Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

SPINA BIFIDA

DISUSUN OLEH :

AZEL TIARA DEWI

P1337420616034

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar belakang
Spina bifida dari bahasa Latin berarti tulang belakang terbuka, dikenal pula
sebagai meningocele adalah jenis perkembangan kelainan bawaan yang
serius, penyakit ini merupakan penyakit cacat berat, akan tetapi penyakit ini biasanya bisa
dicegah. Dalam kamus kesehatan Spina bifida adalah kondisi yang terjadi ketika janin
masih berada dalam kandungan dan sedang mengalami perkembangan di dalam rahim,
akan tetapi tulang belakangnya tidak membentuk dengan benar (cacat tabung
saraf). Dalam kasus ini Beberapa bayi dengan spina bifida hampir normal atau sembuh
setelah lahir. Spina bifida lebih sering terjadi pada beberapa keluarga dibandingkan yang
lain. Sebabnya tidak jelas, tetapi segera sesusah bayi pengidap dilahirkan, orang tua,
kakak-kakak, bahkan sepupu lebih cendendurng mempunyai bayi dengan kondisi yang
seperti ini, dibandingkan orang-orang dari keluarga yang tidak mempunyai riwayat spina
bifida, sehingga penyakit ini adalah penyakit keturunan.

b. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep penyakit spina bifida serta pendekatan asuhan
keperawatannya.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi definisi dari spina bifida.
b. Mengidentifikasi etilogi spina bifida.
c. Mengidentifikasi patofisiologi spina bifida.
d. Menguraikan pathways spina bifida
e. Mengidentifikasi  manifiestasi klinik pada spina bifida
f. Mengidentifikasi therapy pada klien dengan spina bifida.
g. Mengidentifikasi komplikasi pada klien dengan spina bifida.
h. Mengidentifikasi prognosis pada klien dengan spina bifida.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus pascaerior
tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis spinalis pada
perkembangan awal embrio (Chairuddin Rasjad, 1998). Keadaan ini biasanya terjadi
pada minggu ke empat masa embrio. Derajat dan lokalisasi defek bervariasi, pada
keadaan yang ringan mungkin hanya ditemukan kegagalan fungsi satu atau lebih dari
satu arkus pascaerior vertebra pada daerah lumosakral. Belum ada penyebab yang
pasti tentang kasus spina bifida. Spina bifida juga bias disebabkan oleh gagal
menutupnya columna vertebralis pada masa perkembangan fetus. Defek ini
berhubugan dengan herniasi jaringan dan gangguan fusi tuba neural.Gangguan fusi
tuba neural terjadi beberapa minggu (21 minggu sampai dengan 28 minggu) setelah
konsepsi, sedangkan penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Spina bifida adalah
defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau tanpa tingkatan protusi
jaringan melalui celah tulang (Donna L. Wong, 2003). Spina bifida (Sumbing Tulang
Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena
bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara
utuh.

2.2 Etiologi

1. Resiko  melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan


kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
2. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada
korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi
pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya.
3. Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi
di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan
vertebra di bagian ini terjadi paling akhir.
4. Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya) dapat
menyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida.
Pada 95 % kasus spina bifida tidak ditemukan riwayat keluarga dengan defek
neural tube. Resiko akan melahirkan anak dengan spina bifida 8 kali lebih besar
bila sebelumnya pernah melahirkan anak spina bifida.

Kelainan yang umumnya menyertai penderita spina bifida antara lain:


1. Hidrosefalus
2. Siringomielia
3. Dislokasi pinggul.

2.3 Patofisiologi
Diawali dengan hereditas dan lingkungan, rendahnya kadar vitamin maternal,
kurangnya asam folat, keadaan ini menyebabkan kerusakan formasi sel darah merah
koenzim yang tidak terbentuk mengakibatkan tabung saraf mebgalami kegagalan
untjk menutup selama sebulan pertama pada masa kehamilan, maka terjadilah spina
bifida atau sumbing tulang belakang.

