Hiperlipidemia
Kelompok 4 (Kelas A)
DEPOK
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehinggaHiperlipidemiamakalah”ini“ dapat diselesaikan dengan
baik. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat, terutama dalam peningkatan pengetahuan
yang dapat diterapkan kelak dalam praktik pelayanan farmasi pada pasien hiperlipidemia.
Demi menyempurnakan makalah ini, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penulisan makalah ini. Penulis berharap Tuhan Yang Maha Kuasa
berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................
iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.3 Tujuan
.......................................................................................
2
1.4 Metode.......................................................................................
2
2.1..........................................................................................
Lipid
.....................................................................
2.1.1
Lipoprotein
5
...............................................................
2.1.2
Apolipoprotein
8
...................
2.1.3TransportasidanMetabolismeLipoprotein
9
2.2..........................................................................
Hiperlipidemia
16
...........................................................................
2.2.1
Definisi
16
...........................................................................
2.2.2
Etiologi
16
......................................................................
2.2.3
Klasifikasi
18
...................................................................
2.2.4
Patofisiologi
25
..........................................................
2.2.5
Manifestasi Klinis
26
.......................................................................
2.2.6
Diagnosis
33
BAB 3
KESIMPULAN ..............................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
42
LAMPIRAN ..................................................................................................
44
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4 Contoh Penyakit dan Efek Samping dari Obat yang
PENDAHULUAN
Lemak (disebut juga lipid) merupakan zat kaya kalori yang berfungsi sebagai
sumber utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari makanan
atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan disimpan di dalam sel-sel
lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh
dari dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan
komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf
serta empedu (Suyatna, 2007). Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol
dan trigliserida. Lemak tidak larut dalam cairan plasma sehingga harus terikat
pada protein tertentu agar dapat mengikuti aliran darah. Gabungan antara lemak
dan protein ini disebut lipoprotein.
Kurang bergerak, pola makan tinggi kalori, kaya lemak dan karbohidrat,
menyebabkan penumpukan kelebihan energi dari glukosa, lemak dan protein yang
tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan pembesaran jaringan
adiposa yang membuat seseorang menjadi gemuk terutama pada bagian perut
yang lambat laun nampak membuncit. Kondisi ketika kadar lemak di dalam darah
meningkat di atas batas normal dinamakan hiperlipidemia atau yang sering disebut
sebagai dislipidemia. Pada pasien hiperlipidemia, total kolesterol menjadi tinggi,
LDL (Low Density Lipoprotein) atau trigliserida tinggi, HDL (High Density
Lipoprotein) rendah, atau kombinasi kelainan lain. (Wells et al., 2009). Makalah
ini membahas tentang key concept lipid yang mencakup metabolisme dan
transportasi lipid serta tentang penyakit hiperlipidemia yang mencakup definisi,
etiologi, klasifikasi, patologi, manifestasi klinis, hingga diagnosis penyakit.
Perumusan Masalah
1
Bagaimana klasifikasi dan patologi penyakit hiperlipidemia?
Tujuan
Metode Penulisan
Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu melalui buku-
buku yang berkaitan dengan tema makalah dan melalui penelusuran situs atau
jurnal yang dapat dipercaya dari media internet.
Bab 1 Pendahuluan
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Metode Penulisan
Sistematika Penulisan
Bab 2 Isi
Lipid
Lipoprotein
Apolipoprotein
Hiperlipidemia
Definisi
Etiologi
2
Klasifikasi
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Bab 3 Kesimpulan
Daftar Pustaka
3
BAB 2
ISI
Lipid
4
Malam (wax) ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berberat molekul
tinggi.
Adapun lipid kompleks meliputi ester asam lemak yang mengandung gugus-
Fosfolipid yakni lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor selain asam
lemak dan alkohol. Lipid ini umumnya memiliki basa yang menagndung nitrogen
dan substituen lainnya, misalnya alkohol pada gliserofosfolipid adalah gliserol dan
alkohol pada sfingofosfolipid adalah sfingosin.
Lipoprotein
Lemak yang diserap dari makanan yakni monogliserol dan satu molekul
asam lemak serta lipid yang disintesis oleh hati harus diangkut menuju berbagai
organ untuk diguanakan sebagai energi atau disimpan. Karena sifat lipid tersebut
tidak larut dalam air, maka pengangkutan lipid dalam plasma darah dilakukan oleh
lipoprotein. Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid
dan protein. Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik)
yang terdiri dari 16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik
yang terdiri dari 30% fosfolipid dan 14% kolesterol. Selain itu juga mengandung
asam lemak rantai panjang tak ter-esterifikasi (asam lemak bebas) atau FFA
sebanyak 4%. Asam lemak bebas merupakan lipid plasma yang paling aktif dan
melekat pada albumin serum ketika dimobilisasi dari jaringan adiposa.
Berdasarkan konstituen lipid pada lipoprotein tersebut, maka struktur lipoprotein
digambarkan terdiri dari inti non polar terutama terdiri dari triasilgliserol dan ester
kolesteril yang dikelilingi oleh satu lapisan permukaan molekul kolesterol dan
fosfolipid amfifatik. Molekul tersebut berorientasi sedemikian rupa sehingga
gugus polarnya menghadap keluar yakni ke medium air. Gugus protein yang
merupakan konstituen pada lipoprotein tersebut disebut apolipoprotein atau
apoprotein. Struktur lipoprotein dapat dilihat pada Gambar 2.1.
