Doker Pembimbing:
dr. Basuki Rokhmad, Sp. M
Oleh:
Eninta Karyana Majidah
201810401011084
Identitas pasien
Nama : Tn. S
Usia : 61 th
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku : Jawa
Anamnesis
mata sebelah kanan terkena gram besi dan diambil sendiri oleh
semakin merah, nerocoh, nyeri (skala 8), disertai bercak putih pada
sumur.
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
GCS : 456
TD :120/80 mmHg
RR : 22 x/menit
S : 36,6oC
Palpebra Superior edema (+), hiperemi (+), edema (-) nyeri tekan (-),
Palpebra Inferior edema (+), hiperemi (+), edema (-), hiperemi (-),
Konjungtiva Tarsus Hiperemi (+) papil (-) Hiperemi (-) papil (-)
inferior
RC +
Diagnosis
Planning Diagnosis
Terapi dari RS
- MRS
KIE
akan diberikan.
- Menjelaskan kepada pasien mengenai cara pemakaian obat dan efek samping
obat.
sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih,
serta menghindari mata terkena paparan sinar matahari, cahaya, dan debu dengan
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.1 Terbentuknya ulkus pada kornea
mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel
baru dan sel radang. Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab
penglihatan ini dapat dihindari dengan melakukan diagnosis dini dan pengobatan
5,5 persen dengan prevalensi tertinggi di Bali sebesar 11,0%. Prevalensi kekeruhan
kornea pada laki‐laki cenderung sedikit lebih tinggi dibanding pada perempuan.
dibanding kelompok pekerja lainnya. Hal ini mungkin berkaitan dengan riwayat
trauma mekanik atau kecelakaan kerja pada mata, mengingat pemakaian alat
Dikenal 2 bentuk ulkus pada kornea yaitu sentral dan marginal atau perifer.
Ulkus kornea sentral biasanya merupakan ulkus infeksi yang terjadi akibat
kerusakan pada epitel kornea. Lesi terletak di sentral, jauh dari limbus yang punya
vaskularisasi. Ulkus ini sering diserta dengan hipopion, kumpulan sel-sel radang
yan tampak sebagai suatu lapisan, pucat dibawah bilik mata depan.2 Ulkus kornea
perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi
pada kornea perifer biasanya oleh kuman staphylococcus aureus, H. Influenza, dan
m. Lacunata.1
Faktor predisposisi yang paling sering terjadi di negara maju untuk
terjadinya ulkus kornea ini adalah penggunaan lensa kontak, penggunaan obat-obat
lokal dan sistemik secara sembarangan yang dapat memicu bakteri, jamur, serta
Lesi pada ulkus yang disebabkan oleh bakteri dimulai dari daerah sentral
kornea. Ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
48 jam. Gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang
Pada permukaan lesi ulkus kornea jamur terlihat bercak putih dengan warna
keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat
penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat
Tukak kadang kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi
akibat jamur bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi
penglihatan, terutama bila letaknya di pusat.4 Karena kornea banyak dilalui oleh
menimbulkan rasa nyeri serta fotofobia. Lesi pada kornea akan membuat ujung
saraf bebas terpajan dan sebagai akibatnya, akan timbul nyeri hebat diikuti refleks
pengeluaran air mata beserta lisozim yang terkandung di dalamnya (epifora) dan
Rasa nyeri ini diperberat oleh gerak palpebra (terutama palpebra superior) di atas
kornea dan biasanya menetap sampai sembuh. Sedangkan fotofobia pada penyakit
kornea muncul sebagai akibat dari rasa nyeri pada kontraksi iris yang mengalami
inflamasi. Dapat pula ditemukan adanya dilatasi pembuluh darah iris sebagai
Kornea adalah bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses
infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Dengan
adanya defek atau trauma pada kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan
sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag,
kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan
timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan
batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan
Jika terjadi peradangan yang hebat, tetapi belum ada perforasi ulkus, maka toksin
dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar dengan melalui
membrana Descemet, endotel kornea dan akhirnya ke camera oculi anterior (COA).
Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan
COA disusul dengan terbentuknya hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini
steril, tidak mengandung kuman. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak
mengenai membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana tersebut yang
disebut Descemetocele.6
dapat sembuh dengan tidak meninggalakan sikatrik. Pada peradangan yang dalam
yaitu bercak seperti awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya
buatan, makula yaitu bercak putih yang tampak jelas di kamar terang, dan leukoma
yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh. Bila sikatrik kornea
telah mengganggu penglihatan tidak ada pengobatan yang dapat dilakukan kecuali
keratoplasti atau pencangkokan kornea,12 hal ini juga tidak mudah karena
membutuhkan waktu sebab donor kornea masih sulit didapat. Bila ulkus lebih
membahayakan mata oleh karena timbul hubungan langsung dari bagian dalam
mata dengan dunia luar sehingga kuman dapat masuk ke dalam mata dan
mengikuti gerakan ini ke depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang
perforasi dan disebut sinekia anterior atau iris dapat menonjol ke luar melalui
umum dapat berupa gejala subjektif yaitu eritema pada kelopak mata dan
kabur, mata berair, bintik putih pada kornea sesuai lokasi ulkus, fotofobia, dan
nyeri. Sedangkan gejala objektifnya adalah injeksi silier, hilangnya sebagian kornea
tersebut tidak dapat mengindentifikasi penyebab dari ulkus kornea. Maka dari itu
perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti pewarnaan kornea dengan zat
fluoresensi dan scrapping untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau
pengobatan empirik dengan antibiotika karena gambaran klinis saja tidak dapat
maka diagnosis pasien ini adalah ulkus kornea. Pada anamnesis didapatkan keluhan
berupa penglihatan mata kanan kabur disertai mata merah, epifora, fotofobia dan
nyeri sejak 3 minggu yang lalu, maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya ulkus
karena tidak ada riwayat penurunan penglihatan dengan tiba‐tiba dan nyeri kepala
hebat yang menyertainya, ataupun keluhan adanya penglihatan pelangi atau halo
ketika melihat lampu.2 Kemungkinan uveitis anterior sebagai diagnosis utama pada
pasien ini juga dapat disingkirkan karena pada pasien ini ditemukan adanya infiltrat
dan gambaran ulkus di kornea yang menunjukkan bahwa ini bukan merupakan
dipertimbangkan karena terdapat faktor penyebab yaitu adanya ulkus pada kornea.
edema, terdapat lesi di sentral dengan ukuran kurang lebih 5x5 mm, batas tidak
tegas dengan komplikasi berupa hipopion. Hipopion adalah pus steril yang terdapat
pada bilik mata depan yang menandakan adanya infeksi jamur atau bakteri.
Hipopion terjadi akibat penurunan permeabilitas dari blood aqueous barrier dan
terjadi peningkatan protein, fibrin serta sel radang dalam cairan aqueous, sehingga
memberikan gambaran hipopion. Ulkus kornea yang dialami oleh pasien ini
kemungkinan disebabkan oleh infeksi bakteri karena adanya riwayat trauma pada
ulkus kornea dilakukan pemeriksaan agar darah, saboraud, triglikolat, dan agar
coklat sebagai media yang dapat memfasilitasi pertumbuhan bakteri, jamur, dan
KOH adalah yang paling cepat dan mudah untuk dilakukan sehingga dapat
Hasil penelitian Amescua G dkk, 2012, menyatakan bahwa dari 45% kasus
ulkus kornea disebabkan oleh jamur (43%) dan bakteri (39%). Selain itu, Prasad
Eye Institute juga menyatakan bahwa pada iklim tropis, insiden ulkus kornea
tertinggi disebabkan oleh jamur yaitu sebesar 33% dan bakteri sebesar 32,4%.11
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terapi pada kasus ini dapat diberikan
antibiotik topikal dan sistemik, antifungal, analgetik sistemik, serta diberikan juga
terjadinya sinekia.
