Anda di halaman 1dari 10

A.

PENGERTIAN MENINGOKEL
Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis
melalui spina bifida dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan.
Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis. Pada kasus
tertentu kelainan ini dapat dikoreksi dengan pembedahan. Pembedahan
terdiri dari insisi meningokel dan penutupan dura meter. Kemudian kulit
diatas cacat ditutup. Hidrosefalus kemungkinan merupakan komplikasi yang
memerlukan drainase.
Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering
terjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di
daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi
selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter
tidak terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi
akan menjadi normal sesudah operasi. (IKA-FKUI. Hal-1136)
Spina bifida dimanifestasikan pada hampir semua kasus disrafisme
spinal yang merupakan terminologi untuk kelompok kelainan spinal yang
umumnya

menunjukkan

ketidaksempurnaan

menutupnya

jaringan

mesenkim, tulang dan saraf di garis tengah. . (Buku Ajar Neurologi Anak.
Hal-144) Pembagian disrafisme spinal antara lain:
1. Spina bifida okulta
Defek terdapat pada arkus vertebrata tanpa herniasi jaringan.
2. Meningokel spinalis
Defek pada durameter dan arkus spinalis. Herniasi jaringan saraf spinalis
atau sebagian medulla spinalis.
3. Meningomielokel
Kantung herniasi terdiri dari leptomeningen, cairan, jaringan saraf berupa
serabut spinalis atau sebagian medulla spinalis.

4. Mielomeningosistokel
Kantung terdiri dari leptomeningen, cairan cerebrospinal, serabut saraf
yang membenntuk kista berisi cairan yang berhubungan dengan kanalis
sentralis.
5. Rakiskisis spinal lengkap
Tulang belakang terbuka seluruhnya
B. ETIOLOGI
Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum
diketahui. Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat
dalam terjadinya defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu
setelah konsepsi. Hal-hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor
penyebab; kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam folat:
mengonsumsi klomifen dan asam valfroat: dan hipertermia selama
kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat dicegah jika
wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi, termasuk
asam folat. (buku saku keperawatan pediatric e/3 [Cecila L. Betz & Linda
A. Sowden.2002] hal-468)
Kelainan konginetal SSP yang paling sering dan penting ialah
defek tabung neural yang terjadi pada 3-4 per 100.000 lahir hidup.
Bermacam-macam penyebab yang berat menentukan morbiditas dan
mortalitas, tetapi banyak dari abnormalitas ini mempunyai makna klinis
yang kecil dan hanya dapat dideteksi pada kehidupan lanjut yang
ditemukan secara kebetulan. (Patologi Umum Dan Sistematik Vol 2,
J.C.E. Underwood. 1999. hal-885)
C. PATOFISIOLOGI
Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna
spinalis: spina bifida okulta dan spina bifida sistika. Spina bifida okulta
adalah defek penutupan dengan meninges tidak terpajan di permukaan
kulit. Defek vertebralnya kecil, umumnya pada daerah lumbosakral. Spina
bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan penonjolan
medula spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah penonjolan
yang terdiri dari maninges dan sebuah kantong berisi cairan serebrospinal
(CSS): penonjolan ini tertutup kulit biasa. Tidak ada kelainan neurologi,
dan medulla spinalis tidak terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20% kasus
spina bifida sistika. Meningokel umumnya terdapat pada lumbosakral atau
sacral.

