Anda di halaman 1dari 12

PENGKAJIAN

Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :


1) Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau
stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus.
2) Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya
financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka
rangsang ; stimulasi simpatis.
3) Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi
(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode
puasa pra operasi).
4) Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5) Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi
kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ;
Riwayat transfusi darah / reaksi transfusi. Tanda : menculnya proses infeksi yang
melelahkan ; demam.
6) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan
atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan
alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia,
dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006)
meliputi :
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan
status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi
atau krisis maturasi.
2. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan, keluhan
terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.

3. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kerusakan


saraf/otot, dan nyeri.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith,
2006) adalah :
1. Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread
yang disertai dengan respons autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan
memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi ancaman.
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria hasil :
Klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat

stress.
Klien mampu mempertahankan penampilan peran.
Klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
Klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
Tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


1)
Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
2)
Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
3)
Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan
4)

pikiran dan perasaan.


Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapa-

5)

harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.


Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun

6)
7)

dalam keadaan cemas..


Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut

8)

diagnosis, perawatan dan prognosis.


Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

2. Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat


terhadap stressor, pilihan respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.
Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.
Kriteria hasil :
Pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk mengisi waktu luang.

Mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang

efektif.
Menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya.
Berpartisipasi
dalam
aktivitas
kehidupan
sehari-hari

(AKS).

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


1) Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan pandangan pemberi
2)
3)
4)
5)

pelayanan kesehatan.
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realitas.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.
Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan dukungan emosional
untuk pasien dan keluarga.

3. Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik
yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
Penampilan yang seimbang..
Melakukan pergerakkan dan perpindahan.
Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4=ketergantungan;

tidak

berpartisipasi

dalam

aktivitas.

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


1)
2)
3)
4)
5)

Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.


Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi

keperawatan

ditetapkan

(Brooker,

Christine.

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah :

2001).

1)

Ansietas berkurang/terkontrol.

2)

Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

3)

Pasien menunjukkan koping yang efektif.

4)

Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.

5)

Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

6)

Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Asuhan Keperawatan INTRA OPERATIF


Pengkajian
Sebelum dilakukan operasi
- Perasaan takut / cemas
- Keadaan emosi pasien
1.

Pengkajian Fisik
- Tanda vital : TD, N, R, Suhu.
- Sistem integumentum

Pucat

Sianosis

Adakah penyakit kulit di area badan.


- Sistem Kardiovaskuler

Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?

Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?

Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.

Kebiasaan merokok, minum alcohol

Oedema

Irama dan frekuensi jantung.

Pucat
- Sistem pernafasan

Apakah pasien bernafas teratur ?

Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.


- Sistem gastrointestinal

Apakah pasien diare ?


- Sistem reproduksi

Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?


- Sistem saraf

Kesadaran ?
- Validasi persiapan fisik pasien

Apakah pasien puasa ?

Lavement ?

Kapter ?

Perhiasan ?

Make up ?

Scheren / cukur bulu pubis ?

Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?

Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?

1.Selama dilaksanakannya operasi


Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi
anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi
lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
2. Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya
perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan
agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
3, Pengkajian fisik
- Tanda-tanda vital
(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
- Transfusi

(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
- Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti dan
juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).
- Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
Diagnosa Kepeawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi
adalah sebagai berikut :
1.

Cemas

2.

Resiko perlukaan/injury

3.

Resiko penurunan volume cairan tubuh

4.

Resiko infeksi

5.

Kerusakan integritas kulit

Fase Pasca Anaesthesi


Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus
mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi
mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.
Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi
tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
1.

Mempertahankan ventilasi pulmonari

2.

Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan
rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.

3.

Saluran nafas buatan.


Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum
untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih.
Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan
suction.

1. Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan
lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.

2. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi
pada pasien post anaesthesi.
Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang
pemulihan.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan
pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.
4. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman
sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf
akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan
program dokter.
Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak
merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu
apa yang sedang dilakukan.
Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi.
Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang
pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan
umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TD, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5.

Beri O2 2,3 liter sesuai program.

6.

Observasi adanya muntah.

7.

Catat intake dan out put cairan.


Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis
- Tekanan sistolik < 90 100 mmHg atau > 150 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau > dari
90 mmHg.

- HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit


- Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.
- Meningkatnya kegelisahan pasien
- Tidak BAK + 8 jam post operasi.
Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
1.

Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.

2.

Tanda-tanda vital harus stabil.

3.

Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.

4.

Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.

5.

Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.

6.

Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan.

7.

Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.

8.

Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran pasien
tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan
dipindahkan.

9.

Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan
menerima pasien tersebut.
Pengangkutan Pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
- Keadaan penderita serta order dokter.
- Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
- Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktuwaktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
A. Pengkajin awal

1.

Status Respirasi
Melipuiti :
- Kebersihan jalan nafas
- Kedalaman pernafasaan.
- Kecepatan dan sifat pernafasan.
- Bunyi nafas

2.

Status sirkulatori

Meliputi :
- Nadi
- Tekanan darah
- Suhu
- Warna kulit
3.

Status neurologis
Meliputi : tingkat kesadaran

4.

Balutan
Meliputi :
- Keadaan drain
- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.

5.

Kenyamanan
Meliputi :
- Terdapat nyeri
- Mual
- Muntah

6.

Keselamatan
Meliputi :
- Diperlukan penghalang samping tempat tidur.
- Kabel panggil yang mudah dijangkau.
- Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.

7.

Perawatan
Meliputi :
- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan
jumlah drainage.

8.

Nyeri
Meliputi :
- Waktu
- Tempat.
- Frekuensi
- Kualitas
- Faktor yang memperberat / memperingan
A. Data Subyektif

Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah


ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan
yang langsung misalnya :Bagaimana perasaan anda?, dapat memperlihatkan data mula dan
nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan.
Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari
brankard ke tempat tidur. Sangat penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan
perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi
mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau telah
mendapat narkotika yang cukup banyak.
B. Data Objektif
1.

Sistem Respiratori

2.

Status sirkulatori

3.

Tingkat Kesadaran

4.

Balutan

5.

Posisi tubuh

6.

Status Urinari / eksresi.

C. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur
pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang
menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta
ekspresi wajah.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis,
dan manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :
1.

Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.

2.

Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan
insufisisensi ginjal.
Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
A. Diagnosa Umum
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.

c. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.


d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan
(penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
B. Diagnosa Tambahan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan.
e. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia, lemah,
nyeri, mual.
h. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
2. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
3. Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Sahabat Setia : Yogyakarta.
4. Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif
Nursing, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
5. Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
6. Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
7. Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta,
Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
8. Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.
9. Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
10. Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University Press
: Surabaya.
11. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai