Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


SPINA BIFIDA

WIKANI
NIM : P07120419027N

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2019 / 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

SPINA BIFIDA

I. KONSEP DASAR
A. Definisi Spina Bifida

Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau tanpa
tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang (Donna L, Wong,2003).

Spina bifida adalah kegagalan arkus vertebralis untuk berfusi di posterior (Rosa M
Sacharin, 1996). Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus
posterior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis pada
perkembangan awal dari embrio (Chairuddin Rasyad, 1998).

Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat masa embrio. Derajat dan
lokalisasi defek bervariasi, pada keadaan yang ringan mungkin hanya ditemukan
kegagalan fungsi satu atau lebih dari satu arkus pascaerior vertebra pada daerah
lumosakral.

Spina bifida adalah gagal menutupnya columna vertebralis pada masa perkembangan
fetus. Defek ini berhubugan dengan herniasi jaringan dan gangguan fusi tuba
neural.Gangguan fusi tuba neural terjadi sekitar minggu ketiga setelah konsepsi,
sedangkan penyebabnya belum diketahui dengan jelas.

B. Etiologi

1. Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan
asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.

2. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian
tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya.

3. Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi di
punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan vertebra di
bagian ini terjadi paling akhir.

4. Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya) dapat
menyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida.
5. Pada 95 % kasus spina bifida tidak ditemukan riwayat keluarga dengan defek neural
tube. Resiko akan melahirkan anak dengan spina bifida 8 kali lebih besar bila sebelumnya
pernah melahirkan anak spina bifida.

Kelainan yang umumnya menyertai penderita spina bifida antara lain:

1. Hidrosefalus
2. Siringomielia
3. Dislokasi pinggul.

C. Klasifikasi

1. Spina bifida okulta

Spina bifida okulta merupakan spina bifida yang paling ringan satu atau beberapa
vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaput otak (meningitis)
tidak menonjol. Gejalanya yaitu seberkas rambut pada daerah sacral (punggung bagian
belakang), lekukan pada daerah sacrum.

2. Spina bifida aperta

Bentuk cacat tabung saraf tempat kantong selaput otak menonjol mwlalui lubang.
Kulit diatas pembengkakan biasanya tipis, tekanan pada kantung menyebabkan fontanella
menonjol. Spina bifida aperta dapat terjadi 2 keadaan:

a) Meningokel

Meningokel Adalah ketika kantung berisi cairan cerebro-tulang belakang (cairan yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang) dan meninges (jaringan yang meliputi
sumsum tulang belakang), tidak ada keterlibatan saraf. meningens menonjol melalui
vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan dari cairan dibawah kulit.

Meningokel melibatkan meningen, yaitu selaput yang bertanggung jawab untuk


menutup dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Meningokel memiliki gejala
lebih ringan daripada myelomeningokel karena korda spinalis tidak keluar dari tulang
pelindung, meningolkel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak
utuh dan teraba sebagi suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit dan ditandai dengan
menonjolnya meningen, sumsum tulang belakang dan cairan serebrospinal. Meningokel
seperti kantung di pinggang, tapi disini tidak terdapat tonjolan saraf corda spinal.
Seseorang dengan menigokel biasanya mempunyai kemampuan fisik lebih baik dan dapat
mengontrol saluran kencing ataupun kolon.
b) Myelomeningokel

Myelomeningokel adalah jenis spina bifida yang kompleks dan paling berat,
dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari tubuh, kulit diatasnya tampak kasar dan
merah. Penanganan secepatnya sangat diperlukan untuk mengurangi kerusakan syaraf
dan infeksi pada tempat tonjolan tersebut. Jika pada tonjolan terdapat syaraf yang
mensyarafi otot atau ekstremitas, maka fungsinya dapat terganggua, kolon dan ginjal bisa
juga terpengaruh. Jenis myelomeningokel ialah jenisa yang paling sering ditemukan [ada
kasus spina bifida. Kebanyakanbayi yang lahir dengan jenis spina bifida juga memiliki
hidrosefalus,akumulasi cairan didalam dan disekitar otak.