2.4 Pathways

2.5 Manifiestasi klinik


Kelainan pada spina bifida bervariasi, sehingga dikelompokkan menjadi beberapa
jenis yaitu :

1. Spina Bifida Okulta

Merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra
tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya
(meningens) tidak menonjol. Spina bifida okulta merupakan cacat arkus
vertebra dengan kegagalan fusi pascaerior lamina vertebralis dan seringkali
tanpa prosesus spinosus, anomali ini paling sering pada daerah antara L5-S1,
tetapi dapat melibatkan bagian kolumna vertebralis, dapat juga terjadi anomali
korpus vertebra misalnya hemi vertebra. Kulit dan jaringan subkutan
diatasnya bisa normal atau dengan seberkas rambut abnormal, telangietaksia
atau lipoma subkutan. Spina bifida olkuta merupakan temuan terpisah dan
tidak bermakna pada sekitar 20% pemerikasaan radiografis tulang belakang.
Sejumlah kecil penderita bayi mengalami cacat perkembangan medula dan
radiks spinalis fungsional yang bermakna. Secara patologis kelainan hanya
berupa defek yang kecil pada arkus pascaerior.
2. Meningokel    

Meningokel melibatkan meningen, yaitu selaput yang bertanggung jawab


untuk menutup dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Jika
Meningen mendorong melalui lubang di tulang belakang (kecil, cincin-seperti
tulang yang membentuk tulang belakang), kantung disebut Meningokel.
Meningokel memiliki gejala lebih ringan daripada myelomeningokel karena
korda spinalis tidak keluar dari tulang pelindung, Meningocele adalah
meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai
suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit dan ditandai dengan menonjolnya
meningen, sumsum tulang belakang dan cairan serebrospinal. Meningokel
seperti kantung di pinggang, tapi disini tidak terdaoat tonjolan saraf corda
spinal. Seseorang dengan meningocele biasanya mempunyai kemampuan fisik
lebih baik dan dapat mengontrol saluran kencing ataupun kolon.

3. Myelomeningokel

Myelomeningokel ialah jenis spina bifida yang kompleks dan paling berat,
dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari tubuh, kulit diatasnya tampak
kasar dan merah. Penaganan secepatnya sangat di perlukan untuk mengurangi
kerusakan syaraf dan infeksi pada tempat tonjolan tesebut. Jika pada tonjolan
terdapat syaraf yamg mempersyarafi otot atau extremitas, maka fungsinya
dapat terganggu, kolon dan ginjal bisa juga terpengaruh. Jenis
myelomeningocale ialah jenis yang  paling sering dtemukan pada kasus spina
bifida. Kebanyakan bayi yang lahir dengan jenis spina bifida juga
memiliki hidrosefalus, akumulasi cairan di dalam dan di sekitar otak.
 
2.6 Therapy
Penatalaksanaan pada penderita spina bifida memerlukan koordinasi tim yang
terdiri dari spesialis anak, saraf, bedah saraf, rehabilitasi medik, ortopedi, endokrin,
urologi dan tim terapi fisik, ortotik, okupasi, psikologis perawat, ahli gizi sosial
worker dan lain-lain.

1. Urologi

Dalam bidang urologi, terapi pada disfungsi bladder dimulai saat


periode neonatal sampai sepanjang hidup. Tujuan utamanya adalah :

1. Mengontrol inkotinensia
2. Mencegah dan mengontrol infeksi
3. Mempertahankan fungsi ginjal

Intermiten kateterisasi dapat dimulai pada residual urin > 20 cc dan


kebanyakan anak umur 5 - 6 tahun dapat melakukan clean intermittent
catheterization (CIC) dengan mandiri. Bila terapi konservatif gagal
mengontrol inkontinensia, prosedur bedah dapat dipertimbangkan. Untuk
mencegah refluk dapat dilakukan ureteral reimplantasi, bladder
augmentation, atau suprapubic vesicostomy.

2. Orthopedi

Tujuan terapi ortopedi adalah memelihara stabilitas spine dengan


koreksi yang terbaik dan mencapai anatomi alignment yang baik pada
sendi ekstremitas bawah. Dislokasi hip dan pelvic obliquity sering
bersama-sama dengan skoliosis paralitik. Terapi skoliosis dapat dengan
pemberian ortesa body jacket atau Milwaukee brace. Fusi spinal dan
fiksasi internal juga dapat dilakukan untuk memperbaiki deformitas tulang
belakang. Imbalans gaya mekanik antara hip fleksi dan adduksi dengan
kelemahan abduktor dan fungsi ekstensor menghasilkan fetal coxa valga
dan acetabulum yang displastik, dangkal dan parsial. Hip abduction splint
atau Pavlik harness digunakan 2 tahun pertama untuk counter gaya
mekaniknya. Pemanjangan tendon Achilles untuk deformitas equinus,
flexor tenodesis atau transfer dan plantar fasciotomi untuk deformitas claw
toe dan pes cavus yang berat. Subtalar fusion, epiphysiodesis, triple
arthrodesis atau talectomi dilakukan bila operasi pada jaringan lunak tidak
memberikan hasil yang memuaskan.

