ANATOMI FISIOLOGI
“SISTEM PERNAFASAN”
DOSEN PENGAMPU : Ns. Frana Andrianur, S.Kep.,M.Kep
KELOMPOK 3 :
1. DESYA REGITA BIANTARI
2. NUR EKA AYU LESTARI
3. RAFIKA
4. RA’IDAH NABILAH
5. RATNAWATI
6. YENI MARLIANI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehinngga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yaitu
dengan judul ”Sistem Pernafasan”, tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
dalam rangka untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Anatomi Fisiologi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................5
B. Tujuan…....................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................1
A. Anatomi Sistem Pernafasan ....................................................................6
B. Proses Inspirasi Dan Ekspirasi ...............................................................9
C. Definisi Pernafasan ..................................................................................10
D. Mekanik Pernafaan .................................................................................11
E. Transport Gas Pernafasan ......................................................................13
F. Pengaturan Pernafasan ...........................................................................17
BAB III PENUTUP................................................................................................19
A. Kesimpulan................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................19
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
5. Untuk mengetahui beberapa gangguan pernapasan pada manusia
6. Untuk mengetahui contoh aktivitas siswa yang dapat dilakukan untuk
membuktikan kerja pernapasan manusia.
Sistem pernafasan sangat penting dalam aktivitas dan kehidupan sehari – hari bagi
semua mahluk hidup. Pernafasan ialah suatu proses menghirup udara luar (oksigen) ke dalam
tubuh serta menghembuskan sisa (karbondioksida) ke luar tubuh. Sistem respirasi terdiri dari
beberapa organ pernafasan yang disebut sebagai saluran nafas atas adalah nares, hidung bagain
luar (external nose), hidung bagian dalam (internal nose), Sinus parasanal, faring, laring.
Saluran nafas bawah adalah trakea, bronki, bronkioli (Molenaar et al., 2014).
Sistem pernafasan memiliki fungsi untuk menjamin ketersediaan oksigen dalam tubuh
untuk kelangsungan metabolisme sel – sel pada tubuh dan mengeluarkan zat sisa
(karbondioksida). Dalam sistem pernafasan tersebut juga melibatkan inspirasi yang berarti
menghirup dan ekspirasi berarti menghembuskan udara dalam bernafas. Pentingnya untuk
mempelajari sistem pernafasan pada manusia terkait dengan organ pernafasannya, prosesnya
dan gangguan yang harus dihindari untuk menjadi sistem pernafasan. Pada makalah ini, akan
dibahas lebih lanjut mengenai sistem pernafasan manusia tentang proses, alat dan beberapa hal
yang mempengaruhinya.
B. Rumusan Makalah
Berdasarkan latar belakang pembuatan makalah ini, maka rumusan makalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana anatomi sistem pernafasan manusia?
2. Bagaimana proses inspirasi dan ekspirasi pada manusia?
3. Apa defenisi perb=nafasan pada manusia?
4. Bagaimana mekanisme pernafasan pada manusia?
5. Bagaimana transport gas pernafasan pada manusia?
6. Bagaimana pengaturan pernafasan pada manusia?
C. Tujuan
5
Berdasarkan rumusan makalah itu maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui anatomi sistem pernafasan manusia
2. Untuk mengetahui anatomi proses inspirasi dan ekspirasi pada manusia
3. Untuk mengetahui anatomi defenisi pernafasan pada manusia?
4. Untuk mengetahui anatomi mekanisme pernafasan pada manusia?
5. Untuk mengetahui anatomi transport gas pernafasan pada manusia?
6. Untuk mengetahui anatomi pengaturan pernafasan pada manusia?
6
BAB II
PEMBAHASAN
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang dindingnya
tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan luarnya dilapisi kulit
dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Terdapat epitel respirasi: epitel berlapis
silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel basal. Didalamnya ada konka nasalis
superior, medius dan inferior. Lamina propria pada mukosa hidung umumnya
sphenoidalis. [4]
4. Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan menyatu dan
7
menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat bernapas
udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan orofaring dan
laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak memilki muskularis
mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin. Lapisan fibroelastis menyatu
dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring dan laringofaring dilapisi epitel berlapis
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antara faring
dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskulus ekstrinsik
mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring pada tulang tiroid
dan krikoid berhubungan dengan fonasi. Lapisan laring merupakan epitel bertingkat silia.
Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi laring untuk
membentuk suara, dan menutup trakea pada saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan
mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara). Celah diantara
pita suara disebut rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa dan lamina propria. Pita
suara terdapat jaringan elastis padat, otot suara ( otot rangka). Vaskularisasi: A.V
Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jaringan
ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel bersilia,
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer
bercabang menjadi bronki lobar bronki segmental bronki subsegmental.
Struktur
8
bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak
teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental hilang sama
sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun atas lipatan
memanjang. Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan kelenjar
submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel mast, eosinofil. [9]
8. Bronchiolus
kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis (alveoli). [9]
10. Duktus alveolaris
Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli bermuara. [9]
11. Alveolus
9
Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag
melebihi jumlah sel lainnya
12. Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin,
fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat pada
dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas mengandung banyak kapiler dan
pembuluh limfe. Saraf adalah cabang . frenikus dan . interkostal.
Mekanisme pernapasan terdiri dari proses inspirasi dan ekspirasi. Pada saat proses
inspirasi (ketika udara masuk ke paru-paru), otot antar tulang rusuk berkontraksi dan
terangkat sehingga volume rongga dada bertambah besar, sedangkan tekanan rongga dada
menjadi lebih kecil dari tekanan udara luar. Sehingga udara mengalir dari luar ke dalam paru-
Sedangkan pada saat proses ekspirasi (ketika udara keluar dari paru-paru), otot antar
tulang rusuk akan kembali ke posisi semula (relaksasi), sehingga volume rongga dada akan
mengecil sedangkan tekanannya membesar. Tekanan ini akan mendesak dinding paru-paru,
sehingga rongga paru-paru membesar. Keadaan inilah yang menyebabkan udara dalam
rongga paru-paru terdorong ke luar (Pramitra, 2006). Aksi dari otot respirasi ditunjukkan
10
Gambar 2.3 Aksi dari otot respirasi:(A)Inhalasi: diafragma berkontraksi, otot interkostal
eksternal menarik tulang rusuk ke atas, paru-paru mengembang;
(B)Ekshalasi: diafragma relaksasi, tulang rusuk turun ke bawah dan otot
interkostal eksternal relaksasi, paru-paru menyusut (Ganong, 2005)
C. DEFENSI PERNAFASAN
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan. [3]
Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
Respirasi Luar (ekternal) merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga
udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
11
Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
Diafragma datar
Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada
mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh
bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa
12
sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan
mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc
oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa
dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200
cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang
dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :
D. MEKANIK PERNAPASAN
1. Pernafasan dada
Pada pernafasan dada otot yang erperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot tulang
rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang berperan dalam
mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau
mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi
13
maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada bertanbah besar.
Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari
pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan uada kecil pada rongga dada
menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh,
proses ini disebut proses ’inspirasi’
Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang
rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh
meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan
aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut ’espirasi’.
2. Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot
dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan
mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga
tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan
mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru-
paru(inspirasi).
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam
keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan
saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2
jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam
alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan
tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan
di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila
tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi)
dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas
dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan
perut terjadi secara bersamaan.
14
E. TRANSPORT GAS PERNAFASAN
1. Ventilasi, Difusi, Transportasi dan Perfusi
Pertukaran gas terjadi antara udara luar dengan darah dalam membran
respitatori. Pernapasan adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada
alveolus dan tingkat kapiler (pernapasan eksternal) dan sel dalam jaringan (pernapasan
internal). Selama pernapasan jaringan tubuh membutuhkan oksigen untuk metabolisme
dan karbondioksida untuk dikeluarkan.
Udara yang kita butuhkan dari atmosfer untuk dapat dimanfaatkan oleh tubuh
membutuhkan proses yang kompleks, yang meliputi proses ventilasi, perfusi, difusi ke
kapiler, dan transportasi.
1. Ventilasi merupakan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Ada
tiga kekuatan yang berperan dalam ventilasi yaitu Compliance ventilasi dan
dinding dada, tegangan permukaan yang disebabkan oleh cairan alveolus dan
dapat diturunkan oleh adanya surfaktan serta pengaruh otot-otot inspirasi.
Compliance atau kemampuan untuk meregang merupakan sifat dapat
diregangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini terkait dengan volume
dan tekanan paru-paru. Struktur paru-paru yang elastis memungkinkan
paru-paru dapat meregang dan mengempis menimbulkan perbedaan
tekanan dan volume, sehingga udara dapat keluar masuk paru-paru.
Tekanan surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus
mempengaruhi kemampuan compliance paru. Tekanan surfaktan
disebabkan oleh adanya cairan pada lapisan alveolus yang dihasilkan oleh
sel tipe II. Pada bayiprematur surfaktan berkurang dan dapat
menyebabkan infant respiratori distress syndrome.
Otot-otot pernapasan, ventilasi sangat membutuhkan otot-otot pernapasan
untuk mengembangkan rongga toraks.
2. Perfusi
Perfusi pulunari adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi pulmunari.
Darah dipompakan masuk ke paru-paru melalui ventrikel kanan kemudian
masuk ke arteri pulmunal. Arteri pulmunal kemudian bercabang dua kanan dan
kiri selanjutnya masuk ke kapiler ke kapiler paru untuk terjadi pertukaran gas.
Sirkulasi pulmunal mempunyai sistemik yang rendah, sehingga
memungkinkan banyak terjadi pertukaran gas sebelum masuk ke atrium kiri.
Kekuatan utama distribusi perfusi dalam paru-paru adalah gravitasi, tetapi juga
15
dipengaruhi oleh tekanan arteri pulmunal dan tekanan alveolus.
Adakuatnya pertukaran gas tergantung pada adekuatnya ventilasi dan
perfusi, yang diukur dengan perbandingan atau ratio antara ventilasi alveolar (V)
dan perfusi . Pada orang dewasa normal sehat dalam keadaan istirahat ventilasi
alveolar sekitar 4.0 lt/menit dan perfusinya sekitar 5.0 lt/menit.
3. Difusi
Difusi adalah proses pertukaran oksigen dan karbondioksida dari alveolus
ke kapiler pulmonal melalui membran, dari area dengan konsentrasi tinggi ke area
dengan konsentrasi rendah. Proses difusi dari alveolus ke kapiler paru-paru antara
oksigen dan karbondioksida melewati 6 rintangan (barier) yaitu melewati
surfaktan, membran alveolus, cairan interstitial, membran kapiler, plasma dan
membran sel darah merah. Oksigen didifusi masuk dari alveolus ke darah dan
karbondioksida didifusi keluar dari darah ke alveolus. Karbondioksida didifusi 20
kali lipat lebih cepat dari difusi oksigen, karena CO 2 daya larutnya lebih tinggi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi diantaranya:
Perbedaan tekanan pada membran, makin besar perbedaan tekanan makin
cepat pula proses difusi.
Besarnya area membran, makin luas area membran difusi maka makin cepat
difusi melewati memebran
Keadaan tebal tipisnya membran, makin tipis, makin cepat proses difusi.
Koefisien difusi yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan membran
paru, makin tinggi koefisien makin cepat pula difusi terjadi, misalnya
karbondioksida koefisiennya 20.3, oksigen 1, nitrogen 0,53, dengan demikian
karbondioksida adalah gas yang cepat terjadi difusi.
4. Transfortasi oksigen dan karbondioksida
Transport oksigen
Setelah difusi dari kapiler pulmunari, oksigen dibawa keseluruh tubuh
melalui sistem sirkulasi sistemik. Setiap 100 ml yang meninggalkan kapiler
alveolus membawa 20 ml oksigen. Molekul oksigen dibawa dalam darah
melalui dua jalur yaitu melalui ikatan dengan homoglobin (Hb) sekitar 97 % dan
larut melaui plasma sekitar 3 %. Momoglobin merupakan molekul yang
mengandung empat subunit protein globular dan unite hame.
Setiap sel darah merah mempunyai kira-kira 280 juta Hb, sehingga
kemampuan seldarah merah membawa oksigen sangat besar. Persentase
16
hemoglobin yang mengandung oksigen disebut saturasi hemoglobin. Jika semua
molekul Hb dapat meningkat oksigen maka saturasinya 100 persen. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi ikatan hemoglobin dengan oksigen
diantaranya:
a) Tekanan hemoglobin dengan PO2
Pengikatan dan penguraian oksigen dengan hemoglobin merupakan reaksi
yang reversible. Jika PO2 meningkat maka reaksi akan bergeser ke kanan, ini
berarti makin banyak oksigen yang terikat dengan hemoglobin. Jika
PO2 menurun maka reaksi akan bergeser ke kiri, berarti banyak oksigen yag
dilepaskan oleh hemoglobin, dengan demikian jika hemoglobin meningkat jika
PO2 meningkat maka saturasi Hb juga meningkat, tetapi jika PO2 menurun
maka saturasi Hb menurun karena banyaknya oksigen yang dilepaskan.
b) Hemoglobin dan pH
Keadaan PH darah mempengaruhi saturasi hemoglobin. Jika pH nya turun atau
dalam keadaan asam maka saturasinya menjadi turun. Misalnya pada pH 7.4 –
7.2, maka saturasinya menjadi sekitar 75-60 %, berarti molekul Hb akan
melepaskan 20 % lebih oksigen pada jaringan perifer.
c) Hemoglobin dan temperatur
Perubahan suhu berakibat pada saturasi hemoglobin. Pada suhu yang
meningkat Hb melepaskan lebih banyak oksigen. Namun demikian efek suhu
hanya signifikan pada jaringan aktif yang menghasilkan panas seperti pada
otot sekeletal aktif, darah menjadi hagat dan hemoglobin melepaskan banyak
oksigen.
d) Hemoglobin dan aktivitas metabolisme sel.
Peningkatan metabolisme sel akan mempengaruhi peningkatan konsumsi
oksigen, karena oksigen sangat dibutuhkan intuk metabolisme, misalnya pada
peningkatan hormon tiroid, hormo pertumbuhan, epinephrin dan adrogen.
Transport karbondioksida
Karbondioksida merupakan hasil metabolisme aerob pada jaringan
perifer. Normalnya sekitar 200 ml karbondioksida diproduksi setiap menit.
Setelah masuk ke peredaran darah CO2 ditransport melalui 3 jalur yaitu pertama
terlarut dengan plasma sekitar 7% - 8%, kedua berikatan dengan hemoglobin
membentuk karbaminohemoglobin sekitar 25% - 30% dan ketiga 60% - 70%
17
berikatan dengan air membentuk asam karbobat, yang kemudian dengan cepat
akan dipecah menjadi ion hidrogen dan ion karbonat dengan batuan enzim
karbonikanhidrase.
Karbondioksida bersenyawa dengan air membentuk asam karbonat dan
akan teruerai menjadi ion hydrogen dan hydrogen karbonat. Ion karbonat
selanjutnya dapat masuk ke membran sel darah merah membentuk potassium
bikarbonat. Sedangkan jika konsentrasinya berlebihan maka ion bikarbonat akan
keluar dari sel dan masuk dalam plasma kemudian bersenyawa dengan sodium
klorida (NaCl) membentuk sodium bikarbonat (NaHCO3) dan ion klorida (Cl-).
Gas CO2 yang telah beredar dalam darah selanjutnya di transport di paru-
paru untuk dikeluarkan melalui mekanisme ekspirasi. Adanya hambatan dalam
pengeluaran CO2 akan mengakibatkan peningkatan kadar CO2 sehingga PaCO2
menjadi meningkat, hal ini dapat berakibat pada perubahan pH darah. Normalnya
PaCO2 sekitar 35 – 45 mmHg.
18
F. PENGATURAN PERNAFASAN
Pusat pernapasan terdiri dari area otak yang bertanggung jawab untuk kontrol
otomatis pernapasan. Sel-sel saraf di bagian batang otak yang lebih rendah, yang
dikenal sebagai medulla oblongata , memulai dan mengatur ritme pernapasan . Bidang
lain dari batang otak, disebut pons, mengandung sel-sel saraf yang mempengaruhi
tingkat pernapasan. Impuls saraf perjalanan dari daerah-daerah ke otot-otot pernapasan,
menyebabkan inspirasi dan ekspirasi. Kemoreseptor sel terletak di medula dan arteri
utama mendeteksi perubahan dalam tingkat oksigen dan karbon dioksida dalam darah
dan mengirim impuls saraf untuk mengatur pusat pernapasan yang sesuai.
Tidak memerlukan pikiran sadar, respirasi terjadi secara spontan mengikuti
impuls saraf berirama yang dihasilkan oleh sekelompok sel alat pacu jantung di medula
oblongata. Merangsang impuls saraf motorik di tulang belakang yang bertanggung
jawab untuk mengendalikan diafragma dan otot-otot interkostal dari tulang rusuk.
Proses ini diatur sedemikian rupa sehingga saraf memasok otot-otot inspirasi dan
ekspirasi tidak pernah aktif pada waktu yang sama. Sekelompok sel saraf di pons, yang
disebut pusat pneumotaxic, merupakan bagian dari pusat pernapasan dianggap terlibat
dalam transisi mengendalikan antara inspirasi dan ekspirasi.
Saraf vagus, yang muncul di batang otak dan memiliki cabang di paru-paru,
dapat mempengaruhi respirasi. Ketika paru-paru yang membentang selama inspirasi
saraf dirangsang, menyebabkan efek penghambatan yang mencegah overinflation.
Beberapa kontrol sukarela pernapasan juga mungkin, seperti ketika seseorang
memutuskan untuk mengambil napas dalam-dalam. Hal ini melibatkan sel-sel di
korteks serebral transmisi impuls saraf melalui tulang belakang untuk merangsang otot-
otot pernapasan diperlukan.
Sebuah sistem regulasi kimia memantau kadar oksigen, karbon dioksida ion, dan
hidrogen dalam darah, memberi informasi kembali ke pusat pernapasan. Sel
kemoreseptor yang sensitif terhadap perubahan kimia dalam darah yang terletak di
medula dan dalam tubuh karotis dan aorta di dalam arteri utama. Jika tingkat oksigen
jatuh, atau konsentrasi karbon dioksida atau ion hidrogen meningkat, kemoreseptor
mengirimkan sinyal ke pusat pernapasan dan meningkatkan respirasi.
Tingkat karbon dioksida Dibesarkan dalam darah, yang dikenal sebagai
hiperkapnia , awalnya akan menyebabkan peningkatan dalam respirasi. Jika tingkat
terus meningkat sistem saraf pusat menjadi tertekan, menyebabkan kebingungan, koma,
dan kematian. Hiperkapnia dapat terjadi dalam kasus-kasus kegagalan paru-paru di
19
mana pernapasan telah menjadi sangat sulit. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit
paru obstruktif kronik ( PPOK ), atau obat-obatan seperti morfin yang bekerja pada sel-
sel saraf di medula menyebabkan kegagalan pernapasan pusat. Pengobatan bervariasi
tergantung pada penyebabnya, tapi pilihan umumnya melibatkan pemberian oksigen,
kadang-kadang dengan bantuan ventilasi mekanik.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Pernafasan merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida baik
yang terjadi di paru-paru maupun jaringan.
b. Fungsi pernapasan yaitu mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah
keseluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran dan mengeluarkan CO2 yang
terjadi sebagai sisa dari pembakaran kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru
untuk dibuang.
c. Organ-organ sistem pernapasan yaitu rongga hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, paru-paru dan alveolus.
d. Respirasi dibedakan menjadi dua yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal.
Proses pernapasan dibedakan menjadi fase inspirasi dan fase ekspirasi.
e. Pertukaran gas meliputi ventilasi, perfusi, difusi ke kapiler dan transportasi.
f. Volume paru-paru terdiri atas volume tidal,volume cadangan inspirasi, volume
cadangan ekspirasi dan volume residu. Dan kapasitas paru-paru terdiri atas
kapasitas vital, kapasitas inspirasi, kapasitas residu fungsional, dan kapasitas total
paru-paru.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Heil, M., Hazel, A. and Smith, J. (2008). The mechanics of airway closure.
Respiratory Physiology & Neurobiology, 163(1-3), pp.214-221.
2. Majumder, N. (2015). Physiology of Respiration. IOSR Journal of Sports
and Physical Education, 2(3), pp.16-17.
3. Patwa, A. and Shah, A. (2015). Anatomy and physiology of respiratory system
relevant to anaesthesia. Indian Journal of Anaesthesia, 59(9), p.533.
4. Srinivas, P. (2012). Steady State and Stability Analysis of Respiratory Control
System using Labview. International Journal of Control Theory and Computer
Modeling, 2(6), pp.13-23.
5. White, S., Danowitz, M. and Solounias, N. (2016). Embryology and
evolutionary history of the respiratory tract. Edorium Journal of Anatomy and
Embryology, 3, pp.54-62.
6. Mitrouska, I., Klimathianaki, M. and Siafakas, N. (2004). Effects of Pleural
Effusion on Respiratory Function. Canadian Respiratory Journal, 11(7),
pp.499-503.
7. Kelly, F. (2014). Influence of Air Pollution on Respiratory Disease. European
Medical Journal, 2, pp.96-103.
8. Kennedy, J. (2012). Clinical Anatomy Series‐ Lower Respiratory Tract
Anatomy. Scottish Universities Medical Journal., 1(2), pp.174‐179.
9. Fikriyah, S. and Febrijanto, Y. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra. Jurnal STIKES,
5(1), pp.99-108.
22