Disusun Oleh:
NIM. 2013-83-041
Konsulen
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama Pasien : Tn. ZU
Umur : 59 Tahun
Alamat : Kayu Putih
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor Register :
Tanggal Masuk : 4 Oktober 2018
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata kanan terasa nyero
Keluhan Tambahan : Terasa gatal, nyeri, mata bengkak dan sukar dibuka
Anamnesis terpimpin :
dahi kanan hingga pelipis kanan sejak 1 minggu yang lalu. Lenting- lenting tersebut
berisi cairan berwarna bening dengan ukuran yang bervariasi. Awalnya, lenting berisi
cairan muncul di daerah sekitar dahi kanan, kemudian lama kelamaan lenting-lenting
mulai menyebar ke pelipis kanan. Pasien merasakan gatal dan nyeri pada daerah
tersebut. Keluhan tersebut dirasakan terus menerus sepanjang waktu dan tidak membaik
pada saat beristirahat maupun beraktivitas. Selain itu, pasien juga merasa lama kelamaan
mata pasien menjadi bengkak dan sulit dibuka seluruhnya sehingga mata kanan
Status Ophtalmologi
OD Segmen OS
Anterior
Bola Mata
Palpebra Superior Palpebra Palpebra Superior
Edema(+),blefarospasme Edema (-), blefarospasme(-),
(+), eritema(+), ektropion (- eritema(-), ektropion (-),
), entropion (-), hematom (- entropion (-), hematom (-)
)
Palpebra inferior
Palpebra inferior Edema (-), eritema (-),
Edema (+), eritema (+), blefarospasma (-),ektropion (-),
blefarospasma (+), entropion (-), hematom (-)
ektropion (-), entropion (-),
hematom (-)
Kemosis (-), Konjungtiva Kemosis (-), subkonjungtival
subkonjungtival bleeding (- bleeding (-), anemis (-),
), anemis (-), pterigium (-), pterigium (-), injeksi konjungtiva
injeksi konjungtiva (-) (-)
Perdaraan (-), infiltrat (-), Kornea Jernih, infiltrat (-), arcus senilis
arcus senilis (-), edema (-), (-), edema (-), ulkus (-)
ulkus (-)
Dalam, hipopion (-), Bilik Mata Dalam, hipopion (-), hifema (-)
hifema (-) depan
Prolaps iris (-) Iris Radier, sinekia (-)
Bulat, 3 mm Pupil Bulat, 3 mm
Perdarahan (-) Lensa Jernih
Gambar Skematik :
G. DIAGNOSA KERJA
- Herpes Zooster Oftalmica
H. DIAGNOSA BANDING
- Herpes Simplex
- Impetigo bulosa
I. PERENCANAAN
- IVFD RL 18 tpm
- Asiklovir 5 x 800 mg / p.o
- Levofloksasin 1 x 500 mg/p/o
- As.mefenamat 3 x 500 mg/p.o
- Compress NACL 0,9%
- Amitripilin 2 x 12,5 mg /p.o
J. PROGNOSIS
- Quo ad visam = Dubia add bonam
- Quo ad vitam = Dubia add bonam
- Quo ad sanationam = Dubia add bonam
K. FOLLOW UP
Tanggal Follow Up
04/10/2018 S : nyeri mata kanan
(Hari ke-1) O : VOD 2/60
VOS 6/6
A : HZO
P: IVFD RL 18 tpm, Asiklovir 5 x 800 mg / p.o,
Levofloksasin 1 x 500 mg/p/o, As.mefenamat 3 x
500 mg/p.o, Compress NACL 0,9%, Amitripilin 2 x
12,5 mg /p.o
05/10/2018 S : nyeri mata kanan
(Hari ke-2) O : VOD 2/60
VOS 6/6
A : HZO
P: IVFD RL 18 tpm, Asiklovir 5 x 800 mg / p.o,
Levofloksasin 1 x 500 mg/p/o, As.mefenamat 3 x
500 mg/p.o, Compress NACL 0,9%, Amitripilin 2 x
12,5 mg /p.o
06/10/2018 S : nyeri mata kanan
(Hari ke-3) O : VOD 4/60
VOS 6/6
A : HZO
P: IVFD RL 18 tpm, Asiklovir 5 x 800 mg / p.o,
Levofloksasin 1 x 500 mg/p/o, As.mefenamat 3 x
500 mg/p.o, Compress NACL 0,9%, Amitripilin 2 x
12,5 mg /p.o
J. RESUME
Seroang Pasien 59th MRS dengan keluhan nyeri mata kanan. Terdapat lenting- lenting
bergerombol pada dahi kiri hingga pelipis kiri sejak 1 minggu yang lalu. Lenting-
lenting tersebut berisi cairan berwarna bening dengan ukuran yang bervariasi. Awalnya,
lenting berisi cairan muncul di daerah sekitar dahi kanan, kemudian lama kelamaan
nyeri pada daerah tersebut. Keluhan tersebut dirasakan terus menerus sepanjang waktu
dan tidak membaik pada saat beristirahat maupun beraktivitas. Selain itu, pasien juga
merasa lama kelamaan mata pasien menjadi bengkak dan sulit dibuka seluruhnya
