Anda di halaman 1dari 59

BAB 11

ISI

I. SKENARIO B BLOK 4 TAHUN 2015

Seorang Ibu berusia 20 tahun datang ke RSUD di kabupaten tempat anda bertugas
untuk melahirkan anak pertamanya setelah menempuh empat jam perjalanan darat dari
rumahnya yang terletak di pelosok. Usia kandungan Ibu sudah cukup bulan, dan
persalinannya sendiri berjalan dengan normal dan lancar. Si Ibu melahirkan seorang anak
laki-laki. Segera setelah bayi dilahirkan, anda memriksa keadaan sang bayi. Berikut adalah
foto si bayi :

Dari hasil anamnesa terhadap ibu dan keluarganya, diketahui bahwa selama kehamilan
sang ibu tidak pernak memeriksakan kehamilannya karena jauhnya akses ke pelayanan
kesehatan terdekat. Sang Ibu pun tidak pernah mengkonsumsi vitamin apapun selama masa
kehamilan. Pada keluarga Ayah dan Ibu juga tidak didapati anggota keluarga lain yang
mengalami kejadian serupa.

II. KLARIFIKASI ISTILAH

NO ISTILAH DEFINISI
1. Pelosok Tempat yang jauh dan tidak mudah di datangi
2. Cukup Bulan Kehamilan aterm yaitu usia kehamilan ibu diantara 38-
42 minggu
3. Persalinan Perihal berhubungan dengan melahirkan anak
4. Pelayanan Kesehatan Substansi pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
prefentif dan promotif atau peningkatan kesehatan
dengan sasarannya adalah masyarakat
5. Akses Jalan masuk
6. Vitamin Zat yang sangat penting bagi tubuh manusia dan hewan
untuk pertumbuhan dan perkembangan

1|Page
III. IDENTIFIKASI MASALAH

NO MASALAH CONCERN
1. Seorang ibu berusia 20 tahun ke RSUD untuk melahirkan anak
pertamanya setelah menempuh empat jam perjalanan darat VVVV
Keadaan Bayi setelah dilahirkan seperti foto yang ada pada scenario
2. Keadaan Bayi setelah dilahirkan seperti foto yang ada pada scenario
Dari hasil anamnesa, ibu tidak pernah mengkonsumsi Vitamin dan
VVV
memeriksakan kehamilannya karena jauhnya akses ke pelayanan
kesehatan terdekat
3. Dari hasil anamnesa, ibu tidak pernah mengkonsumsi Vitamin dan VV
memeriksakan kehamilannya karena jauhnya akses ke pelayanan
kesehatan terdekat
4. Pada keluarga Ayah dan Ibu juga tidak didapati anggota keluarga lain V
yang pernah mengalami kejadian serupa

IV. ANALISIS MASALAH


1. Keadaan bayi setelah dilahirkan seperti foto yang ada pada scenario
a. Apa itu spina bifida? Jelaskan!
Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertebra yang bisa melibatkan jaringan
saraf di bawahnya atau tidak. Penyebabnya adalah kegagalan penutupan tube
neural dengan sempurna sehingga mempengaruhi neural dan struktur kutaneus
ectodermal yang terjadi pada hari ke 17-20 kehamilan
b. Bagaimana ciri-ciri spina bifida?
 Spina Bifida Okulta
Bentuk ini merupakan spina bifida yang paling ringan. Kelainan seperti
ini biasanya terdapat didaerah lumbosacral, sebagian besar ditutupi oleh
kulit dan tidak tampak dari luar kecuali adanya segumpal kecil rambut
diatas daerah yang dihinggapi. Pada keadaan seperti ini medula spinalis
dan saraf-saraf biasanya normal dan gejala-gejala neurologik tidak
ditemukan. Lesi yang terbentuk terselubung atau tersembunyi di bawah
kulit. Seringkali lesi pada kulit berupa hairy patch, sinus dermal, dimple,
hemangioma atau lipoma dan kadang-kadang timbul gangguan neurologik
pada regio torakal, lumbal, dan sakral. Pada masa pertumbuhan anak-
anak dapat pula ditemukan paralisis spastik yang ringan.
 Spina Bifida Sistika (Aperta)
1. Meningokel
Spina bifida jenis ini mengalami simpel herniasi dari menings melalui
defek pada vertebra. Korda spinalis dan akar saraf tidak ikut mengalami
herniasi melalui bagian dorsal dari dural sac.

2. Mielomeningokel

2|Page
Spina Bifida jenis ini adalah keadaan di mana terjadi herniasi korda
spinalis dan akar sarafmembentuk kantung yang juga berisi menings. Kantung
ini berprotrusi melalui vertebra dan defek muskulokutaneus. Korda spinalis
sering berakhir pada kantung ini dan terbuka keluar disertai ekspose dari
kanalis sentralis. Pembukaan dari struktur saraf tersebut disebut neural
placode. Bayi yang lahir dengan mielomeningokel memiliki orthopedic
anomalies pada extremitas bawah dan anomali pada urogenital melalui
keterlibatan akar saraf pada regio sakral. Tampak benjolan digaris tengah
sepanjang tulang belakang. Kebanyakan mielomenigokel berbentuk oval
dengan sumbu panjangnya berorientasi vertikal.Kadang mielomeningokel
disertai defek kulit atau permukaan yang hanya dilapisi oleh selaput tipis.

c. Apa yang menyebabkan kelainan tersebut?


Penyebabnya kebanyakan multifaktorial dan penyebab utamanya hingga saat
ini belum dapat dipastikan secara spesifik. Namun pada beberapa sumber,
disebutkan bahwa penyebab utamanya adalah faktor genetika dan kurangnya
konsumsi asam folat, ibu dengan epilepsi yang menderita panas tinggi dalam
kehamilannya mengkonsumsi obat-obat asam volproic, anti konvulsan,
klomifen.
d. Apa dampak kelainan pada si bayi tersebut?
Beberapa masalah yang paling sering muncul pada kasus spina bifida adalah:
1. Arnold-Chiari Malformasi, 90% kasus muncul bersamaan dengan spina
bifida dimana sebagian massa otak menonjol ke dalam rongga spinal.
2. Hydrosefalus, 70-90% biasanya juga muncul bersamaan dengan spina
bifida. Pada keadaan ini terjadi peningkatan berlebihan dari liquor
cerebrospinal.
3. Gangguan pencernaan dan gangguan kemih, dimana terjadi gangguan
pada saraf yang mempersarafi organ tersebut. Anak-anak sering
mengalami infeksi kronik atau infeksi berulang saluran kemih yang
disertai kerusakan pada ginjal.
4. Gangguan pada ekstremitas terjadi ± 30% kasus. Gangguan dapat
berupa dislokasi sendi panggul, club foot. Gangguan ini dapat terjadi
primer atau sekunder karena ketidakseimbangan otot atau paralisis.
Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat seperti club
foot, rudimentair foot, kelayuan pada kaki, dan sebagainya.namun jika lubang
tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.
e. Bagaimana penanganan pada kelainan si bayi tersebut?
1. Dengan ditengkurapkan, posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari
perawatan bayi. Misalnya, posisi bayi ini, bayi lebih sulit dibersihkan,
area-area ancaman merupakan ancaman yang pasti, dan pemberian
makanan menjadi masalah.
2. Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga
temperaturnya dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang
dapat mengiritasi lesi yang rapuh. Apabila digunakan penghangat
overhead, balutan di atas defek perlu sering dilembabkan karena efek
3|Page
pengering dari panas yang dipancarkan. Sebelum pembedahan, kantung
dipertahankan tetap lembap dengan meletakkan balutan steril, lembab,
dan tidak lengket di atas defek tersebut. Larutan pelembab yang dilakukan
adalah salin normal steril. Balutan diganti dengan sering (setiap 2 sampai
4 jam). Dan sakus tersebut diamati dengan cermat terhadap kebocoran,
abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi. Sakus tersebut harus dibersihkan
dengan sangat hati-hati jika kotor atau terkontaminasi. Kadang-kadang
sakus pecah selama pemindahan dan lubang pada sakus meningkatkan
resiko infeksi pada system saram pusat.
3. Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah
kontraktur, dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan.
Akan tetapi latihan ini dibatasi hanya pada kaki, pergelangan kaki dan
sendi lutut. Bila sendi panggul tidak stabil, peregangan terhadap fleksor
pinggul yang kaku atau otot-otot adductor, mempererat kecenderungan
subluksasi.
f. Bagaimana persentase Kejadian Spina Bifida?
1. Risiko untuk anak kedua dari orang tua dengan anak pertama menderita
spina bifida karena meningkat hingga 3-5%
2. Sedangkan populasi umum memiliki resiko memiliki anak spina difida
adalah 0,1-0,3%. Dipicu dari banyak factor, karena spina bifida
merupakan kelainan konginental yang bersifat multifactorial.
g. Bagaimana cara mencegah spina bifida pada bayi?
Untuk mencegah spina bifida pada bayi yaitu saing ibu harus :
 Mengkonsumsi vitamin-vitamin prakonsepsi termasuk asam folat
 Pemberian suplemen folic acid 400 microgram / hari sebelum hamil dan
800 microgram / hari selama kehamilan
 Rutin melakukan pemeriksaan pada masa sebelum, saat & sesudah
kehamilan
h. Termasuk jenis kelainanan apakah spina Bifida?
Kelainan yang terjadi pada si bayi adalah Spina Bifida jenis Sistika yaitu
Mielomeningokel. Mielomeningokel adalah keadaan di mana terjadi herniasi
korda spinalis dan akar saraf membentuk kantung yang juga berisi menings.
Kantung ini berprotrusi melalui vertebra dan defek muskulokutaneus. Korda
spinalis sering berakhir pada kantung ini dan terbuka keluar disertai ekspose
dari kanalis sentralis. Pembukaan dari struktur saraf tersebut disebut neural
placode. Neural tube defek tipe ini adalah bentuk yang paling sering terjadi
i. Bagaimana prognosis kelainanan spina bifida pada bayi tersebut?
Berikut beberapa presentasi tentang prognosis penderita spina bifida :
1. 90 % Dapat tumbuh berkembang hingga dewasa (melalui dekade ketiga
kehidupan mereka.)
2. 80 % memiliki kecerdasan yang normal
3. 75 % dari penderita dapat bertahan hidup masa dewasa awal dan dapat
terus hidup selama beberapa dekade .(dengan perawatan suportif saat
masa subur)
j. Bagaimana cara memberikan konseling pada keluarga bayi tersebut?
4|Page
 SUPPORT TEAM : sangat dianjurkan oleh sebagian besar profesional
kesehatan mental . terdiri dari orang-orang dalam situasi yang sama
 KONSELING GENETIKA :Untuk orang tua dari anak dengan spina bifida
yang sedang mempertimbangkan memiliki lebih banyak anak; identifikasi
faktor risiko yang mungkin menandakan kemungkinan anak tambahan
spina bifida.
 KONSELING GIZI : Untuk penilaian gizi dan merancang makan dan
perencanaan, dengan penekanan khusus pada pertumbuhan optimal dan
kontrol berat badan untuk setiap pasien.
 ENDOKRINOLOGI :Untuk memantau pertumbuhan dan kemajuan
perkembangan dan menyediakan metode diagnostik dan pengobatan
lanjutan untuk membantu memastikan potensi pertumbuhan penuh.
k. Apakah penyakit lain yang menyertai kelainan Spina Bifida?
Terdapat beragam komplikasi yang mungkin disebabkan oleh spina bifida.
Secara umum, gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi:
 Gangguan mobilitas : Kondisi yang ditandai dengan tubuh bagian bawah
yang mengalami lemah otot atau bahkan lumpuh.
 Gangguan saluran kemih dan pencernaan : Pengidap spina bifida
umumnya mengalami inkontinensia urine atau tinja karena adanya
gangguan saraf yang mengatur saluran kemih dan pencernaan.
 Hidrosefalus : Kondisi di mana terjadi penumpukan cairan dalam otak
sehingga dapat menyebabkan kejang dan gangguan penglihatan.
 Meningitis : Meningitis dengan organisme campuran lazim ditemukan
bila kulit terinfeksi atau terdapat sinus.Pengidap spina bifida juga
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami meningitis serta gangguan
dalam belajar di kemudian hari. Contoh gangguan dalam proses belajar
yang mungkin terjadi meliputi gangguan bahasa atau menghitung serta
sulit konsentrasi.
 Kandung kemih dan ginjal : Banyak orang dengan spina bifida memiliki
masalah menyimpan dan buang air. Ini kadang-kadang dapat
menyebabkan:
 infeksi saluran kemih berulang.
 hidronefrosis (di mana satu atau kedua ginjal menjadi teregang dan
bengkak akibat penumpukan urin di dalamnya)
 jaringan parut ginjal
 batu ginja
Tanda-tanda infeksi saluran kemih dapat mencakup suhu tinggi (demam)
dan darah dalam urin penderita. Penderita juga mungkin memiliki sakit
atau nyeri di punggung atau samping, dan rasa sakit saat buang air
kecil.Karena risiko ini, mungkin harus memiliki janji rutin untuk
memantau kandung kemih dan ginjal. Ini mungkin melibatkan scan
ultrasound, serta tes untuk mengukur volume atau kandung kemih Anda
dan tekanan di dalamnya. Dalam beberapa kasus, Anda mungkin perlu
pengobatan antibiotik jangka panjang untuk mencegah infeksi saluran
kemih berulang.
5|Page
 Masalah kulit
Penderita spina bifida, mungkin telah mengurangi sensasi di kaki karena
saraf tidak dapat mengirim sinyal yang jelas ke otak. Ini bisa berarti
bahwa sulit bagi penderita untuk mengetahui bahwa anda telah merusak
kulit pada kaki, baik karena cedera, luka bakar, atau tekanan
berkepanjangan (misalnya, dari duduk untuk jangka waktu yang panjang).
Jika penderita melukai diri tanpa disadari, ada risiko kulit bisa menjadi
terinfeksi atau berkembang menjadi ulkus tahan lama (luka terbuka), jadi
penting untuk memeriksa kulit penderita secara teratur untuk setiap
tanda-tanda cedera.
 Alergi lateks
Anak-anak dan orang dewasa dengan spina bifida dapat mengembangkan
alergi terhadap lateks. Lateks merupakan jenis yang terjadi secara alami
karet yang digunakan untuk membuat produk seperti sarung tangan lateks,
masker dan item lainnya dari pakaian, serta beberapa jenis peralatan
medis. Gejala dapat berkisar dari reaksi alergi ringan - mata berair dan
ruam kulit - untuk reaksi alergi yang parah, yang dikenal sebagai shock
anafilaksis.Shock anafilaksis dapat mengancam jiwa dan membutuhkan
perawatan segera dengan suntikan adrenalin.
 Chiari malformasi II
kondisi umum pada anak-anak dengan myelomeningocele - di mana
batang otak dan otak kecil ( otak belakang ) menonjol ke bawah ke daerah
kanal atau leher tulang belakang . Kondisi ini dapat menyebabkan
kompresi sumsum tulang belakang dan menyebabkan berbagai gejala
termasuk kesulitan dengan makan , menelan , dan bernapas kontrol;
tersedak ; dan perubahan fungsi lengan atas ( kekakuan , kelemahan )

2. Dari hasil anamnesa, ibu tidak pernah mengkonsumsi Vitamin dan


memeriksakan kehamilannya karena jauhnya akses ke pelayanan kesehatan
terdekat.
a. Apa saja Vitamin yang dibutuhkan selama kehamilan?
1. Asam folat
2. Vitamin A, B, C,D, E, K
b. Apa fungsi vitamin pada ibu hamil serta apa dampak kekurangan dan kelebihan
konsumsi Vitamin bagi ibu dan bayi?
1. Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin B9 yang memegang peranan penting dalam
perkembangan embrio.Asam folat berfungsi untuk metabolisme normal
makanan menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis DNA,
pertumbuhan sel dan pembentukan heme.Asam folat juga membantu
mencegah neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang
belakang.Kekurangan asam folat dapat menyebabkan kehamilan
prematur, anemia, cacat bawaan, bayi dengan berat bayi lahir rendah
(BBLR), dan pertumbuhan janin terganggu.

6|Page
2. Vitamin A
Vitamin A mempunyai fungsi untuk penglihatan, imunitas, pertumbuhan
dan perkembangan embrio.Kekurangan vitamin A menyebabkan kelahiran
prematur dan berat badan lahir rendah.
3. Vitamin B
Vitamin B1, vitamin B2, niasin dan asam pantotenat yang dibutuhkan
untuk membantu proses metabolisme. Vitamin B6 berperan dalam
metabolisme asam amino.Fungsi dari vitamin B12 atau kobalamin untuk
pertumbuhan dan perkembangan sel darah merah, sel-sel sumsum tulang,
sistem persarafan dan saluran cerna. Kekurangan vitamin ini dapat
menyebabkan terjadinya hydocephalus dan NTD terbagi menjadi 3 jenis
utama yakni anensefalus,ensefalokel dan spina bifida
(Leveno,2003/2009;alih bahasa, Brahmn U. Pendit).
4. Vitamin C
Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan
darikerusakan dan dibutuhkan untuk membentuk kolagen serta
menghantarkan sinyal ke otak.Vitamin C juga membantu penyerapan zat
besi di dalam tubuh.Ibu hamil disarankan mengkonsumsi 85 miligram per
hari.
5. Vitamin D
Vitamin D berfungsi mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan
kalsium dan fosfor, mineralisasi tulang dan gigi serta mencegah
osteomalacia pada ibu.
6. Vitamin E
Vitamin E berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan serta integrasi
sel darah merah.Selama kehamilan wanita hamil dianjurkan
mengkonsumsi 2 miligram per hari.
7. Vitamin K
Kekurangan vitamin K dapat mengakibatkan gangguan perdarahan pada
bayi.Pada umumnya kekurangan vitamin K jarang terjadi, karena vitamin
K terdapat pada banyak jenis makanan dan juga disintesis oleh bakteri
usus.

c. Bagaimana tahap pemeriksaan kehamilan ?


Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan perlu melakukan beberapa hal
serta mendapatkan informasi yang sangat penting, yaitu:
 Trimester pertama sebelum minggu ke 14
 Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan
ibu hamil.
 Mendeteksi masalah dan menanganinya.
 Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
 Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.

7|Page
 Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya.
 Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai
preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan
ganda).
 Trimester ketiga antara minggu 28-36 Sama seperti di atas, ditambah
palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
 Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. (Saifuddin, dkk.,
2002).Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T” terdiri dari:
(Timbang) berat badan, Ukur (Tekanan) darah, Ukur (Tinggi) fundus
uteri, Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) \, Pemberian Tablet zat besi,
minimum 90 tablet selama kehamilan, Tes terhadap penyakit menular
sexual, Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002).
d. Berapa kali minimal ibu hamil harus memeriksa kehamilan?
Minimal seorang ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 3 kali
 Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
 Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).
 Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan
sesudah minggu ke 36) (Saifudin, dkk.,2002),
Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila
janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003).
e. Apa dampak jika seorang ibu hamil tidak memriksakan kehamilannya?
Seorang ibu tidak dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil
yang mungkin ia alami selama masa kehamilan, sehingga bisa saja ia dan
bayinya memderita penyakit maupun kelainan
f. Pada minggu kehamilan keberapa spina Bifida dapat terdeteksi ?
Pada miggu 3-4 karena pada saat ini proses pembentukan saraf tulang
belakang telah selesai, sehingga bisa diamati apabila terdapat kesalahan pada
janin. Tetapi seorang ibu biasanya baru bisa mengetahui spina bifida pada
janinnya pada saat melakukan pemeriksaan USG yang pertama kali yaitu
sekitar pada minggu ke 14.
g. Bagaimana cara mengetahui kelainan spina bifida ?
 Tes darah
 Tes maternal serum alpha-fetoprotein (MSAFP): MSAFP merupakan
tes umum yang digunakan untuk memeriksa myelo meningocele. Untuk
melakukan tes ini, dokter akan mengambil sampel darah untuk diuji di
laboratorium untuk melihat kadar alpha-fetoprotein (AFP). Tingkat
AFP tinggi yang tidak normal menunjukkan bahwa bayi memiliki cacat
tabung saraf. Spina bifida dan anensefali merupakan kondisi cacat
tabung saraf yang paling sering terjadi. Beberapa kasus spina bifida
tidak menghasilkan tingkat AFP yang tinggi. Di sisilain, ketika tingkat
8|Page
AFP yang tinggi ditemukan, hanya ada sedikit kemungkinan terjadinya
cacat tabung saraf. Berbagai tingkat AFPdapat disebabkan oleh faktor-
faktor lain seperti salah perhitungan usia janin atau bayi kembar
sehingga dokter mungkin melakukan tes darah tindak lanjut untuk. Jika
hasilnya masih tinggi, Anda harus memerlukan evaluasi lebih lanjut
dengan bantuan tes lain seperti pemeriksaan USG.
 Tes darah lain: Dokter dapat melakukan tes MSAFP dengan dua atau
tiga tes darah lainnya yang dapat mendeteksi hormon lain seperti
human chorionic gonadotropin (HCG), inhibin Adanestriol.
 Ultrasonografi (USG)
Banyak dokter kandungan bergantung pada ultrasonografi untuk skrining
spina bifida. Jika tes darah menunjukkan kadar AFP tinggi, dokter akan
menyarankan pemeriksaan USG untuk membantu menentukan
penyebabnya. Tes USG bekerja dengan memantulkan gelombang suara
frekuensi tinggi dari jaringan dalam tubuh untuk menampilkan gambar
hitam-putih pada monitor video. Informasi yang diberikan gambar-
gambar tersebut dapat membantu menentukan apakah ada kemungkinan
bayi kembar dan membantu mengkonfirmasi usia kehamilan. USG tingkat
lanjut juga dapat mendeteksi tanda-tanda spina bifida seperti tulang
belakang yang terbuka atau fitur tertentu dalam otak bayi yang
menunjukkan spina bifida.Di tangan ahli, USG saat ini cukup efektif
dalam mendeteksi spina bifida dan menilai keparahannya.USG juga aman
bagi ibu dan bayi.
 Amniosentesis
Jika tes darah menunjukkan tingginya kadar AFP dalam darah, tetapi
pada saat USG menujukkan hasil normal, dokter mungkin menawarkan
amniosentesis. Selama amniosentesis, dokter menggunakan jarum untuk
mengangkat sampel cairan dari kantung ketuban yang mengelilingi
bayi.Suatu analisis menunjukkan tingkat AFP mungkin dapat berada
dalam ketuban. Cacat tabung saraf terjadi ketika cairan ketuban
mengandung kadar AFP yang tinggi karena kulit sekitar tulang belakang
bayi hilang dan AFP merembes ke dalam kantung ketuban.
h. Bagaimanakah standar pelayanan kesehatan di daerah plosok ?
Pelayanan kesehatan di daerah plosok belum makasimal atau masih di bawah
standar karena beberapa faktor yang menyebabkan akses pelayanan kesehatan
di daerah plosok belum maksimal seperti susahnya transportasi untuk menuju
ke daerah tersebut dan tempat tinggal masyarakat di pelosok berjauhan dan
pelayanan di daerah plosok lebih diutamakan bagi ibu yang sedang hamil dan
bayi.
i. Apa nutrisi yang dibutuhkan sebelum dan sesudah kehamilan (Dosis)?
Menurut Irianto (2004), ada beberapa syarat makanan sehat bagi ibu hamil
yaitu :
 Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh
ibu dan pertumbuhan bayi.

9|Page
 Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak,
vitamin, mineral).
 Dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi bayi.
 Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat,
kadar gula darah, dan tekanan darah.
3. Seorang Ibu ke RSUD untuk melahirkan anak pertamanya setelah
menempuh empat jam perjalanan darat
a. Apa dampak pada kondisi ibu setelah menempuh empat jam perjalanan?
Karena factor perjalanan yang lama, jadi benturan bayi pada dinding uterus
dapat meningkatkan pina bifidanya.
4. Pada keluarga Ayah dan Ibu juga tidak didapati anggota keluarga lain yang
pernah mengalami kejadian serupa.
a. Apakah ada pengaruh genetik pada penyakit Spina Bifida ?
Ada, karena penyakit spina bifida adalah penyakit multifaktorial, berupa
interaksi dari faktor genetik dan lingkungan.Faktor yang diturunkan dari
penyakit ini adalah polimorfisme. Pada dasarnya setiap orang dapat memiliki
susunan DNA yang berbeda beda, dan pada suatu saat tertentu, ada orang
yang karena susunan DNA nya menyebabkan ia lebih rentan terkena suatu
penyakit.Dalam kasus ini, si ibu dapat memiliki polimorfisme dari gen MTHFR
yang rentan menderita defisiensi asam folat sehingga meningkatkan resiko si
ibu untuk melahirkan anak dengan spina bifida.
b. Apakah ada kondisi tertentu dari orang tua yang dapat meningkatkan resiko
Spina Bifida?
Kalau pada ibu ada pengaruh yang dapat meningkatkan resiko pada spina
bifida yaitu sebelum dan selama kehamilan , sang ibu harus memenuhi nutrisi
yang dibutuhkan sebelum dan selama kehamilan seperti asam folat yang
sangat berpengaruh pada penyakit spina bifida.

V. IDENTIFIKASI LEARNING ISSUE

Pokok Bahasan What I Know What I don’t What I have to How will I
know prove learn
1. Kelainan Pengertian Macam-macam Mengetahui
kongenital Kelainan Kelainan
Kongenital, Kongenital
Pengelompokan
Kelainan
Kongenital,
Diagnosis,
Pencegahan
2. Embriogenesis Pengertian Tahap-Tahap Mengetahui
pembentukan Embriogenesis
Jurnal
Textbook
3. Spina Bifida Pengertian Penyebab,ciri Mengetahui Spina
Internet
ciri,dampak, Bifida
10 | P a g e
indikasi penyakit Pakar
lain,prognosis,
konseling,pewaris
ansifat,pencegaha
n,faktor genetik
4. Kehamilan Pengertian Kriteria dan Mengetahui
Faktor risiko Kehamilan
Berisiko
5. Pelayanan Pengertian Perkembangan Mengetahui
Kesehatan akses pelayanan pelayanan
kesehatan di kesehatan
daerah plosok khusunya di daerah
plosok
6. Nutrisi dan kegunaan, Mengetahui Nutrisi
Vitamin Pengertian manfaat ,dampak, dan vitamin yang
dosis dibutuhkan pada
ibu hamil

VI. SINTESIS

1. KELAINAN KONGENITAL

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang
dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.Kadang-kadang suatu kelainan
kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan
beberapa saat setelah kelahiran bayi. Selain itu, pengertian lain tentang kelainan sejak lahir
adalah defek lahir, yang dapat berwujud dalam bentuk berbagai gangguan tumbuh-kembang
bayi baru lahir, yang mencakup aspek fisis, intelektual dan kepribadian.
Berdasarkan patogenesis, kelainan kongenital dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Malformasi : Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau
ketidaksempurnaan satu atau lebih proses embriogenesis.
2. Deformasi : Deformasi didefinisikan sebagai bentuk, kondisi, atau posisi abnormal
bagian tubuh yang disebabkan oleh gaya mekanik sesudah pembentukan normal
terjadi, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang kecil).
3. Disrupsi : Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang
disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal.
4. Displasia : Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan struktur) akibat
fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh.

Malformasi
Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau
ketidaksempurnaan satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal dari suatu
jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat, atau menyimpang sehingga menyebabkan
suatu kelainan struktur yang menetap. Kelainan ini mungkin terbatas hanya pada satu daerah
anatomi, mengenai seluruh organ, ataupun mengenai berbagai sistem tubuh yang berbeda.
11 | P a g e
Istilah malformasi tidak secara langsung menggambarkan etiologinya, tetapi
menggambarkan bahwa penyimpangan dalam perkembangan ini terjadi pada kehamilan
muda, pada saat terjadi diferensiasi jaringan atau selama periode pembentukan organ. Sebagai
contoh penyimpangan pada arkus brakialis pertama dan kedua akan menyebabkan mikrotia
(telinga kecil).

Beberapa contoh malformasi misalnya bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-
langit, spina bifida.Malformasi dapat digolongkan menjadi malformasi mayor dan minor.
Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan menyebabkan
gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup. Sedangkan malformasi minor
tidak akan menyebabkan problem kesehatan yang serius dan mungkin hanya berpengaruh
pada segi kosmetik. Malformasi pada otak, jantung, ginjal, ekstrimitas, saluran cerna
termasuk malformasi mayor, sedangkan kelainan daun telinga, lipatan pada kelopak mata,
kelainan pada jari, lekukan pada kulit (dimple), ekstra putting susu adalah contoh dari
malformasi minor.

Malformasi akibat infeksi rubela, cytomegalovirus atau toxoplasmosis biasanya


disertai ikterus, purpura, dan hepatosplenomegali. Diagnosis ditegakkan dengan
ditemukannya kenaikan kadar antibodi spesifik, terutama IgM. Pada infeksi rubela dan
toxoplasma, infeksi dapat berulang terjadi pada fetus, imunitas ibu dapat mencegah kejadian
serupa pada kehamilan berikutnya.

Berbagai penyakit ibu dapat meningkatkan risiko malformasi, di antaranya insulin-


dependent diabetes mellitus, epilepsi, pengonsumsi alkohol, dan phenylketonuria (PKU).
Keturunan dari ibu dengan insulin-dependent diabetes mellitus mempunyai risiko 5–5% untuk
menderita kelainan kongenital terutama penyakit jantung bawaan, defek tabung saraf (neural
tube defect), dan agenesis sakral. Risiko juga meningkat sekitar 6% untuk timbulnya celah
bibir dan penyakit jantung bawaan pada keturunan dari ibu penderita epilepsi, meskipun di
sini sulit dibedakan apakah kelainan kongenital ini meningkat disebabkan oleh epilepsi itu
sendiri atau akibat obat-obat epilepsi. Ibu dengan PKU yang tidak diobati akan menyebabkan
janin yang dikandungnya mempunyai risiko tinggi (25%) untuk menderita retardasi mental,
mikrosefali, dan penyakit jantung bawaan.
Beberapa contoh malformasi misalnya bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-
langit, spina bifida.Malformasi dapat digolongkan menjadi malformasi mayor dan minor.
Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan menyebabkan
gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup. Sedangkan malformasi minor
tidak akan menyebabkan problem kesehatan yang serius dan mungkin hanya berpengaruh
pada segi kosmetik. Malformasi pada otak, jantung, ginjal, ekstrimitas, saluran cerna
termasuk malformasi mayor, sedangkan kelainan daun telinga, lipatan pada kelopak mata,
kelainan pada jari, lekukan pada kulit (dimple), ekstra putting susu adalah contoh dari
malformasi minor.

12 | P a g e
Gambar 1. Bayi spina bifida

2. EMBRIOGENESIS

Definisi

Menurut Dorland’s Illustrated Medical Dictionary, Embriogenesis adalah :1.produksi


dari embrio; 2.perkembangan dari individu yang baru yang terjadi secara seksual yaitu dari
zigot. Secara umum, embriogenesis adalah proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari
embrio manusia yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan manusia.
Tepatnya, embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum
yang disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan manusia.

Tahap-tahap Embriogenesis

1 .Fertilisasi

Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi didaerah
ampulla tuba fallopii.Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim dan
selanjutnya masuk kedalam saluran telur.Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-
otot uterus dan tuba. Sebelum spermatozoa dapat membuahi oosit, mereka harus mengalami
proses kapasitasi dan reaksi akrosom.

Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, yang
pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam.Selama waktu ini, suatu selubung dari glikoprotein
dari protein-protein plasma segmen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah
akrosom spermatozoa.Hanya sperma yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel
korona dan mengalami reaksi akrosom.

Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pelusida dan diinduksi oleh
protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan
untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin.

Fase fertilisasi mencakup fase 3 fase:

13 | P a g e
a. Penembusan korona radiata. Spermatozoa-spermatozoa yang mengalami kapasitasi
tidak akan sulit untuk menembusnya.

b. Penembusan zona pelusida. Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein yang
mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi kromosom.Hanya 1
spermatozoa diantara 200-300 juta spermatozoa yang ada di saluran kelamin yang berhasil
menembus zona pelusida.Saat spermatozoa masuk ke dalam membrane oosit, spermatozoa
lain tidak akan bisa masuk lagi karena aktifasi dari enzim oosit sendiri.

c. Fusi oosit dan membran plasma. Spermatozoa bergerak masuk ke membrane oosit
dan mencapai inti oosit.Perlu diketahui bahwa spermatozoa dan oosit masing-masing
memiliki 23 kromosom (haploid), selama masa penyatuan masingmasing pronukleus
melakukan sintesis DNA.Segera setelah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong
untuk melakukan pembelahan secara mitosis yang normal.Dua puluh tiga kromosom dari ibu
dan dua puluh tiga kromosom dari ayah membelah sepanjang sentromer, dan kromatid-
kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak ke kutub yang berlawanan, sehingga
menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom yang normal.

2. Pembelahan

Kira-kira 24 jam setelah fertilisasi, oosit yang telah dibuahi mulai pembelahan
pertamanya. Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani serangkaian pembelahan
mitosis yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel ini dikenal sebagai
blastomer yang akan berbentuk seperti gumpalan yang padat.

Kira-kira setelah 3 hari setelah pembuahan, sel-sel embrio yang termampatkan


tersebut, membelah lagi membentuk morula.Morula adalah, kumpulan dari 16-30 sel
blastomere. Karena sel-sel ini muncul dari pembelahan (cleavage) dari zigot dan semua
terdapat pada zona pelusida yang tidak iasmembesar, jadi pertumbuhannya tidak banyak
terlihat.

Setiap sel yang baru besarnya sama dengan sel awal dan nama morula berarti
mulberry, karena mirip seperti kumpulan sel-sel setengah bulat. Sel-sel bagian dari morula
merupakan massasel dalam, sedangkan sel-sel di sekitar membentuk massa sel luar. Massa sel
dalam akan membentuk jaringanjaringan embrio yang sebenarnya, sementara massa sel luar
akan membentuk trofoblastt, yang kemudian ikut membentuk plasenta.

3. Pembentukan blastokista,embrioblast, dan rongga amnion.

Pada hari ke-4 setelah inseminasi, sel terluar dari morula yang masih diselubungi
dengan zona pelucida mulai berkumpul membentuk suatu pemadatan.Sebuah rongga
terbentuk pada di interior blastokista dan Kirakira pada waktu morula memasuki rongga
rahim, cairan mulai menembus zona pelusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di
massa sel dalam (inner cell mass). Sel-sel embrio berkembang dari inner cell mass yang
sekarang disebut embrioblastt. Sedangkan sel-sel di massa sel luar atau trofoblast, menipis
dan membentuk dinding epitel untuk blastokista. Zona pelusida kini sekarang sudah
menghilang, sehingga implantasi bisa dimulai.

14 | P a g e
Pada akhir hari ke-5 embrio melepaskan diri dari zona pelusida
yangmembungkusnya.Melalui serangkaian siklus pengembangan-kontraksi embriomenembus
selimut pelusida.Hal ini didukung oleh enzim yang dapat melarutkan zona pelusida pada
kutub embrionik.Pelepasan embrio ini dinamakan hatching.

Polaritas dari embrio dapat terlihat pada waktu pembentukan kutub embrionik dan
kutub abemrioalik. Ha ini jelas terlihat ketika meneliti blastokista dimana inner cell mass
sudah terbentuk. Polaritas lebih terfokus pada satu kutub dari interior belahan blastokista yang
terdiri dari blastomer.