5
Apoprotein Perifer
(mis. Apo C)
Koleterol bebas
Fosfolipid
Ester
Kolesteril
Triasil gliserol
nonpolar
Apoprotein
Integral
Lapisan tunggal
(mis. Apo B)
utamanya lipid amfifatik
Lemak memiliki kerapatan yang lebih rendah dibandingkan air sehingga massa jenis atau
(densitas) lipoprotein menurun seiring dengan peningkatan proporsi lipid terhadap jumlah
protein. Terdapat 4 kelompok utama lipoprotein yakni kilomikron, VLDL atau pra-β-
lipoprotein (very-low density lipoprotein),
(high density lipoprotein). Tabel komposisi lipoprotein plasma dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Kilomikron
Kilomikron merupakan trigliserida yang berukuran besar yang kaya akan partikel yang
mengandung apolipoprotein B-48, B-100, dan E. Kilomikron berasal dari penyerapan
triasilgliserol dan lipid lain di sel mukosa usus. Kilomikron ditemukan di kilus yang hanya
dibentuk oleh sistem limfe yang mengaliri usus. Kilomikron berperan mengankut semua lipid
dari makanan ke
dalam sirkulasi juga termasuk otot rangka dan jaringan adiposa. Kilomikron umumnya tidak
ada di dalam plasma setelah berpuasa selama 12-14 jam dan dikatabolisme oleh LPL atau
lipoprotein lipase yang diaktifkan oleh
6
apolipoprotein C-II dalam pembuluh endothelial dan lipase hepatik untuk
membentuk sisa kilomikron. Sisa-sisa kilomikron mengandung apolipoprotein E
dan berukuran diameter sekitar separuh dari kilomikron induk dan relatif kaya
akan ester kolesteril dan kolesterol karena berkurangnya triasilgliserol (Dipiro,
Talbert, Yee, Matzke, Wells, & Posey, 2008).
VLDL
VLDL merupakan lipoprotein yang berdensitas sangat rendah yang berasal dari
hati Apolipoprotein yang menyusun VLDL diantaranya Apo B-100, C-I, C-II, dan
C-III.VLDL adalah kendaraan utama untuk mengangkut triasilgliserol dari hati ke
jaringan ekstrahepatik. VLDL mengangkut sekitar 10-15% serum kolesterol dan
sebagian besar triasilgliserol dalam kondisi puasa.VLDL merupakan prekursor
pembentuk LDL dan sisa VLDL bersifat atherogenik.
LDL
HDL
dan pada metabolisme VLDL dan kilomikron. Fosfolipid adalah lipid utama pada
HDL. HDL dibagi menjadi HDL2 (densitas 1063-1125 g/mL) dan HDL3
(1125-1210 g/mL). Fluktuasi pada HDL kadang disebabkan oleh perubahan level
HDL2. HDL secara normal mengangkut 20-30% dari total kolesterol.
7
Struktur HDL sekitar 90% terbentuk oleh apolipoprotein yakni Apo A-I, A-II, A-IV, C-I, C-II, C-III,
D, dan E. Induk HDL terdiri dari lapis ganda fosfolipid discoid yang mengandung apo A dan
kolesterol bebas. HDL disintesis dan diekskresikan dari hati dan usus. HDL utamanya berfungsi
sebagai tempat penyimpanan apo C dan apo E yang dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan
VLDL. HDL telah terbukti secara klinis memberi efek protektif terhadap kejadian penyakit jantung
kronis.
&Weil,2009)
Pada setiap lipoprotein terdapat satu atau lebih apolipoprotein (protein atau polipeptida).
Apolipoprotein-lipoprotein)adalah utamaApoA. pada
B (B-100) yang juga dapat ditemukan pula pada VLDL. Kilomikron mengandung bentuk apo B
yang terpotong (Apo-48) yang disintesis di usus, sementara apo B-100 disintesis di hati. Apo B-100
adalah salah satu rantai polipeptida tunggal yang diketahui paling panjang dan memiliki sekitar
4536 asam amino dan massa molekul 550.000 Da. Apo B-48 (48% B-100) dibentuk dari m-RNA
yang sama seperti B-100 setelah introduksi sebuah sinyal perhentian oleh suatu enzim penyunting
RNA. Apo C-I, C-II, dan C-III adalah polipeptida yang lebih kecil (massa molekul 7000-9000 Da)
yang bebas dipindahkan dari satu lipoprotein ke lipoprotein lain. Apo E ditemukan di VLDL, HDL,
kilomikron, dan sisa kilomikro. Pada orang normal apo-E membentuk 5-10% apolipoprotein VLDL
total. Namun fungsi apo A-IV dan D masih belum diketahui pasti meskipun apo D diperkirakan
merupakan faktor penting dalam penyakit neurodegeneratif manusia. Karakteristik dan fungsi
berbagai apolipoprotein dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kofaktor enzim, misal apo C-II untuk lipoprotein lipase, A-I untuk lesitin, kolesterol
asiltransferase, atau inhibitor enzim, misalnya apo A-II dan apo C-II untuk lipoprotein lipase, apo
C-I utnuk protein pengangkut ester kolesteril
8
Bertindak sebagai ligand untuk interaksi dengan reseptor lipoprotein dalam
jaringan, misalnya apo B-100 dan apo E untuk reseptor LDL, apo A-I untuk
resptor HDL, apo E untuk protein terkait-reseptor LDL (LDL receptor-related
protein, LRP) yang diidentifikasi sebagai reseptor sisa dan apo A-I untuk reseptor
HDL.