A. Rehabilitasi Medik
B. Sistem Muskuloskeletal

Latihan luas gerak sendi pasif pada semua sendi sejak bayi
baru lahir dilakukan seterusnya untuk mencegah deformitas
muskuloskeletal. Latihan penguatan dilakukan pada otot yang
lemah, otot partial inervation atau setelah prosedur tendon
transfer.

C. Perkembangan Motorik
Stimulasi motorik sedini mungkin dilakukan dengan
memperhatikan tingkat dari defisit neurologis.
3. Ambulasi
Alat bantu untuk berdiri dapat dimulai diberikan pada umur 12 –
18 bulan. Spinal brace diberikan pada kasus-kasus dengan skoliosis.
Reciprocal gait orthosis (RGO) atau Isocentric Reciprocal gait orthosis
(IRGO) sangat efektif digunakan bila hip dapat fleksi dengan aktif.
HKAFO digunakan untuk mengkompensasi instabilitas hip disertai
gangguan aligment lutut. KAFO untuk mengoreksi fleksi lutut agar
mampu ke posisi berdiri tegak. Penggunaan kursi roda dapat dimulai
saat tahun kedua terutama pada anak yang tidak dapat diharapkan
melakukan ambulasi.
4. Bowel training
Diet tinggi serat dan cairan yang cukup membantu feses lebih
lunak dan berbentuk sehingga mudah dikeluarkan. Pengeluaran feses
dilakukan 30 menit setelah makan dengan menggunakan reflek
gastrokolik. Crede manuver dilakukan saat anak duduk di toilet untuk
menambah kekuatan mengeluarkan dan mengosongkan feses Stimulasi
digital atau supositoria rektal digunakan untuk merangsang kontraksi
rektal sigmoid. Fekal softener digunakan bila stimulasi digital tidak
berhasil.

5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak
tertutup kulit, sebaiknya dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang-
kadang sebagai akibat eksisi meningokel terjadi hidrosefalus
sementara atau menetap, karena permukaan absorpsi CSS yang
berkurang. Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke-28
gestasi, atau kerusakan pada strukturnya setelah penutupan dapat
dideteksi in utero dengan pemeriksaan ultrasonogrfi. Pada 90% kasus,
kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan
meningkat; penemuan ini sering digunakan sebagai prosedur skrining.
Keterlibatan baik kranial maupun spinal dapat terjadi; terminology
spina bifida digunakan pada keterlibatan spinal, apabila malformasi
SSP disertai rachischisis maka terjadi kegagalan lamina vertebrata.
Posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi.
Misalnya, posisi bayi ini, bayi lebih sulit dibersihkan, area-area
ancaman merupakan ancaman yang pasti, dan pemberian makanan
menjadi masalah.
Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga
temperaturnya dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang
dapat mengiritasi lesi yang rapuh. Apabila digunakan penghangat
overhead, balutan di atas defek perlu sering dilembabkan karena efek
pengering dari panas yang dipancarkan. Sebelum pembedahan,
kantung dipertahankan tetap lembap dengan meletakkan balutan steril,
lembab, dan tidak lengket di atas defek tersebut. Larutan pelembab
yang dilakukan adalah salin normal steril. Balutan diganti dengan
sering (setiap 2 sampai 4 jam). Dan sakus tersebut diamati dengan
cermat terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi.
Sakus tersebut harus dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor
atau terkontaminasi. Kadang-kadang sakus pecah selama pemindahan
dan lubang pada sakus meningkatkan resiko infeksi pada system saram
pusat. Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk
mencegah kontraktur, dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila
diindikasikan. Akan tetapi latihan ini dibatasi hanya pada kaki,
pergelangan kaki dan sendi lutut. Bila sendi panggul tidak stabil,
peregangan terhadap fleksor pinggul yang kaku atau otot-otot
adductor, mempererat kecenderungan subluksasi.
Penurunan harga diri menjadi ciri khas pada anak dan remaja yang
menderita keadaan ini. Remaja merasa khawatir akan kemampuan
seksualnya, penguasaan social, hubungan kelompok remaja sebaya,
dan kematangan serta daya tariknya. Beratnya ketidakmampuan
tersebut lebih berhubungan dengan persepsi diri terhadap
kemampuannya dari pada ketidakmampuan yang sebenarnya ada pada
remaja itu.

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang lain dari spina bifida yang berkaitan dengan kelahiran antara
lain adalah:
1. Paralisis cerebri
2. Retardasi mental
3. Atrofi optic
4. Epilepsi
5. Osteo porosis
6. Fraktur (akibat penurunan massa otot)
7. Ulserasi, cidera, dikubitus yang tidak sakit.

Infeksi urinarius sangat lazim pada pasien inkontinen. Meningitis dengan


organisme campuran lazim ditemukan bila kulit terinfeksi atau terdapat sinus. Pada
beberapa kasus, filum terminale medulla spinalis tertambat atau terbelah oleh spur
tulang (diastematomielia), yang dapat menimbulkan kelemahan tungkai progresif
pada pertumbuhan. Sendi charcot dapat terjadi dengan disorganisasi pergelangan
kaki, lutut atau coxae yang tak nyeri. Hidrosefalus karena malformasi Arnold-chiari
sering ditemukan.

2.8 Prognosis
Prognosis spina bifida tergantung pada berat ringannya abnormalitas. Prognosis
terburuk bila terdapat paralisis komplet, hidrosefalus dan defek kongenital lainnya.
Dengan penanganan yang baik, sebagian besar anak-anak dengan spina bifida dapat
hidup sampai usia dewasa.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anammesa
1) Identitas pasien
Nama, jenis kelamin, umur, alamat, nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah,
pekerjaan ibu.
2) Keluhan utama
Terjadi abnormalitas keadaan medula spinalis pada bayi yang baru dilahirkan.

1. Riwayat penyakit sekarang


2. Riwayat penyakit terdahulu
3. Riwayat keluarga

Saat hamil ibu jarang atau tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung
asam folat misalnya sayuran, buah-buahan (jeruk,alpukat), susu, daging, dan
hati.
Ada anggota keluarga yang terkena spina bifida.

3.2 Diagnosa

a) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan spinal malformation dan luka operasi
b) Berduka berhubungan dengan kelahiran anak dengan spinal malformation
c) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kebutuhan
positioning, defisit stimulasi dan perpisahan
d) Risiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal
e) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan intra kranial (TIK)
f) Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan eleminasi urin berhubungan dengan
paralisis, penetesan urin yang kontinu dan feses.

3.3 Perencanaan

1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan spinal malformation dan luka operasi

Tujuan :

1. Anak bebas dari infeksi


2. Anak menunjukan respon neurologik yang normal

Kriteria hasil :
Suhu dan TTV normal, Luka operasi, insisi bersih.
Intervensi Rasional  
1. Monitor tanda-tanda vital. Observasi Untuk melihat tanda-tanda terjadinya
tanda infeksi : perubahan suhu, warna resiko infeksi
kulit, malas minum , irritability, perubahan  
warna pada myelomeingocele.  
2. Ukur lingkar kepala setiap 1 minggu  
sekali, observasi fontanel dari cembung Untuk melihat dan mencegah terjadinya
dan palpasi sutura kranial TIK dan hidrosepalus
3. Ubah posisi kepala setiap 3 jam untuk   2.
mencegah dekubitus Untuk mencegah terjadinya luka infeksi 2.
4. Observasi tanda-tanda infeksi dan pada kepala (dekubitus) 2.
obstruksi jika terpasang shunt, lakukan   2.
perawatan luka pada shunt dan upayakan Menghindari terjadinya luka infeksi dan 2.
agar shunt tidak tertekan trauma terhadap pemasangan shunt 2.
2.
Be
rduka b.d kelahiran anak dengan spinal malformation

Tujuan :
Orangtua dapat menerima anaknya sebagai bagian dari keluarga

Kriteria hasil :

1. Orangtua mendemonstrasikan menerima anaknya dengan menggendong, memberi


minum, dan ada kontak mata dengan anaknya
2.  Orangtua membuat keputusan tentang pengobatan
3. Orangtua dapat beradaptasi dengan perawatan dan pengobatan anaknya

Intervensi Rasional
Dorong orangtua mengekspresikan Untuk meminimalkan rasa bersalah
perasaannya dan perhatiannya dan saling menyalahkan
terhadap bayinya, diskusikan  
perasaan yang berhubungan dengan Memberikan stimulasi terhadap
pengobatan anaknya orangtua untuk mendapatkan keadaan
Bantu orangtua mengidentifikasi bayinya yang lebih baik
aspek normal dari bayinya terhadap Memberikan arahan/suport terhadap
pengobatan orangtua untuk lebih mengetahui
Berikan support orangtua untuk keadaan selanjutnya yang lebih baik
membuat keputusan tentang terhadap bayi
pengobatan pada anaknya