Pada perkembangan hari ke-8, blastokista sebagian terbenam di dalam stroma


endometrium.Pada daerah di atas embrioblast, trofoblast berdiferensiasimenjadi 2 lapisan: (a)
sitotrofoblast ,(b) sinsitiotrofoblast. Trofoblast mempunyaikemampuan untuk menghancurkan
dan mencairkan jaringan permukaan endometrium dalam masa sekresi, yaitu sel-sel decidua.

Sel-sel dari embrioblast juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan
hipoblast dan epiblast.Sel-sel dari masing-masing lapisan mudigah membentuk sebuah
cakram datar dan keduanya dikenal sebagai cakram mudigah bilaminer. Pada saat yang sama
terdapat rongga kecil muncul di dalam epiblast, dan rongga ini membesar menjadi rongga
amnion.

Pada hari ke-9, blastokista semakin terbenam di dalam endometrium, dan luka berkas
penembusan pada permukaan epitel ditutup dengan fibrin, pada masa ini terlihat proses
lakunaris, dimana vakuola-vakuola apa sinsitium trofoblast menyatu membentuk lakuna-
lakuna yang besar. Sementara pada kutub anembrional, sel-sel gepeng bersama dengan
hipoblast membentuk lapisan eksoselom (kantung kuning telur primitif).

Pada hari ke-11 dan 12, blastokista telah tertanam sepenuhnya di dalam stroma
endometrium. Trofoblast yang ditandai dengan lacuna dan sinsitium akanmembentuk sebuah
jalinan yang saling berhubungan, Sel-sel sinsitiotrofoblast menembus lebih dalam ke stroma
dan merusak lapisan endotel pembuluhpembuluh kapiler ibu.Pembuluh-pembuluh rambut ini
tersumbat dan melebar dan dikenal sebagai sinusoid. Lakuna sinsitium kemudian
berhubungan dengan sinusoid, dan darah ibu mulai mengalir melalui system trofoblast,
sehingga terjadilah sirkulasi utero-plasenta.

Semetara itu, sekelompok sel baru muncul di antara permukaan dalam sitotrofoblast
dan permukaan luar rongga eksoselom. Sel-sel ini berasal dari kantong kuning telur dan akan
membentuk suatu jaringan penyambung yang disebut mesoderm ekstraembrional; di mana
pada akhirnya akan mengisi semuaruang antara trofoblastt di sebelah luar dan amnion beserta
selaput eksoselom disebelah dalam.

Segera setelah terbentuk rongga-ronga besar di dalam mesoderm ekstraembrional, dan


ketika rongga-rongga ini menyatu, terbentuklah sebuah rongga baru, yang dikenal dengan
nama rongga khorion. Rongga khorion ini terbentuk dari sel-sel fibroblast mesodermal yang
tumbuh disekitar embrio dan yang melapisi trofoblast sebelah dalam. Rongga ini mengelilingi
kantung kuning telur primitive dan rongga amnion kecuali pada tempat cakram mudigah
berhubungan dengan trofoblast melalui tangkai penghubung

15 | P a g e
4. Cakram mudigah trilaminer

Cakram mudigah bilaminer sendiri berdiferensiasi menjadi embrio trilaminer, terjadi


proses epithelio-mesenchymal layer (gastrulasi pada vertebrata kelas bawah). Gastrulasi
dimulai dengan pembentukan primitive streak (garis primitive) pada permukaan
epiblast.Selama periode ini embrio mengalami perubahan-perubahan yang cukup menonjol.

Sel-sel epiblast berpindah mengikuti garis primitive untuk membentuk mesoderm dan
entoderm intraembrional.Setelah tiba di daerah garis tersebut, selsel ini menjadi bentuk
seperti botol, memisahkan diri dari epiblast dan endoderm yang baru saja terbentuk untuk
membentuk mesoderm.Sel-sel yang tetap berada di epiblast kemudian membentuk ectoderm.
Dengan demikian epiblast, walaupun terjadi proses gastrulasi, merupakan sumber dari semua
lapisan germinal pada embrio (yaitu, ektoderm, mesoderm, dan endoderm).

Sel-sel prenotokord yang bergerak masuk ke dalam lubang primitif, bergerak ke depan
hingga mencapai lempeng prekordal. Mereka menempatkandiri dalam endoderm sebagai
lempeng notokord.Pada perkembangan selanjutnya,lempeng ini mengelupas dari endoderm,
dan terbentuklah sebuah tali padat, notokord. Notokord akan menentukan Sumbu tengah dari
embrio yang akan menentukan situasi ke depan mengenai dasar tulang belakang dan dapat
menyebabkan diferensiasi dari ektoblast untuk membetuk neural plate. Karena itu, pada akhir
minggu ke-3, terbentuklah 3 lapisan mudigah—yang terdiri dari ectoderm, mesoderm, dan
endoderm—,danberdiferensiasi menjadi jaringan dan organ-organ.

5. Masa embrionik

Selama perkembangan minggu ke-3 sampai minggu ke-8, suatu massa yang dikenal
sebagai massa embrionik atau masa organogenesis, masing-masing lapisan dari ketiga lapisan
mudigah ini membentuk banyak jaringan dan organ yang spesifik. Menjelang masa akhir
embrionik ini, sistem-sistem organ telah terbentuk. Karena pembentukan organ ini, bentuk
mudigah banyak berubah dan ciri-ciri utama bentuk tubuh bagian luar sudah dapat dikenali
menjelang bulan kedua

Masa mudigah berlangsung dari perkembangan minggu keempat hingga kedelapan


dan merupakan masa terbentuk jaringan dan sistem organ dari masingmasing lapisan
mudigah.Sebagai akibat pembentukan organ, ciri-ciri utama bentuk tubuh mulai jelas.

Lapisan Mudigah ektoderm membentuk organ dan struktur-struktur yang memelihara


hubungan dengan dunia luar: (a) susunan saraf pusat; (b) sistem saraf tepi; (c) epitel sensorik
telinga, hidung dan mata; (d) kulit, termasuk rambut dan kuku; dan (e) kelenjar hipofisis,
kelenjar mammae, dan kelenjar keringat serta email gigi.

Bagian yang paling penting dari lapisan mudigah mesoderm adalah mesoderm para
aksial, intermediat, dan lempeng lateral.Mesoderm para aksial membentuk somitomer; yang
membentuk mesenkim di kepala dan tersusun sebagai somit-somit di segmen oksipital dan
kaudal.Somit membentuk miotom (jaringan otot), skeletom (tulang rawan dan sejati), dan
dermatom (jaringan subkutan kulit), yang semuanya merupakan jaringan penunjang
tubuh.Mesoderm juga membentuk sistem pembuluh, yaitu jantung, pembuluh nadi, pembuluh
getah bening, dan semua sel darah dan sel getah bening. Di samping itu, ia membentuk sistem
16 | P a g e
kemih-kelamin; ginjal, gonad, dan saluran-salurannya (tetapi tidak termasuk kandung kemih).
Akhirnya limpa dan korteks adrenal juga merupakan turunan dari mesoderm.

Lapisan mudigah endoderm menghasilkan lapisan epitel saluran pencernaan, saluran


pernafasan, dan kandung kemih.Lapisan ini juga membentuk parenkim tiroid, paratiroid, hati
dan kelenjar pankreas.Akhirnya, lapisan epitel kavum timpani dan tuba eustachius juga
berasal dari endoderm.Sebagai akibat dari pembentukan sistem-sistem organ dan
pertumbuhan sistem-sistem organ dan pertumbuhan sistem saraf pusa

t yang cepat, cakram mudigah yang mula-mula datar melipat kearah sefalokaudal,
sehingga terbentuklah lipatan kepala dan ekor.Cakram ini juga melipat dengan arah lintang,
sehingga terdapat bentuk tubuh yang bulat.Hubungan dengan kantung kuning telur dan
plasenta dipertahankan masing-masing melalui duktus vitellinus dan tali pusat.

3. SPINA BIFIDA

Spina bifida adalah kelainan neural tube ( neural tube defect ) yang terjadi akibat
kegagalan neural tube untuk menutup dengan sempurna. Spina bifida berarti terbelahnya
arcus vertebrae dan bisa melibatkan jaringan saraf di bawahnya atau tidak. Spina bifida
disebut juga myelodisplasia, yaitu suatu keadaan dimana ada perkembangan abnormal pada
tulang belakang, spinal cord, saraf-saraf sekitar dan kantung yang berisa cairan yang
mengitari spinal cord. Kelainan ini menyebabkan pembentukan struktur yang berkembang di
luar tubuh.

Proses Pembentukan Neural Tube Defect

Pembentukan system saraf pusat dimulai sejak bulan pertama perkembangan


janin, dimulai dari notocord kemudian terbentuk neuroectoderm dan berkembang menjadi
bentukan seperti pita pipih yang dinamakan neural plate, kemudian masuk ke dalam ke bagian
belakang embrio yang dinamakan neural groove. Bagian samping dari neural groove
akan melengkung ke atas ( neural fold ) dan menyatu membentuk suatu tabung yang
dinamakan neural tube, penyatuan / fusi dari neural fold dimulai dari bagian tengah
dari embrio dan bergerak ke arah atas ( cranial ) dan bawah ( caudal ).Bagian atas
dinamakan anterior ( rostral ) neuropore dan bagian bawah dinamakan posterior ( caudal )
neuropore. Anterior neuropore menutup pada hari 26 atau sebelumnya sedangkan caudal
neuropore akan menutup pada akhir minggu ke empat. Jika bagian dari tabung neural ( neural
tube ) tidak menutup, tulang belakang juga tidak menutup akan menyebabkan terjadinya spina
bifida.

17 | P a g e
Gambar 2. Pembentukan neural tube deffect

Stadium Perkembangan

- 21 hari : neural groove dan dimulainya pembentukan neural tube


- 25 hari : penutupan neural groove kecuali bagian akhir anterior dan posterior
- 30 hari : neuropores menutup, pengenalan fore, mid dan hind brain.Diferensiasi 3 lapis
neural tube
- 5 minggu : pembentukan otak dan pembentukan lensa mata
- 6 minggu : dimulainya perkembangan cerebellum
- 7 minggu : corpus striatum dan thalamus, bertemunya komponen glandula pituitary
- 8 minggu : meningens, diferensiasi cortex cerebral
- 3-4 bulan : otak mulai menyerupai otak dewasa, terbentuknya corpus calosum dan
komponen yang lain
- 4 bulan-lahir : timbulnya cerebral sulkus dan gyrus, myelinisasi dimulai.

Ada 3 kategori perkembangan system saraf yang abnormal :

1. Kelainan struktural : kesalahan dalam organogenesis


2. Gangguan dalam organisasi
3. Gangguan metabolism

Patogenesis

Defek neural tube disini yangdimaksud adalah karena kegagalan pembentukan


mesoderm danneurorectoderm. Defek embriologi primer pada semua defek neural tube
adalahkegagalan penutupan neural tube, mempengaruhi neural dan struktur
kutaneusectodermal. Hal ini terjadi pada hari ke 17 -30 kehamilan. Selama kehamilan , otak,
tulang belakang manusia bermula dari sel yang datar, yang kemudian membentuk silinder
yang disebut neural tube. Jika bagian tersebut gagal menutup atau terdapat daerah yang
terbuka yang disebut cacat neural tube terbuka. Daerah yang terbuka itu kemungkinan 80%
terpapar atau 20% tertutup tulang atau kulit. 90% dari kasus yang terjadi bukanlah faktor
genetik / keturunan tetapi sebagian besar terjadi dari kombinasi faktor lingkungan dan gen
dari kedua orang tuanya.

Etiologi

Penyebab spesifik dari spina bifida tidak diketahui, kebanyakkan terjadi karena
multifaktorial, tetapi menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa spina bifida muncul
akibat dari faktor genetik (keturunan), kekurangan asam folat, dan ibu dengan epilepsi yang
18 | P a g e
menderita panas tinggi dalam kehamilannya mengkonsumsi obat-obat asam volproic, anti
konvulsan, klomifen. Biasanya penutupan tabung saraf terjadi pada minggu ke empat masa
embrio. Namun jika sesuatu yang mengganggu dan tabung gagal untuk menutup dengan baik,
cacat tabung saraf akan terjadi. Terdapat kemungkinan memilki anak dengan spina bifida
meningkat apabila keturunan yang dilahirkan sebelumnya sudah mengalami spina bifida.

Bahan – bahan teratogen yang dapat menyebabkan terjadinya defek neural tube adalah
:

- Carbamazepin

- Valproic acid

- Defisiensi folic acid

- Sulfonamide

Seorang wanita yang mengkonsumsi valproic acid selama kehamilan mempunyai


resiko kemungkinan melahirkan bayi dengan defek neural tube sebesar 1-2%, maka dari itu
seorang wanita hamil yang mengkonsumsi obat-obat anti epilepsi selama kehamilannya
disarankan untuk melakukan pemeriksaan AFP prenatal rutin.

Faktor maternal lain yang dapat menyebabkan defek neural tube meliputi :

- Riwayat keluarga dengan defek neural tube

- Penggunaan obat-obat anti kejang

- Overweight berat

- Demam tinggi pada awal kehamilan

- Diabetes mellitus

Pencegahan

Diperkirakan bahwa hampir 50 % defek tabung saraf dapat dicegah jika wanita yang
bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi termasuk asam folat. Pencegahan pada
spina bifida dapat dilakukan dengan mengkonsumsi 400mcg/hari asam folat sebelum
kehamilan dan 800mcg/hari saat masa kehamilan. Konsumsi asam folat bertujuan untuk
membantu mengurangi resiko terjadinya neural tube defek (NTD). Pencegahan lainnya adalah
dengan melakukan pemeriksaan rutin pada saat sebelum hamil, saat maupun sesudah hamil.
Tujuan pemeriksaan rutin ini adalah untuk menemukan kelainan sedini mungkin dan apabila
sudah terkena diharapkan dapat segera ditangani agar menurunkan resiko kedepannya.

Penggunaan suplemen Folic acid 400 micrograms ( 0,4 mg ) / hari sebelum hamil dan
800 micrograms / hari selama kehamilan. Penggunaan suplemen folic acid ini penting untuk
menurunkan resiko terjadinya defek neural tube seperti spina bifida. Folic acid ( folinic acid,
folacin, pteroyglutamic acid ) terdiri dari bagian- bagian pteridin, asam para aminobenzoat
dan asam glutamat.

19 | P a g e
Dari penelitian terbukti bahwa yang memiliki arti biologik adalah gugus PABA dan
gugus asam glutamat. PmGA bersama-sama dengan konjugat yang mengandung lebih dari
satu asam glutamat, membentuk satu kelompok zat yang dikenal sebagai folat. Folat terdapat
dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau
yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan ( pemasakan ) makanan.

Dipandang dari sudut biologik, defisiensi folat terutama akan memperlihatkan


gangguan pertumbuhan akibat gangguan pembentukan nukleotida purin dan pirimidin.
Gangguan ini akan menyebabkan kegagalan sintesis DNA dan hambatan mitosis sel.

Ciri-ciri

Ciri-ciri Spina bifida berdasarkan klasifikasinya digolongkan sebagai berikut :


1. Spina Bifida Okulta
Bentuk ini merupakan spina bifida yang paling ringan. Kelainan seperti ini biasanya
terdapat didaerah lumbosacral, sebagian besar ditutupi oleh kulit dan tidak tampak dari luar
kecuali adanya segumpal kecil rambut diatas daerah yang dihinggapi. Pada keadaan seperti ini
medula spinalis dan saraf-saraf biasanya normal dan gejala-gejala neurologik tidak
ditemukan. Spina Bifida Okulta sering didiagnosis secara tidak sengaja saat seseorang
mengalami pemeriksaan X-ray atau MRI untuk alasan yang lain. Pada neural tube defek
(NTD) jenis ini, tidak terjadi herniasi dari menings melalui defek pada vertebra. Lesi yang
terbentuk terselubung atau tersembunyi di bawah kulit. Pada tipeini juga
tidakdisertaidenganhidrosefalus dan malformasiChiari II.
Seringkalilesi pada kulitberupa hairypatch, sinus dermal, dimple, hemangioma atau
lipoma dan kadang-kadangtimbulgangguanneurologik pada regio torakal, lumbal, dan
sakral. Pada masa pertumbuhan anak-anak dapat pula ditemukan paralisis spastik yang ringan.
Deteksidini pada spina bífida okulta sangatlah penting mengingat bahwa fungsi
neurologis hanya dapat dipertahankan dengan tindakan intervensi bedah secara dini dan tepat.
Kelompok ini mencakup kelainan-kelainan : lipoma spinal, sinus dermal,
lipomielomeningokel, diastematomielia, hipertrofi filum terminale dan meningokel sakral
anterior.
a. Lipoma spinal
Perkembangan embriologis lipoma spinal tidak diketahui secara terperinci. Pada
kasus–kasus ini, elemen spinal normal tetap ada namun lokasinya abnormal. Lipoma spinal
adalah keadaan di mana terdapat jaringan lemak yang masuk di dalam jaringan saraf,
sehingga terjadi kerusakan dan mengakibatkan disfungsi neurologis.

Gambar 3. Gambar MRI Lipoma Spinal

20 | P a g e
Pada umumnya tidak ada kelainan neurologis, tetapi kadang terjadi, karena dengan
bertambahnya usia, lipoma akan membesar dan menekan sistem saraf. Lipoma seperti ini
dapat berupa lipomeningomielokel atau melekat pada meningomielokel. Pemeriksaan
radiologik dilakukan seperti pada meningokel.
b. Sinus dermal
Sinus dermal merupakan lubang terowongan (traktus) di bawah kulit mulai dari
epidermis menuju lapisan dalam, menembus duramater dan sampai ke rongga subarakhnoid.
Tampilan luarnya berupa lesung atau dimpel kulit yang kadang mengandung sejumput rambut
di permukaannya dan kebanyakan di daerah lumbal. Biasanya kelainan ini asimptomatik,
namun bila menembus duramater, sering menimbulkan meningitis rekuren.

