kontrol definitif jalan napas (pada yang sedang
mendapat anastesi umum) .9
4. Pasien sakit kritis dengan penyakit multisistem/ cedera.9
5. Keadaan darurat (masalah pada jantung/pernapasan, gagal melindungi jalan napas dari
aspirasi, oksigenasi tidak memadai, dan berkemungkinan obstruksi saluran napas.9
2.4. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemasangan guedel atau oro-faringeal tube adalah:1,2
1. Pasien sadar atau semi sadar, karena dapat merangsang muntah, spasme laring
2. Hati-hati pada pasien dengan trauma oral
3. Transeksi parsial trakea.9
2.5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi saat pemasangan guedel meliputi:1
1. Trauma mulut, gigi, lidah dan mukosa mulut
2. Muntah atau aspirasi
3. Obstruksi jalan napas.9
4. Laringospasme (bila pemilihan ukuran OPA tidak tepat) .9
5. Muntah.9
6. Aspirasi.9
3. SUCTIONING
3.1. Prinsip Dasar
Suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan menggunakan alat
via mulut, nasofaring atau trakeal.1
Saluran napas bagian atas menghangatkan, membersihkan, dan melembabkan
udara yang kita hirup. Dengan pemasangan tabung, udara yang bergerak melalui
tabung lebih dingin, lebih kering, dan tidak bersih. Dalam menghadapi perubahan ini,
tubuh memproduksi lendir lebih banyak. Penyedotan yang bisa dilakukan
membersihkan lebidr dari tabung trakeostomi dan sangat penting untuk pernapasan
yang tepa. Serta sekresi yang tersisa ditabung bisa jadi terkontaminasi dan infeksi
dinding dada bisa terjadi. Hindari penyedotan yang terlalu sering karena bisa
menyebabkan sekresi lebih banyak menumpuk. .9
3.3. Indikasi
Indikasi tindakan suction antara lain:1
1. Pasien tidak mampu membersihkan secret dan mengeluarkan atau menelan
2. Pasien kurang responsif atau koma yang memerlukan pembuangan sekret oral
3. Pasien tidak bisa batuk karena kelumpuhan otot pernapasan
7. Sebelum tidur
Sekret harus bening atau putih. Jika berubah warna menunjukkan tanda infeksi. Jika
perubahan warna bertahan hingga lebih dari tiga hari segera hubungi rumah sakit untuk
penanganan lebih lanjut. Jika ada darah pada sekret, tingkatkan kelembaban atau hisap
dengan lembut. .9
3.4. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari tindakan suctioning antara lain:1,2
1. Pasien dengan stridor
2. Pulmonary edema
3. Post pneumonectomy
3.5. Komplikasi
Komplikasi dari tindakan suctioning diantaranya:1
1. Kerusakan mukosa oral atau tracheal
2. Infeksi (pasien/petugas)
3. Perdarahan
57
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
4. KRIKOTIROIDOTOMI
4.1. Prinsip Dasar
Merupakan protokol manajemen terakhir yang perlu dilakukan tenaga medis
ketika pasien tidak memungkinkan untuk diintubasi atau diventilasi di mana situasi
akan fatal jika tidak segera dibuat jalan napas yang aman.10
Tindakan ini dilakukan dengan prinsip membuat insisi melewati membran
krikotiroid lalu diinsersi tabung trakeostomi. Pada anak perlu pengawasan lebih lanjut
karena berisiko merusak kartilago krikotiroid yang mana merupakan satu-satunya
penunjang sirkumferensia untuk trakea bagian atas sehingga tidak direkomendasikan
untuk anak di bawah 12 tahun.11
58
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
59
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
4.3. Indikasi
Indikasi dilakukanya tindakan krikotiroidotomi diantaranya:1,2
1. Krikotiroidotomi digunakan untuk memberi akses jalan napas darurat jika tindakan
yang lebih aman kurang invasive (intubasi oral atau nasotrakea) tidak dapat
dilakukan atau jika merupakan kontraindikasi
2. Untuk anak dibawah usia 12 tahun, krikotiroidotomi dengan jarum adalah pilihan
bedah jalan napas
4.4. Kontraindikasi
Terdapat beberapa kontraindikasi pada tindakan krikotiroidotomi, yaitu:3
1. Absolut :
✓ Jalan napas oral atau nasal dapat dilakukan
✓ Cedera atau fraktur pada kartilago atau laring yang signifikan (trakeostomi
merupakan prosedur piliha)
✓ Transeksi jalan napas parsial atau komplit
2. Relatif :
✓ Massa, pembengkakan atau selulitis di leher
✓ Hematoma leher
✓ Koagulopati
4.5. Komplikasi
Komplikasi dari tindakan krikotiroidotomi antara lain: gagal napas, perdarahan
local dan hematoma, emfisema subkutis, infeksi, perforasi esophageal, mediastinitis,
pneumotoraks, pneumomediastinum, trauma pita suara, trauma laring, trauma kelenjar
tiroid, trauma arteri karotis, vena jugularis, dan nervus vagus, stoma persisten,
stenosis subglotik.3
5. NEEDLE THORACENTESIS
5.1. Prinsip Dasar
Needle thoracocentesis merupakan intervensi awal yang dilakukan terhadap
pasien dengan pneumothorax spontan primer. Intervensi ini merupakan intervensi
langsung yang diterima dalam kasus – kasus tension pneumothorax. Intervensi ini
akan dilanjutkan dengan pemeriksaan X- ray pada dada dan drainase pada bagian
yang diberi intervensi. .9
sampai langkah berikutnya. Untuk mencapai anestesi local gunakan lidokain dengan
epinefrin (lidokain 1% adalah 10 mg/dl larutan). Biasanya, hanya diperlukan 5-10ml,
suntik jaringan subkutan dengan jarum berdiameter kecil (ukuran 25) dan buat
benjolan kecil pada batas superior kosta yang dipilih pada garis aksilaris posterior
atau midskapular.
4. Masukan terus jarum secara perlahan pada baguan superior kosta sambil
menginfiltrasi lidokain
5. Masukan terus jarum secara perlahan sampai cairan pleura teraspirasi. Tarik kembali
jarum 1-2 mm dan suntik2-4 ml lidokain untuk mengastesi pleura parietalis. Meski
pleura viseralis tidak diinervasi oleh serabut saraf nyeri, pleura parietalis sangat
sensitif.
6. Insersi jarum. Buat insisi tusuk sejajar dengan kosta pada tempat yang ditandai
untuk mempermudah insersi jarum torakosentesis, lalu letakan semprit 60 ml pada
jarum berbungkus kateter. Masukan jarum torakosentesis, bevel diarahkan ke inferior,
melalui kulit pada kosta yang dipilih sambil mempertahankan tekanan negatif.
Masukan terus jarum melalui bagian superior kosta posterior, gunakan tekanan yang
konstan dan aspirasi ditemukan cairan pleura. Pada saat kateter masuk ruang pleura,
sudut jarrum arahkan ke kaudal dan dorong maju kateter melewati jarum ke dalam
ruang pleura, dan oklusi lumen kateter.
7. Mengeluarkan cairan pleura. Pasang stopcock tiga jalur pada pusat kateter. Atur
katup stopcock untuk menyumbat sambungan kateter, letakkan semprit 60 ml pada
satu sambungan stopcock tiga jalur, lalu putar katup stopcock untuk menghubungkan
smeprit dengan kateter dan Tarik cairan dari ruang pleura. Putar katup stopcock untuk
menghubungkan semprit ke selang intravena dan kosongkan semprit ke dalam
kantong atau botol pengumpul.
62
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5.3. Indikasi
Pengambilan cairan pleura pada torakosentesis berguna untuk analisis
diagnostik, selain itu torakosentesis juga diindikasikan sebagai terapeutik untuk
meringankan distress pernapasan yang disebabkan akumulasi cairan dalam ruang
pleura.1 Penyakit yang mengindikasikan dilakukan prosedur ini adalah pneumotoraks
spontan primer dan tension pneumothorax7Tension pneumothorax merupakan
keadaan dimana meningkatnya pasokan udara dalam rongga pleura yang biasanya
disebabkan karena laserasi pada paru yang menyebabkan udara masuk ke dalam paru
63
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
namun tidak bisa keluar kembali. Tekanan positif ventilasi bisa berkemungkinan
menyebabkan buruknya efek ‘satu-jalur-katup’. 7
Peningkatan tekanan pada rongga pleura mendorong mediastiunum ke arah
yang berlawanan dengan hemithorax, dan obstruksi vena kembali ke jantung. Hal ini
menyebabkan ketidakstabilan sirkulasi dan menyebabkan bertahannya trauma yang
didapat. Tanda – tanda klasik pada tension pneumothorax adalah deviasi pada jalur
trakea dari samping dengan ketegangan, perluasan (hyper expanded) area dada,
peningkatan perkusi dada dan perluasan bidang dada yang sedikit bergerak saat
respirasi.7 Tekanan vena sentral biasanya meningkat, tapi akan normal atau rendah
pada keadaan hipovolemik. Akan tetapi tanda – tanda tersebut biasanya tidak muncul
dan biasanya yang terjadi pada pasien adalah takikardi, takipnea, dan hipoksia. Tanda
– tanda ini diikuti oleh kolaps sirkulasi dengan hipotensi dan trauma lanjutan dengan
pulseless electrical activity (PEA). Suara nafas dan perkusi suara thorax mungkin
akan sulit diindentifikasi pada bagian yang trauma. 7
5.4. Kontraindikasi
1. Kontraindikasi absolut dari pelaksanaan torakosentesis adalah :
✓ pasien dengan pneumothorax
✓ hemotoraks (torakostomi tube lebih tepat).
2. Kontraindikasi relatifnya antara lain :
✓ Jumlah trombosit <50000
✓ Waktu prothrombin (PT) atau waktu tromboplastin parsial (PTT) lebih dari dua
kali nilai normal
✓ Infeksi kulit (missal herpes zozter)
✓ Ventilasi mekanik (dapat mengubah pneumotoraks kecil menjadi tension
pneumotoraks)
✓ Pasien yang tidak kooperatif atau agitatif
✓ Efusi yang terletak kontralateral terhadap sisi pneumotoraks sebelumnya.1,2
5.5. Komplikasi
Komplikasi torakosentesis antara lain pneumotoraks, laserasi paru,
hemopneumotoraks, cedera intra-abdominal, robekan diafragmatik, hipotensi karena
pengambilan cairan dalam jumlah besar, perdarahan dinding dada dari arteria
intercostalis yang mengalami laserasi, edema paru re-ekspansi, terjadinya empiema.1
64
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
6. TUBE THORACOTOMY
6.1. Prinsip Dasar
Tube Thoracotomy merupakan suatu tindakan/prosedur dalam menangani kondisi
patologis dalam rongga pleura (pneumonia atau kanker, yang menyebabkan cairan
ekstra untuk didalam rongga di sekitar paru – paru(efusi pleura). Tabung pada dada
yang mungkin bisa menyebabkn pendarahan di sekitar paru – paru (haematothoraks).
Tube thoracotomy yaitu menempatkan sebuah tabung plastik berongga antara tulang
rusuk dan dada untuk mengalirkan cairan atau udara dari sekitar paru – paru. Tabung
ini juga sering dihubungkan dengan mesin untuk membantu drainase. Tabung tetap di
dada sampai semua atau sebagian besar cairan/udara keluar, biasanya beberapa hari.
Kadang obat – obatan khusus juga diberikan melalui tabung ini. .9
65
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
9. Lakukan infiltrasi otot, periosteum dan pleura parietalis di tempat jalannya tube
menggunakan jarum berdiameter lebih besar
10. Dengan menggunakan pisau scalpel no.10, lakukan insisi transversa minimal 3-4
cm melalui kulit dan jaringan subkutan
11. Satu metode untuk membuat insisi pada ruang interkosta yang lebih bawah
daripada tempat masuk dinding toraks, sehingga tube dapat “menembus” ke atas
sampai ke kosta
berikutnya.
12. Gunakan klem Kelly besar atau gunting (sering memerlukan kekuatan)
13. Jalur dibuat pada kosta dengan mendorong alat ke depan dalam keadaan tertutup
kemudian melebarkannya dan menutup kembali sehingga akan membuat titik yang
lebih lebar
14. Dorong melalui otot dan pleura parietalis dalam keadaan tertutup pada klem
sampai masuk rongga pleura
15. Letupan yang dapat diraba terasa bila pleura ditembus, dan dorongan udara atau
cairan seharusnya terjadi pada langkah ini.
66
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
16. Pada saat menembus pleura, masukan jari yang memakai sarung tangan ke dalam
jalur dinding dada untuk memastikan bahwa pleura telah ditembus dan tidak ada
organ pada atau massa di tempat tersebut
17. Jari tetap pada tempatnya untuk membantu sebagai penuntun insersi tube
18. Dianjurkan agar tube dipegang pada klem berlengkung besar dengan ujung tube
menonjol dari genggaman
19. Masukan tube ke dibawah atau disamping jari ke dalam ruang pleura
20. Tube dimasukan ke superior, medial dan posterior sampai terasa nyeri atau
mengalami hambatan, kemudian ditarik kembali 2-3 cm
21. Pastikan bahwa semua lubang pada tube dada berada dalam ruang pleura
22. Tutup saja insisi menggunakan benang nylon atau silk 0 atau 1, pertahankan agar
ujungnya panjang
23. Ujung-ujung jahitan disimpul dan diikat berulang-ulang di sekitar tube dada,
kemudian pastikan simpul kuat, jahitan diikat cukup kuat untuk melekukkan sedikit
tube torakostomi agar tidak lepas
24. Jahitan matras horizontal (atau Pure-string) dibuat kira-kira 1 cm menyilang insisi
pada setiap sisi tube , pada dasarnya mengelilingi tube . Jahitan ini membantu
memfiksasi tube dan bahkan membantu penutupan insisi ketika tube torakostomi
diangkat.
25. Pasang pembalut oklusif dengan kassa petroleum di tempat tube masuk ke kulit,
kemudian tutup dengan dua atau lebih bantalan kassa. Perekat adhesif kain lebar
67
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
dapat digunakan untuk menahan tube agar lebih kencang dan tetap berada di
tempatnya.
Petunjuk khusus :
Pemasangan torakostomi tube lebih sering dilakukan pada ruang interkosta IV atau
V di garis mid-aksilaris sampai anterior aksilaris tetapi mungkin saja di tempat-tempat
lain. Pembuluh darah dan saraf interkosta terletak di sepanjang tepi inferior setiap
kosta sehingga tube harus segera melewati permukaan superior kosta bawah.4
Konfirmasi
Indikator untuk pemasangan yang tepat antara lain kondensasi di dalam tube, gerakan
udara yang dapat di dengar bersamaan dengan respirasi, aliran bebas darah atau
cairan, kemampuan memutar tube secara bebas setelah insersi. Lekatkan tube pada
water seal yang telah dibuat sebelumnya lalu observasi gelembung dalam ruang water
seal ketika pasien batuk adalah cara yang baik untuk memeriksa patensi sistem. Selain
itu bisa dilakukan dengan foto rontgen dada.4
6.3. Indikasi
Torakostomi tube digunakan untuk mengevakuasi pengumpulan abnormal udara
atau cairan dan ruang pleura pada keadaan :
1. Pneumotoraks spontan dan atau tension,
2. Hematotoraks
3. Kilotoraks
4. Empiema
5. Drainase efusi pleura yang berulang
6. Pencegahan hidrotoraks setelah bedah kardiotoksik.4
7. Kondisi lain yaitu trauma dada dalam bentuk : penetrasi, efusi parapneumonia (jika
sudah kompleks), efusi pleura maligna, pleurodiesis recurrent malignant,
pleurodiesis effusion, fistula bronkopleural, dan kondisi hemodinamik yang tidak
9
stabil. .
68
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
6.4. Kontraindikasi
1. Torakostomi tube tidak boleh dilakukan pada pasien cedera yang tidak stabil.
2. Kontraindikasi relatifnya jika terdapat kelainan anatomi seperti adhesi pleura, bleb
emfisematosa, atau pembentukan jaringan parut serta koagulopati.4
6.5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan torakostomi antara lain :
1. Hemotoraks
2. Edema paru,
3. Fistula bronkopleura,
4. Empiema,
5. Emfisema subkutan,
6. Infeksi,
7. Pneumotoraks kontralateral
8. Pemasangan tube subdiafragmatik
9. Perdarahan lokal.
Kesalahan yang sering terjadi pada pemasangan torakostomi adalah saat menggunakan
anastesi lokal tidak adekuat, membuat insisi kulit awal yang terlalu kecil, gagal memasukan
tube cukup jauh ke dalam ruang pleura, mengarahkan tube kearah mediastinum dapat
menyebabkan pneumotoraks kontralateral.4
69
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
7. TRANSFUSI DARAH
7.1. Prinsip Dasar
Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredarah
darah resipien. Darah dan berbagai komponen darah dapat ditransfusikan secara
terpisah sesuai kebutuhan. Darah tersusun dari berbagai komponen, antara lain
eritrosit (red blood cells), trombosit pekat (thrombocyte concentrate), kriopresipitat
dan plasma segar beku (fresh frozen plasma). Komponen darah yang ditransfusikan
sesuai dengan yang diperlukan akan mengurangi kemungkinan reaksi transfusi,
circulatory overload, dan penularan infeksi yang terjadi dibandingkan dengan
transfusi darah lengkap.5
Komponen-Komponen:
1. Eritrosit.
Eritrosit tersedia dalam bentuk sel darah merah atau darah lengkap. Satu-satunya
indikasi pemberian eritrosit adalah untuk meningkatkan daya angkut oksigen pada
pasien-pasien anemia dan hipotensi ortostatik sekunder karena kehilangan darah.
Kemampuan daya angkut oksigen yang memadai dijumpai pada kebanyakan
perempuan dengan hemoglobin (Hb) 7g/dl, hematokrit (Ht) 21% atau kurang,
tetapi bila isi intravascular menghasilkan perfusi yang cukup. Transfuse dengan
sel darah merah tetap dilakukan ketika tingat Hb adalah 7-10g/dl pada kondisi
terjadi perdarahan terus menerus, terdapat tanda-tanda penurunan daya angkut
oksigen selama pembedahan, menurunnya eritropoiesis atau kerika transfuse
autologous akan digunakan.6
Setiap unit sel darah merah (500ml) yang ditransfusi akan meningkatkan Hb
1g/dl (dan meningkatkan Ht 1-3% pada seorang perempuan dengan berat badan
70kg. Volume RBC yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus :6
(HCT yang diinginkan – HCT sekarang) x EBV
HCT RBC
✓ Berisi 250 – 350 cc. 9
71
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
72
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5. Kriopresipitat.
Kriopresipitat didapat dari plasma segar beku yang dikonsentrasikan ke dalam
suatu volume 10-15ml. presipitat tersebut terdiri atas faktor-faktor VIII, von
Willebrand, fibrinogen, XIII dan fibronektin, digunakan untuk mengobati
kekurangan akan salah satu faktor tersebut. Satu unit akan dapat menaikan
fibrinogen 8 mg/dl.6
karena suatu penyakit tertentu. Selama tranfusi darah, jarum kecil yang digunakan
untuk memasukkan infus ke dalam pembuluh darah. Melalui jalur ini, pasien akan
menerima darah yang sehat. Prosedur ini biasanya memakan waktu sekita 1 – 4 jam,
tergantung jumlah darah yang dibutuhkan. .9
Setiap orang memiliki salah satu jenis darah (A, B, AB, atau O). Serta darah setiap
orang memiliki rhesus positif atau negatif. Darah yang digunakan dalam transfusi
harus bisa bekerja sama dengan golongan darah pasien/resipien. Bila tidak, antibodi
(protein) dalam darah yang baru ditransfusikan akan membuat resipien sakit.9
7.3. Indikasi
Indikasi dilakukan tranfusi darah jika terdapat kondisi anemia pada perdarahan
akut setelah didahului penggantian volume cairan, atau anemia kronis jika Hb tidak
dapat ditingkatkan dengan cara lain, gangguan pembekuan darah karena defisiensi
komponen, plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberkan plasma
substitute atau larutan albumin.5
75
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
76
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
7.4. Kontraindikasi
Transfusi darah sebaiknya jangan dilakukan jika pendonor mengidap suatu
infeksi, atau transfuse darah dengan golongan darah yang berbeda.6
7.5. Komplikasi 15
1. Hipotermia
2. Koagulopati dilusi
3. Trombositopenia
4. Abnormalitas elektrolit (pada transfusi darah masif)
a. Hipokalsemia
b. Hipomagnesemia
c. Hiperkalemia
d. Asidosis metabolik
e. Alkalosis metabolik
77
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
78
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
79
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
TRAUMA MUSKULOSKELETAL
TBMM PANACEA, TBMM HUMERUS, USMR
1. PERDARAHAN
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah yang
menyebabkan hilangnya sejumlah darah akibat robeknya pembuluh darah baik
oleh luka terbuka maupun luka tertutup. Kehilangan ≥20% darah dapat
menyebabkan perfusi menurun yang mengakibatkan kerusakan jaringan,
organ, syok hipovolemik, dan dapat berlanjut pada kematian.
80
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Berdasarkan lokasinya:
1. Perdarahan Luar
• Perdarahan yang biasa terjadi akibat luka terbuka.
• Kulit korban sudah tidak utuh, dan ada kontak dengan dunia luar.
• Penyebab utamanya adalah trauma benda tajam.
• Kondisi ini membutuhkan pertolongan segera sebab
mempunyai risiko yang tinggi mengalami infeksi sistemik
jika dibiarkan terpapar udara dalam waktu yang lama dan
mungkin terjadi syok.
2. Perdarahan Dalam
• Perdarahan yang biasa terjadi akibat luka tertutup.
• Kulit korban masih utuh dan tidak ada kontak dengan dunia luar.
• Penyebab utamanya adalah trauma benda tumpul.
• Kondisi ini bisa berbahaya karena sering dilewatkan dan
bisa menyebabakan kehilangan darah yang banyak tanpa
diketahui.
Epistaksis
Epistaksis adalah perdarahan akut akibat pecahnya anyaman
pembuluh darah di hidung. Terdapat 2 anyaman pembuluh darah di
hidung yang disebut plexus Kiesselbach (anterior) dan plexus
Woodruff (posterior). Epistaksis dibedakan
81
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
82
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. Alur tatalaksana:
Perkenalan diri
Primary assesstment
Segera ekspos area luka dengan merobek atau membuka
pakaian yang masih menutupi luka.
Lakukan penekanan langsung pada luka dengan menggunakan
kasa steril atau kain bersih. Jika tidak memungkinkan, minta
korban untuk menekan sendiri lukanya.
Tinggikan dan tahan area perdarahan di atas tinggi jantung
korban untuk mengurangi hilangnya darah dan pertahankan
tekanan pada area perdarahan.
83
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Jika terdapat objek atau benda pada luka seperti pecahan kaca, atau objek lain :
Kontrol perdarahan dengan menekan kuat pada sisi di sekitar
objek tersebut. Jangan menekan langsung pada benda atau
mengeluarkan benda dari dalam luka karena dapat memicu
perdarahan yang lebih hebat lagi.
Untuk melindungi luka, berilah bantalan pada kedua sisi objek
tersebut dan lakukan pembalutan dengan melingkari objek tanpa
memberikan penekanan objek terhadap luka.
Cek sirkulasi setiap 10 menit, ulangi jika sirkulasi melemah.
Segera panggil bantuan
84
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
PERHATIAN !!
1. Jangan biarkan korban makan atau minum, karena mungkin
diperlukan tindakan anastesi pada penanganan rumah sakit.
2. Jika korban mulai hilang kesadaran dan nafas mulai tidak
normal, segera lakukan CPR.
c. Penanganan kasuistik
1. Perdarahan hidung
Epistaksis
Anterior
Metode
Trotter :
1. Posisikan korban dalam keadaan duduk dan tengadahkan kepala
korban ke depan agar darah dari hidung dapat keluar. Minta
korban bernapas dengan mulut dan tidak batuk apalagi bersin.
2. Jepit cuping hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk
untuk memberikan tekanan dan tahan selama 10 menit.
3. Setelah 10 menit, minta korban untuk melepas tekanan. Jika
belum berhenti, ulangi kembali selama 10 menit.
4. Jika perdarahan berhenti, jangan ubah posisi pasien. Bila perlu berikan cold
pack
untuk membantu vasokonstriksi pada perdarahan.
5. Jika perdarahan berlangsung lebih dari 30 menit, segera hubungi bantuan.
86
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Epistaksis posterior
1. Menggunakan Tampon Bellocq
2. Dilakukan pada perawatan di rumah sakit oleh dokter spesialis.
2. Perdarahan kuku
Kompres jari yang cedera dengan es atau air dingin untuk mengurangi rasa
sakit.
Kuku yang luka dilubangi atau dicukil untuk mengeluarkan
darah. Perhatikan prinsip aseptik.
87
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3. Perdarahan telinga
Posisikan korban duduk dan miringkan kepala ke arah yang sakit.
Tutup telinga dengan perban steril lalu diplester atau dipegangi.
Bawa ke PPK dalam keadaan seperti ini.
88
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
a. Resusitasi cairan
1. Pasang IV line
2. Dosis anak: bolus NaCL 0.9% 20
ml/KgBB Dosis dewasa: bolus
RL 2-4 L dalam 20-30 menit
b. Transfusi darah: dengan golongan yang sama atau PRC
golongan O sebanyak 10 ml/KgBB (sebaiknya RH(-)).
c. Antibiotik dapat diberikan pada perdarahan luar untuk mencegah terjadinya
infeksi.
89
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. LUKA
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan yang
dapat mengganggu proses selular normal.
2.1. Jenis-Jenis Luka
a. Berdasarkan bentuknya
1. Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)
Pendarahan yang lebih sedikit dibandingkan luka tusuk.
Memungkinkan adanya kerusakan pada jaringan di dalamnya.
Laserasi ini sering terkontaminasi oleh kuman sehingga risiko
infeksinya tinggi
2. Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)
sering disertai partikel benda asing yang dapat menyebabkan infeksi.
3. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)
Bisa terjadi pendarahan yang banyak.
Struktur seperti tendon atau saraf bisa saja ikut terpotong.
4. Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)
5. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)
Luka Tembak Masuk (LTM)
Luka Tembak Keluar (LTK)
6. Vulnus Morsum (Luka Gigitan)
7. Vulnus Perforatum (Luka Tembus)
8. Vulnus Amputatum (Luka Potong)
9. Vulnus Combustio (Luka Bakar)
10. Vulnus Contussum (Luka Memar)
b. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar
1. Luka tertutup
Disebabkan oleh benda tumpul.
Kontinuitas jaringan di bawah kulit terputus
Kulit masih tertutup
2. Luka terbuka
Disebabkan oleh benda tajam
90
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
91
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5. Tutuplah luka dengan kasa steril atau kain bersih. Balut luka sehingga
menjaga luka tetap bersih dan jauh dari bakteri.
6. Gantilah balutan secara berkala. Lakukan satu kali sehari atau saat
bandage sudah kotor atau basah. Jika luka sudah cukup sembuh,
lepaskan bandage dan biarkan terpapar udara untuk mempercepat
proses penyembuhan.
7. Perhatikan selalu tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, nyeri yang
bertambah, pus atau drainase, bengkak, demam, dan bisa terjadi
pembengkakkan kelenjar getah bening regional.
8. Segera hubungi bantuan jika luka mengalami pendarahan berat, luka
terkontaminasi seperti terkontaminasi benda asing atau cairan
berbahaya dan terdapat luka bergerigi serta panjang luka lebih dari 5
cm.
92
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3. FRAKTUR
Fraktur adalah hilang atau rusaknya kontinuitas tulang (diskontinuitas)
akibat gaya kerja yang melebihi elastisitas tulang.
93
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
c. Berdasarkan kekomplitan
1. Inkomlit :H
2. Komplit : A, D, I, K
3. Hair line : retak, garis patahannya sangat kecil
f. Berdasarkan pergeseran
1. Undisplaced : A, E, F, H → segmen tetap di tempat
94
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. Displaced
Ad longitudinam cum contractionum : D, G → segmen tulang
saling mendekat
Ad axim : B, L → segmen tulang membuat sudut
Ad latus : segmen tulang saling menjauh, jarang terjadi.
A B C I J
E F G K L
M N O P Q
95
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
c. Bidai
Tujuan:
1. Immobilisasi fraktur dan dislokasi
SELALU !!!
2. Mengistirahatkan badan yang cidera
3. Mengurangi rasa sakit • KONTROL PERDARAHAN
4. Mempercepat penyembuhan • JAGA KEBERSIHAN
Prinsip: • MINTA BANTUAN
1. Immobilisasi • EVALUASI DAN MONITORING
2. Melewati minimal 2 sendi.
Penanganan:
1. Bidai harus meliputi 2 sendi, diukur pada anggota badan yang sakit.
2. Ikatan jangan terlalu kuat ataupun terlalu kendor.
3. Ikat bidai dari distal ke proksimal dan ikatan harus cukup
jumlahnya. Lewatkan ikatan pada bagian lekuk tubuh seperti
leher, lutut, dan pergelangan kaki.
4. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak
cedera.
5. Periksa denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan
sesudah pembidaian, dan perhatikan warna kulit distalnya.
96
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
d. Balut
97
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
98
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
99
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
100
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Muntah
Awalnya nadi lambat dan kuat kemudian berubah menjadi cepat dan
lemah
Korban terlihat linglung
Pola respirasi berubah, korban tampak
sesak napas Penanganannya:
Recovery Position
101
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. Fraktur Klavikula
102
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3. Fraktur Ekstremitas
103
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
104
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
4. DISLOKASI
4.1. Definisi Dan Jenis-Jenis Dislokasi
Dislokasi adalah berpindahnya permukaan sendi total sehingga
kontak normal dengan struktur sekitar tidak lagi terjadi. Penting
untuk membedakan dislokasi pertama kali atau berulang. Dislokasi
merupakan kasus emergency. Apabila penanganan lebih dari 6 jam,
maka kecil kemungkinan sendi dapat berfungsi 100% kembali.
Subluksasi adalah berpindahnya permukaan sendi sebagian, biasanya
terjadi sementara secara alami. Penting untuk membedakan
subluksasi pertama kali atau berulang
105
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. Siku
Langkah Kedua
3. Jari
Langkah Pertama
Teknik Reposisi
106
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
4. Pangkal Paha
Dislokasi paling parah.
Teknik Reposisi,
Reposisifleksi
harus15-kurang
-‐20 selama
dari 4 21
jam untuk menghindari nekrosis.
Lakukan posisi anatomis setelah reposisi.
107
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5. Lutut
Dislokasi Anterior
(Tersering)
Dislokasi Posterior
108
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Normal
Dislokasi Anterior
Dislokasi Lateral.
5. SPORT INJURIES
5.1. Klasifikasi Umum Sports Injuries
a. Trauma injuries
Merupakan cedera karena beberapa episode trauma baik akut,
subakut, maupun kronik.
Macam-macam trauma injuries beserta penjelasannya, yaitu :
1. Pada tulang : fraktur, hematoma subperiosteal
2. Pada sendi : dislokasi, subluksasi, kontusio sendi, hemarthtosis
3. Pada Ligamen :
1. Sprain derajat 1 adalah kondisi di mana beberapa serabut
ligamen robek dengan tanda-tanda bengkak ringan, nyeri,
sulit digerakkan, dan tidak ada instabilitas pada sendi
2. Sprain derajat 2 adalah kondisi di mana lebih banyak lagi
serabut ligamen robek, tetapi fungsi ligamen masih intak
meskipun sedikit teregang, dengan tanda-tanda bengkak
sedang, nyeri, sulit digerakkan, dan sedikit ada instabilitas
pada sendi
3. Sprain derajat 3 adalah kondisi di mana seluruh serabut
ligamen ruptur, dengan tanda-tanda bengkak hebat, nyeri,
tidak mampu digerakkan, serta instabilitas total pada sendi
yang bisa diklasifikasikan menjadi :
1+ :permukaan sendi terstabilisasi normal oleh ligamen dan
mengalami perpindahan posisi 3-5 mm dari posisi awal
2+ :permukaan sendi terpisah 6-10 mm
3+ :permukaan sendi terpisah lebih dari 10 mm
4. Pada tendon :
1. Strain derajat 1 : robekan pada jaringan sedikit, mild
tenderness, nyeri dengan rentang gerak normal.
2. Strain dejarat 2 : robekan pada otot atau tendon, nyeri, gerak
terbatas, mungkin terjadi bengkak dan depresi pada daerah
cidera.
3. Strain derajat 3 : gerak terbatas atau tidak dapat bergerak, nyeri hebat.
2. Pada otot : kram
Kram terjadi karena adanya spasme dan kontraksi otot yang tidak
terkontrol, menghasilnya rasa nyeri dan restriksi.
Penyebab:
1. Letih, biasanya pada malam hari ketika tidur
2. Dingin, biasanya saat berenang
3. Panas (heat cramp), biasanya saat olahraga terutama tanpa pemanasan
3. Lain-lain
110
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Overuse injuries
Macam-macam overuse injuries, yaitu :
1. Pada tulang : Stress fracture, Apophysitis
2. Pada sendi : arthritis, sinovitis
3. Pada ligamen : medial elbow injury, breastroker’s, plantar fascitis
4. Jaringan lunak lain : bursitis
111
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
112
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Heat: seperti mandi air panas, sauna, heat pack. Panas akan
meningkatkan aliran darah ke daerah cedera sehingga bisa
meningkatkan pembengkakan.
Alcohol: karena menyebabkan vasodilatasi sehingga dapat
meningkatkan laju aliran darah kemudian memperparah perdarahan,
pembengkakan, dan memperlambat penyembuhan.
Running: karena dapat menyebabkan cedera yang lebih parah dan
meningkatkan aliran darah pada area cidera sehingga menambah
pembengkakan
Massage: karena dapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan.5
113
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
27. Piazza G. First Aid Manual. 5th ed. New York: DK Publishing; 2014.
28. Rastu Adi Mahartha G, Maliawan S, Siki Kawiyana K. Manajemen
fraktur pada trauma musculoskeletal. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
29. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00111
30. http://bestpractice.bmj.com/best-
practice/monograph/578/basics/pathophysiology.html
31. https://www.acsm.org/docs/brochures/sprains-strains-and-tears.pdf
32. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sprains-and-
strains/basics/lifestyle-home- remedies/con-20020958
33. http://physioworkshealthgroup.com.au/Physioworks_Health_Group_Man
age_Injury_Bro chure.pdf
115
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
RESUSITASI CAIRAN
TBM Bumi Gora
1. JENIS-JENIS CAIRAN
1.1. Cairan Kristaloid
Merupakan larutan dengan air (aqueous) yang terdiri dari molekul-molekul kecil
yang dapat menembus membran kapiler dengan mudah. Biasanya volume pemberian
lebih besar, onset lebih cepat, durasinya singkat, efek samping lebih sedikit dan harga
lebih murah.
Yang termasuk cairan kristaloid antara lain salin (salin 0,9%, ringer laktat, ringer
asetat), glukosa (D5%, D10%, D20%), serta sodium bikarbonat. Masing-masing jenis
memiliki kegunaan tersendiri :
a. salin biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh sehari-hari
dan saat kegawat daruratan
b. glukosa biasa digunakan pada penanganan kasus hipoglikemia,
c. sodium bikarbonat yang merupakan terapi pilihan pada kasus asidosis
metabolik dan alkalinisasi urin.
Mekanisme secara umum larutan kristaloid menembus membran kapiler dari
kompartemen intravaskuler ke kompartemen interstisial, kemudian didistribusikan ke
semua kompartemen ekstra vaskuler. Hanya 25% dari jumlah pemberian awal yang
tetap berada intravaskuler, sehingga penggunaannya membutuhkan volume 3-4 kali
dari volume plasma yang hilang. Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi
sejumlah cairan kedalam pembuluh darah dengan segera dan efektif untuk pasien
yang membutuhkan cairan segera.
Cairan kristaloid bersifat mudah keluar dari intravaskuler, terutama pada kasus
dimana terjadi peningkatan resistensi kapiler seperti pada sepsis, penting untuk
dipikirkan penggantian cairan yang memiliki molekul lebih besar, yaitu jenis koloid.
Berikut ini beberapa jenis dari cairan kristaloid :
a. Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :
✓ Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh
keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan
elektrolit yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander
berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
✓ Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan
NaCl digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
✓ Luka Bakar
116
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
117
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Indikasi :
✓ Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik.
Kontraindikasi :
✓ Hipernatremia
✓ Kelainan ginjal
✓ Kerusakan sel hati
✓ Asidosis laktat.
Adverse Reaction edema jaringan pada penggunaan volume yang besar,
biasanya paru-paru.
Peringatan dan Perhatian ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”.
Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart
failure/impaired renal function & pre-eklamsia.
c. Dextrosa
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi :
✓ Cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama
dan sesudah operasi
✓ Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang
dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi :
✓ Hiperglikemia.
Adverse Reaction Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat
menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan
tromboflebitis.
118
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
volume yang dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko
akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil
dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Indikasi :
✓ Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia,
hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary
bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis
luas dan luka bakar.
✓ Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress
Syndrome). Pasien dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan
albumin dan furosemid yang dapat memberikan efek diuresis yang signifikan
serta penurunan berat badan secara bersamaan.
✓ Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi,
kebakaran, operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi
inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.
✓ Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi
dari sirosis. Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang
merupakan media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik
adalah pilihan utama, sedangkan penggunaan albumin pada terapi tersebut
dapat mengurangi resiko renal impairment dan kematian. Kontraindikasi :
gagal jantung, anemia berat.
b. HES (Hydroxyetyl Starches)
Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa
dan amilopektin.
Indikasi :
✓ Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi :
✓ Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah
operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat
(>20 ml/kg).
✓ Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF).
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan.
Adverse reaction HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika
digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat
menimbulkan pruritus.
121
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5. MAINTENENCE CAIRAN
Kebutuhan cairan harinya seperti berikut :
a. 100 ml/kg pada 10 kg pertama berat badan
b. 50 ml/kg pada 10 kg kedua berat badan
c. 20 ml/kg pada sisa berat badan selanjutnya
Untuk kemudahan, pada 24 jam dibagi perjamnya menjadi :
a. 100 ml/kg/24 jam = 4 ml/kg/jam pada 10 kg pertama berat badan
b. 50 ml/kg/24 jam = 2 ml/kg/jam pada 10 kg kedua berat badan
c. 20 ml/kg/24 jam = 1 ml/kg/jam pada sisa berat badan selanjutnya
122
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief AS, dkk. 2002. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada
pembedahan. Ed.Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI.
2. Bongard F.S., Sue D.Y., Vintch J.R., 2008. Current Diagnosis and Treatment Critical Care
Third Edition. McGraw Hill.
3. Sue, D.Y., 2005. Current Essentials of Critical Care. McGraw Hill.
4. Powel, jeremy. 2011. British Consensus Guidelines on Intravenous Fluid Therapy for Adult
Surgical Patients. BAPEN
123
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
SYOK
Ditinjau kembali oleh : dr. Nizar D. Rahmatullah
dr. Muthi’ah Ramdhani
Agus
TBM Averroes
DEFINISI
Syok atau renjatan dapat diartikan sebagai keadaan terdapatnya
pengurangan yang sangat besar dan tersebar luas pada kemampuan
pengangkutan oksigen serta unsur-unsur gizi lainnya secara efektif ke berbagai
jaringan sehingga timbul cidera seluler yang mula-mula reversible dan kemudian
bila keadaan syok berlangsung lama menjadi irreversible.1 Selain itu syok
merupakan suatu kelainan progresif yang menyebabkan kematian bila masalah-
masalh yang mendasarinya tidak dikoreksi. Yang menjadi masalah yang
mendasari bisa seperti kehilangan banyak darah/exsanguinations, trauma atau
luka bakar yang luas, infark miokard, emboli paru, dan sepsis. Tanpa
memandang sebabnya, syok ditandai oleh hipoperfusi sistemik jaringan; yang
bisa disebabkan oleh curah jantung yang berkurang atau oleh berkurangnya
volume darah efektif yang beredar. Akibatnya adalah menjadi gangguan perfusi
jaringan dan hipoksia.3
Syok adalah salah satu keadaan darurat medik yang perlu mendapat
pertolongan medis segera. Namun pertolongan prehospital yang benar dapat
membantu meningkatkan kualitas hidup korban karena dapat mencegah
perburukan kondisi.4
Patogenesis Syok3
Beberapa karakteristik pathogenesis syok sama tanpa
memperhatikan penyebab yang mendasari. Jalur akhir dari syok adalah
kematian sel. Begitu sejumlah besar sel dari organ vital telah mencapai
stadium ini, syok menjadi irreversible, dan kematian terjadi meskipun telah
dilakukan koreksi terhadap penyebab/masalah yang mendasarinya.
Mekanisme pathogenesis yang menyebabkan kematian sel tidak sepenuhnya
dipahami.
Syok umumnya cenderung berkembang melalui tiga tahap umum,
kecuali bila kelainan yang ada sangat masif dan mematikan dengan cepat
(misalnya, hilangnya darah/exsanguinations dari suatu aneurisme aorta yang
ruptur). Tahap tahap ini telah diketahi dengan lebih jelas pada syok
hipovolemik namun juga dapat dipakai secara umum pada syok bentuk lain :
124
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Tahap progresif,
Ditandai dengan hipoperfusi jaringan dan mulainya sirkulasi yang
memburuk dan gangguan metabolisme, termasuk asidosis. Tahap ini
terjadi karna penyebab yang mendasari timbulnya syok tidak
dikoreksi. Sejalan dengan hipoksia jaringan yang meluas, organ-
organ vital terpengaruh dan mulai mengalami kegagalan organ.
c. Tahap irreversible,
Jejas sel dan jaringan sangat berat sehingga walaupun defek
hemodinamik diperbaiki , tidak memungkinkan pasien selamat. Jejas
sel yang meluas tergambarkan dari kebocoran enzim lisosomal, yang
memperburuk keadaan syok. Fungsi kontraktil otot jantung
memburuk, antara lain oleh karena meningkatnya pembentukan nitrat
oksida. Pada tahap ini di mana kegagalan organ yang terjadi
walaupun diberikan pengobatan yang terbaik, biasanya proses akan
terus berlanjut hingga berakhir pada kematian.
2. KLASIFIKASI SYOK
Berdasarkan penyebabnya
a. S
y
125
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Syok Kardiogenik1
Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik.
Tekanan arteri sistolik < 80 mmHg, indeks jantung berkurang di
bawah 1,8 L/menit/m2, dan tekanan pengisian ventrikel kiri
meningkat. Pasien sering tampak tidak berdaya, pengeluaran urin
kurang dari 20 ml/jam, ekstremitas dingin dan sianotik.
Penyebab paling sering adalah infark miokard ventrikel kiri,
miokarditis akut dan depresi kontraktilitas miokard.
d. Syok Distributif1
Bentuk syok septik, syok neurogenik, syok anafilaktik yang
menyebabkan penurunan tajam pada resistensi vaskuler perifer.
Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
a. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai
diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang
masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh
makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada limfosit T,
dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang menginduksi limfosit B
berproliferasi menjadi sel plasma (plasmosit). Sel plasma memproduksi
Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk antigen tersebut. Ig E ini kemudian terikat
pada receptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
b. Fase Aktivasi, yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang
sama. Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang
menimbulkan reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang
sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan
memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain
histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang
disebut dengan istilah preformed mediators. Ikatan antigen-antibodi merangsang
126
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
degradasi asam arakidonat dari membran sel yang akan menghasilkan leukotrien
(LT) dan prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang
disebut newly formed mediators.
c. Fase Efektor adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ
organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan
permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi mukus dan
vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan bradikinin
menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek
bronkospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi
trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin
yang dihasilkan menyebabkan bronchokonstriksi, demikian juga dengan leukotrien.
127
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
128
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3. DERAJAT SYOK
Berat dan ringannya syok:1
Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan prgan non-
vital seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini
relative dapat hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa
adanya perubahan jaringan yang menetap (irreversible).
Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau anya
sedikit menurun, asidosis metabolic tidak ada atau ringan.
Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun
(hati, usus, ginjal, dan lainnya). Organ- organ ini tidak dapat
mentoleransi
129
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme
kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua
organ vital. Pada syok lanjut terjadi vasokonstriksi di semua
pembuluh darah lain. Terjadi oligouria dan asidosis berat,
ganguan kesadaran dan tanda- tanda hipoksia jantung.
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis syok secara umum4
a. Nadi cepat namun lemah/dangkal, ketika sudah parah, nadi menjadi
sangat lambat dan lemah
b. Kulit pucat, dingin, dan lembab
c. Wajah pucat atau terlihat sianosis/kebiruan pada bibir, lidah, dan
cuping telinga
d. Merasa haus, dingin, mual, dan ingin muntah
e. Merasa lemah dan lesu
f. Kehilangan kesadaran, kebingungan, atau merasa pusing
g. Mata terlihat sayu dan pupil melebar
h. WPK (Waktu Pengisian Kapiler) >2 detik
130
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
c. Syok Neurogenik1
Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bradikardi, sesudah
pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Pengumpulan
darah di dalam arteriol, kapiler, dan vena, maka kulit terasa agak hangat
dan cepat berwarna kemerahan.
d. Syok Kardiogenik1
Pasien tidak sadar atau hilangnya kesadaran secara tiba- tiba.
Sianosis akibat dari aliran perifer berhenti
Akral dingin
131
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
132
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
e. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau
nadi, tekanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan
Central Venous Pressure (CVP) untuk tim medis ahli
Kontrol perdarahan dan rawat cedera lain bila ada4
Tinggikan tungkai korban 15-30 cm agar lebih tinggi dari kepala
(jika tidak dicurigai adanya cedera spinal) agar aliran darah dari
tungkai dapat mengalir ke organ vital (jantung dan otak) dengan
lancar4
Pastikan bahwa kepala korban lebih rendah dari jantung, otak
adalah salah satu organ paling vital yang cepat mengalami
kematian sel bila tidak tersuplai oksigen4
Longgarkan pakaian korban yang terlalu ketat untuk
memperlancar sirkulasi4
Pertahankan suhu tubuh korban dan cegah kehilangan panas
dengan menyelimuti dan memberi tutup kepala4
Pertahankan kadar oksigenasi korban dengan memberikan
oksigen jika memungkinkan4
Pantau dan reassessment kondisi korban4
133
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
134
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
135
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
136
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel.
f. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur
intravena untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan
ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi
syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan
darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat.
Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap
merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan
kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau
kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan
kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali dari perkiraan
kekurangan volume plasma.
g. Dalam keadaan gawat, pada penderita syok anafilaktik jangan
dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam
perjalanan. Bila terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita
di tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai
dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi penderita harus
dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam
posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
h. Kalau syok sudah teratasi, lakukan evaluasi selama kurang lebih
4 jam. Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi
adrenalin lebih dari 2–3 kali suntikan, harus dirawat di rumah
sakit semalam untuk evaluasi.
137
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
138
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Pemberian Cairan
Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak
sadar, mual-mual, muntah, atau kejang karena bahaya
terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
Jangan memberi minum kepada penderita yang akan
dioperasi atau dibius dan yang mendapat trauma pada
perut serta kepala (otak).
Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar
betul dan tidak ada indikasi kontra. Pemberian minum
harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau muntah.
Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid
merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi
cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler,
volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau
pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan
onkotik intravaskuler.
139
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
140
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
141
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
142
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
143
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
144
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
145
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
146
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
TRAUMA LINGKUNGAN
1. MOUNTAIN SICKNESS
Acute Mountain Sickness (AMS) merupakan penyakit yang dapat mengenai seseorang
pada 6-12 jam setelah mencapai daerah dataran tinggi atau ketinggian, umumnya
diatas 2.400m dpl.1,14.
1.1. Penyebab
Kejadian dari AMS ini bergantung pada ketinggian, faktor risiko yang dimiliki
oleh orang tersebut, dan kecepatan pendakian.2
1.2. Gejala
Tanda dan gejala yang tergolong ringan ini umumnya cenderung memburuk
pada malam hari ketika laju pernafasan berkurang, yakni meliputi:
a. Sakit kepala
b. Pusing atau kepala terasa ringan
c. Lemah
d. Nadi cepat
e. Sesak nafas
f. Kehilangan nafsu makan
g. Mual atau muntah
h. Gangguan tidur
i. Malaise
Tanda dan gejala yang termasuk gejala sedang atau berat, antara lain:
a. Adanya suara gelembung pada dada
b. Batuk dengan keluarnya cairan berbusa
c. Pasien canggung dan mengalami kesulitan saat berjalan
d. Adanya gangguan kesadaran hingga hilangnya kesadaran
e. Sianosis
f. Sesak nafas pada saat beristirahat1,2,3,4
147
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. HIPOTERMIA13,15
Merupakan kedaan saat suhu tubuh berada di bawah normal sementara tubuh
tidak mampu lagi mengkompensasi keadaan tersebut (tidak bisa menghangatkan
tubuh). Suhu tubuh normal yakni 37 oC +/-5oC. Seseorang mengalami hipotermia
apabila suhu tubuh < 35oC.
2.1. Penyebab13
Berada pada udara atau air yang dingin dalam waktu yang cukup lama.
Hipotermia juga bergantung kepada usia, massa tubuh, lemak tubuh, keadaan
kesehatan dan durasi terpapar paparan dari tiap-tiap individu.
Mekanisme :
Tubuh terpapar udara atau lingkungan dingin tubuh kehilangan panas dari kulit
kehilangan panas dipercepat bila hembusan angin juga cukup kuat termoregulasi
bekerja vasokonstriksi, produksi panas dari otot dsb organ lain menurunkan
fungsinya supaya panas tetap terjaga dan darah tetap terpasok ke otak sebagai pusat
pengatur temperature suhu bila suhu terus menurun maka fungsi otak akan semakin
menurun juga kemudian diikuti dengan penurunan pernafasan dan denyut jantung.
2.2. Gejala13,15
Gejala umum yang sering ditimbulkan ialah :
a. Gemetaran atau mengggigil
b. Nafas pelan dan dangkal
c. Denyut nadi lambat dan lemah
d. Ceroboh, kehilangan keseimbangan
e. Mati rasa pada akral (ujung tangan dan kaki)
f. Bicaranya kacau dan meracau
g. Kebingungan
h. Kehilangan/ gangguan ingatan jangka pendek
i. Pusing, lelah dan lemah
j. Kulit pucat dan dingin
berhalusinasi,
hipoventilasi, pupil
berdilatasi,
hyporeflexia,denyut
jantung menurun.
<280 C Hipotermia berat kekakuan, kehilangan
kesadaran, nafas
berhenti, denyut jantung
berhenti (ventricular
aritmia), refleks kornea
hilang, edema pulmonal.
hipotensi.
149
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
150
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
151
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5. Taruh ice packs pada bagian-bagian lipatan tubuh seperti ketiak. Bila
kesadaran baik, dapat diberikan air dingin.
6. Segera rehidrasi korban dengan memberikan larutan saline per oral jika
memungkinkan. Cairan fisiologis atau glukosa isotonic dapat diberikan
secara intravena.
7. Istirahatkan dari kegiatan sementara waktu
5. LUKA BAKAR
Combustio adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak
dengan sumber panas, sehingga dapat menyebabkan kematian
Patofisiologi luka bakar adalah sebagai berikut12 :
a. Adanya kontak dengan sumber panas terjadi kerusakan pembuluh kapiler
permeabilitas meningkat edema bulla (membawa elektrolit)
volume cairan intravaskuler menurun
b. Sel darah rusak anemia
c. Fase luka bakar. Dapat dibagi menjadi tiga, yaitu fase akut, fase sub akut,
dan fase lanjut.
c. Bagian tubuh yang terpapar (luka bakar pada wajah dapat menggagu jalan
napas)
d. Usia dan status kesehatan korban ketika terpapar (anak-anak <5th dan orang
tua >65th dengan riwayat penyakit kronis seperti DM, malnutrisi, sakit/gagal
jantung dan/atau sakit/gagal ginjal)
5.1. Penyebab
a. Paparan suhu tinggi (api, air panas)
b. Listrik
c. Petir
d. Zat kimia (asam atau basa kuat)
e. Radiasi
5.2. Klasifikasi
a. Pembagian zona kerusakan 10
1. Zona koagulasi/ nekrosis
Daerah yang mengalami kontak dengan sumber panas paling parah.
Pada zona ini terjadi kerusakan jaringan yang bersifat ireversibel
akibat koagulasi protein pada jaringan tersebut.
2. Zona statis
Terjadi kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit dan leukosit
gangguan perfusi (no flow phenomena). Zona ini harus segera
diresusitasi untuk mencegah kerusakan ireversible.
3. Zona Hiperemis
Zona terluar yang mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak
melibatkan reaksi seluler.
153
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
154
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
155
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5.3. Gejala
Gejala yang timbul dapat disesuaikan dengan keadaan atau klasifikasi berdasarkan
derajat luka bakar.Dapat dibaca pada poin sebelumnya.
1. Fase Akut
a. Cedera inhalasi (gangguan saluran pernapasan)
• Obstruksi saluran napas bagian atas :
Edema mukosa percampuran epitel mukosa yang
mengalami nekrosis dengan sekret kental terjadi
peningkatan fibrin
• Obstruksi saluran napas bagian bawah :
Fibrin yang menumpuk pada mukosa alveoli membentuk
membran hialin terjadi gangguan difusi dan perfusi O2
ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom)
b. Gangguan mekanisme bernapas
Adanya jaringan parut (eskar) yang melingkar di permukaan rongga
toraks gangguan ekspansi rongga thoraks pada saat inspirasi
c. Gangguan sirkulasi
Ekspansi cairan intravaskuler, plasma (protein), dan elektrolit ke ruang
intersisial cairan di jaringan intersisial meningkat gangguan
keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik gangguan perfusi
metabolisme seluler syok hipovolemik
2. Fase Sub Akut
a. Systemic imflammatory response syndrome (SIRS)
b. Multy-system organ disfunction syndrome (MODS)
c. Sepsis
3. Fase Lanjut
Berlangsung sejak penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.
Masalah/penyulit :
a. Parut hipertrofik
b. Kontraktur
c. Deformitas lainnya
5.4. Tatalaksana
Penatalaksanaan luka bakar harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Anamnesis Mode of Injury (MoI)
b. Prosedur ABCDE
c. Resusitasi cairan (formula Baxter)
156
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Derajat II
a. Bila bulla kecil akan sembuh spontan
b. Bila mengganggu, lakukan aspirasi tanpa melakukan pembuangan lapisan
Epidermisnya
c. Bila bulla besar, lakukan insisi dan aspirasi kemudian tutup dengan tulle dan
kasa absorben atau hidrofilik
d. Immobilisasi bagian tubuh yang terkena dalam tenggang waktu tertentu
e. Sembuh + 3 minggu dapat meninggalkan parut.
157
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Derajat III
Stabilisasi luka bakar untuk derajat yang cukup berat :
a. Airway nilai dan lapangkan jalan napas sambil menunggu bantuan
b. Breathing menjaga pernapasan dan ventilasi
c. Circulation kontrol perdarahan
Untuk luka bakar derajat III harus dirujuk ke burn center untuk mendapat
penanganan lebih lanjut seperti skin graft.
Escharotomies :prosedur bedah yang biasa digunakan pada kasus luka bakar derajat III (full
thickness) dengan tujuan mencegah terjadinya compartment syndrome akibat komplikasi full
thickness burn.
SPECIAL CASES
1. Luka bakar akibat zat kimia : Gunakan air mengalir saja, segera rujuk.
158
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Electrical injury atau luka akibat arus listrik adalah kerusakan jaringan
tubuh yang disebabkan oleh arus listrik yang melintasi tubuh. Dapat berupa
kulit yang terbakar, kerusakan organ internal dan jaringan. Mempengaruhi
jantung berupa aritma dan berhentinya pernapasan.10 Luka akibat sengatan
listrik biasanya menyebabkan luka laserasi minor dan luka bakar. Menurut
beberapa laporan kasus sengatan listrik juga dapat menyebabkan perforasi
mata, pneumotoraks, kelaianan retina. Evaluasi klinis harus dilakukan apabila
ada tada-tanda agitasi.11
6.2. Gejala
a. Electrical mark12
Merupakan kelainan yang dapat dijumpai pada tempat di mana arus listrik
masuk kedalam tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai sedang.
Electrical mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang datar dan
rendah di tengah, yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian
tengah tersebut biasanya pucat dan kulit di luar electric mark akan
menunjukkan pelebaran pembuluh darah. Bentuk serta ukuran electric mark
tergantung bentuk dan ukuran benda berarus listrik yang mengenai tubuh.
b. Joule Burn12
Joule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak antara
tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan
demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electrical mark dapat
menjadi hitam hangus terbakar.
c. Extragenous Burn10
Luka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn dapat terjadi bila tubuh
mausia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang
memang sudah mengandung panas. Tubuh korban akan hangus terbakar
dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai dengan
patahnya tulang-tulang.
6.3. Tatalaksana Awal
a. Jika memugkinkan untuk melepas kawat atau memindahkan sumbu sekring
tersebut, memadamkan atau mematikan stop kontak terkadang hanya akan
memadamkan alat listrik tanpa memutuskan aliran listrik tersebut.
b. Segera memanggil bantuan seperti ambulans
c. Jika tidak dapt dipadamkan, segera gunakan objek yang tidak
menghantarkan listrik seperti sapu, kursi, permadani untuk mendorong korban
menjauhi sumber listrik. Jangan mencoba menolong korban dengan
menyentuh langsung atau terlalu dekat dengan korban.
d. Setelah korban terlepas dari sumber arus listrik segera periksa jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi. Jika sangat lemah, bermasalah atau berhenti segera
perbaiki dan lakukan RJP.
159
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
e. Jika terdapat luka bakar, segera lepaskan pakaian yang dapat dilepas dari
permukaan luka tersebut dan diinginkan pada air mengalir sehingga nyeri
berkurang, lakukan pertolongan pertama pada luka bakar. Jangan paksa lepas
benda di pusat luka bakar.
f.Bila korban tidak sadar, pucat dan menunjukkan tanda-tanda shock, posisikan
korban dengan posisi kepala sedikit rendah dari badan dan kaki diangkat
g. Electrical shock sering disertai trauma lain seperti, jatuh atau terlempar
yang menyebabkan cedera internal maupun eksternal. Hindari menggerakkan
korban dengan gerakan yang tidak perlu seperti memeluk atau menggerakkan
kepala korban, karna bisa saja korban kemungkinan mengalami cedera
cervical.
160
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
161
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
7. SINDROMA DEKOMPRESI
7.1. Pengertian Sindroma Dekompresi20
Sindroma dekompresi/Decompresion sickness (DCS) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh adanya gelembung pada darah atau jaringan
saat atau setelah mengalami penurunan tekanan lingkungan (decompression).
Emboli pada arteri dapat terjadi karena gelembung udara yang mengembang
dan menyebabkan kapiler alveolar ruptur sehingga gas alveolus dapat
memasuki sirkulasi arteri. Sindrom ini dapat terjadi setelah naik dari
kedalaman 1-1,5 m apabila volume paru saat memulai penyelaman mendekati
kapasitas paru total.
7.2. Klasifikasi Sindroma Dekompresi21
Klasifikasi Golding untuk sindroma dekompresi dibagi menjadi dua
tipe, yakni sindroma dekompresi tipe 1 (simple bends) dan tipe 2 (serious).
Sindroma dekompresi tipe 1 (simple bends) didefinisikan sebagai
nyeri, biasanya di sekitar sendi, dengan onset rata-rata 3 jam (0-12 jam)setelah
mencapai tekanan atmosfer. Seseorang dengan Sindroma dekompresi tipe 1
(simple bends) dapat kembali bekerja keesokan harinya, kecuali kondisinya
mengharuskan untuk dirawat lebih lama.
Sindroma dekompresi tipe 2 (serious) didefinisikan sebagai gejala
selain nyeri atau tanda fisik yang meliputi vertigo, shock, abnormalitas visual,
paralisis, seizure bahkan tidak sadar. Manifestasinya dapat berasal dari paru-
paru, neurologi atau kardiovaskuler. Onset dari sindroma dekompresi tipe 2
(serious) cepat, sekitar 50 menit setelah berada di tekanan atmosfer. Gejala-
gejala tersebut bertahan dari dimulainya dekompresi hingga 6 jam setelah
dekompresi.
7.3. Tanda dan Gejala Sindroma Dekompresi22
Gejala yang dapat muncul pada pasien diantaranya:
• Gejala umum seperti merasa sangat lelah, lemah, berkeringat, malaise
atau anoreksia
• Nyeri sendi, nyeri punggung, atau gejala muskoloskeletal lain
• Bingung, tidak sadarkan diri.
• Kemerahan pada kulit
• Dyspnea, hemoptysis, batuk non-produktif
• Nyeri dada seperti terbakar
• Nyeri perut, mual, muntah.
• Retensi urin
• Parastesia, paresis, paralysis, migren, vertigo, atau ataxia
• Edema
Tanda yang dapat ditemukan pada pasien diantaranya:
• lemah, syok.
• disorientasi
162
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
163
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
164
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
17. Helman, RS. Heat Stroke Treatment & Mnagement. (internet). diupdate 18 Mei
2017. Diakses pada 26 Desember 2017.
18. Lumbuun RFM, Wardhana A. Peranan Eksisi Dini dan Skin Graft pada Luka Bakar
Dalam. CDK-251. [online]. 2017. [cited in 2017 Dec 26] 44(4). Available From
<kalbemed.com>
19. Waldmann V. Electrical Injury. BMJ. [online]. 2017. [cited in 2017 Dec 26]
357;j1418. available from <www.bmj.com>
20. Vann RD, Butler FK, Mitchell SJ, Moon RE. Decompression Illness. The Lancet
[serial online]. 2011 [cited in 2017 Dec 26];377. available from
<www.ncbi.nlm.nih.gov>
21. Vann RD, Denoble PJ, Howle LE, Weber PW, Freiberger JJ, Pieper CF. Resolution
and Severity in Decompression Illness. Aviation, Space, and Envirotmental
Medicine [serial online]. 2009. [cited in 2017 Dec 26]; 80(5):466-471. available
from <www.uhms.org>
22. Pulley, SA. Decompression Sickness Clinical Presentation [serial on the internet].
2016. [cited in 2017 Dec 26]. available from <emedicine.medscape.com>
165
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
ENVENOMASI
Telah di Tinjau oleh : dr. Sevri Yunata
TBM Averoes
1. DEFINISI
a. Definisi
4. Menghirup udara yang tercemar virus rabies (inhalasi), seperti goa kelelawar
166
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Masa inkubasi dari virus rabies ini selama 1 minggu atau lebih,
pada umumnya 1 bulan.
c. Tanda-tanda penyakit rabies pada hewan :
1. Bertingkah laku aneh, kadang-kadang muram, sedih, gelisah, atau mudah marah
2. Mulutnya berbusa, tidak dapat makan atau minum
3. Kadang-kadang binatang jadi liar (gila) dan dapat menggigit setiap
manusia/binatang lain disekitarnya (agresif)
4. 2-4 hari setelah gejala pertama terjadi kelumpuhan, dan mati dalam waktu 5-7
hari
167
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
d. Penatalaksanaan
1. Di lapangan
Luka gigitan harus segera dicuci dengan sabun atau detergen dengan
air mengalir selama 5-10 menit
Debridement luka
Berikan desinfektan seperti alcohol 40-70%, tinktura yodii, atau
larutan ephiran 0,1%
2. Di Rumah Sakit
• Vaksinasi
Pada luka gigitan yang ringan pemberian vaksin saja sudah cukup
tetapi pada semua kasus gigitan yang parah dan semua gigitan binatang
liar yang biasanya menjadi vektor rabies, kombinasi vaksin dan serum
anti rabies (SAR) adalah yang paling ideal dan memberikan proteksi
yang jauh lebih baik dibandingkan dengan vaksin saja.
VAR (Vaksin Anti Rabies)
Vaksinasi pre-exposure
Untuk menghindari infeksi virus rabies, disamping pemberian
VAR setelah mendapatkan gigitan hewan tersangka rabies.
Vaksinasi post-exposure
Neutralizing antibody terhadap virus rabies dapat segera terbentuk
dalam serum setelah masuknya virus ke dalam tubuh dan sebaiknya
terdapat dalam titer yang cukup tinggi selama setahun sehubungan
dengan panjangnya masa inkubasi penyakit. Ada dua tipe vaksin anti
rabies (VAR) yaitu : Nerve Tissue Vaksin (NTV) yang berasal dari
otak hewan dewasa, Non Nerve Tissue Vaccine yang berasal dari
telur itik bertunas (Duck embryo Vaccine = DEV) dan vaksin yang
168
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3. P
e
r
a
w
a
t
169
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Perawatan Rabies
a. Infiltrasi serum anti rabies dengan dosis 40 IV/kg BB yaitu 5 ml di sekitar luka
b. ½ dosis suntikan antibodi pada luka dan ½ dosis lagi disuntikkan pada otot,
biasanya pada paha
c. Jenis Vaksin Rabies :
170
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Vaksin SMBV, dosisnya 2cc, Sc 7x sebagai dasar dan 2 x 0,25 ml sebagai booster.
Vaksin HDCV atau RVA dengan dosis pertama 1cc IM dan selanjutnya hari
ke 3,7,14, dan 28, pada orang dewasa diberikan pada otot deltoid dan pada
anak-anak pada paha anterolateral.
iv. Anti Tetanus Serum
Gigitan Ular
i. a. Klasifikasi ular
171
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3. Dua luka gigitan utama akibat gigi
taring yang berbisa
3. Luka halus di sepanjang lengkungan bekas
4. Ada lekukan (lubang) di antara mata
gigitan (bentuk U)
dan lubang hidungnya
5. Mata sipit (bentuk elips)
6. Mengeluarkan bunyi gemeretak
dengan menggetarkan cincin pada
ujung ekornya
7. Memiliki lapisan bewarna keputihan
di dalam mulutnya
8. Memiliki cincin merah, kuning, dan
hitam sepanjang tubuhnya
172
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
173
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. Cobra
174
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Penyebaran : Jawa
Ukuran dewasa : 130 - 185 cm
Habitat : Hutan tropis, sawah, sungai, padang
rumput terbuka. Jenis bisa : Postsynaptic
neurotoxin
Efek klinis : Terkena bisa 80% (20% dry bite) berpotensi
mematikan. Tingkat kematian sekitar 40% - 60%.
3. Weling
175
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
4. Welang
176
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
6. Vipera Russelii
177
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
178
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
179
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
10. Insularis
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi menjadi beberapa kategori:
1. Efek lokal
Rasa sakit dan pelunakan di daerah gigitan luka dapat membengkak
hebat dan dapat berdarah serta melepuh
2. Perdarahan
Korban dapat berdarah dari luka gigtan atau berdarah spontan dari luka
yang lama. Perdarahan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan syok
atau bahkan kematian
3. Efek sistem syaraf
2. Derajat 1
Didapatkan bekas taring
Nyeri dan eritema sampai 12 jam pertama
Oedema 1-5 cm sekitar gigitan
3. Derajat 2
Tampak bekas taring
Nyeri berat
Edema dan eritema 6-12 jam pertama dan meluas ± gejala
sistemik mual, neurotosik, dan syok
4. Derajat 3
Derajat 2 + gejala sistemik hipotensi, petekiae, ekimosis, dan syok
5. Derajat 4
Derajat 3 dengan multiple organ failure seperti gagal ginjal,
koma, sputum berdarah, edema distal dari gigitan.