3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kebutuhan


positioning, defisit stimulasi dan perpisahan

Tujuan :
Anak mendapat stimulasi perkembangan
Kriteria hasil :

1. Bayi atau anak berespon terhadap stimulasi yang diberikan


2. Bayi atau anak tidak menangis berlebihan
3. Orangtua dapat melakukan stimulasi perkembangan yang tepat untuk bayi /
anaknya

Intervensi Rasional  
Ajarkan orangtua cara merawat bayinya Agar orangtua dapat mandiri dan
dengan memberikan terapi pemijatan menerima segala sesuatu yang sudah
bayi terjadi
Posisikan bayi prone atau miring Untuk mencegah terjadinya luka infeksi
kesalahasatu sisi dan tekanan terhadap luka
Lakukan stimulasi taktil/pemijatan saat Untuk mencegah terjadinya luka memar
melakukan perawatan kulit dan infeksi yang melebar disekitar luka

4. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal

Tujuan :
Pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah/lesi spinal

Kriteria Hasil:

1. Kantung meningeal tetap utuh


2. Sisi pembedahan sembuh tanpa trauma

Intervensi Rasional
Rawat bayi dengan cermat Untuk mencegah kerusakan pada
Tempatkan bayi pada posisi kantung meningeal atau sisi pembedahan
telungkup atau miring Untuk meminimalkan tegangan pada
Gunakan alat pelindung di sekitar kantong meningeal atau sisi pembedahan
kantung ( mis : slimut plastik  
bedah) Untuk memberi lapisan pelindung agar
Modifikasi aktifitas keperawatan tidak terjadi iritasi serta infeksi
rutin (mis : memberi makan,  
member kenyamanan) Mencegah terjadinya trauma
 
5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan intra kranial (TIK)

Tujuan :
Pasien tidak mengalami peningkatan tekanan intrakranial

Kriteria Hasil :
Anak tidak menunjukan bukti-bukti peningkatan TIK
Intervensi Rasional
Observasi dengan cermat adanya Untuk mencegah keterlambatan tindakan
tanda-tanda peningkatan TIK Sebagai pedoman untuk pengkajian
Lakukan pengkajian Neurologis pascaoperasi dan evaluasi fungsi firau
dasar pada praoperasi Karena tingat kesadaran adalah pirau
Hindari sedasi penting dari peningkatan TIK
Ajari keluarga tentang tanda-tanda Praktisi kesehatan untuk mencegah
peningkatan TIK dan kapan harus keterlambatan tindakan
memberitahu
 

6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan eleminasi urin berhubungan dengan
paralisis, penetesan urin yang kontinu dan feses

Tujuan :
Pasien tidak mengalami iritasi kulit dan gangguan eleminasi urin

Kriteria hasil :
Kulit tetap bersih dan kering tanpa bukti-bukti iritasi dan gangguan eleminasi.
Intervensi Rasional
Jaga agar area perineal tetap bersih Untuk mengrangi tekanan pada lutut dan
dan kering dan tempatkan anak pada pergelangan kaki selama posisi
permukaan pengurang tekanan. telengkup
Masase kulit dengan perlahan selama Untuk meningkatkan sirkulasi.
pembersihan dan pemberian lotion.  
Berikan terapi stimulant pada bayi Untuk memberikan kelancaran eleminasi
 
BAB IV
PENUTUP
 
4.1 Kesimpulan
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus pascaerior tulang
belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis spinalis pada perkembangan awal
embrio (Chairuddin Rasjad, 1998). Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat masa
embrio.
Kelainan pada spina bifida bervariasi, sehingga dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu :
spina bifida okulta, meningokel, dan myelomeningokel.
Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya) dapat menyebabkan
resiko melahirkan anak dengan spina bifida.
Kelainan yang umumnya menyertai penderita spina bifida antara lain: hidrosefalus,
siringomielia,dan dislokasi pinggul.
Tanda-tanda fisik yang umumnya bisa dilihat adalah penonjolan seperti kantung di punggung
tengah sampai bawah pada bayi baru lahir jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
dan kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan spina bifida adalah 
pembedahan, bowel training, ambulasi, rehabilitasi medik, orthopedik, dan urologi.
DAFTAR PUSTAKA
 
Corwin, Elizabeth J.2009.Buku saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Donna dan Shannon.1999.Maternal Child Nursing Care.USA: Mosby.
Muttaqin, Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai