Konjungtivitis merupakan salah satu penyebab tersering mata merah yang membuat pasien mencari
pengobatan ke layanan kesehatan primer. Selain mata merah, konjungtivitis dapat menimbulkan gejala lain
seperti gatal, nyeri, sekret mata dan sebagainya tergantung dari penyebab yang mendasari (A. Azari and
Arabi, 2020).
Prevalensi konjungtivitis sangat bervariasi terkait dengan penyebab yang mendasari, usia pasien
yang terkena, serta musim yang sedang berlangsung. Viral conjunctivitis merupakan penyebab tersering
konjungtivitis terutama pada usia dewasa, sedangkan pada anak yaitu bacterial conjunctivitis (Azari dan
Barney, 2013). Konjungtivitis alergi ditemukan pada hampir setengah dari populasi, umumnya terjadi pada
musim tertentu (A. Azari and Arabi, 2020)
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi, Histologi dan Fisiologi Konjungtiva
- Konjungtiva adalah membran mukosa yang melindungi sklera.
- Berdasarkan histologinya, epitel konjungtiva berbentuk
kolumnar pada konjungtiva tarsal dan kuboidal non-keratinized
pada konjungtiva palpebra dan bulbi. Ketebalan masing-
masing epitel bervariasi tergantung lokasinya. Epitel terdiri dari
10% sel goblet yang memproduksi musin dan kaya akan
karbohidrat (Budiono, S., et.al., 2013).
- Musin yang diproduksi sel goblet akan membentuk lapisan air
mata bersama aquos dan lipid. Jika terjadi defisiensi nutrisi
maka konjungtiva meningkatkan sekresi mukus.
Keratokonjungtivitis vernal dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe berdasarkan bagian konjungtiva, yaitu :
1. Keratokonjungtivitis Vernal Bulbar, terjadi hipertrofi limbal yang disertai bitnik-bintik yang sedikit menonjol,
keputihan, yang dikenali sebagai Horner-Trantas dots yang merupakan degenarsi dari epithel kornea atau
eosinophil dengan bagian epitel limbus kornea.
2. Keratokonjungtivitis Vernal Palpebra, terutama mengenai konjungtiva palpebral superior dimana terdapat papil
papil besar yang disebut Cobble stone. Dapat mengalami hyperplasia hingga atrofi di beberapa tempat.
3. Keratokonjungtivitis Vernal Campuran : manifestasi klinis dapat muncul keduanya yaitu keratokonjungtivitis
Vernal bulbar dan palpebral. Varian ini sering ditemui pada negara tropis.
Manifestasi Klinis
- Konjungtivitis viral : dapat timbul gejala demam, flu, atau gejala infeksi respirasi lainnya. Biasanya
muncul pada satu mata dan dapat menyebar ke mata sebelahnya dalam beberapa hari. Cairan atau sekret
yang dihasilkan biasanya lebih cair
- Konjungtivitis bakterial : sering berkaitan dengan adanya sekret purulen (nanah), sehingga gejalanya
kelopak mata lengket. Kadang-kadang bersamaan dengan infeksi telinga
- Konjungtivitis alergi : biasanya muncul pada kedua mata, menyebabkan gejala gatal yang intens, keluar
air mata, dan bengkak pada mata. Dapat muncul dengan gejala alergi lainnya seperti hidung gatal,
bersin, tenggorokan gatal, atau asma
- Trakoma
Tatalaksana
Komponen awal yang penting dari semua penyakit alergi melibatkan penghindaran faktor pemicu. Pasien harus
didorong untuk sering mencuci tangan dan menghindari menyentuh atau menggosok mata. Kompres dingin dan air mata
buatan dapat membantu meringankan gejala pada kasus ringan atau sebagai terapi tambahan untuk pengobatan
farmakologis
Terapi farmakologis lini pertama untuk VKC adalah pengobatan topikal, dan ada banyak terapi yang tumpang
tindih dengan bentuk konjungtivitis alergi lainnya. Mast cell stabilizers (contohnya kromolin sodium dan lodoxamide)
adalah andalan untuk profilaksis.
CASE REPORT
Identitas
Nama : Sdr. D
Usia : 20 tahun
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : Swasta
Anamnesis
Keluhan Utama
- Pasien datang dengan keluhan kedua mata dirasakan gatal sejak 3 hari yang lalu. Keluhan dirasakan mengganjal pada
kedua mata namun mata kanan dirasakan lebih berat. Keluhan kedua mata merah. Keluhan hilang timbul sejak pasien
berusia 8 tahun. Keluhan dirasakan semakin memberat saat pergantian musim
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit DM, HT. Pasien tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya. Alergi debu (+), seafood (+)
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit sistemik atau penyakit mata tertentu
Riwayat Pengobatan
GCS : 456 Kepala leher : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
TD : 110/70
Thorax : gerak dada simetris, tidak ada retraksi
RR : 22x/menit
Paru : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing maupun ronkhi
HR : 80x/menit
Cor : S1S2 tunggal, tidak ada murmur maupun gallop
Suhu : 36,7
Status Lokalis
OD Pemeriksaan OS
Hiperemi (-) Edema (-) Palpebra Hiperemi (-) Edema (-) Benjolan/massa
Benjolan/massa (-) (-)
Jernih, Intak, Infiltrat (-) Benda asing Kornea Jernih, Intak, Infiltrat (-)
(-) Benda asing (-)
OD OS
Foto Klinis
OD OS
Foto Klinis
OD OS
Daftar Masalah
- Kedua mata gatal, sejak 3 hari yang lalu - Pasien memiliki riwayat alergi debu dan
seafood
- Terasa mengganjal pada kedua mata,
- OD : papilla (+) pada konjungtiva tarsal
kanan lebih berat superior, konjungtiva hiperemi (+)
- Kedua mata merah - OS : konjungtiva hiperemi
Skin prick test Non-Farmako : - Keluhan pasien (segmen anterior Menjelaskan tentang :
Scrapping Kompres dingin selama 10 mata) - pencetus yang harus dihindari
menit, beberapa kali sehari. - Efek samping obat - penanganan awal dirumah jika gejala
Farmakoterapi : - Komplikasi muncul
- Mast cell stabilizer - aturan pemakaian obat dan efek
: Sodium klormoglikat 2%, samping yang bisa terjadi
4-5 tetes/hari - prognosis penyakit
- Antihistamin : Memberi saran :
Emedastin 0,05%, 1 - penggunaan topi atau kacamata
tetes/6jam sebagai pelindung mata saat berada
diluar rumah
- menghindari paparan panas yang
sangat menyengat
Prognosis
2. Azari, A., & Barney, N. (2013). Conjunctivitis. JAMA, 310(16), 1721. doi:10.1001/jama.2013.280318
3. A. Azari, A. and Arabi, A., 2020. Conjunctivitis: A Systematic Review. Journal of Ophthalmic and Vision Research,
[online] 15(3), pp.372-375. Available at: <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7431717/> [Accessed 7 June
2021].
4. Budiono, S., Saleh, T., Moestijab, Eddyanto. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Airlangga University Press.
Surabaya