Mielomeningokel adalah penonjolan meninges dan sebagian


medulla spinalis, selain kantong berisi CSS. Daerah lumbal atau
lumbosakral terdapat pada 42% kasus; torakolumna pada 27 kasus,
sacral 21% kasus; dan torakal atau servikal pada 10% kasus. Bayi
dengan mielomeningokel mudah terkena cedera selama proses kelahiran.
Hidrosefalus terdapat pada hampir semua anak yang menderita spina
bifida (85% sampai 90%);kira-kira 60% sampai 70% tersebut memiliki IQ
normal. Anak dengan mielomeningokel dan hidrosefalus menderita
malformasi system saraf pusat lain, dengan deformitas Arnold-Chiari yang
paling umum.
Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum
diketahui. Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat
dalam terjadinya defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu
setelah konsepsi. Hal-hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor
penyebab; kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam folat:
mengonsumsi klomifen dan asam valfroat: dan hipertermia selama
kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat dicegah jika
wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi, termasuk
asam folat. (buku saku keperawatan pediatric e/3 [Cecila L. Betz & Linda
A. Sowden.2002] hal-468)
D. MANIFESTASI KLINIS
Akibat spina bifida, terjadi sejumlah disfungsi tertentu pada rangka, kulit
dan saluran genitourinari akibat spina bifida, tetapi tergantung pada bagian
medulla spinalis yang terkena. Pada meningokel dapat ditemukan:
1. Kantong herniasi CSS yang dapat dilihat pada daerah lumbosakral.
2. Hidrosefalus
E. GEJALA
Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala,sedangkan
yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang persarafi oleh
korda spinalis maupun akar saraf yang terkena.
Terdapat 3 jenis spina bifida yaitu:
a. Spida bifida okulata,merupakan spina bifida yang paling ringan.Satu
atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal,tetapi korda
spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.
b. Meningokel,yaitu meningens menonjol melalui vertebra yang tidak
utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.
c. Mielokel,merupakan jenis spina bifida yang paling berat,dimnana
korda spinalis menonjol dan kulit diatasnya tampak kasar dan merah.

Gejala dari spina bifida umumnya berupa penonjolan seperti kantung di


punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir,jika disinari kantung
tersebut tidak tembus cahaya,kelumpuhan/kelemahan pada pinggul,
tungkai atau kaki, penurunan sensasi, inkontensia uri (besar) maupaun
inkontensia tinja, korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi
(meningitis). Gejala pada spina bifida okulata, adalah seberkas rambut
pada daerah sacral (panggul bagian belakang), lekukan pada daerah
sakrum.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis spina bifida termasuk meningokel ditegakkan
berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Pada trimester pertama
wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen.Tes
ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida,sindrom down,dan
kelainan bawaan lainnya.Sebanyak 85% wanita yang mengandung bayi
dengan spina bifida,akan memiliki kadar serum alfa petoproteinyang
tinggi.Tes ini memiliki angka positif yang palsu positif tinggi,karena itu,jika
hasilnya positif perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat
diagnosis.Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina
bifida.Kadang-kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).
Setalah bayi lahir dilakukan pemeriksaan rontgen tulang belakang
untuk menentukan luas dan lokasi kelainan,pemeriksaan USG tulang
belakang bias menunjukan adanya kelainan pada korda spinalis maupaun
vertebra,serta pemeriksaan CT-scan atau MRI tulang belakang kadangkadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
G. PENGOBATAN
Tujuan dari pengobatan awal spina bifida termasuk meningokel
adalah mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida,meminimalkan
komplikasi (misalnya infeksi),serta membantu keluarga dalam
menghadapi kelainan ini.Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang
yang terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus,kelainan ginjal dan
kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina
bifida.
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan
untuk memperkuat fungsi otot.untuk mengobati atau mencegah
meningitis,infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya,diberikan
antibiotic.Untuk membantu mempelancar aliran air kemih bias dilakukan
penekanan lembut diatas kendung kemih.Pada kasus yang berat kadang
harus dilakukan pemasangan kateter.Diet kaya serat dan program
pelatihan buang air besar bias membantu membaiki fungsi saluran
pencernaan.Untuk mengatasi gejala muskloskeletal ( otot dan kerangka

tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi ( bedah tulang) maupun terapi
fisik.Kelainan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan luasnya
gangguan fungsi yang terjadi.
Risiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi
asam folat.Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi
sebelum wanita tersebut hamil,karena kelainan ini terjadi sangat
dini.Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari.Kebutuhan asam folat
pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
H. PENATALAKSANAAN
Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk
mencegah rupture. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan
pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran.
Pencangkokan kulit diperlakukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik
diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi keperawatan yang
dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat ringannya disfungsi
tersebut pada berbagai system tubuh.
a. Untuk spina bifida okulta atau maningokel tidak diperlukan pengobatan
b. Perbaikan mielomeningokel, dan kadang-kadang meningokel, secara
bedah diperlukan
c. Apabila dilakukan perbedahan secara bedah, maka perlu dipasang suatu
pirau (shunt) untuk memungkinkan drainase CSS dan mencegah
timbulnya hidrosefalus dan peningkatan tekanan intrakranium
d. Seksio sesarae terencana, sebelum melahirkan, dapat mengurangi
kerusakan neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis
1. Sebelum dioperasi,bayi di masukkan ke dalam incubator dengan
kondisi tanpa baju.
2. Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya besar untuk
mencegah infeksi.
3. Berkolaborasi dengan dokter anak,ahli bedah,ahli ortopedi,dan ahli
orologi,terutama unuk tindakan pembedahan, dengan sebelumnya
melakukan informed consent dan informed choice pada keluarga.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Anamnesa :
1. Identitas bayi
2. Identitas ibu
3. Riwayat kehamilan ibu

kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan


meningkat pada usia 16-18 minggu
4. Riwayat kelahiran.
Seksio sesarae terencana atau normal
5. Riwayat Keluarga.
Anak sebelumnya menderita spina bifida
6. Riwayat atau adanya faktor resiko
Jenis kelamin laki-laki
b. Pemeriksaan Fisik.
Observasi adanya manifestasi mielomeningokel
i. Kantong yang dapat dilihat
ii. Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel
a. Di bawah vertebra lumbal kedua
- Flaksid, paralis parsial arefleksik pada ekstremitas bawah
- Berbagai derajat defisit sensori
- Inkontenensia aliran berlebihan dengan penetesan urin konstan
- Kurang kontrol defikasi
- Prolapsus rektal (kadang-kadang)
b. Di bawah vertebra sakrum ketiga
- Tidak ada kerusakan motorik
- Dapat berupa anestesia sadel dengan paralis sfingter kandung
kemih dan sfingter anus
c. Deformitas sendi (terkadang terjadi di uterus)
- Talipes valgus atau kontraktur varus
- Kifosis
- Skoliosis lumbosakral
- Dislokasi pinggul
i. Lakukan atau bantu dengan pemeriksaan neurologis untuk
menentukan tingkat kerusakan motorik dan sensorik
ii. Inspeksi mielomeningokel untuk adanya perubahan pada
penampilan, sebagai contoh, abrasi, robekan, tanda-tanda
infeksi
iii. Observasi adanya tanda-tanda hidrosefalus
iv. Observasi adanya tanda-tanda alergi lateks
v. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian.
d. Radiologi
e. Tomografi
2) Diagnosa
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan
ketahanan sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial

3. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perubahan emosi


pada semua anggota keluarga yang berkaitan dengan pengobatan
atau sakitnya anggota keluarga
4. Risiko hambatan kedekatan orang tua-bayi berhubungan dengan
hambatan untuk menggendong sekunder akibat pemantauan pada
perawatan intensif
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan imobilitas
sekunder akibat reposisi tidak efektif
6. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Intervensi
1. Diagnosa : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya
organisme infektif.
Sasaran: Pasien mengalami penurunan risiko terhadap infeksi system
saraf pusat
Intervensi keperawatan/rasional
a. Posisikan bayi untuk mencegah kontaminasi urin dan feses
b. Bersihkan mielomeningokel dengan cermat menggunakan salin normal
steril bila bagian ini menjadi kotor atau terkontaminasi
c. Berikan balutan steril dan lembab dengan larutan steril sesuai instruksi
(salin normal, antibiotik) untuk mencegah pengeringan kantong
d. Berikan antibiotik sesuai resep
e. Pantau dengan cermat tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, peka
rangsang, latergi, kaku kuduk) untuk mencegah keterlambatan
pengobatan dalam pengobatan
f. Berikan perawatan serupa untuk sisi operatif pada paskaoperasi
2.Diagnosa: kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan
ketahanan sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial
Sasaran pasien : pasien tidak mengalami deformitas ekstremitas bawah
dan panggul atau resiko pasien terhadap hal tersebut minimal

