Anda di halaman 1dari 19

Perubahan Perilaku:

Perubahan Perilaku Menurut WHO, perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga :
Perubahan Alamiah Perubahan terencana Kesediaan untuk berubah

Perubahan alamiah:

Perubahan alamiah Perubahan disebabkan krn kejadian alamiah. Apabila dlm masyarakat
sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka
anggota-anggota masyarakat didlmnya juga akan mengalami perubahan.

Perubahan terencana:

Perubahan terencana Perubahan direncanakan sendiri oleh subjek .

Kesediaan untuk berubah:

Kesediaan untuk berubah Apabila terjadi suatu inovasi di dlm masy, maka yg sering terjadi
adalah sebagian orang sangat cepat utk menerima inovasi atau perubahan tsb, sebagian orang
lagi sgt lambat utk menerima perubahan tsb. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai
kesediaan utk berubah yg berbeda-beda.

STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU:

STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU Menurut WHO dikelompokkan menjadi tiga :


Perubahan perilaku dipaksakan Pemberian informasi Diskusi Partisipasi

Perubahan perilaku dipaksakan:

Perubahan perilaku dipaksakan Cara ini dpt ditempuh misalnya dgn adanya
peraturan/undang-undang yg harus dipatuhi masyarakat. Cara ini menghasilkan perilaku yang
cepat, tetapi blm tentu berlangsung lama, krn belum/tdk didasari kesadaran sendiri.

Pemberian informasi :

Pemberian informasi Akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Perubahan perilaku dgn


cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan dgn cara ini memakan waktu lama, tetapi
perubahan yg dicapai bersifat langgeng krn didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan
karena paksaan).

Diskusi partisipasi:
Diskusi partisipasi Peningkatan cara yang kedua di atas. Masyarakat tdk hanya pasif, tapi
harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi ttg informasi yg diterimanya. Cara ini
membutuhkan waktu lebih lama dari kedua cara di atas dan jauh lebih baik
i Perubahan Perilaku Kesehatan)*
Mariatul Fadilah dr, MARS

Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku.
Karena perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai
penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak teori tentang perubahan perilaku ini,
antara lain akan diuraikan dibawah.

1. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada
kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber
komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan
keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan
proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu
yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus
tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian
individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari
individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus
ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak
demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut
mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang)
yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus
semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan
organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.

Proses perubahan perilaku berdasarkan teori SOR ini dapat digambarkan seperti dibawah (lihat
bagan).

2. Teori Festinger (Dissonance Theory)

Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnya sama dengan
konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan
keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk
mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu maka berarti
sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).

Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat 2 elemen kognisi yang
saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan.
Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan
pendapat atau keyakinan yang berbeda / bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah
dissonance.

Sherwood dan Borrou merumuskan dissonance itu sebagai berikut :

Pentingnya stimulus x jumlah kognitif dissonance

Dissonance = --------------------------------------------------------

Pentingnya stimulus x jumlah kognitif consonance

Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan menyebabkan
perubahan perilaku terjadi disebabkan karena adanya perbedaan jumlah elemen kognitif yang
seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta sama-sama pentingnya. Hal ini
akan menimbulkan konflik pada diri individu tersebut.

Contoh : Seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di satu pihak, dengan bekerja ia dapat
tambahan pendapatan bagi keluarganya yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan bagi keluarga
dan anak-anaknya, termasuk kebutuhan makanan yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas tidak
dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di pihak yang lain, apabila ia bekerja, ia kuatir terhadap
perawatan terhadap anak-anaknya akan menimbulkan masalah. Kedua elemen (argumentasi) ini
sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang baik.

Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri secara kognitif. Dengan penyesuaian
diri ini maka akan terjadi keseimbangan kembali. Keberhasilan tercapainya keseimbangan kembali
ini menunjukkan adanya perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.

3. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada
kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang
apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz
(1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :

a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi
pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya
maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut
benar-benar menjadi kebutuhannya.

b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam
menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia
dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya orang dapat menghindari
penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.

c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya dengan
tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan
sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek
atau stimulus yang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan
dan dalam waktu yang singkat. Misalnya bila seseorang merasa sakit kepala maka secara cepat tanpa
berpikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung
dan meminumnya, atau tindakan-tindakan lain.

d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai
ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh
sebab itu perilaku itu dapat merupakan "layar" dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat.
Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau
tindakannya.

Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu
dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu
didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.

4. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang
antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining
forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
tersebut didalam diri seseorang.

Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni :

a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang
mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-
penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya
seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya anak sedikit dengan
kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan
pendorong yakni pentingnya ber-KB dinaikkan dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha
lain.
Kekuatan Pendorong - Meningkat

Perilaku Semula -----------------------------------------> Perilaku Baru

Kekuatan Penahan

b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang
memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya contoh tersebubt diatas, dengan memberikan
pengertian kepada orang tersebut bahwa anak banyak rezeki, banyak adalah kepercayaan yang salah
maka kekuatan penahan tersebut melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang
tersebut.

Kekuatan Pendorong

Perilaku Semula -----------------------------------------> Perilaku Baru

Kekuatan Penahan - Menurun

c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas
juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti contoh diatas, penyuluhan KB yang berisikan
memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya
kepercayaan anak banyak, rezeki banyak, akan meningkatkan kekuatan pendorong dan sekaligus
menurunkan kekuatan penahan.

Kekuatan Pendorong - Meningkat

Perilaku Semula -----------------------------------------> Perilaku Baru


Kekuatan Penahan - Menurun

PERUBAHAN PERILAKU

Perubahan Perilaku

Jika kita menemukan cara untuk mencari manfaat dari kesehatan terhadap kepekaaan dan perilaku
yang responsif dan penyesuaian gaya hidup yang kondusif pada kesehatan, di profesi kita kesehatan
harus menemukan arti yang paling efektif dari perluasan manfaat kesehatan untuk semua.

Prochaska dan DiClemente membantu dengan pengidetifikasian 4 tahap proses pembentukan


perubahan perilaku kesehatan :

1. Prekontemplasi (dimana orang yang tidak tertarik dan tidak berpikir untuk berubah)

2. Kontemplasi/perenungan (dimana pertimbangan serius diberikan untuk mengubah perilaku)

3. Tindakan (6 bulan setelah dilakukan usaha untuk mengubah perilaku)

4. Pemeliharaan (masa dari 6 bulan setelah perubahan perilaku dilakukan dan permasalahan perilaku
diperbaiki)

Pada model ”tahap perubahan” sangat berguna ketika rancangan intervensi promosi kesehatan
untuk target populasi yang spesifik. Ini menguatkan para praktisi untuk menggunakan strategi yang
paling efektif untuk menimbulkan dan menyokong perubahan perilaku, tergantung tahap mana
mereka berada.

Berdasarkan Prochaska, mayoritas promosi kesehatan/program pencegahan penyakit dirancang


untuk komunitas skala kecil (minoritas) pada tahap tindakan. Dia memperkirakan di antara orang-
orang tersebut yang perokok pada tahun 1985 hampir 70% tidak siap pada tahap tindakan. Pada
1986 tahapannya adalah sbb :

1. Prekontemplasi 35%

2. Kontemplasi 34%

3. a. Siap untuk tindakan 15%


b. Tindakan 12%

4. Pemeliharaan 4%

Dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi program promosi kesehatan, praktisi seharusnya
mengetahui hal-hal tentang tahapan adopsi dan kurva difusi. Ini secara umum menerima 6 tipe
individu/grup yang menganggap adopsi sebagai inovasi. Individu ini dari inovator hingga adopter
lambat yang berada pada level ujung pada kurva lonceng., dengan adopter awal, mayoritas awal,
mayoritas akhir dan adopter akhir berada di antara 2-tails pada kurva lonceng.

Ini juga penting bagi praktisi untuk mengetahui 5 tahap dari adopsi : kesadaran, ketertarikan,
ujicoba, keputusan dan adopsi inovator, adopter awal, mayoritas awal, dan mayoritas akhir.

Tahapan perubahan perilaku yang berkaitan dengan Merokok

Usaha konseling merokok sebaiknya bertujuan untuk mengubah perokok berat melalui 4 tahap
perubahan perilaku yang dilakukan Prochaska dan diClemente. Tahapan yang diadaptasi untuk
menghentikan perokok tsb adalah :

1. Prekontemplasi

Perokok tidak dimotivasi untuk berhenti merokok.

Mungkin alasannya : ketidaktahuan efek rokok yang berbahaya, kegagalan usaha untuk berhenti
merokok di masa lalu, perilaku yang fatalistis, dsb.

Strategi : menciptakan kesadaran mengenai bahaya merokok dan manfaat berhenti merokok.
Membantu menganalisa kegagalan usaha berhenti merokok di masa lalu dan mendorong untuk
memulainya lagi.

2. Kontemplasi

Perokok dimotivasi untuk berhenti merokok namun tidak diatur tanggal dimulainya berhenti
merokok.
Stategi : penekanan pada harga rokok dan manfaat berhenti merokok, misalnya membeli rokok
hanya membuang-buang uang, menjelaskan asap akibat rokok per hari dengan angka yang jelas, tes
CO.

3. Tindakan

Perokok merencanakan berhenti merokok dalam 1 bulan atau telah berhenti kurang dari 1 bulan.

Strategi : mengajarkan teknik khusus berhenti merokok. Memberi dukungan positif atas usahanya.

4. Pemeliharaan

Perokok setidaknya telah berhenti merokok selama 1 bulan.

Strategi : memberi dukungan atas status mereka yang baru yang telah berhenti merokok dan
mencegah merokok lagi, misalnya mengantisipasi situasi yang mungkin menyebabkan merokok lagi
dan merencanakan tanggapan seseorang terlebih dahulu.

5. Terminasi

Ini pada tahap stabil dimana tidak ada godaan untuk merokok di segala situasi dan kepercayaan yang
tinggi untuk bertahan agar tidak merokok lagi.

Mengidentifikasi Tahapan pada Perokok

1. apakah anda pernah terpikir untuk berhenti merokok ? tidak - tahap prekontemplator ; ya –
setidaknya pada tahap prekontemplator

2. apakah anda ingin berhenti merokok ? ya – setidaknya pada tahap kontemplator

3. apakah anda berencana berhenti merokok ? tidak - tahap kontemplator ; ya –tahap tindakan

4. berapa lama anda telah berhenti merokok ? kurang dari 1 bulan – tahap tindakan : lebih dari 1 bulan
– tahap pemeliharaan
Promosi Motivasi Untuk Berhenti

Seluruh pasien yang masuk pelayanan kesehatan sebaiknya dinilai status penggunaan tembakau
secara rutin. Dokter sebaiknya menyarankan perokok untuk berhenti dan menilai harapan pasien
untuk berusaha berhenti. Bagi pasien yang siap untuk berhenti saat ini, dokter seharusnya
menggunakan rancangan intervensi singkat untuk mempromosi motivasi berhenti merokok

online advertising

Artikel Terkait

 Sifat Calon Dokter yang Sering Dikeluhkan Sebagian Pasien Ataupun Sejawat
 Fenomena-Fenomena Unik Kedokteran Versi "Terselubung Sekali"
 Teori Perubahan Perilaku Kesehatan
 Promosi Kesehatan
 Pendidikan Kesehatan Masyarakat

Posted by Rilahi Zahrah at Jumat, Mei 13, 2011

Labels: Bela Ronaldoe's Blog dokter dan pasien

Comments :

2 comments to “Teori Perubahan Perilaku Kesehatan”

Tali Kotang mengatakan...

on

19 Maret 2012 20:52

sangat amat sangat smat sangat bermanfaat kawan :) :)

Anak Jogja mengatakan...

on

19 Maret 2012 20:53

lanjutkan adminnya :p

Poskan Komentar

Links to this post

Buat sebuah Link


← Posting Lebih Baru Posting Lama →

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Artikel Populer

Dampak Oral Sex (Dari Oral ke Penis atau Oral ke Vagina)

Oral Sex atau seks oral adalah suatu variasi seks dengan memberikan stimulasi/rangsangan
melalui mulut dan lidah pada organ seks/kelamin pa...

Empat Manuver Leopold (Pemeriksaan ANC Kehamilan)

Salah satu pemeriksaan yang dilakukan saat Ante Natal Care adalah pemeriksaan Leopold.
Pemeriksaan ini terdiri dari 4 tindakan yang masin...

Pengaruh Positif dan Negatif Onani

Onani adalah perilaku seksual dengan melakukan rangsangan berupa gesekan atau sentuhan
dengan atau tanpa menggunakan alat bantu terhadap ala...

 Teori Perubahan Perilaku Kesehatan

Perilaku Kesehatan (Teori Perubahan Perilaku Kesehatan) * Mariatul Fadilah dr, MARS Hal
yang pentin...

Macam-Macam Sex Toys


Flash back dari artikel sebelumnya ----->>>>> "Sex toys" ialah suatu alat yang menyerupai
organ seksual yang dipergunakan oleh pria ataupun...

Tujuh Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kesehatan

Kesehatan ditentukan oleh banyak hal. Selain makanan, minuman, dan gaya hidup, faktor
eksternal seperti lingkungan juga mempengaruhi kesehat...

Pemeriksaan Fisik Umum

Bagi seorang dokter, pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang harus dilakukan karena
bersifat amat krusial. Tanpa dilakukannya pemeriksa...

Apa Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Sex Toys (Mainan Seks)?

"Sex toys" ialah suatu alat yang menyerupai organ seksual yang dipergunakan oleh pria
ataupun wanita untuk menstimulasi diri seolah-olah mel...

Kesehatan Penis: Identifikasi dan Pencegahan Masalah

Penis (yang berasal dari kata phallus) berarti alat kelamin jantan. Penis merupakan organ
eksternal kerena berada di luar ruang tubuh. Kata ...

 Apa Itu Kista Dermoid?

Kista dermoid merupakan suatu kista teratoma jinak (choristoma) yang bersifat kongenital
dilapisi oleh keratinizing epidermis dengan struktu...
Ikuti Blog Ini

Jika menurut teman2 artikel saya menarik, silahkan masukkan email tmn2 di bawah untuk
mendukung artikel2 selanjutnya,,, terimakasih

Enter your email address:

TerselubungSeka en_US Subscribe

Delivered by FeedBurner

Follow this blog

Buku Tamu
Silahkan temui resepsionis ya.. :)
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan perilaku dari analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan antar lain:

1) Teori Lawrence Green

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang
atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pegetahuan, sikap,


kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia
atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-
obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

2) Teori Snehandu B, Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada perilaku itu
merupakan fungsi dari :

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatanya
(behavior intention)

b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (acesssebility of
information)

d. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ii mengambil tindakan atau keputusan
(personal autonomy)

e. Situasi yang emungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situastion).

3) Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku
tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok, pemikiran dan perasaan (thought and feeling)
yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-
penilaian seseorang terhadap objek.

a. Pengetahuan
Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

b. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.

c. Orang penting sebagai referensi


Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang
yang dianggap penting.

d. Sumber daya (resources)Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu,


tenaga dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilku seseorang atau kelompok
masyarakat.

e. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber


f. Di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan.

B. TEORI PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT

1) Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)


Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung
pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas
dari sumber komunikasi (sources) misalnya, kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara
sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku sama dengan proses
belajar, pada individu yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila
stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi
perhatian individu dan berhenti di sini. Akan tetapi bila stimulus diterima oleh organism
berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti
stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu organism mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap)

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Proses perubahan perilaku berdasarkan teori S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Teori S-O-R

2) Teori Festinger (Dissonance Theory)


Teori Finger (1957) telah banyak pengaruhnya dalam psikologi social. Teori ini sebenarnya
sama dengan konsep imbalance. Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance
merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang
berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri
individu, maka berarti sudah tidak terrjadi ketegangan diri lagi, maka keadaan ini disebut
consonance (keseimbangan).

Dissonance terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang saling
bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat atau keyakinan.
Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan
pendapat atau keyakinan yang ebrbeda/bertentangan dalam diri individu sendiri, maka
terjadilah ketidakseimbangan.

Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan
menyebabkan perubahan perilaku terjadi disebabkan karena adanya perbedaan jumlah elemen
kogniti yang tidak seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta sama-
sama pentingnya. Hal ini akan menimbulkan konflik pada diri individu tersebut. Seorang ibu
rumah tangga yang bekerja dikantor. Disatu pihak dengan bekerja ia dapat tambahan
pendapatn bagi keluarganya, yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan
anak-anaknya, termasuk kebutuhan makanan yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas ia
tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di pihak lain, apabila ia tidak bekerja, jelas
ia tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga . dipihak lain, apabila ia bekerja, ia
khawatir terhadap perawtan anak-anaknya akan menimbulkan masalah. Kedua elemen ini
sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang baik.

3) Teori Fungsi

Teori ini berdasakan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada
keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang apanila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang
tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :

a. Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan
terhadap keutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positf terhadap objek demi
pemenuha kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia
akan berperilaku negatif. misalnya ada orangyang mau membuat jamban apabila jamban
tesebut benar-benar sudah menjadi kebutuhannya.

b. Perilaku dapat berfungsi sebagai “defence mecanism” atau sebagai pertahanan diri dalam
menghadapi lingkungannya. Artinya, dengan perilaku dan tindakan-tindakannya manusia
dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya , orang dapat
menghindari penyakit demam berdarah, karena penyakit tersebut merupakan ancaman
baginya

c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam perananya itu
sesorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui tindakannya. Dengan
tindakan sehari-harinya tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan
dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan
tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya
seseorang merasa sakit kepala maka untuk mengatasinya org trsebut minum obatwarung dan
meminumnya, atau dengan tindakan2 lain

d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan
dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku dapat merupakan ‘layar’ dimana segala ungkapan
diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, gusar, senang dll, dapat dilihat
dari perilaku dan tindakannya

Teori ini meyakinkan bahwa perilaku ini mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar
individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya.
Oleh sebab itu, di dalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah
secara relatif.

4) Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa manusia itu adalah suatu keadaan yang seimbang
antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan
(restrining forces). Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua
kekuatan tersebut di dalam diri seseorang.

Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni :

a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya stimulus-stimulus


yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa
penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasu sehubungan dengan perilaku yang
bersangkutan. Misalnya, seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara
pentingnya anak sedikit, dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah
perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber-KB dinaiknnya
dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain.

b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya stimulus-stimulus


yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya, contoh di atas, dengan pemberian
pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak banyak rezeki, adalah kepercayaan
yang salah, maka kekuatan penahan tersebut melemah, dan akan terjadi perubahan perilaku
orang tersebut.

c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan pendorong menurun. Dengan keadaa semacam


ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti pada contoh di atas, penyuluhan KB
yang berisikan memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-KB
dan tidak benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki akan meningkatkan kekuatan
pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan
menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada
lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
2. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang
direncanakan sendiri oleh subjek.

3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan
yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi
adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini
disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada
empat alasan pokok, yaitu :

1. Pemikiran dan perasaan

Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain.

2. Orang penting sebagai referensi

Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung
untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti : guru, kepala suku
dan lain-lain.

3. Sumber-sumber daya

Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan dan
pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.

4. Kebudayaan

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang
normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai
pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang berperilaku. Oleh sebab itu,
perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar
belakangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul, DR. MPH. Administrasi Kesehatan ; JakartaBina Rupa Aksara, 1988Maidin,
Alimin,dr.MPH, Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/04/26/bab-v-identifikasi-masalah-kesehatan/

Anda mungkin juga menyukai