Lemak yang diperoleh dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati atau
hasil simpanan dijaringan adiposa harus diangkut keberbagai jaringan dan organ
tubuh untuk digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut dalam air, cara
transpor lipid dalam plasma darah yang berbahan dasar air dilakukan dengan cara
menggabungkan lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid
amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein untuk menghasilkan lipoprotein
yang dapat bercampur dengan air. Transpor lipoprotein terdiri atas dua jalur yaitu
jalur eksogen untuk transpor kolesterol dan trigliserida yang diserap dari lemak
makanan pada saluran pencernaan (metabolisme kilomikron) dan jalur endogen
yang merupakan lanjutan saat kolesterol dan trigliserida mencapai plasma dari hati
dan jaringan selain pencernaan lainnya (metabolisme VLDL).
Gambar 2.2. Transpor lipopretein (terdiri atas jalur eksogen dan jalur endogen)
9
2.1.3.1 Jalur Eksogen (Metabolisme Kilomikron)
[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kennelly, Rodwell, & Weil, 2009, telah diolah kembali]
lipase yang terdapat pada lapisan endotel di dinding pembuluh darah. Jika hal ini
1
0
terjadi, maka kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim tersebut. Pada
prosesnya, apolipoprotein C-II berperan sebagai kofaktor enzim lipoprotein lipase,
sementara apolipoprotein A-II dan C-III berperan sebagai inhibitor enzim
lipoprotein lipase. Reaksi hidrolisis akan memecah kilomikron, dimana
triasilgliserol akan mengalami hidrolisis menjadi diasilgliserol, kemudian menjadi
monoasilgliserol, dan akhirnya menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam-
asam lemak bebas yang dihasilkan dari proses hidrolisis ini sebagian besar akan
diangkut ke dalam jaringan, terutama ke jaringan adiposa, jantung dan otot (80%),
sementara sekitar 20% menuju hati. Sementara itu, gliserol yang dihasilkan akan
masuk ke vena lalu menuju hati. Di hati, gliserol akan dibentuk kembali menjadi
triasilgliserol dengan bantuan enzim gliserokinase.
11
dan kemudian disekresikan menuju lapisan endotel pembuluh darah. VLDL yang
baru disekresikan ini disebut sebagai VLDL nascent. VLDL nascent hanya
mengandung sedikit apolipoprotein C dan E. Seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 2.4, bentuk utuh VLDL diperoleh dari HDL di dalam sirkulasi, dimana
apolipoprotein C dan apolipoprotein E disalurkan dari HDL menuju VLDL
nascent, membentuk VLDL utuh.
[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kennelly, Rodwell, & Weil, 2009, telah diolah kembali]
Di dalam sirkulasi, VLDL dapat menempel pada enzim lipoprotein lipase yang
terdapat pada lapisan endotel di dinding pembuluh darah. Jika hal ini terjadi, maka
VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim tersebut. Pada prosesnya,
apolipoprotein C-II berperan sebagai kofaktor enzim lipoprotein lipase, sementara
apolipoprotein C-III berperan sebagai inhibitor enzim lipoprotein lipase. Reaksi
hidrolisis akan memecah VLDL, dimana triasilgliserol akan mengalami hidrolisis
menjadi diasilgliserol, kemudian menjadi monoasilgliserol, dan akhirnya menjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Asam-asam lemak bebas yang dihasilkan dari
12
proses hidrolisis ini sebagian besar akan diangkut ke dalam jaringan, terutama ke
jaringan adiposa, jantung dan otot (80%), sementara sekitar 20% menuju hati.
Sementara itu, gliserol yang dihasilkan akan masuk ke vena lalu menuju hati. Di
hati, gliserol akan dibentuk kembali menjadi triasilgliserol dengan bantuan enzim
gliserokinase.
Reaksi hidrolisis tersebut menyebabkan penurunan kadar lipid dalam VLDL, yang
sebelumnya 90-93% menjadi 89%. Hidrolisis juga menyebabkan apolipoprotein C
kembali ke HDL, sehingga membentuk IDL. Pada IDL, apolipoprotein B-100
(yang merupakan apolipoprotein integral) dan apolipoprotein E masih tetap
dipertahankan. Setelah dimetabolisme menjadi IDL, IDL dapat diserap oleh hati
secara langsung melalui reseptor LDL, atau dapat diubah terlebih dahulu menjadi
LDL. Jika IDL telah diubah menjadi LDL, maka sebanyak 70% LDL akan diserap
oleh hati, sementara 30% diserap oleh jaringan ekstrahepatik, karena adanya
reseptor LDL di tiap jaringan. LDL yang diabsorpsi oleh jaringan ekstrahepatik ini
akan disimpan dan menetap di jaringan tersebut (tidak dikeluarkan lagi). Proses
penyerapan IDL ataupun LDL sendiri dibantu oleh apolipoprotein B-100 dan
apolipoprotein E yang merupakan ligan untuk interaksi dengan reseptor LDL.
Di hati, proses penyerapan juga dibantu oleh enzim lipase pada hati yang
menghidrolisis fosfolipid dan triasilgliserol yang masih terdapat dalam IDL dan
LDL. Hasil hidrolisis inilah yang akan diserap ke dalam hati. Berikutnya, di dalam
hati akan dibentuk HDL, yang nantinya kembali melepaskan apolipoprotein C dan
E menuju VLDL nascent, sehingga terbentuk VLDL utuh kembali.
Salah satu peran HDL adalah sebagai tempat penyimpanan apolipoprotein C dan
apolipoprotein E yang dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan VLDL.
