Anda di halaman 1dari 100

MAKALAH

Hiperlipidemia

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata


Kuliah Farmakoterapi I
Disusun Oleh:

Kelompok 4 (Kelas A)

Alifa Aprilia Listiyani


1406524852
Deby Jannati Gustiwi
1406525073
Egi Gustiani
1406525161
Evita Irmayanti
1406525211
Hafifah Frawita
1406525281
Milatur Rodiyah
1406525470
Retno Rela Mahanani
1406525703
Sarah Karima
1406525855
Yennita Indra Bastian
1406526012
ParamitaNur Huda
1406598863

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehinggaHiperlipidemiamakalah”ini“ dapat diselesaikan dengan
baik. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas

mata kuliah Farmakoterapi I, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas


Indonesia. Makalah ini membahas tentang key concept lipid yang mencakup metabolisme
dan transportasi lipid serta tentang penyakit hiperlipidemia yang mencakup definisi, etiologi,
klasifikasi, patologi, manifestasi klinis, hingga diagnosis penyakit.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat, terutama dalam peningkatan pengetahuan
yang dapat diterapkan kelak dalam praktik pelayanan farmasi pada pasien hiperlipidemia.
Demi menyempurnakan makalah ini, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penulisan makalah ini. Penulis berharap Tuhan Yang Maha Kuasa
berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Depok, November 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................


i
KATA PENGANTAR ..................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................

iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................
1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................


1

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................


2

1.3 Tujuan
.......................................................................................
2

1.4 Metode.......................................................................................
2

1.5 Sistematika Penulisan ................................................................


2
BAB 2
ISI
....................................................................................................

2.1..........................................................................................
Lipid

.....................................................................
2.1.1
Lipoprotein
5

...............................................................
2.1.2
Apolipoprotein
8

...................
2.1.3TransportasidanMetabolismeLipoprotein
9

2.2..........................................................................
Hiperlipidemia

16

...........................................................................
2.2.1
Definisi
16

...........................................................................
2.2.2
Etiologi
16

......................................................................
2.2.3
Klasifikasi
18

...................................................................
2.2.4
Patofisiologi
25

..........................................................
2.2.5
Manifestasi Klinis
26

.......................................................................
2.2.6
Diagnosis
33
BAB 3
KESIMPULAN ..............................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
42
LAMPIRAN ..................................................................................................

44
iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Lipoprotein 6

Gambar 2.2 Metabolisme Kilomikron 9

Gambar 2.3 Transportasi Lipoprotein 10

Gambar 2.4 Metabolisme VLDL 12

Gambar 2.5 Metabolisme HDL 14

Gambar 2.6 Xanthelesma palpebrarum 30

Gambar 2.7 Tuberous xanthoma 30

Gambar 2.8 Xantoma eruptif 31

Gambar 2.9 Pankreatitis 32

Gambar 2.10 Proyeksi Resiko PJK 10 Tahun Framingham 38

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penyebab Tingginya Kadar Lemak 17

Tabel 2.2 Penyakit, Profil, dan Lipid18

Tabel 2.3 Klasifikasi Hiperlipidemia Berdasarkan Fenotip Lipoprotein 19

Tabel 2.4 Contoh Penyakit dan Efek Samping dari Obat yang

Menyebabkan Hipertensi Sekunder 24

Tabel 2.5 Penyakit dan Obat yang Menyebabkan Hipertensi Sekunder 24

Tabel 2.6 Klasifikasi Nilai Kolesterol Total, LDL, HDL, dan TG 26

Tabel 2.7 Manifestasi Klinis Beberapa Tipe Hiperlipidemia 27

Tabel 2.8 Klasifikasi Kadar Kolesterol Total, LDL, HDL, dan TG 33

Tabel 2.9 Kategori Penderita Hiperlipidemia 36


i
v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lemak (disebut juga lipid) merupakan zat kaya kalori yang berfungsi sebagai
sumber utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari makanan
atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan disimpan di dalam sel-sel
lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh
dari dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan
komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf
serta empedu (Suyatna, 2007). Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol
dan trigliserida. Lemak tidak larut dalam cairan plasma sehingga harus terikat
pada protein tertentu agar dapat mengikuti aliran darah. Gabungan antara lemak
dan protein ini disebut lipoprotein.

Kurang bergerak, pola makan tinggi kalori, kaya lemak dan karbohidrat,
menyebabkan penumpukan kelebihan energi dari glukosa, lemak dan protein yang
tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan pembesaran jaringan
adiposa yang membuat seseorang menjadi gemuk terutama pada bagian perut
yang lambat laun nampak membuncit. Kondisi ketika kadar lemak di dalam darah
meningkat di atas batas normal dinamakan hiperlipidemia atau yang sering disebut
sebagai dislipidemia. Pada pasien hiperlipidemia, total kolesterol menjadi tinggi,
LDL (Low Density Lipoprotein) atau trigliserida tinggi, HDL (High Density
Lipoprotein) rendah, atau kombinasi kelainan lain. (Wells et al., 2009). Makalah
ini membahas tentang key concept lipid yang mencakup metabolisme dan
transportasi lipid serta tentang penyakit hiperlipidemia yang mencakup definisi,
etiologi, klasifikasi, patologi, manifestasi klinis, hingga diagnosis penyakit.

Perumusan Masalah

Bagaimana key concept lipid (struktur, bagian, metabolisme, dan transportasinya)?

Bagaimana definisi dan etilogi penyakit hiperlipidemia?

1
Bagaimana klasifikasi dan patologi penyakit hiperlipidemia?

Bagaimana manifestasi klinik penyakit hiperlipidemia?

Bagaimana diagnosis penyakit hiperlipidemia?

Tujuan

Memahami key concept lipid (struktur, bagian, metabolisme, dan transportasinya).

Memahami definisi dan etilogi penyakit hiperlipidemia.

Memahami klasifikasi dan patologi penyakit hiperlipidemia.

Memahami manifestasi klinik penyakit hiperlipidemia.

Memahami diagnosis penyakit hiperlipidemia.

Metode Penulisan

Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu melalui buku-
buku yang berkaitan dengan tema makalah dan melalui penelusuran situs atau
jurnal yang dapat dipercaya dari media internet.

1.5 Sistematika Penulisan

Bab 1 Pendahuluan

Latar Belakang

Perumusan Masalah

Tujuan

Metode Penulisan

Sistematika Penulisan

Bab 2 Isi

Lipid

Lipoprotein

Apolipoprotein

Transportasi dan Metabolisme Lipoprotein

Hiperlipidemia
Definisi

Etiologi

2
Klasifikasi

Patofisiologi

Manifestasi Klinis

Diagnosis

Bab 3 Kesimpulan

Daftar Pustaka

3
BAB 2

ISI

Lipid

Lipid merupakan sekelompok senyawa heterogen meliputi lemak, minyak, steroid,


malam (wax), dan lain-lain. Lipid termasuk ke dalam biomolekul yang memiliki
karakteristik khusus yakni sukar larut dalam air sehingga hanya larut dalam
pelarut nonpolar seperi eter, metanol, heksan dan kloroform. Senyawa ini
merupakan konstituen makanan yang sangat penting bagi tubuh karena dapat
melarutkan vitamin A, D, E, dan K yang memiliki kelarutan yang lebih besar pada
lemak dan kandungan asam lemak esensial yang terkandung dalam lemak nabati.
Selain itu, lemak utamanya asam lemak yang disimpan pada sel yakni dalam
bentuk triasilgliserol. Asam lemak tersebut merupakan cadangan molekul energi
jangka panjang karena menyediakan energi lebih besar dibandingkan karbohidrat.
Asam lemak melepaskan sekitar 38 kJ/g dibandingkan dengan karbohidrat yakni
16 kJ/g (Boyer, 2002).

Lemak disimpan dalam jaringan adiposa sehingga berfungsi sebagai insulator


panas pada jaringan subkutan dan di sekitar organ tertentu. Lipid nonpolar
berperan sebagai insulator listrik yang memungkinkan penjalaran gelombang
depolarisasi di sepanjang syaraf bermielin. Lemak yang ada dalam makanan
berada dalam bentuk trigliserida yaitu lemak netral, yang masing-masing terdiri
dari kombinasi dari gliserol dan tiga molekul asam lemak. Selama proses
pencernaan dua molekul asam lemak dipisahkan dan meninggalkan satu molekul
gliserol atau monogliserol dan satu molekul asam lemak. Maka, produk akhir dari
pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak yang merupakan satuan
lemak yang dapat diserap (Sherwood, 2001).

Lipid diklasifikasikan menjadi lipid sederhana dan lipid kompleks (Murray,


Bender, Botham, Kenelly, Rodwell, Weil, 2009). Lipid sederhana terdiri dari ester
asam lemak dengan berbagai alkohol.

Lemak (fat) ester asam lemak dengan gliserol

Minyak (oil) adalah lemak dalam keadaan cair

4
Malam (wax) ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berberat molekul
tinggi.

Adapun lipid kompleks meliputi ester asam lemak yang mengandung gugus-

gugus selain alkohol dan asam lemak.

Fosfolipid yakni lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor selain asam
lemak dan alkohol. Lipid ini umumnya memiliki basa yang menagndung nitrogen
dan substituen lainnya, misalnya alkohol pada gliserofosfolipid adalah gliserol dan
alkohol pada sfingofosfolipid adalah sfingosin.

Glikolipid (glikosfingolipid) adalah lipid yang mengandung asam lemak,


sfingosin, dan karbohidrat.

Lipid kompleks lainnya yakni sulfolipid, aminolipid, dan lipoprotein.

Lipoprotein

Lemak yang diserap dari makanan yakni monogliserol dan satu molekul

asam lemak serta lipid yang disintesis oleh hati harus diangkut menuju berbagai
organ untuk diguanakan sebagai energi atau disimpan. Karena sifat lipid tersebut
tidak larut dalam air, maka pengangkutan lipid dalam plasma darah dilakukan oleh
lipoprotein. Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid
dan protein. Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik)
yang terdiri dari 16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik
yang terdiri dari 30% fosfolipid dan 14% kolesterol. Selain itu juga mengandung
asam lemak rantai panjang tak ter-esterifikasi (asam lemak bebas) atau FFA
sebanyak 4%. Asam lemak bebas merupakan lipid plasma yang paling aktif dan
melekat pada albumin serum ketika dimobilisasi dari jaringan adiposa.
Berdasarkan konstituen lipid pada lipoprotein tersebut, maka struktur lipoprotein
digambarkan terdiri dari inti non polar terutama terdiri dari triasilgliserol dan ester
kolesteril yang dikelilingi oleh satu lapisan permukaan molekul kolesterol dan
fosfolipid amfifatik. Molekul tersebut berorientasi sedemikian rupa sehingga
gugus polarnya menghadap keluar yakni ke medium air. Gugus protein yang
merupakan konstituen pada lipoprotein tersebut disebut apolipoprotein atau
apoprotein. Struktur lipoprotein dapat dilihat pada Gambar 2.1.

5
Apoprotein Perifer

(mis. Apo C)

Koleterol bebas

Fosfolipid

Ester
Kolesteril

Triasil gliserol

Inti utama lipid

nonpolar
Apoprotein

Integral
Lapisan tunggal
(mis. Apo B)
utamanya lipid amfifatik

[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kenelly, Rodwell, Weil,2009]

Gambar 2.1 Struktur Lipoprotein

Lemak memiliki kerapatan yang lebih rendah dibandingkan air sehingga massa jenis atau
(densitas) lipoprotein menurun seiring dengan peningkatan proporsi lipid terhadap jumlah
protein. Terdapat 4 kelompok utama lipoprotein yakni kilomikron, VLDL atau pra-β-
lipoprotein (very-low density lipoprotein),

LDL atau-lipoproteinβ(low density lipoprotein), dan HDL-lipoproteinatau α

(high density lipoprotein). Tabel komposisi lipoprotein plasma dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Kilomikron

Kilomikron merupakan trigliserida yang berukuran besar yang kaya akan partikel yang
mengandung apolipoprotein B-48, B-100, dan E. Kilomikron berasal dari penyerapan
triasilgliserol dan lipid lain di sel mukosa usus. Kilomikron ditemukan di kilus yang hanya
dibentuk oleh sistem limfe yang mengaliri usus. Kilomikron berperan mengankut semua lipid
dari makanan ke
dalam sirkulasi juga termasuk otot rangka dan jaringan adiposa. Kilomikron umumnya tidak
ada di dalam plasma setelah berpuasa selama 12-14 jam dan dikatabolisme oleh LPL atau
lipoprotein lipase yang diaktifkan oleh
6
apolipoprotein C-II dalam pembuluh endothelial dan lipase hepatik untuk
membentuk sisa kilomikron. Sisa-sisa kilomikron mengandung apolipoprotein E
dan berukuran diameter sekitar separuh dari kilomikron induk dan relatif kaya
akan ester kolesteril dan kolesterol karena berkurangnya triasilgliserol (Dipiro,
Talbert, Yee, Matzke, Wells, & Posey, 2008).

VLDL

VLDL merupakan lipoprotein yang berdensitas sangat rendah yang berasal dari
hati Apolipoprotein yang menyusun VLDL diantaranya Apo B-100, C-I, C-II, dan
C-III.VLDL adalah kendaraan utama untuk mengangkut triasilgliserol dari hati ke
jaringan ekstrahepatik. VLDL mengangkut sekitar 10-15% serum kolesterol dan
sebagian besar triasilgliserol dalam kondisi puasa.VLDL merupakan prekursor
pembentuk LDL dan sisa VLDL bersifat atherogenik.

LDL

LDL atau lipoprotein berdensitas tinggi merupakan tahap akhir metabolisme


VLDL. LDL lebih lanjut digolongkan menjadi LDL1 atau IDL (intermediate
density lipoprotein), yang memiliki densitas 1006-1019 g/mL dan LDL2 yang
memiliki densitas 1019-1063 g/mL.LDL2 adalah komponen utama LDL dalam

plasma dan membawa 60%-70% total kolesterol serum. Apolipoprotein utama


pada LDL yakni apolipoprotein B (B-100). LDL adalah lipoprotein pengangkut
kolesterol yang utama. Ketika puasa dan pada kondisi orang normal dengan
asupan lemak rendah, kolesterol kebanyakan disintesis dan digunakan pada organ
ekstrahepatik, sedangkan kolesterol diangkut oleh LDL dan dikatabolisme oleh
hati.

HDL

Lipoprotein berdensitas tinggi atau HDL berperan dalam transport kolesterol

dan pada metabolisme VLDL dan kilomikron. Fosfolipid adalah lipid utama pada
HDL. HDL dibagi menjadi HDL2 (densitas 1063-1125 g/mL) dan HDL3

(1125-1210 g/mL). Fluktuasi pada HDL kadang disebabkan oleh perubahan level
HDL2. HDL secara normal mengangkut 20-30% dari total kolesterol.

7
Struktur HDL sekitar 90% terbentuk oleh apolipoprotein yakni Apo A-I, A-II, A-IV, C-I, C-II, C-III,
D, dan E. Induk HDL terdiri dari lapis ganda fosfolipid discoid yang mengandung apo A dan
kolesterol bebas. HDL disintesis dan diekskresikan dari hati dan usus. HDL utamanya berfungsi
sebagai tempat penyimpanan apo C dan apo E yang dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan
VLDL. HDL telah terbukti secara klinis memberi efek protektif terhadap kejadian penyakit jantung
kronis.

2.1.2 Apolipoprotein (Murray, Bender, Botham, Kenelly, Rodwell,

&Weil,2009)

Pada setiap lipoprotein terdapat satu atau lebih apolipoprotein (protein atau polipeptida).
Apolipoprotein-lipoprotein)adalah utamaApoA. pada

Sedangkan apolipoprotein utama pada LDL-lipoprotein)(β adalah apolipoprotein

B (B-100) yang juga dapat ditemukan pula pada VLDL. Kilomikron mengandung bentuk apo B
yang terpotong (Apo-48) yang disintesis di usus, sementara apo B-100 disintesis di hati. Apo B-100
adalah salah satu rantai polipeptida tunggal yang diketahui paling panjang dan memiliki sekitar
4536 asam amino dan massa molekul 550.000 Da. Apo B-48 (48% B-100) dibentuk dari m-RNA
yang sama seperti B-100 setelah introduksi sebuah sinyal perhentian oleh suatu enzim penyunting
RNA. Apo C-I, C-II, dan C-III adalah polipeptida yang lebih kecil (massa molekul 7000-9000 Da)
yang bebas dipindahkan dari satu lipoprotein ke lipoprotein lain. Apo E ditemukan di VLDL, HDL,
kilomikron, dan sisa kilomikro. Pada orang normal apo-E membentuk 5-10% apolipoprotein VLDL
total. Namun fungsi apo A-IV dan D masih belum diketahui pasti meskipun apo D diperkirakan
merupakan faktor penting dalam penyakit neurodegeneratif manusia. Karakteristik dan fungsi
berbagai apolipoprotein dapat dilihat pada Lampiran 2.

Apolipoprotein berperan dalam berbagai hal yakni:

Dapat membentuk sebagian struktur lipoprotein, misal apo-B

Kofaktor enzim, misal apo C-II untuk lipoprotein lipase, A-I untuk lesitin, kolesterol
asiltransferase, atau inhibitor enzim, misalnya apo A-II dan apo C-II untuk lipoprotein lipase, apo
C-I utnuk protein pengangkut ester kolesteril

8
Bertindak sebagai ligand untuk interaksi dengan reseptor lipoprotein dalam
jaringan, misalnya apo B-100 dan apo E untuk reseptor LDL, apo A-I untuk
resptor HDL, apo E untuk protein terkait-reseptor LDL (LDL receptor-related
protein, LRP) yang diidentifikasi sebagai reseptor sisa dan apo A-I untuk reseptor
HDL.

Transportasi dan Metabolisme Lipoprotein

Lemak yang diperoleh dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati atau

hasil simpanan dijaringan adiposa harus diangkut keberbagai jaringan dan organ
tubuh untuk digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut dalam air, cara
transpor lipid dalam plasma darah yang berbahan dasar air dilakukan dengan cara
menggabungkan lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid
amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein untuk menghasilkan lipoprotein
yang dapat bercampur dengan air. Transpor lipoprotein terdiri atas dua jalur yaitu
jalur eksogen untuk transpor kolesterol dan trigliserida yang diserap dari lemak
makanan pada saluran pencernaan (metabolisme kilomikron) dan jalur endogen
yang merupakan lanjutan saat kolesterol dan trigliserida mencapai plasma dari hati
dan jaringan selain pencernaan lainnya (metabolisme VLDL).

Gambar 2.2. Transpor lipopretein (terdiri atas jalur eksogen dan jalur endogen)
9
2.1.3.1 Jalur Eksogen (Metabolisme Kilomikron)

Kilomikron berperan sebagai pengangkut lipid dari makanan ke dalam sirkulasi.


Lipid yang diperoleh dari makanan akan diserap oleh usus, dan kemudian
dibentuk menjadi kilomikron di dalam sel usus. Setelah itu, kilomikron akan
dibebaskan dari sel usus melalui proses pinositosis terbalik (reverse pinocytosis),
menuju sistem limfatik.

Kilomikron yang baru disekresikan ini disebut sebagai kilomikron nascent.


Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.3, kilomikron nascent hanya
mengandung apolipoprotein B-48 dan apolipoprotein A. Bentuk utuh kilomikron
diperoleh dari HDL di dalam sirkulasi, dimana apolipoprotein C dan
apolipoprotein E akan disalurkan dari HDL menuju kilomikron nascent,
membentuk kilomikron utuh.

