SPINA BIFIDA
Disusun oleh:
Gusti Ngurah P Pradnya Wisnu, S.Ked.
Muty Hardani, S.Ked.
Reffilia Irfa, S.Ked.
Vinnysssa Anindita, S.Ked.
Annisa Abdillah, S.Ked
Eva Aprilia, S.Ked
Popi Zeniusa, S.Ked
Jefri Sandika, S.Ked
Pembimbing:
dr. Sulyaman, Sp. BS
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
efektif untuk mengetahui kehamilan yang berisiko atau tidak untuk janin
mengalami defek tuba neuralis.
1.2. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Spina bifida merupakan suatu anomali perkembangan yang ditandai dengan
defek penutupan selubung tulang pada medulla spinalis sehingga medulla
spinalis dan selaput meningen dapat menonjol keluar (spina bifida cystica),
atau tidak menonjol (spina bifida occulta).2
4
Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada
korda spinalis dan saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi
pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian
bawahnya. Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida.
Kebanyakan terjadi di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau
sakrum, karena penutupan vertebra di bagian ini terjadi paling akhir.
2.2. Epidemiologi
Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa spina bifida berkaitan
dengan kelainan anencephaly dan encephalocele yang termasuk ke dalam
neural tube defect (NTD). Kejadian kasus NTD ini dapat terjadi setiap
1/1000 kelahiran di seluruh dunia. NTD dapat terjadi secara genetik maupun
non-genetik. Kurang dari 10% NTD merupakan sindromik NTD dan
berkaitan dengan trisomi ke 13 atau 18, sedangkan lainnya merupakan non-
sindromik NTD. Risiko rekurensi untuk saudara kandung dari seseorang
dengan NTD adalah 2-5% hal ini menunjukkan adanya peningkatan risiko
20-50 kali lipat dibandingkan dengan prevalensi populasi umum 1/1000,
sedangkan kerabat generasi ke dua dan ketiga menunjukkan resiko yang
lebih rendah dibandingkan dengan generasi pertama. Pada wanita yang
pernah hamil anak dengan NTD resiko memiliki anak dengan NTD
meningkat setelah kehamilan kedua. Pada saudara kembar, resiko lebih
5
tinggi pada kembar sesama jenis baik monozigotik maupun dizigotik
daripada kembar tidak sejenis (hanya dizigotik). Faktor nutrisi terutama
asam folat selama kehamilan yang rendah juga menjadi resiko tinggi
terjadinya NTD. Faktor lainnya, seperti ibu hamil yang obesitas (BMI>35),
glukosa darah tidak terkontrol, stres oksidatif, sindrom metabolik, dan
paparan polutan lingkungan dapat meningkatkan resiko NTD.
2.3. Gejala Klinis
Kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada penderita spina bifida:
Hidrosefalus
Siringomielia
Dislokasi pinggul
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda
spinalis dan saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau
tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah
yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun saraf yang terkena.
Menurut The Professional Journal Medical Journal 2016, tanda dan gejala
spina bifida:
Anak-anak yang memiliki SB memiliki rasa sakit yang tidak dikenali yang
mempengaruhi kualitas hidup mereka
Anoreksia, disfagia, muntah, kurang makan.
Perubahan fungsi usus atau kandung kemih
Sakit kepala, mudah marah, lesu
Suara serak atau stridor, aspirasi,
Meningkatkan lingkar kepala dengan fontanel anterior yang menonjol
Kehilangan sensoris atau kelemahan pada ekstremitas bawah, kemunduran
kiprah.
Perubahan refleks tendon dalam
Esotropia, diplopia, kelumpuhan pandangan ke atas
Skoliosis progresif cepat
Ulkus dekubitus.
6
2.4. Klasifikasi
7
Gambar 3. Spina Bifida Okulta
Gejala
Kebanyakan tidak bergejala dan tidak ada tanda neurologis. Pada
beberapa kasus, bercak-bercak rambut, lipoma, hilangnya warna
kulit, atau sinus kulit pada linea mediana punggung bawah menandai
dasar spina bifida okulta.
Pemeriksaan penunjang
Rontgen spina menggambarkan adanya defek pada penutupan
lengkung dan lamina vertebra posterior, khususnya pada L 5 dan S1.
Tidak ada kelainan meningen, medulla spinalis dan saraf.
8
Gambar 4. Meningokel/Mielomeningokel
2.3.2.1 Meningokel
Meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba
sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.
Patofisiologi
Meningokel terbentuk saat meningens berherniasi melalui defek pada
lengkung vertebra posterior. Medulla spinalis biasanya normal,
meskipun tertambat, ada siringomielia, atau diastematomielia. Massa
linea mediana yang berfluktuasi yang dapat bertranluminasi terjadi
sepanjang kolumna vertebralis, biasanya berada di punggung bawah.