Proses metabolisme HDL dapat dilihat pada Gambar x. HDL disintesis dan
disekresikan dari hati dan usus. Kemudian, apolipoprotein C dan apolipoprotein E
yang disintesis di hati dan dipindahkan dari HDL hati ke HDL usus ketika HDL
usus ini memasuki plasma. HDL yang baru dibentuk ini disebut HDL nascent,
yang terdiri dari lapis-ganda fosfolipid diskoid yang mengandung apolipoprotein
1
3
A dan kolesterol bebas, namun belum memiliki inti (ester kolesteril). Berikutnya,
LCAT (lesitin kolesterol asil transferase) berikatan dengan partikel HDL nascent
yang diskoid. Aktivitas enzim ini dibantu oleh apolipoprotein A-1 yang berperan
sebagai kofaktor untuk LCAT. LCAT berperan mengesterifikasi kolesterol, dengan
cara mentransfer gugus asil dari lesitin menuju kolesterol, membentuk ester
kolesteril.
Gambar 2.5. Metabolisme HDL. (C: kolesterol; CE: ester kolesteril; PL:
fosfolipid; A-1: apolipoprotein A-1; SR-B1: scavenger receptor B1; ABC-1: ATP-
binding cassette transporter A-1)
Pada prosesnya, HDL ini juga akan mendapatkan kolesterol dari jaringan, yang
kemudian akan diesterifikasi menjadi ester kolesteril oleh LCAT. Disalurkannya
kolesterol dari dalam jaringan melibatkan ABC-1 (ATP-binding cassette
transporter A-1). ABC-1 berperan untuk memindahkan kolesterol dari dalam
jaringan, menuju partikel yang kurang memiliki lipid, misalnya HDL3 dan praβ-
HDL.
Ester kolesteril yang bersifat nonpolar akan bergerak masuk ke bagian dalam lapis
ganda yang bersifat hidrofobik, sementara lisolesitin dipindahkan ke albumin
plasma. Masuknya ester kolesteril menyebabkan terbentuknya HDL
14
pseudomisel yang sferis, dimana di bagian luar adalah lapisan permukaan lipid
polar dan apolipoprotein. HDL ini disebut sebagai HDL3.
Berikutnya, HDL3 akan terus menerima kolesterol dari jaringan, dan oleh LCAT,
kolsterol ini akan diesterifikasi kembali membentuk ester kolsteril. Hal ini
menyebabkan terjadinya perbesaran ukuran partikel sehingga terbentuk HDL2
yang lebih besar dan kurang padat. Selanjutnya hati akan menerima kolesterol
yang terdapat dalam HDL2 melalui SR-B1 (Class B scavenger receptor B1) yang
merupakan reseptor HDL pada hati. Reseptor ini mengikat HDL2 melalui
apolipoprotein A-1, dan kemudian ester kolesteril akan diserap ke dalam hati,
sementara apolipoprotein A-1 tidak diserap. Kolesterol yang telah diserap oleh
hati akan disekresikan melalui empedu (baik sebagai kolesterol atau setelah
diubah menjadi asam empedu).
Kadar HDL bervariasi secara timbal-balik dengan kadar triasilgliserol plasma dan
secara langsung dengan aktivitas lipoproptein lipase. Hal ini dapat disebabkan
oleh konstituen permukaan, misalnya fosfolipid dan apolipoprotein A-1 yang
dibebaskan sewaktu hidrolisis kilomikron dan VLDV, sehingga ikut membentuk-
HDL danpraβHDLdiskoid.
1
5
2.2 Hiperlipidemia
2.2.1 Definisi
2.2.2 Etiologi
Obesitas
Penggunaan alkohol
1
6
Merokok sigaret
Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total bersifat
sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan lemak.
Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang
berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah
memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya
menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar
kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan
secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya
lipoprotein dari aliran darah.
1
7
2.2.3 Klasifikasi
Tabel 2.2 Penyakit, Profil dan Lipid (Suyatna dan Handoko, 2003:368)
1
8
Individu dengan hiperpoliproteinemia primer juga mungkin menderita
hiperlipidemia sekunder yang menimbulkan perubahan gambar lipidnya.
Hiperpoliproteinemia sekunder berhubungan dengan diabetes melitus yang tidak
terkontrol, minum alkohol, hipotiroidisme, penyakit obstruksi hati, sindrom
nefrotik, uremia, penyakit penimbunan glikogen, sepeti mieloma multipel,
makroglobulinemia, lupus eritematosus. Keberhasilan pengobatan penyakit dasar
biasanya memperbaiki hiperpoliproteinemia (Suyatna & Handoko, 2003:369).
1
9
Tipe-tipe hiperlipidemia menurut Frederickson adalah sebagai berikut:
a. Hiperlipidemia tipe I
Kelainan tipe I biasanya muncul sebelum pasien berusia 10 tahun dengan gejala
seperti kolik, nyeri perut berulang, xantoma dan hepatosplenomegali.
Sedangkan pada orang dewasa gejala yang muncul yaitu nyeri yang mirip akut
abdomen sering disertai demam, leukositosis, anoreksia dan muntah. Pendarahan
akibat pankreatitis akut merupakan komplikasi penyakit ini yang paling berat dan
kadang-kadang fatal. Arterosklerosis jantung prematur tidak dihubungkan dengan
lipidemia tipe ini. Pada pemeriksaan biokimia menunjukkan adanya lapisan krem
di permukaan plasma pasien puasa (Suyatna & Handoko, 2003:369).
b. Hiperlipidemia tipe II
Xantoma jenis tuberosa atau tendinosa timbul pada homozigot dan heterozigot,
sedangkan lesi plantar sering tampak pada homozigot. Pada pasien homozigot,
penyakit iskemia jantung terjadi sebelum umur 20 tahun, pada pria heterozigot
persentasenya mencapai 60% pada umur 50 tahun. Jadi deteksi dini
2
0
sangat penting Hiperlipidemia tipe II terbagi menjadi dua tipe yakni tipe IIa dan
tipe IIb, dimana tipe pembagiannya berdasarkan atas tingginya kadar trigliserida
terhadap LDL kolesterol (Suyatna & Handoko, 2003:369-370).
Tipe ini sama dengan tipe IIA kecuali adanya peningkatan VLDL, menyebabkan
triasilgliserol serum dan kolesterol meningkat. Yang disebabkan karena produksi
VLDL oleh hati berlebihan. Pengobatan untuk hiperlipidemia tipe IIA ini yaitu
dengan pembatasan kolseterol dan lemak jenuh dalam diet serta alkohol. Terapi
obat sama dengan IIA kecuali heterozigot juga menerima niasin (UPT-Balai
Informasi Teknologi LIPI, 2009).
2
1
Gejala klinik muncul pada masa remaja berupa berupa xantoma pada telapak
tangan dan kaki, dan kelainan tuberoeruptif di siku, lutut, atau bokong yang
mungkin bersifat karakteristik. Penyakit koroner, kardiovaskuler dan pembuluh
darah tepi terjadi lebih cepat yaitu pada usia 40-50 tahun; intoleransi glukosa serta
hiperurisemia terdapat pada 40% penderita (Suyatna & Handoko, 2003:370).
d. Hiperlipidemia tipe IV
e. Hiperlipidemia tipe V
Hiperlipidemia sekunder ditandai dengan kelainan pada lipid sebagai akibat dari
kelainan suatu penyakit atau efek samping dari terapi obat dimana hal tersebut
tercatat memiliki presentasi hingga 40% dari semua tipe pada hiperlipidemia.
Penyebab sekunder yang paling sering adalah gaya hidup dengan asupan makanan
yang berlebihan lemak jenuh, kolesterol, dan lemak trans dalam jumlah besar.
Penyebab sekunder lainnya adalah diabetes mellitus, konsumsi alkohol yang
berlebihan, penyakit ginjal kronis, hipotiroidisme, primary biliary cirrhosis, dan
penyakit hati kolestatik lainnya. Selain itu obat-obatan seperti tiazid, beta bloker,
retinoid, ARV, estrogen dan progestin, serta glukokortikoid (Suyatna & Handoko,
2003:369).
Agen farmakologi tersebut meliputi agen yang dapat meningkatkan kadar LDL
dan menurunkan kadar HDL meliputi: progestin, steroid anabolik, kortikosteroid
dan beberapa antihipertensi seperti beta bloker dan diuretik. Beta bloker tanpa
aktivitas intrinsic (ISA) cenderung menurunkan HDL dan menaikkan trigliserida.
Tiazid dan diuretic loop dapat menyebabkan peningkatan pada LDL. Pill KB
dapat menyebabkan hipertrigliserida pada beberapa wanita.
2
3
Tabel 2.4. Contoh Penyakit dan Efek Samping dari Obat yang
Menyebabkan Hiperlipidemia Sekunder (Dipiro et al, 2005:435)
2
4
Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu
hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar
trigliserida tinggi).
a. Hiperkolesterolemia
Kelebihan kolesterol dalam darah akan menimbulkan suatu proses kompleks pada
pembuluh darah. Mulai dari terjadinya plaque (penimbunan lemak) dalam
pembuluh darah, perlekatan monosit, agregasi platelet, dan pembentukan trombus.
Berbagai proses tersebut akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan
pembuluh darah. Akibatnya, organ-organ yang disuplai pembuluh darah akan
mengalami kekurangan atau penghentian suplai darah. Kondisi inilah yang pada
akhirnya akan bermanifestasi sebagai penyakit jantung koroner (PJK), stroke, atau
penyakit vaskuler lainnya. Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih dari
130 mg/dL dan kadar kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Kadar
HDL harus meliputi lebih dari 25% dari kadar kolesterol total (Neal, 2006:46-47).
b. Hipertrigliserida
Patofisiologi
kompleks lipid dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Klasifikasi nilai
kolesterol total, LDL dan HDL pada orang dewasa dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Peningkatan trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol total serta penurunan
HDL dalam darah berhubungan dengan perkembangan penyakit jantung koroner
(PJK) (Dipiro et al, 2006:88).
2
5
kompleks LDL-R ke dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah pada
kurangnya degradasi LDL oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis kolesterol,
dengan jumlah kolesterol total dan LDL tidak seimbang dengan berkurangnya
reseptor LDL (Dipiro et al., 2006:88).
Tabel 2.6 Klasifikasi Nilai Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserida (Dipiro
et al, 2005:435)
Manifestasi Klinik
dialami oleh penderita dan berbagai gejala lainnya. Secara umum, kebanyakan
dari pasien tidak mengalami gejala berarti selama beberapa tahun. Pasien dengan
sindrom metabolisme biasanya memiliki tiga dari gejala berikut atau lebih, seperti
obesitas abdominal, dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan darah, resistensi
insulin dengan atau tanpa intoleransi glukosa, atau respon proinflamasi (Dipiro,
Joseph T., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, Barbara G., and Posey, L.
M.,1999).
Berikut adalah beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada penderita
hiperlipidemia. Gejala yang dapat dialami adalah palpitasi, berkeringat, anxietas,
2
6
nafas yang pendek, kehilangan kesadaran atau kesulitan dalam berbicara dan bergerak, nyeri
perut, dan kematian mendadak. Sementara tanda-tanda yang dapat terjadi pada penderita
hiperlipidemia adalah pankreatitis, xantomas, polineuropati perifer, tekanan darah tinggi, BMI
2
lebih dari 30 kg/m , atau lingkar pinggang lebih dari 40 inci pada laki-laki dan 35 inci pada
perempuan. Namun terdapat manifestasi klinik yang lebih spesifik tergantung pada tipe
hiperlipidemia berdasarkan tabel berikut (Dipiro, Joseph T., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke,
G.R., Wells, Barbara G., and Posey, L. M.,1999).