Gambar 4. Sinus dermal

c. Lipomielomeningokel
Lipomielomeningokel sering kali terdeteksi sebagai suatu gumpalan lemak pada
bagian belakang tubuh terutama di daerah lumbo-sakral. Kelainan ini kerap dikaitkan sebagai
deformitas kosmetik, namun sebenarnya ia merupakan suatu kompleks anomali kongenital
yang bukan hanya terdiri dari infiltrasi perlemakan jaringan saraf saja, tetapi juga
mengandung meningokel atau meningomielokel yang besar.

Gamabr 5. Lipomielomeningokel

Gambar 3 (Lipomielomeningokel): (a) A tail-like cutaneous appendage on back. (b)


Close-up showing a tail-like structure. (c) Computed tomography showing spina bifida
(marked by arrow) along with lipo-meningocele. (d) Magnetic resonance imaging
showing tethering (marked by arrow) of the spinal cord

d. Diastematomielia
Diastematomielia merupakan salah satu manifestasi disrafisme spinal yang jarang
terjadi dan terdiri atas komponen-komponen :
 Ada tulang rawan yang menonjol dari korpus vertebra dan membelah kedua
hemikord diatas.

21 | P a g e
 Lokasi diastematomielia biasanya di daerah toraks atau torako-lumbar, dan juga
biasanya ada abnormalitas vertebra (hemivertebra). Ciri khas dari kelainan ini adalah
adanya sejumput rambut dari daerah yang ada diastematomielia.

Gambar 6. Diastematomielia
e. Hipertrofi Filum Terminale (Penebalan Filum Terminalis)
Salah satu bentuk dasar yang bepotensi menjadikan tethered cord adalah penebalan
filum terminalis yang berlebihan akibat adanya infiltasi jaringan lemak. Filum terminalis
normal adalah struktur fibrosa yang merupakan lanjutan dari lapisan arakhnoid yang
membungkus konus medulare. Medula spinalis di rusak bila pemeriksaan radiologis
menunjukkan, konus medularis (pasien anak) berada di bawah atau pada usia bayi berada di
bawah L3. Terapinya adalah operasi laminektomi, membuka durameter dan memotong filum
yang tebal.
f. Tethered Spinal Cord
Kasus semacam ini pada awalnya asimtomatik, namun kerusakan (thetered) medula
spinalis ini berpontensi menimbulkan defisit neurologis dalam pertumbuhan selanjutnya.
Gejalanya dapat berupa nyeri gangguan sfingter urine dan ani, gangguan sensai kaki atau
gangguan motorik. Terapi operasi ditunjukan terhadap lesi-lesi yang mengancam medula
spinalis menjadi rusak.

Gambar 7. Tethered Spinal Cord

2. Spina Bifida Sistika (Aperta)


a. Meningokel
Spina bifida jenis ini mengalami simpel herniasi dari menings melalui defek pada
vertebra. Korda spinalis dan akar saraf tidak ikut mengalami herniasi melalui bagian dorsal
dari dural sac. Lesi yang timbul pada meningokel sangat penting untuk dibedakan dengan
22 | P a g e
mielomeningokel karena penanganan dan prognosisnya sangat berbeda. Bayi yang lahir
dengan meningokel biasanya pada pemeriksaan fisis memberikan gambaran yang normal.
Bayi yang lahir dengan meningokel tidak memiliki malformasi neurologik seperti
hidrosefalus dan Chiari II. Jenis ini merupakan bentuk yang jarang terjadi.

Gambar 8. Meningocele

b. Mielomeningokel
Mielomeningokel adalah keadaan di mana terjadi herniasi korda spinalis dan akar
sarafmembentuk kantung yang juga berisi menings. Kantung ini berprotrusi melalui vertebra
dan defek muskulokutaneus. Korda spinalis sering berakhir pada kantung ini dan terbuka
keluar disertai ekspose dari kanalis sentralis. Pembukaan dari struktur saraf tersebut
disebut neural placode. Neural tube defektipeiniadalahbentuk yang paling
seringterjadi.
Gangguan neurologis seperti hidrosefalus dan malformasi Chiari II seringkali
menyertai mielomeningokel. Sebagai tambahan, mielomeningokel memiliki insidens yang
tinggi sehubungan dengan malformasi intestinal, jantung, dan esofagus, dan juga anomali
ginjal dan urogenital. Bayi yang lahir dengan mielomeningokel
memiliki orthopedicanomalies pada extremitas bawah dan anomali pada urogenital melalui
keterlibatan akar saraf pada regio sakral.
Tampak benjolan digaris tengah sepanjang tulang belakang. Kebanyakan
mielomenigokel berbentuk oval dengan sumbu panjangnya berorientasivertikal. Lokasi
terbanyak adalah di daerah torako lumbal dan frekuensi makin berkurang kearah
distal. Kadang mielomeningokel disertai defek kulit atau permukaan yang hanya dilapisi
oleh selaput tipis. Kelainan neorologik bergantung pada tingkat, letak, luas dan isi kelainan
tersebut, karena itu dapat berupa paraplegia, paraparesis, monoparesis, inkotinensia urin dan
alvi, gangguan sensorik serta gangguan refleks.

Gambar 9. Mielomeningokel

23 | P a g e
Dampak

Beberapa masalah yang paling sering muncul pada kasus spina bifida adalah:

 Arnold-Chiari Malformasi, 90% kasus muncul bersamaan dengan spina bifida


dimana sebagian massa otak menonjol ke dalam rongga spinal.
 Hy
 drosefalus, 70-90% biasanya juga muncul bersamaan dengan spina bifida. Pada
keadaan ini terjadi peningkatan berlebihan dari liquor cerebrospinal.Gangguan
pencernaan dan gangguan kemih, dimana terjadi gangguan pada saraf yang
mempersarafi organ tersebut. Anak-anak sering mengalami infeksi kronik atau infeksi
berulang saluran kemih yang disertai kerusakan pada ginjal.
 Gangguan pada ekstremitas terjadi ± 30% kasus. Gangguan dapat berupa dislokasi
sendi panggul, club foot. Gangguan ini dapat terjadi primer atau sekunder karena
ketidakseimbangan otot atau paralisis.

Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat seperti club foot,
rudimentair foot, kelayuan pada kaki, dan sebagainya.namun jika lubang tersebut kecil, tidak
akan menimbulkan keluhan.

Konseling

Keluarga mungkin memiliki perasaan sedih, marah, shock, ketakutan dan rasa
bersalah. Orang tua juga sering khawatir tentang apa yang akan terjadi pada bulan-bulan dan
tahun-tahun ke depan dan, khususnya, dukungan apa yang ekstra dan perawatan anak mereka
akan membutuhkan.Jika anak Anda memiliki spina bifida, diskusikan masalah dengan tim
perawat keluarga. Dukungan psikologis dapat dibuat tersedia untuk membantu Anda
mengatasi apa yang pasti menjadi waktu yang sulit. Berikut ini beberapa pilihan konseling :
 Support Group.Kelompok dukungan terdiri dari orang-orang dalam situasi yang sama
seperti Anda . Mereka datang bersama-sama untuk saling membantu dan membantu
diri mereka sendiri . Kelompok dukungan memberikan jaminan , motivasi , dan
inspirasi . Mereka membantu Anda melihat bahwa situasi Anda tidak unik dan tidak
putus asa , dan yang memberikan Anda kekuatan . Mereka juga memberikan tips
praktis tentang mengatasi spina bifida dan menavigasi sistem medis , pendidikan , dan
sosial yang Anda akan mengandalkan bantuan untuk diri sendiri atau anak Anda .
Berada di kelompok pendukung spina bifida sangat dianjurkan oleh sebagian besar
profesional kesehatan mental .
 Konseling genetika.Untuk orang tua dari anak dengan spina bifida yang sedang
mempertimbangkan memiliki lebih banyak anak; identifikasi faktor risiko yang
mungkin menandakan kemungkinan anak tambahan spina bifida.
 Konseling Gizi.Untuk penilaian gizi dan merancang makan dan perencanaan, dengan
penekanan khusus pada pertumbuhan optimal dan kontrol berat badan untuk setiap
pasien.
 Endokrinologi.Untuk memantau pertumbuhan dan kemajuan perkembangan dan
menyediakan metode diagnostik dan pengobatan lanjutan untuk membantu
memastikan potensi pertumbuhan penuh.
24 | P a g e
Progosis

Anak-anak dengan spina bifida dapat menjalani hidup aktif . Prognosis tergantung
pada jumlah dan tingkat keparahan kelainan dan faktor pribadi dan lingkungan yang terkait .
Sebagian besar anak-anak dengan gangguan ini memiliki kecerdasan normal dan bisa berjalan
, sering dengan alat bantu . Jika masalah belajar mengembangkan , intervensi pendidikan yang
sesuai sangat membantu.
Anak dengan kelainan spina bifida dapat hidup relatif normal.Prognosis, aktivitas dan
partisipasi bergantung dari jumlah dan keparahan abnormalitas dan kehidupan personal dan
faktor lingkungan.Banyak anak-anak dengan kelainan ini memiliki intelegensi normal dan
bisa berjalan, biasanya dengan bantuan alat penunjang. Jika terjadi masalah dalam
kemampuan belajar, bantuan pembelajaran awal akan sangat membantu. (National Institute of
Neurological Disorders and Stroke, 2013) Prognosis untuk bayi lahir dengan Spina Bifida
bergantung dari letak, ukuran dan tingkat cacat serta keberadaan dari hidrosepalus.Rentang
cacat yang disebabkan oleh Spina Bifida bervariasi dan berkisar antara normal hingga cacat
parah.Hal ini bergantung pada luasnya kerusakan yang terjadi pada sistem saraf dan efek dari
CSF Shunt (Cerebrospinal Fluid Shunt).
Anak-anak dengan Spina Bifida cenderung memiliki masalah dalam mengontrol rasa
ingin buang air kecil maupun besar. Pada kasus yang lebih serius, bayi mungkin memiliki
masalah dalam berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan sama sekali. Hidrosepalus dapat
menyebabkan kesulitan dalam belajar. Umumnya kelainan pada tulang belakang yang lebih
tinggi akan meningkatkan resiko lebih besar terhadap kemungkinan kelumpuhan dan
komplikasi yang melemahkan lainnya. (NHS Fetal Anomaly Screening Programme,
2012).Berikut beberapa presentasi tentang prognosis penderita spina bifida :
 90 % Dapat tumbuh berkembang hingga dewasa (melalui dekade ketiga kehidupan
mereka.)
 80 % memiliki kecerdasan yang normal
 75 % dari penderita dapat bertahan hidup masa dewasa awal dan dapat terus hidup
selama beberapa dekade .(dengan perawatan suportif saat masa subur)
Berikut merupakan presentasi terhadap resiko ibu melahirkan anak spina bifida :
 Risiko untuk anak kedua dari orang tua dengan anak pertama menderita spina bifida
karena meningkat hingga 3-5%
 Sedangkan populasi umum memiliki resiko memiliki anak spina difida adalah 0,1-
0,3%. Dipicu dari banyak factor, karena spina bifida merupakan kelainan konginental
yang bersifat multifactorial.

Indikasi Penyakit Lain

Tingkat keparahan gejala yang dialami masing-masing pengidap spina bifida bisa
bermacam-macam.Ini terjadi karena celah di tulang belakang bisa terbentuk pada lokasi yang
berbeda-beda pada tiap pengidap. Selain lokasi, tingkat keparahan bergantung pada bagian
apa saja yang tidak menutup sempurna.

Terdapat beragam komplikasi yang mungkin disebabkan oleh spina bifida. Secara
umum, gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi:
25 | P a g e
- Gangguan mobilitas.
Kondisi yang ditandai dengan tubuh bagian bawah yang mengalami lemah otot atau
bahkan lumpuh.
- Gangguan saluran kemih dan pencernaan.
Pengidap spina bifida umumnya mengalami inkontinensia urine atau tinja karena
adanya gangguan saraf yang mengatur saluran kemih dan pencernaan.
- Hidrosefalus.
Kondisi di mana terjadi penumpukan cairan dalam otak sehingga dapat menyebabkan
kejang dan gangguan penglihatan.
- Meningitis.
Meningitis dengan organisme campuran lazim ditemukan bila kulit terinfeksi atau
terdapat sinus.Pengidap spina bifida juga memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami meningitis serta gangguan dalam belajar di kemudian hari. Contoh
gangguan dalam proses belajar yang mungkin terjadi meliputi gangguan bahasa atau
menghitung serta sulit konsentrasi.
- Kandung kemih dan ginjal.
Banyak orang dengan spina bifida memiliki masalah menyimpan dan buang air. Ini
kadang-kadang dapat menyebabkan:
 infeksi saluran kemih berulang.
 hidronefrosis (di mana satu atau kedua ginjal menjadi teregang dan bengkak
akibat penumpukan urin di dalamnya)
 jaringan parut ginjal
 batu ginjal
Tanda-tanda infeksi saluran kemih dapat mencakup suhu tinggi (demam) dan darah
dalam urin penderita. Penderita juga mungkin memiliki sakit atau nyeri di punggung atau
samping, dan rasa sakit saat buang air kecil.Karena risiko ini, mungkin harus memiliki janji
rutin untuk memantau kandung kemih dan ginjal. Ini mungkin melibatkan scan ultrasound,
serta tes untuk mengukur volume atau kandung kemih Anda dan tekanan di dalamnya. Dalam
beberapa kasus, Anda mungkin perlu pengobatan antibiotik jangka panjang untuk mencegah
infeksi saluran kemih berulang.
- Masalah kulit
Penderita spina bifida, mungkin telah mengurangi sensasi di kaki karena saraf tidak
dapat mengirim sinyal yang jelas ke otak. Ini bisa berarti bahwa sulit bagi penderita untuk
mengetahui bahwa anda telah merusak kulit pada kaki, baik karena cedera, luka bakar, atau
tekanan berkepanjangan (misalnya, dari duduk untuk jangka waktu yang panjang). Jika
penderita melukai diri tanpa disadari, ada risiko kulit bisa menjadi terinfeksi atau berkembang
menjadi ulkus tahan lama (luka terbuka), jadi penting untuk memeriksa kulit penderita secara
teratur untuk setiap tanda-tanda cedera.
- Alergi lateks
Anak-anak dan orang dewasa dengan spina bifida dapat mengembangkan alergi
terhadap lateks. Lateks merupakan jenis yang terjadi secara alami karet yang digunakan untuk
membuat produk seperti sarung tangan lateks, masker dan item lainnya dari pakaian, serta
beberapa jenis peralatan medis. Gejala dapat berkisar dari reaksi alergi ringan - mata berair
dan ruam kulit - untuk reaksi alergi yang parah, yang dikenal sebagai shock anafilaksis.Shock

26 | P a g e
anafilaksis dapat mengancam jiwa dan membutuhkan perawatan segera dengan suntikan
adrenalin.
- Chiari malformasi II
Kondisi umum pada anak-anak dengan myelomeningocele - di mana batang otak
dan otak kecil ( otak belakang ) menonjol ke bawah ke daerah kanal atau leher tulang
belakang . Kondisi ini dapat menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang dan
menyebabkan berbagai gejala termasuk kesulitan dengan makan , menelan , dan bernapas
kontrol; tersedak ; dan perubahan fungsi lengan atas ( kekakuan , kelemahan ).
Komplikasi yang lain dari spina bifida yang berkaitan dengan kelahiran antara lain
adalah:
1. Paralisis cerebri
2. Retardasi mental
3. Atrofi optic
4. Epilepsi
5. Osteo porosis
6. Fraktur (akibat penurunan massa otot)
7. Ulserasi, cidera, dikubitus yang tidak sakit.
Pada beberapa kasus, filum terminale medulla spinalis tertambat atau terbelah oleh
spur tulang (diastematomielia), yang dapat menimbulkan kelemahan tungkai progresif pada
pertumbuhan. Sendi charcot dapat terjadi dengan disorganisasi pergelangan kaki, lutut atau
coxae yang tak nyeri.
Tingkat keparahan kondisipenderita dipengaruhi oleh :
 Ukuran dan lokasi dari cacat tabung saraf.
 Apakah kulit meliputi/menutupi daerah yang terkena.
 Saraf tulang belakang keluar/terlibat dari daerah yang terkena dari sumsum tulang
belakang.
Komplikasi dari Spina Bifida dapat berkisar dari permasalahan fisik yang kecil dengan
melemahnya fungsi hingga cacat fisik maupun mental yang parah.Penting untuk dicatat,
bahwa kebanyakan penderita Spina Bifida memiliki intelegensi normal.Dampak Spina Bifida
ditentukan dari ukuran dan lokasi malformasi, meskipun itu tertutup dan bagian saraf tulang
belakang yang bermasalah. Semua saraf yang terletak dibawah bagian yang mengalami
malformasi akan terkena dampak untuk beberapa tingkat. Oleh sebab itu, semakin tinggi
malformasi terjadi pada tulang belakang, semakin besar jumlah kerusakan saraf dan
kehilangan kemampuan otot dan indra perasa.
Tambahan untuk abnormalitas sensasi dan kelumpuhan, komplikasi lain yang
mungkin terjadi adalah malformasi Chiari II, kondisi umum pada anak-anak dengan
myelomeningocele (kerusakan/ kelainan spinal bawaan kompleks), dimana batang otak dan
bagian cerebellum menonjol kebawah ke daerah kanal tulang belakang atau area leher.
Kondisis ini dapat menyebabkan kompresi pada sumsum tulang belakang dan menyebabkan
berbagai gejala termasuk kesulitan makan, menelan, dan bernapas kontrol, tersedak dan
perubahan fungsi lengan atas (kekakuan, kelemahan).
Malformasi chiari II juga dapat mengakibatkan penyumbatan cairan cerebrospinal,
menyebabkan kondisi yang disebut hidrosepalus, yaitu kondisi penumpukan abnormal cairan
cerebrospinal didalam dan disekitar otak.Cairan cerebrospinal adalah cairan bening yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.Penumpukan cairan menempatkan tekanan
27 | P a g e
yang merusak struktur ini.Hidrosepalus biasanya diobati dengan operasi pembedahan dengan
menanamkan Shunt, yaitu tabung hampa di otak untuk mengalirkan kelebihan cairan kedalam
perut.
Beberapa bayi baru lahir dengan myelomeningocele dapat tumbuh meningitis, infeksi
pada meninges.Meningitis dapat menyebabkan cedera otak dan mengancam jiwa.
Anak-anak dengan kedua kelainan, myelomeningocele dan hidrosepalus dapat menyebabkan
ketidakmampuan belajar, termasuk sulit memberikan perhatian, bermasalah dalam bahasa dan
membaca komprehensif, dan kesulitan belajar matematika.
Masalah tambahan seperti alergi latex, masalah kulit, kondisi pencernaan dan depresi
mungkin saja terjadi pada anak-anak dengan Spina Bifida seiring dengan pertumbuhannya.
(National Institute of Neurological Disorders and Stroke, 2013)

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari Spina Bifida hanya dapat dilakukan setelah lahir ketika jenis dan
ukuran dari Spina Bifida telah dinilai. Perawatan akan bergantung pada posisi dan tingkat
keparahan Spina Bifida. Sebagian besar kasus ini memerlukan waktu operasi untuk
memperbaiki tabung saraf setelah lahir. Sangat mungkin bahwa beberapa kerusakan sistem
saraf bayi telah terjadi dan operasi pembedahan tidak akan mampu untuk memperbaiki semua
permasalahan. Jika terjadi hidrosepalus, ini perlu ditangani dengan operasi sebab peningkatan
tekanan oleh kelebihan cairan dapat menyebabkan kerusakan otak.Operasi melibatkan
pengurangan cairan dengan mengalirkan cairan ke perut bayi (a ventriculo-perintoneal
shunt).Hal ini sering harus diganti ketika anak tumbuh karena masalah dengan penyumbatan
dan infeksi. (NHS Fetal Anomaly Screening Programme, 2012)
Tidak ada obat untuk Spina Bifida.Jaringan saraf yang rusak tidak dapat diperbaiki,
ataupun fungsi bisa dikembalikan dari saraf yang rusak.Pengobatan tergantung pada jenis dan
tingkat keparahan gangguan.Umumnya anak-anak dengan bentuk paling ringan tidak
memerlukan perawatan, meskipun beberapa mungkin memerlukan operasi saat mereka
tumbuh.
Kunci utama prioritas utama dalam mengobati myelomeningocele adalah untuk
mencegah infeksi dari perkembangan pada saraf yang terbuka dan jaringan melalui cacat
tulang belakang, dan untuk melindungi bagian terbuka dari saraf dan struktur dari tambahan
trauma. Biasanya, anak lahir dengan Spina Bifida akan mendapat operas penutupan cacat dan
dapat meminimalkan resiko dari infeksi atau trauma lanjut selama beberapa hari pertama
kehidupan.
Operasi janin dilakukan dalam Rahim dan melibatkan pembukaan Rahim sang ibu dan
rahim lalu menjahit menutup celah yang abnormal melalui sumsum tulang belakang bayi
berkembang ini. Beberapa dokter percaya sebelum cacat dikoreksi, semakin baik hasilnya
bayi.Meskipun prosedur tidak dapat mengembalikan fungsi saraf yang hilang, mungkin
mencegah kehilangan lebih daripada sebelumnya.
Operasi ini dianggap eksperimental dan ada resiko bagi janin serta ibu.Resiko utama
bagi janin adalah kemungkinan kelahiran prematur karena rangsangan yang
mengganggu.Akibatnya bisa terjadi organ yang tidak berkembang sempurna, pendarahan
otak, dan kematian.Resiko untuk ibu termasuk infeksi, kehilangan darah yang mengarah pada
kebutuhan transfusi, diabetes gestasional dan kenaikan berat badan karena istirahat.

28 | P a g e
Namun, manfaat dari operasi janin yang menjanjikan, dan termasuk paparan kurang
dari rentan jaringan saraf tulang belakang dan tulang belakang untuk lingkungan intrauterin,
khususnya cairan ketuban yang dianggap beracun. Sebagai manfaat tambahan, dokter
menemukan prosedur dapat mempengaruhi cara kerja otak belakang janin berkembang dalam
Rahim, mengurangi keparahan komplikasi tertentu seperti Chiari II dan hidrosepalus dan
dalam beberapa kasus, menghilangkan kebutuhan untuk operasi untuk menanamkan shunt.
20-50% anak-anak dengan myelomeningocele mengembangkan kondisi yang disebut posesif
tethering, atau tethered cord syndrome. Sumsum tulang belakang mereka menjadi diikat ke
sebuah struktur yang tidak bisa bergerak, menyebabkan sumsum tulang belakang akan
menjadi tertarik dan melar seiring dengan pertumbuhan anak. Kondisi ini dapat menyebabkan
kaki kehilangan fungsi otot serta perubahan fungsi pada reaksi buang air besar dan
kecil.Operasi awal untuk penambatan sumsum tulang belakang mungkin menyebabkan anak
untuk mengembalikan fungsi dasar mereka dan mencegah kerusakan neurologis lebih lanjut.
Beberapa anak akan membutuhkan operasi berikutnya untuk mengelola masalah dengan kaki,
pinggul, atau tulang belakang. Individu dengan hidrosepalus umumnya akan memerlukan
operasi tambahan untuk menggantikan shunt yang dapat tertinggal pertumbuhannya dan
menjadi tersumbat atau infeksi.
Beberapa individu dengan Spina Bifida memerlukan alat bantu seperti penyangga,
tongkat, atau kursi roda. Lokasi malformasi pada tulang belakang mengindikasikan tipe dari
alat bantu yang dibutuhkan. Anak-anak dengan cacat tinggi pada tulang belakang akan
memiliki kelumpuhan yang lebih luas dan akan sering membutuhkan kursi roda, sementara
mereka dengan cacat ringan pada tulang belakang mungkin hanya membutuhkan tongkat,
penyangga kaki atau alat bantu berjalan lainnya. Awal latihan khusus untuk kaki dan
pergelangannya pada awal usia dapat membantu menyiapkan anak untuk berjalan dengan
penyangga atau tongkat tersebut ketika mereka dewasa.(National Institute of Neurological
Disorders and Stroke, 2013)
Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah
ruptur.Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus
dilakukan pada saat kelahiran.Pencangkokan pada kulit diperlukan bila lesinya
besar.Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati
hidrosefalus.Kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering
menyertai spina bifida.Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk
memperkuat fungsi otot.Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih
dan infeksi lainnya diberikan antibiotik.Sedangkan untuk mengatasi gejala muskuloskeletal
(otot dan kerangka tubuh) perlu 11 Universitas Indonesia campur tangan dari ortopedi (bedah
tulang) maupun terapi fisik.Kelainan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan luasnya
gangguan fungsi yang terjadi (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz,
2009).
Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak tertutup kulit,
sebaiknya dalam minggu pertama setelah lahir.Kadang-kadang sebagai akibat eksisi
meningokel terjadi hidrosefalus sementara atau menetap, karena permukaan absorpsi CSS
yang berkurang.Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke-28 gestasi, atau
kerusakan pada strukturnya setelah penutupan dapat dideteksi in utero dengan pemeriksaan
ultrasonogrfi. Pada 90% kasus, kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion
ditemukan meningkat; penemuan ini sering digunakan sebagai prosedur skrining. Keterlibatan
29 | P a g e
baik kranial maupun spinal dapat terjadi; terminology spina bifida digunakan pada
keterlibatan spinal, apabila malformasi SSP disertai rachischisis maka terjadi kegagalan
lamina vertebrata.
Posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi. Misalnya, posisi bayi
ini, bayi lebih sulit dibersihkan, area-area ancaman merupakan ancaman yang pasti, dan
pemberian makanan menjadi masalah.
Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga temperaturnya
dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang dapat mengiritasi lesi yang
rapuh.Apabila digunakan penghangat overhead, balutan di atas defek perlu sering
dilembabkan karena efek pengering dari panas yang dipancarkan.Sebelum pembedahan,
kantung dipertahankan tetap lembap dengan meletakkan balutan steril, lembab, dan tidak
lengket di atas defek tersebut.Larutan pelembab yang dilakukan adalah salin normal
steril.Balutan diganti dengan sering (setiap 2 sampai 4 jam).Dan sakus tersebut diamati
dengan cermat terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi.Sakus tersebut
harus dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor atau terkontaminasi.Kadang-kadang
sakus pecah selama pemindahan dan lubang pada sakus meningkatkan resiko infeksi pada
system saram pusat.
Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah kontraktur,
dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan.Akan tetapi latihan ini dibatasi
hanya pada kaki, pergelangan kaki dan sendi lutut.Bila sendi panggul tidak stabil, peregangan
terhadap fleksor pinggul yang kaku atau otot-otot adductor, mempererat kecenderungan
subluksasi.

Pola Penurunan
Jika wanita memiliki anak dengan kelainan Spina Bifida, ada 3-4% kemungkinan anak
berikutnya akan lahir dengan kondisi serupa. (Cowchock et al. 1980)
Banyak kasus Spina Bifida terisolasi.Akan tetapi, investigasi prenatal biasanya diajukan untuk
mengesampingkan kelainan kromosom karena hingga 10% dari kelainan ini disebabkan
kelainan kromosomal. (Sepulveda et al. 2004)
Ketika Neural Tube Defects sebagai sindrom genetic muncul, kemungkinan terkena akan
semaking tinggi (hingga 25%).

4. NUTRISI PADA IBU HAMIL


Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan selama masa kehamilan karena
faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu guna pertumbuhan dan
perkembangan janin.Menurut Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010), gizi
pada saat kehamilan adalah zat makanan atau menu yang takaran semua zat gizinya
dibutuhkan oleh ibu hamil setiap hari dan mengandung zat gizi seimbang dengan jumlah
sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.Kondisi kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil
sangat menentukan kesehatan ibu hamil.Sehingga demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi
ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat
tambahan energi, protein, vitamin, dan mineral (Kusmiyati, 2009).
Perubahan kebutuhan gizi ibu hamil tergantung dari kondisi kesehatan si ibu.
Kusmiyati (2009) mengungkapkan dasar pengaturan gizi ibu hamil adalah adanya
penyesuaian faali selama kehamilan, yaitu sebagai berikut :
30 | P a g e
a. Peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan kalori. Metabolisme basal pada masa
4 bulan pertama mengalami peningkatanan kemudian menurun 20-25% pada 20 minggu
terakhir.
b. Perubahan fungsi alat pencernaan karena perubahan hormonal, peningkatan HCG,
estrogen, progesteron menimbulkan berbagai perubahan seperti mual muntah, motilitas
lambung sehingga penyerapan makanan lebih lama, peningkatan absorbsi nutrien, dan
motilitas usus sehingga timbul masalah obstipasi.
c. Peningkatan fungsi ginjal sehingga banyak cairan yang dieksresi pada pertengahan
kehamilan dan sedikit cairan dieksresi pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
d. Peningkatan volume dan plasma darah hingga 50%, jumlah erytrosit 20-30%
sehingga terjadi penurunan hemodilusi dan konsentrasi hemoglobin.
Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan menu
serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Malnutrisi kehamilan akan
menyebabkan volume darah menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang
dan transfer nutrien melalui plasenta berkurang sehingga janin pertumbuhan janin menjadi
terganggu.
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi pada
ibu hamil adalah (Aritonang, 2010):
1. Buruknya status gizi ibu
2. Usia ibu yang masih sangat muda
3. Kehamilan kembar
4. Jarak kehamilan yang rapat
5. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
6. Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi
7. Konsumsi rokok dan alkohol
8. Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal (narkoba).
Peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila
ibu hamil sangat kurus makan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dan
bayi prematur. Sebab-sebab terjadinya penurunan atau peningkatan berat badan pada ibu
hamil yaitu edema, hipertensi kehamilan, dan makan yang banyak/berlebihan (Salmah dkk,
2006). Menurut Kusmiyati (2009), proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah
sebagai berikut :
a. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir
seluruhnya merupaka kenaikan berat badan ibu.
b. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat
badan ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.
c. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan
berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin.

Energi
Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang meningkat.Energi
ini digunakan untuk pertumbuhan janin, pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan
yang baru (Almatsier, 2009). Selain itu, tambahan kalori dibutuhkan sebagai cadangan lemak
serta untuk proses metabolisme jaringan baru (Mitayani, 2010). Ibu hamil memerlukan sekitar
80.000 tambahan kalori pada kehamilan.Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004
31 | P a g e
menganjurkan penambahan sebesar 300 kkal/hari untuk ibu hamil trimester ketiga.Dengan
demikian dalam satu hari asupan energi ibu hamil trimester ketiga dapat mencapai 2300
kkal/hari.
Kebutuhan energi yang tinggi paling banyak diperoleh dari bahan makanan sumber
lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan, dan biji-bijian.Setelah itu bahan
makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni (Almatsier,
2009).
Protein
Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan oleh
peningkatan volume darah dan pertumbuhan jaringan baru (Aritonang, 2010).Jumlah protein
yang harus tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam
jaringan ibu, plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII 2004 menganjurkan
penambahan sebanyak 17 gram untuk kehamilan pada trimester ketiga atau sekitar 1,3
g/kg/hr. Dengan demikian, dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 67-100 gr.
Menurut Aritonang (2010), perkiraan faktorial protein terhadap komponenkomponen
pertambahan pada kehamilan normal cukup bulan dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam hal jumlah
maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, dan kerang. Selain sumber hewani, ada juga
yang berasal dari nabati seperti tempe, tahu, serta kacang-kacangan (Almatsier, 2009).
Vitamin dan Mineral
Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti
vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan
oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 untuk tambahan gizi ibu hamil pada trimester ketiga
adalah vitamin A +300 RE, vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg, riboflavin +0,3 mg, niasin +4
mg, asam folat +200 µg, vitamin B12 +0,2 µg, kalsium +150 mg, magnesium +40 mg, zat
besi +13 mg, zink +10,2 mg,serta iodium +50 µg.

1. Zat Besi
Selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan janin dan
plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat besi merupakan senyawa yang
digunakan untuk memproduksi hemoglobin yang berfungsi untuk :
1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
2. Sintesis enzim yang terkait besi
3. Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).
Arisman (2004) menyatakan total besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg.
Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang.
Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta,
450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 13 mg
untuk kehamilan pada trimester ketiga.Dengan demikian, angka kecukupan gizi yang
dianjurkan bagi ibu hamil trimester ketiga adalah 39 mg/hari.
Menurut Aritonang (2010), ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan, yaitu
besi heme yang terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang terdapat dalam
produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan daging yang
harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat
32 | P a g e
Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti
singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya. Namun, zat besi dalam makanan
tersebut lebih sulit penyerapannya.Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi
kebutuhan besi sehari (Almatsier, 2009).
Menurut Aritonang (2010), makanan-makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi
selama hamil diantaranya sebagai berikut :
1. Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging, sayur,
dan buah yang kaya vitamin C.
2. Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi. Kebutuhan
akan zat besi yang besar terutama pada kehamilan yang menginjak usia trimester ketiga tidak
akan mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh karena itu, suplementasi zat besi sangat
penting sekali, bahkan kepada ibu hamil status gizinya sudah baik.
2. Asam Folat
Asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti metabolisme beberapa
asam amino, sintesis purin, dan timidilat sebagai senyawa penting dalam sintesis asam nukleat
(Aritonang, 2010). Selain itu Almatsier (2009) menyebutkan bahwa asam folat juga
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sum-sum tulang
belakang dan untuk pendewasaannya serta sintesis nukleotida.Sekitar 24-60% wanita baik di
negara berkembang maupun yang telah maju mengalami kekurangan asam folat karena
kandungan asam folat di dalam makanan mereka sehari-hari tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan mereka disaat hamil. Kekurangan asam folat berkaitan dengan tingginya insiden
komplikasi kehamilan seperti aborsi spontan, toxemia, prematur, pendeknya usia kehamilan
dan hemorrhage (pendarahan), (Aritonang, 2010). Defesiensi asam folat juga dapat
menyebabkan anemia megaloblastik (sel darah besar) dan defek tabung saraf pada janin
(spina bifida)
Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 200 µg
untuk ibu hamil, yang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suplemen. Suplementasi
sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama
kehamilan.Besarnya suplementasi adalah 280, 660, dan 470 µg per hari, masing-masing pada
trimester I, II, dan III (Arisman, 2004). Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat
antara lain ragi, hati, brokoli, sayuran hijau, kacangkacangan, ikan, daging, jeruk, dan telur.
3. Kalsium
Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menunjang perrtumbuhan tulang dan
gigi serta persendian janin.Selain itu kalsium juga digunakan untuk membantu pembuluh
darah berkontrkasi dan berdilatasi. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan,
kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu yang mengakibatkan tulang ibu
menjadi keropos atau osteoporosis (Sophia, 2009).
Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebesar 150 mg
kalsium untuk ibu hamil trimester ketiga.Dengan demikian kebutuhan kalsium yang harus
dipenuhi oleh ibu hamil adalah 950 mg/hari. Makanan yang menjadi sumber kalsium
diantaranya ikan teri, udang, sayuran hijau, dan berbagai produk olahan susu seperti keju dan
yoghurt. Kekurangan kalsium selama hamil akan menyebabkan tekanan darah ibu menjadi
meningkat.
Pola Makan Ibu Hamil