181
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
IV + + +++ >ekstremitas ++
GG(gagal ginjal),
Koma,perdarahan
e. Penatalaksanaan
1. Di lapangan
Cek ABC
Tenangkan korban yang cemasRendahkan dari jantung
Inspeksi area gigitan : cari tanda gigitan taring (fang marks), edema,
eritema, nyeri lokal, perdarahan, memar, dan nekrosis jaringan
(terutama akibat ggitan ular dari familia vipiridae)
Buka semua perhiasan atau aksesoris yang dapat menimbulkan
terjadinya hambatan pada aliran pembuluh darah
Lakukan PBI (pressure bandage immobilitation)
i. Tujuan: mencegah pergerakan dan kontraksi otot yang dapat
meningkatkan penyebaran bisa ke dalam aliran darah dan
getah bening.
ii. Teknik :
182
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
183
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
f. Algoritma
184
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Gigitan Serangga
Korban oleh gigitan serangga biasanya ringan dan tak banyak bahayanya.
Dasar timbul reaksi dari penderita adalah suatu reaksi alergi. Reaksi ini
bermacam-macam dan sangat tergantung kepada individu. Bukan saja
bisanya tetapi komponen serangga itu sendiri bersifat alergen. Kematian
disebabkan reaksi anafilaktis dan timbulnya akibat sengatan.
a. Gejala Klinik
c. Sengatan Tawon
185
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Pada orang yang tak sensitif hanya mengeluh sakit setempat, bengkak, kemerahan.
Pertolongan pertama:
1. Kompres es
2. Berikan krem yang mengandung soda disekitar sengatan
Gejala Klinik
Berupa gatal-gatal dan kemerahan yang berat berupa syok sebagai reaksi histamin
Penatalaksanaan
186
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Algoritma
Korban ditemukan
Periksa ABC
Terlihat :
RKP
Dari bentuk urtikaria sampai reaksi
alergi kronik yang muncul hebat
dengan reaksi anafilaksis dan
didahului oleh reaksi setempat Sadar/stabil
berupa kemerahan, bengkak, rasa
terbakar, nyeri, enek, muntah,
trimus, laringospasme, konvulsi, dan
kesadaran menurun
Penatalaksanaan:
Gigitan Kalajengking
a. Gejala klinis
187
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Penatalaksanaan
1. Pemasangan tormiquet diproksimal sengatan
2. Eksisi tempat sengatan
3. Kompres es
4. Injeksi emetin HCl 1 gram dalam 1 ml larutan NaCl 0,9% didekat
sengatan sebagai antagonis terhadap racun kalajengking sebagai anti bisa
c. Algoritma
Ketemu korban
Periksa ABC
Tenangkan korban
RKP
Pasang torniquet
Sadar/stabil
Kompres es
- Prednison 3x1
- Antihistamin-‐‐-‐‐-‐‐interhistin
- As. Mefenamat
- Topical: hidrokortisol cream
188
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Gigitan Laba-Laba
a. Gejala klinis
189
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
c. Algoritma
Ketemu korban
Periksa ABC
Kompres es
- Antihistamin ( interhistin/CTM )
- Kortikosteroid ( prednison )
190
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Gejala:
1. Resusitasi
2. Torniquet
3. Lokal: air panas, alkohol
4. Obat-obatan: narkotik, anestesi lokal, kortison cream
Prognosa
Ketemu korban
Periksa ABC
Pasang torniquet
Sadar/stabil
191
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Gurita
Tatalaksana
1. Luka gigitan dicuci
2. Jalan nafas dipertahankan kalau perlu di resusitasi
3. Simptomatis
Ketemu korban
Periksa ABC
Sadar/stabil Tidak sadar/tidak stabil
RKP
Terlihat : gejal sistemik, paralise
otot, hipotensi, mual, muntah,
gejala keracunan Sadar/stabil
Luka dicuci
immobilisasi
Larikan ke RS
192
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Ikan pari berbahaya karena sabetan ekornya yang bergerigi 2 baris pada
sisi dorsal, racun dihasilkan oleh sel sekretoris integumen yang menutup
alur ventrolateral yang biasanya rusak pada waktu duri menancap pada
korban. Ikan singa yang terdiri dari beberapa jenis mengeluarkan racun
dari 12-13 sirip dorsal, 3 sirip anal, dan sepasang sirip panggul.
Gejala dan tanda
1. Lokal
Luka dicuci dengan air garam dan kulit yang teracun dibersihkan
Luka direndam dengan air panas hangat kuku karena toksin rusak
dengan suhu tinggi
Dapat ditambahkan dengan asam encer, amonia, atau MgSO4
2. Sistemik
ATS/ toksoid
Diazepam
Atropin
Antibiotik
193
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Ketemu korban
Periksa ABC
Sadar/stabil Tidak sadar/tidak stabil
teracuni dibersihkan
Sadar/stabil
Luka direndam dalam air panas
dengan suhu tertinggi yang
d. Bulu Babi
Bulu babi berbahaya karena duri primer dan sekunder yang panjang dan
mudah patah jika disentuh kaki dan terinjak. Duri sekunder berakhir pada
kelenjar racun yang memuntahkan produknya lewat lubang pada ujung
duri. Bulu babi juga punya organ penjepit (pedicelariae) di antara duri.
Tertusuk pedicelariae agak lebih berat sampai menyebabkan nyeri,
bengkak, mual dan sinkop.
Tatalaksana
194
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Ketemu korban
Periksa ABC
RKP
Ujung duri yang tertinggal
harus dikeluarkan secepat
mungkin Sadar/stabil
berturut-‐‐turut
195
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
196
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
INTOKSIKASI
Telah di tinjau kembali oleh : dr. Sevri Yunata
TBM Averoes
1. PENDAHULUAN
Intoksikasi adalah masuknya zat toksik (racun) ke dalam tubuh baik melalui
saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara lainnya yang menimbulkan tanda dan
gejala klinis. Pada keadaan keracunan makanan, gejala timbul karena racun ikut
tertelan bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan, gejala timbul
tak lama setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan dapat segera timbul tidak
melebihi 24 jam setelah tertelannya racun. Seseorang yang terkena gejala keracunan
harus segera ditangani karena reaksi keracunan dapat terjadi saat itu juga, beberapa
waktu kemudian, atau terasa saat sudah lama. Penanganan yang kurang tepat hlo
memperparah keadaan penderita.
2. GEJALA UMUM
a. Mengantuk hingga koma (narkotika)
b. Nyeri perut, mual, muntah, dan diare
c. Produksi liur berlebih, atau tampak mulut seperti berbusa
d. Pupil mata abnormal (miosis ataupun midriasis berlebih)
e. Rasa terbakar di sekitar bibir dan mulut (racun korosif, hlord bahan pemutih)
f. Kejang otot (strychnine)
g. Bingung dan mengalami penurunan kesadaran
h. Keringat berlebih
i. Nafas abnormal (cepat dan dangkal atau terlalu lambat)
j. Hipotermia
k. Kulit menjadi merah muda/cherry red
l. Kulit melepuh
m. Kulit kebiruan/sianosis
n. Napas berbau
o. Detak jantung abnormal (takikardia atau bradikardia)
p. Kelemahan otot
3. PRINSIP PENATALAKSANAAN
a. Safety first, pastikan bahwa penolong tidak terkena racun
b. Selalu lakukan primary assessment dan diikuti secondary assessment
c. Dekontaminasi racun dari tubuh korban
d. Lakukan manajemen spesifik sesuai dengan jenis racun
e. Pastikan sudah memanggil ambulans atau bantuan medis professional
197
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
4. JENIS INTOKSIKASI
Ingested poison
Keracunan melalui saluran cerna ini banyak disebabkan karena bahan-
bahan dalam rumah tangga seperti obat-obatan terutama obat tidur atau penenang
(luminal, valium, mogadon) dengan dosis yang tinggi atau jumlah banyak;
makanan yang mengandung racun misalnya jengkol, singkong, tempe bongkrek,
jamur, makanan kaleng kadaluarsa; obat nyamuk, minyak tanah, bensin,
pretoleum; makanan atau minuman yang mengandung hlorda. Penilaian korban:
penolong harus mengumpulkan informasi dengan cepat terkait jumlah dan jenis
racun yang tertelan.
Jangan !:
• Merangsang muntah jika korban tertelan bensin atau bahan lain yang bersifat
korosif (misalnya karena bahan pemutih, pembersih toilet, asam kuat, atau basa
kuat). Hal ini juga dapat diamati apabila mulut atau tenggorokan mengalami luka
bakar atau iritasi setalah menelan racun. Tidak boleh merangsang muntah karena
hal ini dapat melukai permukaan dalam organ pencernaan. Beri korban minum yang
banyak dan segera bawa ke rumah sakit karena harus segera ditangani dengan bilas
lambung.
• Melakukan breathing rescue secara langsung dari mulut ke mulut karena masih ada
kemungkinan kontak dengan racun yang tersisa di mulut korban. Gunakan
pocket face mask dengan katup satu arah, bag valve mask dengan supplemental oxygen,
atau ventilasi tekanan positif untuk menolong korban.
Penanganan korban keracunan yang tertelan akan dibahas kemudian
Inhaled Poisons
Racun yang terhirup dapat berbentuk gas, uap air, dan spray. Substansi yang
menjadi penyebab antara lain karbon monoksida, hlorda, klorin, spray
pembunuh serangga, dan gas dari senyawa hlordan (mudah menguap). Efek
toksiknya sepenuhnya disebabkan oleh hipoksia.
• Penanganan:
Dalam penanganan korban, prinsip utamanya adalah menjaga jalan napas dan
berikan bantuan respirasi (oksigen) dengan menggunakan masker yang ketat (tight-
fitting).
• Langkah-langkah penanganan:
a. Perkenalan diri dan tenangkan keadaan
b. Primary assessment, evaluasi apakah dibutuhkan transportasi segera terkait
kondisi kritis pasien
198
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Informasi: Jika korban suspek teracuni inhaled poison, waspada pada lokasi
kejadian. Racun yang ada dapat terhirup dan menyebabkan pembengkakan serta
sumbatan jalan napas bagian atas, bronkospasme dan delayed pneumonitis
Smoke Inhalation
Masalah serius pada kasus kebakaran adalah menghirup asap. Hal ini
berhubungan dengan luka bakar dan keracunan bahan kimia pada asap. Asap hasil
pembakaran memiliki substansi berbahaya, selain itu dapat menyebabkan kulit
yang terbakar, iritasi mata, menyebabkan respiratory arrest, dan efek berbahaya
lainnya.
Absorbed Poisons
Keracunan ini dapat menyebabkan kontaminasi pada kulit dan mata. Bagian
terpenting dari penanganan racun yang terserap adalah menghilangkan racun dari
kulit atau mata. Cara terbaik untuk menghilangkan racun adalah dengan mangairi
kulit atau mata dengan air bersih yang mengalir atau larutan saline. Dalam
melakukan irigasi jangan menggunakan air bertekanan tinggi karena dapat melukai
kulit. Jangan menetralkan racun dengan menggunakan asam atau basa. Ketika asam
bertemu dengan basa memang benar akan menjadi netral, tetapi reaksi ini
menghasilkan panas sehingga dapat menambah kerusakan kulit.
• Penanganan Korban:
a. Perkenalan dan tenangkan keadaan
199
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
• Kontaminasi kulit
a. Lepaskan semua pakaian dan barang pribadi dan cuci menyeluruh seluruh
daerah yang terkontaminasi dengan air hangat yang banyak. Gunakan sabun
dan air untuk bahan berminyak.
b. Petugas kesehatan yang menolong harus melindungi dirinya terhadap
kontaminasi sekunder dengan menggunakan sarung tangan dan celemek.
c. Pakaian dan barang pribadi yang telah dilepas harus diamankan dalam kantung
plastik transparan yang dapat disegel, untuk dibersihkan lebih lanjut atau
dibuang.
d. Setelah penanganan awal, bawa pasien ke unit kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan dan penanganan lanjut.
• Kontaminasi Mata
a. Bilas mata selama 20 menit dengan air bersih yang mengalir atau larutan saline,
pastikan bahwa mata yang terkontaminasi berada di bawah.
b. Balikkan kelopak mata bagian atas dan bawah dan pastikan semua
permukaannya terbilas.
200
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
c. Pada kasus asam atau alkali irigasi mata hingga Ph mata kembali dan tetap
normal (periksa kembali Ph mata 15-20 menit setelah irigasi dihentikan).
d. Jika memungkinkan, mata harus diperiksa secara seksama dengan pengecatan
fluorescein untuk mencari tanda kerusakan kornea. Jika ada kerusakan pada
permukaan mata (konjungtiva atau kornea), korban harus diperiksa segera oleh
dokter mata.
e. Salah satu kasus kontaminasi racun yang sering terjadi adalah terciprat/terpercik
pembersih toilet saat membukanya. Karena itu kita dapat mencegahnya dengan
cara mengarahkan mulut botol menjauhi muka saat membuka suatu produk agar
jika memercik tidak mengenai mata.
f. Setelah penanganan awal, bawa pasien ke unit kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan dan penanganan lanjut.
• Penatalaksanaan
Pasien dengan botulisme dapat meninggal karena kegagalan pernafasan.
Tindakan segera yang kita lakukan adalah:
a. Menjaga jalan nafas tetap terbuka dan mengontrol vital sign
b. Muntahkan korban, hlo dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek
muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam.
201
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
(Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita
kejang.
c. Bilas Lambung
d. Pemberian susu dan air kelapa dapat dipertimbangkan
e. Segera rujuk ke RS
• Penatalaksanaan
a. Lapangan
b. Rumah Sakit
Pada kasus berat yang ditandai dengan oligouria/anuria atau komplikasi lain,
penderita harus dirawat dan ditangani sebagai kasus gagal ginjal akut. Bila
terjadi retensi urin segera dilakukan kateterisasi urin, kemudian buli-buli dibilas
dengan larutan sodium bikarbonat 1,5%. Tindakan ini perlu segera dilakukan
sebelum atau bersamaan dengan pemberian infus cairan.
Pada penderita oligouria diberikan campuran larutan glukosa 5% dengan garam
fisiologis (NaCl 0,9%) dengan perbandingan 3 : 1, tetapi pada kasus anuria
sebaiknya diberikan lautan glukosa 5-10 % dengan jumlah cairan seperti pada
penatalaksanaan penderita gagal ginjal akut. Sodium bikarbonat diberikan 2-5
mEq/kgBB tetapi sebaiknya disesuaikan dengan hasil analisis gas darah.
Diuretik dapat diberikan misalnya dengan hlordane 1-2 mg/kgBB/hari.
Dengan penanganan seperti di atas, sebagian besar kasus dapat ditangani
dengan baik. Bila cara tersebut belum berhasil atau terdapat tanda-tanda
perburukan klinis maka tindakan hlordan perlu segera dilakukan. Biasanya
dipilih hlordan peritoneal karena lebih mudah dan praktis pada anak. Indikasi
dilakukannya hlordan peritoneal adalah:
Gagal ginjal akut (Indikasi biokimiawi: Ureum darah >200 mg%, Kalium >6
mEq/L, HCO3 <10 – 15 mEq/L, Ph < 7,1)
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit atau asam basa
Intoksikasi obat atau bahan lain
Gagal ginjal kronik
Keadaan klinis lain di mana hlordan peritoneal telah terbukti manfaatnya
Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gejala
keracunan singkong ini antara lain:
a. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
b. Sesak nafas, takikardi, cyanosis dan hipotensi
c. Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.
d. Renjatan (kejang)
e. Syok.
• Penatalaksanaan
a. Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam
setelah makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat
penderita muntah.
b. Natrium hlordane 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena
204
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Keracunan Bongkrek
Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur
dengan ampas kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi
kontaminasi dengan Clostridium botulinum, suatu kuman anaerob yang
membentuk spora, dan Bacterium cocovenenans yang mengubah gliserinum
menjadi racun toksoflavin.
• Gejala Klinis
Gejala timbul setelah 12-48 jam. Biasanya sekaligus beberapa anggota suatu
keluarga terkena. Kematian hlo timbul dari 1 -8 hari. Gejala intoksikasi yaitu :
a. Pusing, diplopia, anoreksia
b. Merasa lemah, ptosis, strabismus
c. Kesukaran bernafas, menelan atau berbicara.
• Penatalaksanaan
a. Kontrol tanda vital
b. Bilas lambung atau buat pasien muntah
206
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Keracunan Jamur
Jamur merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan
survival.
Rasanya enak dan bentuknya yang khas sangat mudah untuk dikenali.
Jamur biasanya hidup di alam bebas terutama muncul pada waktu musim
penghujan atau tempat lembab lainnya. Walaupun banyak diantaranya yang sudah
dikenal sebagai jenis jamur yang tidak berbahaya dan dapat dimakan atau
digunakan sebagai bahan ramuan obat, tetapi pada umumnya masih tetap
merupakan jenis jamur liar.
Kalau sesekali kita berjalan-jalan di alam bebas dan menemukan jamur,
maka amatilah bentuk dan sifat timbulnya. Bentuk tubuh buah jamur pada
umumnya tersusun oleh bagian bagian yang dinamakan tudung (pileus), bilah
(lamellae), cincin (annulus), batang/tangkai (stipe), cawan (volva), dan akar semu
(rhizoids). Sampai saat ini masih belum diketahui, berapa jenis jamur yang dapat
dimakan serta berapa jenis yang dapat dimakan dan tidak membahayakan.
• Gejala Klinis
Gejala klinis keracunan jamur antara lain:
• Penatalaksanaan
a. Muntahkan korban
b. Bilas lambung
c. Jika berat, kirim ke Rumah Sakit dan diberi antidotum atopin.
maupun binatang) khususnya hama serangga yang dijumpai dalam kehidupan manusia.
Insektisida digunakan di hlord-negara dunia ini untuk melindungi tanaman dari
kerusakan. Walaupun dalam jumlah dan ukuran kecil tetapi insektisida jelas
menimbulkan keracunan pada manusia. Insektisida yang sering menyebabkan
keracunan antara lain:
Gejala klinis biasanya muncul dalam 2 jam setelah kontak. Gejalanya antara lain:
• Penatalaksanaan
208
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
• Gejala Klinis
Gejala permulaan keracunan akut adalah
a. Rasa mual dan muntah,
b. Sakit kepala, pusing, gelisah, tremor dan kelemahan.
Gejala ini berkembang dengan cepat dan terjadi hipereksitabilitas susunan
saraf pusat secara umum dengan delirium dan kejang klonik atau tonik. Fase ini
kemudian diikuti oleh depresi yang progresif, paralysis, koma dan kematian
• Penatalaksanaan
209
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
1]Buku Materi Diklat Medis, KAT dan Pengabdian masyarakat Hippocrates Emergency
Team Angkatan XXV
210
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
1. DEFINISI
Keterampilan dasar bedah adalah keterampilan dasar yang diperlukan di dalam
melakukan prosedur bedah dan wajib dimiliki oleh seorang tenaga medis terutama
general practisioner sebagai ujung tombak pelayanan medis.
Pisau bedah terdiri dari dua bagian yaitu gagang (skalpel) dan mata pisau
(mess/bistouri/blade). Kegunaanya adalah untuk menyayat berbagai organ atau
bagian tubuh manusia. Mata pisau disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan
disayat.
211
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
212
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. Gunting
Bentuk dan besarnya gunting bermacam-macam tergantung penggunaannya,
oleh karena itu gunting dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
✓ Gunting Jaringan (bedah)
Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk, yaitu ujung tumpul
dan ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan untuk
membentuk bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat
dipotong secara tajam. Gunting dengan ujung bengkok digunakan pada
kasus lipoma atau kista. Biasanya dilakukan dengan cara mengusuri garis
batas lesi dengan gunting.
213
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
✓ Gunting Perban
✓ Gunting Iris
214
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Alat ini dapat menggenggam
objek atau jaringan kecil dengan cepat dan mudah, serta memindahkan dan
mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam. Pinset anatomi ini juga
digunakan saat jahitan dilakukan, berupa eksplorasi jaringan dan membentuk
pola jahitan tanpa melibatkan jari.
2. Pinset Chirurgis
Pinset Chirurgis biasanya memiliki dua gigi pada satu bidang. Pinset bergigi
ini digunakan untuk memegang jaringan yang hanya memerlukan tekanan
minimal, misalnya subkutis, otot, fascia, tetapi tidak untuk memegang struktur
yang mudah berlubang (peritoneum, pleura).
Cara memegang pinset :
✓ Pegang pinset seperti memegang pensil.
✓ Jaringan yang dijepit sebaiknya adalah dermis atau subkutis, bukan kulit
bagian luar.
215
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
✓ Jangan menjepit kulit terlalu keras, karena dapat melukai kulit dan
menyebabkan pembentukan parut.
3. Klem Jaringan
Klem jaringan
berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling berhubungan pada
ujung kakinya. Berdasarkan bentuknya klem jaringan dibagi dua, yaitu ujung
bergigi (Klem Kocher) dan ujung tidak bergigi (Klem Allis). Klem Allis
digunakan untuk memegang kulit atau fascia. Sedangkan Klem Kocher
digunakan untuk menarik jaringan yang sangat kuat.
4. Cunam
Alat penjepit dengan ujung berbentuk cincin yang bisa dipakai untuk menjepit
kasa pembersih luka.
216
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
c. Instrumen Hemostatik
1. Klem Arteri
Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan perdarahan
pembuluh darah kecil dan menggenggam jaringan lainnya dengan tepat tanpa
menimmenimbulkan kerusakan yang tidak dibutuhkan. Struktur jepitan pada
k
l
e
m
a
rteri berupa galur paralel pada permukaannya dan ukuran panjang pola
jepitannya sampai handle agak lebih panjang dibanding needle-holder. Alat ini
juga tersedia dalam dua bentuk yakni bentuk lurus dan bengkok (mosquito).
Namun, bentuk bengkok (mosquito) lebih cocok digunakan pada bedah minor.
Cara penggunaan:
Needle digenggam pada jarak 2/3 dari ujung berlubang needle, dan berada
pada ujung jepitan needle-holder. Hal ini akan memudahkan tusukan jaringan
pada saat jahitan dilakukan.
e. Jarum Jahit
217
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Jarum yang penampangnya berbentuk segitiga atau pipih dan tajam. Jarum ini
biasa dipakai untuk menjahit kulit dan tendon.
4. Jarum non-cutting (tappered)
Jarum yang penampangnya bulat dan hanya ujungnya saja yang tampak tajam.
Biasanya dipakai untuk menjahit jaringan yang lunak.
2.2 Bahan
a. Benang Jahit
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang
absorbable biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat
pembuluh darah dan kadang digunakan pada bedah minor. Benang non-
absorbable biasanya digunakan untuk jaringan tertentu dan harus diremove.
Benang absorbable
1. Alami
✓ Plain Cat Gut
Benang yang dibuat dari kolagen sapi dan domba. Benang ini memiliki daya
serap pengikat 1-2 minggu dan diabsobsi sempurna oleh tubuh melalui enzim
proteolitik jaringan dalam waktu 70 hari. Warnanya putih kekuningan.
Digunakan untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit sub kutis, dan
dapat digunakan untuk menjahit daerah longgar seperti perut maupun wajah
dan luas luka yang sempit.
Mirip dengan plain cat gut, namun diberi lapisan tambahan larutan garam
Chromium untuk memperpanjang waktu absorbsi sampai 90 hari, dengan
daya serap pengikat selama 2-3 minggu. Warnanya coklat kebiruan. Biasanya
benang ini digunakan untuk menjahit tendon atau subkutan intradermal, dan
jaringan yang waktu penyembuhannya cukup lama.
219
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. Buatan (synthetic)
Benang yang dibuat dari bahan sintesis seperti polyglactin (merk dagang Vicryl
atau Safil), polydioxanone (merek dagang PDS II), dan polyglercarpon (merk
dagang Monocryl atau Monosyn). Benang ini memiliki daya ikat lebih lama, yaitu
2-3 minggu dan dapat diserap sempurna dalam waktu 90-120 hari. Benang
berbahan polyglactin dan polydioxanone biasa digunakan untuk penjahitan usus
intradermal dan anastomosis. Benang berbahan polydioxanone juga digunakan
pada daerah yang berpotensi infeksi.
Benang non-absorbable
1. Alami
Benang silk dibuat dari 70% protein organik yang disebut fibroin. Warnanya
hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa, karena sudah
dikombinasikan dengan bahan perekat 30% nya. Digunakan untuk menjahit
kulit, perbaikan tendon, dan mengikat pembuluh darah besar.
2. Buatan
220
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Umumnya bahan dasar nylon (merk dagang Ethilon dan Dermalon), bahan
polyester (merk dagang Mersiline), dan bahan polypropylene (merk dagang
Prolene). Benang ini biasanya digunakan untuk mengikat pembuluh darah
besar dan perbaikan hernia.
✓ Jenis ukuran benang yang dipergunakan :
Sirkumsisi : 2.0/3.0
Palpebra mata : 6.0/7.0
Kulit ekstremitas : 3.0
b. Cairan Antiseptik
Cairan antiseptik digunakan untuk mensterilkan tepi dan sekitar luka, bertujuan
untuk mencegah infeksi. Cairan yang dapat digunakan:
1. Ethyl alcohol. Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena daya
kerjanya akan menurun bila dipakai konsentrasi yang lebih rendah atau lebih
tinggi.
2. Iodium Tinctura (Povidone Iodine). Larutan 2% iodium dalam alkohol 70%
adalah suatu desinfeksi yang sangat kuat. Larutan ini dipakai untuk
mendisinfeksi kulit dengan membasmi kuman-kuman yang ada pada
permukaan kulit.
c. Cairan Steril
Cairan digunakan untuk irigasi luka dengan cara menyemprotkan cairan tersebut
ke bagian dalam luka. Untuk menyemprotkan cairan, dapat menggunakan spuit
50cc atau dengan melubangi kolf (flask) cairan. Cairan yang umum digunakan
untuk irigasi adalah NaCl 0,9% steril.
d. Kasa Steril
Kasa steril digunakan untuk debridement, menghentikan perdarahan, menutup luka
setelah dijahit, menyerap eksudat, membatasi penguapan, melindungi luka dan
lain-lain.
221
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Digunakan untuk merekatkan kasa penutup luka atau untuk penekanan ringan pada
keadaan tertentu.
h. Doek Steril
222
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. Menggunakan handschoen
Mengenakan handschoen atau gloving dapat dilakukan dengan dua cara,
terbuka dan tertutup. Pada teknik tertutup, handschoen digunakan dengan
tangan tetap berada di dalam gown, sedangkan pada teknik terbuka,
handschoen digunakan dengan tangan yang sudah berada di luar gown seperti
yang terlihat pada gambar di bawah.
223
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme
dari suatu daerah. 3 prinsip-prinsip tindakan asepsis yang umum, yaitu sebagai
berikut.
1. Semua benda yang menyentuh atau dimasukkan ke dalam tubuh haruslah
steril.
2. Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril
3. Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang agar objek tersebut
selalu terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi di luar
pengawasan.
4. Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril.
5. Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang sudah
steril.
6. Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung
pembungkusnya tidak mengarah pada si petugas.
7. Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang tidak
steril.
8. Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga
cairan desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu sudah
tercemar.
3.2 Antisepsis
Antisepsis adalah tindakan mengurangi mikroorganisme, baik yang berupa flora
normal maupun transient menggunakan teknik sterilisasi dan/atau disinfeksi. Pada
224
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Ga
mbar36..(Kiri) Draping3, (Kanan) melakukan antisepsis lapangan operasi secara
sentrifugal
225
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
c. Injeksikan secara perlahan ke dalam atau ke bawah kulit di sekeliling luka untuk
mencegah material kontaminan terdorong ke area yang bersih.
d. Jika anestetikum telah masuk secara benar, akan terlihat edema kulit sesaat
setelah disuntikkan.
e. Jika laserasi terjadi di area di mana dapat dilakukan blokade syaraf
(misalnya diujung-ujung jari), lakukan anestesi blok, karena efek anestesi lebih
baik.
f. Tunggu 5-10 menit sampai anestesi bekerja.
g. Sebelum dan selama melakukan tindakan eksplorasi luka dan pencucian, cek
apakah anestesi masih efektif. Sensasi tekan tidak ditumpulkan oleh anestesi
lokal. Dengan anestesi yang adekuat pasien masih merasakan tekanan, tapi
tidak menyakitkan. Jepit ujung kulit dengan pinset atau sentuh menggunakan
ujung jarum. Bila pasien masih merasakan nyeri, tambahkan anestesi.
228
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Gambar 41. Teknik forehand dengan needle holder memegang jarum pada 1/3 proksimal
5.3 Jenis-Jenis Jahitan
a. Jahitan Terputus (Simple Inerrupted Suture)
Teknik ini dapat digunakan untuk menjahit kulit, fascia, dan otot. Cara jahitan
terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini
adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi
infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi,
dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya.
b. . Jahitan Matras
1. Jahitan Matras Horizontal
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul. Sebelum disimpul
dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Jahitan ini memberikan hasil jahitan yang kuat.Teknik ini akan menimbulkan
lebih banyak trackmarks dibanding teknik penjahitan lainnya. Akan tetapi
229
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
230
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
231
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3. Jahitan dimulai dari sisi luka yang letaknya paling jauh dari tubuh operator,
menuju ke arah operator.
4. Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk sudut 90˚
dan bahu abduksi, jarum ditusukkan di kulit secara tegak lurus.
5. Tusukan jarum dilakukan 3 – 4 mm dari tepi luka, di dekat tempat yang
dijepit pinset. Jarak antar tusukan kurang lebih 0.5 – 1 cm. Untuk jahitan di
wajah, tusukan jarum dilakukan 2 – 3 mm dari tepi luka dengan jarak antar
tusukan 3 – 5 mm.
6. Kulit ditegakkan, dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta adduksi bahu
yang serentak, jarum didorong maju dalam arah melengkung sesuai
dengan lengkungan jarum, tetapi jangan terlalu dangkal (akan terbentuk dead
space )
7. Setelah jarum muncul kembali di balik kulit, jarum dijepit dengan klem
pemegang jarum dan ditarik keluar (penjepitan ini tidak boleh pada
232
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
7. TAHAP PENYIMPULAN
Beberapa jenis simpul yang perlu diketahui antara lain reef knot dan surgeon’s knot.
Berikut ini adalah tahapan menyimpul dengan menggunakan instrumen.
234
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Instrumen (biasanya
needle holder)
diletakkan diantara sisi panjang dan pendek kedua benang. Buat dua kali loop pada
benang yang panjang, kemudian ambil ujung dari benang pendek menggunakan
instrumen tersebut, tarik. Lakukan langkah yang sama dengan hanya satu kali loop
menggunakan benang yang panjang, ambil ujung dari benang pendek dengan
menggunakan instrumen tersebut, tarik, dan simpul selesai dibuat.
Selain menggunakan instrumen, simpul juga dapat dibuat dengan tangan kosong.
Simpul tersebut antara lain, reef knot, surgeon’s knot dan slip knot. Karena relatif
jarang digunakan dalam setting di luar kamar operasi, maka akan ditunjukkan ilustrasi
gambarnya. Detil langkahnya dapat dipelajari di Textbook Surgical Techniques oleh
Mihaly Boros.
235
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
membakar sebaiknya alumunium atau wadah yang terbuat dari logam tahan
karat. Cara ini jangan sering digunakan pada alat dari logam karena alat akan
berubah warna dan rusak, gunting dan pisau juga akan mudah tumpul.
h. Autoclave (otoklaf) dilakukan dengan memasak dengan uap bertekanan 750
mmHg dan temperature 120oC. Waktu dapat dipersingkat dengan menaikkan
tekanan atau suhu. Dengan cara ini dalam tempo 13 menit spora dan bakteri
akan mati. Digunakan unuk mensterilkan kain kasa, doek, laken operasi dan
jas operasi. Dipakai untuk mensterilkan sarung tangan operasi, kateter balon,
kasa dan pembalut
i. Gas etilen oksida , cairan ini dapat membunuh spora, bakteri serta virus dan
jamur patogen. Sifatnya toksik dan mudah terbakar. Cara ini baik untuk alat
tak tahan panas. Dipakai untuk mensterilkan alat endoskopi, alat yang terbuat
dari karet, gunting dan mata pisau operasi.
j. Larutan antiseptik dilakukan dengan cara membilas atau merendam alat-alat
dengan larutan tersebut. Larutan antiseptik digunakan untuk mensterilkan alat
bedah, alat-alat yang tajam, kateter dan korentang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, dkk.2012.Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3. Jakarta : EGC
2. Bedah Minor dan Managemen Luka. Solo : UNS
3. Sudjatmiko, dkk.2009. Menjahit luka supaya bekasnya susah dicari. Jakarta : Sagung
seto.
4. Brunikardi, dkk. 2010. Schwartz’s principle of surgery, 9th Edition. USA : The McGraw-
Hill Companies, inc.
5. Surgical techniques. Boros M, editor. Szeged: Medicina; 2006.
6. Kingsnorth AN, Majid AA. Fundamental of surgery practice 2ed. Cambridge: Cambridge
University Press; 2006.
7. WHO. Basic surgical skills: Emergency and Essential Surgical Care (EESC) programme.
Available from: who.int/surgery.
8. Thorne CH, Beasley RW, Aston SJ, Bartlett SP, Gurtner GC, Spear SL. Grabb and
smith's plastic surgery. 6 ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
9. Vojvodic M, Young A. Toronto notes. 30 ed. Toronto: Toronto Notes for Medical
Students, Inc; 2014.
10. WHO. WHO guidelines on hand hygiene in health care. Geneva: WHO; 2009.
11. Kirk RM. Basic surgical techniques. 5 ed. United Kingdom: Churchill Livingstone; 2002.
12. Basic surgical skill. [Slides]. In press 2015.
13. Benang bedah dan jarum bedah. [Slides]. In press 2015.
14. Karakata S, Bachsinar B. Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates; 1996
15. Sjamsuhidajat R, Wim de jong (editor). Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-4. Jakarta:
EGC;2010
16. Oswari E. Bedah dan perawatannya. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2000.
17. Kolegium Ilmu Bedah Indonesia, 2016
18. Buku diklat RESCUE TBMM Humerus FK UII (2016)
237
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
238
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
ANAMNESIS
Telah ditinjau oleh dr. Decky Aditya Zulkarnaen
TBM Bumi Gora
1. ANAMNESIS
1.1. Definisi
Anamnesis merupakan percakapan untuk menggali informasi mengenai
riwayat penyakit pasien. Anamnesis merupakan langkah awal dalam tata cara
kerja yang harus ditempuh untuk membuat diagnosis. Anamnesis digunakan
untuk mengarahkan pemeriksaan fisik dan menentukan pemeriksaan tambahan
yang tepat bagi pasien sehingga dapat memperkuat dugaan dalam anamnesis.
Pada tingkat yang paling dasar, percakapan dengan pasien ini memiliki
tiga tujuan, yaitu membangun hubungan yang saling percaya dan mendukung
(sambung rasa dokter-pasien), mengumpulkan informasi, dan menyampaikan
informasi.
Proses anamnesis tersusun meliputi sebuah kerangka terstruktur untuk
memperoleh informasi dari pasien dalam bentuk tertulis maupun lisan. Kerangka
tersebut berfokus pada informasi penting yang dibutuhkan, memfasilitasi clinical
reasoning, diagnosis, dan mencakup perawatan pasien.
Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang membawa pasien datang menemui dokter
atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama dapat berupa kata atau kalimat
singkat dengan lama waktu keluhan, contohnya nyeri sudah 2 minggu.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui keluhan utama pasien
diantaranya:
a. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengetahui alasan pasien datang
240
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Anamnesis terpimpin
Sebagai tahapan diagnosis, seorang klinisi akan berusaha melakukan
wawancara dengan memusatkan pada persoalan-persoalan yang menjadi
keluhan utama pasien. Pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan kepada suatu
diagnosa penyakit tertentu ini disebut Anamnesis Terpimpin. Anamnesis ini
berpedoman pada empat pokok pemikiran (The Fundamental Four), yaitu :
a. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Riwayat perlajanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan
jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum sakit hingga pasien
datang berobat. Untuk menggali RPS dalam anamnesis, diperlukan data
tentang tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven), yaitu :
✓ Lokasi dan penjalaran (lokasi secara tepat, dalam atau superfisial,
terlokalisir atau difus)
✓ Onset / awitan dan kronologis (onset, durasi, periodisitas, frekuensi)
✓ Kuantitas keluhan (tipe onset, intensitas/keparahan menggunakan skala
tertentu, disabilitas)
✓ Kualitas keluhan/ sifat sakit
✓ Faktor-faktor yang memperberat
✓ Faktor-faktor yang memperingan
✓ Gejala klinik yang menyertai
241
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Anamnesis Sistematis
Anamnesis ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi hubungan antara
penyakit pasien dengan keadaan organ atau sistem organ. Organ yang biasa
ditanya berupa kepala, mata, telinga, hidung, mulut, tenggorokan, leher,
jantung, paru, gastro-intestinal, saluran kemih, alat kelamin, payudara,
neurologis, psikologis, kulit, endokrin, dan muskoloskeletal. Jika tidak ada
keluhan, ditulis negatif, tanpa tambahan lain. Bila ada keluhan, perlu dibuat
deskripsinya secara lengkap.
Riwayat Penyakit Dahulu •Penyakit yang diderita beberapa waktu yang lalu, termasuk
pada saat kanak-kanak
•Penyakit yang dialami saat dewasa, lengkap dengan waktu
terjadinya yang setidaknya mencakup kategori medis,
pembedahan, obstetrik/ginekologi dan psikiatrik.
•Termasuk pemeriksaan atau perawatan tertentu di rumah
sakit, seperti imunisasi atau skrinning suatu penyakit.
•Penyakit yang diderita beberapa waktu yang lalu, termasuk
pada saat kanak-kanak
Riwayat Keluarga
•Gambaran mengenai sakit yang diderita saat ini dengan
riwayat penyakit keluarga
•Gambaran usia dan penyebab kematian serta keadaan
kesehatan khususnya saudara kandung, orang tua, nenek
dan kakek
• Ada atau tidaknya penyakit khusus
dalam keluarga, seperti hipertensi, diabetes mellitus ataupun
penyakit jantung koroner.
Riwayat Pribadi, Jelaskan tentang keadaan rumah tangga saat ini, ketertarikan
Psikologis, Sosial, individu, gaya hidup, hobi dan keadaan lingkungan beserta
Ekonomi dan Budaya hubungannya dengan lingkungan.
Anamnesis sistem • Tuliskan semua keluhan dan kelainan patologik yang bukan
bagian dari penyakit sekarang dan yang belum ditulis dalam
riwayat penyakit dahulu.
• Catatan ada atau tidaknya gejala-gejala yang terkait dengan
setiap sistem organ atau organ utama tubuh, khususnya yang
terkait dengan keluhan utama.
243
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
1. DeGowin, RL. and Brown, DD. 2000. .Diagnostic Examination.7th ed. New York.
MacGraw-Hill.1-36.
2. Fletcher SW.2000. Clinical decision making: approach to the patient, In: Goldman:
Cecil Textbook of Medicine, 21st ed., London. W. B. Saunders Company, 78-9.
3. Talley, NJ. Clinical Examination : a systemic guide to physical diagnosis. 7th edition.
Elsevier: Australia; 2014.
4. Ball, J, et al. Seidel’s guide to physical examination. 8th edition. Elsevier: USA; 2015.
5. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia. Jakarta:
Katalog Dalam Terbitan (KDT); 2012. Available from :
http://www.kki.go.id.assets/data/arsip/SKDI_Perkonsil,_11_maret_13.pdf (diakses
tanggal 23 November 2016).
6. Chatten K, Howe M,Marks G, Smith T, Noble L. Guide To History Taking and
Examination. London: UCL Medical School University College; 2012. Available from
: http://www.ucl.ac.uk>pcph>cbt>year4 . [Accessed 25th November 2016].
7. Supartondo, Setiyohadi B. Anamnesis. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing; 2015.
8. Wiley-Blackwell In Davey P. At a Glance Medicine 3rd Edition.Chichester:
2011.Available at http://www.oxfordjournals.org
9. Backley, LS. Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking. Eleventh
Edition. Lippincott Williams and Wilkins; Philadelpia; 2013.
244
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
PEMERIKSAAN FISIK
Telah ditinjau oleh dr. Decky Aditya Zulkarnaen
TBM Bumi Gora
1. DEFINISI
Pemeriksaan fisik umum merupakan pemeriksaan awal yang dilakukan dokter saat
pertama kali melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. KEADAAN UMUM
2.1. Keadaan Umum
General assessment/general survey atau penilaian umum adalah penilaian
terhadap pasien secara utuh dan cepat, mencakup fisik pasien, sikap, mobilitas
dan beberapa parameter fisik (misalnya tinggi, berat badan dan tanda-tanda vital).
Penilaian umum memberikan gambaran/kesan mengenai status kesehatan pasien.
Hal- hal yang dapat di nilai pada keadaan umum :
a. Akut atau tidaknya penyakit
b. Status gizi dan habitus (habitus atletikus : pasien dengan berat badan dan
bentuk badan yang ideal, habitus astenikus : pasien yang kurus, dan habitus
piknikus : pasien yang gemuk). Keadaan gizi pasien juga harus dinilai, apakah
kurang, cukup, atau obesitas.
c. Deformitas dan lesi pada inspeksi umum (warna kulit, deformitas yang
mencolok atau luka-luka dan memar).
d. Respon mimik wajah terhadap berat penyakit (tampak kesakitan atau
menyeringai).
e. Mobilitas penderita secara umum dan posisi tubuh (apakah penderita terbaring
lemas atau berlarian kesana kemari di tempat periksa).
245
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
f. Kesan dari keadaan hidrasi (kulit kering atau bibir kering juga bisa
menandakan adanya kekurangan cairan).
g. Aspek khusus dari keadaan umum (adanya bau-bauan dan penilaian terhadap
produk dan cairan tubuh yang mungkin bisa terlihat).
h. Struktur tubuh. Kedua sisi tubuh pasien harus terlihat dan bergerak sama.
246
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
c. Kriteria :
✓ Compos Mentis : 15
✓ Mild Head Injury : GCS score of 13 to 15
✓ Moderate Head Injury : GCS score of 9 to 12
✓ Severe Head Injury : GCS score of 8 or less
✓ Coma : No eye opening, no ability to follow
commands, no word verbalizations (3-8)
Tanda-tanda vital
Pengukuran tanda-tanda vital memberikan informasi yang berharga
terutama mengenai status kesehatn pasien secara umum. Tanda-tanda vital
meliputi : temperatur/suhu tubuh, denyut nadi, laju pernafasan/respirasi, dan
tekanan darah.
a. Temperatur/Suhu Tubuh
Pengukuran suhu tubuh dapat menggambarkan tingkat keparahan
penyakit (misalnya, infeksi). Rentang suhu tubuh normal untuk dewasa adalah
36,5-37,5°C (97,6 – 99,6 °F) 12. Hiperpireksia adalah peningkatan suhu yang
ekstrim di atas 41,1°C. Sedangkan hipotermia adalah suhu rendah di bawah
normal. Suhu tubuh normal dapat dipengaruhi oleh ritme biologis, hormon-
hormon, olahraga dan usia.
Suhu tubuh dapat diperiksa melalui beberapa cara, antara lain:
✓ Rute Oral
Rute ini merupakan rute pengukuran suhu tubuh yang akurat dan
mudah dilakukan pada pasien yang sadar. Temperatur tubuh pada
dewasa yang diukur melalui rute oral adalah 37°C (98,6 °F). Rute oral
ini lebih rendah 0,4 °C – 0,5 °C dibanding suhu tubuh sebenarnya dan
lebih tinggi 1°C dibandingkan dengan rute axilla13. Namun, pengukuran
suhu oral tidak dianjurkan pada kondisi pasien tidak sadar, gelisah, atau
tidak dapat menutup mulutnya. Untuk mengukur suhu oral menggunakan
termometer kaca :
Guncangkan termometer sampai air raksa turun hingga 35°C
(96°F) atau kurang.
Letakkan ujung termometer di bawah lidah, dan minta pasien untuk
merapatkan kedua bibirnya.
247
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
✓ Rute Rektal
Rute rektal merupakan cara paling akurat untuk mengukur temperatur
tubuh. Dengan cara ini, suhu tubuh dewasa yang terukur normalnya
adalah 37,5°C (99,5 °F) ; 0,5°C (1°F) lebih tinggi daripada rute oral.
Rute rektal merupakan rute pilihan untuk pasien bayi, pasien yang
bingung, koma, atau tidak dapat menutup mulut karena intubasi,
mandibulanya dikawat, bedah facial, dan sebagainya. Untuk mengukur
suhu rektal :
Minta pasien berbaring miring dengan sendi paha difleksikan
Lumasi ujung termometer dan masukkan sedalam 3-4 cm ke dalam
saluran anus dengan arah menuju umbilikus .
Cabut ujung termometer setelah didiamkan selama 3 menit, kemudian
baca hasil pengukuran.
✓ Rute Axilla
Rute axilla digunakan hanya jika rute oral dan rectal tidak dapat
dilakukan. Suhu tubuh dewasa yang diukur melalui rute axilla adalah
36,5°C (97,7°F), yang berarti 0,5°C lebih renadah daripada rute oral.
Untuk mengukur suhu axilla :
Letakkan termometer di ketiak di tengah axilla.
248
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
✓ Rute Timpani
Termometer untuk rute timpani mempunyai ujung probe yang
diletakkan ke dalam telinga. Termometer ini memiliki sensor inframerah
yang mendeteksi suhu darah yang mengalir melalui gendang telinga.
Metode ini tidak invasif, cepat dan efisien. Untuk mengukur suhu tubuh
melalui rute timpani ini:
Pasang penutup disposable yang baru pada ujung probe
Letakkan probe ke dalam kanal telinga pasien
Hati-hati jangan memaksa probe dan jangan menutup kanal.
Hidupkan alat dengan memencet tombol.
Baca angka yang muncul dalam 2-3 detik.
249
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
bradikardi. Ritme denyut nadi yang tetap dan rata (normal) adalah teratur, jika
tidak teratur disebut aritmia.
Selain menggunakan a. radialis dalam mengukur denyut nadi, dapat
pula menggunakan arteri-arteri lain dengan beberapa pertimbangan12. Lokasi
dan pertimbangan penggunaan dapat dilihat dalam tabel berikut.
Hipertensi
Stage 1 140‐159 90‐99
Stage 2 >160 >100
Tabel 5.
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa usia >18 tahun
d. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding arteri.
Tekanan darah mempunyai dua komponen: sitolik dan diastolik. Pengukuran
tekanan darah paling sering dilakukan pada lengan saat pasien duduk, lengan
yang umum digunakan adalah lengan kanan. Tekanan darah yang diukur saat
supinasi cenderung lebih rendah dibanding saat duduk. Tekanan darah sistolik
menggambarkan tekanan maksimum pada arteri ketika kontraksi ventrikel kiri
(atau sistol), dan diatur oleh volume stroke (atau volume darah yang dipompa
251
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
keluar pada setiap denyut jantung). Tekanan darah diastolik adalah tekanan
saat istirahat yaitu tekanan dari darah antar kontraksi ventrikel.
Pemeriksaan Regional
a. Kulit
Inspeksi
• Warna kulit (pallor/pucat, sianosis/kebiruan, hiperemis/kemerahan,
ikterik/kekuningan).
• Lesi & trauma : perhatikan lokasi, distribusi, susunan, tipe, dan
warnanya
Palpasi
• Turgor (hidrasi)
• Kelembaban
252
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
• Suhu (hangat/dingin)
• Tekstur (kasar/halus)
• Ketebalan (tebal/tipis)
• Mobilitas dan edema
b. Kepala
Lakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada :
• Rambut (kuantitas, penyebaran, tekstur)
• Kulit kepala (benjolan/lesi)
• Tulang tengkorak (ukuran) : hidrosefalus, normosefalus, dan lain – lain.
Pada hidrosefalus, fontanel (pelat lunak di antara pelat tengkorak kepala
bagian atas dan belakang kepala bayi) menonjol dan mata dapat
menyimpang ke bawah memperlihatkan sklera bagian atas dan
membentuk setting sun sign 13.
• Wajah (simetris & ekspresi wajah): paralisis wajah, emosi, edema dsb
c. Mata
• Inspeksi alis mata, perhatikan ketebalan, distribusi rambut dan apakah
terdapat sisik13. Sisik terdapat pada seboroik dermatitis, sedangkan
rambut alis yang tipis di tepi terjadi pada pasien hipotiroid13.
• Uji ketajaman penglihatan (visus) dan skrining lapang pandang. Lakukan
pemeriksaan pada mata kiri dan kanan satu persatu menggunakan
optotype snellen yang dipasang pada jarak 6 meter dari penderita.
• Posisi dan kesejajaran mata: simetris kanan & kiri. Nilai adanya
strabismus (juling) atau tidak.
• Observasi kelopak mata: lagophtalmus (tidak mampu menutup mata
dengan sempurna), ptosis (tidak bisa membuka kelopak mata).
• Inspeksi sklera, konjungtiva, kornea, iris, dan lensa.
• Bandingkan kedua pupil dan lakukan tes reaksi terhadap cahaya
(langsung dan tidak langsung).
• Dengan oftalmoskop, lakukan inspeksi fundus okuli
253
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
d. Telinga
Inspeksi: aurikel, kanalis auditorius, dan membran timpani.
Periksa ketajaman pendengaran: Jika ketajaman berkurang, periksa
lateralisasi (tes Weber) dan bandingkan hantaran udara dengan hantaran tulang
(tes Rinne). Gunakan garpu tala dengan frekuensi 512 Hz13.
Pada tes Weber, letakkan dasar dari garpu tala pada puncak kepala
pasien atau di tengah dahi pasien. Pada unilateral conductive hearing loss,
sudara terdengar atau terlateralisasi ke telinga yang lemah atau terganggu.
Pada tes Rinne, letakkan garpu tala pada tulang mastoid, di belakang telinga.
Saat pasien sudah tidak lagi mendengar suara, letakkan garpu tala segera pada
lubang telinga dengan bagian “U” dari garpu tala menghadap ke depan, dan
tanya apakah pasien mendengar getaran. Pada keadaan normal, suara didengar
lebih panjang melalui udara dibandingkan tulang. Pada unilateral hearing
loss, suara terdengar pada telinga yang normal. Pada conductive hearing loss,
suara yang didengar melalui tulang sama panjangnya atau lebih panjang
dibandingkan suara yang didengar melalui udara.13
Pada wanita
• Inspeksi payudara dengan kedua lengan dilemaskan, kemudian
diangkat dan selanjutnya dengan kedua tangan ditaruh di pinggang.
• Palpasi payudara : benjolan, nyeri tekan, tekstur massa
Pada laki-laki atau wanita,
✓ Inspeksi aksila dan palpasi kelenjar limfe (nodus) aksilaris serta nodus
epitroklearis
l. Sistem kardiovaskular
Inspeksi
✓ Keadaan umum; adakah sesak, kesakitan, pucat dan ikterik16.
✓ Tangan: adakah edema, clubbing finger, sianosis serta perdarahan pada
ujung kuku 16.
256
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Palpasi 16
✓ Tangan: memeriksa frekuensi, amplitudo, simetris dan irama dari a.
radialis dan a. brakhialis.
✓ Leher: memeriksa apakah adanya struma serta palpasi arteri karotis (
meraba simetrisitas, irama dan kuat angkat).
✓ Pengukuran JVP
Tinggikan kepala pasien hingga 30o untuk melakukan observasi pulsasi
vena jugularis dan ukur tekanan vena jugularis terhadap angulus sterni.
Cari puncak pulsasi vena jugularis. Setelah itu, mencari posisi angel of
louis/angulus sternalis sebagai titik pengukuran. JVP >3 cm diatas
angulus sternalis atau total > 8 cm jaraknya dengan atrium kanan
dinyatakan abnormal atau meningkat13.
yang bertekanan lebih tinggi ke ruang dengan tekanan yang lebih rendah,
melalui katup atau suatu struktur yang seharusnya tertutup13. Saat
murmur sistolik terdengar, kelainan yang terjadi dapat berupa regurgitasi
katup mitral, regurgitasi katup trikuspid, stenosis katup aorta atau
stenosis katup pulmonal. Kelainan tersebut dapat diketahui dengan lokasi
terdengarnya murmur.
Murmur diastolik lebih sullit terdengar dan lebih jarang terjadi. Murmur
diastolik dapat menandakan adanya stenosis dari katup mitral, stenosis
katup trikuspid, regurgitasi katup aorta ataupun regurgitasi katup mitral.
m. Abdomen17.
Inspeksi (Pasien dalam posisi terlentang dan menekuk lutut):
✓ bentuk (datar, scaphoid atau distended), permukaan (apakah ada lesi,
pelebaran vena, tanda-tanda inflamasi, bekas operasi atau benjolan),
pergerakan (apakah terlihat gerak peristaltik usus atau pulsasi aorta dan
arteri), umbilicus (konsistensi, lokasi, apakah ada hernia) serta daerah
inguinal (hernia atau tanda-tanda inflamasi).
Auskultasi
✓ Auskultasi orientasi di keempat kuadran abdomen (mendeteksi apakah
peristaltik ususnya normal, hiperperistaltik atau tidak terdengar sama
sekali serta apakah terdapat metalic-sound).
✓ Auskultasi jumlah bising usus permenit (5-34 kali permenit).
✓ Auskultasi bising aorta abdominalis, a. renalis serta a. iliaca.
Perkusi
✓ Perkusi orientasi di keempat kuadran abdomen (normalnya terdengar
suara timpani).
✓ Perkusi hepar: menentukan liver span, normalnya 6-12 cm. Lakukan
perkusi dari ICS 2 ke bawah, sampai ditemukan suara redup lalu
berikan tanda/minta bantuan kepada pasien untuk meletakkan jari
diatasnya. Lalu lakukan perkusi dari bawah ke atas pada linea
midclavicularis dextra sampai ditemukan suara redup. Lalu ukur
jaraknya.
✓ Perkusi lien: apabila tidak terdapat pembesaran, traube space
ditemukan positif. Lakukan perkusi di ICS 6 ke garis aksilaris anterior
dextra, normalnya ditemukan suara sonor. Lalu, minta pasien menarik
nafas, lalu perkusi sekali lagi di lokasi yang sama. Apabila masih
terdengar sonor, maka traube space positif.
Palpasi
✓ Palpasi ringan: menilai lesi pada permukaan atau dalam otot,
membuat pasien relaks sebelum melakukan palpasi medium dan
dalam.
✓ Palpasi medium : menilai lesi medieval pada peritoneum, massa,
nyeri tekan.
258
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
o. Ekstremitasatas
✓ Posisi tubuh: observasi posisi tubuh pasien pada saat istirahat dan
bergerak.
✓ Gerakan involunter: perhatikan gerakan involunter seperti tremor atau
fasikulasi, catat kualitas, frekuensi dan iramanya serta hubungannya
dengan postur, aktivitas dan emosi.
✓ Muscle Bulk: bandingkan kontur dan ukuran otot, apakah datar atau
cekung, unilateral atau bilateral, proksimal atau distal.
Kekuatan otot terbagi menjadi 5 tingkatan:
0 Tidak ada kontraksi otot yang terdeteksi
1 Ada sedikit sekali kontraksi otot yang dapat terdeteksi
2 Gerakan aktif tanpa melawan gaya gravitasi
3 Gerakan aktif maupun melawan gaya gravitasi
4 Gerakan aktif maupun melawan gaya gravitasi dan sedikit ditahan
5 Gerakan aktif maupun melawan tahanan penuh (normal).
260
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
gerakan konjugasi pada salah satu dari keenam arah pandang tersebut.
Periksa pula konvergensi kedua mata.
✓ Trigeminus:
➢ Motorik: palpasi pada muskulus temporalis dan masseter secara
bergantian sembari meminta pasien menggertakkan giginya.
Perhatikan kekuatan kontraksi kedua otot tersebut. Kelemahan
otot-otot tersebut secara unilateral menunjukan adanya lesi pada
NK V.
➢ Sensorik: lakukan tes nyeri pada dahi, pipi dan rahang di setiap
sisi wajah dengan mata pasien tertutup serta menggunakan
peniti, jarum atau benda tajam lain yang tepat. Minta pasien
mengatakan sensasi rangsangan tersebut, apakah ditunjuk benda
tajam atau tumpul. Kemudian bandingkan antara kedua sisi
wajah tersebut. Bila terdpat abnormalitas, lakukan tes sensasi
suhu (menggunakan garpu tala yang normalnya terasa dingin,
dapat pula didekatkan ke air panas sehingga garpu tala menjadi
panas. Keringkan sebelum digunakan dan minta pasien
menyebutkan sensasinya panas atau dingin). Lalu, lakukan tes
sentuhan ringan dengan menggunakan kapas dipilin yang
menghasilkan ujung lancip. Minta pasien bereaksi saat pasien
merasakan ujung kapas menyentuh kulit. Lakukan tes refleks
kornea. Minta pasien menoleh ke atas dengan pandangan
menjauhi pemeriksa. Pemeriksa mendekati pasien di sisi yang
lain dan diluar jarak pandang pasien serta menjaga agar tidak
menyentuh bulu mata pasien, lalu sentuh kornea pasien dengan
ujung kapas yang dipilin secara ringan.
3. REKAM MEDIS
Menurut Permenkes RI No: 269/Menkes/PER/III/2008, medical record atau rekam
medis kesehatan adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
3.1. Manfaat:
a. Pengobatan Pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan
menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan
tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.
b. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Membuat rekam medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas
dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga
medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit,
pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan
informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi
kedokteran dan kedokteran gigi.
d. Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan
tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
e. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya
untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk
menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.
f. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam
penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
d. Diagnosis/masalah
e. Rencana penatalaksanaan atas masalah pasien, pengobatan, atau tindakan
f. Pemeriksaan laboratorium
Penulisan rekam medis harus sesuai dengan tata cara penulisan rekam medis
yaitu :
✓ Ditulis secara lengkap dan menyeluruh
✓ Ada nama, waktu, dan tanda tangan dokter atau tenaga kesehatan yang
melakukan pelayanan kesehatan, PIN (pada rekam medis elektronik).
✓ Tidak boleh diganti/ dihapus.
✓ Bila keliru harus dicoret dan kemudian dibenarkan dan diberi paraf
266
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
1. Bickley, Lynn S, Peter. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
Jakarta: EGC ; 2002.
2. Anderson FD, Maloney JP. Taking blood pressurecorrectly: it's no off-the-cuff
matter. Nursing 1994;24:34-39.
3. American Pharmaceutical Association Comprehensive Weight Management
Protocol Panel. APhA drug treatment protocols: comprehensive weight
management in adults. J Am Pharm Assoc 2001;41:25-31.
4. Hidayat S. Manual Rekam Medis. Jakarta : Konsil Kedokteran Indonesia ; 2006.
5. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-
VII). NIH publication 03-5233. Bethesda, 2003.
6. National Heart, Lung, and Blood Institute. Clinical Guidelines on the
Identification, Evaluation, and Treatment of Overweight and Obesi ty in Adul ts.
NIH publication 98-4083. Bethesda, 1998.
7. Teasdale G, Jennett B. Assessment of coma and impaired consciousness. Lancet
1974; 81-84.
8. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC‐VII). NIH Publication
03‐5233. Bethesda, 2003
9. Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia. Kurikulum
pendidikan dan pelatiahan. Available from :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0
ahUKEwioutCF9sXQAhXCsI8KHdjfBqEQFgggMAE&url=http%3A%2F%2Fw
ww.ptbmmki.org%2Fwp-content%2Fuploads%2F2016%2F02%2FBUKU-
KURIKULUM-PTBMMKI-1.pdf&usg=AFQjCNE0qtrJxqCnCe8rPdbpiz9Y-
qadMA&cad=rja [Accessed 15 November 2017].
10. Asmara GY, Priyambodo S, Karuniawaty TP. Keterampilan Medik Pemeriksaan
Fisik Umum. Edisi 1. Mataram: Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram; 2015.
11. Lestari IA, Wardoyo EH. Keterampilan Medik Pemeriksaan Fisik Tanda Vital
Dan Rumple Leede. Edisi 1. Mataram : Laboratorium Keterampilan Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram ; 2015.
12. Craven RF, Hirnle C. Fundamentals of Nursing: Human Health and Function.
2007. 5th Edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins ; 2007.
13. Bickley, LS. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking Twelfth
Editon.China: Wolters Kluwer; 2017.
14. Thalib, SS. Keterampilan Medik Pemeriksaan Fisik Paru. Edisi 2. Mataram:
Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram ;
2016.
267
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
15. Bickley, LS. Bates Buku Ajar Pemeirksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC; 2012.
16. Pintaningrum, Y. Keterampilan Medik Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler. Edisi
2. Mataram: Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram ; 2016.
17. Asmara, IGY. Keterampilan Medik Pemeriksaan Fisik Abdomen. Edisi 1.
Mataram: Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram ; 2015.
18. Anggoro, J. Keterampilan Medik Pemeriksaan Fisik Ginjal, Saluran Kemih, dan
Rectal Touche. Edisi 1. Mataram: Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram ; 2015.
268
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
1.3 Penyakit
a. Sinusitis
Dalam wajah kita terdapat suatu rongga yang disebut dengan para-nasal sinus.
Terdapat 4 pasang sinus; sinus maxillary, ethmoid, sphenoid, frontal. Sinus ini
memiliki lapisan mukosa, jika lapisan ini terinfeksi maka produksi mukosa
akan meningkat, sehingga sinus ini akan dipenuhi oleh mukosa. Pengeluaran
mukosa berlebihan ini melalui nasal cavity. Terkadang inflamasi karena
infeksi tersebut akan mengakibatkan obstruksi saluran menuju nasal cavity,
sehingga mukosa akan menumpuk di sinus, sehingga akan mengakibatkan
sakit kepal.
Sinus juga berfungsi untuk resonansi suara. Sehingga, jika sinus terpenuhi
oleh mukosa maka resonansi suara ketika orang berbicara akan berbeda. Maka
orang yang terkena sinusitis akan memiliki suara yang berbeda dengan
biasanya.
b. Epiglotitis
269
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Epiglotis merupakan suatu tulang rawan yang tertutup lapisan epitel, dimana
epiglotis ini tertempel di bagian anterior tulang rawan tiroid. Epiglotis ini
berfungsi untuk menghindari makanan masuk ke dalam saluran nafas. Ketika
makanan masuk maka faring dan laring akan naik dan epiglotis menutupi
saluran nafas sementara.
Ketika epiglotis terinfeksi maka akan ada bahaya obstruksi saluran nafas.
Infeksi sebagian besar diakibatkan oleh bakteri Haemophilus influenzae.
Biasanya terjadi pada anak-anak karena ukuran saluran nafasnya lebih kecil,
sehingga lebih mudah mengalami obstruksi. Pada kasus ini sangat dihindari
untuk menekan lidah untuk melihat obstruksi, karena akan memperparah
obstruksi. Bunyi yang diakibatkan oleh obstruksi ini adalah stridor.
c. Laringitis
Merupakan kondisi inflamasi dari laring, dimana paling sering terjadi karena
suatu infeksi atau pun akibat dari suatu iritan seperti asap rokok. Inflamasi
dari laring dapat mengakibatkan perubahan suara pada pasien, karena
inflamasi ini dapat menghambat pita suara dalam bergetar secara bebas.
2. COMMON COLD
Umumnya sama dengan prinsip pada ISPA.
3. CEPHALGIA
Rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbital
sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk).
Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala
primer dan nyeri kepala sekunder.
Nyeri kepala primer kemudian dibagi menjadi empat kategori yaitu:
a. Migraine
b. Nyeri kepala tipe tegang
c. Nyeri kepala cluster – trigerminal
d. Nyeri kepala primer lainnya.
Nyeri kepala sekunder
a. Nyeri kepala pasca trauma
b. Nyeri kepala organik
c. Perdarahan subaracnoid, neuralgia trigeminus.
d. Penyakit sistemik
e. Sesudah pungsi lumbal
270
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Cluster Headache
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering
terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau
berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar
kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung.
Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun
kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri
ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan
histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher
dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik
dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang
leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”.
Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan
ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak
terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada
lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
c. Antidepresan, misalnya :
1.Maprotiline 25, 50, 70 mg tablet, dosis 25 – 75 mg/hari.
2. Amineptine 100 mg tablet, dosis 200 mg/hari.
3. Anestesia / analgetik lokal misalnya injeksi prokain.
272
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5. DIARE
Diare adalah peningkatan massa tinja, bertambahnya frekuensi buang air besar atau
fluiditas (tingkat keenceran) tinja yang lebih tinggi. Diare dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu karena adanya infeksi enteral dan parenteral, imuninodefisiensi,
terapi, maupun karena tindakan tertentu lainnya. Infeksi enteral dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, protozoa, dan cacing. Sedangkan infeksi parenteral dapat disebabkan oleh
karena intoksisitas makanan, alergi dan malabsorbsi.
273
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
6. DISENTRI
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan
buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan
darah. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua yaitu disentri
amuba dan disentri basiler. Penyebab yang paling umum yaitu adanya infeksi parasit
Entamoeba histolytica yang menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri golongan
Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler.
274
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
7. KONJUNGTIVITIS
Konjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva
(lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.
275
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
e. Konjungtivitis gonore
Tanda – tanda gonore adalah sebagai berikut:
1. Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
2. Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum
3. Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental
4. Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
5. Perdarahan subkonjungtiva dan kemot
276
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
8. MALARIA
Malaria adalah penyakit yang berpotensi mengancam nyawa yang disebabkan oleh
infeksi protozoa Plasmodium yang ditransmisikan oleh nyamuk Anopheles betina
infektif. Infeksi Plasmodium falciparum membawa prognosis yang buruk dengan angka
kematian yang tinggi jika tidak diobati, tetapi memiliki prognosis yang sangat baik jika
didiagnosis dini dan diobati dengan tepat.
278
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
1. Bourke, et al. 2009. Guidelines For The Management of Contact Dermatitis: an update.
Tersedia dalam :
http://www.bad.org.uk/portals/_bad/guidelines/clinical%20guidelines/contact%20derm
atitis%20bjd%20guidelines%20may%202009.pdf. Diakses pada tanggal 10 Februari
2014
2. Chaitanya, G. 2013. Epigastric Pain - Location, Causes and Treatment.
http://emedicalhub.hubpages.com/hub/Epigastric-Pain. (diakses pada 15 Februari 2014)
3. Djuanda, Adhi. 2011. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Dorland, W. 2002. Kamus Kedokteran DORLAND. Edisi 29. Jakarta: EGC.
5. Guandallini, S. 2013. Diarrhea. http://emedicine.medscape.com/article/928598-
overview. (diakses pada 8 Februari 2014)
6. Harsono, 2009. Kapita Selekta Neurologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjahmada University
Press.
7. Harsono, 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi V. Yogyakarta: Gadjahmada
University Press.
8. Ilyas, S, Yulianti, SR. 2012. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
9. Mansjoer, et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
10. Meneghetti, A. 2013. Upper Respiratory Tract Infection.
http://emedicine.medscape.com/article/302460-overview. (diakses pada 31 Januari
2014)
11. PAPDI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
12. Perez-Jorge, E. 2013. Malaria. http://emedicine.medscape.com/article/221134-
overview. (diakses pada 8 Februari 2014)
13. Ramaiah, S. 2007. All You Wanted To Know About Diare. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Popular
14. Riordan-Eva, P., Whitcher, J.P., 2009. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Edisi
17. Jakarta: EGC.
15. Suryadi, et al. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Percetakan Penebar
Swadaya
16. Vyas, J. 2012. Dengue Hemorrhagic Fever.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001373.htm. (diakses pada 8 Februari
2014)
17. Widjaja. 2007. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga
18. Widodo, djoko. 2006. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
279
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
SIRKUMSISI
TBM Axis, TBM FK UI, TBMM Humerus, TBM Vertex
1. Definisi
Sirkumsisi berasal dari bahasa latin circum:around, caedere: to cut.
Khitanan disebut juga sirkumsis yang berarti sayatan melingkar, yang diidentikkan
pada pemotongan prepusium yang melingkar terhadap batang penis. Dalam
prosesnya khitanan adalah tindakan pembuangan kulup penis dengan tujuan
menjalankan syari’at agama ataupun indikasi medis.
Sirkumsisi adalah tindakan membuang sebagian atau seluruh preputium
termasuk membebaskan glans penis dan sulcus coronarius dari perlengketan
dengan mukosa preputium untuk tujuan tertentu. Sirkumsisi dapat mengurangi
risiko infeksi saluran kemih (ISK) 3-10x karena smegma dapat memicu infeksi
280
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
yang berusia mulai dari dekade ketiga. Plak yang halus, lembab, eritem, berbatas tegas pada
glas penis penyakit ini. Karsinoma sel skuamosa dan penyakit paget ekstra mamae harus
disingkirkan biasanya dengan biopsi. Sirkumsisi terbukti mencegah perkembangan penyakit
ini dan dapat menyembuhkan pada sebagaian besar kasus.
7) Kalkulasi prepusium
Kalkulasi prepusium terjadi kebanyakan pada negara yang belum berkembang. Insidensinya
berbanding terbalik dengan standar kehidupan, sehingga penyakit ini jarang di dunia barat.
Kalkuli prepusium terjadi terutama pada dewasa dan berhubungan dengan fimosis, higeene
genital yang buruk dan status sosial ekonomi yang rendah. Jika tidak diobati, kalkuli
prepusium dapat mengakibatkan angka kesakitan yang signifikan dengan inflamasi kronis
dan pembentukan fistula urinarius. Infeksi akut diatasi sementara dengan pembuatan celah
pada preputium bagian dorsal untuk drainase.
B. KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi sirkumsisi dibagi menjadi 2 yakni absolut dan relatif
a. Absolut
1) Hipospadia
Hipospadia adalah kelaianan kongenital dimana meatus urethra eksterna tidak terletak di
ujung glans penis melainkan terletak di sepanjang sisi ventral penis atau pada skrotum atau
pada perineum. Frekuensinya sekitar 1 dari 300 kelahiran bayi laki-laki. Pada keadaan yang
lebih sering, jenis hipospadia yang lebih ringan berupa urethra yang terletak pada atau distal
dari korona penis.
2) Epispadia
Epispadai adalah kelainan kongenital dimana meatus urethra eksterna terdapat pada bagian
dorsal batang penis. Keadaan ini lebih jarang dibandingkan dengan hypospadia.
282
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Relatif
1) Hemofilia : Yakni kelainan darah yang sukar membeku
2) Infeksi lokal
3. Alat dan bahan
A. Alat
Alat- alat yang diperlukan dalam operasi khitan tidan jauh berbeda dengan operasi
kecil lainnya. Jenis alat dan bahan tergantung pada metoda sirkumsis mana yang
digunakan. Berikut adalah alat yang digunakan untuk tekhnik dorsumsisi dan
guelotin.
1) Gunting diseksi sebanyak 1 buah dengan permukaan ujung tumpul dan tajam.
2) Klem mosquio sebanyak 1 buah, digunakan untuk menjepit
perdarahan (hemostasis) terutama pada jaringan yang tipis dan lembut.
1) Klem pean lurus sebanyak 2 buah, digunakan untuk hemostasis dan menjempit
jaringan lunak.
2) Klem Halstead, untuk memegang jaringan yang lunak, misalnya untuk
membuka luka dengan jalan menjepit tepi dalam luka. Klem ini sama besar
dengan klem mosquito, hanya bedanya klem ini bergigi pada ujungnya.
283
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Persiapan Tim:
285
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Tekhnik sterilisasi
286
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Tekhnik anastesi
.
3) Komplikasi tindakan anastesi
Syok anafilaksis disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas type I. Terjadi
vasodilatasi perifer sehingga terjadi pengumpulan darah di perifer. Akibatnya
terjadi penurunan venous return sehungga cardiac output pun menurun.
288
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Tekhnik sirkumsisi
B. Insisi
Tekhnik insisi yang sering digunakan adalah dirsumsisi dan guillotine. Sebelum
diinsisi, dilakukan dulu penandaan sampai mana insisi akan dilakukan. Penandaan
dilakukan dengan maksud agar kulit yang dipotong tidak terlalu panjang atau
kependekan. Jika kulit dan mukosa yang dipotong terlalu panjang, maka sesudah di
hekting penis seakan tertanam, dan akan menimbulkan rasa tidak nyaman jika
ereksi. Sebaliknya jika sisanya terlalu panjang maka korona glandis atau bahkan
dari glans akan tertutup ole prepusium. Hal ini mengakibatkan penumpukan
kotoran masih terjadi. Idealnya, penandaan dilakukan saat penis ereksi, jika tidak
maka tekanlah pangkal penis sehingga batang penis berdiri. Jepitkan pinset atau
klem seikitar 2 – 5 mm proksimal dari proyeksi sulkus korona glandis. Setelah itu,
lepaskan kembali tekanan pada pangkal penis.
Tekhnik insisi di antaranya:
1) Dorsumsisi
289
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
d. Pindahkan kedua klem (dari jam 11 dan jam 1) ke ujung distal sayatan (jam
2 dan jam 12)
e. Dari ujung insisi jam 6 guntinglah ke kanan dan ke kiri secara melingkar
dengan arah serong menuju jam 12
f. Menggunting dapat juga dimulai dari distal sayatan jam 12 mengarah jam 6
ke kiri dan ke kanan
g. Gunting dan rapikan kelebihan mukosa
h. Pada teknik ini bisa juga memakai pinset anatomis sebagai landasan
masuknya gunting. Setelah klem dipasang di jam 11 dan jam 1, masukkan
pinset dengan arah sedikit ke atas meregang preputium sampai ujung pinset
berada di bawah tanda batas insisi yang telah di buat. Kemudia pinset
dibuka sedikit agar gunting masuk dengan mudah dan terarah.
2) Klasik (guillotine)
Disebut tekhnik klasik karena tekhnik inilah yang paling lama digunakan.
290
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Tarik dan perhatikan apakah posisi kulit tetap simetris terhadap batang
penis
c. Simpulkan ujung jahitan secara reef knot.
d. Ulangi jahitan serupa dengan tekhnik yang sama di tempat yang lain.
e. Potong benang sekitar 1-2 mm
f. Dengan tekhnik yang sama jahit di jam 5
g. Jahitan dilakukan di jam 3 dan 9. Tali kendali di jam 12 dan 6 masih
dipertahankan
h. Hasil akhir dilakukan penjahitan di jam 12,4,6,8 dan 10.
2. Ligasi hekting
Lain halnya dengan di daerah lain, hemostasis di jam 6 memiliki tekhnik
yang berbeda mengingat adanya arteri yang cukup besar. Perdarahan paksa
khitan terbanyak karena kesalahan hemostasis di sini. Arteri yang terpotong
terbagi menjadi dua bagian pertama di sisa mukosa frenulum dekat glans dan
kedua di bawah kulit di jam 6 yang terpotong. Kedua bagian ini harus diligasi,
hekting karena jika hanya diligasi kemungkinan akan terlepas. Dapat juga
dilakukan
koagulasi dengan elektrokauter atau laser dengan memperhatikan jangan
sampai uretrha terbakar karena di bagian frenulum letak urethra lebih
superfisial.
Jika dilakukan hemostasis dengan ligasi hekting, ada beberapa cara yang
dapat dilakukan. Dengan tekhnik ligasi ini diharapkan pembuluh darah yang
terpotong di kedua sisi yaitu sisi sisa mukosa dekat frenulum dan sisi lainnya
di bawah tepi kulit yang disayat diharapkan akan terligasi.
a. Tekhnik Matras
1) Pertama kali jarum di tusukkan dari arah luar kulit sebelah kanan dari
frenulum kemudian menyebrangi bagian dalam luka
2) Jarum masuk ke sisa mukosa dari bagian dalam dan keluar
3) Jahitan menyebrangi garis tengah untuk masuk kembali ke bawah luka
dan masuk ke kulit diseberangnya dari dalam keluar.
4) Tarik kedau ujung benang sampai tepi sayatan kulit dan tepi sayatan
mukosa bertemu. Simpul secara reef knot.
b. Tekhnik Figur of Eight
Ikatan seperti matras, tetapi disilangkan, menyerupai
angka 8. Tekhniknya adalah:
1) Tusukkan jarum pada kulit sedikit sebelah kiri rafe penis, lalu
masukkan menyilang dan keluar di sisa mukosa disisi yang
berseberangan (sebelah kanan frenulum).
2) Tusukkan kembali jarum ke sisa mukosa sebelah kiri terus masuk
menyilang keluar di kulit berseberangan (sebelah kanan rafe penis).
3) Simpulkan dengan reef knot.
292
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
MATRAS FIGURE OF 8
D. DRESSING
Dressing atau pembalutan luka praoperasi bertujuan untuk melindungi luka
operasi dari kontaminasi. Bagi sebagian pengkhitan, ada yang tidak membalut
luka paska khitan dengan tujuan agar evaporasi berlangsung lebih baik sehingga
luka cepat kering.
Luka pasca khitan adalah salah satu luka yang rawan infeksi, sebab umumnya
yang dikhitan adalah anak-anak yang biasanya belum mampu menjaga kebersihan
dengan baik dan luka khitan sering tersiram air setelah buang air kecil yang
menyebabkan terbawanya kuman oleh air dan sukar keringnya luka. Oleh karena
itu jika diperkirakan yang dikhitan tersebut sulit memelihara kebersihan, maka
luka paska khitan sebaiknya dibalut. Keuntungan dan kerugian ini benar-benar
dipertimbangkan karena infeksi dapat terjadi.
Secara umum, balutan yang digunakan terdiri dari beberapa lapisan
tergantung pada kebutuhan.
1) Lapisan antibiotik atau antiseptik
Lapisan ini bisa menggunakan tulle (sofra tulle, daryantu tulle) dipotong
sesuai luka insisi, kira-kira 1x5 cm, dibalutkan melingkari luka insisi. Lapisan
ini bisa juga diganti dengan mengolesi luka insisi dengan salep betadin, salep
tetrasiklin, salep gentamisin 0,1% atau salep kloramfenikol.
2) Lapisan kasa steril
Berupa lipatan tipis kasa steril dengan ukuran sekitar 1,5 x 8 cm atau 2x 5 cm
untuk tipe balutan cincin
3) Plester/hypafix/microfor 3 M
Gunanya untuk memfiksasi balutan yang telah dipasang, ada juga balutan
yang sudah mengandung beberapa lapisan sekaligus sehingga kita hanya
tinggal mengolesi dengan salep antibiotik/antiseptik saja. Misalnya hypafix
dressing strip. Penggunaannya sangat praktis tinggal menggunting disesuaikan
dengan ukuran penis.
293
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
E. Paska Khitan/sirkumsisi.
Seperti pada perawatan pasca operatif lainnya, perawatan paskakhitanpun tidak
berbeda. Yang membedakan adalah luka khitan relatif kecil dan pada umumnya yang
dikhitan adalah anak-anak, yang pada masa ini anak sering bermain dengan tanah atau
benda kotor lainnya. Maka perlu adanya pengawasan orang tua dalam memelihara
kebersihan lukanya.
1) Perawatan
Luka operasi sebaiknya tetap kering, minimal selama tiga hari untuk menghindari
kontaminasi. Perawatan untuk mencegah infeksi dengan penetesan iodin povidone
10% atau pembersihan luka secara rutin dengan NaCl 0,9% pada luka. Atau dapat
juga memakai salep iodin povidone yang lebih bisa bertahan lama.
Perwatan selanjutnya adalah pelepasan kasa pembalut (jika luka pascakhitan
dibalut). Pelepasan balutan ini dapat dilakukan pada hari ketiga karena pada
umumnya luka pada hari tersebut sudah kering.
2) Monitoring tanda – tanda komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan infeksi. Komplikasi
lainnya jarang ditemukan.
3) Medikamentosa
a. Antibiotik Profilaksis
Dapat diberikan antibiotik golongan penisilin, misalnya amoksisilin dengan
dosis 30-50 mg/kg BB/hari dibagi untuk 3 kali pemberian. Jika timbul infeksi
dan tidak berespon terhadap golongan penisilin dapat diberikan golongan
sefalosporin misalnya cefixime dengan dosis 8-10 mg/KgBB/Hari yang
diberikan 2 kali sehari. Golongan quonololn seperti cifrofloxacine tidak
dianjurkan diberikan pada anak karena menghambat pertumbuhan epifise.
b. Analgetik
Dapat diberikan analgetik mulai dari parasetamol dengan dosis 10-15 mg/Kg
BB/pemberian (maksimal 1.200 mg/hari) tiap kali pemberian sehari 3 x, atau
golongan asam mefenamat demgan dosis 125-250 mg. Dapat juga diberikan
metampiron (antalgin) dengan dosis 3 x 125 – 250.
c. Sedatif
Dapat digunakan diazepam oral dengan dosis 0,1 – 1 mg/kg BB/hari dibagi
dalam 3-4 dosis. Dapat juga diberikan lorazepam dengan dosis pada dewasa 2
sampai 3 mg sehari dibagi dalam 3 pemberian. Tetapi ada juga beberapa
penelitian yang mengatakan lorazepam tidak dianjurkan untuk anak.
294
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
FARMAKOLOGI PRAKTIS
1. PENDAHULUAN
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat
menyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.
Obat dapat berefek lokal maupun sistemik. Efek lokal adalah obat yang
efeknya hanya berada pada lokasi di tempat obat tersebut digunakan,
contohnya adalah rute inhalasi (obat yang disemprotkan dalam mulut atau
hidung dengan alat tertentu seperti inhaler), rute mukosa (melalui mukosa
telinga, hidung, atau vagina), dan topikal (penggunaan obat pada kulit, telinga,
dan lain lain). Efek sistemik adalah obat yang efeknya terjadi pada seluruh
tubuh karena obat tersebut dapat bersikulasi dalam darah.1
2. DASAR-DASAR FARMAKOLOGIS1
295
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
c. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : asam
mefenamat.
d. Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Contoh : diazepam, phenobarbital.
e. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh :
Morfin, Petidin.2
296
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
absorbsi
• komplians pasien
sangat
dibutuhkan
• obat mungkin
dimetabolisasi
sebelum absorbsi
sistemik
Intravena tidak • dapat memiliki • tidak cocok
dibutuhkan efek langsung untuk substansi
absorsbi • ideal untuk berminyak
dosis dengan • injeksi bolus
volume besar dapat
• cocok untuk memberikan efek
substansi iritatif samping
dan campuran • sebagian besar
kompleks substansi harus
• berguna untuk diinjeksi
kondisi perlahan
emergensi • dibutuhkan
• bisa teknik aseptik
menggunakan yang ketat
dosis titrasi
• ideal untuk
protein dengan
berat molekular
besar dan obat
peptida
Subkutan • berdasarkan • cocok untuk • jika obat iritatif
diluen obat lepas bisa sebabkan
(pencair) lambat nekrosis atau
297
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
298
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
299
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
pulmo
• efek samping
sistemik lebih
sedikit
Sublingual • tergantung • memotong jalur • terbatas untuk
jenis obat first-pass effect obat-obat
• beberapa • menghindari tertentu
obat, misal destruksi oleh • terbatas untuk
nitrogliserin asam lambung obat dengan
memiliki • stabilitas obat dosis rendah
sifat cepat terjaga karena • mungkin
dan ph saliva relatif kehilangan
mengalami netral sebagian obat
absorbsi • bisa sebabkan jika ditelan
sistemik efek
direk famakologi
• sebagian secara cepat
besar obat
diabsorbsi
secara tak
tentu dan
tidak komplit
3. MACAM-MACAM OBAT4,5
3.1. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)
Inflamasi adalah nama lain dari radang, dimana ditandai dengan tanda:
merah, panas, bengkak, nyeri, dan gagalnya fungsi. Obat ini diberikan
untuk mengatasi radang dengan ciri-ciri di atas. Obat AINS menghambat
suatu enzim bernama siklooksigenase (COX 1 dan COX2), yang nantinya
mengubah asam arakidonat menjadi Prostaglandin E2. COX 1 mempunyai
fungsi yang baik yaitu proteksi lambung, namun COX 2 untuk
peradangan. AINS ada yang menghambat COX 2 saja dan ada yang
300
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Dosis :
1. Pada OA: 7,5 mg 1x1 hari, jika diperlukan dapat ditingkatkan 15mg
1 hari
2. Pada RA: 15 mg 1x 1 hari, dapat dikurangi menjadi 7,5 mg/hari
tergantung respon klinis.
3. Untuk pasien resiko tinggi dan gagal ginjal diberi dosis awal 7,5 mg
1x1 hari
Indikasi : OA dan RA
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap zat aktif atau salah satu komponen
produk NSAIDs yang dapat memberikan efek berupa serangan asma,
urtikaria atau angioedema, tidak untuk kehamilan dan menyusui, juga
tidak untuk pasien dengan ulkus peptikum atau gangguan berat pada
ginjal dan renal6
Efek samping :
301
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Natrium Diklofenak 25 mg
Keterangan :
Mempunyai efek analgesik dan antipiretik. Menghambat aktivitas
siklooksigenase melalui pengurangan produksi prostaglandin oleh
jaringan.
Indikasi :
Pengobatan akut dan kronis gejala rheumatoid artiritis,
osteoarthritis, dan ankilosing spondylitis.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap sodium diclofenac, riwayat alergi akibat
aspirin atau NSAIDs lain, kehamilan trimester ketiga, perdarahan
gaster atau ulserasi duodenum atau gaster aktif, gangguan inflamatori
usus, NYHA III/IV, pasca operasi coronary artery bypass graft,
insufisiensi hepar berat, insufisiensi renal berat (creatinine clearance
<30 mL/menit), riwayat porfiria hepatik dengan diklofenak sebagai
pemicu, perdarahan aktif, demam dengue, retensi cairan atau gagal
jantung, bisa memicu onset baru hipertensi atau memperparah
302
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Dosis :
Dewasa 75-150 mg sehari: 2-3 kali dosis terbagi sebelum makan.
Efek samping :
1. GIT : perdarahan, tukak lambung, usus, perforasi pasien tukak
lambung dan usus
2. SSP : pusing, sakit kepala, mycolonix, encephalopathy, mual,
muntah, kejang
3. Lokal : rasa nyeri, terbakar pada tempat injeksi, pada kejadian
yang terbatas abses dan nekrosis local
4. Kejadian terbatas : reaksi kulit yang parah (erythema multiforme,
steve Johnson syndrome, lyell.s syndrome, reaksi bolus), dan
fotosensitivitas
c. Piroxicam
Keterangan :
Antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Diperkirakan dapat
menghambat biosintesis prostaglandin melalui penghambatan yang
reversible terhadap enzim siklooksigenase.
303
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Indikasi :
Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoarthritis, ankilosing
spondylitis, gangguan musculoskeletal akut, dan gout akut.
Kontraindikasi :
Perokok tembakau, gangguan pengelihatan, berisiko gangguan
kardiovaskular, pasca tindakan coronary bypass surgerycoronary
bypass surgery, metabolisme CYP2C9 buruk, tekanan darah tinggi,
serangan jantung, gagal jantug kronis, stroke, ulkus intestinal atau
gaster, gangguan renal, retensi air yang nampak, gangguan hepar,
kehamilan, mastositis sistemik, ruptur dinding gaster atau usus,
anemia, gangguan penjendalan darah, peningkatan resiko perdarahan,
kebiasaan minum minuman beralkohol7
Efek Samping :
Gangguan GIT: stomatitis, anoreksia, distress epigastricum, mual,
konstipasi, stomach discomfort, nyeri abdomen, edema, pusing ,sakit
kepala, ruam kulit, pruritis, penurunan hemoglobin dan hematokrit.
d. Asam Mefenamat
Keterangan :
Merupakan senyawa turunan asam antranilat dengan efek analgesi,
antiinflamasi yang bekerja menghambat aktivitas enzim
siklooksigenase, sehingga menurunkan pembentukan prekursos
prostaglandin dan tromboksan dan asam arakhidonat, secara kompetitif
menghambat ikatan prostaglandin dengan reseptornya.
Dosis : Sediaan 500 mg.
Dewasa dan anak >14 thn: dosis awal 500 mg, selanjutnya 250 mg
tiap 6 jam. Sesuai kebutuhan, setelah makan.
304
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Indikasi :
Menurunkan rasa nyeri ringan sampai sedang, pengobatan tidak lebih
dari 1 minggu.
Kontraindikasi :
Inflammatory bowel disease, ulkus peptikum aktif, hipersensitif
terhadap aspirin (asam asetilsalisilat) atau NSAIDs lain, gagal ginjal8
Efek Samping :
Permasalahan GIT (diare,mual,muntah,nyeri perut,konstipasi),
hemolitis, sakit kepala, vertigo, pusing. Perhatian untuk penderita
tukak saluran cerna, anak di bawah 14 tahun, wanita hamil, gangguan
fungsi ginjal.
e. Paracetamol
Keterangan :
Analgetik antipiretik yang cepat diabsorbsi tanpa menimbulkan
iritasi lambung, konstipasi.
Indikasi :
Untuk menyembuhkan demam dan berbagai nyeri pada: sakit
kepala, otot, sendi, gigi, influenza, nyeri haid, demam, nyeri karena
peradangan.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap paracetamol, gagal hepar akut, gangguan
hepar, kerusakan renal berat, syok, overdosis asetaminofen, inflamasi
305
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
hepar akut akibat virus Hepatitis C, nutrisi buruk, reaksi alergi berupa
urtikaria/eritem, mual, muntah.9,10
Efek samping :
Reaksi alergi yang memunculkan ruam dan bengkak, flushing,
tekanan darah rendah dan denyut jantung cepat jika diberikan secara
intravena, gangguan darah (misal, trombsitopenia dan leukopenia),
kerusakan hepar dan renal jika digunakan dengan dosis berlebih atau
bahkan bisa memberikan efek fatal pada kasus berat.11Sangat jarang
seperti anemia hemolitik, methemoglobinemia, mual, muntah,
ikterik.12
Dosis :
Dewasa: maag diminum saat perut kosong dapat mengurangi nyeri 20-
60 menit
Indikasi :
Hiperasiditas (keasaman lambung berlebih), kondisi hipersekresi asam
lambung, nyeri tukak lambung, GERD (gastroesophageal reflux
disease)12
306
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Efek samping :
Diare (sementara), nyeri otot, pusing-pusing, reaksi kulit, nyeri sendi,
nyeri otot, kebotakan, lelah, sakit kepala, ruam kulit 12
c. Omeprazole : PPI
Keterangan :
Guna: Menyebabkan penghambatan asam lambung, dipakai pada
maag yang tidak mempan obat AH-2 (cimetidine) atau maag kronis.
Dosis :
Dosis Sediaan 20 mg
Dewasa: 20 mg atau 40 mg sekali sehari.
Indikasi :
Dapat menyembuhkan ulkus duodenal lebih cepat daripada H2-
blocker yaitu cimetidine atau ranitidine, bahkan dalam 2 minggu bisa
307
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Kontraindikasi :
Gastritis atrofik, metabolisme buruk untuk CYP2C19, gangguan
hepar, nefritis interstitial, clostridium difficile collitis, osteoporosis,
kerusakan tulang, vitamin B12 inadekuat, kadar magnesium rendah
dalam darah, alergi terhadap proton pump inhibitors15
Efek Samping :
Jangka panjang perlu diperhatikan pertumbuhan bakteri berlebihan
di sel cerna (karena fungsi asam lambung/HCl untuk membunuh
bakteri)
d. Ranitidine
Keterangan :
Ranitidine termasuk ke dalam kelompok obat histamine-2 blocker.
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi jumlah produksi asam
lambung. Biasanya digunakan untuk kondisi ulkus gastrika dan
intestinal, bisa juga digunakan untuk menangani kasus produksi asam
berlebih pada gaster khususnya pada kasus Zollinger-Ellison
Syndrome. Juga bisa digunakan untuk kasus Gastroesophageal Reflux
Disease (GERD) atau kasus lain yang mirip kemudian memberikan
efek heartburn akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan.13
Dosis :
Ulkus duodenal dewasa : peroral 150mg 2x1 atau 300mgx1 bisa juga
diberikan via IV dengan kecepatan 6,25mg/jam selama 24 jam
Gastroesophageal Reflux Disease dewasa : peroral 150mg 2x1 atau via
IV atau IM 50mg tiap 6-8 jam13
308
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Efek samping :
Pusing, sakit kepala, mengantuk, diare, trombositopenia, leukopenia,
impoten, insomnia12
Kontraindikasi :
Memiliki alergi terhadap bahan aktif pada loperamide, nyeri perut
tanpa diare, konstipasi, kembung perut, berak darah16
b. Attapulgite
Keterangan :
Berguna untuk mengabsorbsi kuman, racun yang menyebabkan
diare, mengurangi kehilangan cairan tubuh, mengurangi frekuensi
diare, dan memperpadat konsistensi feses
309
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Dosis :
Dewasa: 1,2-1,5 gram setiap BAB. Maksimal 9 gram sehari
Kontraindikasi :
Alergi terhadap bahan aktif attapulgite, demam, berak darah atau
mukus pada berak, pasien konsumsi garam sitrat (misal suplemen
kalsium, antasida, dan laksatif)17
Efek Samping :
Sembelit, efek berat berupa reaksi alergi berat (ruam, urtikaria,
susah napas, rasa tertekan pada dada, bengkak sekitar mulut, wajah,
bibir atau lidah)18
Dosis :
Sediaan: 1 tablet 10 mg
Dewasa: 3xsehari 5-10 mg
Indikasi :
310
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Kontraindikasi :
Depresi, tanda-tanda Parkinson, gerakkan abnormal pada otot
wajah dan lidah, Neuroleptic Malignant Syndrome, aldosteronism,
tekanan darah tinggi, gagal jantung kronik, obstruksi intestinal
mekanis, operasi menyambungkan dua bagian usus, pengerasan hepar,
perdarahan gaster atau intestinal, kejang, pheochromocytoma, retensi
air, ruptur dinding gaster atau intestinal, porfiria, defisiensi enzim
sitokrom B5 reduktase dalam darah, kerusakan renal moderate sampai
berat19
Efek samping :
Mengantuk, gelisah, diare, nyeri abdomen, berak dempul, urin
warna gelap, susah napas dan berbicara dan menelan, demam, denyut
jantung cepat20
b. Domperidone
Keterangan :
Guna: memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung.
Antiemetis/anti mual muntah karena blockade dopamine di CTZ.
Dosis :
Sediaan: 1 tablet 10 mg
Dewasa: 3xsehari 10-20 mg sebelum makan
Indikasi :
Dipakai untuk mual muntah selain mabuk darat, misal pada
kemoterapi dan migraine, dan kondisi di mana asam lambung dapat
kembali ke esophagus.
311
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Kontraindikasi :
Pasien degan konduksi jantung buruk atau rusak, gangguan jantung
misal gagal jantung kongestif, menerima obat yang memperpanjang
inter QT atau inhibitor CYP3A4, gagal hepar berat21
c. Dimenhidrinat
Keterangan :
Sering dikenal dengan nama antimo. Merupakan jenis anti histamine 1
Dosis :
Dewasa: sebelum perjalanan 50-100mg satu kali.
Kontraindikasi :
Alergi terhadap bahan dimenhidrinat, pasien konsumsi sodium
oxybate, monoamine oxidase inhibitor dalam 14 hari terakhir,
menyusu22
3.5Anti Alergi
Anti Histamin I: Mengantagonis histamin dengan memblok reseptor H1
yang terdapat di otot pembuluh, bronkus, saluran cerna, kandung kemih,
rahim, dan kapiler. Efek histamin adalah: kontraksi otot polos bronkus,
usus rahim; memperlebar pembuluh darah (dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah); permeabilitas kapiler meningkat (akibatnya
udem/bengkak/bentol pada kulit); pengeluaran berlebihan ingus, air mata,
ludah; stimulasi ujung saraf sehingga merah dan gatal-gatal.
312
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Indikasi :
Reaksi alergi misalnya rhinitis allergic (bersin karena alergi), dapat
menjadi tambahan pada obat batuk
Kontraindikasi :
Adanya alergi degan asam askorbat (vitamin C) atau obat yang
mengandung asam folat24
Efek samping :
Mengantuk, diare, konstipasi, rasa tidak nyaman pada perut, reaksi
alergi jika memilliki alergi,
313
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Loratadine
Dosis : Sediaan 10 mg
Dewasa: 1 x 10 mg per hari
Indikasi :
Penggunaan pada reaksi alergi, rhinitis (bersin karena alergi), gatal-
gatal/biduran (urtikaria)
c. Cetirizine
Dosis : Sediaan 10 mg
Dewasa: 1 x 10 mg per hari
Indikasi :
Penggunaan pada reaksi alergi, rhinitis (bersin karena alergi), gatal-
gatal/biduran (urtikaria)
Kontraindikasi :
Peningkatan tekanan bola mata, gangguan hepar, penyakit renal,
ketidakmampuan
mengosongkan kandung kemih27
314
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
✓ QUICK RELIEVER :
b. Salbutamol (Beta 2 Agonis)
Keterangan :
Bekerja pada reseptor B2 (banyak di trakea dan bronkus) yang
menyebabkan pengubahan ATP menjadi cAMP sehingga
menyebabkan bronkodilatasi atau pelebaran otot bronkus yang baik
untuk asma
Indikasi :
Penggunaan pada reaksi asma. Dapat berupa inhaler dan berfungsi
untuk pereda asma yang mempunyai efek cepat
Kontraindikasi :
Asma berat, gangguan jantung, hipertensi, diabetes,
hipertiroidisme, infeksi paru-paru, aritmia, intoleransi gula dengan
kadar potasium rendah dalam darah, alergi pada bagian dari komposisi
obat28
315
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Efek samping :
Merasa terguncang, sakit kepala, detak jantung cepat atau tidak
teratur, kemerahan pada wajah, kram otot (jarang pada salbutamol
inhalasi), iritasi atau kekeringan mulut dan tenggorokkan (pada
salbutamol inhalasi saja), hipokalemia yang bisa memicu kram otot
dan kelemahan serta kematian jika pasien alami henti napas,
bronkospasme (pada salbutamol inhalasi), asidosis laktat28
c. Aminofilin (metilxantin)
Keterangan :
Bekerja dengan merelaksasi otot paru dan bronkus dan
menyebabkan paru kurang sensitif terhadap alergen. Tujuan
penggunaan obat untuk mengurangi mengi dan kesulitan bernapas
karena gangguan napas, misal pada kasus asma, emfisema, bronkitis
kronis29
Dosis :
Dewasa normal, bukan perokok: 0,5 mg/ KgBB/jam IV
Anak <12 th dan dewasa perokok: 0,8-0,9 mg/ KgBB/ jam IV
Indikasi :
Penggunaan pada reaksi emfisema, bronkitis kronis dan asma
bukan dalam kondisi sudden attack29
Kontraindikasi :
Alergi teofilin, teobromine, kafein, atau etilenediamin, riwayat
sakit fibrosis kistik, diabetes, glukoma, gagal jantung kongestif,
aritmia, hipertensi, penyakit renal, sirosis, kejang, ulkus gaster atau
intestinal, penyakit tiroid30
316
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Efek samping :
Pusing, kram perut, mual, muntah, diare, hilang nafsu makan, sakit
kepala, gangguan tidur, iritabilitas (rewel), perasaan nervous, tremor,
peningkatan urinasi31
Dosis :
Sediaan: PCT (500 mg), Fenil propanolamin HCl 15 mg, CTM 2 mg,
Gliseril Guaiakolat 50 mg
Dewasa: 1 kaplet. 3-4x sehari
Anak 6-12 tahun 1 kaplet, 3x sehari
Indikasi :
Untuk meringankan gejala flu: demam, sakit kepala, hidung
tersumbat, dan bersin bersin disertai batuk
Kontraindikasi :
Gangguan hati atau ginjal, hipertensi, glukoma, diabetes, hipertiroid,
penyakit jantung32
317
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Efek Samping :
Mengantuk, gangguan pencernaan, gangguan psikomotor,
takikardi, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin. Penggunaan
jangka panjang dan dosis besar menyebabkan kerusakan hati.
3.8 Kortikosteroid
a. Dexametason
Keterangan :
Merupakan kortikosteroid yang mirip dengan hormon alami yang
dihasilkan glandula adrenal sehingga biasa digunakan ketika tubuh
dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Kinerja obat dengan
memperbaiki efek inflamasi (bengkak, hangat, kemerahan, dan nyeri)
juga bisa digunakan untuk berbagai bentuk arthritis, gangguan kulit,
darah, renal, mata, tiroid, gangguan intestinal, alergi parah, dan asma,
juga bisa untuk beberapa tipe kanker33
Dosis :
Sediaan: 0.5 mg. Dosis tergantung kebutuhan/berat ringannya
penyakit.
Untuk alergi:
Dewasa : Awal, 0,75-9 mg/hari, terbagi dalam 2-4 dosis.
Indikasi :
Obat anti inflamasi (radang) yang kuat dan anti alergi (asma
bronkial, dermatitis atopik, alergi obat, rinitis alergi), gangguan kulit,
darah, renal, mata, tiroid, gangguan intestinal, juga bisa untuk
beberapa tipe kanker33
Kontraindikasi :
Alergi deksametason, aspirin, tartrazine, warfarin, obat arthritis,
aspirin, anti-jamur, gangguan hepar, renal, intestinal, gangguan mental,
318
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Efek Samping :
Bila berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid
seperti kehabisan protein, osteoporosis dan penghambatan
pertumbuhan anak dll.
b. Metilprednisolon
Keterangan :
Glukokrtikoid turunan prednisolone dengan efek kerja dan
penggunaan yang sama seperti senyawa induknya. Tidak mempunyai
aktifitas retensi natrium.
Dosis :
Sediaan: 4 mg.
Dewasa, tergantung penyakit: 4-48 mg.
Indikasi :
Peradangan kulit dan saluran nafas tertentu, penyakit hematologik,
hiperkalsemia terkait kanker, abnormalitas fungsi adrenokortikal,
penyakit kolagen, alergi.
Kontraindikasi :
Alergi deksametason, aspirin, tartrazine, warfarin, obat arthritis,
aspirin, anti-jamur, gangguan hepar, renal, intestinal, gangguan mental,
diabetes,, hipotiroidisme, myasthenia gravis, osteoporosis, infeksi
herpes di mata, kejang, tuberkulosis, dan ulkus34
Efek Samping :
Pemberian jangka panjang/dosis besar pada gangguan elektrolit
dan cairan tubuh, lemah otot, resistensi terhadap infeksi menurun,
319
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3.9Antibiotik
a. Amoxicilin 500 mg
Keterangan :
Turunan penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam
lambung. Amoxicillin diabsorbsi cepat dan baik pada saluran
pencernaan tidak bergantung ada/tidaknya makanan. Amoxicillin aktif
terhadap organisme gram positif dan negative.
Dosis :
Dewasa dan anak BB >20kg: 250-500 mg tiap 8 jam
Indikasi :
1. Infeksi kulit dan jaringan lunak: Stafilokokus bukan penghasil
penisilinase, Streptokokus, E coli.
2. Infeksi saluran nafas: H Influenza, Streptokokus pneumoni,
Stafilokokus bukan penghasil penisilinase, E. Coli.
3. Infeksi saluran genitourinary: E coli, P mirabilis, Streptokokus
faecalis.
4. Gonorrhea: N gonorrhea
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap komponen penisilin dan agen beta
laktam, kejang, gangguan renal, reaksi kulit, reaksi Jarisch-
Herxheimer, kristaluria, konsumsi antikoagulan35
Efek samping :
1. Reaksi kepekaan: Erythema maculopapular rashes, urtikaria, serum
sickness
2. Reaksi kepekaan seperti anafilaksis
3. Gangguan sal pencernaan: mual, muntah, diare
4. Reaksi hematologi
320
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Cefadroxil 500 mg
Keterangan :
Merupakan antibiotik semisintetik golongan cephalosporin yang
bersifat bakterisida terhadap mikroorganisme gram positif dan gram
negatif. Bekerja menghambat pembentukan dinding sel
mikroorganisme.
Dosis :
Dewasa : sehari 1-2 g
Anak-anak : sehari 25-50 mg/kg berat badan, dibagi dalam 2 dosis.
Pengobatan 2-3 hari sampai setelah gejala infeksi hilang
Indikasi :
Infeksi sedang dan berat:
1. Infeksi saluran nafas atas dan bawah
2. Infeksi kulit dan jaringan lunak
3. Infeksi traktus genitourinaria
4. Osteomielitis dan artritis septik
Kontraindikasi :
Gangguan gaster atau intestinal terutama kolitis, gangguan renal36
321
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Indikasi :
Penghambat ACE efektif untuk hipertensi ringan, sedang, berat,
hipertensi, gagal jantung kongestif, nefropati, retinopati,
Kontraindikasi :
Hamil trimester 2 dan 3, diabetes, gangguan renal atau jantung,
menyusui37
b. HCT (Hydrochlorothiazide)
Keterangan :
Merupakan water pill (diuretik) sehingga dapat memicu produksi
urin pengguna yang dapat bermanfaat untuk mengurangi tingginya
kadar air dan garam dalam tubuh, selain itu bisa juga untuk membuang
kelebihan cairan berlebih misal pada edema yang disebabkan gagal
jantung, penyakit hepar, penyakit renal serta dapat mengurangi gejala
napas pendek-pendek atau bengkak pada ankle atau kaki38
Kontraindikasi :
Alergi thiazide, anuria, gangguan asam basa tubuh dengan klorida
rendah dan pH darah basa, turunnya fungsi sel hepar sehingga pasien
tidak sadar, pankreatitis akut, systemic lupus erythematosus, neonatal
322
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Efek Samping :
Hipokalemi meningkatkan efek toksin, obat digitalis,
hiperkalsemia, hiperglikemia, urisemia, hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia.
c. Nifedipine
Keterangan :
Merupakan obat kelas calcium-channel blocker untuk vasodilatasi
sehingga jantung tidak bekerja terlalu keras dalam memompa darah ke
seluruh tubuh40
Efek samping :
Hipotensi, reflek simpatis kuat, ex: takikardia, palpitasi, edema
perifer, hipotensi, palpitasi, pusing, takikardi, mual, gangguan
penglihatan, demam, depresi1
d. Furosemid
Keterangan :
Merupakan water pill (diuretik) sehingga dapat memicu produksi
urin pengguna yang dapat bermanfaat untuk mengurangi tingginya
323
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
kadar air dan garam dalam tubuh, selain itu bisa juga untuk membuang
kelebihan cairan berlebih misal pada edema yang disebabkan gagal
jantung, penyakit hepar, penyakit renal, serta dapat mengurangi gejala
napas pendek-pendek atau bengkak pada lengan, kaki dan abdomen41
Indikasi :
Lebih efektif daripada Tiazid (HCT) untuk hipertensi dengan
gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung
Kontraindikasi :
Kehilangan kalium dalam jumlah banyak misal akibat muntah,
diare, juga pada pasien hiperplasia prostat yang berisiko alami retensi
urin42
Efek Samping :
Hipokalemi meningkatkan efek toksin, obat digitalis,
hiperkalsemia, hiperglikemia, urisemia, hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia
324
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
325
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
326
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Dd = de die (sehari)
Catatan : setiap menulis resep obat digarisbawahi dan diberi paraf.
R/ Hct 25 mg tab No X
ʃ 1-0-0
Artinya :Hidrocloritiazid dosis 25 mg, jumlah 10 tablet, diminum 1x pada
pagi hari.
R/ Paracetamol syrup 60ml flac No I
ʃ 3 dd Cth 1
Kalau kodenya C :Cochlear (cobarium) = sendok makan
Ket : Cth : Cochlear thease = sendok teh
Flac : flacon
R/ Amox
Pct
GG
Vit C
Saccarom lastic QS
Mfl pulv dtd No IX
ʃ 3 dd pulv I
Ket :kita buat puyernya masing-masing sejumlah ¨ö x 9 = 3
tablet. Saccarom lactis adalah suatu pemanis.
mfla : misce fag lege artis : campur dan buat menurut cara
semestinya
dtd : de tales doses : berikan sebanyak dosis tersebut
327
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Obat Tetes
R/ erlamycetin ED flac No I
ʃ 3 dd gtt 1-2 ODS
Cara baca :1 flacon erlamycetin 1-2 tetes, 3x sehari pada mata/ telinga
kanan-kiri tergantung bagian mana yang sakit.
Obat Luar
R/ 2-4 zalf tube I
ʃ Ue
R/ Hidrocortison 1% cream tube I
ʃ Ue
Ket :Ue = Usus Externus
Obat Diare
R/ medocair/ Diatab tab X
ʃ 2-1-1
Catatan :untuk obat diare 2-1-1 bukan dibaca 2 pagi, siang dan
malam 1
Maksud dari resep ini adalah setelah pasien menerima obat, diare pertama
setelah itu diberi minum obat sebanyak 2 tablet. Kemudian untuk diare
berikutnya cukup 1 tablet dan kalau diare sudah berhenti dihentikan
penggunaannya untuk menghindari sembelit.
Resep Injeksi
R/ ectacobalamin inj 1 cc
ʃ Imm
Ket :
Imm : in monum medici : berikan ke tangan dokter
Inj : injection : suntik
328
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
329
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
15. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-3766-2250/omeprazole-
oral/omeprazole-delayed-release-tablet---oral/details/list-contraindications
diakses pada Selasa, 13 Desember 2016 pukul 10.56 WIB
16. https://www.drugs.com/cdi/loperamide.html diakses pada Selasa, 13
Desember 2016 pada pukul 11.00 WIB.
17. https://www.drugs.com/cdi/attapulgite.html diakes pada Selasa, 13
Desember 2016 pada pukul 11.03 WIB
18. https://www.drugs.com/sfx/attapulgite-side-effects.html diakses pada
Selasa, 13 Desember 2016 pukul 11.05 WIB
19. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-8679/metoclopramide-
oral/details/list-contraindications diakses pada Selasa, 13 Desember 2016
pukul 11.14 WIB
20. https://www.drugs.com/sfx/metoclopramide-side-effects.html diakses pada
Selasa, 13 Desember 2016 pukul 11.16 WIB
21. https://www.gov.uk/drug-safety-update/domperidone-risks-of-cardiac-
side-effects diakses pada Selasa, 13 Desember 2016 pukul 11.21 WIB
22. https://www.drugs.com/cdi/dimenhydrinate.html diakses pada Selasa, 13
Desember 2016 pukul 11.36 WIB
23. https://www.drugs.com/imprints/ctm-12-19936.html diakses pada Selasa,
13 Desember 2016 pukul 12.54 WIB
24. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-58877/ctm-oral/details/list-
contraindications diakses pada Selasa, 13 Desember 2016 pukul 12.56
WIB
25. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-58877/ctm-oral/details#side-effects
diakses pada Selasa, 13 Desember 2016 pukul 12.58 WIB
26. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-73-204/loratadine-oral/loratadine---
oral/details/list-contraindications diakses pada Kamis, 22 Desember 2016
pukul 23.42 WIB
27. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-12065/cetirizine-oral/details/list-
contraindications diakses pada Kamis, 22 Desember 2016 pukul 23.44
WIB
330
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
28. http://drugs.webmd.boots.com/drugs/drug-412-
.aspx?drugid=412&drugname= diakses pada Kamis, 22 Desember 2016
pukul 23.49 WIB
29. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-6675/aminophylline-oral/details
diakses pada Kamis, 22 Desember 2016 pukul 23.56 WIB
30. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-6675/aminophylline-
oral/details#precautions diakses pada Kamis, 22 Desember 2016 pukul
23.58 WIB
31. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-6675/aminophylline-
oral/details#side-effects diakses pada Jum’at, 23 Desember 2016 pukul
00.00 WIB
32. http://www.mims.com/indonesia/drug/info/flutamol-flutamol-p?lang=id
diakses pada Jum’at, 23 Desember 2016 pukul 00.08 WIB
33. https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682792.html diakses pada Jum’at,
23 Desember 2016 pukul 00.19 WIB
34. https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682795.html diakses pada Jum’at,
23 Desember 2016 pukul 00.19 WIB
35. https://www.medicines.org.uk/emc/medicine/25942 diakses pada Jum’at,
23 Desember 2016 pukul 00.30 WIB
36. https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682730.html diakses pada Jum’at,
23 Desember 2016 pukul 00.34 WIB
37. https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682823.html diakses pada Jum’at,
23 Desember 2016 pukul 00.38 WIB
38. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-5310/hydrochlorothiazide-
oral/details diakses pada Jum’at, 23 Desember 2016 pukul 00.44 WIB
39. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-5310/hydrochlorothiazide-
oral/details/list-contraindications diakses pada Jum’at, 23 Desember 2016
pukul 00.49 WIB
40. https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a684028.html diakses pada Jum’at,
23 Desember 2016 pukul 00.52 WIB
331
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
41. http://www.webmd.com/drugs/2/drug-5512-8043/furosemide-
oral/furosemide---oral/details diakses pada Jum’at, 23 Desember 2016
pukul 00.56 WIB
42. http://www.infomed.ch/100drugs/furocont.html diakses pada Jum’at, 23
Desember 2016 pukul 00.57 WIB
43. http://pharmlabs.unc.edu/labs/prescriptions/latin.htm diakses pada Jum’at,
23 Desember 2016 pukul 01.03 WIB
44. Gunawan, Sulistia G, Rianto Setiabudy N, Elysabeth. Farmakologi dan
terapi. Ed.5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012
332
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
KOMPETENSI TAMBAHAN
MATRA MANAJEMEN
333
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DISASTER MANAGEMENT
TBM Bumi Gora
1. PENGERTIAN BENCANA
Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam, manusia dan/atau oleh keduanya yang mengakibatkan
korban penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
2. PRINSIP
Prinsip penanggulangan bencana :
a. Cepat dan tepat
b. Prioritas
c. Koordinasi dan keterpaduan
d. Berdaya guna dan berhasil guna
e. Transparansi dan akuntabilitas
f. Kemitraan
g. Pemberdayaan
h. Nondiskriminatif
4. MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN
Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas
yang menentang dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem
Pelayanan Tanggap Darurat ditujukan untuk mencegah kematian dini karena
trauma yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak
cedera (kematian segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma.
Perawatan kritis, intensif, ditujuan untuk menghambat kematian kemudian,
334
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
late, karena trauma yang terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu
setelah trauma).
Menunjuk
petugas
RHA
(Rapid
Health
Assessment
)
merupakan
pertugas
yang
menilai keadaan secara cepat dengan mengumpulkan data medis,
epidmiologis, dan kesling, mengnalisisnya seta menyimpulkannya, Gunanya
untuk mengajukan permintaan jumlah dan jenis bantuan ke instansi terkait.
Menunjuk petugas pelaksanan kegiatan di lapangan dengan lokasi kerja
masing – masing :
a. Komando/komunikasi/logistik: biasanya pada satu lokasi
b. Ekstrikasi
c. Triase
d. Tindakan
e. Transportasi
Dalam situasi bencana sudah pasti akan timbul korban, dari yang ringan
sampai yang berat bahkan meninggal dunia. Kondisi tersebut masih ditambah
dengan jumlah korban yang seringkali melebihi kondisi sehari-hari. Keadaan
tersebut akan mudah menimbulkan kepanikan dan kekacauan dalam
penanganan korban di rumah sakit. Pimpinan bertanggung jawab untuk
mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk diatur dan dikoordinasikan.
Disinilah diperlukan pengorganisasian yang tepat dari semua unsur yang ada
335
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
336
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
337
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
338
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Tingkat Puskesmas
✓ Menyampaikan infromasi pra bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
✓ Menyampaikan informasi rujuka ke RS Kabupaten/Kota bila
perlu.
✓ Menyampaikan informasi perkembangan bencana ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
Tingkat Kabupaten/Kota
✓ Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi
awal bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi.
✓ Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penilaian
kebutuhan pelayanan di lokasi bencana.
✓ Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan
hasil penilaian kebutuhan pelayanan ke Dinas Kesehatan
Provinsi dan memberi respon ke Puskesmas dan RS
Kabupaten/Kota.
✓ Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi
perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan
Provinsi.
339
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5.2. Penyampaian
Informasi yang diperoleh dapat disampaikan dengan menggunakan :
a. Kurir
b. Radio Komunikasi
c. Telepon
d. Faksimili
e. E-mail
f. SMS
340
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
6. RESPON BENCANA
6.1. Pre penanganan bencana
a. Preventif
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana
maupun kerentanan pihak yang terancam bencana (UU no. 24/2007). Upaya
tidak mempertemukan bahaya dengan kerentanan/kapasitas. Upaya yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan
bahaya).
Misalnya :
✓ Melarang pembakaran hutan dalam perladangan
✓ Melarang penambangan batu di daerah yang curam.
Contoh kegiatan :
✓ Membuat Peta Daerah Bencana
✓ Mengadakan dan mengaktifkan isyarat-isyarat tanda bahaya
✓ Menyusun Rencana Umum Tata Ruang
✓ Menyusun Perda mengenai syarat keamanan, bangunan,
pengendalian limbah dsb.
✓ Mengadakan peralatan/perlengkapan Ops. PB
✓ Membuat Protap, Juklak, Juknis PB.
✓ Perbaikan kerusakan lingkungan.
b. Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna (UU 24/2007). Ada 9 kegiatan dalam komponen
kesiapsiagaan:
✓ Penilaian Risiko (risk assessment)
✓ Perencanaan siaga (contingency planning)
✓ Mobilisasi sumberdaya (resource mobilization)
✓ Pendidikan dan Pelatihan (training & education)
✓ Koordinasi (coordination)
✓ Manajemen Darurat (response mechanism)
✓ Peringatan Dini (early warning)
✓ Manajemen Informasi (information systems)
✓ Gladi / Simulasi (drilling/simulation)
Misalnya:
✓ Penyiapan sarana komunikasi
✓ Pos komando
✓ Penyiapan lokasi evakuasi
✓ Rencana Kontinjensi dan sosialisasi peraturan / pedoman
penanggulangan bencana.
341
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
K
oordinasi
memerlu
kan :
✓ Manajemen penanggulangan masalah kesehatan yang baik.
✓ Adanya tujuan, peran dan tanggung jawab yang jelas dari
organisasi.
✓ Sumber daya dan waktu yang akan membuat koordinasi
berjalan.
342
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
343
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
344
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
345
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
✓ Penundaan inisiatif
✓ Keikutsertaan pemerintah sangat minim dengan
pertimbangan :
tidak prioritas, adanya konflik pemerintah dengan pihak
lain, badan internasional tidak sepaham dengan pemerintah,
dan perbedaan tujuan karena adanya konflik internal dalam
sector pemerintah.
✓ Pembagian tugas tidak berjalan
✓ Kerangka waktu tidak disepakati
✓ Pengalihan tugas
b. Pembuatan Posko, RS Lapangan, dan Ambulance Protokol
Pembuatan Posko
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian
upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tangap
darurat, dan rehabilitasi, serta rekonstruksi. Tanggap darurat
bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, serta pemulihan prasarana dan sarana. Masa
tanggap darurat bencana adalah jangka waktu tertentu yang
ditetapkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Pos Komando
Kedaruratan adalah pos komando yang dibentuk pada saat keadaan
darurat yang meliputi tahap siaga darurat, tahap tanggap darurat
dan transisi dari tahap tanggap darurat ke tahap pemulihan yang
dapat berupa pos komando tanggap darurat dan atau pos komando
lapangan dan pos pendukung yang merupakan satu kesatuan sistem
penanganan darurat. Pos Komando Tanggap Darurat Bencana
adalah institusi yang berfungsi sebagai pusat komando operasi
tanggap darurat bencana, untuk mengkoordinasikan,
mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tanggap
darurat bencana. Pos Komando Lapangan Tanggap Darurat
Bencana merupakan institusi yang bertugas melakukan penanganan
tanggap darurat bencana secara langsung di lokasi bencana. Pos
Komando Tanggap Darurat Bencana Nasional berkedudukan di ibu
kota negara, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Provinsi
berkedudukan di ibu kota provinsi, Pos Komando Tanggap Darurat
Bencana Kabupaten/Kota berkedudukan di ibukota kabupaten/kota
atau di tempat lain sesuai kondisi yang ada. Pada bencana skala
nasional dapat dibentuk Pos Komando Tanggap Darurat Aju di
provinsi dan pada bencana skala provinsi dapat dibentuk Pos
346
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
347
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
348
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Provinsi/BPBD/SATLAK PB Kabupaten/Kota
sesuai status/tingkat bencana dan tingkat
kewenangannya :
i.Mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Pos
Komando Tanggap Darurat Bencana.
ii. Melaksanakan mobilisasi sumberdaya
manusia, peralatan dan logistic serta dana dari
instansi/lembaga terkait dan/atau masyarakat.
iii. Meresmikan pembentukan Pos Komando
Tanggap Darurat Bencana.
iv. Bilamana pemerintah kabupaten/kota atau
provinsi tidak ada BPBD, maka yang
melaksanakan pembentukan Pos Komando Tanggap
Darurat adalah instansi/ Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang menangani bencana.
1. Keamanan.
Lokasi pendirian RS lapangan harus berada di
wilayah yang aman dari bencana susulan.
2. Akses.
Kemudahan akses bagi petugas dan pasien, juga
untuk mobilisasi logistik.
3. Infrastruktur.
349
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
NB :
dokter umum, dokter spesialis bedah, dokter spesialis bedah tulang, dokter
anestesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis
anak, dokter spesialis jiwa, perawat mahir (gawat darurat, kamar bedah,
intensif, rawat bedah), perawat anestesi, perawat umum, radiographer, tenaga
analisis laboratorium, apoteker dan asisten apoteker, ahli gizi/dietisien, tenaga
rekam medis, tenaga elektro medik, dan tenaga sanitarian
350
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
pengemudi/supir, juru masak, tenaga administrasi, tenaga laundry, tenaga teknisi listrik dan
mesin, tenaga pembantu umum (untuk tenaga gudang, kebersihan, dll.), tenaga keamanan
1. Melihat jenis bencana yang terjadi, misalnya bencana banjir, bencana gunung
meletus, bencana kebakaran hutan, bencana kebakaran, bencana akibat konflik
(huruhara). Berdasarkan data tersebut, kita dapat melakukan perhitungan yang relatif
sesuai dengan kebutuhan selain jenis obat yang disediakan juga dapat mendekati
kebutuhan nyata.
3. Pedoman pengobatan yang umum digunakan. Dalam hal ini sebaiknya merujuk pada
Pedoman Pengobatan yang diterbitkan oleh Depkes.
Agar penyediaan obat dan perbekalan kesehatan dapat membantu pelaksanaan pelayanan
kesehatan pada saat kejadian bencana, jenis obat dan perbekalan kesehatan harus sesuai
dengan jenis penyakit dan pedoman pengobatan yang berlaku.
351
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
352
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
353
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
354
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
c. Triage
Triage adalah proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan
beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta
prioritas transportasi, artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab
ancaman hidup. Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam
mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas
kesehatan.
Tujuan Triage
✓ Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi
segera (lebih ke perawatan yang dilakukan di lapangan).
✓ Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan
dengan pembedahan.
✓ Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan.
Prinsip Triage dan Tata Cara Melakukan Triage Triage
dilakukan berdasarkan observasi terhadap 3 hal, yaitu :
✓ Pernapasan (respiratory)
✓ Sirkulasi (perfusion)
✓ Status mental (mental state)
Pengelompokan Triage Berdasarkan Tag Label
✓ Prioritas 0 (hitam)
Pasien meninggal atau cedera parah yang jelas tidak
mungkin untuk diselamatkan
✓ Prioritas 1 (merah)
Penderita cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan
tindakan medik atau transport segera untuk meyelamatkan
hidupnya.
✓ Prioritas 2 (kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan
tingkat yang kurang berat dan dipastikan tidak akan
mengancam jiwa dalam waktu dekat.
✓ Prioritas 3 (hijau)
355
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
✓ Triage Medic
Dilakukan pada saat korban memasuki pos pelayanan
medik lanjutan yang bertujuan untuk menentukan tingkat
perawatan dan tindakan pertolongan yang dibutuhkan oleh
korban.
✓ Triage evakuasi
Triage ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan
pada rumah sakit yang telah siap menerima korban, seperti
bencana massal.
6.3. Pasca Penanganan Bencana
a. Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Bencana yang disertai dengan pengungsian sering menimbulkan berbagai
masalah, terumata masalah kesehatan masyarakat yang besar. Dalam
sitausi bencana selalu terjadi kedaruratan semua aspek kehidupan.
Terjadinya kelumpuhan pemerintahan, rusaknya fasilitas umum,
terganggunya system komunikasi dan transportasi, lumpuhnya pelayanan
umum yang mengakibatkan terganggunya tatanan kehidupan masyarakat.
Jatuhnya korban jiwa, hilangnya harta benda, meningkatnya angka
kesakitan merupakan dampak dari adanya bencana. Kebutuhan pelayanan
kesehatan tiap – tiap penduduk rentan adalah tidak sama karena mereka
mempunyai karakteristik kebutuhan pelayanan kesehatan yang berbeda.
Pelayanan kesehatan pada bayi berbeda dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan pada penduduk lansia. Sehingga perlu kiranya untuk menggali
informasi dari masyarakat mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan yang
dharapkan oleh para penduduk rentan atau penduduk yang beresiko
tersebut berkenaan dengan dampak kesehatan pasca bencana. Penggalian
informasi, keinginan da saran dari kelompok penduduk rentan adalah suatu
proses pencarian informasi dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia
khusunya pada kelompok penduduk yang rentan dan beresiko terkena
penyakit dengan adanya bencana tersebut. Tindakan penting yang dapat
356
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Mortalitas
Fasilitas kesehatan harus memiliki catatan kematian pasien
termasuk sebab kematiannya dan informasi demografi lain yang
relevan.
Morbiditas
Fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan,
termasuk klinik untuk balita dan program pemberian makanan yang
selektif, haruslah memiliki catatan harian medis pasien yang
menginformasikan nama, umur, jenis kelamin, diagnosa klinis,
hasil laboratorium, dan pengobatan.
Program Kesehatan Utama
Prioritas yang seharusnya dimasukkan dalam program tanggapan
darurat adalah :
✓ Harus ada upaya untuk meringankan (mitigasi) dari efek
bencana yang mungkin dapat melibatkan kisaran strategi
kedokteran dan kesehatan pencegahan, termasuk
imunisasi untuk penyakit menular, perbaikan sanitasi,
personal hiegene, bahaya pembuangan limbah, kontrol
vektor dan cacing, kontrol imigrasi dan bea cukai,
pendidikan dan peringatan dini masyarakat.
✓ Kesehatan reproduksi perihal keselamatan ibu yang
meliputi persalinan dan antenatal care (ANC).
✓ Meningkatkan kapasitas yang meliputi :
1. Pendidikan kesehatan
2. Pengelolaan logistik obat – obatan
3. Pelayanan laboratorium
4. Informasi sektor vital seperti : Persediaan air minum,
persediaan kakus per orang, jumlah populasi dengan
penampungan yan memadai, jumlah sabun yang
disediakan untuk setiap orang perbulannya,melaksanakan
kontrol vector
5. Makanan dan Gizi
Respon cepat yang diambil adalah :
i. Memperkirakan keadaan kesehatan dan gizi secepat
mungkin
357
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
7. Kesehatan Lingkungan
Respon cepat yang diambil adalah :
i. Mengumpulkan tinja pada satu tempat dan
mencegah pencemaran terhadap sumber –
sumber air.
ii. Menentukan tempat – tempat yang berpotensi
untuk pembutan sarana sanitasi
iii. Menentukan metode pembuangan tinja, sampah
dan air limbah.
iv. Mengendalikan vektor yang mengancam
kesehatan, seperti nyamuk, lalat, kutu, binatang kecil,
tikus, dan hama lainnya.
v. Merencanakan tim sanitasi untuk membangun dan
memelihara prasarana.
vi. Mendirikan pelayanan pengendalian ancaman
hama
vii. Membentuk sistem pemantauan untuk smeua
pelayanan kesehatan lingkungan
358
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
359
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
BNPB. 2010. Pedoman Pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana.
http://www.gitews.org/tsunamikit/en/E6/further_resources/national_
level/peraturan_kepala_BNPB/Perka%20BNPB%2014
2010_%20Pedoman%20Pembentukan%20Pos%20Komando%20Tanggap
%20 Darurat%20Bencana.pdf diakses pada 2 Januari 2015
BNPB. 2016. Sistem Penanggulangan Bencana.
http://www.bnpb.go.id/pengetahuan bencana/sistem-penanggulangan-bencana
diakses pada 2 Januari 2016
Depkes RI. Pedoman Koordinasi Penanggulangan Bencana Di Lapangan.
http://www.depkes.go.id/resources/download/penanganan
krisis/pedoman_koordinasi_penanggulangan_bencana_di_lapangan.pdf
Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit Lapangan Untuk Bencana.
http://www.depkes.go.id/resources/download/penanganan-krisis/
pedoman_rumah_sakit_lapangan_untuk_bencana.pdf diakses pada 2
Januari 2016
ID Medis. 2014. Triase Gawat Darurat Lengkap PPGD.
http://www.idmedis.com/2014/03/triase-gawat-darurat-lengkap-ppgd.html diakses
pada 2 Januari 2016
FK UNAND. 2013. Manajemen Bencana Alam.
http://fk.unand.ac.id/images/SL_Blok_4.3_A.pdf diakses pada 2 Jnuari
2016
Khazanah. 2010. Trauma Healing. http://kepri.kemenag.go.id/file/
file/Prospek06/vzht1386575650.pdf diakses pada 2 Januari 2016
Menkes RI. 2006. Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisi Akibat
Bencana. http://dinkes.surabaya.go.id/portal/files/kepmenkes/
Kepmenkes%20064.pdf diakses pada 3 Januari 2016
Pusat Studi Kebijakan dan Sosial. Pengelolaan Kesehatan Masyarakat Dalam
Kondisi Bencana. http://johana.staff.ugm.ac.id/wp
content/uploads/chpss_3.pdf diakses pada 2 Januari 2016
361
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
1. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan kita sehari-hari baik itu dijalani secara individu/personal
maupun secara berkelompok/berorganisasi membutuhkan rencana-rencana
dalam mencapai tujuan. Rencana telah disusun secara umum atau detail tanpa
didukung kemampuan menajemen (kemampuan menajerial
seseorang/sekelompok orang) sulit untuk dilaksanakan dalam perwujudan
tujuan rencana tersebut, begitupun sebaliknya. Berorganisasi membutuhkan
menajemen yang jauh lebih kompleks agar tercapai tujuan mereka.
Kemampuan memanage dalam pelaksanaan, pengontrolan dan evaluasi
sebuah rencana yang telah disusun dengan baik menentukan hidup matinya
organisasi. Meskipun demikian langkah awal senantiasa dimulai dari
bagaimana organisasi mampu menyusun perencanaan.
2. PERENCANAAN
Perencanaan bisa didefinisikan sebagai melaksanakan proses penilaian
keadaan, menentukan tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang dan
tindakan – tindakan yang harus dilaksanakan untuk mencapainya.Sehingga
perencanaan penting dilakukan baik sebelum maupun sesudah keadaan yang
tak terkendali. Dan perencanaan operasi harus didasarkan pada kebutuhan
yang terinci dan penilaian akan sumber daya. Adapun klasifikasi Rencana,
yaitu :
a. Rencana Operasi (Operation Planning)
b. Rencana Cadangan (Alternative Planning)
Kedua tipe rencana tersebut jika digabung maka disebut sebagai master
planning, sehingga dapat menciptakan kondisi terkendali dan mengantisipasi
kondisi yang tak terkendali. Kesimpulannya rencana operasi tanpa rencana
cadangan akan terjebak dalam keadaan yang tak terkendali, begitupun dengan
rencana cadangan tanpa rencana opersi akan menjadi jasad sebuah ide.
362
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
a. Tujuan Khusus
b. Tujuan Umum
3.7 Identifikasi dan Penetapan Sumber Daya
a. Man Power
1. Jumlah
2. Job description
b. Method
1. Internal
2. Eksternal
c. Material
1. Sarana transport
2. Peralatan medis dan obat – obatan
3. Perlengkapan medis tim dan pribadi
d. Money
1. Dana BPP
2. Dana pribadi
e. Rule
1. Etika tim medis (khusus RO tim medis)
2. Surat kesepakatan
f. Information
1. Keadaan medan
2. Iklim dan cuaca
3. Keadaan sosial budaya masyarakat
g. Time
1. Waktu (time schedule)
2. Tempat
3.8 Objek Sasaran
a. Panitia
b. Peserta
c. Masyarakat
3.9 Target Kegiatan
Prinsip : SMART (Spesific, Measureable, Achieveable, Reality, Time Based)
3.10 Standar Keberhasilan
Prinsip : 4EP (Ekonomis, Etis, Efektif, Efisien, Produktif)
3.11 Skenario Lapangan
a. Time schedule tim
b. Rencana operasi lapangan
3.12 Alternative Planning
a. Sistematis
b. Realistis
363
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
364
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
366
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Kepala Badan Sar Nasional Nomor Pk. 6 Tahun 2015 Tentang
Rencana Strategis Badan Sar Nasional Tahun 2015 – 2019
Http://Basarnas.Go.Id/Repository/Documents/Regulasi/5b74d411b555594
0c4c45236be3f8f41.Pdf
2. Rencana Strategis Badan Sar Nasional Tahun 2010-2014
Http://Basarnas.Go.Id/Repository/Documents/Regulasi/0ddf0be2081a29fd
8e6dac1a310f65c2.Pdf
367
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
MATRA PENUNJANG
368
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
NAVIGASI DARAT
1. DEFINISI
Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui tentang keadaan medan
yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta
tujuan perjalanan di alam bebas.
Navigasi dibagi menjadi tiga, yaitu :
• Navigasi udara
Navigasi yang digunakan oleh petugas yang berkecimpung dan
berkaitan dengan kedirgantaraan.
• Navigasi laut
Navigasi yang digunakan oleh petugas yang kegiatannya
berkecimpung dibidang kelautan.
• Navigasi darat
Navigasi yang digunakan untuk kegiatan di darat. Navigasi darat
merupakan teknik menentukan posisi dan arah lintasan di peta
maupun pada medan sebenarnya (khususnya di daratan).
369
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3. PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang
diproyeksikan pada bidang datar dengan perbandingan atau perkecilan
tertentu yang disebut skala. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk
mewakili fitur yang ditemukan pada permukaan bumi. Representasi yang
ideal akan terwujud jika setiap fitur dari daerah yang dipetakan dapat
ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat dimengerti, peta harus
diwakili dengan tanda konvensional dan simbol. Pada navigasi darat
menggunakan jenis peta topografi (skala 1:10.000/1:5.000) karena
mempunyai banyak keistimewaan yaitu relief permukaan bumi, hutan,
pemukiman, jaringan jalan, sungai, sawah dan lainnya.
370
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
371
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
• Judul Peta
Identitas yang tergambar pada peta, judul peta menyatakan lokasi
yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai
judul yang berbeda pula. Judul peta biasanya ada di bagian tengan
atas.
• Keterangan Pembuatan
Informasi mengenai pembuatan peta, tahun pembuatan, dan
instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah peta. Setiap
peta terutama peta topografi selalu mencamtumkan data tahun
pembuatannya karena sangat diperlukan untuk menghitung sudut
variasi magnetisnya. Kutub magnetis selalu berubah setiap
tahunnya. Ini disebabkan oleh rotasi bumi. Di Indonesia biasanya
kutub magnetis peta topografinya selalu bergeser ke arah timur,
variasi ini dinamakan ‘deklinasi’ dan sangat berpengaruh terhadap
perhitungan dalam menggunakan peta dan kompas.
• Nomor Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan di sebelah kanan atas peta.
Selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, nomor peta
juga berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah
lain di sekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian
bawah disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomor-
nomor peta yang ada di sekeliling peta tersebut.
• Pembagian Lembar Peta
Merupakan penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di
sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan
penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah lebih
luas.
• Sistem Koordinat
Koordinat adalah kedudukan sesuatu titik pada peta, yang
merupakan pertemuan garis tegak dan mendatar dari suatu
lembaran peta topografi. Sistem koordinat yang resmi ada dua
macam :
a. Sistem koordinat Geografis. Sumbu yang di gunakan adalah
garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus
terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan
lintang selatan) yang sejajar dengan katulistiwa. Koordinat
geografis dinyatakan dalam satuan derajat (◦), menit (‘), dan
detik (“).
b. Sistem koordinat Grid, dinyatakan terhadap sumbu X (absis)
dan sumbu Y (ordinat). Dalam koordinat grid, kedudukan suatu
titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan
(datum). Koordinat grid yang lazim di peta adalah koordinat
372
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Gambar 2. Karvak
373
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
• Skala
Skala atau kedar peta merupakan perbandingan antara jarak dua
titik di peta dengan jarak dua titik di lapangan dalam satuan yang
sama. Ini untuk menentukan jarak antara obyek atau lokasi pada
peta, ukuran area tertutup, dan dapat mempengaruhi jumlah detail
yang ditampilkan. Menurut kategorinya, skala peta dibagi ke dalam
tiga kategori (skala kecil, menengah dan besar). Penjabarannya
adalah sebagai berikut :
➢ Skala kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil
digunakan untuk perencanaan umum dan untuk studi
strategis. Peta skala kecil standar memiliki skala
1:1.000.000. Peta ini meliputi area yang sangat besar
dengan mengorbankan detail.
➢ Skala menengah. Peta dengan skala lebih besar dari
1:1.000.000 tetapi lebih kecil dari 1:75.000 digunakan
untuk perencanaan operasional. Peta ini mengandung detail
dengan jumlah sedang. Peta skala menengah standar
memiliki skala 1:250.000. Ada juga peta dengan skala
1:100.000.
➢ Skala besar. Peta dengan skala 1:75.000 dan lebih besar
digunakan untuk perencanaan taktis, administrasi, dan
logistik (peta atas pada Gambar 2-1). Peta jenis inilah yang
sering ditemukan dan digunakan pihak militer. Peta skala
besar standar 1:50.000, namun banyak daerah telah
dipetakan dengan skala 1:25.000.
Berdasarkan penulisannya, skala dapat dibedakan menjadi
skala angka dan skala garis.
➢ Skala angka. Contohnya penulisan skala 1:10.000 berarti 1
cm di peta, mewakili 10.000 cm (100 meter) pada jarak
sebenarnya.
➢ Skala garis. Skala garis adalah adalah garis yang dibagi
dalam sejumlah perbandingan satuan pengukuran.
Misalnya, Tiap bagian sepanjang balok mewakili 1 km
jarak horizontal sebenarnya.
374
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
• Arah peta
Arah peta adalah arah utara pada peta. Arah peta yang perlu
diperhatikan adalah arah utara peta dengan cara memperhatikan
arah huruf-huruf tulisan pada peta yang juga berarti arah utara peta.
Terdapat 3 macam arah utara yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
➢ Utara peta atau grid north (UP atau GN). Utara peta adalah
arah utara yang ditunjukan garis koordinat tegak peta ke
arah atas.
➢ Utara sebenarnya atau true north (US atau TN), merupakan
arah yang menunjukkan kutub utara bumi (utara geografis)
dilambangkan dengan simbol bintang karena segaris
dengan bintang (kutub) utara, dikenal pula sebagai utara
astronomis.
➢ Utara magnetik atau magnetic north. Utara magnetik (UM)
adalah arah yang menunjukkan kutub utara magnetik bumi,
dilambangkan dengan jarum atau mata panah. Kutub utara
magnetik bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub
utara bumi. Utara magnetik ditunjukkan oleh jarum magneti
kompas, biasanya disebut juga dengan utara kompas (UK).
Untuk keperluan yang lebih menuntut ketelitian, perlu di
perhitungkan adanya iktilaf peta, iktilaf magnetis, deviasi.
Penjabarannya adalah sebagai berikut :
➢ Iktilaf peta atau konvergensi meridian, merupakan
sudut yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara
peta.
➢ Iktilaf magnetik atau deklinasi, merupakan sudut yang
dibentuk utara sebenarnya dengan utara magnetik
➢ Iktilaf utara peta-utara magnetik atau deviasi,
merupakan sudut yang dibentuk utara peta dengan utara
magnetik.
• Garis kontur
Garis kontur adalah garis khayal yang berkelok-kelok tak beraturan
dan tertutup, menghubungkan beberapa titik yang mempunyai
ketinggian sama dari permukaan laut. Pada medan sebenarnya,
permukaan bumi merupakan suatu bidang yang tidak rata. Hal
tersebut disebabakan karena terdapat gunung, lembah, jurang,
sungai, laut, tebing dan lainnya (disebut relief). Tidak ratanya relief
tersebut, menyebabkan perlunya kontur yang dapat memberikan
gambaran tentang tidak ratanya suatu medan di atas peta dan
375
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
377
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
• Titik Triangulasi
Titik triangulasi merupakan suatu titik atau benda berupa
pilar/tonggak/patok yang menyatakan tinggi relatif suatu tempat
dari permukaan laut, dilambangkan dengan segitiga (Δ). Macam
titik triangulasi, yaitu primer (P), sekunder (s), tertier (T), kuartier
(Q), dan titik antara (TP). Contoh titk triangulasi : Δp.140/78,
Artinya : pilar tipe primer (P), pilar ke-140, pada ketinggian 78
meter di atas permukaan laut (dpl). Dengan mengetahui ketinggian
tugu tersebut di lapangan. Pilar triangulasi dapat dijadikan patokan
untuk mengalibrasi altimeter.
• Tanda medan
Di samping tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta
topografi kita bisa menggunakan bentuk-bentuk atau bentang alam
yang menyolok di lapangan dan mudah dikenali di peta, yang akan
kita sebut sebagai tanda medan. beberapa tanda medan dapat Anda
“baca” dari peta sebelum Anda berangkat ke lokasi, tetapi
kemudian harus Anda cari di lokasi.
➢ Puncak gunung atau bukit, punggungan gunung, lembah
antara dua puncak dan bentuk-bentuk tonjolan lain yang
menyolok.
➢ Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai,
kelokan sungai, tebing-tebing di tepi sungai.
➢ Belokan jalan, jembatan (potongan sungai dengan jalan),
ujung desa, simpang jalan.
➢ Bila berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda
medan yang sangat jelas. Begitu juga tanjung yang
menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau
kecil, delta, dan sebagainya.
➢ Di daerah dataran atau rawa-rawa biasanya sukar mendapat
tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat di
pakai sebagai tanda medan. Pergunakan belokan-belokan
sungai, cabang-cabang sungai, muara-muara sungai kecil.
➢ Dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai,
tebing-tebing, delta, dan sebagainya, dapat dijadikan
sebagai tanda medan.
• Teknik Contouring
Contouring dapat diartikan dengan salah satu penerapan ilmu
medan peta yaitu menempuh perjalanan tanpa menggunakan
kompas. Dalam melakukan teknik contouring dituntut untuk lebih
teliti dalam pengamatan medan. Karena jika kita sudah salah
menentukan posisi dengan contouring maka akan mempersulit
perjalanan kita dan mungkin akan tersesat. Jika kita di lapangan
378
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5. KOMPAS
Kompas merupakan salah satu peralatan navigasi utama untuk digunakan
bersamaan dengan peta. Sebuah peta tidak akan memiliki nilai lebih jika
tidak ada kompas. Dengan adanya kompas kita dapat mengetahui arah
gerakan, azimuth magnetik suatu point dll. Kompas berguna sebagai alat
penunjuk arah yang untuk mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat
kemagnetannya, jarum kompas akan menunjukan arah utara-selatan (jika
tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnetis lainnya selain arah
magnetis bumi). Tapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum
kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara
sebenarnya.
• Jenis kompas
a. Kompas Orientasi
Untuk tujuan praktis karena sudah dilengkapi dengan busur
derajat dan penggaris akan tetapi mempunyai akurasi yang
kurang baik. Sering disebut sebagai kompas Silva (nama merk)
atau Sunto.
b. Kompas Bidik
Dapat dibedakan berdasar kaca pembacanya : kompas lensa,
kompas prismatik, kompas optik.
379
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
• Bagian kompas
Secara garis besar, kompas terdiri dari :
➢ Badan, tempat komponen lain berada dan terlindungi
➢ Jarum, yang selalu menunjukan arah utara magnetis bumi
➢ Skala penunjuk, menunjukan pembagian derajat/mil
sebagai sistem satuan arah mata angin
Pada kompas lensatik, bagian-bagian kompasnya dapat dijabarkan
sebagai berikut :
➢ Cover atau penutup kompas berguna untuk melindungi
jarum magnetik dan piringan azimuth saat tidak digunakan.
Di bagian tengahnya terdapat kawat bidik untuk membidik
point atau titik.
➢ Base atau tubuh kompas memiliki bagian sebagai berikut:
380
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
381
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
382
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
7. ORIENTASI MEDAN
1. Mengenal tanda medan
Disamping legenda sebagai pengenal tanda medan, bentukan-
bentukan alam yang cukup mencolok dan mudah dikenal dapat kita
pergunakan juga sebagai tanda medan. Tanda medan harus
diketahui dan dicocokan pada peta sebelum memulai perjalanan.
Hal yang dapat diamati meliputi :
a. Puncakan gunung atau bukit dan bentukan-bentukan
tonjolan lain yang cukup ekstrim
b. Punggungan merupakan rangkaian kontur yang
menyeruipai huruf V menjorok mendekati puncak
c. Saddle, daerah pertemuan 2 ketinggian
d. Garis batas pantai muara sungai, tanjung, dan teluk yang
mudah dikenali
2. Orientasi medan dengan kompas
Untuk mengetahui posisi kita saat berada di alam bebas, yang
penting untuk melakukan penentuan arah mata angin (U,S,B dan
T), lalu menentukan arah utara peta. Setelah itu menentukan posisi
kita dengan pasti. Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk
menentukan posisi, yaitu:
a. Resection
384
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
385
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
386
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
387
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
KOMUNIKASI LAPANGAN
Dalam keadaan survival jiwa Anda tergantung pada 4 hal yaitu : perlindungan
dari cuaca (dingin, hujan, panas), makanan, air dan regu pencari. Juga dalam
kegiatan operasi, seperti operasi SAR, pendakian dalam regu, pertolongan
bencana alam, komunikasi memegang peranan penting dalam operasi tersebut.
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain sangat vital untuk dikuasai
dalam berkegiatan di alam terbuka. Hal ini akan sangat terasa apabila kita
berada dalam kondisi survival dimana kita harus mampu memberikan isyarat
untuk memberitahukan atau meminta pertolongan pada seorang yang mungkin
dapat memberikan pertolongan pada kita. Komunikasi dengan sarana radio
dua arah (HT)
Kita sering melihat banyak anggota Polisi, TNI, Pemadam, SAR dan instansi
lain menggunakan radio dua arah yang lebih dikenal dengan nama "HT".
Masyarakat umum juga saat ini mulai banyak yang memanfaatkan HT tersebut
untuk berbagai kegiatan.
1. JENIS KOMUNIKASI LAPANGAN
1.1. Semaphore
Semaphore adalah isyarat praktis dalam penyampaian pesan dengan
menggunakan sepasang bendera. Biasanya digunakan untuk
penyampaian pesan jarak jauh tetapi masih dapat ditangkap oleh mata
manusia.
388
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
389
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
NB : Tanda Baca :
Tanda . direpresentasikan dengan .-.-.-
Tanda , direpresentasikan dengan –..–
Tanda : direpresentasikan dengan —…
Tanda - direpresentasikan dengan -….-
Tanda / direpresentasikan dengan -..-.
1.3. Heliograf
390
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
391
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Heliograf
Model
Amerika
Sumber
:https://c
6.staticfli
ckr.com/
8/7326/1
0434909853_2d35be3837_b.jpg
c. Heliograf Model Portugis
Cermin simplex dan duplex digabungkan dalam satu unit dengan
tabung cahaya dengan garis bidik dan layar dua pisau. Unit ini
diletakkan di sebuah tripod, namun tripod harus dipasang sempurna
untuk menyelaraskan garis bidik dengan stasiun yang dituju.
Perangkat bidik yang kedua adalah sebuah lubang kecil yang
memungkinkan matahari dipantulkan melewati bagian bawah
simplex dan melalui lubang kecil lain menuju garis bidik tepat di
bawah penutup. Berbeda dengan model Inggris dan Amerika, alat
ini tidak perlu dibalik saat peralihan antara simplex dan duplex.
392
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3420052_3acee80e8d_b.jpg
Cara menggunakan heliograf secara efektif :
a. Singkirkan dulu topi pet Anda karena akan menghalangi sinar.
b. Pegang tepi cermin dengan ujung jari. Jangan biarkan jari-jari Anda
menonjol di atas bagian depan, sehingga sebagian menutupi
permukaan reflektif.
c. Arahkan cermin ke matahari dan lihatlah pantulannya. Coba
pantulkan ke tanah atau ke pohon atau kalau Anda di tengah laut
dapat memantulkannya ke badan atau lantai rakit penyelamat Anda.
d. Perlahan bawalah cermin sejajar dengan mata Anda dan intailah
melalui lubang pengintai. Anda akan melihat titik terang, inilah
yang harus di arahkan pada sasaran, misalnya : pesawat terbang
yang terbang dekat lokasi anda.
e. Intailah lewat lubang pengintai ke arah sasaran. Jika ada pesawat
atau kapal yang terlihat, arahkan cermin sampai pesawat atau kapal
terlihat di lubang intai. Walaupun tidak ada pesawat atau kapal
yang terlihat secara visual, Anda dapat menyapu cakrawala secara
berkala karena refleksi sinar matahari pada cermin sinyal Anda
akan dapat ditangkap pada jarak yang sangat jauh (kurang lebih 72
kilometer)
f. Manipulasilah arah sinar dengan menggerakkan jari yang
memegang pinggiran cermin ke depan dan ke belakang sehingga
pantulan sinar akan berkelap–kelip jika dilihat dari jauh.
B
T
e
k
n
i
k mengarahkan pantulan cahaya |
393
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
394
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
395
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Pen Flare
Sumber :
http://www.fightingkni
ves.info/Portals/9/Pen
%20Guns/unknown4%
201.JPG
• Star Cluster
Star cluster dapat mengorbit sampai ketinggian 200-215 m,
dan akan menyala selama 6-10 detik dengan kecepatan
turun 14m/s.
• Star parachute
Star parachute dapat mengorbit sampai ketinggian 200-215
m, dan akan menyala selama 50 detik ( suar merah ) dan 25
detik (suar putih), dengan kecepatan turun 2,1 m/s. Suar ini
dapat dilihat pada jarak 48-56 km.
b. Radio
Penggunaan gelombang radio untuk mengirimkan pesan berupa
suara dengan cara memodulasi gelombang elektromagnetik. Bila
Anda membawa radio, radio komunikasi dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan darurat. Radius maksimum untuk setiap
397
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
398
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
K
o
mponen inti dari APRS sendiri adalah suatu alat yang bernama TNC
(Terminal Node Controler). Dengan menghubungkan perangkat radio
kita dengan TNC dan GPS, maka kita telah membangun APRS kita
sendiri. APRS digunakan untuk mencari data atau informasi di
lapangan. Jadi setiap ada data baru yang diperoleh di lapangan, tim
dapat langsung melaporkan data ke pos komando.
Fungsi APRS:
a. Sebagai tracker 1 arah
Untuk membangun APRS dengan fungsi sebagai tracker 1 arah,
peralatan yang dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS
tanpa layar
b. Sebagai tracker 2 arah
Untuk membangun APRS dengan fungsi sebagai tracker 2 arah,
peralatan yang dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS
dengan layar.
c. Sebagai alat penerima/pengirim pesan teks
d. Sebagai alat untuk manajemen informasi
399
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3. ETIKA BERKOMUNIKASI
3.1 Komunikasi point to point
a. Memantau dahulu/memonitor pada frekuensi/kanal yang
diinginkan
b. Wajib menyebutkan CALL SIGN dan tempat/posisi memancar
c. Menyebutkan call sign dan mengucapkan kata ganti pada akhir
pembicaraan
d. Memberikan kesempatan/prioritas pada penyampai berita-berita
yang penting
e. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
f. Mengatur jalur/kanal apabila muncul pertama kali di
kanal/frekuensi
g. Apabila jalur kanal sibuk sementara butuh komunikasi agak
panjang dengan seseorang, sebaiknya bergeser (tidak memonopoli
kanal/jalur/frekuensi)
h. Menggunakan kode TEN (10), kode eight (8) pada RAPI atau kode
“Q” pada pada ORARI untuk efisiensi komunikasi
i. Membiasakan menulis di log book, dicatat dengan siapa
berkomunikasi dan kapan/tanggal dan waktu komunikasi dilakukan
j. Menggunakan nama panggilan
k. Dilarang menjadi net pengendali apabila sedang dalam stasiun
gerak
3.2 Komunikasi melalui repeater/pancar ulang
a. Radio Pancar Ulang (RPU) adalah stasiun radio yang digunakan
untuk memancar ulangkan pesan melalui pesawat yang
jangkauanya lebih luas.
b. Monitor dahulu selama 3-5 menit.
c. Memperhatikan siapa yang sedang berkomunikasi.
d. Memperhatikan apa yang sedang dikomunikasikan.
e. Masuk pada spasi atau interval (tidak perlu menggunakan kata
break atau contact), dengan menyebutkan call sign dan apabila
ingin berkomunikasi / memanggil komunikasi langsung memanggil
dengan menyebut orang yang di panggil dan tidak perlu tergesa-
gesa, komunikasikan dengan kata-kata yang jelas dan mudah
dimengerti/dipahami.
f. Apabila ada hal yang bersifat darurat/emergency silahkan gunakan
interupsi pada spasi/interval.
g. Jangan memonopoli frekwensi dengan berkomunikasi hanya
dengan satu orang, dan selalu memberikan kesempatan kepada
orang lain yang mau menggunakan pancar ulang.
h. Membiasakan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan.
i. Memberikan kesempatan kepada pengguna di lapangan.
400
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
401
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
402
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
c. TARUNA = Berita
Asap dan Api
Warna Isyarat Arti
Asap jingga Saya sedang dalam bahaya dan memerlukan
pertolongan segera.
Asap merah Oleh kapal selam I, sedang mencoba untuk timbul
secara darurat.
Asap jingga 2 kali Oleh pesawat terbang SAR I,
dengan selang saya telah melihat survivor
beberapa detik
Putih 2 kali & kuning Oleh kapal selam,
2 kali dengan selang 3 Saya sedang timbul
detik
Hembusan asap hitam Oleh kapal,
atau putih berturut- Rubah haluan anda untuk menghindari daerah
turut antara 10 detik terlarang
Bendera
Prosedur :
1. Prosedur isyarat bendera diambil dari buku isyarat internasional
2. Isyarat yang penting dalam lalu lintas berita SAR
1.1. JA : saya mengalami tabrakan
1.2. DO : saya hanyut, minta bantuan segera
1.3. AT : saya kandas, minta bantuan segera
1.4. DQ : saya mengalami kebakaran, minta bantuan segera
1.5. LV : saya kehabisan bahan bakar
1.6. DV: saya mengalami kebocoran, minta bantuan segera
1.7. FM: saya tenggelam, kirim bantuan segera untuk menolong
penumpang dan anak buah kapal
403
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
404
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Putih 2 kali dengan • Oleh kapal selam : Saya sedang timbul, hati-hati
selang waktu 3 menit
Putih berturut-turut • Oleh pesawat terbang atau kapal : Ubah haluan
dengan selang waktu Anda untuk menghindari daerah ini
10 menit
Putih berulang-ulang • Oleh pesawat terbang : Saya dalam kesulitan
dan harus menghindar
Putih 1 kali, hijau 1 • Oleh para rescue : Siap untuk menerima
kali pemberian peralatan sekoci penolong
Putih 1 kali, merah 1 • Oleh para rescue : Alat pengapung rusak, drop
kali penggantinya
Putih 2 kali, hijau 1 • Oleh pesawat terbang SAR : Rescue berhasil
kali baik
Putih 2 kali, merah 1 • Oleh pesawat terbang SAR : Rescue tidak
kali berhasil
Kuning 1 kali • Oleh kapal selam : Akan naik hingga kedalaman
periscope
405
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
406
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
1. PENDAHULUAN
Mobilisasi/evakuasi adalah upaya memindahan korban dari lokasi kejadian menuju ke
tempat yang aman, sampai akhirnya korban mendapatkan perawatan dan pengobatan.
Teknik mobilisasi yang benar dan efektif penting untuk dikuasai penolong agar
korban segera mendapat perawatan dan pengobatan di rumah sakit, tanpa
memperburuk keadaan korban atau menambah cedera baru.
2. KLASIFIKASI
Mobilisasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan urgensinya, yaitu:
2.1. Emergency move
Tindakan yang dilakukan sebelum assessment/penilaian dan ketika bantuan
belum datang, di mana saat itu ada potensi bahaya dan penolong serta korban
harus dipindahkan ke tempat aman untuk menghindari bahaya atau kematian.
Ringkasnya, karakteristik emergency move yaitu cepat, tanpa dilakukan
stabilisasi spinal, dan ada potensi bahaya bagi korban maupun penolong.
Berikut adalah indikasi keadaan dilakukannya emergency move:
a. Munculnya api, ledakan, dan material berbahaya
b. Ketidakmampuan untuk melindungi pasien dari bahaya
c. Kesulitan untuk menilai kondisi korban dikarenakan posisi atau lokasi
korban
3. PERENCANAAN MOBILISASI
3.1. Kenyamanan dan kondisi
Kenyamanan dan kondisi cedera harus menjadi pertimbangan utama dalam
memindahkan korban. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Pindahkan barang-barang yang bisa membahayakan korban. Bila tidak
memungkinkan, lakukan usaha memindahkan korban. Jangan
407
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
memindahkan korban seorang diri bila ada orang lain yang dapat
membantu.
b. Agar cedera korban tidak bertambah parah, tunggu sampai tenaga
terlatih datang karena penanganan yang tidak tepat dapat memperparah
cedera. Jangan coba angkat dan turunkan korban jika tidak dapat
mengendalikannya.
1
Collopy, et al. 2014. Preventing Back Injuries in EMS. EMSWorld.
http://www.emsworld.com/article/11373351/back-injuries-and-protection diakses pada 12 November 2016
408
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
5. METODE-METODE MOBILISASI
5.1. One-rescuer methods
Cara memosisikan korban yang tidak Teknik:
sadar untuk berdiri 1. Posisikan korban dalam posisi pronasi
a. Metode Reguler 2. Penolong berdiri membawahi korban
3. Masukkan tangan ke bawah dada korban,
kemudian kedua tangan saling mengunci
4. Angkat korban sambil mulai berjalan
mundur hingga lutut korban lurus dan kakinya
menapak
5. Jalan maju dan posisikan korban dalam
posisi berdiri dengan sedikit condong ke
belakang agar lutut tetap lurus
6. Jika lutut belum lurus ulang step 4 dan 5
7. Pegang salah satu pergelangan tangan
korban dan angkat lengannya. Gunakan tangan
penolong yang lain untuk menjaga korban
tetap dalam posisi berdiri
8. Penolong pindah ke depan korban melewati
bawah lengan korban, turunkan tangan korban,
kemudian penolong memegang pinggang
korban dengan kedua tangan
9. Penolong memosisikan kakinya di antara
kaki korban untuk melebarkan kaki korban
agar posisi berdirinya lebih stabil
409
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
411
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
pinggul.
Cradle carry dapat dimodifikasi jika ada dua
penolong, yaitu two handed seat carry, three
handed seat carry, atau four handed seat
carry.
413
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
e. Fore and Aft Carry Sangat cocok untuk mobilisasi korban yang
tidak sadar.
Prosedur:
Korban dalam posisi duduk. Penolong satu
berada di antara kedua paha korban
menghadap depan sambil memegang bagian
bawah lutut korban. Penolong dua berada di
belakang memegang korban dari ketiak.
414
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Teknik:
Jika dilakukan oleh empat penolong;
1. Satu penolong memfiksasi kepala-leher dan
koordinasi roll
2. Dua penolong membalikan dada, panggul,
dan anggota gerak ke satu sisi. Posisi tangan
bisa lurus maupun disilang antarpenolong.
3. Satu penolong terakhir memosisikan alat di
belakang punggung korban.
417
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
e. Tandu Improvisasi
✓ Dari baju/jaket
✓ D
ari selimut/ponco
arah jalan
418
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
419
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
420
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
1. PENGERTIAN
Merupakan pertolongan/penyelamatan serta cara melakukan evakuasi korban dari
perairan.
4. ISYARAT DARURAT
Isyarat dapat diberikan dengan menggunakan peluit dengan cara:
a. 1 kali tiupan peluit hentikan aktivitas dan perhatikan asal suara untuk intruksi
selanjutnya.
b. 2 kali tiupan peluit lanjutkan aktivitas.
c. 3 kali tiupan peluit tanda bahaya! Segera tinggalkan lokasi secepatnya.
421
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Sifat & karakter air tinggi permukaan selalu sama, konduktor panas yang
baik, mampu memantulkan membelokkan dan memecah sinar
8. MACAM-MACAM KORBAN
8.1. Perenang yang kelelahan
Korban akan berusaha untuk menjaga kepalanya tetap berada di atas dengan
gerakan dasar renang. Tanda-tanda:
a. Berusaha meminta bantuan
b. Terlihat panik
c. Kayuhan tangan/kaki lemah dan masih dapat mengapung
d. Posisi tubuh tergantung kondisi
e. Terdapat sedikit perubahan arah gerakan atau diam di tempat
c. Terlihat kesakitan
8.3. Non-swimmer
Korban tidak dapat berenang dan berusaha untuk menjaga kepala agar tetap
di atas. Tanda-tanda:
a. Tidak dapat berteriak meminta pertolongan dan nafas terengah-engah
b. Gerakan tubuh tidak beraturan
c. Posisi tubuh vertikal
d. Hanya dapat bertahan selama 20-60 detik kemudian tenggelam
e. Tidak dapat mengikuti perintah/komunikasi.
423
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
4. Straddle entry
Digunakan untuk masuk ke air yang dalam dari ketinggian yang rendah
dan dapat melihat korban, tidak digunakan pada ketinggian di atas satu
meter atau perairan dangkal
a. Ambil jarak yang cukup dari tepian
b. Lakukan loncatan dengan satu kaki lurus dan lainnya sedikit
menekuk
c. Tangan lurus ke samping dan kedepan
d. Pandangan lurus ke depan
e. Setelah di air, tekan tangan ke bawah dan
kaki seperti gunting. Jaga agar kepala tetap
di atas air
424
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
425
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
12.5. Tow/Carry
Dapat dilakukan dengan (tow) atau tanpa (carry) menggunakan alat.
Metode yang dapat digunakan ketika membawa korban tanpa menggunakan
alat:
a. Cross-chest tow
Merupakan cara yang terbaik untuk korban yang panik,
karena penolong dapat mengkontrol korban dan korban
merasa aman. Penolong dapat menggunakan salah satu
atau kedua tanganya untuk menyilang dari bahu sampai
dada korban; dan bahu korban diapit di ketiak
penolong.
c. Wrist tow
Dapat digunakan untuk korban yang tidak sadarkan diri.
Penolong memegang pergelangan tangan korban (seperti
berjabat tangan), kemudian putar pergelangan penolong
(sehingga posisi jempol berada diatas permukaan)
sehingga korban ikut berputar.
d. Armpit tow
Dapat digunakan untuk korban yang tidak
sadarkan diri. Penolong dapat
mengunakan salah satu atau kedua
tanganya untuk memegang ketiak korban.
a. Block
Penolong dapat mendorong atau menendang tubuh korban agar menjauh.
427
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
b. Wrist-Grip Escape
Buatlah korban berada di bawah air,
kemudian dorong bahu korban ke air dan
tendang korban sehingga penolong bisa
bebas.
e. PFD (Personal Floating Device) mengacu pada standar SOLAS (Safety Of Life
at Sea). Terdapat beberapa tipe PFD yaitu tipe I PFD, tipe II PFD, tipe III
PFD, tipe IV PFD.
428
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
429
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Hypoxemic
Laryngospasme
Respiratory
Movement Hypercarbic
Hyperactive
Acidotic
Aspirasi cairan
meningkat
Hipertensi
pulmonal
Cardiac
Surfactant failure
washout
Sebenarnya jika seseorang tenggelam, akan ada refleks laryngospasme (konstriksi pita
suara) yang menyebabkan laring tertutup sehingga mencegah cairan masuk ke paru. Namun,
refleks ini hanya bertahan beberapa detik saja. Jika refleks tersebut hilang, tenggelam akan
menyebabkan paru terisi cairan terjadi arterial hipoksia (tidak ada oksigen yang masuk
ke arteri) tidak ada oksigen yang masuk organ vital terjadi cerebral hipoksia karena
otak tidak mendapatkan oksigen terjadi ischaemic brain injury.
Manajemen tenggelam di air apapun tetap sama. Perbedaannya hanyalah: kalau tenggelam
di air dingin (<43oF atau <6oC) dan pasien hipotermia, jangan buru-buru hentikan CPR.
Normalnya apabila kita sudah melakukan CPR selama 30 menit tetapi tidak ada Return Of
Spontaneous Circulation (ROSC), kita boleh berhenti melakukan CPR. Akan tetapi, pada
pasien hipotermi jangan berhenti sampai 30 menit saja, lanjutkan CPR karena korban masih
ada kemungkinan hidup.
431
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
e. Nilai jalan napas, bila ada obstruksi, balikkan korban ke samping untuk
membersihkan jalan napasnya
f. Bila korban sudah bisa bernapas normal, biarkan dalam posisi miring, kecuali
bila pasien tidak bernapas normal dan harus dilakukan resusitasi
g. Lakukan resusitasi dengan benar (5x initial breathing,CPR) tanpa interupsi
atau gangguan
h. Jangan menekan perut korban untuk mengeluarkan air atau melakukan
drainase cairan saat proses resusitasi
i. Reassess dan monitor korban bila resusitasi sudah berhasil dilakukan
432
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
433
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
TEKNIK SURVIVAL
Hippocrates Emergency Team, TBMM Panacea, TBMM Humerus
1. PENGERTIAN SURVIVAL
Survival adalah keterampilan bertahan hidup dalam keadaan darurat dan terbatas
dengan memanfaatkan hal-hal yang tersedia di sekitar Anda.
Teknik survival sendiri dimaknai sebagai kemampuan dan teknik bertahan terhadap
kondisi yang membahayakan kelangsungan hidup yang terjadi di alam terbuka
dengan mempergunakan perlengkapan seadanya. Pelaku dari survival sendiri disebut
survivor. Rimpala (2002) menyatakan bahwa setiap huruf dalam kata survival
merupakan singkatan dari langkah-langkah yang harus kita ingat dan lakukan,
S : Size Up the Situation
Kita harus menyadari bahwa kita berada dalam keadaan yang tidak menentu.
U : Undue Haste Make Waste
Kita harus memikirkan tindakan-tindakan yang akan kita lakukan, karena
tindakan yang terburu-buru cenderung sia-sia.
R : Remember Where You Are
Semakin kita mengenali daerah tempat kita berada, kemungkinan keluar dari
kondisi ini akan semakin terbuka.
V : Vanquish Fear and Panic
Kita harus bisa menguasai rasa takut dan panik, karena kedua hal tersebut akan
membuat mental kita cepat labil.
I : Improvise
Kita harus bisa berimprovisasi, seperti ponco atau flysheet dapat dijadikan bivak
untuk berlindung, sebuah pembuka kaleng kornet dapat dijadikan mata kail.
V : Value Living
Hal yang terpenting, kita harus terus menumbuhkan dan menjaga semangat
“Harus Hidup dan Harus Hidup”.
A : Act Like the Native
Cobalah memahami perilaku dan kebutuhan penduduk sekitar, apabila ada
penduduk yang mengambil tumbuhan atau kayu di hutan, kemungkinan bertemu
akan ada.
L : Learn the Basic Skill
Belajar dan melatih pengetahuan dan teknik survival, akan membuat kita lebih
siap bila kita menghadapi kondisi ini.
Sikap adalah hal utama yang menentukan kesuksesan kita untuk dapat bertahan dalam
keadaan darurat. Sikap merupakan kemampuan dasar survival yang menentukan
apakah kita dapat bertahan atau tidak.
Hal yang pertama perlu dilakukan adalah mempertimbangkan “The Rule of Threes”.
Seseorang dapat bertahan hidup selama :
a. Tiga menit tanpa udara.
b. Tiga jam tanpa regulasi suhu tubuh.
434
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
2. TEKNIK SURVIVAL
2.1. Tempat berlindung / Shelter
Tempat perlindungan sementara yang memenuhi syarat bisa melindungi diri
dari hujan, panas, serangga, binatang atau untuk kebutuhan lain misalnya :
posko komunikasi, perbekalan. Maka pembuatannya berdasarkan kebutuhan,
namun harus memenuhi syarat pokok dari 2 segi :
a. Segi kesehatan : Ada sumber air untuk minum atau masak pada jarak dekat.
Mudah mengalirkan air kotor. Tanah mudah menyerap
air/lekas kering. Tanah tidak berbau atau beruap, contoh :
kuburan.
b. Segi teknis : Dekat sumber bahan dan kayu bakar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan shelter :
a. Lokasi:
✓ Jauh dari bahaya (perlindungan dari binatang liar, batu atau pohon
yang jatuh).
✓ Dekat dengan bahan untuk membangun shelter.
✓ Buatlah shelter sekitar 27 meter dari sumber air, untuk menghindari
mengkontaminasi sumber air tersebut. Jangan mendirikan shelter dekat
dengan air yang tidak mengalir untuk menghindari serangga.
✓ Tanah yang digunakan cukup luas dan datar. Jika pada daerah yang
tinggi terlalu terekspos, turunlah. Sedangkan jika berada di daerah
rendah dan basah, naiklah untuk mencari tempat kering dan bebas
banjir.
✓ Cukup terlihat untuk menerima dan membuat sinyal.
✓ Memiliki rute kabur yang terkamuflase.
b. Insulation (isolasi atau perlindungan dari kontak langsung dengan
tanah, hujan, angin, dan matahari) :
✓ Pilihlah sisi selatan atau timur bukit, hutan atau penghalang lainnya,
karena angin biasanya datang dari barat.
✓ Gunakan penghalang angin alami seperti celah di tanah, pohon
tumbang, gua, tepian batu, dan gundukan pasir untuk meminimalisir
usaha yang dikeluarkan.
435
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
a. Ponco Lean-to
Alat dan kondisi yang dibutuhkan:
✓ Ponco
✓ Tali 2-3 meter
✓ Pasak ±30 cm (3 buah)
✓ Pohon (jarak 2-3 meter)
Pastikan arah angin mengenai bagian
belakang tenda.
Langkah pembuatan:
✓ Ikat bagian tudung ponco. Tarik tali pengikatnya sampai maksimal,
gulung tudung, lipat jadi 3, ikat dengan talinya.
✓ Pada bagian panjang ponco, ikat masing-masing tali di ujungnya.
Ikatkan sebuah ranting ±2,5 cm dari ujung ponco untuk mencegah air
hujan mengalir ke ponco (atau dapat juga menggunakan benang ±10
cm di ujung ponco)
✓ Ikat tali pada pohon setinggi pinggang.
✓ Rentangkan ponco dan tancapkan tongkat runcing atau pasak ke dalam
tanah hingga ponco tegang.
✓ Ikatkan tudung ponco pada cabang pohon kecil sebagai support lean-
to. Selain itu, dapat juga dengan memposisikan tongkat tegak
lurus pada tengah ponco, tetapi dapat mengurangi ruang gerak.
✓ Alasi tanah dengan material insulator, seperti dedaunan atau pinus
kering, untuk mengurangi kehilangan panas tubuh ke tanah.
b. Ponco tent
436
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai shelter yaitu gua,
lekukan tebing/batu yang cukup dalam, lubang-lubang dalam tanah, dan
sebaginya. Apabila memilih gua harap diyakini bahwa :
✓ Gua tersebut bukan merupakan sarang binatang.
✓ Gua tersebut tidak mengeluarkan gas beracun.
Cara klasik mengetahuinya yaitu dengan menggunakan obor. Apabila
obor dapat terus menyala di dalam gua, berarti gua tersebut aman dari
gas beracun.
✓ Gua tersebut terbebas dari bahaya longsor.
2.2. Pembuatan api
Prinsip dasar api
Untuk membuat api, perlu dipahami prinsip dasar api, yaitu bahan
bakar tidak membakar secara langsung. Saat anda memberikan panas pada
bahan bakar akan menghasilkan suatu gas. Gas ini, berkombinasi dengan
oksigen di udara, dan terbakar.
Pemahaman konsep segi tiga api adalah sangat penting
yang akan dengan tepat membangun dan memelihara suatu api.
Ketiga sisi segi tiga ini diwakili oleh udara, panas, dan bahan
bakar.
T
e
k
T
T
e
knik pembuatan api :
a. Batu api dan besi baja
Batu api dan besi baja digesekkan untuk membuat
percikan api yang diarahkan ke tumpukan daun kering
atau tinder. Setelah percikan api mengenai daun
kering atau tinder, segera tiup agar menjadi bara api.
b. Bow drill
menggunakan kulit kayu pipih, daun tumbuhan yang kaku), bola tinder
yang terbuat dari bahan yang kering dan mudah terbakar seperti kulit
kayu yang diserut atau rumput kering.
✓ Gunakan fire board sebagai alas atau tumpuan dengan tebal sekitar
3 cm, pastikan bagian bawahnya datar. Buat lubang dengan diameter
yang lebih kecil dari diameter drill.
✓ Drill dibuat menggunakan ranting atau kayu berbentuk silinder
dengan panjang 20 cm dan diameter 3 cm. Ujung bagian bawah
dibentuk runcing, sedangkan ujung bagian bawah tumpul (berbentuk
seperti pensil kayu tapi dalam ukuran yang besar).
✓ Lilitkan drill di dalam busur (dibuat mengguankan ranting yang
melengkung dengan tali) dan posisikan di atas area berlubang dari papan
kayu.
✓ Letakkan hand hold di atas drill untuk menjaga posisi drill tetap
stabil dan memberikan tekanan saat dilakukan proses penggosokan.
✓ Taruh coal catcher di bagian bawah lubang untuk menangkap
bubuk api.
✓ Gerakkan busur maju dan mundur dan tekan hand hold agar batang
kayu berputar pada porosnya. Fireboard dapat diinjak supaya tetap pada
posisinya.
✓ Lakukan terus hingga menghasilkan bubuk api berasap.
✓ Jika sudah ada bubuk api berasap, segera masukkan ke dalam tinder
lalu tiup agar terbentuk bara yang lebih besar.
c. Hand drill
Prinsipnya sama dengan bow drill, tetapi tidak menggunakan busur untuk
memutar kayu. Pemutaran kayu dilakukan menggunakan tangan yang
ditakupkan maju dan mundur.
d. Fire plow
✓ Membuat api menggunakan 2 batang
kayu.
✓ Kayu pertama (berukuran lebih besar
dan lunak) digunakan sebagai tumpuan
atau alas untuk digosok oleh kayu
kedua (lebih kecil dan keras).
✓ Buat alur di kayu pertama dan gosokan
berulang kali kayu kedua pada kayu pertama hingga menimbulkan
percikan api.
✓ Setelah muncul percikan, taruh pada tinder dan tiup agar menjadi bara
api yang lebih besar.
e. Fire saw
✓ Menggunakan bambu kering yang
berdiameter besar dan berdinding tebal
dengan panjang yang cukup dari perut
440
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
441
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Dalam praktek, persyaratan di atas yang paling mudah dipenuhi adalah syarat
fisik, kemudian air dimasak (melalui proses penjernihan dan sterilisasi dengan
obat), air langsung dapat diminum.
Macam Air
Mutu tingkat air dimulai dari kandungan zat-zat didalamnya
a. Air terkontaminasi (Contaminated Water)
Air yang mengandung racun, unsur kimia biologi, radiologi (kibira) atau jasad
renik yang dapat menimbulkan sakit.
b. Air kotor terpolusi (Polluted Water)
Air yang mengandung bahan sampah, lumpur atau limbah. Tak bisa dipakai
karena tidak memenuhi syarat fisik.
c. Air yang dapat dipakai (Portable Water)
Air yang bebas kibira, racun dan organisme. Walau rasa kurang enak, sesudah
dimasak bisa diminum
d. Air nyaman (Palatable Water)
Air yang enak dan segar diminum.
Pencarian Air
a. Pada tanah berbatu
✓ Cari mata air pada daerah karst
✓ Dari saluran air pada dinding lembah yang memotong lapisan berpori.
✓ Pada daerah granit cari pinggir bukit berumput paling hijau.
b. Pada tanah gembur
✓ Cari pada daerah lembah atau lereng.
✓ Kadang terdapat genangan kecil, air harus disterilkan.
c. Di pegunungan
✓ Digali bekas aliran sungai pada kelokan sebelah luar.
✓ Pada hutan lumut, ambil lumut lalu peras.
d. Dari tumbuh-tumbuhan
✓ Kelapa, kaktus dipotong diperas
✓ Liana/rotan dengan memotong dekat tanah ditampung
✓ Palmae diambil niranya
✓ Ruas bambu, bonggol pisang, lumut
e. Menampung embun
✓ Pilih daerah dengan tanah yang
lembab (bisa berupa tanah
rendah tempat air hujan
mungkin tertampung). Tanah
sebaiknya mudah digali dan
terpapar sinar matahari
sepanjang hari.
✓ Gali tanah berbentuk mangkuk
dengan diameter 1 meter dan kedalaman 60cm. Lalu, gali cekungan kecil
di tengah galian sebesar tampat tadahan air (container).
442
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
✓ Taruh selang atau sedotan, pada tempat tadahan, yang cukup panjang
hingga ke pinggir galian. Jangkarkan dengan tali.
✓ Rentangkan selembar plastik di atas lubang galian hingga menutup
lubang. Taruh batu atau tanah di pinggir plastik untuk menahan plastik.
✓ Taruh batu di tengah plastik sehingga plastik berbentuk seperti kerucut.
Pastikan bagian kerucut terletak di atas tempat tadahan air agar tetesan
airnya tepat masuk ke tadahan
Semut sangat memerlukan air, sekumpulan semut yang berbaris menuju pucuk
pohon untuk mengambil air yang terperangkap di sana. Seringkali
penampungan air ini satu-satunya di daerah yang kering
d. Daun muda paku tiang (Alsophia glauca), rasamala (Altingia excelsa), selada
air (Nasturtium officinale), poh-pohan atau banyon (Pileamelastomoides),
sintrong (Gynura arrantiaca), dan antanan atau gagan atau kaki kuda
(Cantella asiatica)
e. Umbut paku tiang, batang muda ketebon (Genostegia hirta), umbut palem
muda (Fam palmae), batang daun begonia (Begonia sp) dan rebung bambu
(Bambosa sp)
f. Bunga honje dan kecombrang (Nicolaria sp), bunga turi (Sesbania
glandiflora), pisang hutan (Musa sp) yang dapat dimakan yaitu buah, jantung,
batang bagian dalam dan bongkol pisang muda.
g. Jamur
Tumbuhan Beracun :
a. Getah pohon paku putih dapat menyebabkan kebutaan.
b. Getah pohon rengas, ingas/semplop, sangat berbahaya karena merusak
jaringan.
c. Getah jambu monyet menyebabkan gatal-gatal.
d. Buah aren mentah menyebabkan gatal-gatal.
e. Kecubung, beracun bila dimakan.
f. Rarawean, dapat menyebabkan gatal-gatal dan pedih.
g. Daul Pulus dapat menyebabkan gatal-gatal dan panas
Tanda-tanda umum jamur beracun:
a. Pada umumnya mempunyai warna yang menyolok, seperti merah darah,
hitam legam, biru tua ataupun warna-warna lainnya.
b. Menghasilkan bau yang menusuk hidung, seperti bau telur busuk (H2S)
ataupun bau amoniak.
c. Mempunyai cincin atau cawan, akan tetapi ada juga jamur yang mempunyai
cincin tetapi tidak beracun seperti jamur merang dan jamur kompos
(mushroom).
d. Umumya tumbuh pada tempat-tempat yang kotor seperti tempat pembuangan
sampah dan kotoran hewan.
e. Apabila jamur beracun tersebut dikerat dengan pisau yang terbuat dari perak
maka pisau tersebut akan berwarna hitam atau biru.
f. Apabila dimasak cepat sekali berubah warna, dari warna putih menjadi warna
gelap.
g. Senyawa beracun yang dihasilkan oleh jamur yaitu : kolin, muskarin, falin,
atropin jamur dan asam helvelar.
Beberapa jenis tumbuhan obat yang ditemui di hutan yaitu :
a. Lumut hati, bila dimakan dapat sebagai obat hepatitis (penyakit hati)
b. Antanan atau gagan atau kaki kuda daunnya bila dimakan atau dilalap, dapat
sebagai obat sakit perut, batuk, asma dan sariawan
c. Kaliandra, daun dan biji mudanya dapat sebagai obat sariawan
d. Sembung manis, jenis tumbuhan herbal yang daunnya dapat digunakan untuk
sakit panas dan sakit perut
445
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
e. Kiurat, daunnya untuk obat luar, seperti luka dan salah urat (keseleo)
f. Numpong, daunnya dihaluskan untuk obat luka
g. Getah kamboja, untuk menghilangkan bengkak
446
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
✓ Tali laso yang lalu menghubungkan dahan pohon yang lentur dengan
patok, sehingga apabila laso goyang maka tali pada patok akan lepas dan
dahan pohon akan menarik, hingga akhirnya tali akan menjerat.
Perangkap ini ditujukan untuk menangkap binatang yang cukup besar
seperti : kelinci, ayam, bebek, dan lain lain.
Trap menggantung
b. Trap Tali Sederhana
Untuk binatang yang berukuran kecil, seperti burung dapat digunakan
perangkap tali sederhana yang diletakan di atas tanah ataupun digantung. Tali
laso yang telah diberi umpan diikatkan pada dahan pohon atau batu yang
berat. Sehingga apabila hewan telah terjerat, tidak bisa pergi kemana-mana
lagi
447
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
d. Trap Menimpa
Perangkap lain yang ditujukan untuk menangkap binatang kecil lainya adalah
perangkap menimpa. Perangkap ini memanfaatkan berat kayu untuk menindih.
Model ini dikenal dengan nama deadfall snare. Yang diperlukan dalam
pembuatan perangkap ini adalah :
✓ Batang pohon besar ditumpukan pada kayu pohon lainya yang saling
menopang.
✓ Kayu pohon penopang yang saling berhubungan dengan batang pohon
besar dan jika salah satu tersenggol, maka yang lain akan jatuh dan
menimpa.
✓ Umpan yang diletakan dekat dengan kayu pohon penopang dan apabila
tergerak, maka kayu pohon penopang akan bergeser sehingga batang
pohon besar akan jatuh menimpa.
448
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
449
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
450
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Panduan Emergency, Rescue, and Adventure Tim Bantuan Medis Mahasiswa
Panacea FK UGM Tahun 2016
2. Buku Materi Diklat Medis, KAT dan Pengabdian masyarakat Hippocrates Emergency
Team Angkatan XXV
451
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
SAR adalah pencarian dan pemberian pertolongan terhadap orang dan material yang
hilang atau menghadapi bahaya. Untuk kegiatan SAR di Indonesia, ruang lingkup tugasnya
dijelaskan dalam Keppres SAR Indonesia no. II tahun 1972 meliputi musibah penerbangan
dan pelayaran. Dalam perkembangannya kemudian mencakup juga penanganan musibah
akibat bencana alam (atas permintaan Bakornas PBA), dan kini termasuk juga untuk
mengamati musibah-musibah rekreasi. Kedua hal yang terakhir sebenarnya tidak termasuk ke
dalam lingkup tugas SAR.
7. PENGERTIAN SAR
7.1. Definisi SAR
SAR adalah pekerjaan dari personil terlatih dengan segala fasilitas, guna
menolong jiwa manusia dan sesuatu yang berharga dengan cara yang paling efisien
untuk mencapai hasil yang maksimal.
7.2. SAR Militer
SAR militer adalah dimana survivornya terdiri dari personil militer sebagai akibat
dari organisasi-organisasi atau pertempuran. Tapi bila survivor itu (walaupun orang
militer) hilang pada suatu pendakian, maka ini merupakan SAR biasa.
7.3. Objek SAR
Objek SAR adalah suatu yang dalam keadaan terpencil dan terisolasi. Objek SAR
ini juga disebut “missing target”. Operasi exploler search and rescue di Indonesia
mungkin dikenal dengan istilah SAR Gunung Hutan. Metode yang dipakai pada SAR
tidaklah terlalu berbeda dengan praktek SAR yang telah dilakukan sebelumnya hanya
telah dilakukan penyempurnaan teknis sesuai dengan medan gunung hutan yang
dihadapi oleh tim SAR.
7.4. Organisasi SAR
Ada beberapa pembagian organisasi Operasi SAR:
a. SC (SAR coordinator) adalah biasanya pejabat yang mempunyai wewenang dalam
penyediaan fasilitas.
b. SMC (SAR Mission coordinator) adalah orang yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam mementukan MPP (Most Probable Position), menentukan
pencarian, strategi pencarian (berapa unit, teknik, dan fasilitasnya).
c. OSC (On Scane Commander) adalah tidak mutlak ada, tapi juga bisa lebih dari satu,
tergantung wilayah komunikasi dan kesulitan jangkuannya.
d. SRU (Search and Rescue Unit).
452
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
453
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
9. SISTEM SAR
454
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
456
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
458
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
1. Balai Pendidikan dan Pelatihan Badan SAR Nasional., 2015, Pelatihan Jungle Rescue
Bagi Potensi SAR di Gunung Promasan Ungaran, BASARNAS, Jakarta Pusat.
2. Badan SAR Nasional. 2016. Sistem SAR. Jakarta: BASARNAS.
http://basrna.go.id/halaman/110116-operasi-sar .
3. Badan SAR Nasional. 2016. Operasi SAR. Jakarta: BASARNAS.
http://basarnas.go.id/halaman/110116-sistem-sar .
459
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
MANAJEMEN PERJALANAN
TBMM Panacea
Petualangan alam bebas adalah kegiatan yang termasuk dalam kegiatan beresiko
tinggi (high risk activity), sehingga untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan maka sebuah kegiatan alam bebas harus dipersiapkan secara matang oleh para
pelakunya. Keinginan untuk berpetualang di alam terbuka menyebabkan para penggiatnya
melakukan berbagai kegiatan petualangan dan perjalanan, mulai dari pendakian gunung,
penyusuran pantai, pengarungan sungai berarus deras, panjat tebing, penelusuran gua sampai
dengan perjalanan besar yang sering disebut ekspedisi.
Berbagai tujuan perjalanan tersebut, mulai perjalanan eksplorasi, survei, maupun
hanya sekedar jalan-jalan memerlukan persiapan yang baik, mengingat kondisi alam yang
apabila tidak dapat kita atasi dengan baik akan membawa kita pada keadaan yang
membahayakan jiwa. Dalam upaya mengatasi kondisi alam yang selalu berubah itu, sebelum
melakukan suatu perjalanan kita wajib melakukan perencanaan yang matang. Sangat kurang
baik apabila dalam melakukan petualangan/perjalanan dengan alasan yang tidak jelas dan
mengesampingkan manajemen perjalanan. Oleh karena itu perlu sebuah manajemen
perjalanan yang tertata agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan lancar.
10. Pendahuluan
10.1. Definisi
Suatu manajemen perjalanan menunjukkan hubungan yang selaras antara
persiapan, perjalanan dan perlengkapan serta kesehatan. Perjalanan yang akan
dilakukan harus dipersiapkan dengan matang. Persiapan ini sangat berguna bagi
pelaku petualang karena akan mengurangi resiko yang mungkin timbul dalam
perjalanan.
10.2. Tujuan
Ini adalah awal dari rangkaian kegiatan yaitu menentukan maksud perjalanan,
tujuan lokasi, dan target yang akan dicapai. Contohnya yaitu kita akan mengadakan
ekspedisi penelitian ke suatu tempat, target yang akan dicapai haruslah sudah jelas
antara lain penelitian interaksi ekosistem, pendataan jenis flora dan fauna, dll.
10.3. Tantangan
Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan
waktu yang kadang tidak bersahabat dan tidak sesuai perkiraan karena memang alam
tidak bisa kita tebak. Oleh karena itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai
untuk mengantisipasi semua hal tersebut. Salah satu “perisai diri” ketika melakukan
aktivitas alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi yang memang harus benar-benar
dipersiapkan dengan baik.
10.4. Etika Perjalanan
Harus kita sadari sepenuhnya sebagai seorang pendaki bahwa alam seperti
gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-
hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa
memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus
460
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang
selama ini kita lakukan.
✓ Bagaimana perizinannya
✓ Bagaimana mendapatkan air
✓ Bagaimana pengaturan tugas panitia
✓ Bagaimana materi yang disampaikan.
11.1. Tempat Tujuan
Mencari informasi/data tentang tujuan perjalanan merupakan tahap paling awal
sebelum melakukan perjalanan. Seperti letak geografis dan administratif, kondisi
wilayah (medan, masyarakat dan lingkungannya), budaya masyarakat lokal, akses ke
lokasi, dan info-info penting lainnya tentang daerah tersebut. Informasi bisa kita dapat
melalui literatur, media massa, penduduk setempat dan orang yang pernah melakukan
perjalanan ke tempat tersebut. Adapun informasi yang perlu didapatkan adalah:
a. Rute-rute yang ada, dan mempertimbangkan rute mana yang akan dipilih,
b. Keadaan medan, struktur geologi serta hambatan-hambatan yang mungkin timbul,
c. Keadaan flora dan fauna.
11.2. Waktu Perjalanan
Memperkirakan waktu perjalanan penting untuk diperhatikan. Ini terutama
berguna untuk mempersiapkan makanan. Dan yang perlu diperhatikan lagi adalah
keadaan musim dan cuaca pada saat itu. .
11.3. Akses dan Transportasi
Sistem komunikasi yang efisien sangat penting dalam pengendalian dan sebagai
saluran informasi.
11.4. Rencana Kegiatan
Kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama ekspedisi berlangsung juga
sangat penting direncanakan sejak tahap awal persiapan agar seluruh kegiatan dapat
berjalan dengan lancar dan terstruktur. Rencana Kegiatan yang di dalamnya
mencakup rincian
✓ Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp panitia, pembagian
waktu dan sebagainya.
✓ Pengurusan perizinan (kepolisian, kepala sekolah, orang tua, kepala desa
setempat)
✓ Pembagian tugas panitia
✓ Penyusunan rencana kegiatan
✓ Perencanaan kebutuhan peralatan, perlengkapan dan transportasi.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kita akan mendapatkan point-point bagi
kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
11.5. Pendanaan/biaya
Anggaran biaya harus dirinci secara detail, maka diperlukan salah satu dari tim
yang bisa mengatur keluar masuknya uang. Selain pemasukan dan pengeluaran perlu
dicantumkan juga dana tidak terduga.
11.6. Anggota/Peserta
Selain memilih anggota dalam perjalanan, yang perlu diperhatikan juga adalah
pembagian kerja tim dan sebuah kerjasama yang baik. Karena kerjasama yang baik
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan perjalanan tersebut.
462
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
dibawa dan tidak. Apabila perjalanan kita lakukan dengan berkelompok, maka
check-list nya untuk perlengkapan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan
memerlukan waktu yang lama, kita perlu menentukan perlengkapan dan perbekalan
mana saja yang dibawa dari rumah atau titik keberangkatan, dan perlengkapan atau
perbekalan mana saja yang bisa dibeli di lokasi terdekat dengan tujuan perjalanan
kita. Yang tidak kalah pentingnya adalah kita akan mendapatkan point-point bagi
kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan perlengkapan
perjalanan yaitu kesesuaiannya dengan lokasi kegiatan, sesedikit mungkin barang
dengan kegunaan sebanyak mungkin. Adapun spesifikasi perlengkapan yaitu
perlengkapan pribadi dan perlengkapan kelompok.
Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan perbekalan:
✓ Sesuaikan perbekalan dengan lamanya perjalanan,
✓ Sesuaikan perbekalan dengan aktivitas yang akan dilakukan,
✓ Serta sesuaikan perbekalan dengan kondisi medan
Sehubungan dengan keadaan di atas, ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan dalam merencanakan perjalanan:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit
air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat
e. Murah
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan
syarat-syarat diatas, kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah berikut
✓ Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, aktifitas
tubuh yang perlukan, dan lamanya waktu.
✓ Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan. Kalori paling cepat didapat
dari hidrat arang, lemak, dan protein.
✓ Susun daftar makanan yang memenuhi syarat di atas, kemudian kelompokan
menurut komposisi dominan. Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing-
masing kalori totalnya (setelah siap dimakan).
✓ Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan terakhir, dan apabila
ada kekurangan dapat ditambah tablet vitamin dan mineral secukupnya.
5. Tahap Pelaksanaan
5.1. Pembagian Tugas dan Kerjasama Tim
Pembagian tugas disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan lapangan. Ketua
pelaksana beserta panitia sebagai penanggungjawab seluruh kegiatan dan
mempersiapkan semua kebutuhan pra kegiatan, sedangkan operasional lapangan
mengkoordinir tim lapangan. Pembagian tugas tim lapangan ditentukan sesuai
dengan kebutuhan.
5.2. Manajemen Perlengkapan dan Perbekalan
464
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
6. Pasca Kegiatan
5.1. Evaluasi Kegiatan/Perjalanan
Evaluasi kegiatan bertujuan agar segala kekurangan selama kegiatan bisa
diminimalisir untuk kegiatan selanjutnya.
5.2. Pelaporan
Laporan kegiatan adalah bentuk hasil kegiatan yang dapat digunakan menjadi
acuan dan tolak ukur kegiatan selanjutnya. Laporan perjalanan memuat semua hasil
perjalanan yang telah dilakukan. Dan yang paling penting dari laporan perjalanan
adalah evaluasi dari perjalanan tersebut sehingga kita dapat belajar dari kesalahan
apabila kita akan melakukan perjalanan lagi.
465
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
2. https://plantagama.wordpress.com/2012/05/19/116/
3. http://kpadti.blogspot.co.id/2015/09/materi-manajemen-perjalanan-pecinta-alam.html
4. http://terampil-gudang.blogspot.co.id/2010/12/manajemen-perjalanan-peralatan.html
5. http://zulkarnaen-elqayish.blogspot.co.id/
466
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
MATRA ORGANISASI
467
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
468
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
E. Hubungan tenaga medis dan paramedis dengan pasien dalam keadaan gawat
darurat khususnya antara dokter-pasien1
Hubungan dokter-pasien dalam keadaan gawat darurat sering merupakan hubungan
yang spesifik. Dalam keadaan biasa (bukan keadan gawat darurat) maka hubungan
dokter– pasien didasarkan atas kesepakatan kedua belah pihak, yaitu pasien dengan
470
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
bebas dapat menentukan dokter yang akan dimintai bantuannya (didapati azas
voluntarisme). Demikian pula dalam kunjungan berikutnya, kewajiban yang timbul
pada dokter berdasarkan pada hubungan yang telah terjadi sebelumnya (pre-existing
relationship). Dalam keadaan darurat hal di atas dapat tidak ada dan azas
voluntarismedari keduabelah pihak juga tidak terpenuhi. Untuk itu perlu diperhatikan
azas yang khusus berlaku dalam pelayanan gawat darurat yang tidak didasari atas azas
voluntarisme.1
Apabila seseorang bersedia menolong orang lain dalam keadaan darurat, maka
ia harus melakukannya hingga tuntas dalam arti ada pihak lain yang melanjutkan
pertolongan itu atau korban tidak memerlukan pertolongan lagi. Dalam hal
pertolongan tidak dilakukan dengan tuntas maka pihak penolong dapat digugat karena
dianggap mencampuri/menghalangi kesempatan korban untuk memperoleh
pertolongan lain (loss of chance)1
472
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
Daftar Pustaka
1. Herkutanto. Artikel : Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat Darurat dalam Majalah
Kedokteran Indonesia Volume 57 No.2 Februari 2007. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia –
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
2. http://heryant.web.ugm.ac.id/rekam-medis/kepmenkes-ri-no-856menkesskix2009-
standarisasi-pelayanan-gawat-darurat-di-rumah-sakit/ diakses pada Sabtu, 24
Desember 2016 pukul 12.39 WIB
3. Clarke, Vince dkk. Ethics and Law for The Paramedics. Foundation for Paramedic
Practice.
4. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diakses melalui
http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/paramedis pada Selasa, 27 Desember 2016 pukul
21.07 WIB.
473
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
KEPEMIMPINAN
TBM Janar Dūta
474
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
perbedaan hanya dalam hal yang sederhana, namun ada kalanya terjadi perbedaan
yang cukup tajam.
Berdasarkan data survey Harvard business review tahun 2016 terhadap 195
orang responden, didapatkan kriteria pemimpin yang diinginkan adalah sebagai
berikut.
mereka datang dari dalam diri, bukan luar. Mereka menjadi penuh kehendak,
inisiatif, kreatif, berani, dinamis, dan cerdik. Karena berpegang pada prinsip,
mereka tidak mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi hampir
semua hal. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.
3.7 Mereka sinergistik
Pemimpin yang berprinsip itu sinergistik. Mereka adalah katalis perubahan.
Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena
itu, mereka selalu produktif dalam cara cara baru dan kreatif. Dalam bekerja
mereka menawarkan pemecahan sinergistik, pemecahan yang memperbaiki
dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing-masing
pihak hanya memberi dan menerima sedikit.
3.8 Mereka berlatih untuk memperbarui diri
Pemimpin yang berprinsip secara teratur melatih empat dimensi kepribadian
manusia: fisik, mental, emosi, dan spiritual. Mereka selalu memperbarui diri
secara bertahap. Dan ini membuat diri dan karakter mereka kuat, sehat dengan
keinginan untuk melayani yang sangat kuat pula.
477
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
3. Kelebihan informasi
Suatu kondisi ketika informasi yang harus kita olah melebihi kapasitas
pemrosesan seorang individu.
4. Emosi akan mempengaruhi cara dia menyampaikannya.
5. Bahasa
Kata-kata bisa memiliki arti yang berbeda untuk orang yang berbeda.
Umur, pendidikan, dan latar belakang kultural adalah 3 variabel menonjol
yang memepengaruhi bahasa yang digunakan seseorang dan definisi yang
ia berikan pada kata-kata.
Dalam proses komunikasi internal organisasi, dikenal beberapa istilah
komunikasi yang meliputi komunikasi vertikal, komunikasi horizontal, komunikasi
diagonal, komunikasi personal dan komunikasi kelompok.
1. Komunikasi Vertikal
Merupakan komunikasi yang dilakukan secara garis koordinasi dari atas ke
bawah ataupun sebaliknya atau dengan istilah lain adalah komunikasi dari
pihak atasan kepada bawahan atau sebaliknya dari bawahan kepada atasan
(two way traffic communication).
2. Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang dilakukan antara
komponen organisasi yang memiliki alur koordinasi sejajar seperti
komunikasi antara staff tertentu.
3. Komunikasi diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi antar pimpinan antara pimpinan
seksi dengan pegawai seksi lain.
4. Komunikasi personal
Merupakan proses komunikasi antar dua orang yang dapat berlangsung
secara tatap muka (face to face communication) atau melalui media
(mediated communication).
5. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok merupakan komunikasi antar seseorang dengan
sekelompok orang dalam situasi tatap muka.
a. Komunikasi kelompok kecil. Merupakan komunikasi yang
memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang
untuk memberikan tanggapan secara verbal.
b. Komunikasi kelompok besar. Merupakan komunikasi yang
karena jumlahnya banyak, dalam situasi komunikasi hampir
tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara
verbal.
Komunikasi dengan kepemimpinan sangat erat hubungannya. Seorang
pemimpin harus memiliki wawasan yang luas, jujur, bertanggung jawab, berani dalam
mengambil keputusan, dan ia juga harus mempunyai keahlian berkomunikasi yang
sangat baik. Karena komunikasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya seorang
pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Setiap pemimpin pasti memiliki bawahannya
479
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
480
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PTBMMKI 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA
Argiris C.1994. Good communication that block learning. HBR. July - Agustus
Giles S.2016.The most important leadership competencies, according to leaders around the
world.[Online]. Harvard Business Review. Diakses pada 18 Desember 2017. Tersedia
pada : https://hbr.org/2016/03/the-most-important-leadership-competencies-according-
to-leaders-around-the-world
Nurrohim H, Anatan L.2009.Efektivitas komunikasi dalam organisasi. Jurnal
manajemen;7:hal.1-9.
PTBMMKI.Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan PTBMMKI 2015/2016.
481