Sebagian besar meningokel tertutup dengan baik dengan kulit dan
tidak mengancam penderita.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan neurologis yang cermat sangat dianjurkan. Anak yang
tidak bergejala dengan pemeriksaan neurologis normal dan
keseluruhan tebal kulit menutup meningokel dapat menunda
pembedahan. Sebelum koreksi defek dengan pembedahan, penderita
harus secara menyeluruh diperiksa dengan menggunakan
rontgenogram sederhana, ultrasonografi, dan tomografi komputasi
(CT) dengan metrizamid atau resonansi magnetic (MRI) untuk
9
menentukan luasnya keterlibatan jaringan saraf jika ada dan anomali
yang terkait, termasuk diastematomielia, medulla spinalis tertambat
dan lipoma. Penderita dengan kebocoran cairan serebrospinal (CSS)
atau kulit yang menutup tipis harus dilakukan pembedahan segera
untuk mencegah meningitis. CT scan kepala dianjurkan pada anak
dengan meningokel karena ada kaitannya dengan hidrosefalus pada
beberapa kasus. Meningokel anterior menonjol ke dalam pelvis
melalui defek pada sacrum. Gejala konstipasi dan disfungsi kandung
kemih berkembang karena meningkatnya ukkuran lesi. Penderiita
wanita mungkin menderita anomaly saluran genital terkait, termasuk
fistula retrovaginal. Rontgenogram sederhana memperagakan defek
pada sacrum dan CT-Scan atau MRI menggambarkan luasnya
meningokel.
2.3.2.2 Mielomeningokel/Meningomiocele
Mieolomeningokel menggambarkan bentuk spina bifida yang paling
berat yang melibatkan kolumna vertebralis dan terjadi dengan
insiden sekitar 1 : 1.000 kelahiran hidup.
Etiologi
Penyebab mielomeningokel masih diketahui, namun diduga ada
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya mielomeningokel antara
lain:
Semua defek penutupan defek neuralis
Factor predisposisi genetic
Resiko berulang pada yang pernah menderita sebelumnya
(meningkat sampai 3 – 4%)
Pada dua kehamilan abnormal sebelumnya (meningkat sampai
sekitar 10%)
Factor nutrisi dan lingkungan
Pengunaan suplemen asam folat selama hamil pada ibu sangat
mengurangi insiden defek tuba neuralis pada kehamilan
beresiko. Agar efektif, penambahan asam folat harus dimulai
10
sebelum pembuahan dan dilanjutkan sampai paling tidak
minggu ke-12 kehamilan saat neuralis selesai.
Penggunaan obat-obatan tertentu juga dikenal meningkatkan
resiko mielomeningokel.
Asam valproat, antikonvulsan menyebabkan defek tuba neuralis
pada sekitar 1 – 2% kehamilan jika obat tersebut diberikan
selama kehamilan.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang timbul menyebabkan disfungsi banyak organ dan
struktur, termasuk tulang, kulit, dan saluran genitourinaria, di
samping sistem saraf perifer dan sentral. Pada 75% kasus,
meningomielokel terjadi pada daerah lumbosakral. Luas dan
gangguan neurologis tergantung pada lokasi mielomeningokel.
11
yang sebagian terepitelisasi. Sisa jaringan saraf dapat terlihat di
bawah membrane yang kadang-kadang robek dan CSS bocor.
Terapi
Manajemen pengawasan anak serta keluarga dengan
mielomeningokel memerlukan pendekatan multidisiplin (ahli bedah,
dokter dan ahli terapi). Di masa lalu, dianjurkan bahwa
mielomeningokel harus diperbaiki sesegera mungkin setelah lahir
untuk memelihara fungsi neurologis dan untuk mencegah perburukan
lebih lanjut. Namun beberapa penelitian baru-baru ini menunjukkan
hasil jangka lama yang sama pada penundaan pembedahan selama
beberapa hari (dengan pengecualian kebocoran CSS). Setelah
perbaikan pada mielomeningokel, sebagian besar bayi memerlukan
tindakan shunting untuk hidrosefalus. Jika gejala atau tanda disfungsi
otak belakang muncul, menunjukkan adanya indikasi untuk
melakukan kompresi bedah medulla spinalis dan medulla servikalis
awal.
12
2.5. Penegakan Diagnosa
Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang
disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida,
sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. 85% wanita yang
mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum -
fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi,
karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan
adanya spina bifida.
2.6. Terapi
Tujuan dari pengobatan awal adalah:
Mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida
Meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi)
Tatalaksana yang dapat dilakukan untuk anak dengan Spina Bifida adalah :
a. Pembedahan
Dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati
hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk
fisik yang sering menyertai spina bifida.
b. Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk
memperkuat fungsi otot.
13
c. Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan
infeksi lainnya, diberikan antibiotik.
d. Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan
penekanan lembut diatas kandung kemih. Pada kasus yang berat kadang
harus dilakukan pemasangan kateter.
e. Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu
memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
f. Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh)
perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik.
g. Kelainan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan luasnya
gangguan fungsi yang terjadi. Kadang pembedahan shunting untuk
memperbaiki hidrosefalus akan menyebabkan berkurangnya
mielomeningokel secara spontan
2.5. Pencegahan
Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam
folat. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum
wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Kepada wanita
yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat
sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1
mg/hari.
14
BAB III
KESIMPULAN
Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat.
Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita
tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Manajemen pengawasan
anak serta keluarga dengan spina bifida memerlukan pendekatan multidisiplin
(ahli bedah, dokter dan ahli terapi).
15
DAFTAR PUSTAKA
Copp A J, NS Adzick, Lyn SC, Jack MF, Grayson NH, Gary MS. 2015.
Spina Bifida. Diunduh dari: http://www.researchgate. Diakses pada: 2018, 18
April pukul 18.00.
Kugler, Mary. Spina Bifida [Online] January 20th 2017; Available from
URL: http://www.raredisease.about.com
16
Ellenbogen. Richard.G. Neural Tube Defects in the Neonatal Period.
[Online] Jan 200th 2017; Available from URL: http://www.emedicine.com
17