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih, serta menghindari mata
terkena paparan sinar matahari, cahaya, dan debu dengan menggunakan kacamata
pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya
obat sistemik.1
Pada pasien ini diberikan antibiotik topikal dan sistemik yang bertujuan
untuk mengurangi proses infeksi. Pada kasus ini jenis bakteri yang menjadi
penyebab terjadinya ulkus kornea belum diketahui karena belum dilakukan kultur
dan tes sensitivitas sehingga antibiotik yang tepat diberikan adalah yang memiliki
moxifloxacin 0,5% eye drops dan levofloxacin tablet 1x500 mg. Pasien juga
diberikan antifungal berupa natamycin 10% eye drop. Pada pasien ini juga
keluhan nyeri pada mata kanan yang dirasakan pasien, sedangkan pemberian
siklopegik berupa sulfas atropin 0,5% bertujuan untuk menekan peradangan dan
untuk melepaskan serta mencegah terjadinya sinekia anterior, karena sulfas atropin
Apabila pemberian obat‐obatan pada pasien ini tidak memberikan efek yang
pembedahan yang dapat dilakukan pada pasien ulkus kornea dapat berupa flap
tahun 1800-an. Indikasinya adalah situasi dimana terapi medis mungkin gagal,
kerusakan epitel berulang dan stroma ulserasi. Dalam situasi tertentu, flap
konjungtiva adalah pengobatan yang efektif dan definitif untuk penyakit permukaan
vaskularnya.13
pengelolaan ulkus kornea persisten steril. Hal ini mungkin akibat dari denervasi
ke keratitis paparan, anestesi kornea setelah herpes zoster oftalmikus, atau ulserasi
metaherpetik) atau kekurangan sel induk limbal. Penipisan kornea dekat limbus
dapat dikelola dengan flap konjungtiva selama kornea tidak terlalu menipis.13
adalah jika dengan pengobatan tidak sembuh, terjadinya jaringan parut yang
perforasi.14
pengambilan isi orbita karena kebutaan, trauma dan penyakit mata. Tindakan bedah
tersebut mengeluarkan isi bola mata saja, tanpa menghilangkan sklera, konjungtiva,
otot-otot mata dan syaraf mata. Indikasi dari bedah eviserasi adalah keadaan
kebutaan pada mata dengan infeksi berat, keadaan mata dengan nyeri berat,
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi
- Pada Tn. S memiliki gejala yang mendukung ke arah ulkus kornea yaitu
penglihatan mata kanan kabur disertai mata merah, epifora, fotofobia dan
nyeri sejak 3 minggu yang lalu. Selain itu, pada pemeriksaan oftalmologis,
di sentral dengan ukuran kurang lebih 5x5 mm, batas tidak tegas dengan
pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi dan scrapping untuk analisa atau
- Etiologi yang paling mungkin dari hasil anamnesis adalah ulkus kornea
sentral e.c. bakteri. Hal tersebut dikarenakan Tn. S memiliki riwayat trauma
infeksi. Antibiotik yang diberikan berupa moxifloxacin 0,5% eye drops dan
levofloxacin tablet 2x500 mg, antifungal berupa natamycin 10% eye drop,
anerior.
- Apabila pemberian obat‐obatan pada pasien ini tidak memberikan efek yang
Terapi pembedahan yang dapat dilakukan pada pasien ulkus kornea dapat
Agustus 2018,
<https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/4a55f77bed0b90
16cb0e879fea81a340.pdf>.
Lampung.
8. Ririn dan Anggraeni, 2016, Laki-Laki 24 Tahun Dengan Ulkus Kornea Dan
Prolaps Oculi Dextra, Journal Medula Unila, vol 5(2), pp. 81-85.
External Eyes, San Francisco: Basic and Clinical Science Course, pp.185‐
187.
10. Prashant G dan Gullapalli NR, 1999, Corneal Ulcer: Diagnosis and
11. Amescua G, Miller D, Alfonso EC, 2012, What Is Causing The Corneal
13. Edward J, 2013, Ocular Surface Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear
14. Yum HR, Kim MS, Kim EC, 2013, Retrocorneal membrane after Descemet
15. Waskitho A, et al, 2013, Protesa Mata: Rehabilitasi Pasien, Maj Ked Gi,