D. Manifestasi klinis

Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis


dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala;
sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda
spinalis maupun akar saraf yang terkena.Gejalanya berupa:

1. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir jika
disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya

2. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki

3. Penurunan sensasi.

4. Inkontinensia urin (beser) maupun inkontinensia tinja

5. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).

6. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).

7. Lekukan pada daerah sakrum.

8. Abnormalitas pada lower spine selalu bersamaan dengan abnormalitas upper spine
(arnold chiari malformation) yang menyebabkan masalah koordinasi

9. Deformitas pada spine, hip, foot dan leg sering oleh karena imbalans kekuatan otot dan
fungsi

10. Masalah bladder dan bowel berupa ketidakmampuan untuk merelakskan secara
volunter otot (sphincter) sehingga menahan urine pada bladder dan feses pada rectum.

11. Hidrosefalus mengenai 90% penderita spina bifida. Inteligen dapat normal bila
hirosefalus di terapi dengan cepat.
12. Anak-anak dengan meningomyelocele banyak yang mengalami tethered spinal cord.
Spinal cord melekat pada jaringan sekitarnya dan tidak dapat bergerak naik atau turun
secara normal. Keadaan ini menyebabkan deformitas kaki, dislokasi hip atau skoliosis.
Masalah ini akan bertambah buruk seiring pertumbuhan anak dan tethered cord akan
terus teregang.

13. Obesitas oleh karena inaktivitas

14. Fraktur patologis pada 25% penderita spina bifida, disebabkan karena kelemahan atau
penyakit pada tulang.

15. Masalah psikologis, sosial dan seksual

16. Alergi karet alami (latex)

E. Patofisiologi

Spina bifida disebabkan oleh kegagalan dari tabung saraf untuk menutup selama
bulan pertama embrio pembangunan (sering sebelum ibu tahu dia hamil). Biasanya
penutupan tabung saraf terjadi pada sekitar 28 hari setelah pembuahan.

Namun, jika sesuatu yang mengganggu dan tabung gagal untuk menutup dengan
baik, cacat tabung saraf akan terjadi. Obat seperti beberapa Antikonvulsan, diabetes,
setelah seorang kerabat dengan spina bifida, obesitas, dan peningkatan suhu tubuh dari
demam atau sumber-sumber eksternal seperti bak air panas dan selimut listrik dapat
meningkatkan kemungkinan seorang wanita akan mengandung bayi dengan spina bifida.
Namun, sebagian besar wanita yang melahirkan bayi dengan spina bifida tidak punya
faktor risiko tersebut, sehingga meskipun banyak penelitian, masih belum diketahui apa
yang menyebabkan mayoritas kasus.

Beragam spina bifida prevalensi dalam populasi manusia yang berbeda dan bukti
luas dari strain tikus dengan spina bifida menunjukkan dasar genetik untuk kondisi.
Seperti manusia lainnya penyakit seperti kanker, hipertensi dan aterosklerosis (penyakit
arteri koroner), spina bifida kemungkinan hasil dari interaksi dari beberapa gen dan
faktor lingkungan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kekurangan asam folat (folat)
adalah faktor dalam patogenesis cacat tabung saraf, termasuk spina bifida.
F. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


Pemeriksaan dapat dilakukan pada ibu hamil dan bayi yang baru dilahirkan, pada ibu
hamil, dapat dilakukan pemeriksaan :

1. Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut
triple screen yang terdiri dari pemeriksaan AFP, ultrasound dan cairan amnion.
2. Pada evaluasi anak dengan spina bifida, dilakukan analisis melalui riwayat medik,
riwayat medik keluarga dan riwayat kehamilan dan saat melahirkan. Tes ini
merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan
lainnya. Pemeriksaan fisik dipusatkan pada defisit neurologi, deformitas
muskuloskeletal dan evaluasi psikologis. Pada anak yang lebih besar dilakukan
asesmen tumbuh kembang, sosial dan gangguan belajar.
3. Pemeriksaan x-ray digunakan untuk mendeteksi kelainan tulang belakang, skoliosis,
deformitas hip, fraktur pathologis dan abnormalitas tulang lainnya.
4. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada korda spinalis maupun
vertebra dan lokasi fraktur patologis.
5. CT scan kepala untuk mengevaluasi hidrosepalus dan MRI tulang belakang untuk
memberikan informasi pada kelainan spinal cord dan akar saraf.
6. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida atau defek neural tube, akan
memiliki kadar serum alfa fetoprotein (MSAP atau AFP) yang tinggi. Tes ini
memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang
biasanya dapat menemukan adanya spina bifida. Kadang dilakukan amniosentesis
(analisa cairan ketuban).

Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:

1. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.


2. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun
vertebra.
3. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan
luasnya kelainan.
G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

Pembedahan myelomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah


ruptur. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi
hidrocefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan pada kulit diperlukan bila
lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi
keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat ringannya
disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh.

Berikut ini adalah obat-obat yang dapat diberikan:

a) Antibiotic digunakan sebagai profilaktik untuk mencegah infeksi saluran kemih.

b) Antikolinergik digunakan untuk meningkatkan tonus kandung kemih.

c) Pelunak feces dan laksatif digunakan untuk melatih usus dan pengeluaran feses.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a) Pre-operasi

Segera setelah lahir daerah yang terpapar harus dikenakan kasa steril yang
direndam salin yang ditutupi plastic, atau lesi yang terpapar harus ditutupi kasa yang
tidak melekat. Perawatan pra bedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada
mempertahankan suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa
pusattubuh bayi ditempatkan dalam kantong palstik untuk mencegah kehilangan panas
yang dapat terjadi akibat permukaan lesi yang basah. Suatu catatan aktivitas otot pada
anggota gerak bawah dan spingter anal akan dilakukan oleh fisioterapist. Lingkaran
oksipito-frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya.

b) Pasca operasi

Pemberian makanan peroral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan. Jika ada
drain penyedotan luka maka harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak adanya
belitan atau tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negative dalam wadah. Cairan
akan berhenti berdrainase sekitar 2 atau 3 hari pasca bedah, dimana pada saat ini drain
dapat diangkat. Pembalut luka kemungkinan akan dibiarkan utuh, dengan inspeksi yang
teratur, hingga jahitan daingkat 10-12 hari setelah pembedahan.akibat kelumpuhan
anggota gerak bawah, maka rentang gerakan pasif yang penuh dilakukan setiap hari.
Harus dijaga agar kulit diatas perineum dan bokong tetap utuh dan pergantian popok
yang teratur dengan pembersihan dan pegeringan yang seksama.
Prolaps rekti dapat merupakan masalah dini akibat kelumpuhan otot- Prolaps rekti dapat
merupakan masalah dini akibat kelumpuhan otot dasar panggul dan harus diusahakan
pemakaian sabuk pada bokong .Lingkaran kepala diukur dan dibuat grafik sekali atau dua
kali seminggu. Seringkali terdapat peningkatan awal dalam pengukuran setelah
penutupan cacad spinal dan jika peningkatan ini berlanjut dan terjadi perkembangan
hidrosefalus maka harus diberikan terapi yang sesuai (Rosa.M.Sacharin,1996).
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a) Identitas pasien

Nama, jenis kelamin, umur, alamat, nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu.

b) Keluhan utama

Terjadi abnormalitas keadaan medula spinalis pada bayi yang baru dilahirkan.

1. Riwayat penyakit sekarang

2. Riwayat penyakit terdahulu

3. Riwayat keluarga

Saat hamil ibu jarang atau tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat
misalnya sayuran, buah-buahan (jeruk,alpukat), susu, daging, dan hati.

c) Pemeriksaan Fisik

B1 (Breathing) : normal

B2 (Blood) : takikardi/bradikardi, letargi, fatigue

B3 (Brain) :

1. Peningkatan lingkar kepala


2. Adanya myelomeningocele sejak lahir.
3. Pusing.

B4 (Bladder) : Inkontinensia urin

B5 (Bowel) : Inkontinensia feses

B6 (Bone) : Kontraktur/ dislokasi sendi, hipoplasi ekstremitas bagian bawa

2. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan spinal malformation dan luka operasi.