TINJAUAN PUSTAKA
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) yang tergolong
virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm dan termasuk subfamili alfa herpes
alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan
infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah
infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten
didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan
kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran
penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai
enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus
terinfeksi.1,2,3
Gambar 2.1 Struktur Virus Varicella Zoster4
B. Patofisiologi
respiratorius, dimana replikasi virus terjadi umumnya pada nasopharynx. Hal ini
hingga akhirnya terjadi suatu keadaan yang disebut viremia5. Pada mulanya,
viremia ini akan bermanifestasi sebagai chicken pox (cacar air), dimana terdapat
lesi kulit yang difus dan dapat diverifikasi dengan kultur darah maupun
polymerase chain reaction (PCR). Vesikel yang timbul pada pasien terkait dengan
lapisan dermis pasien dengan adanya perubahan degeneratif yang dicirikan dengan
adanya rekrutmen leukosit polimorfonuklear (PMN) dan adanya fibrin serta sel-sel
yang telah berdegenerasi. Akhirnya vesikel ini akan pecah dan menyebarkan
cairan berisi virus yang dapat direabsorpsi secara gradual maupun ditularkan. Pada
cacar air, beberapa virus VZV akan menginfeksi ganglion akar dorsalis dan
Virus VZV dapat membuat sebuah program genetis yang mengontrol interaksi
vesikuler mengandung VZV dengan konsentrasi tinggi yang bersifat infeksius dan
pergerakan virion dari akson menuju kulit dimana virus akan menginvasi respon
imun innate maupun adaptif, namun akhirnya tetap terjadi persebaran virus antar
sel dan membentuk lesi yang mempenetrasi epidermis. Reaktivasi VZV ini
merusak neuron dan sel satelit, salah satu neuroglia di jaringan saraf.7
Sebenarnya, saat pasien pertama terinfeksi VZV dan muncul varicella, telah
terbentuk sel T spesifik VZV dan disimpan sebagai memori. Pada orang yang
rentan, sel tersebut hilang dan terdegradasi, atau justru fungsi dari sel T tersebut
respon imun dari pasien. Melalui pemeriksaan histopatologis pada pasien dengan
herpes zoster dapat ditemukan hemoragi, edema, dan infiltrasi limfosit. Virus
VZV tidak hanya bereplikasi di kulit namun juga di organ lainnya, seperti paru-
8
paru dan otak. Hal ini akan mengakibatkan pneumonitis interstisial, pembentukan
muncul dengan gejala nyeri kepala, demam, Pasien dengan infeksi SSP dapat
Sesuai dengan tempat infeksi virus VZV, akan muncul erupsi vascular
unilateral dengan dermatom yang berkaitan, disertai rasa nyeri yang berat. Nyeri
menjadi lesi vesikuler. Lesi ini hanya akan muncul 3-5 hari, dengan total durasi
penyakit berkisar 7-10 hari. Namun, butuh sekitar 2-4 minggu untuk
pada kebutaan.Jika infeksi melibatkan cabang trigeminal yang lain, lesi dapat
muncul pada mulut, lidah, dan lain- lain. 6 Pada pasien herpes zoster dapat pula
muncul sindroma Ramsay Hunt, yaitu nyeri dan vesikel yang didapatkan pada
9
canalis auditiva externus, disertai kehilangan kemampuan mengecap pada
pasien.6
C. Gejala Klinis
daerah-daerah lain tidak jarang. Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala
nyeri tulang, gatal, pegal, dan sebagainya). Setelah itu, timbul eritema yang dalam
waktu singkat menjadi vesikel berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa
dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna
darah dan disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi
meliputi fenomena sensoris yang menyerang satu atau lebih dermatom kulit pada
hari ke- 1-10, yang biasanya berupa nyeri atau parestesi, meskipun jarang terjadi.