33 | P a g e
Keadaan kesehatan ibu hamil tergantung dari pola makannya sehari-hari yang dapat
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan (Sediaoetama, 1996). Pola makan adalah
suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu
seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan
penyakit. Menurut Margaret Mead yang dikutip oleh Almatsier (2009), pola makan (food
patern) diartikan sebagai cara seseorang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi
terhadap tekanan sosio-ekonomi yang dialaminya dan dikaitkan dengan kebiasaan makan.
Sedangkan Husada (2009) menyebutkan, pengertian pola makan pada dasarnya mendekati
definisi pengertian diet dalam ilmu gizi.Diet diartikan sebagai pengaturan jumlah dan jenis
makanan yang dimakan agar seseorang tetap sehat. Untuk mencapai pola makan sehat
tersebut tidak terlepas dari masukan gizi yang merupakan proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ serta menghasilkan energi.
Di dalam susunan pola makan seseorang ada satu bahan makanan yang dianggap
penting, dimana satu hidangan dianggap tidak lengkap apabila bahan makanan tersebut tidak
ada, bahan makanan tersebut adalah bahan makanan pokok.Di Indonesia bahan makanan
pokok adalah beras dan di beberapa daerah menggunakan jagung, sagu, dan ubi jalar
(Almatsier, 2009).
Pola makan di suatu daerah berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor
ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua bagian :
1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan. Dalam
kelompok ini termasuk geografi, iklim, kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis
tanaman dan jumlah produksinya di suatu daerah.
2. Faktor adat istiadat yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio-kultural
setempat memegang peranan penting dalam konsumsi pangan penduduk. Menurut Den
Hartog dan Hautvast (1980) dalam Almatsier (2009), fungsi makanan menurut aspek sosio-
kultural adalah sebagai fungsi kenikmatan (gastronomik), untuk menyatakan jati diri, fungsi
religi (magis), fungsi komunikasi, dan status ekonomi. Jumlah penduduk adalah kunci utama
yang menentukan tinggi rendahnya jumlah konsumsi bahan pangan di suatu daerah. Demikian
juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola konsumsi
anggota keluarga. Apalagi dengan pengetahuan, pendapatan yang rendah dan jumlah anak
yang banyak cenderung pola konsumsi berkurang pula (Khumaidi, 1994).
Adapun aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang yaitu :
1. Jumlah makanan, yaitu banyaknya makanan yang dimakan atau diminum yang
dihitung untuk mendapatkan gambaran secara kuantitatif mengenai asupan zat gizi tertentu.
2. Jenis makanan, yaitu bahan makanan yang diolah, disusun, dan dihidangkan yang
dibagi kedalam kelompok makanan pokok, kelompok lauk-pauk, kelompok sayur, dan
kelompok buah cuci mulut (Sediaoetama, 1993).
3. Frekuensi makanan, yaitu tingkat keseringan mengkonsumsi sejumlah bahan
makanan tertentu atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, dan
tahun. Frekuensi makanan menggambarkan pola konsumsi makanan secara kualitatif
(Supariasa, 2002).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati pada tahun 2010, terdapat
hubungan yang signifikan antara pola makan ibu dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis
34 | P a g e
(KEK) pada ibu hamil. Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan persentase ibu hamil yang
mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal adalah sebesar 44,4%, sedangkan untuk
persentase ibu hamil yang mengkonsumsi protein dibawah kebutuhan minimal sebesar 49,5%.
Pola makan merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan, sebab
apa yang dikonsumsi oleh ibu akan mempengaruhi janin di dalam kandungan (Devi, 2010).
Oleh karena itu ibu hamil harus memiliki pola makan yang baik diantaranya harus memenuhi
sumber karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral demi tercapainya kesehatan ibu
dan bayi. Senada dengan hal itu, Husada (2009) juga menyatakan bahwa salah satu pedoman
pola makan sehat adalah makanan triguna, yaitu:
1. Mengandung zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, roti, dan
mie yang mengandung karbohidrat serta minyak dan lemak yang mengandung lemak.
2. Mengandung zat pembangun yang berguna untuk pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang rusak. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewan
mengandung protein hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, kerang, udang, kepiting, susu,
serta hasil olahannya. Sedangkan jenis makanan yang mengandung protein nabati berasal dari
tumbuh-tumbuhan adalah kacang tanah, kacang merah, kacang ijo, kacang kedelai dan hasil
olahannya seperti tempe, tahu, dan lain sebagainya.
3. Mengandung zat pengatur yang berguna untuk mengatur semua fungsi tubuh dan
melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat pengatur adalah semua jenis
sayur-sayuran dan buah-buahan.Bahan makanan ini mengandung berbagai macam vitamin
dan mineral.
Thorn (2003) mengungkapkan, cara termudah untuk menjamin pola makan yang sehat
adalah dengan memilih berbagai makanan segar secara keseluruhan, karena makanan yang
telah mengalami pemrosesan tinggi akan kehilangan banyak zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi karena
dengan diet yang tepat saat hamil, akan dapat mengurangi resiko pembentukan janin
abnormal dan membantu menjamin bayi tumbuh dengan baik.
Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil, perlu
diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu susunan
menu juga harus seimbang. Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang bervariasi setiap
hari, minimal mengandung 5 porsi buah dan sayur, 5 porsi karbohidrat kompleks, 5 porsi
protein dan lemak, dan dilengkapi dengan kombinasi makanan produk susu (Thorn, 2003).
Menurut Irianto (2004), ada beberapa syarat makanan sehat bagi ibu hamil yaitu :
1. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu dan
pertumbuhan bayi.
2. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak, vitamin,
mineral).
3. Dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi bayi.
4. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar
gula darah, dan tekanan darah.
Sophia (2009) menyatakan, kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak daripada
kebutuhan untuk wanita yang tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah :
1. Untuk pertumbuhan janin dalam kandungan
2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan ibu sendiri
3. Agar luka-luka akibat persalinan cepat sembuh dalam masa nifas
35 | P a g e
4. Sebagai cadangan untuk masa laktasi.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Asupan Zat Gizi Pada Ibu Hamil
Masalah gizi pada masyarakat Indonesia sangat berkaitan erat dengan pangan, karena
gizi seseorang sangat terpengaruh pada kondisi pangan yang dikonsumsinya. Masalah pangan
antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang
disebabkan kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adat kepercayaan yang terkait dengan
tabu makanan (Baliwati dkk, 2004).
1. Tabu Makanan (Pantangan)
Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan
tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya
(Sediaoetama, 1999). Beberapa alasan tabu diantaranya khawatir terjadi keracunan, tidak
biasa, takut mandul, kebiasaan yang bersifat pribadi, khawatir menimbulkan penyakit,
larangan agama, pembatasan makanan hewani karena disucikan oleh adat/budaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartati Bahar pada tahun 2010, menyimpulkan bahwa
kepercayaan berpantang makanan tertentu memiliki kontribusi terhadap kejadian anemia pada
ibu hamil. Diantara makanan yang menjadi pantangan adalah makanan yang kaya akan zat
besi baik golongan hewani, nabati, dan gabungan dari keduanya. Golongan makanan hewani
seperti cumi-cumi, udang, kepiting, gurita, telor bebek, dan beberapa jenis ikan.Golongan
nabati meliputi daun kelor, rebung, tebu, nenas, durian, terong, serta beberapa jenis buah-
buahan.
Di beberapa negara berkembang umumnya masih ditemukan larangan, pantangan atau
tabu tertentu bagi makanan ibu hamil, tidak terkecuali di Indonesia.Walaupun demikian, harus
diakui bahwa tidak semua tabu itu berakibat negatif terhadap kondisi gizi dan kesehatan. Tabu
yang tidak jelas pengaruhnya bagi kesehatan dibiarkan saja, sambil terus dipelajari
pengaruhnya untuk jangka panjang (Sediaoetama, 1999).
2. Rendahnya Penghasilan dan Pendidikan
Pendidikan kurang merupakan salah satu faktor yang mendasari penyebab gizi kurang.
Pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang kesulitan dalam mendapatkan
pekerjaan yang layak. Hal ini akan menyebabkan rendahnya penghasilan seseorang yang akan
berakibat pula terhadap rendahnya seseorang dalam menyiapkan makanan baik secara kualitas
maupun kuantitasnya (Supariasa, dkk, 2002).
Studi tentang perilaku makan telah dilakukan oleh Jerome yang dikutip oleh Soeharjo,
menemukan bahwa jumlah uang belanja untuk makan erat kaitannya dengan serentetan
karakteristik masyarakat daripada dengan pendapatan keluarga. Analisis Jerome
menyimpulkan bahwa pendapatan bukan sebagai faktor penentu dalam perilaku konsumen,
tetapi faktor-faktor gabungan antara pendapatan dan gaya hidup dapat memberikan andil bagi
perilaku kelompok yang kebudayaannya cenderung berubah (Suharjo, 2003).
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi pada ibu
hamil adalah (Aritonang, 2010):
a. Buruknya status gizi ibu
b. Usia ibu yang masih sangat muda
c. Kehamilan kembar
d. Jarak kehamilan yang rapat
e. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
f. Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi
36 | P a g e
g. Konsumsi rokok dan alkohol
h. Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal (narkoba).

Menurut Kusmiyati (2009), proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai
berikut:
a. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir seluruhnya
merupaka kenaikan berat badan ibu.
b. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat
badan ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.
c. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan
berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin.

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara yaitu :


a. Secara Klinis
Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama
untuk mengetahui keadaan gizi penduduk.Karena hasil penilaian dapat memberikan
gambaran masalah gizi yang nyata.Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral.
b. Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan
adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia.
c. Secara Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan.Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala
kurang gizi.Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot
dan bagian tubuh lainnya.
d. Secara antropometri
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia.Penilaian secara
antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk, 2001).

Pola Asupan Makanan Sehari Ibu Hamil


a. Tambahan kalori
Ibu hamil memerlukan tambahan kalori sebanyak 300 kal/hari pada trimester
kedua dan ketiga. Kebutuhan ini terpenuhi dengan menambahkan 1 porsi ekstra pada
setiap makanan yaitu tambahan 1 porsi nasi/roti, 1 porsi sayuran, 1 porsi daging kurus,
sepotong buah segar dan segelas susu.
b. Tiga porsi protein
Kebuthan protein ibu hamil bertambah besar. Untuk mencukupi kebutuhan
protein 60-75 g /hari pilih 3 porsi dari kombinasi makanan dibawah ini :
37 | P a g e
a) 100 g daging sapi kurus 21 g
b) 1 ekor ikan kembung besar 14 g
c) 1 buah tahu besar + 2 potong tempe sedang 21 g
d) 2 gelas susu 21 g
c. Tiga porsi atau lebih sumber vitamin C
Ibu hamil dan janin membutuhkan vitamin C untuk berbagai proses
metabolisme, membangun dan memperbaiki sel-sel, pertumbuhan tulang serta gigi
janin. Untuk mencukupi kebutuhan vitamin C ibu hamil dapat memilih 3 porsi dari :
 1 buah jeruk
 1 gelas jus jeruk segar
 1 mangkuk papaya
 1 buah mangga ukuran sedang d. Empat porsi sumber kalsium
d. Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil 1200 mg/hari.Setiap porsi dibawah ini
mengandung 300 mg kalsium.
 200-250 ml susu
 1 buah tahu
 1 gelas susu kedelai
 85 g ikan sardine bertulang
e. Tiga porsi atau lebih sayuran dan buah segar
Sayuran hijau dan buah berwarna kuning merupakan sumber vitamin A yang
mengandung betakarotein yang sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel kulit, tulang
dan mata. Ibu hamil memerlukan 3 porsi atau lebih setiap hari :
 1 buah apel
 1 potong nanas
 8-10 lembar daun selada hijau segar f. Perbanyak kacang-kacangan dan biji-bijian
f. Vitamin dan mineral
Kandungan vitamin B, zat besi, seng, selenium, dan magnesium pada biji-
bijian dan kacang-kacangan ini sangat diperlukan janin dan juga ibu hamil terutama
pada trimester I karena dapat meredakan mual dan muntah. Ibu hamil dianjurkan
untuk mengasup 7-11 porsi/hari bahan makanan di bawah ini :
 ½ gelas nasi merah
 ½ gelas pasta
 ½ cangkir kacang polong
g. Empat porsi lemak
Batasan asupan 25 % lemak dari seluruh jumlah kalori seharinya.Bila berat badan
sudah berlebih sebaiknya asupan dikurangi.
Makanan berlemak sedang
 2 kuning telur
 100 g daging merah
 1 scoop es krim
 ½ gelas susu fullcream
Makanan berlemak tinggi
 1 sdm minyak goring
38 | P a g e
 1 sdm margarine
 1 sdm mayones
h. Batasi garam
Garam diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah tapi bila berlebihan
dapat menyebabkan penyakit.Acar, kecap asin, keripik kebentang sangat tinggi
kandungan garamnya. Bila sering dikonsumsi akan menaikkan tekanan darah yang
merupakan komplikasi kehamilan yang berbahaya.
i. Minum air putih
Ibu hamil minum untuk dirinya dan janin.Cairan yang cukup dalam tubuh ibu
membantu mengatasi sembelit.

5. PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Pengertian
Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut antenatal care adalah kegiatan
yang diberikan untuk ibu sebelum melahirkan atau dalam masa kehamilan.
Jumlah Pemeriksaan Normal
Pemeriksaan kehamilan dilakukan sesuai jadwal selama kehamilan, pada trimester
pertama dan kedua pemeriksaan dilakukan 1 bulan sekali, trimester ketiga usia kehamilan 7
sampai 9 bulan pemeriksaan dilakukan 2 minggu sekali dan usia kehamilan 9 bulan
pemeriksaan dilakukan seminggu sekali sampai terjadi persalinan (Manuaba, 2006).
Pada Negara berkembang pemeriksaan kehamilan cukup dilakukan 4 kali yaitu
minimal 1 kali pada trimester pertama dan trimester kedua, dan minimal 2 kali pada trimester
ketiga (DEPKESRI,2004 dan WHO).
Manfaat Pemeriksaan Kehamilan
A. Pemeriksaan kehamilan atau antenatal are bertujuan untuk :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenalisecara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan penberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
B. Penelitian Nurul Mahasiswa FK UNS “ Hubungan Frekuensi Atenatal Care dengan
Kematian prenatal Di RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA . Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi antenatal care dengan
kematian perinatal dan ibu hamil yang melakukan antenatal care kurang dari empat kali
selama masa kehamilannya berpeluang tiga kali lipat bayinya akan mengalami kematian
perinatal dibandingkan dengan ibu hamil yang melakukan antenatal care empat kali
ataupun lebih.
39 | P a g e
a. Faktor – Faktor Pengaruh Pemeriksaan Kehamilan
Green dan Kreuter dalam Notoatmodjo (2007), berpendapat perilaku seseorang
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: 1) faktor-faktor predisposisi (predisposingfactors) meliputi
pengetahuan, pendidikan, kepercayaan, nilai dan sikap terhadappelayanan kesehatan; 2)
faktor-faktor pendukung (enabling factors) terwujud dalam bentuk fasilitas pelayanan
kesehatan dan jarak tempuh kefasilitas kesehatan; 3) faktor-faktor pendorong (reinforcing
factors) terwujud dalam sikap, perilaku orang lain yang mendukung seperti petugas
kesehatan, tokoh masyarakat dan keluarga yang merupakan kelompok referensi.
a. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang yang penting yang dekat (significant
others) bagi individu yang membutuhkan bantuan.Dukungan sosial bisa berasal dari partner,
anggota keluarga, teman.

b. Pendidikan Ibu
Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang dalam menggunakan
pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan layanan
kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan.Peningkatan pendidikan
juga meningkatkat pengetahuan dan kepedulian serta akses terhadap informasi yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi (Thaddeus dan Maine, 2004).
c. Pekerjaan Ibu

Perempuan yang bekerja lebih memanfatkan pelayanan antenatal care dibandingkan


ibu rumah tangga dan ibu yang tidak bekerja (Kabir et al. 2005).Wanita yang bekerja
cenderung memulai antenatal care lebih awal (Magadi et al., 2002). Wanita yang bekerja di
luar rumah selama kehamilan secara signifikan berhubungan terhadap pelayanan pemeriksaan
kehamilan (Erci, 2003).
d. Usia Ibu
Ciceklioglu et al., (2005) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara usia
dengan pemeriksaan kehamilan. Penelitian Mathole et al (2004), juga menunjukkan bahwa
perempuan di bawah 35 tahun lebih sering melakukan kunjungan ke klinik untuk meyakinkan
bahwa bayi mereka tumbuh, sedangkan wanita yang lebih tua yang tidak mengalami masalah,
tidak peduli mereka menganggap hal tersebut hal biasa.
Penelitian Lebih Lanjut
1. Studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Hasil
penelitian menunjukkan terdapat pengaruh paritas, dukungan emosional dan dukungan
instrumental terhadap pemeriksaan kehamilan. Tidak terdapat pengaruh usia, pendidikan,
pekerjaan ibu, dukungan informasional dan dukungan penghargaan/ penilaian terhadap
terhadap pemeriksaan kehamilan. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap
pemeriksaan kehamilan adalah dukungan emosional.
2. Hasil penelitian Ratna Mahasiswa FK UNS “ Hubungan Tingkat Ekonomi Ibu Hamil dan
Tingkat Kepuasan dengan Keteraturan Pemeriksaan KehamilanDi RB & BP ASY-SYIFA’
PKU Muhammadiyah Wedi Klaten”

40 | P a g e
Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi dan tingkat kepuasan dengan
keteraturan pemeriksaan kehamilan yang mana tingkat ekonomi dan tingkat kepuasan
memberikan sumbangan terhadap keteraturan pemeriksaan kehamilan sebesar 57,7%.
3. Hasil Penelitian Angelika Mahasiswa FK Universitas Khatolik Widya Mandala
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang pemeriksaan
kehamilan dengan kepatuhan kunjungan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil trisemester
ketiga.
Tahap – Tahap Pemeriksaan Kehamilan
4 tahap pemeriksaan kehamilan antara lain (Dr Narulita Dewi SpKFR) :

1. Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan


antara 0-3 bulan. Memang biasanya ibu tidak menyadari kehamilan saat awal masa
kehamilan, tetapi sangat diharapkan agar kunjungan pertama kehamilan dilakukan
sebelum usia kehamilan < 12 minggu. Pemeriksaan kehamilan ini cukup dilakukan
sekali dan mungkin berlangsung 30-40 menit. Pemeriksaan kehamilan trimester pertama
kalinya anda akan diperiksa :

b. Mengetahui riwayat kesehatan untuk mengetahui adanya kelainan genetic, kondisi


kesehatan anda (adakah penyakit kronis), riwayat kehamilan sebelumnya dan
keadaan psikososial anda.
c. Penentuan usia kehamilan sebenarnya. Hal ini bisa dilakukan dengan USG
transvaginal atau transabdominal sekalian memastikan adanya janin dalam
kandungan atau dengan menanyakan HPHT (hari pertama haid terakhir) anda.
d. Pemeriksaan fisik secara umum misalnya tekanan darah, berat badan dan
pemeriksaan fisik lainnya.
e. Pemeriksaan dalam yaitu pemeriksaan vagina dan leher rahim anda.
f. Pemeriksaan laboratorium untuk kadar hemoglobin darah, urinalisis (pemeriksaan
urin), golongan darah dan rhesus, TORCH dan tes hepatitis.

