Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR II
CARCINOMA MAMMAE (KANKER PAYUDARA)

Laporan ini disusun guna memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawatan Dasar II

Dosen Pengampu:
Ns. Lima Florensia,Sp.Kep, M.Kep

Disusun Oleh:
Wulandary Yusfida Ningsih 2110701020

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA
2022
A. Konsep Kebutuhan Dasar
Teori Maslow mengenai kebutuhan dasar manusia dapat memberikan dasar untuk
pemberian perawatan pada klien dari semua umur dan dalam berbagai lingkungan
pelayanan kesehatan. Ada 5 kebutuhan dasar yang secara bertahap ketingkat yang lebih
tinggi.
Abraham Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan dasar pada dasarnya bertingkat.
Kebutuhan dasar satu tingkat dibawahnya harus terpenuhi sebelum beralih ke tingkat
yang lebih tinggi. Hal ini sesuai hirarki kebutuhan manusia yang dirumuskannya. Secara
umum dapat dijelaskan bahwa kebutuhan dasar adalah sesuatu yang diperlukan manusia
untuk mempertahankan homeostasis fisiologis & psikologis. (W. Tyas & Sumasto, 2017)
Hirarki Kebutuhan Dasar manusia Menurut Maslow mengatur kebutuhan dasar kedalam 5
tingkatan, yaitu:
1. Kebutuhan Fisiologis (physiologic needs)
kebutuhan ini adalah yang paling dasar, meliputi: oksigen, cairan, nutrisi, temperatur,
eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan seks.
2. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman
a. Keselamatan Fisik
Keadaan mengurangi atau megeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Mis
: penyakit, kecelakaan , bahaya, pemajanan terhadap lingkungan
b. Keselamatan Psikologis
Ancaman tehadap pengalaman baru atau yang tidak dikenal.
3. Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki
Biasanya meningkat setelah terpenuhi kebutuhan fisiologis dan keselamatan
terpenuhi. Bila individu merasa aman dan selamat mereka mempunyai waktu dan
energi untuk mencari cinta dan rasa memiliki, memberikan dan menerima cinta dan
kasih sayang, membutuhkan teman hidup dan bergaul dan membutuhkan hubungan
interpersonal dan kasih sayang.
4. Kebutuhan Harga Diri
berhubungan dengan keinginan terhadap kekuatan, pencapaian, rasa cukup,
kompetensi, rasa percaya diri, kemerdekaan, menghargai diri sendiri, menghargai
orang lain, dihargai oleh orang lain, kebebasan yang mandiri, prestise, dikenal dan
diakui, penghargaan.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi dalam hirarki kebutuhan dasar
manusia menurut Maslow.
Pada saat manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada semua tingkatan yang
lebih rendah, melalui aktualisasi diri dikatakan bahwa mereka mencapai potensi yang
paling maksimal. Kebutuhan aktulisasi diri meliputi:
a. Kebutuhan pengenalan diri sendiri
b. Penerimaan diri sendiri
c. Kenyataan diri sendiri
d. Hubungan interpesonal yang mendalam
e. Penghargaan diri sendiri
f. Pemenuhan diri sendiri
g. Persepsi yang sehat dan realistis.

Berikut merupakan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi pada pasien
Carsinoma Mammae :
1. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman
Pada pasien Carcinoma Mammae akan mengalami nyeri dan cemas dengan
penyakitnya.
2. Kebutuhan Fisiologis (physiologic needs)
Pada pasien Carcinoma Mammae perlu meningkatkan kebutuhan cairan dan nutrisi.

B. Konsep Penyakit
a. Pengertian Carsinoma Mammae (Kanker Payudara)
Karsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae
dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah. (Humaera & Mustofa, 2017)
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah satu
jenis kanker terbanyak di Indonesia. (Panigroro et al., 2019)
Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang dari sel-sel di
payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu kelenjar yang
memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu saluran yang
menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker payudara tumbuh dan berkembang
dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan dan menyebar ke pembuluh darah
(Putra, 2015)

b. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddart dalam NANDA, (2015), penyebab kanker
payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor genetik.
Kanker payudara memeperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi
duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan
perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitu
dan sel menjadi massa. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan
dalam pembentukan kanker payudara (estradiol dan progesteron mengalami
perubahan dalam lingkungan seluler).
Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudara terbagi
menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan faktor resiko tidak
dapat diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut.
Faktor resiko yang dapat diubah :
1) Obesitas
Obesitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan lemak dalam tubuh.
Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber utama estrogen, jika memiliki
jaringan lemak lebih banyak berarti memiliki estrogen lebih tinggi yang
meningkatkan risiko kanker payudara.
2) Pecandu alkohol
Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam insulin darah, seperti
faktor pertumbuhan atau insulin like growth factors (IGFs) dan estrogen. Oleh
karena itu alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
3) Perokok berat
Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada perempuan,
rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi organ-organ tubuh.
Menurut penelitian WHO menyatakan setiap jam tembakau rokok membunuh 560
orang di seluruh dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia yang
sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker).
4) Stres
Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres pisikologi yang
berat dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan tubuh dan penyakit fisik
dapat mudah menyerang.
5) Terpapar zat karsinogen
Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan pembakaran asap
tembakau. Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya sel kanker payudara (Depkes,
2015).

Faktor risiko yang tidak dapat diubah :


1) Faktor genetik atau keturunan
Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada dua gen yang
dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium yaitu gen BRCA1 (Brest Care
Susceptibility Gene 1) dan BRCA2 (Brest Care Susceptibility Gene 2) yang
terlibat dari perbaikan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya
mencapai 5% dari kanker payudara, jika pasien memiliki riwayat keluarga kanker
payudara uji gen BRCA dapat dilakukan. Jika memiliki salah satu atau kedua gen
BRCA1 dan BRCA2 risiko terkena kanker payudara akan meningkat, BRCA1
berisiko lebih tinggi kemungkinan 60%-85% berisko kanker payudara sedangkan
BRCA2 berisiko 40% - 60% berisiko kanker payudara.
2) Faktor seks atau jenis kelamin
Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kanker payudara, tetapi laki-
laki juga dapat terserang kanker payudara. Hal ini disebabkan laki-laki memiliki
lebih sedikit hormon estrogen dan progesteron yang dapat memicu pertumbuhan
sel kanker, selain itu payudara laki-laki sebagian besar adalah lemak, bukan
kelenjar seperti perempuan.
3) Faktor usia
Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko kanker payudara.
Presentase risiko kanker payudara menurut usia yaitu, dari usia 30-39 tahun
berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%, usia 40-49 tahun berisiko 1 dari 69
perempuan atau 1,4%, usia 50-59 tahun berisiko 1 dari 38 perempuan atau 2,6%,
usia 60-69 tahun berisiko 1 dari 27 perempuan atau 3,7%.
Jadi, Semakin tua usia seseorang kemungkinan terjadinya kanker payudara
semakin tinggi karena kerusakan genetik (mutasi) semakin meningkat dan
kemampuan untuk beregenerasi sel menurun.
4) Riwayat kehamilan.
Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko kanker payudara
lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja bersifat imatur (belum
matang) dan sangat aktif. Sel payudara yang imatur lebih rentan mengalami
mutasi sel yang abnormal, ketika seseorang hamil akan mengalami kematuran sel
pada payudaranya dan menurunkan risiko kanker payudara.
5) Riwayat menstruasi
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum umur 12 tahun
(menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena kanker payudara.
Risiko yang sama juga dimiliki perempuan yang menopause pada usia di atas 55
tahun. Setelah wanita menstruasi akan mengalami perubahan bentuk tubuh tidak
terkecuali payudara, payudara akan mulai tumbuh dan terdapat hormon yang
dapat memicu pertumbuhan sel abnormal.
6) Riwayat menyusui
Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari satu tahun,
berisiko lebih kecil menderita kanker payudara. Selama menyusui, sel payudara
menjadi lebih matang (matur). Dengan menyusui mentruasi akan mengalami
penundaan. Hal ini akan mengurangi paparan hormon estrogen terhadap tubuh
sehingga menurunkan risiko kanker payudara.

c. Patofisiologi
Patofisiologi dari kanker payudara biasanya karena interaksi antara faktor lingkungan
dengan factor genetik PI3K/AKT pathway dan RAS/MEK/ERK pathway melindungi
sel normal untuk apoptosis. Ketika gen yang mengkode pathway ini bermutasi maka
sel yang sudah tidak berfungsi secara baik tidak akan melakukan apoptosis dan
penyebab awal kanker. Mutasi ini dihubungkan terhadap munculnya estrogen. Selain
itu, abnormal dari sinyal factor pertumbuhan dapat memfasilitasi pertumbuhan sel
ganas. Ekspresi leptinin dari jaringan adipose payudara juga akan meningkatkan
proliferasi kanker (Kabel dan Baali, 2015)

d. Tanda dan Gejala


Menurut (Trisa, 2015) Gejala kanker payudara adalah :
1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara.
2. Payudara tidak simentris atau mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan.
3. Ada perubahan kulit: penebalan, cengkungan, kulit pucat disekitar punting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara.
4. Ada perubahan suhu pada kulit: hangat, kemerahan, panas.
5. Ada cairan yang keluar dari punting susu.
6. Ada prubahan pada punting susu: gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi, dan terjadi
retraksi.
7. Ada rasa sakit.
8. Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah
meningkat.
9. Ada pembengkakan didaerah lengan.
10. Adanya rasa neyeri atau sakit pada payudara.
11. Semakin lama benjolan semakin besar.
12. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta punting seperti koreng atau eksim dan tertarik kedalam.
13. Benjolan menyerupai bunga kubis dan mudah berdarah.
14. Metastase menyebar ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh.

e. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : (Nurarif, 2015)
1. Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik
dan evaluasi.
2. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.
3. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum kanker
dapat dipalpasi.
4. Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast Cancer
Susceptibility Gene).
5. USG (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.
6. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.

f. Penatalaksanaan Medis
Penanganan pada pasien kanker payudara meliputi:
1. Mastektomi
Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat payudara.
Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014) terbagi menjadi 7 yaitu:
1) Mastektomi radikal luas
Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi klenjar limfe mammae internal.
Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai kelenjar mammae
internal. Operasi ini jarang dilakukan.
2) Mastektommi radikal (haisted klasik)
Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit yang
bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis mayor dan
minor diangkat, vena aksila dipotong. Dalam pembedahan kulit yang tipis
ditinggalkan.
3) Mastektomi radikal modifikasi
Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila diangkat,vena
aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan.
4) Mastektomi sederhana (total)
Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot pektoralis tidak.
Apabila kanker telah menyebar, aksila diradiasi atau dilakukan mastektomi
radikal.
5) Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan)
Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah fasia, dan
kulit di atasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara.
6) Lumpektomi, tilektomi atau eksisi lokal
Tumor berukuran 3 cm sampai 5 cm jaringan pada kedua sisi diangkat,
mempertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.
7) Mastektomi subkutan
Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui insisi di bawah
payudara. Semua kulit payudara, termasuk puting dan areola serta tonjolan
jaringan kecil di bawah puting, dibiarkan ditempatnya. Implan silikon
disisipkan, baik pada saat pembedahan awal atau beberapa bulan sesudahnya.
2. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini
diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan
yang diberikan pada saat kemoterapi (Putra, 2015).
3. Terapi Hormonal
Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya memblok
kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan kanker payudara (Putra,
2015).
4. Lintas metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan
resorbsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi
oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang,
menunjukan evektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara
menuju tulang. Penggunaan asam bifosfonat dalam jangka panjang dapat
menimbulkan efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal
(Nurarif, 2015).

C. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk
mengumpulkan data pasien secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan
data, identitas pasien, dan validasi status kesehatan pasien.
Pengkajian bertujuan untuk menegaskan drajat kesehatan atau kesakitan pasien dan
untuk mendiagnosa kemungkinan masalah (Martin dan Griffin, 2014).
Pengkajian kanker payudara berfokus pada hal-hal berikut: berapa lama
muncul massa, penebalan massa atau gejala kanker lain dan apakah telah
mengalami perubahan payudara, karakteristik nyeri payudara, rabas dari puting,
adanya ruam, atau eksem pada puting, riwayat trauma pada payudara, dan riwayat
keluarga memiliki penyakit kanker (Martin dan Griffin, 2014).
Pengkajian dalam proses keperawatan meliputi:
1. Anamnesis
Anamnesis atau wawancara merupakan metode pengumpulan data secara
langsung antara perawat dan pasien. Data wawancara merupakan semua
ungkapan perasaan yang dirasakan pasien atau orang lain yang berkepentingan
termasuk keluarga pasien, teman dan orang terdekat pasien.
Data yang mencakup wawancara meliputi:
1) Identitas pasien
Identitas pasien mencakup nama pasien, tanggal lahir/usia, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, jam masuk
rumah sakit, nomor rekam medik dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama terbagi menjadi dua yaitu keluhan utama saat masuk rumah
sakit dan keluhan saat pengkajian. Keluhan utama pada pasien dengan kanker
payudara dapat berupa adanya massa tumor di payudara, rasa sakit di
payudara, keluar cairan pada puting, kemerahan pada payudara, payudara
terasa restraksi.
3) Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang dialami pasien dari penjelasan sebelum terjadinya
keluhan utama sampai terjadi keluhan utama dan hingga pada saat
pengkajian. Riwayat kanker payudara dari tanda gejala munjul, penetapan
biopsi, keluhan yang paling dirasakan hingga penanganan yang sudah
diberikan untuk menangani keluhan tersebut.
b. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah di derita
oleh pasien dan berhubungan dengan penyakit yang sekarang ini.
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga adalah berisi tentang semua anggota kelurga
pasien yang memiliki penyakit kronis, menular, menurun dan menahun
seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, TBC, HIV, hepatits
B, penyakit kelamin, dan apakah kelurga ada yang memiliki riwayat
kanker payudara.
d. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan berisi tentang aktivitas atau
perilaku sebelum pasien sakit yang dapat mempengaruhi kesehatan
pasien, seperti peminum alkohol atau tidak, merokok atau tidak,
ketergantungan obat-obatan atau tidak, dan bagaimana dengan aktivitas
berolahraga.
e. Data pisikososial
Data psikososial diperlukan untuk mengetahui koping yang dimiliki
pasien, persepsi pasien tentang penyakitnya dan untuk mengetahui
apakah terjadi gangguan konsep diri pada pasien.
f. Personal hygine
Data personal hygine diperlukan untuk mengetahui frekuensi mandi,
kramas, menyikat gigi, memotong kuku dan ganti pakaian dalam sehari.
g. Pengkajian spiritual
Pengkajian spiritual dapat ditanyakan bagaimana kebiasaan beribadah
selama sebelum sakit dan sesudah sakit ini. Biasanya pada pasien yang
mengalami penyakit kronis akan lebih mendekatkan diri kepada tuhan
guna untuk mencari ketenangan hidupnya.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah sebuah gambarkan respon manusia mengenai keadaan
kesehatan pada individu atau kelompok. (Martin dan Griffin, 2014)
Diagnosa keperawatan sejalan dengan diagnosa medis karena saat mengumpulkan
data-data untuk menegakan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit
dalam diagnosa medis.
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
kanker payudara yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke
jaringan.
3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(penekanan massa kanker).

c. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi.
Tujuan : nyeri hilang atau nyeri berkurang
Kriteria hasil :
1) Skala nyeri berkurang (skala nyeri 2-3)
2) Klien mampu mengontrol nyeri dengan manajemen nyeri non farmakologi
3) Klien mampu menyatakan nyaman setelah nyeri berkurang
Rencana Tindakan :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Rasional : Pembedahan dan obat yang diberikan tepat
2) Identifikasi respon nyeri non verbal
Rasional : Obat dan terapi yang dianjurkan dokter tepat
3) Berikan analgesik sesuai terapi
Rasional : Meredakan nyeri klien
4) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Rasional : Mampu melakukan teknik secara mandiri

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke


jaringan.
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi penurunan berat badan
2) Adanya peningkatan berat badan
3) Tidak ada mual dan muntah
4) Mampu menghabiskan porsi makannya
Rencana Tindakan :
1) Identifikasi status nutrisi
Rasional : Pemberian jumlah nutrisi sesuai
2) Monitor asupan makanan
Rasional : Pemberian asupan makanan sesuai kebutuhan
3) Monitor berat badan
Rasional : Berat badan yang dianjurka tercapai.
4) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Rasional : Hasil laboratorium tercapai
5) Berikan medikasi sebelum atau sesudah makan
Rasional : Mengurangi gejala yang dirasakan

3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanik


(penekanan massa kanker).
Tujuan: Integritas kulit membaik
Kriteria hasil:
1) Menunjukan proses penyembuhan luka
2) Kebersihan dan kelembapan kulit terjaga
3) Kehangatan kulit merata
Rencana Tindakan:
1) Monitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
Rasional : Mengetahui adanya penyakit lain yang muncul
2) Monitor tanda-tanda infeksi
Rasional : Mengetahui adanya infeksi
3) Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Rasional : Mencegah infeksi
4) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Rasional : Mampu perawatan luka secara mandiri

D. Daftar Pustaka

Humaera, R., & Mustofa, S. (2017). Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Mammae
Stadium 2. J Medula Unila, 7(April), 103–107.
Panigroro, S., Hernowo, B. S., & Purwanto, H. (2019). Panduan Penatalaksanaan Kanker
Payudara (Breast Cancer Treatment Guideline). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(4), 1–
50. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf
Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta:Laksana.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

Kementrian Kesehatan Republic Indonesia. (2015). Infodatin Situasi Kanker Payudara.

Martin, Reeder, G., Koniak. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 1. Jakarta:EGC.


Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.

Kabel, Ahmed M, and Fahad H Baali. 2015. “Breast Cancer : Insights into Risk Factors,
Pathogenesis, Diagnosis and Management” 3 (2): 28–33.

W, Tyas., Sumasto, H. (2017). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya:Politekkes


Kemenkes Surabaya

Anda mungkin juga menyukai