[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kennelly, Rodwell, & Weil, 2009, telah diolah kembali]

Gambar 2.3. Metabolisme kilomikron. (A: apolipoprotein A, B-48:


apolipoprotein B-48, ©: apolipoprotein C, E: apolipoprotein E, TG: triasilgliserol,
C: kolesterol dan ester kolesteril, P: fosfolipid, HL: lipase hati, LRP: protein
terkait-reseptor LDL).
Di dalam sirkulasi, kilomikron dapat menempel pada enzim lipoprotein

lipase yang terdapat pada lapisan endotel di dinding pembuluh darah. Jika hal ini
1
0
terjadi, maka kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim tersebut. Pada
prosesnya, apolipoprotein C-II berperan sebagai kofaktor enzim lipoprotein lipase,
sementara apolipoprotein A-II dan C-III berperan sebagai inhibitor enzim
lipoprotein lipase. Reaksi hidrolisis akan memecah kilomikron, dimana
triasilgliserol akan mengalami hidrolisis menjadi diasilgliserol, kemudian menjadi
monoasilgliserol, dan akhirnya menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam-
asam lemak bebas yang dihasilkan dari proses hidrolisis ini sebagian besar akan
diangkut ke dalam jaringan, terutama ke jaringan adiposa, jantung dan otot (80%),
sementara sekitar 20% menuju hati. Sementara itu, gliserol yang dihasilkan akan
masuk ke vena lalu menuju hati. Di hati, gliserol akan dibentuk kembali menjadi
triasilgliserol dengan bantuan enzim gliserokinase.

Reaksi hidrolisis tersebut menyebabkan penurunan kadar lipid dalam kilomikron,


yang sebelumnya 98-99% menjadi 92-94%. Hidrolisis juga menyebabkan
apolipoprotein C kembali ke HDL, dan apolipoprotein A disalurkan menuju HDL,
sehingga membentuk kilomikron sisa. Pada kilomikron sisa, apolipoprotein B-48
(yang merupakan apolipoprotein integral) dan apolipoprotein E masih tetap
dipertahankan. Alasan dipertahankannya apolipoprotein E adalah karena
apolipoprotein E memiliki peranan penting dalam proses absorpsi komponen-
komponen lipid pada kilomikron sisa oleh hati. Apolipoprotein E merupakan ligan
untuk interaksi antara kilomikron sisa dengan dua reseptor pada hati, yaitu
reseptor LDL dan protein terkait-reseptor LDL. Kedua reseptor tersebut
merupakan reseptor dependen-apo E, yaitu reseptor yang dapat membantu
penyerapan molekul yang mengandung apolipoprotein E. Selain itu, proses
penyerapan juga dibantu oleh enzim lipase pada hati yang menghidrolisis
fosfolipid dan triasilgliserol yang masih tersisa pada kilomikron sisa. Hasil
hidrolisis inilah yang akan diserap ke dalam hati. Berikutnya, di dalam hati akan
dibentuk HDL, yang nantinya kembali melepaskan apolipoprotein C dan E
menuju kilomikron nascent, sehingga terbentuk kilomikron utuh kembali.

2.1.3.2 Jalur Endogen (Metabolisme VLDL)

VLDL atau lipoprotein berdensitas sangat rendah berperan untuk mengangkut


triasilgliserol keluar dari dalam hati. VLDL dibentuk oleh sel hati,

11
dan kemudian disekresikan menuju lapisan endotel pembuluh darah. VLDL yang
baru disekresikan ini disebut sebagai VLDL nascent. VLDL nascent hanya
mengandung sedikit apolipoprotein C dan E. Seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 2.4, bentuk utuh VLDL diperoleh dari HDL di dalam sirkulasi, dimana
apolipoprotein C dan apolipoprotein E disalurkan dari HDL menuju VLDL
nascent, membentuk VLDL utuh.

[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kennelly, Rodwell, & Weil, 2009, telah diolah kembali]

Gambar 2.4. Metabolisme VLDL. (A: apolipoprotein A, B-100: apolipoprotein


B-100, ©: apolipoprotein C, E: apolipoprotein E, TG: triasilgliserol, C: kolesterol
dan ester kolesteril, P: fosfolipid).

Di dalam sirkulasi, VLDL dapat menempel pada enzim lipoprotein lipase yang
terdapat pada lapisan endotel di dinding pembuluh darah. Jika hal ini terjadi, maka
VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim tersebut. Pada prosesnya,
apolipoprotein C-II berperan sebagai kofaktor enzim lipoprotein lipase, sementara
apolipoprotein C-III berperan sebagai inhibitor enzim lipoprotein lipase. Reaksi
hidrolisis akan memecah VLDL, dimana triasilgliserol akan mengalami hidrolisis
menjadi diasilgliserol, kemudian menjadi monoasilgliserol, dan akhirnya menjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Asam-asam lemak bebas yang dihasilkan dari
12
proses hidrolisis ini sebagian besar akan diangkut ke dalam jaringan, terutama ke
jaringan adiposa, jantung dan otot (80%), sementara sekitar 20% menuju hati.
Sementara itu, gliserol yang dihasilkan akan masuk ke vena lalu menuju hati. Di
hati, gliserol akan dibentuk kembali menjadi triasilgliserol dengan bantuan enzim
gliserokinase.

Reaksi hidrolisis tersebut menyebabkan penurunan kadar lipid dalam VLDL, yang
sebelumnya 90-93% menjadi 89%. Hidrolisis juga menyebabkan apolipoprotein C
kembali ke HDL, sehingga membentuk IDL. Pada IDL, apolipoprotein B-100
(yang merupakan apolipoprotein integral) dan apolipoprotein E masih tetap
dipertahankan. Setelah dimetabolisme menjadi IDL, IDL dapat diserap oleh hati
secara langsung melalui reseptor LDL, atau dapat diubah terlebih dahulu menjadi
LDL. Jika IDL telah diubah menjadi LDL, maka sebanyak 70% LDL akan diserap
oleh hati, sementara 30% diserap oleh jaringan ekstrahepatik, karena adanya
reseptor LDL di tiap jaringan. LDL yang diabsorpsi oleh jaringan ekstrahepatik ini
akan disimpan dan menetap di jaringan tersebut (tidak dikeluarkan lagi). Proses
penyerapan IDL ataupun LDL sendiri dibantu oleh apolipoprotein B-100 dan
apolipoprotein E yang merupakan ligan untuk interaksi dengan reseptor LDL.

Di hati, proses penyerapan juga dibantu oleh enzim lipase pada hati yang
menghidrolisis fosfolipid dan triasilgliserol yang masih terdapat dalam IDL dan
LDL. Hasil hidrolisis inilah yang akan diserap ke dalam hati. Berikutnya, di dalam
hati akan dibentuk HDL, yang nantinya kembali melepaskan apolipoprotein C dan
E menuju VLDL nascent, sehingga terbentuk VLDL utuh kembali.

2.1.3.3 Transpor Balik Kolesterol (Metabolisme HDL)

Salah satu peran HDL adalah sebagai tempat penyimpanan apolipoprotein C dan
apolipoprotein E yang dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan VLDL.
Proses metabolisme HDL dapat dilihat pada Gambar x. HDL disintesis dan
disekresikan dari hati dan usus. Kemudian, apolipoprotein C dan apolipoprotein E
yang disintesis di hati dan dipindahkan dari HDL hati ke HDL usus ketika HDL
usus ini memasuki plasma. HDL yang baru dibentuk ini disebut HDL nascent,
yang terdiri dari lapis-ganda fosfolipid diskoid yang mengandung apolipoprotein
1
3
A dan kolesterol bebas, namun belum memiliki inti (ester kolesteril). Berikutnya,
LCAT (lesitin kolesterol asil transferase) berikatan dengan partikel HDL nascent
yang diskoid. Aktivitas enzim ini dibantu oleh apolipoprotein A-1 yang berperan
sebagai kofaktor untuk LCAT. LCAT berperan mengesterifikasi kolesterol, dengan
cara mentransfer gugus asil dari lesitin menuju kolesterol, membentuk ester
kolesteril.

Gambar 2.5. Metabolisme HDL. (C: kolesterol; CE: ester kolesteril; PL:
fosfolipid; A-1: apolipoprotein A-1; SR-B1: scavenger receptor B1; ABC-1: ATP-
binding cassette transporter A-1)

Pada prosesnya, HDL ini juga akan mendapatkan kolesterol dari jaringan, yang
kemudian akan diesterifikasi menjadi ester kolesteril oleh LCAT. Disalurkannya
kolesterol dari dalam jaringan melibatkan ABC-1 (ATP-binding cassette
transporter A-1). ABC-1 berperan untuk memindahkan kolesterol dari dalam
jaringan, menuju partikel yang kurang memiliki lipid, misalnya HDL3 dan praβ-
HDL.

Ester kolesteril yang bersifat nonpolar akan bergerak masuk ke bagian dalam lapis
ganda yang bersifat hidrofobik, sementara lisolesitin dipindahkan ke albumin
plasma. Masuknya ester kolesteril menyebabkan terbentuknya HDL
14
pseudomisel yang sferis, dimana di bagian luar adalah lapisan permukaan lipid
polar dan apolipoprotein. HDL ini disebut sebagai HDL3.

Berikutnya, HDL3 akan terus menerima kolesterol dari jaringan, dan oleh LCAT,
kolsterol ini akan diesterifikasi kembali membentuk ester kolsteril. Hal ini
menyebabkan terjadinya perbesaran ukuran partikel sehingga terbentuk HDL2
yang lebih besar dan kurang padat. Selanjutnya hati akan menerima kolesterol
yang terdapat dalam HDL2 melalui SR-B1 (Class B scavenger receptor B1) yang
merupakan reseptor HDL pada hati. Reseptor ini mengikat HDL2 melalui
apolipoprotein A-1, dan kemudian ester kolesteril akan diserap ke dalam hati,
sementara apolipoprotein A-1 tidak diserap. Kolesterol yang telah diserap oleh
hati akan disekresikan melalui empedu (baik sebagai kolesterol atau setelah
diubah menjadi asam empedu).

Penyerapan ester kolesteril ini dapat menyebabkan berkurangnya ukuran HDL2,


sehingga dapat kembali membentuk HDL3 yang lebih padat. Pertukaran antara
HDL2 dan HDL3 ini disebut sebagai siklus HDL. Namun, jika seluruh komponen
lipid (termasuk fosfolipid) pada HDL2 diserap oleh hati, maka akan terbentuk
apolipoprotein A-1 yang bebas. Apolipoprotein A-1 yang bebas ini akan
membentuk-HDL setelahpraβberikatan dengan sejumlah kecil fosfolipid dan
kolesterol. Sementara jika terdapat kelebihan apolipoprotein A-1, maka akan
dihancurkan di ginjal.

Selanjutnya, praβ-HDL yang masih mengandung sedikit fosfolipid dan kolesterol


akan memicu pengeluaran (efluks) kolesterol dari dalam jaringan, dibantu oleh
ABC-1 yang berperan dalam penyaluran kolesterol dari dalam jaringan menuju
partikel yang kurang memiliki lipid, seperti praβ-HDL.

Kadar HDL bervariasi secara timbal-balik dengan kadar triasilgliserol plasma dan
secara langsung dengan aktivitas lipoproptein lipase. Hal ini dapat disebabkan
oleh konstituen permukaan, misalnya fosfolipid dan apolipoprotein A-1 yang
dibebaskan sewaktu hidrolisis kilomikron dan VLDV, sehingga ikut membentuk-
HDL danpraβHDLdiskoid.

1
5
2.2 Hiperlipidemia

2.2.1 Definisi

Hiperlipidemia atau yang sering disebut sebagai dislipidemia didefinisikan


sebagai suatu keadaan dimana kadar lemak di dalam darah meningkat di atas batas
normal. Total kolesterol menjadi tinggi, LDL (Low Density Lipoprotein) atau
trigliserida tinggi, HDL (High Density Lipoprotein) rendah, atau kombinasi
kelainan lain. (Wells et al., 2009). Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan
memicu terbentuknya aterosklerosis (hilangnya elastisitas disertai penyempitan
dan pengerasan pembuluh darah arteri). Aterosklerosis menjadi penyebab utama
terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) (Katzung, 2002).

Hiperlipidemia sering dikenal juga sebagai hiperlipoproteinemia, karena sebelum


mengalami sirkulasi dalam darah, lemak harus berikatan dengan protein
membentuk lipoprotein. Sehingga semakin banyak lemak yang dikonsumsi akan
menyebabkan semakin banyaknya lipoprotein yang terbentuk. Kolesterol dalam
darah akan mengalami sirkulasi dalam bentuk kolesterol LDL dan HDL.
Kolesterol LDL sering disebut kolesterol jahat karena dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah dan mengakibatkan serangan jantung. Sedangkan
HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena berfungsi menyapu kolesterol bebas
di pembuluh darah dan mampu mempertahankan kadar trigliserida darah dalam
kisaran normal (Suyatna, 2007).

2.2.2 Etiologi

Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan


bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi,
tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang
menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah:

Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia

Obesitas

Diet kaya lemak

Kurang melakukan olah raga

Penggunaan alkohol

1
6
Merokok sigaret

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

Kelenjar tiroid yang kurang aktif

Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total bersifat
sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan lemak.
Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang
berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah
memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya
menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar
kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan
secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya
lipoprotein dari aliran darah.

Tabel 2.1. Penyebab Tingginya Kadar Lemak

1
7
2.2.3 Klasifikasi

Hiperlipoproteinemia dibedakan atas lima macam berdasarkan jenis lipoprotein


yang meningkat. Hiperlipidemia ini mungkin primer atau sekunder akibat diet,
penyakit atau pemberian obat. Berdasarkan penyebab terjadinya, kondisi
hiperlipidemia dapat dibagi menjadi 2, yaitu hiperlipidemia primer (genetik) dan
hiperlipidemia sekunder (Suyatna & Handoko, 2003:368).

2.2.3.1 Hiperlipidemia Primer

Hiperlipidemia primer ditandai dengan kerusakan genetik yang meliputi kelainan


pada protein, sel dan fungsi organ lainnya yang mengakibatkan keadaan yang
tidak normal pada lipoprotein. Hiperlipidemia primer dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu hiperpoliproteinemia monogenik karena kelainan gen tunggal yang
diturunkan dan hiperpsoliproteinemia poligenik/multifaktorial. Kadar kolesterol
pada kelompok ini ditentukan oleh gabungan faktor-faktor genetik dengan faktor
lingkungan. Jenis poligenik lebih banyak ditemukan dari monogenik, tetapi jenis
monogenik mempunyai kadar kolesterol yang lebih tinggi. Tabel 2.2
menggambarkan pembagian hiperlipidemia primer (Suyatna & Handoko,
2003:368-369).

Tabel 2.2 Penyakit, Profil dan Lipid (Suyatna dan Handoko, 2003:368)

1
8
Individu dengan hiperpoliproteinemia primer juga mungkin menderita
hiperlipidemia sekunder yang menimbulkan perubahan gambar lipidnya.
Hiperpoliproteinemia sekunder berhubungan dengan diabetes melitus yang tidak
terkontrol, minum alkohol, hipotiroidisme, penyakit obstruksi hati, sindrom
nefrotik, uremia, penyakit penimbunan glikogen, sepeti mieloma multipel,
makroglobulinemia, lupus eritematosus. Keberhasilan pengobatan penyakit dasar
biasanya memperbaiki hiperpoliproteinemia (Suyatna & Handoko, 2003:369).

Frederickson membagi hiperlipoproteinemia berdasar fenotip plasma lipoprotein


(Tabel 2.3) menjadi enam tipe yaitu tipe I, IIa, IIb, III, IV, dan V. Pembagian ini
berdasarkan lima macam jenis lipoprotein yang meningkat (Dipiro et al.,
2005:434).

Tabel 2.3. Klasifikasi Hiperlipidemia Berdasarkan Fenotip Lipoprotein (Klasifikasi


Fredrickson-Levy-Lees) (Dipiro et al, 2005:434)

1
9
Tipe-tipe hiperlipidemia menurut Frederickson adalah sebagai berikut:

a. Hiperlipidemia tipe I

Hiperlipidemia tipe I ini memperlihatkan hiperkilomikronemia pada waktu puasa


bahkan dengan diet lemak normal dan biasanya disebabkan defisiensi lipoprotein
lipase (LPL) yang dibutuhkan untuk metabolisme kilomikron Beberapa keluarga
yang kekurangan apoprotein CII dilaporkan memperlihatkan sindrom yang sama.
Trigliserida serum meningkat dengan jelas, dan rasio kolesterol/trigliserida
biasannya < 0,2/1. (Suyatna & Handoko, 2003:369).

Kelainan tipe I biasanya muncul sebelum pasien berusia 10 tahun dengan gejala
seperti kolik, nyeri perut berulang, xantoma dan hepatosplenomegali.

Sedangkan pada orang dewasa gejala yang muncul yaitu nyeri yang mirip akut
abdomen sering disertai demam, leukositosis, anoreksia dan muntah. Pendarahan
akibat pankreatitis akut merupakan komplikasi penyakit ini yang paling berat dan
kadang-kadang fatal. Arterosklerosis jantung prematur tidak dihubungkan dengan
lipidemia tipe ini. Pada pemeriksaan biokimia menunjukkan adanya lapisan krem
di permukaan plasma pasien puasa (Suyatna & Handoko, 2003:369).

b. Hiperlipidemia tipe II

Hiperlipidemia tipe II ini terjadi peningkatan LDL dan apoprotein B dengan


VLDL kadar normal (tipe IIa) atau meningkat sedikit (tipe IIb). Gejala klinik
timbul sejak masa anak pada individu homozigot, tetapi pada heterozigot gejala
tidak muncul sebelum umur 20 tahun. Kelainan homozigot dan heterozigot mudah
didiagnosis pada anak dengan mengukur LDL kolesterol. Bentuk paling umum
hiperlipidemia tipe II diduga disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor LDL
berafinitas tinggi. Pada heterozigot jumlah reseptor LDL primer fungsional kira-
kira setengah nilai normal dan homozigot lebih sedikit lagi, Blokade degradasi
LDL menyebabkan penimbunan LDL dalam plasma yang kemudian
meningkatkan deposit lemak di dinding arteri (Suyatna & Handoko, 2003:369).

Xantoma jenis tuberosa atau tendinosa timbul pada homozigot dan heterozigot,
sedangkan lesi plantar sering tampak pada homozigot. Pada pasien homozigot,
penyakit iskemia jantung terjadi sebelum umur 20 tahun, pada pria heterozigot
persentasenya mencapai 60% pada umur 50 tahun. Jadi deteksi dini
2
0
sangat penting Hiperlipidemia tipe II terbagi menjadi dua tipe yakni tipe IIa dan
tipe IIb, dimana tipe pembagiannya berdasarkan atas tingginya kadar trigliserida
terhadap LDL kolesterol (Suyatna & Handoko, 2003:369-370).

Tipe IIA (Hiperkilomikronemia familial)

Peningkatan LDL dengan kadar VLDL normal karena penghambatan dalam


degradasi LDL, sehingga terdapat peningkatan kolesterol serum tetapi
triasilgliserol normal. Ini disebabkan oleh berkurangnya reseptor LDL normal..
Pengobatan untuk hiperlipidemia tipe IIA ini yaitu dengan diet rendah kolesterol
dan lemak jenuh. Untuk heterozigot dapt diterapi dengan kolestipol atau
kolestiramin dan levostatin atau mevastatin. Untuk homozigot sama seperti
heterozigot tetapi dengan penambahan niasin (UPT-Balai Informasi Teknologi
LIPI, 2009).

Tipe IIB (Hiperlipidemia kombinasi familial)

Tipe ini sama dengan tipe IIA kecuali adanya peningkatan VLDL, menyebabkan
triasilgliserol serum dan kolesterol meningkat. Yang disebabkan karena produksi
VLDL oleh hati berlebihan. Pengobatan untuk hiperlipidemia tipe IIA ini yaitu
dengan pembatasan kolseterol dan lemak jenuh dalam diet serta alkohol. Terapi
obat sama dengan IIA kecuali heterozigot juga menerima niasin (UPT-Balai
Informasi Teknologi LIPI, 2009).

c. Hiperlipidemia tipe III

Hiperlipidemia tipe III atau dikenal dengan nama Familial


Dysbetalipoproteinemia, merupakan penyakit keturunan yang sangat jarang sekali
ditemui. Hiperlipidemia tipe III ditandai dengan tingginya kadar kilomikron dan
IDL (intermediate density lipoprotein). Penimbunan IDL pada tipe ini disebabkan
oleh blokade parsial dalam metabolisme VLDL menjadi LDL dan adanya
peningkatan produksi apoprotein B atau peningkatan kadar apoprotein E total.
Pada penderita ini pengambilan sisa kilomikron dan sisa VLDL oleh hati dihambat
dan menyebabkan terjadinya akumulasi di darah dan jaringan. Pada kelainan ini
kolesterol serum dan trigliserid meningkat (350-800 mg/dl) (Suyatna & Handoko,
2003:370).

2
1
Gejala klinik muncul pada masa remaja berupa berupa xantoma pada telapak
tangan dan kaki, dan kelainan tuberoeruptif di siku, lutut, atau bokong yang
mungkin bersifat karakteristik. Penyakit koroner, kardiovaskuler dan pembuluh
darah tepi terjadi lebih cepat yaitu pada usia 40-50 tahun; intoleransi glukosa serta
hiperurisemia terdapat pada 40% penderita (Suyatna & Handoko, 2003:370).

d. Hiperlipidemia tipe IV

Tipe ini mungkin merupakan hiperlipidemia yang terbanyak dijumpai di negeri


Barat. Tipe ini ditandai dengan terjadinya peningkatan VLDL dan trigliserida yang
kemudian dikenal dengan hipertrigliseridemia. Individu dengan hiperlipidemia
tipe IV biasanya memiliki kadar trigliserida antara 250 hingga 500 mg/dl. Gejala
klinik muncul pada usia pertengahan. Separuh dari penderita ini meningkat kadar
trigliseridnya pada umur 25 tahun. Mekanisme kelainan yang familial tidak
diketahui, tetapi tipe IV yang didapat biasanya bersifat sekunder akibat penyakit
lain, alkoholisme berat atau diet kaya karbohidrat dan biasanya penderita gemuk.
Iskemia jantung mungkin terjadi (lebih jarang dibandingkan dengan tipe II) pada
umur 40 tahunan atau setelahnya pada penderita tipe IV familial. Xanthoma
umumnya tidak ada. Banyak penderita ini menunjukkan intoleransi glukosa
dengan reaksi insulin berlebihan terhadap beban karbohidrat dan lebih dari 40%
disertai dengan hiperurisemia (Suyatna & Handoko, 2003:370).

e. Hiperlipidemia tipe V

Tipe ini memperlihatkan akumulasi VLDL dan kilomikron yang disebabkan


ketidakmampuan tubuh untuk memetabolisme dan membuang kelebihan
trigliserida sebagaimana mestinya (gangguan katabolisme trigliserid endogen dan
eksogen). Semua lipoprotein terdiri dari kolesterol, kadar kolesterol meningkat
jika kadar trigliserida terlalu tinggi. Kelainan ini jarang ditemukan. Secara genetik
bersifat heterogen dan penderita dengan kelainan familial biasanya tidak
menunjukkan gelaja sampai sesudah usia 20 tahun. Penderita ini memperlihatkan
intoleransi terhadap karbohidrat dan lemak, serta hiperurisemia. Hubungan antara
penyakit jantung iskemik dan kelainan tipe V tidak jelas, tetapi kadar trigliserid
2
2
harus diturunkan untuk mengurangi terjadinya xantoma, pankreatitis dan nyeri
abdominal (Suyatna & Handoko, 2003:370).

2.2.3.2 Hiperlipidemia Sekunder

Hiperlipidemia sekunder ditandai dengan kelainan pada lipid sebagai akibat dari
kelainan suatu penyakit atau efek samping dari terapi obat dimana hal tersebut
tercatat memiliki presentasi hingga 40% dari semua tipe pada hiperlipidemia.
Penyebab sekunder yang paling sering adalah gaya hidup dengan asupan makanan
yang berlebihan lemak jenuh, kolesterol, dan lemak trans dalam jumlah besar.
Penyebab sekunder lainnya adalah diabetes mellitus, konsumsi alkohol yang
berlebihan, penyakit ginjal kronis, hipotiroidisme, primary biliary cirrhosis, dan
penyakit hati kolestatik lainnya. Selain itu obat-obatan seperti tiazid, beta bloker,
retinoid, ARV, estrogen dan progestin, serta glukokortikoid (Suyatna & Handoko,
2003:369).

Agen farmakologi tersebut meliputi agen yang dapat meningkatkan kadar LDL
dan menurunkan kadar HDL meliputi: progestin, steroid anabolik, kortikosteroid
dan beberapa antihipertensi seperti beta bloker dan diuretik. Beta bloker tanpa
aktivitas intrinsic (ISA) cenderung menurunkan HDL dan menaikkan trigliserida.
Tiazid dan diuretic loop dapat menyebabkan peningkatan pada LDL. Pill KB
dapat menyebabkan hipertrigliserida pada beberapa wanita.

2
3
Tabel 2.4. Contoh Penyakit dan Efek Samping dari Obat yang
Menyebabkan Hiperlipidemia Sekunder (Dipiro et al, 2005:435)

Tabel 2.5. Penyakit dan Obat yang Menyebabkan


Hiperlipidemia Sekunder (Ito, 2008:181)

2
4
Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu
hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar
trigliserida tinggi).

a. Hiperkolesterolemia

Kelebihan kolesterol dalam darah akan menimbulkan suatu proses kompleks pada
pembuluh darah. Mulai dari terjadinya plaque (penimbunan lemak) dalam
pembuluh darah, perlekatan monosit, agregasi platelet, dan pembentukan trombus.
Berbagai proses tersebut akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan
pembuluh darah. Akibatnya, organ-organ yang disuplai pembuluh darah akan
mengalami kekurangan atau penghentian suplai darah. Kondisi inilah yang pada
akhirnya akan bermanifestasi sebagai penyakit jantung koroner (PJK), stroke, atau
penyakit vaskuler lainnya. Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih dari
130 mg/dL dan kadar kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Kadar
HDL harus meliputi lebih dari 25% dari kadar kolesterol total (Neal, 2006:46-47).

b. Hipertrigliserida

Kadar trigliserida yang tinggi belum tentu meningkatkan resiko terjadinya


penyakit jantung atau stroke, masih belum jelas. Kadar trigliserida darah diatas
250 mg/dL dianggap abnormal, tetapi kadar yang tinggi ini tidak selalu
meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis maupun penyakit arteri koroner.
Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai lebih dari 800 mg/dL) bisa
menyebabkan pancreatitis (Neal, 2006:46-47).

Patofisiologi

Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam aliran darah sebagai

kompleks lipid dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Klasifikasi nilai
kolesterol total, LDL dan HDL pada orang dewasa dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Peningkatan trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol total serta penurunan
HDL dalam darah berhubungan dengan perkembangan penyakit jantung koroner
(PJK) (Dipiro et al, 2006:88).

Kerusakan primer pada hiperkolesterol familial berupa ketidakmampuan


pengikatan LDL terhadap reseptor LDL (LDL-R) atau kerusakan pencernaan

2
5
kompleks LDL-R ke dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah pada
kurangnya degradasi LDL oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis kolesterol,
dengan jumlah kolesterol total dan LDL tidak seimbang dengan berkurangnya
reseptor LDL (Dipiro et al., 2006:88).

Tabel 2.6 Klasifikasi Nilai Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserida (Dipiro
et al, 2005:435)

Manifestasi Klinik

Hiperlipidemia dapat ditandai dengan berbagai gejala klinis yang umum

dialami oleh penderita dan berbagai gejala lainnya. Secara umum, kebanyakan
dari pasien tidak mengalami gejala berarti selama beberapa tahun. Pasien dengan
sindrom metabolisme biasanya memiliki tiga dari gejala berikut atau lebih, seperti
obesitas abdominal, dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan darah, resistensi
insulin dengan atau tanpa intoleransi glukosa, atau respon proinflamasi (Dipiro,
Joseph T., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, Barbara G., and Posey, L.
M.,1999).

Berikut adalah beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada penderita
hiperlipidemia. Gejala yang dapat dialami adalah palpitasi, berkeringat, anxietas,
2
6
nafas yang pendek, kehilangan kesadaran atau kesulitan dalam berbicara dan bergerak, nyeri
perut, dan kematian mendadak. Sementara tanda-tanda yang dapat terjadi pada penderita
hiperlipidemia adalah pankreatitis, xantomas, polineuropati perifer, tekanan darah tinggi, BMI
2
lebih dari 30 kg/m , atau lingkar pinggang lebih dari 40 inci pada laki-laki dan 35 inci pada
perempuan. Namun terdapat manifestasi klinik yang lebih spesifik tergantung pada tipe
hiperlipidemia berdasarkan tabel berikut (Dipiro, Joseph T., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke,
G.R., Wells, Barbara G., and Posey, L. M.,1999).

Tabel 2.7. Manifestasi Klinik Beberapa Tipe Hiperlipidemia

(Sumber : Pharmacology and Pathophysiology Approach Edisi Ke-6)

Jenis Fenotip
Kadar Lipid
Lipoprotein

Plasma, mg/dl

Gejala Klinis

Meningkat
Fenotipe

(mmol/L)
pada

Hiperkolesterolemia
Heterozigot
LDL
IIa
Xantoma pada

familial
TC = 7-13 (275-
penderita berusia

500)

dewasa

Kelainan pembuluh

darah (30-50 tahun)

Homozigot
LDL
IIa
Xantoma pada

TC > 13 (>500)

penderita berusia

dewasa

Kelainan
pembuluh
darah pada
penderita

anak-anak

Defektif apo B100


Heterozigot
LDL
IIa

familial
TC = 7-13 (275-

500)

Hiperkolesterolemia
TC = 6,5-9
LDL
IIa
Biasanya

poligenik
(250-350)

asimtomatik,

Terjadi
kelainan

pembuluh darah

2
7
Hipertrigliseridemia
TG = 2.8-8.5
VLDL
IV
Asimptomatik,

familial

(250-750)

peningkatan
resiko

penyakit
pembuluh

darah

Defisiensi
LPL
TG > 8.5 (750)
Kilomikron
I, V
Asimptomatik, Dapat
familial

, VLDL

terjadi
pankreatitis,
nyeri

perut,

hepatosplenomegali

Defisiensi apo C II
TG > 8.5 (>750)
Kilomikron
I, V
Asimptomatik, Dapat
familial

, VLDL

terjadi
pankreatitis,

nyeri

perut,

hepatosplenomegali

Hiperlipidemia

TG = 2,8-8,5
VLDL,
IIb
Asimptomatik namun
kombinasi
(250-750)
LDL

dapat terjadi penyakit

TC = 6.5-13

pembuluh darah,

(250-500)

Familial dapat terjadi

tingkat TG dan LDL

tinggi

Dysbetalipoproteine
TG = 2.8-8.5
VLDL,
III
Asimptomatik,

mia

(250-750)
IDL, LDL

namun dapat
terjadi

TC = 6.5-13
normal

penyakit
pembuluh

(250-500)

darah

Xanthoma eruptif

Xantoma, penyakit pembuluh darah, nyeri abdominal, pankreatitis, dan hepatosplenomegali


adalah manifestasi klinik yang spesifik pada beberapa tipe hiperlipidemia. Berikut penjelasan
mengenai penyakit tersebut:

1. Xantoma

Xantoma adalah gejala yang umum ditemukan pada beberapa tipe hiperlipidemia. Xantoma
adalah deposit lipid yang berada di bawah kulit membentuk suatu tonjolan yang lunak dan
berwarna kekuningan (xanthos
2
8
dalam bahasa Yunani berarti kuning). Xantoma terjadi karena permeasi
lipoprotein plasma yang berasal dari sirkulasi melewati kapiler pembuluh yang
kemudian mengalami fagositosis oleh makrofag dan mengalami oksidasi oleh
radikal O2 yang dihasilkan pada saat terjadi transformasi monosit menjadi
makrofag. Akibatnya akan terbentuk foam cells atau sel busa. Semakin lama,
sel busa ini akan semakin menumpuk yang menyebabkan terbentuknya suatu
tonjolan.

Xantoma dapt muncul pada penderita hiperlipidemia primer (genetik) atau


hiperlipidemia sekunder yang disebabkan oleh diabetes mellitus, hipotiroid,
atau penyakit nefrotik. Pada hiperlipidemia primer (genetik), penderita dapat
mengalami defisiensi lipoprotein lipase, defisiensi apolipoprotein C-II familial,
inhibitor lipoprotein lipase familial, dan hipertrigliseridemia familial.

Pada hiperkolesterolemia familial ditandai dengan peningkatan kadar LDL


plasma dan penyimpanan turunan kolesterol di tendon (xantoma) dan arteri
(atheroma). Hal ini disebabkan karena sifat dominan autosom yang diturunkan.
Homozigot (dengan prevalensi 1:1juta) menyebabkan hiperkolesterolemia
(650-1000 mg/dl) ditandai dengan pembentukan xantoma pada usia di bawah
20 tahun. Pada hiperkolesterolemia familial terjadi ketidakmampuan
pengikatan LDL pada reseptor LDL atau kegagalan kompleks LDL-Reseptor
bekerja setelah berikatan. Homozigot tidak memiliki fungsi reseptor LDL yang
esensial. Hal ini menyebabkan kegagalan degradasi LDL dan kadar kolesterol
LDL akan meningkat (Dipiro, Joseph T., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke,
G.R., Wells, Barbara G., and Posey, L. M.,1999).

Xantoma yang muncul karena hiperlipidemia dapat berupa Xanthalesma


palpebrarum, Tuberous xanthoma, Tendinous xanthoma ,Xantoma eruptif,dan

Plane xanthoma.

Xanthelesma palpebrarum merupakan xantoma yang paling umum terjadi. Lesi


yang terbentuk biasanya berbentuk simetris, lembut, halus, kekuningan, dan
terbentuk tonjolan kecil di sekeliling kantung mata. Xanthelasma dan corneal
arcus (xantoma pada kornea) merupakan hal yang cukup umum terjadi pada
pasien hiperkolesterolemia diatas umur 40 tahun, biasanya muncul tanpa gejala
dan tidak berbahaya atau tidak memerlukan terapi khusus.
2
9
[Sumber: Dokumen Duke University Medical Center]

Gambar 2.6. Xanthelesma palpebrarum

Tuberous xanthoma adalah xantoma yang ditandai dengan adanya nodul yang
keras, tidak terasa sakit, dan berwarna merah kekuningan. Lesi ini dapat
bergabung dan membesar membentuk suatu tumor. Tuberous xanthoma
biasanya muncul pada bagian tubuh yang mendapatkan tekanan seperti lutut,
siku, dan bokong. Tuberous xanthoma muncul pada penderita
hiperkolesterolemia, peningkatan LDL, disbetalipoproteinemia,
hiperkolesterolemia familial, dan hiperlipidemia sekunder.

[Sumber: Dokumen Duke University Medical Center]

Gambar 2.7. Tuberous xanthoma

Tendinous xanthomas atau tendon xanthoma adalah xantoma yang muncul


pada area tendon atau ligamen, biasanya ditemukan pada tendon ekstensor di
tangan, kaki, dan achilles tendon. Xantoma ini menandai adanya
hiperkolesterolemia dan peningkatan kadar LDL plasma pada fenotipe tipe IIa.
Kolesterol dan kolesterol ester adalah bentuk dominan dari lipid, sementara
kolesterol tak teresterifikasi terakumulasi dalam ruang ekstraseluler. Kolesterol
teresterifikasi terdapat pada ruang intra dan ekstraseluler. Hal ini menunjukkan
bahwa kolesterol yang terakumulasi pada tendon lebih banyak berasal dari
30
sirkulasi dibandingkan sintesis kolesterol lokal, sehingga ukuran xantoma semakin
besar apabila kadar kolesterol plasma tinggi.

Xantoma eruptif secara umum ditemukan pada bagian bokong, bahu, dan dapat
pula kadang terjadi pada bagian mukosa mulut dan wajah. Lesi yang terbentuk
berwarna merah kekuningan, memiliki diameter sekitar 1-5 mm, dan secara
spontan dapat pecah setelah beberapa minggu memberikan rasa gatal dan
kemerahan. Xantoma eruptif terjadi pada hipertrigliseridemia, dan hiperlipidemia
tipe I,IV, dan V dimana kadar VLDL dan kilomikron tinggiPickens, S., Farber, G.,
Mosadegh, M., 2012).

[Sumber: Dokumen Duke University Medical Center]

Gambar 2.8. Xantoma eruptif

Plane xanthoma adalah xantoma yang disebabkan oleh disbetalipoproteinemia.


Xantoma dapat menutupi area wajah dan leher.

2. Penyakit Pembuluh Darah

Pada keadaan hiperlipidemia, asam lemak yang banyak di dalam darah akan
dibawa ke hati untuk diubah menjadi kolesterol. Kolesterol yang berlebihan di
dalam darah akan berpermeasi melalui endotel pembuluh darah yang selanjutnya
akan menembus dinding pembuluh darah bagian dalam hingga mencapai intima.
Makin kecil ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya makin mudah pula LDL
tersebut menyusup ke dalam inatima. LDL yang telah masuk ke dalam inti akan
difagositosis oleh makrofag dan akan terjadi oksidasi kolesterol oleh radikal O2
yang dihasilkan pada saat terjadi transformasi monosit menjadi makrofag. Hal ini
menyebabkan plak pada pembuluh darah yang akan meningkatkan tahanan perifer
dari pembuluh

3
1
darah, sehingga dapat mengakibatkan gangguan pembuluh darah seperti
hipertensi.

3. Pankreatitis

Pankreatitis didefinisikan sebagai inflamasi akut atau kronis pada pankreas


dengan melibatkan jaringan peripankreas dan sedikit organ. Pankreatitis akut
ditandai dengan nyeri berat pada bagian atas abdomen dan tingginya enzim
pankreas dalam darah. Adapun pankreatitis kronis ditandai dengan adanya
kerusakan permanen pada struktur dan fungsi pankreas karena inflamasi yang
terus berkembang dalam waktu lama.

Gambar 2.9. Pankreatitis

Pankreatitis yang diinduksi hipertrigliseridemia hanya terjadi bila kadar


trigliserida > 20 mmol/L. Mekanisme terjadinya pankreatitis dari kondisi
hiperlipidemia belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan terkait dengan
peningkatan konsentrasi kilomikron dalam darah. Dalam kondisi normal,
kilomikron dibentuk 1-3 jam setelah makan dan dibersihkan dalam waktu 8 jam.
Partikel ini memiliki ukuran sangat besar, berdensitas rendah, dan dapat
mengganggu aliran darah di pembuluh darah kapiler. Hiperviskositas akibat
peningkatan kilomikron pada kapiler pankreas dapat menyebabkan iskemia yang
mengganggu struktur acinar pankreas. Selain itu, akan terjadi katabolisme
trigliserid dalam kilomikron oleh lipase pankreas yang menghasilkan asam lemak
bebas proinflamatori. Asam lemak bebas
3
2
proinflamatori ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel acinar dan kapiler
pankreas, serta selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan mediator inflamasi dan
radikal bebas hingga terjadi nekrosis, edema, dan inflamasi, hingga terjadi
pankreatitis.

4. Hepatosplenomegali

Hepatosplenomegali adalah pembengkakan yang terjadi pada organ hati dan limpa.
Pembengkakan ini dapat muncul sebagai akibat tingginya kadar kilomikron yang
terakumulasi pada hati dan limpa sehingga menimbulkan perbesaran ukuran kedua
organ tersebut.

Diagnosis

Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana kadar lemak dalam darah tinggi.

Pada penderita hiperlipidemia, tidak ada gejala spesifik yang dapat langsung diamati
untuk penegakan diagnosis. Oleh karena itu, diagnosis dilakukan dengan empat cara,
berikut:

1. Mengukur profil lipoprotein dalam plasma darah.

Pengukuran profil lipoprotein ini dapat dilakukan sewaktu maupun setelah puasa.
Pada profil lipoprotein puasa, diukur kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan
trigliserida. Sedangkan pada profil lipoprotein sewaktu, diukur kadar kolesterol
total, HDL, dan trigliserida. Berikut adalah klasifikasi kadar kolesterol total, LDL,
HDL, dan trigliserida.

Tabel 2.8. Klasifikasi kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida

Klasifikasi Kadar (mg/dL)

Kolesterol Total
LDL

HDL

Trigliserida

Nilai
Kategori
Nilai
Kategori
Nilai
Kategori
Nilai
Kategori

< 200
Yang
< 100
Optimal
< 40
Rendah
< 150
Normal

diinginkan

200-
Hampir
100-
Di atas
≥ 6
Tinggi
150-
Hampir
239
tinggi
129
optimal

199
tinggi
≥ 2
Tinggi
130-
Hampir

200-
Tinggi

3
3
159
tinggi

499

160-
Tinggi

≥ 5
Sangat

189

tinggi

≥ 1
Sangat

tinggi
Pengukuran kadar kolesterol total, trigliserida, dan HDL dalam plasma darah setelah
puasa selama 12 jam atau lebih merupakan hal yang penting. Karena pada kondisi
tidak puasa, kadar trigliserida dapat meningkat.

2. Mengevaluasi riwayat medis penderita

Setelah melakukan pengukuran profil lipoprotein dalam darah dan mengindikasikan


hiperlipidemia, maka perlu dilakukan evaluasi riwayat medis penderita yang
mencakup usia, jenis kelamin, pemeriksaan fisik dan riwayat keluarga terhdapat
gangguan lipid dan penyakit kardiovaskuler. Pria dengan usia tahun≥45 dan
tahun,wanitaatauwanita≥yang55telah mengalami menopause dini tanpa penggunaan
terapi penggantian esterogen, merupakan faktor resiko utama dari hiperlipidemia.
Pada pemeriksaan fisik, ada beberapa hal yang harus dicermati, yaitu:

Faktor risiko kardiovaskular atau penyakit kardiovaskular tertentu pada pasien.

Penyebab sekunder hiperlipidemia, termasuk penggunaan obat-obatan secara


bersamaan.

Munculnya xanthoma di tubuh pasien. Karena xanthoma muncul akibat kadar


trigliserida yang ssangat tinggi dalam darah.

3. Pengukuran Apoprotein B

Apoprotein B merupakan protein yang terikat pada VLDL dan LDL. Jika
dibandingkan dengan pengukuran kadar lipoprotein dalam darah, pengukuran
Apoprotein B lebih akurat dalam menyatakan jumlah lipoprotein yang terdapat
dalam darah. Hal ini dikarenakan 1 molekul Apoprotein B terikat hanya pada 1
molekul lipoprotein. Sedangkan pada pengukuran lipoprotein, yang diukur
3
4
adalah massa kolesterol yang dibawa oleh lipoprotein, bukan jumlah molekul dari tiap jenis
lipoprotein. Jika jumlah Apoprotein B dalam plasma tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
VLDL dan LDL dalam darah juga tinggi.

4. Elektroforesis lipoprotein dalam gel agarosa

Metode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung jenis lipoprotein yang kadarnya tinggi di
dalam darah. Prinsip dari metode ini adalah skrining lipoprotein dalam gel agarose dan setiap jenis
lipoprotein akan terelusi berdasarkan densitasnya. Pada gel agarose, pita yang muncul berturut-turut dari

atas adalah α lipoprotein-β(HDL),(LDL),pre da

(VLDL). Hasil skrining gel agarose dari pasien akan dibandingkan dengan gel agarose standar. Gel
agarose standar merupakan gel agarose yang berisi ketiga jenis lipoprotein dengan kadar normal.
Jika pada hasil skrining gel agarose dari pasien, terdapat 1 atau lebih pita yang lebih gelap daripada
pita yang terdapat pada gel agarose standar, maka dapat disimpulkan bahwa jenis lipoprotein yang
diwakili oleh pita tersebut memiliki kadar yang tinggi dalam darah pasien.

Penderita hiperlipidemia memiliki resiko tinggi untuk terserang penyakit jantung koroner (PJK) jika
tidak menerima perawat yang benar. Ada beberapa faktor resiko utama yang dapat menyebabkan
penderita hiperlipidemia terserang penyakit jantung koroner, yaitu:

Usia, untuk laki-laki lebih dari 45 tahun dan wanita lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause
dini tanpa terapi penggantian esterogen.

Riwayat keluarga pada penyakit kardiovaskuler dini, infark miocard atau kematian mendadak dari
keluarga ayah dengan usia kurang dari 55 tahun atau dari keluarga ibu dengan usia kurang dari 65
tahun.

Kebiasaan merokok.

Hipertensi dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg ataupun sedang mengkonsumsi obat
antihipertensi.

Kosentrasi HDL yang rendah yaitu kurang dari 40 mg/dL.

3
5
Oleh karena itu, berdasarkan faktor resiko utama yang dimiliki dan

persentase resiko PJK dalam 10 tahun ke depan, penderita hiperlipidemia


diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu resiko tinggi (high risk), resiko cukup tinggi
(moderately high risk), resiko sedang (moderate risk), dan resiko rendah (low risk)
(Tabel 2.9). Kategori ini digunakan untuk menentukan jenis terapi yang dapat diberikan
kepada penderita hiperlipidemia dan konsentrasi LDL (mg/dL) yang harus dicapai
melalui terapi tersebut.

Tabel 2.9. Kategori Penderita Hiperlipidemia

Faktor Penentu Kategori


Konsentrasi LDL (mg/dL)

Jumlah
Persentase
Yang
Untuk
Untuk terapi

Kategori
faktor
resiko PJK

terapi

harus

menggunakan

resiko
10 tahun

perubahan
dicapai

obat

utama
kedepan

gaya hidup

Resiko tinggi
PJK,

< 100

(high risk)
resiko
> 20%

≥100
≥ 100

atau < 70

setara PJK
Resiko cukup
≥2 f

< 130

tinggi

resiko
10 –20%
atau
≥ 13
≥ 130

(moderately

utama

< 100
high risk)

Resiko
≥2 f

sedang

resiko
< 10%
< 130
≥ 13
≥ 160

(moderate

utama
risk)

Resiko
0-1 faktor

rendah (low
resiko
< 10%
< 160
≥160
≥ 190

risk)
utama
36
Untuk menentukan kategori dari seorang penderita hiperlipidemia, perlu

dilakukan beberapa langkah berikut:

Mengukur kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan tekanan darah dari penderita.
Data pengukuran ini akan digunakan untuk menentukan persentase resiko PJK
dalam 10 tahun kedepan.

Memeriksa jumlah faktor resiko utama yang dimiliki penderita.

Menghitung persentase resiko PJK dalam 10 tahun kedepan.

Menentukan kategori yang sesuai. Stelah mengetahui kategori dari pasien, maka
dapat ditentukan jenis terapi yang harus diberikan dan konsentrasi LDL (mg/dL)
yang harus dicapai.

Perhitungan persentase resiko PJK dalam 10 tahun kedepan menggunakan metode


Proyeksi Resiko PJK 10 tahun Framingham (Framingham 10-year Coronary
Heart Disease Risk Projection). Pada metode ini, data usia, total kolesterol,
kebiasan merokok, kadar HDL dan tekanan sistolik dari penderita akan dikonversi
menjadi poin dengan rumus berikut.

Total poin = poin usia + poin total kolesterol + poin merokok + poin HDL + poin
tekanan darah sistolik

Lalu poin-poin tersebut dijumlahkan dan dikonversikan menjadi persentase resiko


PJK dalam 10 tahun kedepan, yang dapat dilihat pada Gambar 2.10.

3
7
Gambar 2.10. Proyeksi Resiko PJK 10 tahun Framingham

Berikut ini merupakan contoh kasus dari penerapan kategori penderita


hiperlipidemia untuk diagnosis dan terapi:

Seorang pria berusia 42 tahun, merokok, dan tidak memiliki riwayat keluarga
penderita PJK. Setelah melakukan pemeriksaan, maka diperoleh data:

Kolesterol total = 275 mg/dL

HDL = 30 mg/dL

38
LDL = 210 mg/dL

Tekanan darah = 140/90 mmHg dan tidak sednag menerima pengobatan


antihipertensi.

Berdasarkan keterangan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut:

Faktor resiko ada 3 , yaitu merokok, hipertensi, dan kadar HDL rendah.

% RESIKO PJK 10 tahun ke depan

poin usia = 0

poin total kolesterol = 6

poin merokok = 5

poin HDL = 2

poin tekanan darah sistolik = 1

Total poin = 0 + 6 + 5 + 2 + 1 = 14

Berdasarkan tabel, % resiko PJK 10 tahun ke depan = 16%

Berdasarkan faktor resiko utama dan % resiko PJK 10 tahun ke depan, pria di atas
termasuk dalam kategori Moderately high risk. Karena kadar LDL lebih besar dari
130 mg/dL, maka bisa digunakan 2 jenis terapi yaitu terapi perubahan gaya hidup
dan penggunaan obat.

3
9
BAB 3

KESIMPULAN

Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid dan protein.
Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik) yang terdiri
dari 16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik yang terdiri
dari 30% fosfolipid dan 14% kolesterol. Terdapat 4 kelompok utama lipoprotein
yakni kilomikron, VLDL atau pra-β-lipoprotein (very-low

density lipoprotein), LDL-lipoproteinatau( lowβdensity lipoprotein), dan

HDL atau-lipoproteinα(high density lipoprotein). Transpor lipoprotein terdiri atas


dua jalur yaitu jalur eksogen untuk transpor kolesterol dan trigliserida yang
diserap dari lemak makanan pada saluran pencernaan (metabolisme kilomikron)
dan jalur endogen yang merupakan lanjutan saat kolesterol dan trigliserida
mencapai plasma dari hati dan jaringan selain pencernaan lainnya (metabolisme
VLDL).

Hiperlipidemia atau dislipidemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana


kadar lemak di dalam darah meningkat di atas batas normal. Total kolesterol
menjadi tinggi, LDL (Low Density Lipoprotein) atau trigliserida tinggi, HDL
(High Density Lipoprotein) rendah, atau kombinasi kelainan lain.

Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu


hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar
trigliserida tinggi). Berdasarkan penyebab terjadinya, kondisi hiperlipidemia dapat
dibagi menjadi 2, yaitu hiperlipidemia primer (genetik) dan hiperlipidemia
sekunder. Frederickson membagi hiperlipoproteinemia berdasar fenotip plasma
lipoprotein menjadi enam tipe yaitu tipe I, IIa, IIb, III, IV, dan V. Pembagian ini
berdasarkan lima macam jenis lipoprotein yang meningkat.

Gejala yang dapat dialami oleh penderita hiperlipidemia adalah palpitasi,


berkeringat, anxietas, nafas yang pendek, kehilangan kesadaran atau kesulitan
dalam berbicara dan bergerak, nyeri perut, dan kematian mendadak. Sementara
tanda-tanda yang dapat terjadi adalah pankreatitis, xantomas, polineuropati

4
0
2
perifer, tekanan darah tinggi, BMI lebih dari 30 kg/m , atau lingkar pinggang

lebih dari 40 inci pada laki-laki dan 35 inci pada perempuan.

Diagnosis hiperlipidemia dapat dilakukan dengan empat cara yaitu mengukur


profil lipoprotein dalam plasma darah, mengevaluasi riwayat medis penderita,
melakukan pengukuran Apoprotein B, dan elektroforesis lipoprotein dalam gel
agarosa.

4
1
DAFTAR PUSTAKA

Alam, A., Subardja, D., Fadil, R., Rustama, D.S. 2003. Hiperlipidemia Familial Homozigot Dan
Mikropenis Pada Seorang Anak Balitamkb Vol.35 No.1.

Bahr, Sara van., Movin, T., Papadogiannakis, N., Pikuleva, I., Ronnow, P., Diczfalusy, U.,
Bjorkhem, I. (2002). Mechanism of Accumulation of Cholesterol and Cholestanol in Tendons and
the Role of Sterol 27-hydroxylase (CYP27A1). The Journal of The American Heart Association.

nd
Boyer, Rodney. (2002). Concepts in Biochemistry 2 Edition. Canada: Brooks/Cole.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007.Farmakologi dan Terapi.Edisi 5. Gaya Baru.


Jakarta.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M. (2005).
Pharmacotherapy A Pathophysiological Approach Sixth Edition. USA: McGraw-Hill Medical.

Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, Terry L., and Hamilton, Cindy W. (2006).
Pharmacotherapy Handbook Sixth Edition. USA: McGraw-Hill Medical.

Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, &Posey. (2008). Pharmacotherapy A Pathophysiologic


th
Approach, 7 Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Fair, Kevaghn P, Eltson, Dirk M. Xanthomas, Differential and Diagnose. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1103971-differential pada tanggal 7 September 2014, pukul
14.00 WIB.

Ito, Matthew K. (2008)”.Pharmacotherapy.“HyperlipidemiaPri

Practice. USA: Mc Graw Hill Medical.

Murray, R.K., Bender, D.A., Botham, K.M., Kennelly, P.J., Rodwell, V.W., &
th
Weil, P.A. (2009). Harper’s IllustratedEdition. USA:Biochemi

The McGraw-Hill Companies, Inc.

Neal, M.J. (2006). At Glance Farmakologi Medis Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

4
2
Pickens, S., Farber, G., Mosadegh, M. (2012). Eruptive Xanthoma : A Case
Report. Cutis.

Sherwood, Lauralee. (2002). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 2,


Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stephen J. McPhee, MD and Gary D. Hammer, MD, PhD.


(2010).

Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine, Sixth Edition.


New York: McGraw-Hill Medical.

Sukandar, Elin Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P.S.,
Kusnandar. (2010). ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.

Suyatna, F.D. dan Tony Handoko S.K. (2003). Hipolipidemik. Dalam: S.G.
Gunawan, R. Setiabudy, Frans D Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi, (editor).
Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Suyatna, F.D. (2007). Hipolipidemik. Dalam: S.G. Gunawan, R. Setiabudy,


Nafrialdi, Elysabeth (editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 373-388.

Wells, B.G., J.T. Dipiro, T.L. Schwinghammer, C. V. DiPiro. 2009.

Pharmacotherapy Handbook. Seventh Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.


United States. p.98.

UPT-Balai Informasi Teknologi LIPI. 2009. Pangan & Kesehatan.


http://www.bit.lipi.go.id/pangankesehatan/documents/artikel_kolesterol/ko
lesterol_tinggi.pdf [Diakses 10 September 2014].

4
3
LAMPIRAN

4
4
Lampiran 1. Komposisi Lipoprotein Plasma

Komposisi

Lipoprotein
Sumber
Diameter
Masa jenis

Komponen utama
Apolipoprotein

Protein

(nm)
(g/mL)
lipid

Lipid (%)

(%)
Kilomikron
Usus
90–1000
< 0.95
1–2
98–99
Triasilgliserol
1
A-I, A-II, A-IV, B-48, C-I,

C-II, C-III, E
Kilomikronsisa
Kilomikron
45–150
< 1.006
6–8
92–94
Triasilgliserol,
B-48, E

fosfolipid, kolesterol
VLDL
Hati (usus)
30–90
0.95–1.006
7–10
90–93
Triasilgliserol
B-100, C-I, C-II, C-III
IDL/LDL1
VLDL
25–35
1.006–
11
89
Triasilgliserol,
B-100, E

1.019

kolesterol
LDL/LDL2
VLDL
20–25
1.019–
21
79
kolesterol
B-100

1.063
HDL

20–25
1.019–
32
68

HDL1/c

1.063

HDL2
Hati, usus,
10–20
1.063–
33
67
Fosfolipid, kolesterol
A-I, A-II, A-IV, C-I, C-II,

C-III, D,2 E

1.125

VLDL,
HDL3
kilomikron
5–10
1.125–
57
43

1.210

3
Preβ-HDL

<5
> 1.210
A-I
Lampiran 2. Karakteristik dan Fungsi Apolipoprotein

A-I
Kilomikron,
120
28
Kofaktor dengan LCAT, protein struktural pada
Hati, Usus

HDL

HDL, ligan untuk reseptor HDL

A-II
Kilomikron,
35
17
Protein struktural pada HDL, ligan untuk HDL
Hati
HDL

reseptor

A-IV
KIlomikron,
15
46
Kemungkinan memfasilitasi transfer apo lain antara
Usus

1210 B

HDL dan kilomikron


Berikatan pada B-10, homologi tinggi dengan

ApoLp(a)
LDL, HDL
10
± 500
plasminogen, mungkin mencegah pengambilan HDL
Hati

oleh reseptor B dan E

VLDL, HDL,

Penting dalam mengumpulkan dan mensekresi

B-100
100
540
VLDL dari hati, protein structural VLDL, IDL,
Hati

IDL

LDL, ligan untuk reseptor LDL

B-48
Kilomikron
trace
264
Penting untuk mengumpulkan dan mensekresi
Usus

kilomikorn dari usus kecil

C-I
Kilomikron,
7
6,6
Kofaktor dengan LCAT, mungkin menginhibisi
Hati

VLDL, HDL

ambilan hepatic sisa kilomikron dan VLDL


C-II
Kilomikron,
4
8,9
Aktivator LPL
Hati

VLDL, HDL

C-III
Kilomikron,
13
8,8
Inhibitor LPL, mungkin menghambat ambilan
Hati
VLDL, HDL

hepatic sisa kilomikron dan VLDL

D
HDL
6
32

E2-E4
Kilomikron,
5
34
Ligan untuk beberapa lipoprotein pada reseptor
Hati

VLDL, HDL
LDL, LRP, dan kemungkinan reseptor apo E hepatic

Anda mungkin juga menyukai