2. Berduka berhubungan dengan kelahiran anak dengan spinal malformation.

3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kebutuhan


Positioning,defisit stimulasi dan perpisahan.

4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal.

5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan Intra Kranial (TIK)

6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan eleminasi urin berhuungan dengan

Paralisis,penetesan urin yang kontinu dan feses.

3.Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dari kriteria Rencana Tindakan Rasional


keperawatan hasil
1. Risiko tinggi Tujuan: 1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk melihat
infeksi 1.Anak bebas dari vital.Observasi tanda tanda-tanda
berhubungan infeksi. infeksi : Perubahan terjadinya resiko
dengan spinal 2.Anak suhu,warna kulit,malas infeksi
malformation menunjukkan minum,irritability,perubah
dan luka operasi. respon neurologik an warna pada
yang normal. myelomeingocele.
2. Ukur lingkar kepala 2. untuk melihat
Kriteria hasil: setiap 1 minggu sekali, dan mencegah
Suhu dan TTV observasi fontanel dari terjadinya TIK dan
normal,luka cembung dan palpasi hidrosepalus.
operasi,insisi sutura kranial.
bersih. 3. Ubah posisi kepala 3.Untuk mencegah
setiap 3 jam untuk terjadinya luka
mencegah dekubitus infeksi pada kepala
(dekubitus).
4. Observasi tanda-tanda 4.Menghindari
infeksi dan obstruksi jika terjadinya luka
terpasang shunt,lakukan infeksi dan trauma
perawatan luka pada shunt terhadap
dan upayakan agar shunt pemasangan shunt.
tidak tertekan.
2. Berduka Tujuan : 1.Dorong orangtua 1. Untuk
berhubungan Orangtua dapat mengekspresikan meminimalkan rasa
dengan kelahiran menerima anaknya perasaannya dan bersalah dan saling
anak dengan sebagai bagian dari perhatiannya terhadap menyalahkan.
spinal keluarga. bayinya,diskusikan
malformation. perasaan yang
Kriteria hasil: berhubungan dengan
1.Orangtua pengobatan anaknya.
mendemonstrasikan
menerima anaknya
dengan
menggendong, 2. Bantu orangtua 2.Memberikan
memberi minum, mengidentifikasi aspek stimulasi terhadap
dan ada kontak normal dari bayinya orangtua untuk
mata dengan terhadap pengobatan. mendapatkan
anaknya. keadaan bayinya
2. Orangtua yang lebih baik.
membuat keputusan 3.Berikan support 3. Memberikan
tentang pengobatan orangtua untuk membuat arahan/support
3.Orangtua dapat keputusan tentang terhadap orangtua
beradaptasi dengan pengobatan pada anaknya. untuk lebih
perawatan dan mengetahui
pengobatan keadaan selanjutnya
anaknya. yang lebih baik
terhadap bayi.
3. Gangguan Tujuan : 1. Ajarkan orangtua cara 1. Agar orangtua
pertumbuhan dan Anak mendapat merawat bayinya dengan dapat mandiri dan
perkembangan stimulasi memberikan terapi menerima segala
berhubungan perkembangan. pemijatan bayi. sesuatu yang sudah
dengan terjadi.
kebutuhan Kriteria hasil: 2.Posisikan bayi 2. Untuk mencegah
positioning,defis 1.Bayi/anak prone/miring kesalah satu terjadinya luka atau
it stimulasi dan berespon terhadap sisi. infeksi dan tekanan
perpisahan. stimulasi yang terhadap luka.
diberikan. 3.Lakukan stimulasi 3. Untuk mencegah
taktil/pemijatan saat terjadinya luka
2. Bayi/anak tidak melakuakn perawatan memar dan infeksi
menangis kulit. yang melebar
berlebihan. disekitar luka.

