KEPERAWATAN DASAR II
CARCINOMA MAMMAE (KANKER PAYUDARA)
Dosen Pengampu:
Ns. Lima Florensia,Sp.Kep, M.Kep
Disusun Oleh:
Wulandary Yusfida Ningsih 2110701020
Berikut merupakan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi pada pasien
Carsinoma Mammae :
1. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman
Pada pasien Carcinoma Mammae akan mengalami nyeri dan cemas dengan
penyakitnya.
2. Kebutuhan Fisiologis (physiologic needs)
Pada pasien Carcinoma Mammae perlu meningkatkan kebutuhan cairan dan nutrisi.
B. Konsep Penyakit
a. Pengertian Carsinoma Mammae (Kanker Payudara)
Karsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae
dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah. (Humaera & Mustofa, 2017)
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah satu
jenis kanker terbanyak di Indonesia. (Panigroro et al., 2019)
Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang dari sel-sel di
payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu kelenjar yang
memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu saluran yang
menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker payudara tumbuh dan berkembang
dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan dan menyebar ke pembuluh darah
(Putra, 2015)
b. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddart dalam NANDA, (2015), penyebab kanker
payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor genetik.
Kanker payudara memeperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi
duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan
perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitu
dan sel menjadi massa. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan
dalam pembentukan kanker payudara (estradiol dan progesteron mengalami
perubahan dalam lingkungan seluler).
Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudara terbagi
menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan faktor resiko tidak
dapat diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut.
Faktor resiko yang dapat diubah :
1) Obesitas
Obesitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan lemak dalam tubuh.
Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber utama estrogen, jika memiliki
jaringan lemak lebih banyak berarti memiliki estrogen lebih tinggi yang
meningkatkan risiko kanker payudara.
2) Pecandu alkohol
Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam insulin darah, seperti
faktor pertumbuhan atau insulin like growth factors (IGFs) dan estrogen. Oleh
karena itu alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
3) Perokok berat
Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada perempuan,
rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi organ-organ tubuh.
Menurut penelitian WHO menyatakan setiap jam tembakau rokok membunuh 560
orang di seluruh dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia yang
sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker).
4) Stres
Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres pisikologi yang
berat dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan tubuh dan penyakit fisik
dapat mudah menyerang.
5) Terpapar zat karsinogen
Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan pembakaran asap
tembakau. Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya sel kanker payudara (Depkes,
2015).
c. Patofisiologi
Patofisiologi dari kanker payudara biasanya karena interaksi antara faktor lingkungan
dengan factor genetik PI3K/AKT pathway dan RAS/MEK/ERK pathway melindungi
sel normal untuk apoptosis. Ketika gen yang mengkode pathway ini bermutasi maka
sel yang sudah tidak berfungsi secara baik tidak akan melakukan apoptosis dan
penyebab awal kanker. Mutasi ini dihubungkan terhadap munculnya estrogen. Selain
itu, abnormal dari sinyal factor pertumbuhan dapat memfasilitasi pertumbuhan sel
ganas. Ekspresi leptinin dari jaringan adipose payudara juga akan meningkatkan
proliferasi kanker (Kabel dan Baali, 2015)
e. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : (Nurarif, 2015)
1. Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik
dan evaluasi.
2. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.
3. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum kanker
dapat dipalpasi.
4. Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast Cancer
Susceptibility Gene).
5. USG (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.
6. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.
f. Penatalaksanaan Medis
Penanganan pada pasien kanker payudara meliputi:
1. Mastektomi
Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat payudara.
Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014) terbagi menjadi 7 yaitu:
1) Mastektomi radikal luas
Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi klenjar limfe mammae internal.
Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai kelenjar mammae
internal. Operasi ini jarang dilakukan.
2) Mastektommi radikal (haisted klasik)
Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit yang
bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis mayor dan
minor diangkat, vena aksila dipotong. Dalam pembedahan kulit yang tipis
ditinggalkan.
3) Mastektomi radikal modifikasi
Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila diangkat,vena
aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan.
4) Mastektomi sederhana (total)
Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot pektoralis tidak.
Apabila kanker telah menyebar, aksila diradiasi atau dilakukan mastektomi
radikal.
5) Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan)
Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah fasia, dan
kulit di atasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara.
6) Lumpektomi, tilektomi atau eksisi lokal
Tumor berukuran 3 cm sampai 5 cm jaringan pada kedua sisi diangkat,
mempertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.
7) Mastektomi subkutan
Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui insisi di bawah
payudara. Semua kulit payudara, termasuk puting dan areola serta tonjolan
jaringan kecil di bawah puting, dibiarkan ditempatnya. Implan silikon
disisipkan, baik pada saat pembedahan awal atau beberapa bulan sesudahnya.
2. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini
diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan
yang diberikan pada saat kemoterapi (Putra, 2015).
3. Terapi Hormonal
Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya memblok
kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan kanker payudara (Putra,
2015).
4. Lintas metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan
resorbsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi
oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang,
menunjukan evektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara
menuju tulang. Penggunaan asam bifosfonat dalam jangka panjang dapat
menimbulkan efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal
(Nurarif, 2015).
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah sebuah gambarkan respon manusia mengenai keadaan
kesehatan pada individu atau kelompok. (Martin dan Griffin, 2014)
Diagnosa keperawatan sejalan dengan diagnosa medis karena saat mengumpulkan
data-data untuk menegakan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit
dalam diagnosa medis.
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
kanker payudara yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke
jaringan.
3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(penekanan massa kanker).
c. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi.
Tujuan : nyeri hilang atau nyeri berkurang
Kriteria hasil :
1) Skala nyeri berkurang (skala nyeri 2-3)
2) Klien mampu mengontrol nyeri dengan manajemen nyeri non farmakologi
3) Klien mampu menyatakan nyaman setelah nyeri berkurang
Rencana Tindakan :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Rasional : Pembedahan dan obat yang diberikan tepat
2) Identifikasi respon nyeri non verbal
Rasional : Obat dan terapi yang dianjurkan dokter tepat
3) Berikan analgesik sesuai terapi
Rasional : Meredakan nyeri klien
4) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Rasional : Mampu melakukan teknik secara mandiri
D. Daftar Pustaka
Humaera, R., & Mustofa, S. (2017). Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Mammae
Stadium 2. J Medula Unila, 7(April), 103–107.
Panigroro, S., Hernowo, B. S., & Purwanto, H. (2019). Panduan Penatalaksanaan Kanker
Payudara (Breast Cancer Treatment Guideline). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(4), 1–
50. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf
Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta:Laksana.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
Kabel, Ahmed M, and Fahad H Baali. 2015. “Breast Cancer : Insights into Risk Factors,
Pathogenesis, Diagnosis and Management” 3 (2): 28–33.