Jenis Fenotip
Kadar Lipid
Lipoprotein
Plasma, mg/dl
Gejala Klinis
Meningkat
Fenotipe
(mmol/L)
pada
Hiperkolesterolemia
Heterozigot
LDL
IIa
Xantoma pada
familial
TC = 7-13 (275-
penderita berusia
500)
dewasa
Kelainan pembuluh
Homozigot
LDL
IIa
Xantoma pada
TC > 13 (>500)
penderita berusia
dewasa
Kelainan
pembuluh
darah pada
penderita
anak-anak
familial
TC = 7-13 (275-
500)
Hiperkolesterolemia
TC = 6,5-9
LDL
IIa
Biasanya
poligenik
(250-350)
asimtomatik,
Terjadi
kelainan
pembuluh darah
2
7
Hipertrigliseridemia
TG = 2.8-8.5
VLDL
IV
Asimptomatik,
familial
(250-750)
peningkatan
resiko
penyakit
pembuluh
darah
Defisiensi
LPL
TG > 8.5 (750)
Kilomikron
I, V
Asimptomatik, Dapat
familial
, VLDL
terjadi
pankreatitis,
nyeri
perut,
hepatosplenomegali
Defisiensi apo C II
TG > 8.5 (>750)
Kilomikron
I, V
Asimptomatik, Dapat
familial
, VLDL
terjadi
pankreatitis,
nyeri
perut,
hepatosplenomegali
Hiperlipidemia
TG = 2,8-8,5
VLDL,
IIb
Asimptomatik namun
kombinasi
(250-750)
LDL
TC = 6.5-13
pembuluh darah,
(250-500)
tinggi
Dysbetalipoproteine
TG = 2.8-8.5
VLDL,
III
Asimptomatik,
mia
(250-750)
IDL, LDL
namun dapat
terjadi
TC = 6.5-13
normal
penyakit
pembuluh
(250-500)
darah
Xanthoma eruptif
1. Xantoma
Xantoma adalah gejala yang umum ditemukan pada beberapa tipe hiperlipidemia. Xantoma
adalah deposit lipid yang berada di bawah kulit membentuk suatu tonjolan yang lunak dan
berwarna kekuningan (xanthos
2
8
dalam bahasa Yunani berarti kuning). Xantoma terjadi karena permeasi
lipoprotein plasma yang berasal dari sirkulasi melewati kapiler pembuluh yang
kemudian mengalami fagositosis oleh makrofag dan mengalami oksidasi oleh
radikal O2 yang dihasilkan pada saat terjadi transformasi monosit menjadi
makrofag. Akibatnya akan terbentuk foam cells atau sel busa. Semakin lama,
sel busa ini akan semakin menumpuk yang menyebabkan terbentuknya suatu
tonjolan.
Plane xanthoma.
Tuberous xanthoma adalah xantoma yang ditandai dengan adanya nodul yang
keras, tidak terasa sakit, dan berwarna merah kekuningan. Lesi ini dapat
bergabung dan membesar membentuk suatu tumor. Tuberous xanthoma
biasanya muncul pada bagian tubuh yang mendapatkan tekanan seperti lutut,
siku, dan bokong. Tuberous xanthoma muncul pada penderita
hiperkolesterolemia, peningkatan LDL, disbetalipoproteinemia,
hiperkolesterolemia familial, dan hiperlipidemia sekunder.
Xantoma eruptif secara umum ditemukan pada bagian bokong, bahu, dan dapat
pula kadang terjadi pada bagian mukosa mulut dan wajah. Lesi yang terbentuk
berwarna merah kekuningan, memiliki diameter sekitar 1-5 mm, dan secara
spontan dapat pecah setelah beberapa minggu memberikan rasa gatal dan
kemerahan. Xantoma eruptif terjadi pada hipertrigliseridemia, dan hiperlipidemia
tipe I,IV, dan V dimana kadar VLDL dan kilomikron tinggiPickens, S., Farber, G.,
Mosadegh, M., 2012).
Pada keadaan hiperlipidemia, asam lemak yang banyak di dalam darah akan
dibawa ke hati untuk diubah menjadi kolesterol. Kolesterol yang berlebihan di
dalam darah akan berpermeasi melalui endotel pembuluh darah yang selanjutnya
akan menembus dinding pembuluh darah bagian dalam hingga mencapai intima.
Makin kecil ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya makin mudah pula LDL
tersebut menyusup ke dalam inatima. LDL yang telah masuk ke dalam inti akan
difagositosis oleh makrofag dan akan terjadi oksidasi kolesterol oleh radikal O2
yang dihasilkan pada saat terjadi transformasi monosit menjadi makrofag. Hal ini
menyebabkan plak pada pembuluh darah yang akan meningkatkan tahanan perifer
dari pembuluh
3
1
darah, sehingga dapat mengakibatkan gangguan pembuluh darah seperti
hipertensi.
3. Pankreatitis
4. Hepatosplenomegali
Hepatosplenomegali adalah pembengkakan yang terjadi pada organ hati dan limpa.
Pembengkakan ini dapat muncul sebagai akibat tingginya kadar kilomikron yang
terakumulasi pada hati dan limpa sehingga menimbulkan perbesaran ukuran kedua
organ tersebut.
Diagnosis
Pada penderita hiperlipidemia, tidak ada gejala spesifik yang dapat langsung diamati
untuk penegakan diagnosis. Oleh karena itu, diagnosis dilakukan dengan empat cara,
berikut:
Pengukuran profil lipoprotein ini dapat dilakukan sewaktu maupun setelah puasa.
Pada profil lipoprotein puasa, diukur kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan
trigliserida. Sedangkan pada profil lipoprotein sewaktu, diukur kadar kolesterol
total, HDL, dan trigliserida. Berikut adalah klasifikasi kadar kolesterol total, LDL,
HDL, dan trigliserida.
Tabel 2.8. Klasifikasi kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida
Kolesterol Total
LDL
HDL
Trigliserida
Nilai
Kategori
Nilai
Kategori
Nilai
Kategori
Nilai
Kategori
< 200
Yang
< 100
Optimal
< 40
Rendah
< 150
Normal
diinginkan
200-
Hampir
100-
Di atas
≥ 6
Tinggi
150-
Hampir
239
tinggi
129
optimal
199
tinggi
≥ 2
Tinggi
130-
Hampir
200-
Tinggi
3
3
159
tinggi
499
160-
Tinggi
≥ 5
Sangat
189
tinggi
≥ 1
Sangat
tinggi
Pengukuran kadar kolesterol total, trigliserida, dan HDL dalam plasma darah setelah
puasa selama 12 jam atau lebih merupakan hal yang penting. Karena pada kondisi
tidak puasa, kadar trigliserida dapat meningkat.
3. Pengukuran Apoprotein B
Apoprotein B merupakan protein yang terikat pada VLDL dan LDL. Jika
dibandingkan dengan pengukuran kadar lipoprotein dalam darah, pengukuran
Apoprotein B lebih akurat dalam menyatakan jumlah lipoprotein yang terdapat
dalam darah. Hal ini dikarenakan 1 molekul Apoprotein B terikat hanya pada 1
molekul lipoprotein. Sedangkan pada pengukuran lipoprotein, yang diukur
3
4
adalah massa kolesterol yang dibawa oleh lipoprotein, bukan jumlah molekul dari tiap jenis
lipoprotein. Jika jumlah Apoprotein B dalam plasma tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
VLDL dan LDL dalam darah juga tinggi.
Metode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung jenis lipoprotein yang kadarnya tinggi di
dalam darah. Prinsip dari metode ini adalah skrining lipoprotein dalam gel agarose dan setiap jenis
lipoprotein akan terelusi berdasarkan densitasnya. Pada gel agarose, pita yang muncul berturut-turut dari
(VLDL). Hasil skrining gel agarose dari pasien akan dibandingkan dengan gel agarose standar. Gel
agarose standar merupakan gel agarose yang berisi ketiga jenis lipoprotein dengan kadar normal.
Jika pada hasil skrining gel agarose dari pasien, terdapat 1 atau lebih pita yang lebih gelap daripada
pita yang terdapat pada gel agarose standar, maka dapat disimpulkan bahwa jenis lipoprotein yang
diwakili oleh pita tersebut memiliki kadar yang tinggi dalam darah pasien.
Penderita hiperlipidemia memiliki resiko tinggi untuk terserang penyakit jantung koroner (PJK) jika
tidak menerima perawat yang benar. Ada beberapa faktor resiko utama yang dapat menyebabkan
penderita hiperlipidemia terserang penyakit jantung koroner, yaitu:
Usia, untuk laki-laki lebih dari 45 tahun dan wanita lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause
dini tanpa terapi penggantian esterogen.
Riwayat keluarga pada penyakit kardiovaskuler dini, infark miocard atau kematian mendadak dari
keluarga ayah dengan usia kurang dari 55 tahun atau dari keluarga ibu dengan usia kurang dari 65
tahun.
Kebiasaan merokok.
Hipertensi dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg ataupun sedang mengkonsumsi obat
antihipertensi.
3
5
Oleh karena itu, berdasarkan faktor resiko utama yang dimiliki dan
Jumlah
Persentase
Yang
Untuk
Untuk terapi
Kategori
faktor
resiko PJK
terapi
harus
menggunakan
resiko
10 tahun
perubahan
dicapai
obat
utama
kedepan
gaya hidup
Resiko tinggi
PJK,
< 100
(high risk)
resiko
> 20%
≥100
≥ 100
atau < 70
setara PJK
Resiko cukup
≥2 f
< 130
tinggi
resiko
10 –20%
atau
≥ 13
≥ 130
(moderately
utama
< 100
high risk)
Resiko
≥2 f
sedang
resiko
< 10%
< 130
≥ 13
≥ 160
(moderate
utama
risk)
Resiko
0-1 faktor
rendah (low
resiko
< 10%
< 160
≥160
≥ 190
risk)
utama
36
Untuk menentukan kategori dari seorang penderita hiperlipidemia, perlu
Mengukur kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan tekanan darah dari penderita.
Data pengukuran ini akan digunakan untuk menentukan persentase resiko PJK
dalam 10 tahun kedepan.
Menentukan kategori yang sesuai. Stelah mengetahui kategori dari pasien, maka
dapat ditentukan jenis terapi yang harus diberikan dan konsentrasi LDL (mg/dL)
yang harus dicapai.
Total poin = poin usia + poin total kolesterol + poin merokok + poin HDL + poin
tekanan darah sistolik
3
7
Gambar 2.10. Proyeksi Resiko PJK 10 tahun Framingham
Seorang pria berusia 42 tahun, merokok, dan tidak memiliki riwayat keluarga
penderita PJK. Setelah melakukan pemeriksaan, maka diperoleh data:
HDL = 30 mg/dL
38
LDL = 210 mg/dL
Faktor resiko ada 3 , yaitu merokok, hipertensi, dan kadar HDL rendah.
poin usia = 0
poin merokok = 5
poin HDL = 2
Total poin = 0 + 6 + 5 + 2 + 1 = 14
Berdasarkan faktor resiko utama dan % resiko PJK 10 tahun ke depan, pria di atas
termasuk dalam kategori Moderately high risk. Karena kadar LDL lebih besar dari
130 mg/dL, maka bisa digunakan 2 jenis terapi yaitu terapi perubahan gaya hidup
dan penggunaan obat.
3
9
BAB 3
KESIMPULAN
Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid dan protein.
Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik) yang terdiri
dari 16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik yang terdiri
dari 30% fosfolipid dan 14% kolesterol. Terdapat 4 kelompok utama lipoprotein
yakni kilomikron, VLDL atau pra-β-lipoprotein (very-low
4
0
2
perifer, tekanan darah tinggi, BMI lebih dari 30 kg/m , atau lingkar pinggang
4
1
DAFTAR PUSTAKA
Alam, A., Subardja, D., Fadil, R., Rustama, D.S. 2003. Hiperlipidemia Familial Homozigot Dan
Mikropenis Pada Seorang Anak Balitamkb Vol.35 No.1.
Bahr, Sara van., Movin, T., Papadogiannakis, N., Pikuleva, I., Ronnow, P., Diczfalusy, U.,
Bjorkhem, I. (2002). Mechanism of Accumulation of Cholesterol and Cholestanol in Tendons and
the Role of Sterol 27-hydroxylase (CYP27A1). The Journal of The American Heart Association.
nd
Boyer, Rodney. (2002). Concepts in Biochemistry 2 Edition. Canada: Brooks/Cole.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M. (2005).
Pharmacotherapy A Pathophysiological Approach Sixth Edition. USA: McGraw-Hill Medical.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, Terry L., and Hamilton, Cindy W. (2006).
Pharmacotherapy Handbook Sixth Edition. USA: McGraw-Hill Medical.
Fair, Kevaghn P, Eltson, Dirk M. Xanthomas, Differential and Diagnose. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1103971-differential pada tanggal 7 September 2014, pukul
14.00 WIB.
Murray, R.K., Bender, D.A., Botham, K.M., Kennelly, P.J., Rodwell, V.W., &
th
Weil, P.A. (2009). Harper’s IllustratedEdition. USA:Biochemi
4
2
Pickens, S., Farber, G., Mosadegh, M. (2012). Eruptive Xanthoma : A Case
Report. Cutis.
Sukandar, Elin Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P.S.,
Kusnandar. (2010). ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.
Suyatna, F.D. dan Tony Handoko S.K. (2003). Hipolipidemik. Dalam: S.G.
Gunawan, R. Setiabudy, Frans D Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi, (editor).
Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
4
3
LAMPIRAN
4
4
Lampiran 1. Komposisi Lipoprotein Plasma
Komposisi
Lipoprotein
Sumber
Diameter
Masa jenis
Komponen utama
Apolipoprotein
Protein
(nm)
(g/mL)
lipid
Lipid (%)
(%)
Kilomikron
Usus
90–1000
< 0.95
1–2
98–99
Triasilgliserol
1
A-I, A-II, A-IV, B-48, C-I,
C-II, C-III, E
Kilomikronsisa
Kilomikron
45–150
< 1.006
6–8
92–94
Triasilgliserol,
B-48, E
fosfolipid, kolesterol
VLDL
Hati (usus)
30–90
0.95–1.006
7–10
90–93
Triasilgliserol
B-100, C-I, C-II, C-III
IDL/LDL1
VLDL
25–35
1.006–
11
89
Triasilgliserol,
B-100, E
1.019
kolesterol
LDL/LDL2
VLDL
20–25
1.019–
21
79
kolesterol
B-100
1.063
HDL
20–25
1.019–
32
68
HDL1/c
1.063
HDL2
Hati, usus,
10–20
1.063–
33
67
Fosfolipid, kolesterol
A-I, A-II, A-IV, C-I, C-II,
C-III, D,2 E
1.125
VLDL,
HDL3
kilomikron
5–10
1.125–
57
43
1.210
3
Preβ-HDL
<5
> 1.210
A-I
Lampiran 2. Karakteristik dan Fungsi Apolipoprotein
A-I
Kilomikron,
120
28
Kofaktor dengan LCAT, protein struktural pada
Hati, Usus
HDL
A-II
Kilomikron,
35
17
Protein struktural pada HDL, ligan untuk HDL
Hati
HDL
reseptor
A-IV
KIlomikron,
15
46
Kemungkinan memfasilitasi transfer apo lain antara
Usus
1210 B
ApoLp(a)
LDL, HDL
10
± 500
plasminogen, mungkin mencegah pengambilan HDL
Hati
VLDL, HDL,
B-100
100
540
VLDL dari hati, protein structural VLDL, IDL,
Hati
IDL
B-48
Kilomikron
trace
264
Penting untuk mengumpulkan dan mensekresi
Usus
C-I
Kilomikron,
7
6,6
Kofaktor dengan LCAT, mungkin menginhibisi
Hati
VLDL, HDL
VLDL, HDL
C-III
Kilomikron,
13
8,8
Inhibitor LPL, mungkin menghambat ambilan
Hati
VLDL, HDL
D
HDL
6
32
E2-E4
Kilomikron,
5
34
Ligan untuk beberapa lipoprotein pada reseptor
Hati
VLDL, HDL
LDL, LRP, dan kemungkinan reseptor apo E hepatic