3. Orangtua dapat
melakukan
stimulasi
perkembangan yang
tepat untuk
bayi/anaknya.
4. Risiko tinggi Tujuan : 1. Rawat bayi dengan 1. Untuk mencegah
trauma Pasien tidak cermat. kerusakan pada
berhubungan mengalami trauma kantung meningeal
dengan lesi pada sisi bedah/lesi atau sisi
spinal spinal. pemebedahan.
2. Tempatkan bayi pada 2. Untuk
Kriteria hasil : posisi telungkup atau memeinimalkan
1.Kantung miring. tegangan pada
meningeal tetap kantong meningeal
utuh. atau sisi
pembedahan.
2. Sisi 3.Gunakan alat pelindung 3. Untuk memberi
pemebedahan di sekitar kantung lapisan pelindung
sembuh tanpa (misalnya : selimut plastik agar tidak terjadi
trauma. bedah). iritasi serta infeksi.
4. Modifikasi aktifitas 4. Mencegah
keperawatan rutin terjadinya truma.
(misalnya : memberi
makan,memberi
kenyamanan)
5. Resiko tinggi Tujuan : 1.Observasi dengan 1. Untuk mencegah
cedera Pasien tidak cermat adanya tanda-tanda keterlambatan
berhubungan mengalami peningkatan TIK. tindakan.
dengan peningkatan 2. Lakukan pengkajian 2. Sebagai pedoman
peningkatan intra tekanan neurologis dasar pada untuk pengkajian
kranial (TIK). intrakranial. praoperasi. pascapra operasi
dan evaluasi fungsi
Kriteria Hasil : firau.
Anak tidak 3.Hindari sedasi. 3. Karena tingkat
menunjukkan bukti- kesadaran adalah
bukti peningkatan pirau penting dari
TIK. peningkatan TIK.
4.Ajari keluarga tentang 4. Praktisi
tanda-tanda peningkatan kesehatan untuk
TIK dan kapan harus mencegah
memberitahu. keterlambatan
tindakan.
6. Risiko tinggi Tujuan : 1.Jaga gar area parineal 1. Untuk
kerusakan Pasien tidak tetap bersih dan kering mengurangi tekanan
integritas kulit mengalami iritasi dan tempatkan anak pada pada lutut dan
dan eleminasi kulit dan gangguan permukaan pengurang pergelangan kaki
urin eleminasi urin. tekanan. selama posisi
berhubungan telengkup.
dengan paralisis, Kriteria hasil : 2. Masase kulit dengan 2. Untuk
penetesan urin Kulit tetap bersih perlahan selama meningkatkan
yang kontinu dan dan kering tanpa pembersihan dan sirkulasi.
feses. bukti bukti iritasi pemberian lotion.
dan gangguan 3. Berikan terapi stimulat 3. Untuk
eleminasi pada bayi. memberikan
kelancaran
eleminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus. 1994. Kapita Selekta Pediatri. Edisi II. Editor : Adrianto, Petrus. Jakarta : EGC.

Betz, Cecily L,dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

Rendle, John Dkk. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi 6 Jilid 2. Bina Rupa Aksara: JakartaSacharin, Rosa M.
1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Editor : Ni Luh Yasmin. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi IV. Jakarta: EGC.

Doenges Marillyn E,dkk. 2000 Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
pendokumentasian Perawatan Pasien.Edisi3.Jakarta: EGC.

Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Bag. 3. EGC: Jakarta.

Sacharin, Rosa M.1986.Prinsip Kepeawatan Pediatrik.Jakarta:EGC

http://medicastore.com/penyakit/915/Spina_Bifida_Sumbin

Rizqi Hajar Dewi. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Spina Bifida Dengan

Meningokel.http://www.scribd.com/doc/30381861/Asuhan-Keperawatan-Spina-Bifida-Dengan-
Meningokel?secret_password=&autodown=docx.

Anda mungkin juga menyukai