dapat menyulitkan diagnosis. Setelah timbulnya onset gejala prodormal, gejala dan
10
terlibat.
Lesi yang timbul pada kulit biasanya bersifat unilateral dan alasannya
belum diketahui.
Area yang diinervasi oleh saraf trigeminal, khususnya divisi optalmik dan
trunkus dari T3-L2 adalah area yang paling sering terkena, lesi jarang terjadi pada
area distal dari siku dan lutut. Meskipun lesi individual antara varisela dengan
lambat dan biasanya terdiri dari vesikel dengan dasar eritem. Lesi herpes zoster
diawali dengan makula dan papul eritem yang pertama kali muncul di cabang
superfisial dari saraf sensoris yang terkena.Vesikel terbentuk dalam 12- 24 jam
dan berubah menjadi pustul setelah 3 hari. Pustul tersebut kemudian mengering
dan menjadi krusta dalam 7-10 hari. Krusta biasanya bertahan selama 2-3
minggu. Pada individu normal, lesi baru akan muncul dalam 1-4 hari. Ruam akan
lebih parah pada orang berusia lanjut dan timbul dalam durasi yang singkat pada
anak-anak.7
Masa tunas VZV sekitar 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi
resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Selain gejala pada kulit, dapat juga
Pada susunan saraf tepi, jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf
pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan
11
hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas.
Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus
genikulatum) 3,8
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi Oerpetic unilateral pada kulit.
Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala
hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak
D. Pemeriksaan Penunjang
Giemsa, Wright’s, toluidine biru, atau tinta papanicolaou. Sel raksasa multinuklear
(sel datia berinti banyak) dan sel epitel yang mengandung inklusi intranuklear
12
\
c. Pemeriksaan Immunofluorescence
d. Kultur Virus
Kultur virus merupakan tes yang sangat spesifik, tetapi tidak sensitif.
VZV sulit untuk dikultur dan tumbuh dengan lambat, minimal membutuhkan
E. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
prodromal seperti demam, pusing dan lemas. Tidak adanya riwayat ruam serupa
2. Pemeriksaan Dermatologis
13
3. Pemeriksaan Penunjang
verukosa dan bila lokasi lesi terdapat pada area sacral, sehingga diragukan
yang dapat dilakukan adalah PCR yang berguna pada lesi krusta, dan kultur virus
F. Diagnosis Banding
1. Herpes simpleks
HSV-1 yang menyerang bibir dan kornea mata dan HSV-2 yang dapat
langsung kulit dan mukosa, jarang yang menyebar melalui aerosol. 3,6,8
dan mialgia yang terjadi 3-4 hari setelah lesi timbul, membaik dalam 3-4
hari3,6,8
14
2. Impetigo Bulosa
yang dapat menyebabkan adhesi sel pada lapisan superfisial dari epidermis,
G. Komplikasi
Ramsay Hunt (erupsi nyeri pada dan sekitar telinga, palsi saraf ipsilateral
15
d. Komplikasi SSP
e. Neuralgia pascaherpes
9- 15%, 10 – 15 % >40 tahun, mencapai 50% pada usia >60 tahun. nyeri
hebat ini bisa menetap selama 6 bulan. Neuralgia ini bervariasi dalam hal
h. Zoster motoris :
16
H. Penatalaksanaan
a) Obat Antiviral
berikut : 3,6,7,8
a. Infeksi menyerang bagian kepala dan leher, terutama mata (herpes zoster
relaps
zoster yang menyebar luas yang timbul pada orang – orang yang
17
menyelamatkan jiwa. Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5 x 800
tinggi.Jika lesi baru masih tetap timbul obat – obat tersebut masih dapat
diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul
b) Analgetik
Menurut FDA, obat pertama yang dapat diterima untuk nyeri neuropatik pada
neuropati perifer diabetik dan neuralgia pasca herpetik adalah pregabalin. Obat
tersebut lebih baik daripada obat gaba yang analog ialah gabapentin, karena efek
sampingnya lebih sedikit, lebih poten (2-4 kali), kerjanya cepat, serta pengaturan
dosisnya lebih sederhana. Dosis awalnya ialah 2x75 mg sehari, setelah 3-7 hari
maksimumnya ialah 600 mg sehari. Efek samping obat ini ringan, berupa dizzines
tersebut, asam mefenamat juga dapat digunakan dengan dosis 1500 mg/hari
18
diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri muncul.