Intervensi keperawatan/rasional
a. Lakukan latihan rentang gerak pasif untuk mencegah kontraktur;
jangan memaksakan suatu titik tahanan untuk mencegah trauma
b. Lakukan peregangan otot bila diindikasikan untuk mencegah
kontraktur
c. Pertahankan panggul pada abduksi ringan sampai sedang untuk
mencegah dislokasi, jaga agar kaki tetap berada pada posisi netral
untuk mencegah kontraktur

d. Gunakan gulungan popok, bantalan, bantal pasir kecil, atau alat yang
dirancang khusus untuk mempertahankan posisi yang diinginkan
Hasil yang diharapkan
1. Ekstremitas mempertahankan fleksibelitasnya
2. Panggul dan ekstremitas bawah dipertahankan pada artikulasi dan
kesejajaran yang benar
3.

Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan


imobilitas sekunder akibat reposisi tidak efektif
Tujuan
Individu menunjukkan integritas kulit bebas decubitus
Intervensi keperawatan/rasional
i. Ubah posisi individu untuk berbalik atau mengangkat berat badannya
setiap 30 menit sampai 2 jam untuk penurunan takanan pada kulit
ii. Instruksikan keluarga tentang teknik spesifik yang digunakan dirumah
untuk mencegah dekubitus

Kriteria hasil
Individu bebas dari dekubitus
4. Diagnosa: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake adekuat
Tujuan
Membantu terpenuhinya kebutuhan nutrisi
Intervensi keperawatan/rasional
a. Beri dosis sedikit tetapi sering
b. Pasang infus
c. Kolaborasi dengan ahli gizi
Kriteria hasil
Dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal

IMPLEMENTASI
Minimalkan resiko infeksi sebelum dan sesudah operasi

Jaga pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah/lesi spinal

Deteksi dini tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial

Minimalkan pemajanan lateks

Pertahankan asupan nutrisi dan cairan

Pantau adanya tanda dan gejala infeksi

Lakukan perawatan luka operasi: gunakan teknik steril ketika


mangganti dan menguatkan balutan

Ajarkan pada orang tua tentang pelaksanaan pelatihan jangka


panjang

Beri informasi pada orang tua tentang teknik-teknik yang


memfasilitasi mobilitas dan kemandirian

Beri pendidikan pada orang tua tentang pertumbuhan dan


perkembangan normal serta penyimpangan-penyimpangannya
dari normal

Evaluasi
2. Apakah anak terhidrasi dengan baik dan mempertahankan berat badannya
3. Apakah anak bebas dari infeksi
4. Apakah Anak dan orang tua menunjukkan kemampuan untuk
melaksanakan perawatan jangka panjang di rumah dan bebas dari
komplikasi.

Daftar Pustaka:
1. Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3.
EGC: Jakarta.
2. Elizabet J. Corwin. 2000. Buku saku patofisiologi. EGC: Jakarta
3. J.C.E. Underwood. 1999. Patologi Umum Dan Sistematik. Vol 2. EGC:
Jakarta

4. Linda Juall Carpenito-moyet. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan


Edisi 10. EGC: Jakarta
5. Marliynn E. Doengoes, Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
EGC: Jakarta
6. Wong , Donna L dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatric vol 2. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai