Oleh :
2013-83-041
Pembimbing :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena
atas kasih karuniaNya, maka saat ini penulis dapat menyelesaikan pembuatan
referat dengan Central Pain Post Stroke. Referat ini dibuat dalam rangka tugas
Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan, dan semoga referat
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih bagi segala pihak yang telah
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.…………………………………………… i
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………... v
2.3 Patofisiologi…………………..…………………………………... 13
2.6 Prognosis………………………………………..………………... 23
DAFTAR PUSTAKA……………………………..………………………...... 27
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa serabut dari korteks lobus parietalis menuju nucleus pada thalamus,
(VPL). Serat-serat ini memiliki fungsi untuk menghambat (feedback) dari stimulus
nyeri. Bila adanya suatu lesi dari thalamus yang menyebabkan hilangnya atau
menurunnya fungsi dari penghambatan ini akan memberi efek timbulnya nyeri yang
Nyeri thalamus adalah suatu gejala yang termasuk dalam suatu sindrom yang
disebut sindrom talamik. Umumnya nyeri thalamus ini disebebkan oleh suatu gangguan
serebrovaskular dan bisa juga disebabkan oleh suatu metastasis dari suatu karsinoma
bronkus di thalamus. Selain itu beberapa pustaka menyebutkan bahwa nyeri thalamik
adalah stroke. Walaupun prevalensinya rendah pada pasien stroke (1-8%) tetapi
penderita akan merasakan nyeri pada berbagai stimulus yang dirasakan tubuh akibat
rusaknya system penghambatan dari thalamus. Berbagai terapi sudah digunakan dalam
penatalaksanaan nyeri ini pada orang stroke seperti antidepresan adrenergic, tetapi
efeknya sering tidak terlalu baik. Antiepilepsi seperti lamotrigin juga bisa digunakan
1
Gabapentin atau pregabalin sebagai terapi yang berpotensi, tetapi masih belum
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Central Post Stroke Pain (CPS) atau dikenal dengan Nyeri thalamus didefinisikan
sebagai nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan pada serabut serat saraf dari korteks
lobus parietalis menuju nucleus pada thalamus, yaitu Ventral Posteromedial Nucleus
(VPM) dan Ventral Posterolateral Nucleus (VPL). Serat-serat ini memiliki fungsi untuk
menghambat (feedback) dari stimulus nyeri. Bila adanya suatu lesi dari thalamus yang
menyebabkan hilangnya atau menurunnya fungsi dari penghambatan ini akan memberi
efek timbulnya nyeri yang terasa lebih keras atau nyeri yang menetap.1,2,3,4,5
Nyeri yang terasa lebih keras atau nyeri yang menetap pada pasien akan memberi
penurunan kualitas hidup dari pasien. Berbagai penyakit yang terdapat diotak,
utamanya pada thalamus akan menyebabkan terjadinya nyeri thalamus seperti tumor,
penyebab terpenting dari penyakit ini seperti stroke. Secara epidemiologi pada tahun
2000 insiden kejadian stroke sekitar satu koma satu juta kasus per tahun dan diprediksi
akan meningkat menjadi satu koma lima juta kasus per tahun. Nyeri post stroke terjadi
sekitar 11 – 55% dari total pasien stroke. Pada stroke pun dapat terjadi berbagai jenis
nyeri seperti shoulder pain, painful spasticity, persistent headache, dan nyeri
3
Umur dan jenis kelamin bukanlah faktor predisposisi dari penyakit ini. Nyeri
yang dirasakan penderitanya dapat terasa spontan atau dirangsang oleh sesuatu. Nyeri
spontan adalah gejala tersering yang dilaporkan, sekitar 85% dari pasien akan
mengeluh nyeri spontan. Dari hasil penelitian jika diberi skala 0 – 10 pada sebagian
besar pasien akan memberi nilai nyeri antara 3 dan 6. Dari hasil penelitian juga
didapatkan bahwa nyeri yang dirasakan penderita jika nyerinya terus menerus adalah
seperti sensasi terbakar, tertusuk – tusuk, nyeri dingin, dan seperti teremas. Namun
pada pasien yang merasakan nyeri tidak terus menerus mengeluh nyeri terasa seperti
terasa terkoyak atau seperti setelah terluka dan seperti terkena tembakan.6
2.2.1 Topografi
di sisi ventriculus tertius. Ujung anterior thalamus sempit dan bulat serta merupakan
ventriculus tertius dan biasanya berhubungan dengan thalamus sisi berlawanan melalui
sebuah pita substansia grisea. Permukaaan superior thalamus di tutupi oleh lapisan tipis
substansia alba yang disebut stratum zonale, sedangkan permukaan lateralnya oleh
4
Gambar 2.1 Lokasi Thalamus8
bagian inferiornya juga dapat dikatakan bagian ventral. Dibagian depan, thalamus
yang membentuk dinding ventriculus III sedangkan bagian lateralnyanya, yang bagian
lateralis yang juga dilapisi plexus choroideus. Bagian atasnya dilapisi oleh stratum
zonale. Diujung posterior thalamus terdapat pulvinar yang berhubungan dengan fungsi
5
pendengaran dan pengelihatan. Pada bagian lateroanterior terdapat corpus geniculatum
mediale (CGM) dan corpus geniculatum laterale (CGL). Thalamus kiri dan kanan
thalamus dibagi menjadi pars anterior, pars medial, dan pars lateral oleh lamina
medullare interna yang berbentuk huruf “Y”. pada masing-masing bagian terdapat
2.2.3.1. Anterior
nukleus anterior thalami berhubungan erat dengan fungsi sistem limbic, yaitu berkaitan
2.2.3.2. Medial
lebih kecil. Nukleus dorsomedialis mempunyai dua cara hubungan dengan seluruh
korteks prefrontalis lobus frontalis hemispherium cerebri. Nukleus ini juga mempunyai
hubungan yang sama dengan seluruh kelompok nukcleus thalamus lainnya. Bagian
informasi somatic, visceral, dan olfaktorius serta mengaitkan informasi tersebut dengan
6
2.2.3.3. Lateral
thalami, dan pilvinar thalami. Hubungan nukleus ini belum jelas, namun ketiganya
berbagai nukleus thalamus lainnya. Oleh karena terletak pada jaras antara
ii. Nukleus ventralis lateralis. Nukleus ini mempunyai hubungan sama seperti
iii. Nukleus ventralis posterior. Nukleus ini terbagi menjadi nukleus ventralis
7
sensorik asendens yang penting, lemniscus spinalis. Proyeksi
crus posterius capsula interna dan corona radiata menuju area sensorik
somatik primer cortex cerebri di gyrus postcentralis (area 3,1, dan 2). 7,8
i. Nukleus intralaminares
Terdiri dari kelompok sek saraf yang terletak di dekat ventriculus tertius
Lapisan tipis sel saraf yang tersusun berlapis diantara lamian medullaris
dari cotex cerebri dan formatio reticularis berkumpul pada nukleus ini dan
8
belum dimengerti seluruh nya, tetapi kemungkinan berkaitan dengan
superior. 7,8
permukaan bawah pulvinar thalami. Nukleus ini terdiri terdiri dari enam
lapisan sel saraf dan merupakan tempat tempat berakhirnya semua serabut
ganglion retina dan berasal dari setengah lapang pandang temporal mata
9
informasi visual dari lapang pandang sisi yang berlawanan. Serabut -
occipitalis. 7,8
10
Tabel 2.1: Nukleus Pada Thalamus9
11
Gambar 2.2 Topografi Nukleus Thalamus9
12
Gambar 2.3 Perjalanan Impuls7
13
2.3 Patofisiologi
Karakteristik klinis central pain post stroke mirip dengan nyeri neuropatik
sentral dan nyeri neuropatik perifer. Meskipun lesi terletak sama di otak, mekanisme
Nyeri terbakar lebih umum terjadi pada pasien dengan infark medulla lateralis
dibandingkan pada pasien dengan infark thalamik, dan deskripsi dari rasa sakit dapat
berbeda tergantung pada apakah lesi tersebut terletak di medial atau lateral. 5,6,10,11,12
Saat ini, ada beberapa penelitian yang menghubungkan antara mekanisme dari
nyeri, lokasi dan patologi lesi, manifestasi klinis, dan respon terhadap pengobatan.
peningkatan sensasi suhu dan nyeri. Proses hantaran sensori suhu dan rasa tertusuk
14
Gambar 2. 4 Teori-teori Mekanisme Nyeri Sentral6
Adanya lesi pada SPP yang menghasilkan baik perubahan anatomi, neurokimia,
dapat menyebabkan nyeri kronis.6 Mekanisme ini didukung oleh fakta bahwa banyak
dari obat farmakologi yang tersedia untuk pengobatan nyeri sentral bertindak sebagian
dengan mengurangi hipereksitabilitas neuronal. Nyeri spontan pada central pain post
15
2.3.2. Perubahan dalam fungsi traktus spinotalamikus
Gangguan nyeri dan sensasi suhu merupakan keluhan yang terjadi secara umum
pada pasien dengan central pain post stroke, dan lesi pada traktus spinotalamikus
mungkin penyebab dari munculnya sindrom ini. Defisit dalam fungsi jaras
biasanya gangguan tersebut juga terjadi pada lesi SSP tanpa keluhan nyeri. Adanya
hipersensitivitas dengan rangsang tusuk dan rangsangan termal (dingin) lebih umum
terjadi pada pasien stroke dengan nyeri sentral dibandingkan dengan yang tanpa nyeri
sentral. Hal ini menunjukkan bahwa hipereksitabilitasi dan aktivitas yang sedang
Input ke SSP terus dikontrol dengan keseimbangan antara sistem fasilitasi dan
inhibisi, termasuk interaksi antara inti batang otak (medula ventromedial rostral &
mendasari nyeri sentral, termasuk yang menunjukkan bahwa nyeri sentral adalah hasil
dari lesi dari sistem lateral, menyebabkan disinhibisi dari sistem medial..6
Nyeri sentral disebabkan oleh lesi di thalamus lateralis yang mengganggu jalur
hipotesis ini diusulkan dalam teori disinhibisi thermosensory, yang menyatakan bahwa
central pain post stroke adalah hasil dari hilangnya inhibisi normal nyeri dari dingin
16
akibat adanya lesi. Ini menghasilkan ketidakseimbangan antara traktus spinotalamikus
lateralis yang menghasilkan sensasi dingin dan traktus spinotalamikus medial yang
menghasilkan sensasi nyeri. Lesi dari lateral traktus spinotalamikus, juga telah diduga
menyebabkan disinhibisi dari Spino reticulothalamic yang terletak di medial atau jalur
paleospinothalamic.6
Perubahan dalam aliran darah otak regional yang dapat divisualisasikan dengan
menggunakan MRI fungsional , PET , atau SPECT (Single photon emission computed
tomography). Perubahan tersebut telah ditunjukkan selama evoked pain pada pasien
dengan infark medulla lateralis dan CPSP. Peningkatan aliran darah otak regional di
prefrontal yang ditemukan selama stimulasi daerah allodinia. Pada individu sehat, ada
rangsangan bahaya , tetapi respon ini tidak terlihat selama allodynia. Studi ini
menunjukkan bahwa perubahan dari jalur somatosensori dan nyeri terjadi setelah
mendasari nyeri sentral, dimana CPSP umum terjadi setelah adanya lesi pada thalamus.
Dalam satu studi, 9 dari 11 pasien dengan lesi thalamus dan murni stroke sensorik
memiliki infark kecil di thalamus, yang semua terbatas pada inti posterolateral. 6 dari
pasien ini tidak memiliki gangguan sensorik, dan 3 pasien mengeluhkan dysaesthesia.
17
Dalam serangkaian pasien dengan infark thalamus, hanya lesi terletak di bagian ventral
Thalamus juga diduga terlibat dalam nyeri sentral di pasien yang lesinya tidak
langsung melibatkan thalamus. Data dari studi PET menunjukkan penurunan aliran
darah otak regional di thalamus pada pasien dengan CPSP yang memiliki rasa sakit
juga terkait dengan patofisiologi nyeri neuropatik. Hiperaktif thalamus telah ditemukan
thalamus pada pasien dengan nyeri sentral yang dilihat oleh penggunaan
microelectrodes selama operasi otak. Studi nyeri sentral terbaru pada hewan dalam
adalah hasil plastisitas homeostatik maladaptif karena hilangnya input ascending yang
spesifik untuk pasien dengan nyeri kronis, aktivitas bursting pada pasien dengan nyeri
sentral tampaknya berbeda dalam lokasi dan karakteristik dibandingkan dengan pasien
yang bebas rasa sakit dengan deafferentiation serupa. Stimulasi listrik oleh
dengan pasien dengan nyeri kronis lainnya. Oleh karena itu, thalamus mungkin
18
memiliki peran substansial dalam beberapa pasien dengan nyeri sentral, baik sebagai
Stroke) adalah perubahan ekspresi dan distribusi saluran ion natrium dan kalium. Hal
ini terjadi setelah cedera saraf, dan meningkatkan eksitabilitas membran, sehingga
rendahnya ambang batas stimulus terhadap aktivitas neuron itu sendiri dan luasnya
penyebaran area lesi. Sensitisasi ini pada umumnya akibat lesi dan ditambah dengan
stimulasi yang terus menerus juga bergantung pada aktivasi kanal ion di akson yang
Nyeri neuropatik (Central Pain Post Stroke) umumnya terjadi akibat proses
apoptosis yang dipicu baik melalui modulasi intrinsik kalsium ssdi neuron sendiri
maupun akibat proses inflamasi sebagai faktor ekstrinsik. Kejadian inilah yang
mendasari konsep nyeri kronik yang ireversibel pada sistem saraf. Atas dasar ini
jugalah maka nyeri neuropatik (Central Pain Post Stroke) harus secepat mungkin di
terapi untuk menghindari proses mengarah ke plastisitas sebagai nyeri kronik. Pada
nyeri inflamasi maupun nyeri neuropatik sudah jelas keterlibatan reseptor NMDA
19
dalam proses sensitisasi sentral yang menimbulkan gejala hiperalgesia sekunder dan
alodinia. 13
Sindrom nyeri thalamus juga dikenal sebagai Central Post Stroke Pain (CPSP)
adalah gangguan neuropatik sentral ditandai dengan nyeri konstan atau intermiten.14
Secara klasik dijelaskan bahwa nyeri ini muncul setelah lesi vaskular di thalamus. 15
Lesi pada thalamus lateral paling sering terlibat pada sindrom ini.16 Namun belakangan
nyeri ini diketahui bisa disebabkan oleh karena adanya lesi di sepanjang telencephalon
yang melibatkan jalur somatosensori dan ditunjukkan dengan adanya lesi encephalic
Infark thalamus terjadi pada 11% kasus dari infark vertebrobasilar yang
Sebagaimana thalamus memiliki peranan dalam fungsi sensasi, stroke thalamus adalah
yang paling umum menyebabkan gangguan sensorik murni17 terutama sensasi termal
pada bagian tubuh yang dirasakan nyeri.14 CPSP terjadi setelah infark pada thalamus
ventroposterolateral, subkortikal, kapsular, dan infark batang otak yang letaknya lebih
rendah. Infark ditandai dengan adanya keterlibatan sistem spinotalamikus dan sedikit
dari jalur lemniscal.17 Prevalensi CPSP diperkirakan antara 1 sampai 12% dari semua
berkembang menjadi CPSP.13 Kebanyakan pasien akan muncul keluhan pada 1-2 bulan
20
pasca stroke, namun ada juga pasien yang muncul keluhan CPSP setelah 1-6 tahun
pasca stroke.14
menusuk, sensasi dikoyak, sensasi diperas, dingin membeku, sensasi terpotong atau
berdenyut dan dapat diperburuk oleh rangsangan seperti sentuhan (misalnya kain yang
menyentuh kulit), gerakan, perubahan suhu atau stress. Allodynia, dysaesthesia dan
hiperalgesia umumnya berkaitan dengan sebagian besar pasien CPSP dan merupakan
bagian penting dari sindrom CPSP.17 Gejala lain biasanya tidak jelas dan sulit untuk
digambarkan, sehingga membuat diagnosis dini sangat sulit. Kebanyakan pasien juga
ditandai dengan kelainan signifikan pada sensitivitas suhu dan nyeri serta gangguan
kemampuan melokalisasi stimulus dan disosiasi antara jalur termal dan pinprick
sensation.14
post stroke mengalami onset nyeri yang muncul tiba-tiba yang muncul dalam 3 bulan
pertama pasca stroke. Nyeri neuropatik yang paling banyak dirasakan bersifat kontinyu
(85,0%), dan bersifat intermiten (15,0%). Sedangkan tipe nyeri yang paling banyak
dirasakan yaitu rasa terbakar (70%), dan diikuti dengan nyeri yang seperti tersetrum
listrik (22,5%). Faktor pencetusnya berupa kontak dengan dingin (62,5%), perubahan
mood (52,5%), menggerakkan anggota tubuh yang nyeri (37,5%), dan kontak dengan
panas (20%). Lesi pada thalamus menimbulkan gambaran abnormalitas sensori berupa
21
heat and cold hypoesthesia (75%), hyperpathia (75%), berkurangnya sensitivitas
vibrasi (75%), hypalgesia (62,5%), dan taktil allodynia (50%).5 Menurut penelitian
oleh Gustin, dkk., selain pada pasien CPSP, pasien dengan neuropati trigeminal juga
mengalami suatu nyeri neuropatik yang disebabkan oleh volume thalamus dan
viabilitas sel saraf yang berkurang signifikan. Pada pasien neuropati trigeminal keluhan
nyeri yang dirasakan berupa sharp pain atau dull pain yang dirasakan terus menerus
CPSP umumnya disertai dengan stroke di sisi kiri dan nyeri dapat dirasakan di
sisi tubuh yang mengalami stroke seperti wajah, lengan, kaki, badan, dan kadang-
kadang nyeri dapat dirasakan pada separuh sisi tubuh. CPSP dapat mengurangi kualitas
hidup pasien yang telah mengidap stroke, rehabilitasi yang sulit, gangguan tidur, dan
menimbulkan ide bunuh diri karena intensitas dan sifat nyeri yang tidak kunjung
berhenti.17
2.5 Terapi
direkomendasikan hanya untuk mengatasi nyeri jangka pendek pada pasien CPSP
22
sebagai lini kedua.14,17 Pasien yang refrakter terhadap obat lini pertama, dapat diberikan
obat golongan opioid seperti morfin atau levorphanol meskipun belum ada penelitian
pertama. Namun, penggunaannya dibatasi karena efek samping seperti mulut kering,
mengantuk dan sembelit, retensi urin, hipotensi ortostatik dan aritmia jantung. Hal ini
namun efek analgesia ini tidak serta merta disertai dengan penurunan gejala depresi.
neuropatik perifer pada pasien non depresi. Selain itu, dosis dan level amitriptyline
dalam darah yang rendah dapat digunakan sebagai obat penghilang rasa nyeri.14
matter telah digunakan beberapa tahun lalu untuk nyeri yang hebat. Tissue
mengurangi risiko CPSP. Namun, penggunaannya masih sangat terbatas pada pasien
Ablasi bedah dari bagian thalamus yang infark dengan tehnik stereotaktik
talamotomi telah terbukti mengurangi nyeri. Seperti pada sindrom nyeri kronis pada
nyeri. Dengan demikian, terapi psikologis seperti terapi perilaku dapat bermanfaat bagi
23
pasien CPSP. Prognosis untuk sindrom nyeri sentral adalah buruk dengan disertai tanpa
2.6 Prognosis
Pada dasarnya prognosis untuk Thalamic Pain adalah buruk, karena thalamic
pain akan susah untuk dihilangkan dan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas
hidup dari penderitanya. Tidak ada obat khusus untuk menterapi thalamic pain, tetapi
manajemen nyeri bertujuan untuk membantu penderita mengatasi lebih baik dengan
rasa sakit mereka dalam jangka panjang. Keadaan nyeri akan terasa lebih ringan jika
BAB III
KESIMPULAN
24
1. Central pain post stroke adalah suatu gejala yang termasuk dalam suatu sindrom
yang disebut sindrom talamik. Umumnya nyeri ini disebebkan oleh suatu
gangguan serebrovaskular dan bisa juga disebabkan oleh suatu metastasis dari
sering menyebabkan nyeri thalamus adalah stroke. Umur dan jenis kelamin
penderitanya dapat terasa spontan atau dirangsang oleh sesuatu. Nyeri spontan
adalah gejala tersering yang dilaporkan, sekitar 85% dari pasien akan mengeluh
nyeri spontan.
sentral, dan CPSP umum terjadi setelah lesi mengenai thalamus . Dalam satu
studi, 9 dari 11 pasien dengan lesi thalamus dan murni stroke sensorik memiliki
infark kecil di thalamus, yang semua terbatas pada inti posterolateral . 6 dari
terletak di bagian ventral posterior inti lateral dan medial posterior ventral)
sentral di pasien yang lesinya tidak langsung melibatkan thalamus. Data dari
studi PET menunjukkan penurunan aliran darah otak regional di thalamus pada
pasien dengan CPSP yang memiliki rasa sakit spontan pada saat istirahat.
25
antidepresan (amitriptyline dan nortriptyline) serta golongan obat antiepilepsi
gabapentin sebagai lini kedua.4,7 Pasien yang refrakter terhadap obat lini
dari central grey matter telah digunakan beberapa tahun lalu untuk nyeri yang
26
DAFTAR PUSTAKA
www.raredisease.org/information-resources/rare-disease-infromation-
central-pain-syndrome
Disorders/Central-Pain-Syndrome-Information-Page
pain-syndrome/
Sep;8(9)
2007
27
11. Devulder J, Crombez E, Mortier E.Central Pain:an overview. Acta neurol
13. Rianawati SB, Munir B. Buku Ajar Neurologi. Malang: Sagung Seto, 2017
14. James L Henry, Chitra Lalloo, Kiran Yashpal. Central poststroke pain: An
17. J.S. Balami, R.L. Chen, A.M. Buchan. Stroke syndromes and clinical
18. Sylvia M. Gustin, Chris C. Peck, Sophie L. Wilcox, Paul G. Nash, Greg M.
19. Kumar B, Kalita G, Kumar G, et al. Central post stroke pain: a review of
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
28
0&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjqq6O9xqvbAhVEfysKHc4ACDwQ
Fgh9MAk&url=https%3A%2F%2Fwww.stroke.org.uk%2Fsites%2Fdefau
lt%2Ffiles%2Fpain_after_stroke.pdf&usg=AOvVaw0EXipzhA2P-
1jDzkhG2YL2
21. Harrison RA, Field TS. Post stroke pain: identification, assessment, and
29