3,6,7,8
c) Kortikosteroid
Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik
ganglion 3,6,7,8
d) Obat topikal
vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel
agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Jika
Terapi topikal seperti krim EMLA, lidokain patches, dan krim capsaicin dapat
digunakan untuk neuralgia paska herpes. Solutio Burrow dapat digunakan untuk
kompres basah. Kompres diletakkan selama 20 menit beberapa kali sehari, untuk
maserasi dari vesikel, membersihkan serum dan krusta, dan menekan pertumbuhan
serum yang muncul pada erupsi berat dari orang tua. Acyclovir topikal ointment
19
yang memerlukan waktu penyembuhan jangka pendek. 3,6,7,8
I. Pencegahan
Vaksin Zostavax℗ berisi strain hidup VZV yang dilemahkan. Vaksin ini
Zostavax℗ telah disetujui oleh FDA untuk pasien > 60 tahun tanpa riwayat
K. Prognosis
mortalitasnya signifikan. Herpes zoster biasanya bersih dalam 2-3 minggu dan
motorik), akan mungkin ada kelemahan permanen atau temporer atau paralisis.
Kadang-kadang nyeri pada area terjadinya lesi dapat bertahan bulan hingga tahun,
nyeri ini disebut neuralgia postherpetik. Hal ini terjadi karena saraf yang rusak
setelah timbulnya herpes. Nyeri dalam rentang sedang hingga sangat berat.
Neuralgia postherpetik cenderung terjadi pada pasien berusia lebih dari 60 tahun.
3,6,7,8
20
BAB III
DISKUSI
A. Penegakan Diagnosis
Penyakit kulit yang terdapat pada pasien dalam kasus adalah herpes zoster
berikut :
Hasil Anamnesis
V. 1.
yang sangat dan menganggu aktivitas sehari-hari adalah ciri nyeri pada
herpes zoster.
mengalami demam, nyeri kepala dan badan terasa pegal sebelum timbul
lenting-lenting tersebut
5. Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa. Tidak ada riwayat rhinitis
alergi, asma bronkial, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit jantung pada
21
pasien. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan yang pertama
6. Tidak ada keluarga yang menderita penyakit dengan keluhan yang sama
dengan pasien. Tidak ada riwayat rhinitis alergi, asma bronkial, diabetes
melitus, hipertensi, dan penyakit jantung pada keluarga pasien. Hal ini
genetik.
Pemeriksaan Fisik
Oftalmica.
oftalmikus. Hal ini sesuai dengan UKK dari herpes zoster oftalmica.
dialami pasien herpes zoster berupa makula eritema dengan pustula dan
telah berjalan selama kurang lebih 1 minggu dan masih mengalami fase aktif
erosi yang dialami pasien disebabkan karena kebiasaan pasien yang sering
menggaruk daerah lesi. Gambaran yang paling khas pada herpes zoster
22
adalah erupsi yang lokalisata dan unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati
garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi
23
DAFTAR PUSTAKA
International,2010
3. Handoko RP. Penyakit Virus. In : Djuanda Adhi, Mochtar H, Siti A, eds. Ilmu
5. Schalock C.P, Hsu T.S, Arndt, K.A. Viral Infection of the Skin. In :
Health, 2011.
7. Harrison's Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw and
Hill Company. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
8. Menaldi SL. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 7. Jakarta: Badan