2. Pemeriksaan kehamilan kedua yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan


antara 4-6 bulan. Biasanya kunjungan kehamilan dilakukan sebelum usia kehamilan
mencapai 26 minggu. Pemeriksaan ini mungkin berlangsung 20 menit.Pemeriksaan
yang dilakukan adalah :
a. Anamnesa. Akan ditanyakan mengenai kondisi selama kehamilan, keluhan-
keluhan yang muncul dan tanda-tanda pergerakan janin.
b. Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus
uteri (puncak rahim), detak denyut janin dan pemeriksaan fisik menyeluruh serta
pemeriksaan dalam bila pada kunjungan pertama tidak dilakukan.
c. Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah
tinggi, gula darah dan hemoglobin terutama bila kunjungan pertama anda
dinyatakan anemia. Anda juga bisa melakukan serangkaian pemeriksaan lainnya
yang berguna dalam mendeteksi dini kelainan dalam janin misalnya alpha feto
protein (AFP), Chorion Villius Sample (CVS), dan amniosintesis.

41 | P a g e
d. Pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan USG ini berguna untuk mendeteksi
kelainan bawaan janin, jumlah janin, pergerakan jantung janin, lokasi plasenta
(ari-ari), dll.
3. Pemeriksaan kehamilan ketiga yang dilakukan saat usia kehamilan mencapai 32
minggu. Pemeriksaan ini mungkin memakan waktu 20 menit dengan komposisi
pemeriksaan hampir sama dengan pemeriksaan kedua yaitu :
a. Anamnesa. Anda akan ditanyakan mengenai kondisi selama kehamilan, keluhan-
keluhan yang muncul dan tanda-tanda pergerakan janin.
b. Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus
uteri (puncak rahim), detak denyut janin, pemeriksaan Leopold (pemeriksaan
kandungan melalui perut) dan pemeriksaan fisik menyeluruh.
c. Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah
tinggi, gula darah dan hemoglobin.
4. Pemeriksaan kehamilan keempat. Merupakan pemeriksaan kehamilan terakhir dan
dilakukan pada usia kehamilan antara 32-36 minggu Pada pemeriksaan ini akan
dilakukan pemeriksaan :
a. Anamnesa. Anda akan ditanyakan mengenai kondisi selama kehamilan, keluhan-
keluhan yang muncul, pergerakan janin, dan tanda kontraksi rahim.
b. Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus
uteri (puncak rahim), detak denyut janin, pemeriksaan Leopold (menentukan letak
janin dalam kandungan), dan pemeriksaan fisik menyeluruh.
c. Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah
tinggi, gula darah dan hemoglobin terutama bila kunjungan pertama anda
dinyatakan anemia.

Antenatal Care (ANC) / Pemeriksaan Kehamilan


Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil.Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin
dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai
(Saifuddin, dkk., 2002).
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan
mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental
(Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan
antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas
Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal terintegrasi
meliputi:
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)

42 | P a g e
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).
(Depkes RI, 2009)
Tujuan, Manfaat, dan Cara Antenatal Care
Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan
tertentu.Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas
menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan
mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga
mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang – kurangnya harus sama sehatnya
atau lebih sehat
b. Kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan sejak dini dan diobati
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan
metal. (Wiknjosastro, 2005)
1. Tujuan Asuhan Antenatal yaitu:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh
kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin,
e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2002).
2. Keuntungan Antenatal Care
Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat
diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. (Manuaba,1998)
3. Fungsi Antenatal Care
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.
b. Melakukan screening, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan
merujuk bila perlu.
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah
yang terjadi.
4. Cara Pelayanan Antenatal Care
Cara pelayanan Antenatal care disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal
menurut Depkes RI yang terdiri dari :
Kunjungan Pertama, kedua, ketiga dan keempat
 Catat identitas ibu hamil
 Catat kehamilan sekarang
 Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
43 | P a g e
 Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
 Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium
 Pemeriksaan obstetri
 Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
 Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya
serta obat-obatan khusus atas indikasi. \
 Penyuluhan/konseling.
Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.
Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal yang
terdiri dari:
 Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
 Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).
 Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan
sesudah minggu ke 36) (Saifudin, dkk.,2002),
 Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila
janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003).
Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan perlu melakukan beberapa hal serta
mendapatkan informasi yang sangat penting, yaitu:
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
 Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
 Mendeteksi masalah dan menanganinya.
 Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
 Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
 Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya.
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia
(tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema,
periksa untuk apakah ada kehamilan ganda).
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah
ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. (Saifuddin, dkk., 2002)
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T” terdiri dari:
1. (Timbang) berat badan
2. Ukur (Tekanan) darah
3. Ukur (Tinggi) fundus uteri
4. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
5. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
6. Tes terhadap penyakit menular sexual

44 | P a g e
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002).
Intervensi dalam Pelayanan Antenatal
Intervensi dalam pelayanan antenatal adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu
hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal
adalah:
Intervensi Dasar
1. Pemberian Tetanus Toxoid
Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum,
pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-
kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah
mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin,
maka TT cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu
diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat. Dosis dan
pemberian 0,5 cc pada lengan atas
2. Pemberian Vitamin Zat Besi
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan
nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat. Di mulai dengan
memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet
mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal
masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi,
karena mengganggu penyerapan. (Saifudin, 2002)
Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai
dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
1. Faktor resiko, meliputi:
a. Umur
 Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
 Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
b. Paritas
 Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
 Paritas > 3
c. Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang – kurangnya 2
tahun.
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm
e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

2. Komplikasi Kehamilan
a. Komplikasi obstetri langsung
 Perdarahan
 Preeklamasi/eklamsia
 Kelainan letak lintang, sungsang primi gravid
 Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
 Ketuban pecah dini dalam kehamilan.

45 | P a g e
 Komplikasi obstetri tidak langsung: Penyakit jantung, Hepatitis, TBC
(Tuberkolosis), Anemia, Malaria, Diabetes militus
b. Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan
(kendaraan, keracunan, kebakaran). (Mochtar R, 1998)
Pemeriksaan Spina Bifida saat kehamilan
a. Tes darah
 Tes maternal serum alpha-fetoprotein (MSAFP): MSAFP merupakan tes
umum yang digunakan untuk memeriksa myelo meningocele. Untuk
melakukan tes ini, dokter akan mengambil sampel darah untuk diuji di
laboratorium untuk melihat kadar alpha-fetoprotein (AFP). Tingkat AFP tinggi
yang tidak normal menunjukkan bahwa bayi memiliki cacat tabung saraf.
Spina bifida dan anensefali merupakan kondisi cacat tabung saraf yang paling
sering terjadi. Beberapa kasus spina bifida tidak menghasilkan tingkat AFP
yang tinggi. Di sisilain, ketika tingkat AFP yang tinggi ditemukan, hanya ada
sedikit kemungkinan terjadinya cacat tabung saraf. Berbagai tingkat AFPdapat
disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti salah perhitungan usia janin atau
bayi kembar sehingga dokter mungkin melakukan tes darah tindak lanjut
untuk. Jika hasilnya masih tinggi, Anda harus memerlukan evaluasi lebih
lanjut dengan bantuan tes lain seperti pemeriksaan USG.
 Tes darah lain: Dokter dapat melakukan tes MSAFP dengan dua atau tiga tes
darah lainnya yang dapat mendeteksi hormon lain seperti human chorionic
gonadotropin (HCG), inhibin Adanestriol.
b. Ultrasonografi (USG)
Banyak dokter kandungan bergantung pada ultrasonografi untuk skrining spina
bifida. Jika tes darah menunjukkan kadar AFP tinggi, dokter akan menyarankan
pemeriksaan USG untuk membantu menentukan penyebabnya. Tes USG bekerja
dengan memantulkan gelombang suara frekuensi tinggi dari jaringan dalam tubuh
untuk menampilkan gambar hitam-putih pada monitor video. Informasi yang diberikan
gambar-gambar tersebut dapat membantu menentukan apakah ada kemungkinan bayi
kembar dan membantu mengkonfirmasi usia kehamilan. USG tingkat lanjut juga dapat
mendeteksi tanda-tanda spina bifida seperti tulang belakang yang terbuka atau fitur
tertentu dalam otak bayi yang menunjukkan spina bifida.Di tangan ahli, USG saat ini
cukup efektif dalam mendeteksi spina bifida dan menilai keparahannya.USG juga
aman bagi ibu dan bayi.
c. Amniosentesis
Jika tes darah menunjukkan tingginya kadar AFP dalam darah, tetapi pada saat
USG menujukkan hasil normal, dokter mungkin menawarkan amniosentesis. Selama
amniosentesis, dokter menggunakan jarum untuk mengangkat sampel cairan dari
kantung ketuban yang mengelilingi bayi.Suatu analisis menunjukkan tingkat AFP
mungkin dapat berada dalam ketuban. Cacat tabung saraf terjadi ketika cairan ketuban
mengandung kadar AFP yang tinggi karena kulit sekitar tulang belakang bayi hilang
dan AFP merembes ke dalam kantung ketuban.

46 | P a g e
6. STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DAERAH

Pengertian
Standar pelayanan minimal ( SPM) bidang kesehatan merupakan tolak ukur kinerja
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah Kabupaten/Kota.Salah satu fokus prioritas
pembangunan pemerintah adalah upaya percepatan dan/atau perlakuan khusus antara lain
untuk pembangunan kesehatan Daerah Terpencil Perbatasan (DTP), terutama diarahkan pada
wilayah Indonesia bagian timur. Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 331/MENKES/SK/V/2006 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan tahun 2005–2009, serta 7 (tujuh) kegiatan unggulan dari Kementerian
Kesehatan tahun 2011 antara lain tentang keberpihakan pada daerah terpencil, perbatasan dan
kepulauan (www.depkes.go.id, 2011).

Arah tujuan pembangunan kesehatan antara lain untuk meningkatkan jangkauan dan
pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat di daerah terpencil
perbatasan dan kepulauan khususnya di puskesmas prioritas nasional DTP. Dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan tersebut, telah disusun rencana
aksi dan rencana pengembangan. Terdapat 6 (enam) strategi yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan RI., 2010 yaitu: 1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat
di DTPK, 2)Meningkatkan akses masyarakat DTPK terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas, 3) Meningkatkan pembiayaan pelayanan kesehatan di DTPK, 4) Meningkatkan
pemberdayaan SDM Kesehatan di DTPK, 5) Meningkatkan ketersediaan obat dan perbekalan
serta strategi, 6) Meningkatkan manajemen Puskesmas di DTPK, termasuk sistem surveilans,
monitoring dan evaluasi, serta Sistem Informasi Kesehatan (Kementerian Kesehatan RI,
2010).

Kementerian Kesehatan RI mengembangkan rencana aksi dan rencana pengembangan


secara operasional untuk penerapan di lapangan meliputi pemberdayaan masyarakat berupa
Desa Siaga, Poskesdes, Posyandu, peningkatan pelayanan rogram Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Gizi, Pencegahan Penyakit Menular, Dokter Terbang, Dokter Plus, Rumah Sakit
Bergerak, peningkatan pembiayaan kesehatan berupa Dana Alokasi Khusus (DAK), Tugas
Pembantuan (TP), dana dekonsentrasi, Program Bansos, Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas), Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Jaminan Persalinan (Jampersal),
peningkatan SDM khususnya SDM Kesehatan berupa Pegawai Tidak Tetap (PTT),
Penugasan Khusus, Tugas Belajar, peningkatan pemenuhan obat dan peralatan kesehatan,
peningkatan manajemen kesehatan (termasuk pelatihan manajemen Puskesmas, program
Survailance); pengembangan Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED) di
Puskesmas dan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) dan Pelayanan Obstetri Neonatus
Essensial Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit; peningkatan penampilan dan Kinerja
Puskesmas di daerah perbatasan antar negara; serta pengembangan Flying Health Care; dan
Pendukung transport antarpulau dengan Puskesmas Keliling Perairan (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).

Dalam Pedoman Pelayanan Kesehatan Puskesmas Terpencil dan sangat Terpencil di


DTPK, dikemukakan bahwa dengan keterbatasan tenaga di DTPK, maka upaya pelayanan
wajib yang ditetapkan yaitu: 1) Promosi kesehatan 2) Kesehatan lingkungan 3) Kesehatan Ibu

47 | P a g e
dan Anak serta KB 4) Perbaikan gizi masyarakat 5) Pencegahan penyakit 6) Pengobatan,
kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan. Terdapat tiga kelompok sasaran yaitu bayi, balita dan
ibu hamil/nifas/menyusui.

a. Peraturan Pemerintah

Standar Ideal pelayanan Kesehatan


A. tenaga kesehatan di Indonesia dibatasi pada 13 (tiga-belas) jenis tenaga, yaitu
dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, perawat gigi,
apoteker, asisten apoteker, sanitarian,tenaga gizi, tenaga kesehatan masyarakat,
tenagaketerapian fisik, dan tenaga keteknisian medis.
B. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/VII/
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota maka jenis pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh
Kabupaten/Kota ada 4 (empat) jenis, yaitu;
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
2. Pelayanan Kesehatan Rujukan
3. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa, dan
48 | P a g e
4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

C. Dalam Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN disebutkan bahwa


tantangan pembangunan bidang kesehatan jangka panjang yang dihadapi
antara lain adalah mengurangi kesenjangan status kesehatan masyarakat dan
akses terhadap pelayanan kesehatan antar wilayah, tingkat sosial ekonomi, dan
gender; meningkatkan jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan yang kurang
memadai; meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan.

D. Cakupan desa siaga Aktif (promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat)

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan gawat darurat secara mandiri.

Desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai pos kesehatan desa yang buka
setiap hari.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑠𝑎 𝑠𝑖𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛 𝐴 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
% target desa siaga aktif = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑠𝑎 𝑠𝑖𝑎𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘

Target Indonesia 2015 = 80%

Sumber daya manusia yang dibutuhkan :

1. Bidan atau tenaga kesehatan lainnya


2. Kader
3. Tokoh masyarakat

Permasalahan Pelayanan Kesehatan Indonesia


A. Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk tak sesuai harapan
Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk belum memenuhi target yang ditetapkan
sampai dengan tahun 2010. Sampai dengan tahun 2008, rasio tenaga kesehatan untuk dokter
spesialis per 100.000 penduduk adalah sebesar 7,73 dibanding target 9; dokter umum 26,3
dibanding target 30; dokter gigi 7,7 dibanding target 11; perawat 157,75 dibanding target 158;
dan bidan 43,75 dibanding target 75.

B. Kekurangan tenaga kesehatan daerah dan puskesmas

Dengan memperhatikan standard ketenagaan rumah sakit yang berlaku,maka pada tahun
2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di rumah sakit milik pemerintah
(Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah), sejumlah 2.098 dokter spesialis, 902 dokter
umum, 443 dokter gigi, 6.677 perawat/bidan, 84 orang S-1 Farmasi/Apoteker, 979 asisten
apoteker, 149 tenaga kesehatan masyarakat, 243 sanitarian, 194 tenaga gizi, 800 tenaga
keterapian fisik, dan 2.654 tenaga keteknisian medis.
Dengan memperhatikan standard ketenagaan Puskesmas yang berlaku, maka pada tahun
2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di Puskesmas, sejumlah 149 dokter umum,
2.093 dokter gigi, 280 perawat gigi, 21.797 bidan, 5.045 asisten apoteker, 13.019 tenaga
kesehatan masyarakat, 472 sanitarian, 303 tenaga gizi, dan 5.771 tenaga keteknisian medis.
49 | P a g e
Sedangkan untuk Puskesmas DTPK juga masih dihadapi kekurangan tenaga kesehatan
sejumlah 64 dokter umum, 59 dokter gigi, 48 perawat gigi, 35 asisten apoteker, 249 tenaga
kesehatan masyarakat, 25 sanitarian, 34 tenaga gizi, dan 47 tenaga keteknisian medis.
C. Akses ke tempat daerah terpencil jauh
D. Sistem Pemberian Inisiatif yang Berpihak Pada SDM Kesehatan di Daerah
terpencil: Studi Kasus Provinsi Lampung
1. Studi memperlihatkan hampir di semua unit kerja dan dinkes kabupaten/kota di
Provinsi Lampung kekurangan jumlah SDM kesehatan. Rasio antara jenis tenaga
kesehatan (dokter, dokter gigi, bidan, perawat dan lain-lain). terhadap seratus ribu
penduduk yang harus dilayani masih kurang dan di bawah rasio nasional. Seperti
angka rasio dokter 5,6 (nasional 10,73).
2. Tidak ada kebijakan pemberian insentif bagi berbagai jenis tenaga kesehatan
(bidan, perawat dokter umum) di kota dan kabupaten di Provinsi Lampung. Hanya
ada pemberian insentif yang ditujukan khusus bagi dokter spesialis di Provinsi
Lampung Utara sebesar Rp250.000,00/bulan dan Provinsi Lampung Barat
Rp1.000.000,00/ bulan. Meski terdapat perbedaan situasi kemampuan
antarkabupaten/ kota di Provinsi Lampung namun belum ada pembedaan
pemberian insentif yang akomodati.

7. VITAMIN BAGI IBU HAMIL

Wanita hamil membutuhkan lebih banyak vitamin dibandingkan wanita tidak hamil.
Kebutuhan vitamin diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta
proses diferensiasi sel. Kebutuhan vitamin meliputi :

1. Asam Folat

Asam folat merupakan vitamin B yang memegang peranan penting dalam


perkembangan embrio.Asam folat juga membantu mencegah neural tube defect, yaitu cacat
pada otak dan tulang belakang.Kekurangan asam folat dapat menyebabkan kehamilan
prematur, anemia, cacat bawaan, bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR), dan
pertumbuhan janin terganggu.Kebutuhan asam folat sekitar 600-800 miligram.Menurut
Widyakarya Pangan dan Gizi VI 2004 menganjurkan mengkonsumsi asam folat sebesar 5
mg/kg/hr (200 mg).Asam folat dapat didapatkan dari suplemen asam folat, sayuran berwarna
hijau, jeruk, buncis, kacang-kacangan dan roti gandum.

Gambar 10. Makanan yang mengandung asam folat

http://www.google.co.id/source-images/kesehatan-ibu-dan-anak-makanan-yang-
mengandung-asam-folat

50 | P a g e
2. Vitamin
a. Vitamin A

Vitamin A mempunyai fungsi untuk penglihatan, imunitas, pertumbuhan dan


perkembangan embrio.Kekurangan vitamin A menyebabkan kelahiran prematur dan berat
badan lahir rendah. Sumber vitamin A antara lain: buah-buahan, sayuran warna hijau atau
kuning, mentega, susu, kuning telur dan lainnya.

Gambar 11. Makanan bervitamin A

http://encrypted-tbn2.gstatic.comimages=tbn:vitA

b. Vitamin B

Vitamin B1, vitamin B2, niasin dan asam pantotenat yang dibutuhkan untuk membantu
proses metabolisme. Vitamin B6 dan B12 diperlukan untuk membentuk DNA dan sel-sel
darah merah.Vitamin B6 berperan dalam metabolisme asam amino.

Gambar 12. Makanan bervitamin B

http://www.google.co.id/source-images/slideshare.banuman-vitamin-b

c. Vitamin C

Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan darikerusakan dan


dibutuhkan untuk membentuk kolagen serta menghantarkan sinyal ke otak.Vitamin C juga
membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh.Ibu hamil disarankan mengkonsumsi 85
miligram per hari.Sumber vitamin C didapat dari tomat, jeruk, strawberry, jambu biji dan
brokoli.

Gambar 13. Makanan bervitamin C

http://dianatoddbanks.com/lifecoach/vitamin-c-and-swine

51 | P a g e
d. Vitamin D

Vitamin D berfungsi mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan kalsium dan


fosfor, mineralisasi tulang dan gigi serta mencegah osteomalacia pada ibu. Sumber vitamin D
terdapat pada susu, kuning telur dan dibuat sendiri oleh tubuh dengan bantuan
sinar matahari.

Gambar 14. Makanan bervitamin D

http://www.dermaharmony.com/skinnutrition/vitamind3.aspx

e. Vitamin E

Vitamin E berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan serta integrasi sel darah
merah.Selama kehamilan wanita hamil dianjurkan mengkonsumsi 2 miligram per hari.

Gambar 15. Makanan bervitamin E

http://naturalsociety.com/vitamin-e-succinate-destroy-breast-cancer-cells/

f. Vitamin K

Kekurangan vitamin K dapat mengakibatkan gangguan perdarahan pada bayi.Pada


umumnya kekurangan vitamin K jarang terjadi, karena vitamin K terdapat pada banyak jenis
makanan dan juga disintesis oleh bakteri usus.

3. MINERAL BAGI IBU HAMIL

Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak mineral dibandingkan sebelum hamil.
Kebutuhan mineral diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta
proses diferensiasi sel. Kebutuhan mineral antara lain:

a. Zat Besi

Zat besi dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein di sel darah merah
yang berperan membawa oksigen ke jaringan tubuh.Selain itu, zat besi penting untuk
pertumbuhan dan metabolism energi dan mengurangi kejadian anemia. Kebutuhan zat besi

52 | P a g e
akan meningkat 200-300 miligram dan selama kehamilan yang dibutuhkan sekitar 1040
miligram. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840
mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap
ketika melahirkan. Defisiensi zat besi akan berakibat ibu hamil mudah lelah dan rentan
infeksi, resiko persalinan prematur dan berat badan bayi lahir rendah. Untuk mencukupi
kebutuhan zat besi, ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi 30 miligram tiap hari.Efek samping
dari zat besi adalah konstipasi dan nausea (mual muntah). Zat besi baik dikonsumsi dengan
vitamin C, dan tidak dianjurkan mengkonsumsi bersama kopi, teh, dan susu karena
merupakan penghambat (inhibitor) absorbsi zat besi. Sumber alami zat besi dapat ditemukan
pada daging merah, ikan, kerang, unggas, sereal, dan kacang-kacangan.

b. Zat Seng

Zat seng digunakan untuk pembentukan tulang selubung syaraf tulang


belakang.Resiko kekurangan seng menyebabkan kelahiran prematur dan berat bayi lahir
rendah.Kebutuhan seng pada ibu hamil sekitar 20 miligram per hari. Sumber makanan yang
mengandung seng antara lain: kerang, daging, kacang-kacangan, sereal.

c. Kalsium

Ibu hamil membutuhkan kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi, membantu
pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi, serta mengantarkan sinyal syaraf, kontraksi otot
dan sekresi hormon.Kebutuhan kalsium ibu hamil sekitar 1000 miligram per hari. Sumber
kalsium didapat dari ikan teri, susu, keju, udang, sarden, sayuran hijau dan yoghurt.

d. Yodium

Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi yodium sekitar 200 miligram dalam bentuk
garam beryodium.Kekurangan yodium dapat menyebabkan hipotirodisme yang berkelanjutan
menjadi kretinisme.

e. Fosfor

Fosfor berperan dalam pembentukan tulang dan gigi janin serta kenaikan metabolism
kalsium ibu. Kekurangan fosfor akan menyebabkan kram pada tungkai.

f. Fluor

Fluor diperlukan tubuh untuk pertumbuhan tulang dan gigi.Kekurangan fluor


menyebabkan pembentukan gigi tidak sempurna.Fluor terdapat dalam air minum.

g. Natrium

Natrium berperan dalam metabolisme air dan bersifat mengikat cairan dalam jaringan
sehingga mempengaruhi keseimbnagan cairan tubuh pada ibu hamil.Kebutuhan natrium
meningkat seiring dengan meningkatnya kerja ginjal. Kebutuhan natrium ibu hamil sekitar 3,3
gram per minggu. Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan,
namun yang sering kali menjadi kekurangan adalah energy protein dan beberapa mineral

53 | P a g e
seperti zat besi dan kalsium.Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan
kira-kira 84.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari.Hal ini perlu tambahan ekstra
sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil. Ibu hamil dianjurkan
mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang
satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan lainnya.

Dibawah ini tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) perorang/hari yang dianjurkan bagi
ibu hamil

Daftar Angka Kecukupan Gizi (AKG) per orang/hari yang dianjurkan

Kehamilan akan meningkatkan metabolism energy karena itu kebutuhan energy dan
zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energy dan
zat gizi tersebut dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin, penambahan ukuran organ
kandungan, perubahan komposisi dan metabolism tubuh sehingga kekurangan zat gizi tertentu
yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan pertumbuhan janin yang tidak sempurna.

Salah satu gizi yang diperlukan oleh sang ibu ketika hamil adalah vitamin. Vitamin
dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam tubuh ibu dan janin.
Misalnya, vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B1dan B2 sebagai penghasil
energi, vitamin B6sebagai pengatur pemakaian protein tubuh, vitamin B12membantu
kelancaran pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna
mencegah anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium.

Vitamin D Berguna untuk mencegah gangguan tulang dan membantu penyerapan


kalsium.Bumil musti mengonsumsi vitamin D Sebanyak 5 μg perhari (200 IU).Bila
kekurangan vitamin D selama hamil, dapat menyebabkan gangguan perkembangan enamel
gigi dan kekurangan kalsium pada janin.Sumber vitamin D dapat ditemukan di susu dan
produk susu lainnya, telur, daging, beberapa jenis ikan seperti salmon, trout, mackerel,
sarden, dan tuna segar

54 | P a g e
VII. Kerangka Konsep

Polimorfisme Multifaktorial Defisiensi


Gen MTHFR Asam Folat

Enzim
MTHFR

Metabolisme
Folat Terganggu

Hemosistein
Terganggu

Malformasi

Embriogenesis
Terganggu

Neural Tube
Defect
(Posterior)
Bagian Posterior
Spina Bifida

55 | P a g e
RESUME

Pada masa kehamilan sang ibu tidak pernah mengkonsumsi vitamin dan
memeriksakan kehamilannya karena jauhnya akses pelayanan kesehatan sehingga sang ibu
tidak mendapatkan pengetahuan tentang kehamilannya. Jadi, pada bayi tersebut didiagnosis
Spina bifida cystica tipe myelomeningocele, penyakit ini disebabkan karena Neurulation
adalah suatu fase dalam embryogenesis yang merupakan puncak pembentukan neural tube,
yang merupakan prekursor otak dan spinal cord. Penutupan neural tube bergantung pada
koordinasi dari beberapa mekanisme : ekstensi konvergen dari neural plate, apoptosis
neuroepithelial, migrasi sel neural crest , proliferasi dan diferensiasi. Perkembangan dan
penutupan neural tube selesai 28 hari setelah konsepsi. Jika penutupan neural tube gagal,
embrio mengidap Neural Tube Defects (NTD). Neural Tube Defects sendiri merupakan
penyakit multifaktorial, yaitu penyakit yang dihasilkan dari beberapa interaksi faktor secara
bersamaan dan dalam kasus ini merupakan interaksi faktor lingkungan dan faktor genetik
sang ibu. Defisiensi asam folat merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh dalam kasus
ini. Asam folat merupakan nutrisi esensial yang berfungsi secara umum untuk pembentukan
nukleotid dan proliferasi sel yang sangat dibutuhkan bagi bayi. Dalam tubuh, tanggung jawab
atas metabolisme asam folat dipegang oleh gen MTHFR yang kemudian mensintesis enzim
MTHFR untuk metabolisme asam folat. Asam folat juga berpengaruh dalam methylation dan
siklus remetilasi homosistein. Karena folat juga terlibat dalam siklus methylation, beberapa
peneliti berpendapat bahwa siklus methylation yang terganggu juga berhubungan dengan folat
dan NTD.

Dalam beberapa penelitian, didapat bahwa ibu yang memiliki bayi dengan NTD
memiliki kadar homosistein yang tinggi dalam darah dan ini menunjukkan bahwa NTD
berkaitan dengan siklus remetilasi homosistein. Dalam tubuh,homosistein diubah menjadi
metionin dan sebaliknya. abnormalitas dari enzim yang mengontrol metabolisme homosistein
berpengaruh pada kehamilan. Enzim yang berpengaruh dalam metabolisme homosistein
adalah methionine synthase dan penelitian menunjukkan bahwa vitamin B-12 dapat
menstimulasi dan memperbaiki abnormalitas enzim tersebut.

Faktor genetik yang mempengaruhi kelahiran bayi dengan NTD adalah gen MTHFR
yang dimiliki ibu.Gen MTHFR yang bertanggung jawab atas metabolisme folat dapat saja
mengalami polimorfisme sehingga lebih berisiko terkena defisiensi asam folat dan
meningkatkan resiko bayi lahir dengan NTD. Jadi hubungan antara polimorfisme dan NTD
dapat juga dipengaruhi oleh interaksi antar gen, faktor nutrisi dan kondisi tubuh ibu, atau dari
kadar asam folat

56 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Sadler, T. W. Langman : Embriologi Kedokteran. Ed. 7. Jakarta : EGC. 2000

Dewanti. 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada
Pasien Spina Bifida di Ruang Bedah Anak Lantai III Utara RSUP Fatmawati. Jakarta:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Ernawati. 2009. Spina Bifida. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kesuma
Surabaya.
http://gizi.depkes.go.id/permenkes-tentang-angka-kecukupan-gizi diakses pada 26 Oktober
2015 pukul 19.10 WIB.
Lestari, Rina. 2012. Pemenuhan Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Yogyakarta.
Mulyanigrum, Sri. 2009. Faktor- faktor yang Memengaruhi Kesehatan Ibu Hamil. Jakarta:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Nur, Nik Kasfyun. 2011. Gambaran Pengetahuan Ibu- Ibu Hamil Tentang Imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) dan Tindakan Pengambilan Imunisasi TT di Poliklinik Ibu Hamil RSUP
Haji Adam Malik Tahun 2010. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sianipar, Amalia N.. 2011. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan
Ultrasonografi selama Masa Kehamilan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan Tahun 2010. Medan; Universitas Sumatera Utara.
Simanjuntak, David H. dan Etti Sudaryati. 2005. Gizi Ibu Hamil dan Menyusui. Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Sitepu, Eva Sari Dewi. 2012. Pengaruh Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC)
terhadap Kejadian Anemia pada Kehamilan Usia Remaja di Kecamatan Hinai
Kabupaten Langkat tahun 2012. Medan: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Tangkilisan, Helena Anneke dan Debby Rumbajan. 2002. Defisiensi Asam Folat. Jurnal Sari
Pediatri Vol.4 No.1, Juni 2002:21-25.
www.wnpg.org diakses pada 26 Oktober 2015 pukul 18.15 WIB.
www.repository.usu.ac.id diakses pada tanggal 27 Oktober 2015 pukul 18.30 WIB
www.lib.ui.ac.id diakses pada tanggal 27 Oktober 2015 pukul 18.20 WIB
www.nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id diakses pada tanggal 27 Oktober 2015 pukul 18.45 WIB
www.books.google.co.id diakses pada tanggal 27 Oktober 2015 pukul 19.30 WIB
James, Joyce dkk. 2008. Prinsip Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Dewanti. 2013.Analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada
pasien spina bifida di Ruang Bedah Anak Lantai III Utara RSUP Fatmawati. Jakarta:
Perpustakaan Universitas Indonesia
Suharmiati,s et al. 2013. REVIEW KEBIJAKAN TENTANG PELAYANAN KESEHATAN
PUSKESMAS DI DAERAH TERPENCIL PERBATASAN. Vol 16 (2) :109–116.

Yulia , C. n,d. Gizi Seimbang Bagi Wanita Hamil dan Menyusui. Retrieved from
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/198
007012005012-CICA_YULIA/Gizi_Seimbang_bagi_Wanita_Hamil_dan_Menyusui.pdf

57 | P a g e
Putri,DD. 2014. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Universitas Sumatera Utara. Retrieved from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41225/3/Chapter%20II.pdf

Lestari,N. 2013.MAKALAH PEMENUHAN GIZI PADA IBU HAMIL.Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Yogyakarta. Retrieved from http://rinayarina.pun.bz/files/pemenuhan-gizi-
ibu-hamil.pdf

http://dokterindonesiaonline.com/2013/04/08/jenis-dan-tahapan-pemeriksaan-kehamilan
(Diakses tanggal 26 Oktober 2015)

Depkes RI.(2004). Pedoman Pelayanan Antenatal Ditingkat PelayananDasar Puskesmas.


Jakarta: Depkes RI.
Notoatmodjo Soekidjo.(2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni.
Jakarta : Rineka Cipta.
Fithriany.2012 .Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan
Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar, Program stuid S2 FKM
USU Medan.
Ciceklioglu M., Soyer M.T., Ocek Z.A. (2003). Factor Associated With The Utilization and
Content of Prenatal Care In a Western Urban Distric of Turkey. International Journal Of
Quality In Health Care.
Erci B. (2003). Barrier To Utilization of Prenatal care Service In Turkey, Journal In Nursing
Scholarship.
Kabir M., Iliyasu Z., Abu Bakar I.S & Sani A.A., (2005), Determinant of Utilization of
Antenatal Care Service in Kumbotso Village, Northern Nigeria. Tropical Doctor.
Manuaba, IBG.(1998). Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.

Mathole T., Lindmark G., Majoko F., Ahlberg B.M., (2004). A Qualitative Study ofWoman
Perspectives of Antenatal Care In a Rural Area of Zimbabwe. Midwifery.
Hanna, Angelika Dhuy Nyaga. 2014. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Pemeriksaan Kehamilan dengan Kepatuhan Kunujngan Pemeriksaan Kehamilan Di
Puskesmas Dukuh Kupang Surabaya, Fakultas Keperawatan UWIMA Surabaya.
Ramadhani, Nurul.2010.Hubungan antara Frekuensi Antenatal Care dengan Kematian
Perinatal di RSUD Dr. Moewardi Surakarta , Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.
Fitria, Ratna Umayah.2010. Hubungan Tingkat Ekonomi Ibu Hamil dan Tingkat Kepuasan
dengan Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan Di RB &BP ASY-SYIFA’ PKU
MuhammadiyahWedi Klaten, Fakultas Kedokteran Universits Sebelas Maret.
http://jtptunimus-gdl-emilianaay-6720-3-babii.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/chapterII%252011.pdf

Ayuningtyas, Dumilah.2006. Sistem Pemberian Inisiatif yang Berpihak Pada SDM


Kesehatan di Daerah terpencil:Studi Kasus Provinsi Lampung, Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan Vol. 09 Halaman 87-93.
Keputusan menteri kesehatan RI nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang petunjuk teknis
standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/kota.
58 | P a g e
Menteri Kesehatan.2011. RencanaPengembanganTenagaKesehatan 2011-2013 , Jakarta
Trisnantoro,Laksono, 2006. StandarPelayanan Minimal (SPM) Di SektorKesehatan.
JurnalManajemenPelayananKesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006.
Jurnal. Ernawati (Dosen Fak Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya). Spina
Bifida.

https://id.wikipedia.org/wiki/Spina_bifida (diakses tanggal 26 Oktober 2015)

59 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai